Professional Documents
Culture Documents
Penelitiankualitatif
Penelitiankualitatif
net/publication/353587963
PENELITIAN KUALITATIF
CITATIONS READS
0 22,055
1 author:
Prosmala Hadisaputra
University of Malaya
16 PUBLICATIONS 103 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Prosmala Hadisaputra on 30 July 2021.
Holistica
Lombok, 2020
iii
PENELITIAN KUALITATIF
Penulis:
Dr. M. Sobry Sutikno
Prosmala Hadisaputra, M.Pd.I
Penerbit: Holistica
Lombok
e-mail: redaksiholistica@yahoo.co.id
ISBN 978-602-18045-6-8
-------------------------------------------
Dilarang keras mengutip, menjiplak, memphoto copy, atau memperbanyak
dalam bentuk apa pun, baik sebagian atau keseluruhan isi buku ini serta
memperjualbelikan tanpa izin dari Penerbit.
iv
KATA PENGANTAR
Penulis
v
vi
DAFTAR ISI
Bagian 1
KONSEP UMUM PENELITIAN KUALITATIF ……… 1
A. Definisi Penelitian …………………………………… 1
B. Penelitian Kualitatif …………………………………. 4
C. Karakteristik Penelitian Kualitatif ………………….. 6
D. Perbedaan Antara Penelitian Kualitatif
dan Kuantitatif ……………………………………… 12
E. Kegunaan Penelitian Kualitatif ……………………… 20
F. Keunggulan Penelitian Kualitatif ………………….… 23
Bagian 2
PROPOSAL DAN LAPORAN
HASIL PENELITIAN KUALITATIF …………………… 25
A. Proposal Penelitian …………………………………… 25
1. Definisi dan Manfaat Proposal Penelitianc …………... 25
2. Sistematika Penyusunan Proposal …………………… 27
Bagian 3
TOPIK, IDENTIFIKASI MASALAH
& JUDUL PENELITIAN ………………………………… 35
A. Topik …………………………………………………. 35
1. Definisi Topik ……………………………………….. 35
2. Tips Memilih Topik …………………………………. 36
3. Cara Praktis Menemukan Topik ……………………. 37
vii
B. Identifikasi Masalah ………………………………….. 38
1. Definisi Identifikasi Masalah ……………………….. 38
2. Kriteria Masalah yang Baik ………………………… 41
3. Cara Praktis Identifikasi Masalah Penelitian ………. 43
4. Model-Model Identifikasi Masalah …………………. 44
5. Contoh Identifikasi Masalah ………………………… 46
Bagian 4
LATAR BELAKANG,
FOKUS, RUMUSAN MASALAH,
TUJUAN PENELITIAN, MANFAAT PENELITIAN,
DAN PENELITIAN YANG RELEVAN ………………. 53
A. Latar Belakang Masalah …………………………….. 53
1. Komposisi Latar Belakang Masalah (LBM) ……….. 53
2. Cara Praktis Menulis LBM …………………………. 57
viii
2. Langkah Praktis Menulis Manfaat Penelitian ………. 71
F. Penelitian yang Relevan ……………………………. 72
Bagian 5
PENDEKATAN, JENIS,
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ……………… 73
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian …………………… 73
B. Lokasi dan Watu Penelitian ………………………… 82
Bagian 6
SUMBER DATA (Populasi & Sampel) ………………. 83
A. Konsep Populasi dan Sampel ……………………... 83
1. Definisi Populasi …………………………………… 83
2. Definisi Sampel …………………………………….. 86
Bagian 7
TEKNIK PENGUMPULAN DATA …………………… 99
A. Observasi (Pengamatan) …………………………….. 99
1. Definisi Observasi …………………………………… 99
2. Macam-Macam Observasi …………………………. 100
3. Manfaat Observasi …………………………………. 102
4. Persiapan Sebelum Observasi ……………………… 104
5. Merekam Data Observasi …………………………… 109
6. Kelebihan dan Kekurangan Observasi ……………… 113
7. Etika Observasi ……………………………………… 114
ix
B. Wawancara …………………………………………… 115
1. Definisi Wawancara ………………………………… 115
2. Klasifikasi Wawancara …………………………….. 116
3. Wawancara Efektif ………………………………….. 121
4. Kelebihan dan kekurangan wawancara …………….. 126
5. Etika Wawancara …………………………………… 126
Bagian 8
ANALISIS DATA ……………………………………….. 135
A. Konsep Analisis Data Kualitatif ……………….…… 135
B. Tahapan dan Teknik Analisis Data Kualitatif ……… 137
1. Analisis Sebelum di Lapangan ……………………… 137
2. Analisis Selama di Lapangan ……………………….. 138
Bagian 9
PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA ………………. 151
A. Perpanjangan Kehadiran Peneliti …………………….. 151
B. Observasi mendalam ………………………………….. 152
C. Pembahasan teman sejawat …………………………… 153
D. Triangulasi Data ……………………………………… 153
Bagian 10
KAJIAN PUSTAKA, DATA TEMUAN,
DAN PEMBAHASAN …………………………………. 157
A. Kajian Pustaka ……………………………………… 157
B. Data Temuan ………………………………………… 160
x
C. Pembahasan …………………………………………. 160
Bagian 11
DATA DAN KRITERIANYA ………………………… 161
A. Definisi Data ……………………………………….. 161
B. Kriteria Data ……………………………………….. 162
Bagian 12
PENUTUP (Bagian Akhir Penelitian) ………………….. 165
A. Simpulan …………………………………………….. 165
B. Saran ………………………………………………… 166
Bagian 13
SISTEMATIKA PENULISAN PROPOSAL
& LAPORAN PENELITIAN …………………………… 167
A. Pendahuluan ………………………………………… 167
B. Teknik Penyajian Proposal dan Laporan Penelitian .. 167
C. Teknik Penulisan …………………………………….. 170
Bagian 14
PENELITIAN CAMPURAN (MIXED METHODS):
SEBUAH PENGATAR ………………………………… 183
A. Konsep Penelitian Metode Campuran (Mixed Methods) 183
B. Mengapa Mixed Methods digunakan? ……………….. 184
C. Cara Praktis Menulis Tujuan Penelitian
Metode Campuran ………………………………….. 185
D. Hal-Hal Penting Sebelum Penelitian Mixed Methods … 187
E. Strategi Penelitian Mixed Method ……………………. 188
xi
xii
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Bagian 1
KONSEP UMUM
PENELITIAN KUALITATIF
A. Definisi Penelitian
Aktivitas penelitian pada dasarnya dilatarbelakangi
oleh sifat fitrah manusia yang selalu ingin tahu (penasaran).
Terlebih jika hasrat keingintahuan mereka didasari oleh pe-
ngetahuan ilmiah. Dengan dasar inilah, mereka tergerak untuk
mencari jawaban atas ketidaktahuan mereka.
Secara sederhana, manusia sering melakukan aktivitas
meneliti dalam kehidupan sehari-hari. Namun mereka tidak
tahu teori dan metodologi penelitian yang digunakan. Sehingga
apa yang diteliti sering kali tidak dapat ditemukan jawabannya,
atau ditemukan jawabannya namun hasilnya tidak maksimal
atau bahkan tidak ada yang diperoleh sedikit pun.
Penelitian dalam bahasa Inggris dapat disepadan
dengan kata research. Adapun research berasal dari kata re
dan to search yang berarti mencari kembali, atau dalam bahasa
Latin disepadankan dengan kata reserare yang berarti meng-
ungkap atau membuka. Jadi penelitian, research atau riset pada
dasarnya dimaknai mencari atau mengungkap kembali.
Menurut Creswell (2008), research is a process of
steps used to collect and analyze information to increase our
understanding of a topic or issue. – penelitian merupakan
Penelitian Kualitatif 1
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
2 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 3
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
B. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif sebagai salah satu metodologi
dalam penelitian belum memiliki definisi yang baku dan
disepakati penggunaannya secara umum. Kendati demikian,
definisinya dapat disimpulkan lebih komprehensif-integratif
melalui penelusuran definisi-definisi yang telah dikemukakan
oleh para ahli, sehingga membentuk sebuah definisi yang utuh.
Oleh karena itu pada bagian ini akan dikemukakan sejumlah
definisi penelitian kualitatif, di antaranya:
1. Creswell (2008) mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai berikut: “Qualitative research is a type of
educational research in which the researcher relies on the
views of participants; asks broad, general questions;
collects data consisting largely of words (or text) from
participants; describes and analyzes these words for
themes; and conduct the inquiry in a subjective, biased
manner.” – Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian
pendidikan di mana peneliti bergantung pada pandangan
partisipan atau informan: peneliti bertanya panjang lebar,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum, pengumpulan
data sebagian besar terdiri dari kata-kata (atau teks) dari
peserta, menggambarkan dan menganalisis teks tersebut
menjadi tema-tema, dan melakukan permintaan secara
subyektif dan secara bias (memancing pertanyaan lainnya).
2. Bongdan dan Taylor dalam Moleong (2013) menyatakan
bahwa metodologi penelitian kualitatif merupakan pe-
nelitian yang menghasilkan data deskriptif, baik berupa
kata-kata lisan maupun tertulis dari orang-orang atau
perilaku yang diamati.
3. Kirk dan Miller dalam Moleong (2013) mendefinisikan
penelitian kualitatif sebagai sebuah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental ber-
4 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 5
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
6 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 7
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
8 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 9
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
10 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 11
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
----------------------------------------------------------------------------
12 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 13
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
sebab akibat
antara variabel
inpenden dan
dependen
4 Kemungkinan Lebih menekankan Lebih
generalisasi kedalaman menekankan pada
informasi, sehingga keluasan
tidak informasi dari
memungkinkan banyak populasi
untuk melakukan dengan jumlah
generalisasi sampel terbatas,
sehingga hasilnya
dapat
digeneralisasi
terhadap populasi
lainnya
5 Nilai Bebas nilai Terikat nilai
karena senantiasa
berinteraksi
dengan
narasumber
14 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
KUALITATIF KUANTITATIF
Merumuskan masalah
Membuat hepotesis masalah
Pengumpulan data:
observasi, wawamcara,
dokumentasi, analisis teks Pengumpulan data hasil pengujian
hepotesis
Analisis data
Analisis data
Penelitian Kualitatif 15
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
2. Permasalahan 2. Permasalahan
bersifat bersifat
fleksibel, permanen
tentatif, sejak awal
3. Dinamis 3. Stagnan
mengikuti
permasalahan
2 Tujuan 1. Menemukan 1. Menunjukkan
pola hubungan hubungan
yang bersifat antar variabel
interaktif
2. Meneliti 2. Menguji teori
fenomena yang dalam bentuk
kompleks dan hipotesis
holistic
3. Menemukan 3. Menjeneralisa
pemahaman si secara
mendalam prediktif
sehingga
memungkinkan
diperoleh teori
baru
16 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 17
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
repsentatif
3. Purposive, 3. Sedapat
snowball mungkin
random
4. Dinamis: 4. Permanen:
diharapkan ditentukan
memperoleh sejak awal
pemahaman penelitian
yang mendalam
7 Analisis 1. Induktif 1. Deduktif
2. Menggunakan 2. Menggunakan
tema, teori, statistic
pola tertentu.
3. Proses analisis 3. Proses
dari sejak awal analisis
penelitian setelah
hingga akhir pengumpulan
penelitian, terus data
menerus
8 Hubungan 1. Intraktif, 1. Berjarak,
dengan empati, akrab, bahkan tanpa
responden/infor tanpa jarak kontak
man 2. Hubungan 2. Jangka
jangka panjang pendek
3. Antara peneliti 3. Peneliti
dan informan terkesan lebih
lebih egaliter tinggi
9 Usulan desain 1. Singkat 1. Spesifik
2. Literatur 2. Literatur yang
bersifat berhubungan
tentative dengan
masalah, dan
variabel yang
diteliti
3. Prosedur 3. Prosedur
18 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 19
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
20 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 21
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
22 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 23
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
24 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Bagian 2
A. Proposal Penelitian
1. Definisi dan Manfaat Proposal Penelitian
Setelah melalui tahapan-tahapan pra-penelitian yaitu
identifikasi masalah, fokus masalah dan merumuskan judul,
maka langkah selanjutnya adalah membuat proposal penelitian
sebagai langkah profesional dalam melakukan penelitian
ilmiah. Artinya untuk melakukan penelitian dari awal hingga
akhir dengan hasil yang maksimal dibutuhkan manajemen yang
tepat untuk mengelola sebuah penelitian. Karena bagaimana-
pun penelitian yang tidak dimanaj dan tidak memiliki pe-
rencanaan akan menjadikan proses penelitian tersebut ambu-
radul bahkan tidak selesai.
Moleong (2013) mengamini proposal penelitian se-
padan dengan istilah “research design” – desain penelitian -
sebagaimana istilah yang banyak digunakan dalam literatur
penelitian. Ada juga yang mengistilahkan proposal penelitian
sebagai “usulan penelitian”. Namun baik istilah “research
design” maupun “usulan penelitian” pada dasarnya me-
ngandung pengertian proses perencanaan penelitian. Sehigga
penulis memahami bahwa proposal penelitian merupakan
perencanaan penelitian yang memuat tahapan-tahapan sistemik
Penelitian Kualitatif 25
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
26 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 27
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
28 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
Penelitian Kualitatif 29
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Penelitian dan Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Paradigma
E. Manfaat Penelitian
30 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
B. Laporan Penelitian
1. Jenis dan Manfaat Laporan Penelitian
Laporan penelitian merupakan karya ilmiah yang di-
tulis secara sistematis setelah rangkaian proses penelitian
dianggap berakhir. Penulis melaporkan secara tertulis me-
ngenai hasil yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan-
nya. Laporan penelitian memiliki ragam jenis dan manfaat. Di
antaranya yaitu:
Pertama, laporan penelitian untuk keperluan aka-
demis, yaitu laporan yang dibuat oleh mahasiswa di tingkat
pendidikan tinggi. Laporan penelitian dalam hal ini dibagi
menjadi tiga jenis yaitu: skripsi bagi S1, tesis bagi S2, dan
disertasi bagi S3. Ketiga jenis laporan tersebut merupakan
tugas akhir yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa di
bawah bimbingan dosen yang telah ditentukan.
Kedua, laporan penelitian untuk keperluan publikasi
ilmiah, yaitu laporan penelitian yang ditulis untuk dimuat
dalam jurnal ilmiah. Bentuk laporan penelitian ini tidak seluas
laporan penelitian untuk keperluan akademis di perguruan
tinggi. Biasanya penelitian ini dilakukan oleh kalangan dosen
di bawah otoritas lembaga penelitian universitas/institut atau
fakultas.
Ketiga, laporan penelitian untuk keperluan peng-
ambilan kebijakan dan evaluasi. Dalam hal ini laporan
Penelitian Kualitatif 31
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
32 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 33
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
34 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Bagian 3
A. Topik
1. Definisi Topik
Dalam setiap penelitian ilmiah, langkah yang paling
awal dilakukan oleh peneliti adalah menentukan topik. Pe-
milihan topik sebagai langkah awal memiliki implikasi ter-
hadap tahapan-tahapan penelitian selanjutnya, seperti pe-
nentuan masalah, merumuskan judul, latar latar belakang,
rumusan masalah, menentukan literatur atau bahan bacaan,
metode penelitian dan pengumpulan data.
Topik, secara bahasa, berasal dari bahasa Inggris yaitu
topic yang diterjemahkan menjadi pokok pembicaraan (Echols
& Shadili, 1988). Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008),
topik dimaknai (1) Pokok pembicaraan diskusi, ceramah,
karangan dan sebaginya; (2) Hal yang menarik perhatian umum
pada waktu akhir-akhir ini atau bahan pembicaraan. Jadi, bila
merujuk kepada pemaknaan-pemaknaan tersebut, dapat di-
simpulkan bahwa topik dalam konteks penelitian dapat di-
pahami sebagai isu atau tema sentral yang aktual dalam
berbagai aspek kehidupan manusia, meliputi agama, sosial,
budaya, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya.
Penelitian Kualitatif 35
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
36 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 37
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Aspek Topik
Penelitian Hulu Hilir
Pendidikan Manajemen - Perencanaan
- Pelaksanaan
- Pengorganisasian
- Pengawasan, dst.
Pendidikan Kurikulum - Implementasi kurikulim
2013
- Kurikukulum berbasis
ICT
- Kurikulum berbasis lokal
- Kurikulum PAI, dst.
B. Identifikasi Masalah
1. Definisi Identifikasi Masalah
Setelah topik ditentukan, selanjutnya adalah iden-
tifikasi masalah. Peneliti berusaha menemukan permasalahan-
permasalahan yang mungkin muncul dalam topik yang telah
ditentukan. Tanpa identifikasi masalah, maka proses penelitian
akan mengalami kebimbangan. Sebab masalah-masalah itulah
yang akan mengarahkan peneliti mengenai data apa, bagaimana
mengumpulkan dan menganalisisnya.
38 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 39
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
40 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
HARAPAN
KENYATAAN
Penelitian Kualitatif 41
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
42 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 43
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
a. Model system-elements
Misalnya seorang peneliti hendak mengangkat
masalah “Analisis Kesiapan Guru Menghadapi Kurikulum
2013”
Silabus
Buku
Paket
Sumber
daya/guru Siswa
Sumber
daya/guru
RPP
Sarana
prasarana
an element
Kurikulum (a system)
44 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
b. Model view-points
Dalam menggunakan model ini peneliti memaparkan
point-point penting berupa sudut pandang dari masalah yang
diteliti. Contohnya, seorang peneliti ingin mengidentifikasi
masalah “fenomena banjir setiap tahun”, maka peneliti dapat
membuat skema model view-points sebagai berikut:
agama
moral budaya
psikologi
c. Model kombinasi
Dalam hal ini peneliti mengkombinasikan di antara
dua sudut pandang atau lebih. Contohnya, seorang peneliti
hendak menganalisis karya sastra, misalnya nilai moral (moral
values) dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, maka peneliti
dapat membuat peta identifikasi masalah dalam model
kombinasi sebagai berikut:
Penelitian Kualitatif 45
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Unsur
instrinsik meliputi: -tema, penokohan, setting sosial
dll.
Novel
Unsur ekstrinsik
meliputi: nilai islami,
nilai
budaya/adat
istiadat,
kebaktian
kepada orang
tua, dll.
46 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 47
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
C. Merumuskan Judul
1. Kriteria Judul Penelitian
Syahrin Harahap (2011) mendefiniskan judul sebagai
nama yang diberikan untuk pokok bahasan. Sedangkan
Mayshuri dan Zainuddin (2009) mengatakan bahwa judul
merupakan rangkaian kata-kata yang bisa berubah-ubah
menurut kepentingan peneliti, asal mengubahnya tidak keluar
dari substansi topik penelitian. Maka judul penelitian kualitatif
dalam proposal pada dasarnya bersifat tentatif atau sementara
sehingga dalam penelitian judul dapat berubah sesuai dinamika
masalah di lapangan, sedangkan definitifnya setelah laporan
ditulis. Bahkan Sugiyono (2013) menegaskan bahwa judul
laporan penelitian kualitatif yang baik justru berubah, atau
mungkin diganti. Ia beralasan bahwa judul penelitian kualitatif
yang tidak berubah berarti peneliti belum mampu menjelajah
secara mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti, sehingga
belum mampu mengembangkan pemahaman yang luas dan
mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti.
Judul sebagai bagian terpenting dari penelitian, yang
menggambarkan secara global mengenai fenomena atau
masalah yang sedang diteliti. Judul sebagai muka depan sebuah
penelitian, menjadi pertimbangan pembaca untuk tertarik atau
tidak untuk membacanya. Terrie Nolinske (2013) dalam situs
resmi “American Academy of Orthotist and Prosthetists”
mengutip pendapat Portney LG. yang mengatakan bahwa
kekuatan judul tidak dapat diremehkan. Judul dapat membujuk
dan melibatkan seseorang untuk membaca abstrak dan, bagian-
bagian penelitian selanjutnya. Oleh karena itu, judul harus
bersifat informatif tanpa berbelit-belit atau bertele-tele. Juga,
judul harus dirumuskan dengan baik dan benar dari kata-kata
kunci (key words) keseluruhan uraian, serta dapat merangsang
perhatian dan minat orang lain untuk membacanya.
48 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
a) Menarik
Pada dasarnya menarik atau tidaknya sebuah judul
tergantung dari orang yang membaca. Jika ia peminat sastra,
maka tentu judul yang menarik baginya adalah yang puitis.
Namun jika orang itu peminat karya ilmiah, ilmuwan, atau
peneliti (researcher) semisal dosen, guru, dan mahasiswa,
judul yang menarik bagi mereka adalah yang ilmiah. Oleh
karena itu untuk merangsang minat mereka terhadap judul yang
dibuat, sudah seharusnya judul penelitian dibuat dengan bahasa
yang ilmiah lagi benar.
Di samping itu, judul penelitian yang menarik juga
dilihat dari substansinya. Apakah judul yang diangkat tersebut
tergolong aktual atau expired (kadaluarsa), apakah judul
tersebut sering diangkat ataukah tidak. Apakah judul tersebut
urgen untuk diteliti. Bila judul penelitiannya aktual lebih-lebih
pertama kali diangkat, tentu akan lebih menarik untuk dibaca
Penelitian Kualitatif 49
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
c) Informatif
Judul yang informatif adalah judul yang dapat mem-
berikan informasi mengenai tema dan isi sebuah karya ilmiah.
Judul yang informatif dalam karya ilmiah biasanya memuat
objek, subjek dan site (tempat) penelitian jika merupakan
penelitian lapangan, dan kadang-kadang mencantumkan tahun.
Oleh karena itu peneliti harus mencantumkan dalam penelitian
50 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 51
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
52 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Bagian 4
LATAR BELAKANG,
FOKUS, RUMUSAN MASALAH,
TUJUAN PENELITIAN,
MANFAAT PENELITIAN,
DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian Kualitatif 53
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
54 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 55
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
56 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 57
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
B. Fokus Penelitian
C. .....................................
58 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
B. Fokus Penelitian
Pengertian Fokus Penelitian
Fokus penelitian atau dalam penelitian kuantitatif
dikenal dengan batasan masalah. Tahapan ini merupakan
proses spesifikasi masalah-masalah yang berhasil ditemukan
dalam tahapan identifikasi. Dalam hal ini peneliti akan me-
nentukan fokus masalah yang masih bersifat umum dan
berserakan yang berupa domain tunggal atau beberapa domain
yang memiliki hubungan dengan situasi sosial yang hendak
diteliti. Di samping itu, peneliti harus memutuskan permasalah-
an yang akan diteliti atas dasar tingkat kepentingan, urgensi,
dan feasibilitas masalah yang akan dipecahkan. Juga mem-
pertimbangkan tenaga, waktu dan biaya penelitian sesuai
kemampuan si peneliti.
Lalu kapan masalah penelitian dianggap penting,
urgen dan feasibel? Penting bilamana permasalahan tersebut
akan semakin tidak terpecahkan bahkan akan memunculkan
masalah baru bila tidak dilakukan suatu penelitian, dikatakan
urgen (mendesak) bila permasalahan tersebut tidak segera
diteliti maka akan semakin hilang kesempatan untuk meng-
atasinya, dan dikatakan feasibel jika penelitian tersebut me-
miliki sumber daya yang jelas yaitu para informan yang me-
miliki kemampuan menjawab penelitian dan mudah diperoleh
guna memecahkan masalah tersebut.
Spradley merekomendasikan empat alternatif guna
memudahkan para calon peneliti dalam menentukan fokus,
yaitu sebagai berikut:
1) Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan
oleh informan;
2) Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu;
3) Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk
pengembangan iptek;
Penelitian Kualitatif 59
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
60 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
C. Rumusan Masalah
1. Definisi Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan sketsa dari sebuah
rencana penelitian. Ia dapat dikatakan sebagai ruh dari sebuah
penelitian. Tanpa rumusan masalah, arah penelitian tidak akan
jelas dan hasilnya pun demikian bahkan gagal total. Rumusan
masalah atau juga dikenal dengan istilah research problem
oleh Usman dan Akbar (2009), rumusan masalah merupakan
usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian
apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pe-
mecahannya. Hal senada juga dikatakan oleh Ulber Silalahi
(2010), di mana rumusan masalah menurutnya adalah sesuatu
hal yang dipertanyakan dalam penelitian yang akan dicari dan
ditemukan jawabannya. Dua definisi tersebut memberikan kata
kunci “kalimat tanya”. Artinya suatu rumusan masalah me-
rupakan kalimat yang mempertanyakan suatu kondisi, gejala,
fenomena, baik bersifat mandiri dan tidak terikat oleh
fenomena, gejala dan situasi lainnya, maupun yang saling
terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik
dalam kapasitasnya sebagai penyebab maupun akibat. Oleh
karena itu calon peneliti dalam hal ini harus dapat merumuskan
tiap poin masalah yang hendak ia teliti dengan menggunakan
kalimat tanya yang baik dan benar.
Membuat rumusan masalah yang baik dan benar me-
nuntut calon peneliti untuk mampu mengoperasikan beberapa
kata tanya dasar yang umum digunakan dalam merumuskan
masalah. Ulber (2010) misalnya menyebutkan kategorisasi
dasar untuk tipe pertanyaan penelitian (research question)
seperti “what” (apa), “why” (bagaimana), “how” (bagai-
mana), “which” (yang mana), “how far” (sejauh mana) dan
sebagainya. Pada umumnya, dalam penelitian kualitatif per-
tanyaan-pertanyaan rumusan masalah lebih mengarah kepada
Penelitian Kualitatif 61
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
62 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 63
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
64 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 65
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
66 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Masalah yang menarik diteliti perspektif peneliti: (1) Kebersihan kelas; (2)
Organisasi kelas; (3) Gaya kepemimpinan wali kelas
Rumusan Masalah:
1. Apa kriteria kebersihan kelas dipandang dari pengelolaan kelas?
2. Apa peran organisasi kelas dalam pengelolaan kelas?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan wali kelas dalam pengelolaan kelas?
Penelitian Kualitatif 67
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah, maka langkah selanjut-
nya yang harus dilakukan adalah membuat tujuan penelitian
(purpose statement). Secara konseptual, pada dasarnya semua
penelitian memiliki tujuan yang sama yaitu “to answer a
question”- untuk menjawab pertanyaan (Morse dan Field:
2002). Namun dalam penelitian kualitatif, menurut Maxwell
dalam Hanauer (2010) bahwa “state the first purpose of
qualitative research is: understanding the meaning, for
participants in the study, of the events, situations, and actions
they are involved with and of the accounts that they give of
their liver and experiences”.
Hal senada juga dikatakan oleh Boswell and Cannon
(2011): “Generally, the purpose of qualitative studies is to
explore new concepts and ideas about which little is known, or
to discover new meanings for concepts. Kedua pendapat
tersebut merupakan tujuan penelitian kualitatif secara umum
yaitu untuk memahami hakikat informan, peristiwa, situasi dan
tindakan dan pengalaman orang-orang yang terkait dengan
peristiwa dan situasi tersebut, dan untuk mengekplorasi konsep
dan ide yang baru diketahui atau masih jarang diteliti.
Pendapat tersebut juga sama persis dengan apa yang
diungkap Marriem (2009) bahwa “The overall purposes of
qualitative research are to achieve an understanding of how
people make sense out of their lives, delineate the process
(rather than the outcome or product) of meaning-making, and
describe how people interpret what they experience.” Marriem
menyebutkan bahwa tujuan penelitian kualitatif secara ke-
seluruhan adalah pertama, untuk memahami bagaimana me-
mahami kehidupan masyarakat; kedua, untuk menggambarkan
68 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 69
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
E. Manfaat Penelitian
Dalam sebuah penelitian baik kualitatif maupun
kuantitatif diperlukan uraian manfaat penelitian. Dalam uraian
tersebut, peneliti berusaha menjelaskan secara ilmiah dan
akademis mengenai manfaat penelitian yang direncanakan. Hal
tersebut dibuat untuk memperjelas kontribusi signifikan dari
hasil penelitian yang dilakukan, sehingga penelitian yang di-
rencanakan benar-benar meyakinkan pembaca dan pihak-pihak
yang terkait dengan penelitian.
70 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
a) Manfaat praktis
Manfaat praktis merupakan implikasi nyata dari hasil
penelitian yang dapat diterapkan atau diaplikasikan. Artinya,
penelitian tersebut membantu memecahkan dan mengantisipasi
masalah yang dialami oleh objek yang diteliti. Peneliti ber-
usaha memaparkan secara logis mengenai manfaat hasil pe-
nelitian tersebut. Kekeliruan yang sering terjadi dalam menulis
manfaat penelitian adalah “peneliti menulis secara subjektif”,
sesuai keinginan peneliti sendiri.
b) Manfaat teoretik
Manfaat teoretik dapat dipahami sebagai sumbangan
ilmiah berupa penemuan teori baru atau penyempurnaan teori
sebelumnya atau jawaban-jawaban ilmiah pendukung dalam
rangka pengembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang.
Dalam hal ini, peneliti harus menegaskan bahwa penelitian
yang dilakukan menghasilkan teori yang dapat dijadikan
referensi pada ranah a, b, c, d dan seterusnya.
Penelitian Kualitatif 71
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Contohnya:
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat dimanfaatkan
oleh kepala sekolah, guru dan orang tua (partisipan)
dalam mengurangi kemalasan murid (objek masalah)
di sekolah x (tempat penelitian) dan sekolah lainnya.
2. Manfaat teoretik
Secara teoretik, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
sebagai referensi bagi peneliti pada penelitian selanjut-
nya dalam bidang pendidikan (disiplin ilmu).
72 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Bagian 5
PENDEKATAN, JENIS,
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian Kualitatif 73
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan
pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpul-
kan dokumen dan arsip-arsip. Menurut Creswell dalam Raco
(2010) meneyebutkan bahwa biografi masuk dalam katagori
jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian ini biasanya
dilakukan dalam ranah sosial. Biografi juga diistilahkan sejarah
lisan, narasi personal dan outobiografi. Stebbins (2006) me-
nyatakan:“Biographical research includes autobiographies,
biographies, diaries, oral histories, family stories and letters”.
Dia menjelaskan bahwa berbagai jenis dokumen dapat ditulis
untuk berbagai tujuan dan audien. Oleh karena itu ada teknik
evaluasi khusus yang perlu digunakan dalam penelitian ketika
menggunakan jenis biografi.
Murray (2003) secara gamblang mendefinisikan pe-
nelitian biografi sebagai “a record of another person’s life”,
sebuah catatan kehidupan orang lain. Burton dan Bartlett
74 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 75
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
2. Fenomenologi
Fenomenologi adalah bagian dari metode kualitatif.
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau meng-
ungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang
didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu.
Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga
tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena
yang dikaji. Dasar metode ini adalah filsafat fenomenologi.
Menurut Raco (2010), fenomenologi sebenarnya berarti mem-
biarkan gejala-gejala yang disadari tersebut menampakkan diri
(to show themselves). Sesuatu akan nampak sebagaimana dan
apa adanya (things as they appear). Lebih lanjut ia men-
jelaskan bahwa dalam sejarahnya, filsafat fenomenologi di-
kembangkan oleh Edmund Husserl dan kemudian dikembang-
kan oleh Giambattista Vico, Franz Brentano dan William
Dilthey.
Metode fenomenologi memiliki tujuan untuk me-
nangkap dan memahami makna pengalaman, peristiwa dan
keadaan sosial yang terjadi di sekitar kehidupan manusia.
76 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
3. Etnografi
Creswell (2008) dalam bukunya – Educational
Research; Planing, Conducting, and Evaluating Quantitaive
and Qualitative Research - menulis definisi jenis kualitatif-
etnografi sebagai berikut: “Ethnografhic design are qualitative
research procedures for describing, analyzing, and inter-
preting a culture-sharing group’s shared patternd of behavior,
beliefs, and language that develop.”
Melihat definisi di atas dapat dipahami bahwa
Creswell memberikan kata kunci “budaya” sebagai sentral dari
jenis penilitian kualitatif ini. Sedangkan budaya difahami
sebagai sebuah “everything having it can include language,
ritual, economic, political structures, life stages, interaction,
and communication style”.
Jadi, jenis penelitian ini lebih fokus dalam menyelidiki
suatu kelompok kebudayaan dilingkungan yang alamiah dalam
rentan waktu yang cukup lama dalam proses pengumpulan data
baik berupa data observasi maupun data wawancara. Model
penelitian ini berupaya untuk mempelajari peristiwa kultural,
Penelitian Kualitatif 77
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
78 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
4. Grounded theory
Raco (2010) memaparkan bahwa grounded theory
adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, karena analisanya
tidak menggunakan angka. Coraknya induktif, karena hendak
menemukan teori baru. Objek penelitiannya adalah fenomena
yang ada dalam konteksnya yang alamiah dan dimengerti
sesudah data lapangan diperoleh, entah melalui wawancara
atau observasi.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dasar filosofis dari
grounded adalah interaksi simbolik. Interaksi simbolik sendiri
berasal dari psikologi sosial. Pertanyaan yang sering diajukan
dalam penelitian adalah mana simbol yang umum atau biasa
digunakan sehingga interaksi manusia dapat dimengerti. Inter-
aksi simbolik menyatakan bahwa tindakan manusia selalu
bergantung pada arti yang dipahami oleh manusia dalam
lingkungannya.
Peneliti dalam penelitian ini berasumsi bahwa tidak
ada kebenaran yang mutlak sekalipun sering kita percaya
bahwa hal itu ada. Kebenaran adalah hasil interpretasi. Karena
itu pengalaman langsung dan pengertian akan pengalaman
tersebut adalah hal yang sangat penting dalam penelitian
kualitatif. Sehingga menurut Raco, metode ini sangat cocok
digunakan jika:
Pertama, digunakan untuk menangkap arti dari
pengalaman manusia. Setiap pengalaman manusia memiliki
Penelitian Kualitatif 79
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
arti khusus, minimal untuk dirinya sendiri dan orang lain yang
membaca atau mendengar pengalaman tersebut. Kedua,
diyakini bahwa interaksi sosial bersifat dinamis. Artinya
interaksi sosial yang terjadi di antara manusia mengalami
dinamika atau perkembangan. Sebagaimana manusia selalu
bergerak dan berubah secara dinamis, maka interaksi sosialnya
pun bersifat dinamis dan terus mengalami perubahan. Ketiga,
untuk memahami arti kontekstualnya dan di mana peneliti
terlibat langsung dalam pemberian makna. Peneliti hanya
dapat mengerti peristiwa, fakta, realita, atau gejala secara
menyeluruh apabila peneliti memahami latar belakang peris-
tiwa fakta atau kejadian tersebut. Keempat, bila terdapat
keterbatasan teori untuk menerangkan suatu gejala, fakta atau
realita. Peristiwa, fakta, gejala atau masalah, yang sering
terjadi atau dialami oleh manusia setiap hari, tidak semua
dapat diterangkan secara gamblang dan memuaskan secara
ilmiah. Hal ini disebabkan oleh keterbatan teori yang men-
dukung pemahaman gejala atau peristiwa tersebut.
80 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 81
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
82 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Bagian 6
SUMBER DATA
(Populasi & Sampel)
Penelitian Kualitatif 83
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
84 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 85
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
2. Definisi Sampel
Kata sampel diserap dari bahasa Inggris yaitu
“sample” yang berarti contoh. Sedangkan “sampling” berarti
penarikan contoh (Echols dan Shadily, 2000). Dalam KBBI
(2008) sampel diterjemahkan sebagai sesuatu yang digunakan
untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar.
Juga, diterjemahkan sebagai bagian yang mewakili kelompok
atau keseluruhan yang lebih besar.
Dalam suatu penelitian, “sepertinya” mustahil meng-
gali informasi dari semua populasi penelitian. Dalam situasi
demikian, populasi harus diperkecil menjadi sebuah sampel
yang benar-benar representasi atau yang mewakili seluruh
populasi. Oleh karena itu dapat dikemukakan beberapa alasan
logis mengapa sampel lebih dipertimbangkan daripada populasi
dalam suatu penelitian, di antaranya yaitu:
Pertama pertimbangan efisiensi waktu, tenaga dan
biaya yang dibutuhkan. Dengan adanya sampel memungkin
tenaga, waktu dan biaya menjadi relatif lebih efesien daripada
86 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
B. Teknik Sampling
Sampling adalah cara atau teknik penarikan sampel
dari populasi. Ada juga yang mendefiniskannya sebagai proses
pemilihan atau penentuan sampel (Bungin, 2010). Menurut
Punch (2005), sampling adalah bagian penelitian yang penting
baik dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Peneliti
tidak bisa menggali dan mempelajari informasi dari semua
orang di tempat yang varian. Keputusan sampling diperlukan
tidak hanya tentang orang-orang yang diwawancarai atau
peristiwa mana yang hendak diamati, tetapi juga tentang
pengaturan dan prosesnya.
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa
sampel yang ditentukan atau dipilih adalah yang representatif,
yang mewakili populasi penelitian. Hal tersebut bila dilihat dari
perspektif kuantitatif. Sebab tujuan sampling dalam penelitian
kuantitatif pada dasarnya bertujuan agar simpulan apa yang
diteliti dari sampel tersebut dapat diberlakukan terhadap
populasi yang diwakili. Melalui teknik sampling diharapkan
Penelitian Kualitatif 87
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
88 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
1. Probability Sampling
Secara tradisional, penggunaan probability sampling
merupakan teknik standar dalam penelitian sosial (Denscombe,
2007). Probability sampling merupakan teknik sampling
dengan memberikan peluang yang sama kepada semua anggota
populasi untuk dipilih menjadi bagian dari sampel. Menurut
Harry T. Reis dan Chrales M. Judd (2000), probability
sampling mengacu pada prosedur dasar seleksi di mana unsur-
unsur dipilih secara acak dari kerangka sampling dan setiap
elemen telah diketahui.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam teknik
sampling ini adalah membuat sampling frame (kerangka
sampel), yaitu daftar yang berisikan nama setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai anggota sampel. Dalam
daftar tersebut, tidak ada prioritas di antara populasi untuk
dijadikan sampel. Setiap anggota memiliki peluang yang sama
untuk menjadi bagian dari sampel.
Melihat definisi di atas, maka dalam penelitian
kualitatif teknik ini tidak layak digunakan, karena yang
diperlukan dalam kualitatif adalah kekayaan informasi. Se-
hingga tidak semua anggota populasi memiliki peluang yang
sama untuk menjadi sampel. Hanya anggota yang memiliki
kekayaan informasilah yang akan dipilih.
Penelitian Kualitatif 89
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
90 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
d. Area random
Area random disebut juga cluster sampling, yaitu
teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil
dari setiap wilayah geografis yang ada. Teknik ini dapat
digunakan pada kondisi populasi atau sumber data yang sangat
luas. Misalnya seorang peneliti yang hendak meneliti keadaan
penduduk suatu propinsi. Maka tidak mungkin peneliti dapat
menggali data dan informasi dari seluruh penduduk propinsi
tersebut. Oleh karena itu peneliti harus mengambil perwakilan
sebagai sampel dari setiap kabupaten yang ada di propinsi.
Penelitian yang dilakukan di wilayah kabupaten, maka peneliti
mengambil masing-masing perwakilan dari tiap kecamatan.
Demikian pula peneliti yang hendak mengkaji populasi di
sebuah kecamatan, maka ia harus mengambil perwakilan dari
masing-masing desa kecamatan tersebut. Untuk menentukan
penduduk mana yang akan dijadikaan sumber data, maka
Penelitian Kualitatif 91
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling merupakan kebalikan dari
probability sampling, yaitu teknik sampling yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan sama kepada setiap
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Menurut Henry (1990) nonprobability samples are selected
based on the judgment of the researcher to achieve particular
objectives of research at hand. – Sampel nonprobabilitas
dipilih berdasarkan penilaian dari peneliti untuk mencapai
tujuan tertentu penelitian. Teknik ini tidak sebebas probability
sampling. Nonprobability lebih selektif memilih anggota
populasi yang akan dijadikan anggota sampel. Sampel yang
dipilih adalah sampel yang memiliki kemampuan dan we-
wenang dalam menjawab permasalahan penelitian.
Dalam perspektif kualitatif, teknik ini tentu dapat
dianggap relevan. Sebab sampel kualitatif tidak mensyaratkan
ukuran sampel. Namun lebih menitikberatkan pada kekayaan
informasi yang dimiliki oleh anggota yang dijadikan sampel
(informan).
a. Sampling sistematis
Sampling sistematis ialah teknik sampling yang di-
lakukan dengan cara mengambil anggota sampel berdasarkan
atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor urut. Teknik
ini digunakan jika peneliti dihadapkan pada masalah ukuran
92 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
b. Sampling kuota
Sampling kuota merupakan teknik sampling yang
digunakan untuk menetukan anggota sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sesuai kuota atau jumlah yang
diinginkan.
c. Sampling insidental
Sampling insidental merupakan teknik pengambilan
sampel yang didasari atas kebetulan semata. Artinya siapa pun
anggota populasi yang secara kebetulan (incidental) bertemu
dengan peneliti dapat diambil sebagai anggota sampel. Namun,
peneliti juga perlu mempertimbangkan orang yang kebetulan
ditemui itu, apakah ia cocok sebagai sumber data atau tidak.
Jika sesuai dengan data yang diinginkan, peneliti dapat
memasukkannya dalam anggota sampel.
d. Purposive sampling
Purposive sampling merupakan teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini menurut para
ahli amat relevan digunakan dalam penelitian kualitatif. Dari
namanya, teknik ini menggambarkan bahwa sampel yang
dipilih berdasarkan tujuan dan maksud (purpose) tertentu
peneliti. Poulasi yang dijadikan sampel dengan teknik ini
adalah orang atau data yang diyakini memiliki informasi yang
luas sesuai kebutuhan penelitian.
Penelitian Kualitatif 93
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
e. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik pemilihan sampel yang
digunakan jika anggota populasi dijadikan sebagai sampel
sekaligus. Artinya, peneliti di lapangan menjumpai jumlah
populasi yang relatif kecil, kurang dari 30 orang, sehingga
“mau tidak mau” peneliti harus menjadikanya seluruh populasi
tersebut sebagai sampel. Atau sampling jenuh digunakan pada
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan
yang sangat kecil. Sampling jenuh sering diistilahkan dengan
sensus, yaitu semua anggota populasi dijadikan sebagai
sampel.
f. Snowball sampling
Dari segi nama, snowball sampling merupakan se-
bagai teknik sampling yang diadopsi dari cara kerja bola salju.
Bola salju kecil yang menggelinding lama-lama akan menjadi
besar. Sehingga dapat dipahami bahwa teknik sampling ini
merupakan penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya
kecil, kemudian menjadi besar.
Prosedur dalam penetuan sampel ini yaitu pertama-
tama dipilih satu atau dua orang. Namun karena satu atau dua
orang tersebut dianggap belum lengkap memberikan data dan
informasi, maka peneliti mencari orang lain yang dianggap
mampu melengkapi data yang telah diperoleh dari sampel atau
informan sebelumnya. Demikian seterusnya bertambah dan
bertambah sesuai dengan data yang dibutuhkan peneliti. Tidak
hanya mencari, peneliti juga dalam hal ini dapat meminta
petunjuk dari sampel (informan) sebelumnya mengenai siapa
informan yang dapat melengkapi data dan informasi yang telah
diberikan tersebut. Biasanya dalam satu tema permasalahan,
antara informan yang satu dengan yang lainnya saling
94 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 95
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
96 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Penelitian Kualitatif 97
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
98 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
Bagian 7
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
A. Observasi (Pengamatan)
1. Definisi Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif. Sebagai salah satu teknik
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, observasi
merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai
dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi (Nasution,
2003). Sehingga teknik ini sangat tepat digunakan dalam
penelitian-penelitian sosial dan pendidikan. Sevilla dkk. (2006)
mendefinisikan observasi secara sederhana sebagai proses di
mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian.
Penelitian Kualitatif 99
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra
2. Macam-Macam Observasi
Secara umum data observasi dikumpulkan dalam dua
cara yang berbeda yaitu laboratory observation (observasi
3. Manfaat Observasi
Observasi bermanfaat untuk mendapatkan data yang
lebih ekstensif, luas dan faktual mengenai kondisi aktual objek
yang diamati. Melalui observasi peneliti dapat dengan leluasa
mengindera apa yang terjadi di lapangan penelitian. Patton
a. Kelebihan observasi
Di antara kelebihan teknik observasi adalah:
1) Memungkinkan bagi pengamat/peneliti secara langsung
merekam kejadian, peristiwa, perilaku, sikap, kebiasaan,
program, aktivitas dan sebagainya di lapangan penelitian.
Sehingga, peneliti tidak terlalu perlu mengandalkan peng-
inderaan orang lain. Namun kadang-kadang penginderaan
orang lain juga diperlukan karena suatu alasan tertentu
yang sifatnya mendesak.
2) Lebih memudahkan pengamat/peneliti dalam memperoleh
data, karena data dapat diperoleh tanpa melakukan ko-
munikasi dengan informan. Sebab, kadang-kadang subjek
yang diharapkan sebagai informan enggan diajak ber-
komunikasi atau berwawancara dengan alasan-alasan
tertentu seperti informan tidak memiliki waktu luang, data
hanya boleh diketahui oleh orang-orang tertentu dan
sebagainya.
b. Kekurangan observasi
Di antara kekurangan observasi yaitu:
1) Dari segi waktu, observasi membutuhkan waktu yang
relatif lebih lama dari pada teknik lainnya semisal wawan-
cara. Misalnya, peneliti hendak meneliti tradisi Waktu Telu
suku Sasak, maka peneliti tersebut harus menunggu
pelaksanaan tradisi-tradisi tersebut yang kadang-kadang
pelaksanaannya sekali seminggu, sekali sebulan bahkan
sekali setahun.
2) Dari segi motif, observasi tidak dapat mengungkap motif
atau tujuan di balik kejadian, peristiwa, sikap, dan per-
kataan objek yang diteliti. Motif sesungguhnya bersifat
abstrak, sedangkan observasi hanya dapat mendeskripsikan
secara indrawi mengenai perilaku secara rinci, dan lengkap,
segala sesuatu hal yang sifatnya nampak.
7. Etika Observasi
Kegiatan observasi sangat erat kaitannya dengan
interaksi sosial, karena observer (pengamat) melibatkan hu-
bungannya dengan manusia dan lingkungan sosial objek pe-
nelitiannya. Jalinan hubungan yang baik akan mempermudah
peneliti mendapatkan data yang diinginkannya. Salah satu yang
memperkuat jalinan relasi dalam sebuah observasi adalah
kemampuan peneliti bersikap santun sesuai nilai moral, adat,
budaya dan nilai agama yang dijunjung di lokasi penelitiannya.
Mustahil seorang peneliti mendapatkan data yang diinginkan-
nya jika sikapnya berlawanan dengan etika yang dijunjug oleh
masyarakat tempat ia meneliti. Di antara etika tersebut adalah:
a) Peneliti meminta ijin kepada orang atau institusi yang
memiliki wewenang secara birokrasi ke pmerintahan
semisal dusun, kepala desa, lurah, kepala lingkungan dan
B. Wawancara
1. Definisi Wawancara
Secara historis, terma “interview” sudah digunakan
pada abad XVII (Kvale dan Brinkma dalam Banister, Bunn,
at. al., 2011). Teknik wawancara telah digunakan dalam pe-
nelitian sejak sekitar seratus tahun lalu dan diasosiasikan pada
tahun 1930-an dan 1940-an (Fontana dan Frey dalam Banister,
Bunn, at. al., 2011). Sejak tahun 1980-an, wawancara atau
interview menjadi topik yang hangat dibicarakan dalam metode
2. Klasifikasi Wawancara
Secara umum tehnik wawancara yang biasa digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (in-
depth interview), yaitu ikhtiar memperoleh data penelitian
dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung (face to
face) antara peneliti sebagai pewawancara dan informan
3. Wawancara Efektif
Wawancara penelitian yang efektif adalah wawancara
yang dapat memberikan informasi lengkap dan detail sesuai
dengan waktu, dana dan tenaga yang dimiliki dalam suatu
penelitian. Menciptakan wawancara yang efektif sesungguh-
nya tidak sulit jika pewawancara/peneliti memperhatikan be-
berapa hal yang direkomendasikan oleh Nasution (2003) yaitu
memperhatikan isi wawancara, urutan pertanyaan dan rumusan
pertanyaan. Penjelasannya berikut ini:
1) Isi wawancara
Pewawancara sebagai pihak yang membutuhkan
informasi atau data harus mampu mengendalikan isi wawan-
cara agar tidak “ngalur ngidul”. Menurut Nasution, di antara
isi pertanyaan yang dapat ditanyakan sebagai berikut:
a) Pengalaman dan perbuatan responden. Pewawancara me-
nanyakan pengalaman, pekerjaan, aktivitas, dan kegiatan
yang dilakukan, serta rencana yang telah dibuat atau
dilaksanakan. Contoh: Apa program yang telah dilakukan
oleh Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam upaya memajukan
sekolah ini? Apa kegiatan siswa/wi Bapak pada saat jam
2) Urutan pertanyaan
Sebenarnya tidak ada ketentuan mengenai urutan
pertanyaan dalam suatu wawancara, namun ada beberapa saran
yang layak untuk dipertimbangkan agar wawancara dapat
berjalan lancar:
a) Mulailah membicarakan topik yang dapat menciptakan
kenyamanan di antara pewawancara dan terwawancara.
Hindari isu-isu sensitif, yang dapat menyulut emosional
terwawancara sehingga suasana wawancara tidak kondusif
bahkan terancam batal. Bisa jadi terwawancara yang
semula berkenan diwawancarai berubah menjadi menolak.
b) Lanjutkan wawancara dengan pertanyaan seputar aktivitas
dan kondis terwawancara saat ini. Gunakan bahasa-bahasa
yang dapat menciptakan suasana keakraban dan ke-
keluargaan, seperti menanyakan kondisi kesehatan ter-
wawancara, apa aktivitasnya saat ini, bagaimana kondisi
pekerjaannya dan sebagainya.
c) Pewawancara melakukan warming/pemanasan terlebih
dahulu. Artinya, sangat tidak etis bila pewawancara me-
nanyakan mengenai informasi atau data yang diinginkan
3) Rumusan pertanyaan
Pertanyaan inti dalam wawancara akan efektif
bilamana dirumuskan dengan baik, cermat dan teliti. Peneliti
sebagai pewawancara harus terlebih dahulu merumuskan
pertanyaan sebelum terjun ke lapangan. Amost (2002) me-
rekomendasikan beberapa petunjuk praktis dalam merumuskan
pertanyaan wawancara yaitu sebagai berikut:
a) Question should be open-ended (pertanyaan bersifat
terbuka). Dalam hal ini pewawancara melemparkan per-
tanyaan yang luas yang sifatnya terbuka dan mendorong
terwawancara untuk menjawab dan berbicara secara bebas.
Dalam hal ini pewawancara menghindari pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat dikotomis, yang hanya me-
merlukan jawaban “ya atau tidak”.
b) Question should used language that familiar to informants
(pertanyaan hendaknya menggunakan bahasa yang
familiar bagi terwawancara/informan). Poin ini kadang-
kadang menjadi tantangan terberat pewawancara (peneliti).
Pewawancara harus menyesuaikan kemampuan berbahasa-
nya dengan tuntutan bahasa informan yang belum tentu
memahami bahasa pewawancara. Jika hal itu tidak me-
mungkinkan, maka pewawancara dapat menggunakan jasa
translator, sehingga informasi yang diterima lebih di-
pahami. Seperti mewawancarai daerah-daerah pedalaman,
kampung-kampung pelosok yang belum tentu memahami
bahasa Indonesia.
5. Etika Wawancara
Etika menjadi pembahasan yang tidak dapat dipisah-
kan dari proses penelitian, karena penelitian merupakan bagian
dari interaksi sosial. Wawancara sebagai bagian dari proses
penelitian hendaknya dilakukan dengan memperhatikan etika
yang berlaku di lapangan. Ada beberapa etika umum yang
dapat dipaparkan di sini yaitu sebagai berikut:
a) Berkata, berperilaku dan menggunakan pakaian yang
sopan. Di belahan bumi mana pun, kesopanan menjadi daya
tarik bagi orang untuk bersimpati dan memberikan layanan
yang terbaik. Sopan santun peneliti menentukan sikap
terwawancara. Bila pewawancara/peneliti bersikap hormat
dan menghargai terwawancara, dapat dipastikan pewawan-
cara pun akan di hormati dan dihargai pula.
b) Bila pewawancara telah membuat janji untuk melakukan
wawancara dengan informan dalam waktu yang telah
ditentukan, hendaknya pewawancara menepatinya dengan
C. Dokumentasi
1. Konsep Dokumentasi
Untuk mengetahui konsep dokumentasi dalam konteks
penelitian, maka perlu dikemukakan konsep dasar mengenai
dokumentasi berupa pengertiannya dari segi bahasa. Dokumen
dalam “A Dictionary of the derivations of the English
Language” diketahuai berasal dari bahasa Latin yaitu
documnetum, yang terambil dari kata docere, yang berarti to
teach, precept; - written instruction; - an official paper
conveying information, or establishing the allegation of fact.
Menurut McMillan dan Schumacher dalam Satori dan
Komariah (2012), bahwa dokumen merupakan rekaman
kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa
catatan anekdot, surat, buku harian, dan dokumen. Dokumen
kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi publik
yang beragam, file siswa dan pegawai, deskripsi program dan
data statistik pembelajaran. Menurut Moleong (2013),
dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film. Jadi
dokumen merupakan rekam jejak yang memuat kejadian, ide,
pandangan, penafsiran, jasa-jasa, dan kegiatan seseorang dalam
bentuk tulisan, photo, gambar, rekaman video, plakat, lembar-
an, buku catatan harian, artefak, batu nisan, manuskrip, trans-
krip nilai, raport, dan sebagainya.
2. Macam-Macam Dokumen
Pada umumnya dokumen dibagi menjadi dua macam
yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi
terbagi menjadi buku atau catatan harian, surat pribadi, dan
otobiografi. Sedangkan dokumen resmi terbagi menjadi dua
yaitu dokumen internal dan eksternal. Adapun penjelasannya
berikut ini:
a. Dokumen Pribadi
1) Buku Harian
Buku harian atau yang lebih sering disebut dengan
diary merupakan catatan-catatan penting tentang kejadian atau
peristiwa yang dialami sehari-hari. Biasanya buku harian berisi
kejadian yang amat berkesan, memiliki kenangan dan ber-
sejarah. Juga, sebagai dokumen pribadi, diary merupakan
kumpulan tulisan-tulisan yang bersifat privasi. Dokumen se-
misal ini sering digunakan oleh para peneliti yang mengkaji
pemikiran tokoh tertentu.
2) Surat Pribadi
Surat adalah sarana komunikasi pribadi untuk me-
nyampaikan informasi tertulis yang ditulis oleh seorang
individu kepada orang atau instansi tertentu, yang bertujuan
untuk memberitahukan, meminta, menyampaikan gagasan,
pemikiran, dan sebagainya. Contohnya surat-surat Raden
Ajeng Kartini yang berisi pemikiran, ide, gagasan bahkan
ideologi yang terdokumentasi melalui surat menyurat.
b. Dokumen Resmi
1) Dokumen internal dipahami sebagai dokumen yang di-
peroleh langsung dari pihak internal individu ataupun suatu
instansi/lembaga yang diteliti.
2) Dokumen eskternal dipahami sebagai dokumen yang
diperoleh dari eksternal/luar individu atau instansi yang
diteliti.
a. Keunggulan Dokumentasi
Di antara keunggulan teknik dokumentasi sehingga
layak dipertimbangkan dalam penelitian kualitatif adalah se-
bagai berikut:
1) Metode dokumentasi menjadi pilihan terbaik bagi peneliti
yang ingin mengetahui masa lampau.
2) Metode dokumentasi menjadi alternatif utama dalam pe-
nelitian kualitatif ketika informan sulit atau bahkan tidak
dapat diwawancarai, seperti informan yang telah meninggal
dunia.
3) Sangat memungkinkan peneliti untuk bersikap objektif
dalam penelitian karena dokumen atau data tersebut tidak
dipengaruhi oleh kehadiran peneliti.
4) Metode dokumentasi dapat menjembatani atau meng-
hubungkan informasi masa lalu seseorang dengan masa
sekarang.
b. Kelemahan Dokumentasi
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, metode
dokumentasi juga memiliki sisi-sisi kelemahan yaitu:
1) Metode atau teknik dokumentasi kadang kala membutuhkan
penafsiran yang mendalam tatkala dokumen yang dijumpai
menggunakan bahasa verbal atau simbolik yang sukar
dipahami.
Bagian 8
ANALISIS DATA
Pengumpulan Penyajian
data Data
3) Conclusion; Drawing/verifying
Analisis ketiga yang tidak kalah penting dengan dua
tahapan sebelumnya adalah conclusion, yaitu menarik simpul-
an dan melakukan verifikasi data. Maksimal atau tidak tahapan
ini, baik atau tidak simpulan yang dihasilkan sangat di-
pengaruhi oleh kedua tahapan sebelumnya; reduksi dan display
data, dan kemampuan peneliti mencari tahu makna fenomena,
kejadian, dan benda yang dijumpai sejak permulaan penelitian.
Peneliti juga berusaha mencatat penjelasan mengenai sebab
akibat dan proposisinya, serta konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin terjadi.
Dalam perspektif Miles dan Huberman (1994),
penarikan simpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dan
konfigurasi yang utuh. simpulan-simpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. Peneliti sebaiknya meng-
utamakan sikap kritis, skeptis dan terbuka untuk mendapatkan
simpulan yang valid. Oleh karena itu simpulan harus di-
verifikasi terus menerus hingga diperoleh simpulan “jenuh”,
yang tidak memberikan peluang terhadap simpulan lain. Hal
b. Teknik Spradley
Teknik Spradley secara umum terdiri enam proses
analisis, yaitu pengamatan deskriptif, analisis domein, peng-
amatan terfokus, analisis taksonomi, pengamatan terpilih,
analisis komponensial, dan diakhiri dengan analisis tema.
Analisis Domain
Atribut/Karakteristik
Kurikulum 2013
Analisis Taksonomik
Pendidikan Pendidikan
Karakter Anti Korupsi
- Jujur
- Jujur
- Bertanggung jawab
- Berani
- Bermusyawarah
- Kerja keras
- Rajin membaca
- Kepedulian
- Disiplin
- Kemandirian
- Toleransi
- Tanggung jawab
- Demokratis
- Kesederhanaan
- Kerja keras
- Komunikatif
- Dan seterusnya
Bagian 9
PEMERIKSAAN
KEABSAHAN DATA
B. Observasi mendalam
Observasi/pengamatan mendalam sebagai salah satu
cara memeriksa keabsahan data dilakukan dengan melakukan
pengamatan secara lebih teliti dibandingkan dengan observasi
sebelumnya, guna mengecek kevalidan data yang diperoleh.
Pada tahapan ini kemungkinan data yang diperoleh
lebih akurat jika hubungan peneliti dengan informan terjalin
akrab. sehingga di antara keduanya telah diikat oleh hubungan
emosional secara psikologis, yang berimplikasi pada sikap
saling mempercayai, terbuka, dan kekeluargaan. Kondisi yang
demikian, memberikan kepastian bahwa data yang diperoleh
diyakini keabsahannya.
Lalu berapa lama peneliti memperdalam observasi-
nya? Waktu yang dibutuhkan untuk memperdalam suatu
observasi tergantung pada tingkat kedalaman, keluasan dan
kevalidan data yang diinginkan. Semakin lama, semakin me-
mungkinkan peneliti menemui data yang mendalam, yaitu
peneliti menemukan makna-makna yang tersembunyi di balik
fenomena yang nampak. Demikian pula semakin lama
observasi dilakukan, keluasan dan kevalidan data sangat mung-
kin diperoleh. Biasanya keluasan informasi diperoleh bilamana
muncul masalah baru, sehingga peneliti menambah fokus pe-
nelitiannya, yang berimplikasi pada tambahan data atau infor-
masi yang baru. Sedangkan kevalidan melalui observasi men-
dalam merupakan pengecekan kembali apakah data yang
diperoleh sesuai dengan kenyataan di lapangan atau tidak.
D. Triangulasi Data
Secara historis, popularitas triangulasi (penggabung-
an) sebagai teknik pengumpulan data telah banyak digunakan
pada sekitar tahun 1950-an dan 1960-an. Triangulasi me-
rupakan teknik pengumpulan data yang paripurna dalam pe-
nelitian kualitatif. Sebab teknik ini dapat meningkatkan
validitas dan memperkuat kredibilitas data temuan.
Menurut Denzin dalam Padgett (1998), data
triangulation is the use of more than one data source
(interview, archival material, observational data etc.) –
Triangulasi data; penggunaan lebih dari satu sumberdata
(wawancara, bahan-bahan arsip, data pengamatan, dll.).
Sedangkan menurut Patton, pada dasarnya istilah triangulasi
berasal dari kosakata navigasi, di mana lokasi ditentukan oleh
jarak dari dua atau lebih titik lain. Dalam penelitian kualitatif,
triangulasi data berarti bahwa temuan Anda dapat diverifikasi
oleh sumber lain. Triangulasi merupakan strategi yang sangat
baik untuk memastikan kepercayaan, terutama bila dikombi-
nasikan dengan pemeriksaan peserta (Pitney and Parker, 2009).
Bagian 10
KAJIAN PUSTAKA,
DATA TEMUAN,
DAN PEMBAHASAN
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka harus ada dalam penelitian kualitatif.
Kajian pustaka oleh para ahli dikemukakan dengan istilah yang
berbeda-beda. Ada yang mengistilahkan kajian teoretik, studi
pustaka, tinjauan pustaka, acuan teori, ada juga yang meng-
istilahkan studi kepustakaan, dan ahli lain mengistilahkan
acuan teoretik. Istilah-istilah tersebut sah-sah saja digunakan
dalam penelitian, namun penulis lebih tertarik menggunakan
istilah “Kajian Pustaka”. Penggunaan istilah-istilah tersebut,
pada dasarnya merujuk pada upaya umum yang harus dilalui
untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik
penelitian. Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang
relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk di-
pergunakan dalam penelitian.
Jadi inti yang ingin disampaikan dalam bab ini adalah
pemaparan teori-teori yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan, baik teori-teori yang bersumber dari pendapat para
ahli yang dicuplik dari buku-buku, jurnal, majalah, hasil-hasil
penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya
B. Data Temuan
Dalam sub bab ini disajikan berbagai data temuan
lapangan baik data hasil observasi, wawancara maupun do-
kumentasi. Data-data yang ditampilkan adalah data sesungguh-
nya atau apa adanya berdasarkan temuan peneliti saat berada di
lapangan. Paparan data hasil observasi harus dikuatkan dengan
hasil wawancara dari berbagai sumber yang relevan sesuai
dengan apa yang diharapkan dalam rumusan masalah serta
dikuatkan juga dengan data-data yang yang didapatkan dari
hasil sudi dokumentasi.
Data hasil wawancara yang ditampilkan dalam sub
bab ini hanya cuplikan-cuplikan inti dari masing-masing nara-
sumber. Adapun cuplikan utuh hasil wawancara dari berbagai
sumber dimunculkan pada halaman lampiran.
Data-data yang ditampilkan harus tersusun secara
sistematis dan harus bisa menjawab semua pertanyaan yang
tercantum di dalam rumusan masalah. Jika dalam satu pe-
nelitian terdapat 4 (empat) rumusan masalah, maka data temu-
an harus bisa menjawab empat pertanyaan tersebut.
C. Pembahasan
Pemabahasan harus dilakukan secara tepat, cermat dan
sistematis. Uraian kalimat pada pembahasan harus dapat men-
jawab pertanyaan-pertanyaan yang tertera pada rumusan
masalah, dan harus singkron dengan data temuan.
Bagian 11
A. Definisi Data
Data, dalam bahasa Inggris merupakan bentuk plural
dari “datum” yang berarti materi atau kumpulan fakta yang
dipakai untuk keperluan analisis, diskusi, presentasi ilmiah,
atau tes statistik. Ada juga yang mendefinsikan data sebagai
“the description of things and events that we face” - deskripsi
dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi. Secara umum data
adalah “a structured codification of single primary entities, as
well as of transactions involving two or more primary entities”.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010), data
diterjemahkan sebagai berikut: (1) kenyataan yanga ada, yang
berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun pendapat; (2)
keterangan yang benar; (3) keterangan atau bahan yang dipakai
untuk penalaran atau penyidikan.
Pada laman Boston University Libraries (diakses
16/10/2013) dirilis bahwa “research data is data that
collected, observed or created for purposes of analysis produce
original research result.” – data penelitian merupakan data
yang dikumpulkan, diamati, atau dibuat untuk tujuan analisis
untuk menghasilkan penelitian yang asli.
Dalam website University of Leicester (diakses
16/10/2013), data penelitian didefiniskan sebagai “recorded
B. Kriteria Data
Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu harus
diketahui kriteria data yang akan dikumpulkan berdasarkan
sumber, cara memperoleh data dan waktu pengumpulan data.
Bagian 12
PENUTUP
(Bagian Akhir Penelitian)
A. Simpulan
Simpulan merupakan bagian akhir dari sebuah laporan
penelitian. Simpulan bukan ikhtisar atau rangkuman dari bab
sebelumnya, melainkan hasil pemikiran reflektif yang me-
wakili muatan utama dalam penelitian sesuai dengan rumusan
masalah. Pada bagian ini peneliti berusaha menyimpulkan
secara singkat, padat dan jelas serta komprehensif dan holistik.
Peneliti dalam menyimpulkan hasil penelitiannya, hendaknya
dilakukan secara deskriptif dan menghindari simpulan dalam
bentuk pointer.
Untuk menghasilkan simpulan yang baik, ada be-
berapa langkah praktis yang dapat dilakukan yaitu sebagai
berikut:
B. Saran
Yang dimaksud saran dalam bab penutup sebuah
karya ilmiah semisal skripsi, tesis dan disertasi adalah
rekomendasi. Peneliti merekomendasikan mengenai ke-
mungkinan adanya penelitian lanjutan yang dapat dilakukan
oleh peneliti berikutnya yang relevan dengan penelitian.
Sehingga rekomendasi tersebut merupakan jalan untuk
menemukan permasalahan-permasalahan baru yang layak
untuk diteliti dengan topik dan tema yang sama.
Di samping itu, saran juga dapat berupa masukan
kepada instansi/lembaga yang dijadikan objek penelitian,
serta karyawan dan stakeholders-nya. Biasanya uraian saran
ditulis dalam bentuk pointer. Karena antara saran yang satu
dengan yang lainya berbeda-beda tergantung kepada pihak
mana saran itu dialamatkan.
Bagian 13
SISTEMATIKA
PENULISAN PROPOSAL
& LAPORAN PENELITIAN
A. Pendahuluan
Pedoman penulisan proposal dan laporan penelitian
bukanlah sesuatu yang baku. Masing-masing institusi/
lembaga/organisasi penyelenggara penelitian memiliki pe-
doman yang berbeda-beda. Namun ada bagian-bagian yang
lazim dipergunakan oleh semua instansi. Oleh karena itu,
bagian ini akan membahas hal-hal umum yang berhubungan
dengan penulisan proposal dan laporan penelitian secara teknis.
Bagian ini sangat penting diperhatikan oleh peneliti.
Aturan teknik penulisan secara umum sesungguhnya bertujuan
untuk mengarahkan tulisan proposal dan laporan penelitian
menjadi sesuatu yang memiliki nilai estetika.
3. Penyajian Visual
Penyajian visual adalah penyajian hasil penelitian
dengan menampilkan grafik-grafik, peta, gambar, dan sebagai-
C. Teknik Penulisan
1. Jenis dan Ukuran Kertas
Jenis kertas yang umum digunakan pada penulisan
proposal dan laporan penelitian adalah kerta HVS berukuran
A4 dengan ukuran margin; tepi kanan 3 cm., tepi kiri 4, tepi
atas 4, dan tepi bawah 3.
Contoh:
BAB I
A. ………….
1. ………….
2. ...............
a. …………
b. ..............
1) ………….
2) ...............
a) …………..
b) ................
(1) …………
(2) ..............
(a) …………
(b) ..............
B. …….
1. ……….
2. .............
a. ………
b. ...........
1) ………
2) ...........
a) .........
b) .........
(1) ........
(2) ........
(a) .........
(b) ......... demikian seterusnya.
5. Footnote
Dalam penulisan proposal, laporan penelitian dan
karya-karya ilmiah lainnya, penyebutan rujukan tambahan
menggunakan format catatan kaki (footnote). Footnote me-
rupakan salah satu aplikasi otomatis dalam lembar kerja
micrisoft word. Jadi catatan kaki tidak ditulis (diketik) secara
“manual”. Jika ditulis secara manual, catatan kaki tidak akan
teratur.
Contoh:
M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan; Tinjauan
Umum dan Islam (Lombok: Holistika, 2012), 99.
Contoh:
6. Kutipan
Dalam penulisan karya ilmiah termasuk proposal dan
laporan penelitian, kutipan dibagi menjadi dua, yaitu kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah
teknik mengutip yang dilakukan secara langsung dengan
menukil kalimat-kalimat yang ada di dalam buku yang di-
7. Daftar Pustaka/Referesensi
Mencantumkan daftar pustaka merupakan suatu yang
mutlak dilakukan di dalam sebuah karya ilmiah. Di samping
untuk memperjelas sumber yang digunakan, juga merupakan
etika intelektual seorang penulis.
Referensi yang dimasukkan dalam daftar pustaka
adalah refrensi yang dikutip. Refresensi yang hanya digunakan
sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak
dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan
pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi
harus dicantumkan dalam daftar rujukan.
Adapun teknik penulisan daftar pustaka pertama-tama
dimulai dengan menulis nama lengkap pengarang tanpa gelar
depan dan belakang, tanda titik, tahun terbit, tanda titik, judul
8. Transliterasi Arab-Latin
Transliterasi Arab-Latin dilakukan bilamana terdapat
kata atau frase dalam bahasa Arab yang belum diindonesiakan.
Penulisannya dapat mengacu pada pedoman transliterasi
berikut ini:
Bagian 14
PENELITIAN CAMPURAN
(MIXED METHODS);
SEBUAH PENGATAR
1. Timing (waktu)
Hal penting pertama yang harus diperhatikan peneliti
dalam menggunakan pendekatan mixed method adalah waktu
dalam melakukan pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif.
Dalam hal ini peneliti perlu menegaskan apakah penelitian
yang hendak dilakukan pengumpulan datanya dilakukan
secara bertahap (sekuensial) atau sekaligus dalam satu waktu
(konkuren).
2. Weigthing (bobot)
Karena metode campuran melibatkan dua pendekatan
penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif, maka peneliti harus
mempertimbangkan bobot campuran dalam penelitian. Dalam
hal ini peneliti harus mempertimbangkan apakah bobot antara
kedua pendekatan disamakan atau salah satu di antaranya
melebihi bobot yang lain. Jika tidak disamakan, sebaiknya
peneliti menentukan pendekatan yang mana (apakah kualitatif
ataukah kuantitatif) yang diprioritaskan memiliki bobot yang
3. Mixing (pencampuran)
Menggunakan mixing method dalam sebuah penelitian
tidaklah mudah. Ia memiliki konsekuensi tidak sekadar men-
capur metodologi semata, namun melibatkan usaha serius
dalam mencampur jenis data, rumusan masalah, tujuan
penelitian, analisis atau unterpretasi data. Dapat dibayangkan
bagaimana sulitnya menganalisis data yang berserakan yang
terdiri dari data-data kualitatif semisal teks-teks hasil observasi,
wawancara dokumentasi di lapangan, dan data-data kuantitatif
yang terdiri tabel-tabel statistik yang dipenuhi oleh angka-
angka.
4. Teorizing (teorisasi)
Teorisasi juga perlu dipertimbangkan. Ia melibatkan
teori-teori yang berhubungan dengan rumusan masalah
kualitatif dan kuantitatif. Sebab, kadang-kadang tidak semua
teori tersedia dalam satu penelitian dengan dua teknik yang
berbeda. Oleh karena itu, peneliti harus mempertimbangkan
ketersediaan kajian terdahulu dan kecukupan referensi yang
sesuai dengan masalah yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Ian Jones et. al., Qualitative Research in Sport and Physical Activity.
California: Sage, 2013.
Immy Holloway and Stephanie Wheeler, Qualitative Research in Nursing
and Healthcare , 3th Edition. Wiley-Blackwell: West Sussex,
2010.
Janice M. Morse & Peggy Anne Field, Qualitative Research Methods For
Health Professionals. California: Sage, 1995.
Janice M. Morse dan Peggy Anne Field, Nursing Research: The Application
of Qualitative Approaches, second edition. Cheltenham: Nelson
Thomes, 2002.
Jill K. Jesson Lydia at. al., Doing Your Literature Review; Traditional and
systematic techniques. London: Sage, 2011.
Jamie Harding, Qualitative Data Analysis from Start to Finish. London:
Sage, 2013.
Jean J. Schensul, Methodology, Methods, and Tools in Qualitative
Research, dalam Qualitative Research: An Introduction to
Methods and Design, Ed. Stephen D. Lapan. New York: Wiley,
2011.
John Gerring, Case Research: Prinsiple and Practices. New York:
Cambridge University Press, 2007.
John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia, 1988.
John W. Creswell, Educational Research:Planning, Conducting, and
Evaluating, Quantitative and Qualitative Research, Third
Edition. New Jersey: Pearson, 2008.
John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Aproach. California: Sage, 2003.
John W. Creswell dan Vicki L. Plano Clark, Designing and Conducting
Mixed Methods Research. California: Sage, 2011.
Jonathan Sarwono, Mixed Methods: Cara Menggabung Riset Kuantitatif
dan Riset Kualitatif Secara Benar. Jakarta:PT. Elex Media
Komputindo, 2011.
Karin Klenke, Qualitative Research in the Study of Ledearship, First
edition. Bingley: Emerald, 2008.
Kathleen M. Dewalt & Billie R. Dewalt, Participant Observation: A Guid
for Fieldworkers. Oxford:AltaMitra Press, 2002.
Keith F. Punch, Introduction to Social Research: Quantitative and
Qualitative Approaches, 2nd Edition. London: Sage, 2005.
Peter G. Swanborn, Case Study Research: What, Why and How?,. London:
Sage, 2010.
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana, 2010.
Raco, J.R., Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta:Grasindo, 2010.
Rajendra Kumar Sharma, Sociological Methods and Technique. New Delhi:
Atlantic, 2008.
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit,
2004.
Sharan B. Merriam, Qualitative Research: A Guide to Design and
Implementation. San Fransisco: Jossey-Bass, 2009.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta, 2013.
Suhadi dkk., Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Malang: Universitas
Negeri Malang, 2008.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan:
Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama, 2006.
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Folklor. Yogyakarta:
MedPress, 2009.
Syamsuddin A. R. & Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Team, A Dictionary of the derivations of the English language, William
Collins, Sons, London, 1872.
Terrie Nolinske, Writing a Research Proposal, dalam laman
http://www.oandp.org/jpo/library, diunduh pada tanggal 26
Agustus 2013.
Thomas, R. Murray, Blending Qualitative and Quantitative Research
Methods in Theses and Dissertation. London: Sage, 2003.
Tim, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas, 2008.
Tracy D. Matthews and Kimberly T. Kostelis, Designing and Conducting
Research in Health and Human Performance. San
Fransisco:Jossey-Bass, 2011.
Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi: Karya Ilmiah.
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
BIODATA PENULIS
Pembelajaran; Ingin Sukses? Anda harus Gila, (Rahasia Sukses dari Orang-
orang Super Sukses); dan lain-lain.