You are on page 1of 215

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/353587963

PENELITIAN KUALITATIF

Book · July 2021

CITATIONS READS

0 22,055

1 author:

Prosmala Hadisaputra
University of Malaya
16 PUBLICATIONS 103 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Prosmala Hadisaputra on 30 July 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENELITIAN
KUALITATIF
ii
PENELITIAN
KUALITATIF

Dr. M. Sobry Sutikno


Prosmala Hadisaputra, M.Pd.I

Holistica
Lombok, 2020

iii
PENELITIAN KUALITATIF

Penulis:
Dr. M. Sobry Sutikno
Prosmala Hadisaputra, M.Pd.I

Editor : Nurlaeli, SE.


Disain Cover : Tim Holistica
Tata Letak : Tim Holistica

Penerbit: Holistica
Lombok

e-mail: redaksiholistica@yahoo.co.id

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan (KDT)

ISBN 978-602-18045-6-8

Cetakan, April 2020

-------------------------------------------
Dilarang keras mengutip, menjiplak, memphoto copy, atau memperbanyak
dalam bentuk apa pun, baik sebagian atau keseluruhan isi buku ini serta
memperjualbelikan tanpa izin dari Penerbit.

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah. Shalawat dan


salam kepada Rasulullah. Mudah-mudahan buku yang berada
di tangan Anda saat ini bermanfaat dan berkah, dalam rangka
mengembangkan keilmuan dan kreativitas Anda dalam me-
lakukan penelitian, khususnya penelitian kualitatif.
Buku ini sengaja kami hadirkan dalam rangka untuk
menambah literatur Anda tentang penelitian kualitatif
(qualitative research). Inti pembahasan dalam buku ini adalah
memaparkan tentang kajian konseptual seputar apa itu
penelitian kualitatif serta bagaimana cara praktis menulis dan
melakukan penelitian kualitatif secara benar sesuai dengan
kaidah metodologi riset yang berlaku.
Penulis menyadari bahwa isi buku ini masih belum
sempurna, namun penulis yakin bahwa buku ini dapat
mewakili buku-buku penelitian yang lazim digunakan maha-
siswa, guru, dosen, dan praktisi penelitian, baik secara teoretik
maupun praktis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun tentu diperlukan untuk menyempurnakan buku ini.
Pembaca dapat berdiskusi dengan penulis melalui E-Mail:
msobrysutikno@gmail.com (Dr. M. Sobry Sutikno) dan
prossayangamalia@gmail.com (Prosmala Hadisaputra).

Lombok, April 2020

Penulis

v
vi
DAFTAR ISI

Bagian 1
KONSEP UMUM PENELITIAN KUALITATIF ……… 1
A. Definisi Penelitian …………………………………… 1
B. Penelitian Kualitatif …………………………………. 4
C. Karakteristik Penelitian Kualitatif ………………….. 6
D. Perbedaan Antara Penelitian Kualitatif
dan Kuantitatif ……………………………………… 12
E. Kegunaan Penelitian Kualitatif ……………………… 20
F. Keunggulan Penelitian Kualitatif ………………….… 23

Bagian 2
PROPOSAL DAN LAPORAN
HASIL PENELITIAN KUALITATIF …………………… 25
A. Proposal Penelitian …………………………………… 25
1. Definisi dan Manfaat Proposal Penelitianc …………... 25
2. Sistematika Penyusunan Proposal …………………… 27

B. Laporan Penelitian …………………………………… 31


1. Jenis dan Manfaat Laporan Penelitian ………………. 31
2. Sistematika Laporan Penelitian ………………………. 32

Bagian 3
TOPIK, IDENTIFIKASI MASALAH
& JUDUL PENELITIAN ………………………………… 35
A. Topik …………………………………………………. 35
1. Definisi Topik ……………………………………….. 35
2. Tips Memilih Topik …………………………………. 36
3. Cara Praktis Menemukan Topik ……………………. 37

vii
B. Identifikasi Masalah ………………………………….. 38
1. Definisi Identifikasi Masalah ……………………….. 38
2. Kriteria Masalah yang Baik ………………………… 41
3. Cara Praktis Identifikasi Masalah Penelitian ………. 43
4. Model-Model Identifikasi Masalah …………………. 44
5. Contoh Identifikasi Masalah ………………………… 46

C. Merumuskan Judul ………………………………….. 48


1. Kriteria Judul Penelitian ……………………………. 48
2. Komposisi Judul Penelitian Kualitatif ……………… 51

Bagian 4
LATAR BELAKANG,
FOKUS, RUMUSAN MASALAH,
TUJUAN PENELITIAN, MANFAAT PENELITIAN,
DAN PENELITIAN YANG RELEVAN ………………. 53
A. Latar Belakang Masalah …………………………….. 53
1. Komposisi Latar Belakang Masalah (LBM) ……….. 53
2. Cara Praktis Menulis LBM …………………………. 57

B. Fokus Penelitian ……………………………………… 59


C. Rumusan Masalah …………………………………… 61
1. Definisi Rumusan Masalah ………………………….. 61
2. Karakteristik Rumusan Masalah ……………………. 62
3. Kesalahan Umum dalam Membuat Rumusan Masalah 64
4. Langkah Praktis Membuat Rumusan Masalah ……… 66

D. Tujuan Penelitian ……………………………………… 68


1. Tujuan Penelitian ……………………………………... 68
2. Menulis Tujuan Penelitian …………………………… 69
E. Manfaat Penelitian ……………………………………. 70
1. Macam-Macam Sifat Manfaat Penelitian …………… 71

viii
2. Langkah Praktis Menulis Manfaat Penelitian ………. 71
F. Penelitian yang Relevan ……………………………. 72

Bagian 5
PENDEKATAN, JENIS,
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ……………… 73
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian …………………… 73
B. Lokasi dan Watu Penelitian ………………………… 82

Bagian 6
SUMBER DATA (Populasi & Sampel) ………………. 83
A. Konsep Populasi dan Sampel ……………………... 83
1. Definisi Populasi …………………………………… 83
2. Definisi Sampel …………………………………….. 86

B. Teknik Sampling …………………………………… 87


1. Probability Sampling ………………………………. 89
2. Nonprobability sampling …………………………… 92
C. Teknik Sampling Penelitian Kualitatif …………….. 95
D. Ukuran Sampel dalam Penelitian Kualitatif ………. 97

Bagian 7
TEKNIK PENGUMPULAN DATA …………………… 99
A. Observasi (Pengamatan) …………………………….. 99
1. Definisi Observasi …………………………………… 99
2. Macam-Macam Observasi …………………………. 100
3. Manfaat Observasi …………………………………. 102
4. Persiapan Sebelum Observasi ……………………… 104
5. Merekam Data Observasi …………………………… 109
6. Kelebihan dan Kekurangan Observasi ……………… 113
7. Etika Observasi ……………………………………… 114

ix
B. Wawancara …………………………………………… 115
1. Definisi Wawancara ………………………………… 115
2. Klasifikasi Wawancara …………………………….. 116
3. Wawancara Efektif ………………………………….. 121
4. Kelebihan dan kekurangan wawancara …………….. 126
5. Etika Wawancara …………………………………… 126

C. Dokumentasi ………………………………………… 129


1. Konsep Dokumentasi ……………………………….. 129
2. Macam-Macam Dokumen …………………………… 131
3. Langkah-Langkah Menyeleksi Dokumen …………… 132
4. Keunggulan dan Kelemahan Dokumentasi …………. 133

Bagian 8
ANALISIS DATA ……………………………………….. 135
A. Konsep Analisis Data Kualitatif ……………….…… 135
B. Tahapan dan Teknik Analisis Data Kualitatif ……… 137
1. Analisis Sebelum di Lapangan ……………………… 137
2. Analisis Selama di Lapangan ……………………….. 138

Bagian 9
PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA ………………. 151
A. Perpanjangan Kehadiran Peneliti …………………….. 151
B. Observasi mendalam ………………………………….. 152
C. Pembahasan teman sejawat …………………………… 153
D. Triangulasi Data ……………………………………… 153

Bagian 10
KAJIAN PUSTAKA, DATA TEMUAN,
DAN PEMBAHASAN …………………………………. 157
A. Kajian Pustaka ……………………………………… 157
B. Data Temuan ………………………………………… 160

x
C. Pembahasan …………………………………………. 160

Bagian 11
DATA DAN KRITERIANYA ………………………… 161
A. Definisi Data ……………………………………….. 161
B. Kriteria Data ……………………………………….. 162

Bagian 12
PENUTUP (Bagian Akhir Penelitian) ………………….. 165
A. Simpulan …………………………………………….. 165
B. Saran ………………………………………………… 166

Bagian 13
SISTEMATIKA PENULISAN PROPOSAL
& LAPORAN PENELITIAN …………………………… 167
A. Pendahuluan ………………………………………… 167
B. Teknik Penyajian Proposal dan Laporan Penelitian .. 167
C. Teknik Penulisan …………………………………….. 170

Bagian 14
PENELITIAN CAMPURAN (MIXED METHODS):
SEBUAH PENGATAR ………………………………… 183
A. Konsep Penelitian Metode Campuran (Mixed Methods) 183
B. Mengapa Mixed Methods digunakan? ……………….. 184
C. Cara Praktis Menulis Tujuan Penelitian
Metode Campuran ………………………………….. 185
D. Hal-Hal Penting Sebelum Penelitian Mixed Methods … 187
E. Strategi Penelitian Mixed Method ……………………. 188

DAFTAR PUSTAKA …………………………………… 193


BIODATA PENULIS …………………………………… 199

xi
xii
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 1

KONSEP UMUM
PENELITIAN KUALITATIF

A. Definisi Penelitian
Aktivitas penelitian pada dasarnya dilatarbelakangi
oleh sifat fitrah manusia yang selalu ingin tahu (penasaran).
Terlebih jika hasrat keingintahuan mereka didasari oleh pe-
ngetahuan ilmiah. Dengan dasar inilah, mereka tergerak untuk
mencari jawaban atas ketidaktahuan mereka.
Secara sederhana, manusia sering melakukan aktivitas
meneliti dalam kehidupan sehari-hari. Namun mereka tidak
tahu teori dan metodologi penelitian yang digunakan. Sehingga
apa yang diteliti sering kali tidak dapat ditemukan jawabannya,
atau ditemukan jawabannya namun hasilnya tidak maksimal
atau bahkan tidak ada yang diperoleh sedikit pun.
Penelitian dalam bahasa Inggris dapat disepadan
dengan kata research. Adapun research berasal dari kata re
dan to search yang berarti mencari kembali, atau dalam bahasa
Latin disepadankan dengan kata reserare yang berarti meng-
ungkap atau membuka. Jadi penelitian, research atau riset pada
dasarnya dimaknai mencari atau mengungkap kembali.
Menurut Creswell (2008), research is a process of
steps used to collect and analyze information to increase our
understanding of a topic or issue. – penelitian merupakan

Penelitian Kualitatif 1
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

proses dari langkah-langkah untuk mengumpulkan data dan


menganalisisnya, untuk mengembangkan pemahaman terhadap
isu-isu atau pokok pembicaraan umum. Definisi tersebut
melihat penelitian dari segi proses objek dan tujuanya. Dari
segi proses Creswell ingin menegaskan bahwa penelitian
secara umum dilakukan melalui proses pengumpulan data dan
menganalisisnya. Dari segi objek, penelitian pada dasarnya
bersumber dari isu atau masalah-masalah yang sedang dihadapi
sehingga membutuhkan pemecahan, dan dari segi tujuan,
penelitian bertujuan untuk memahami atau mendapatkan
jawaban dari isu-isu atau masalah tersebut.
Selanjutnya dalam kamus Webster’s New Inter-
national sebagaimana yang dikutip oleh Nazir (2005), pe-
nelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam
mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang
amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Lebih lanjut ia me-
ngutip pendapat Hillway (1956) yang menyatakan bahwa pe-
nelitian tidak lain dari suatu metode studi yang dilakukan
seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna
terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang
tepat terhadap masalah tersebut. Definisi kutipan Nazir di atas
membidik penelitian dari segi sifat prosesnya. Penelitian bukan
semata-mata aktivitas penyelidikan, pencarian dan pengumpul-
an data, namun yang lebih esensi adalah ia dilakukan melalui
proses yang kritis, skeptis dan hati-hati, agar jawaban yang
diperoleh lebih tepat dan akurat.
Sedangkan menurut Satori dan Komariah (2012), pe-
nelitian merupakan sebuah investigasi sistemik yang dirancang
untuk menghasilkan suatu pengetahuan, alat atau metode. Hal
senada juga didefinisikan oleh Parson sebagaimana yang di-
kutip Nazir (2005) bahwa penelitian adalah pencarian atas
sesuatu (inquiry) secara sistemis dengan penekanan bahwa

2 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat


dipecahkan. Kedua definisi tersebut menekankan penelitian
dari segi hasilnya, berupa penemuan metode, teori, alat dan
lain-lain. Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas,
dapat dapahami bahwa penelitian adalah upaya pencaritahuan
secara terorganisir dan sistemik melalui pengumpulan dan
analisis data untuk memahami, mendapatkan jawaban atau
solusi mengenai isu atau masalah yang dihadapi oleh seseorang
atau kelompok manusia tertentu, secara hati-hati, skeptis, kritis
Sehingga jawaban atau hasil yang diperoleh memiliki nilai
kebenaran ilmiah.
Dari definisi-definisi yang dikemukakan di atas dapat
disimpulkan bahwa penelitian ilmiah dapat dipahami sebagai
aktivitas penyelidikan terorganisir lagi sistemik, yang dilaku-
kan dengan kritis, skeptis dan penuh kehati-hatian, guna mem-
peroleh jawaban yang paling tepat dari suatu permasalahan.

Kriteria Penelitian Ilmiah

Penelitian Kualitatif 3
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

B. Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif sebagai salah satu metodologi
dalam penelitian belum memiliki definisi yang baku dan
disepakati penggunaannya secara umum. Kendati demikian,
definisinya dapat disimpulkan lebih komprehensif-integratif
melalui penelusuran definisi-definisi yang telah dikemukakan
oleh para ahli, sehingga membentuk sebuah definisi yang utuh.
Oleh karena itu pada bagian ini akan dikemukakan sejumlah
definisi penelitian kualitatif, di antaranya:
1. Creswell (2008) mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai berikut: “Qualitative research is a type of
educational research in which the researcher relies on the
views of participants; asks broad, general questions;
collects data consisting largely of words (or text) from
participants; describes and analyzes these words for
themes; and conduct the inquiry in a subjective, biased
manner.” – Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian
pendidikan di mana peneliti bergantung pada pandangan
partisipan atau informan: peneliti bertanya panjang lebar,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum, pengumpulan
data sebagian besar terdiri dari kata-kata (atau teks) dari
peserta, menggambarkan dan menganalisis teks tersebut
menjadi tema-tema, dan melakukan permintaan secara
subyektif dan secara bias (memancing pertanyaan lainnya).
2. Bongdan dan Taylor dalam Moleong (2013) menyatakan
bahwa metodologi penelitian kualitatif merupakan pe-
nelitian yang menghasilkan data deskriptif, baik berupa
kata-kata lisan maupun tertulis dari orang-orang atau
perilaku yang diamati.
3. Kirk dan Miller dalam Moleong (2013) mendefinisikan
penelitian kualitatif sebagai sebuah tradisi tertentu dalam
ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental ber-

4 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

gantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam


kawasannya maupun dalam peristilahannya.
4. Strauss dan Corbin (2009) mendefinisikan penelitian kuali-
tatif, yaitu jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan
lainnya.
5. Schensul (2011) menyatakan: “Qualitative research is an
approach that enables researchers to explore in detail
social and organizational characteristic and individual
behaviors and their meaning” – Penelitian kualitatif
merupakan pendekatan yang memungkinkan peneliti untuk
mengeksplorasi secara rinci karakteristik perilaku individu,
sosial dan organisasi serta maknanya.
6. Menurut Sugiyono (2013), penelitian kualitatif adalah
metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada
kondisi alamiah, (sebagai lawannya adalah eksprimen) di
mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Dari beberapa definisi di atas dapat disarikan bahwa
yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti dan memahami
perilaku individu atau kelompok, dan fenomena sosial dalam
kondisi alamiah (natural), sehingga diperoleh data-data des-
kriptif (non kuantitatif) dalam bentuk lisan dan atau tulisan,
yang kemudian diinterpretasi secara deskriptif pula. Atau
dengan bahasa yang sederhana, penelitian kualitatif adalah
penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan gejala
secara holistic-kontekstual melalui pengumpulan data dari latar
alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen
kunci.

Penelitian Kualitatif 5
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah


dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus me-
miliki bekal teori dan wawasan yang luas, bisa bertanya, meng-
analisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih
jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat
nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas,
untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami
interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memasti-
kan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.
Berbagai definisi penelitian kualitatif yang disebutkan
sebelumnya menjadi klaim jelas bahwa penelitian kualitatif
juga disebut inkuiri naturalistik atau penelitian alamiah, feno-
menologis, studi kasus, interpretatif, ekologis, deskriptif dan
sebagainya. Di samping itu, metode penelitian kualitatif di-
sebut juga penelitian etnografi. Karena pada awalnya metode
penelitian ini seringkali digunakan dalam bidang antropologi
budaya (Sugiyono, 2013).

C. Karakteristik Penelitian Kualitatif


Karakteristik penelitian kualitatif dikemukakan ber-
beda-beda oleh para ahli. Namun sebenarnya hal tersebut tidak
dipandang sebagai sebuah perbedaan yang saling menyalahkan
atau saling klaim kebenaran dan keunggulan pendapat. Karena
pada dasarnya perbedaan tersebut saling melengkapi antara
yang satu dengan yang lainnya. Sharan B. Merriem (2009)
misalnya mengemukakan: “A central characteristic of quail-
tative research is that individual construct reality in interaction
with their social world.” – Karakteristik utama dari penelitian
kualitatif adalah individu membangun realitas dalam interaksi
dengan dunia sosial mereka (yang diteliti).

6 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus mampu


memasuki realitas sosial objek yang diteliti. Jika ia meneliti
tentang sekolah, ia harus memasuki dunia sekolah itu. Jika ia
meneliti tentang pesantren, ia dituntut untuk memasuki realita
kehidupan pesantren. Jika ia hendak meneliti perilaku seorang
tokoh, ia harus ikut serta dalam realita sosial kehidupan tokoh
yang diteliti, dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan agar peneliti
dapat melakukan pengamatan secara langsung, utuh dan me-
nyeluruh terhadap objek penelitian.
Berbeda dengan pendapat Miles dan Huberman dalam
Gray (2009) yang mengemukakan empat karakteristik peneliti-
an kualitatif, yaitu: (1)It is conducted through intense contact
within a ‘field’ or real life setting; (2) The researcher’s role is
gain a ‘holistic’ or integrated overview of the study, including
the perceptions of participants; (3) Themes the emerges from
the data are often reviewed with informants for verification;
(4) The main focus of research is to understand the ways in
which people act and account for their actions.
Keempat karakteristik penelitian kualitatif perspektif
Miles dan Huberman di atas dapat dijelaskan secara sederhana
sebagai berikut:
1. Penelitian kualitatif bersifat intensif. Penelitian kualitatif
tidak seharusnya dilakukan dengan setengah hati. Melain-
kan harus dilakukan melalui hubungan intensif dengan
yang diteliti. Yaitu melaksanakan penelitian dengan
sungguh-sungguh di lapangan (lokasi penelitian), guna
memperoleh hasil yang maksimal. Hal tersebut dilakukan
dengan menjaga harmonisasi hubungan dengan yang
diteliti ataupun dengan para partisipan dan informan
sebagai sumber data.
2. Penelitian kualitatif bersifat holistik. Peneliti dituntut
untuk sedapat mungkin memperoleh data secara holistik

Penelitian Kualitatif 7
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

atau menyeluruh. Peneliti tidak memandang data yang ia


peroleh sebagai sesuatu yang terpisah melainkan sebagai
sesuatu yang memiliki kesatuan antara data yang satu
dengan lainnya.
3. Penelitian kualitatif bersifat verifikatif. Artinya data yang
telah diperoleh harus senantiasa diulas dan dirundingkan
dengan para informan untuk diverifikasi atau dicek.
Menurut Moleong (2013) hal ini disebabkan oleh beberapa
hal; pertama, susunan dari merekalah (informan) yang
akan diangkat oleh peneliti. Kedua, hasil penelitian ber-
gantunng pada hakikat dan kualitas hubungan antara pen-
cari (peneliti) dengan yang dicari (yang diteliti). Ketiga,
konfirmasi hipotesis kerja akan menjadi lebih baik
verifikasinya apabila diketahui dan dikonfirmasikan oleh
orang-orang yang ada kaitannya dengan yang diteliti.
4. Penelitian kualitatif memiliki fokus utama yaitu memahami
tindakan seseorang dan pertanggungjawabannya atas
tindakan itu. Dalam penelitiannya, peneliti tidak sekedar
mengamati perilaku objek semata. Melainkan ia dituntut
untuk memahami perilaku tersebut, dengan meminta infor-
masi pertanggungjawaban atau alasan terhadap perilaku
tersebut. Jadi seorang peneliti kualitatif tidak sekadar me-
minta informasi lalu membenarkannya langsung, namun
lebih dari itu peneliti harus mengetahui dan memahami
motif di balik perilaku subjek atau jawaban pertanyaan dari
informan. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan data
yang berkualitas.
Demikian pula Klenke (2008) dalam bukunya “Quali-
tative Research in The Study Leadership” memaparkan empat
karakteristik penelitian kualitatif: (1)Qualitative research is
predominantly inductive and conducted in natural-settings; (2)
In qualitative research, sample size does matter; (3)

8 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Qualitative data are derived from the participants perspective;


(4) Qualitative design are flexible (reflexive) and can, and
should be changed to match the dynamics of the evolving
research process.
Dari pemaparan Klenke di atas dapat diuraikan secara
sederhana bahwa penelitian kualitatif memiliki empat karak-
teristik dalam pandangannya yaitu:

1. Data lebih dominan dianalisis secara induktif dan pe-


nelitian dilakukan dalam kondisi alamiah (natural setting).
Analisis induktif digunakan dalam penelitian kualitatif
karena beberapa alasan. Pertama, proses induktif lebih dapat
menemukan kenyataan-kenyataan penelitian sebagai yang
terdapat dalam data. Kedua, analisis induktif lebih dapat
membuat hubungan peneliti-responden menjadi eksplisit, dapat
dikenal dan akuntabel. Ketiga, analisis demikian lebih dapat
mengurai latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-
keputusan tentang dapat-tidaknya pengalihan kepada suatu
latar yang lain. Keempat, analisis induktif lebih dapat me-
nemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-
hubungan. Kelima, analisis demikian dapat memperhitungkan
nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari struktur analitik
(Endraswara, 2006).
Di samping itu, sifat dasar penelitian kualitatif adalah
berlatar alamiah (natural setting). Penelitian dilakukan tanpa
ada rekayasa sedikit pun dari peneliti. Peneliti benar-benar
secara alami memasuki dunia yang ditelitinya. Peneliti datang
ke lokasi penelitian dan berbaur alami dengan objek penelitian.
Ia mengobservasi, merekam, memotret, dan membuat catatan-
catatan lapangan dalam kondisi alami sesuai dengan fakta yang
ditemukan di lapangan. Inilah yang diistilahkan oleh Merriem
dengan construct reality (membangun realitas) – sebagaimana

Penelitian Kualitatif 9
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

yang dijelaskan diawal pembahasan “karakteristik penelitian


kualitatif” ini.

2. Dalam penelitian kualitatif, ukuran sampel tidak terlalu


dipedulikan.
Dalam Penelitian kualitatif tidak tepat untuk mem-
perkirakan jumlah sampel. Pentingnya ukuran sampel dalam
penelitian kualitatif benar-benar tidak relevan. Karena betapa
banyak orang yang akan diwawancarai dengan jumlah per-
tanyaan dan tingkat keluangan informan yang tidak terjamin.
Oleh karena itu ukuran sampel bukan menjadi hal yang utama,
karena yang paling ditekankan adalah kekayaan dan kualitas
informasi.

3. Data kualitatif berdasarkan perspektif partisipan atau


informan (subyektif)
Penelitian kualitatif merupakan aktifitas menggali
makna yang diteliti berdasarkan perspektif partisipan. Di mana
subjek membangun atau menyusun makna berdasarkan proses
pendeskripsian makna yang disusun subjek. Oleh karena itu
riset kualitatif bersifat subjektif. Sarwono (2011) menjelaskan
mengapa penelitian kualitatif bersifat subjektif?. Menurutnya,
riset kualitatif menggambarkan suatu masalah atau kondisi dari
sudut pandang individu-individu yang mengalaminya. Pemilih-
an individu-individu tersebut didasarkan pada kekayaan infor-
masi mereka dalam kaitannya dengan masalah yang sedang
dikaji.

10 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

4. Desain kualitatif bersifat fleksibel (refleksif) dan dapat,


bahkan harus diubah agar sesuai dengan dinamika proses
perkembangan penelitian.
Desain penelitian kualitatif tidaklah bersifat baku.
Kenyataannya, hal ini berimplikasi pada tidak adanya format
atau sistematika baku dalam penulisan proposal penelitian.
Sebagaimana fakta yang terjadi di masing-masing perguruan
tinggi (PT), sistematika penulisan proposal antara PT yang satu
dengan yang lainnya berbeda-beda, walaupun ada bagian-
bagian pokok yang harus ada.
Sebagaimana yang tercermin dari penamaannya yaitu
“kualitatif”, maka maksud penelitian ini adalah untuk me-
nemukan data dan informasi yang berkualitas. Untuk men-
dapatkan data-data berkualitas tersebut, maka penelitian kuali-
tatif diformat dalam bentuk yang fleksibel, yaitu terbuka
terhadap kemungkinan-kemungkinan masalah yang terus ber-
kembang dengan data yang bervariasi di luar dugaan peneliti.
Oleh karena itu ada beberapa alasan yang dikemuka-
kan oleh Moleong mengenai “mengapa desain kualitatif ber-
sifat fleksibel?”yaitu: pertama, tidak dapat dibayangkan se-
belumnya tentang kenyataan-kenyataan jamak, biasa dilapang-
an; kedua,tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan
berubah, karena hal itu akan terjadi dalam interaksi antara
peneliti dengan kenyataan; ketiga, bermacam-macam sistem
nilai yang terkait berhubungan dengan cara yang tidak dapat
diramalkan.
Lebih rinci Jones, Brown dan Holloway (2013)
menjelaskan dalam bukunya “Qualitative Research in Sport
and Physical Activity”. bahwa: “the essential traits of
qualitative explain its character, they are:flexibility, coherence
and consisitency, priority of data, context sensitivity, Thick
description, Immersion in the setting (natural setting),

Penelitian Kualitatif 11
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Insider/outsider perspectives, Reflexivity and ‘critical


subjectivity’. –Menurut mereka karakteristik penelitian kuali-
tatif meliputi: fleksibilitas, koherensi dan konsisten, prioritas
data, sensitivitas konteks, deskriptif, alamiah (natural setting),
insider/outsider perspektif, refleksif dan subjektif.

----------------------------------------------------------------------------

Karakteristik penelitian kualitatif


menurut beberapa ahli
----------------------------------------------------------------------------

D. Perbedaan Antara Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif


Pada dasarnya penelitian kualitatif dan kuantitatif
dapat dibedakan melalui tinjauan tiga aspek yaitu perbedaan

12 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

aksioma, proses penelitian dan karakteristik penelitian. Pen-


jelasan dari aspek-aspek tersebut, berikut ini:

1. Perbedaan dari segi aksioma


Aksioma dapat dipahami sebagai pandangan dasar di
awal penelitian yang meliputi sifat realitas, hubungan peneliti
dengan yang diteliti, hubungan antar variabel, kemungkinan
generalisasi dan nilai. Lebih detail dapat dilihat dalam tabel
berikut ini:

No. Aksioma Kualitatif Kuantitatif


1 Sifat realitas Realitas dipandang Realitas
abstrak karena dipandang
menghendaki konkrit, dapat
makna dibaliknya, dikategorisasi
dan belum dapat menurut jenis,
dikategorisasi warna, bentuk
karena bersifat dan sebagainya.
holistik dan
dinamis.
2 Hubungan Dependen: Independen:
peneliti penelitian peneliti tidak
dengan yang bergantung pada mengenal
diteliti hubungan antara respondennya
peneliti dengan
yang diteliti dan
atau narasumber
atau informan.
3 Hubungan Variabel lebih Variabel lebih
antar variabel interkatif (saling bersifat klausal
mempengaruhi) atau hubungan

Penelitian Kualitatif 13
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

sebab akibat
antara variabel
inpenden dan
dependen
4 Kemungkinan Lebih menekankan Lebih
generalisasi kedalaman menekankan pada
informasi, sehingga keluasan
tidak informasi dari
memungkinkan banyak populasi
untuk melakukan dengan jumlah
generalisasi sampel terbatas,
sehingga hasilnya
dapat
digeneralisasi
terhadap populasi
lainnya
5 Nilai Bebas nilai Terikat nilai
karena senantiasa
berinteraksi
dengan
narasumber

Perbedaan kualitatif & kuantitatif daris segi aksioma


Sumber: Sugiyono (2013) telah dimodifikasi

2. Perbedaan dari segi proses penelitian


Tidak hanya berbeda dari segi aksioma, penelitian
kualitatif dan kuantitatif juga berbeda dari segi proses. Untuk
lebih jelasnya, perbedaan proses tersebut dapat dilihat pada
skema berikut ini:

14 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

KUALITATIF KUANTITATIF

Identifikasi masalah Studi pendahuluan: melalui fakta


empiris dan penguasaan teori

Fokus masalah Merumuskan masalah:sesuai


penemuan dalam studi
pendahuluan

Merumuskan masalah
Membuat hepotesis masalah

1) Menentukan metode penelitian


1) Pengkajian teori; 2) Membuat instrument pengujian
2) Menentukan metode hepotesis
penelitian

Menyebarkan instrument penelitian

Pengumpulan data:
observasi, wawamcara,
dokumentasi, analisis teks Pengumpulan data hasil pengujian
hepotesis

Analisis data
Analisis data

Interpretasi data Interpretasi data

Penemuan Hasil pengujian hepotesis

Penelitian Kualitatif 15
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

3. Perbedaan dari segi karakteristik penelitian


Pada pembahasan sebelumnya telah dipaparkan
pendapat para ahli mengenai karakteristik penelitian kualitatif,
namun pada bagian ini akan dipaparkan perbedaan karak-
teristik antara penelitian kualitatif dan kuantitatif secara lebih
jelas dan komprehensif, yang dapat dilihat dalam tabel berikut
ini:

No. Karakteristik Kualitatif Kuantitatif


1 Desain 1. Bersifat umum 1. Spesifik, rinci

2. Permasalahan 2. Permasalahan
bersifat bersifat
fleksibel, permanen
tentatif, sejak awal

3. Dinamis 3. Stagnan
mengikuti
permasalahan
2 Tujuan 1. Menemukan 1. Menunjukkan
pola hubungan hubungan
yang bersifat antar variabel
interaktif
2. Meneliti 2. Menguji teori
fenomena yang dalam bentuk
kompleks dan hipotesis
holistic
3. Menemukan 3. Menjeneralisa
pemahaman si secara
mendalam prediktif
sehingga
memungkinkan
diperoleh teori
baru

16 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

3 Teknik 1. Observasi 1. Eksprimen,


penelitian partisipatif survey
2. Wawancara 2. Kuesioner
mendalam
3. Dokumentasi 3. Observasi dan
wawancara
terstruktur
4 Instrument 1. Peneliti sendiri 1. Test, angket,
penelitian draf
wawancara
terstruktur
2. Buku catatan 2. Instrumen
lapangan, yang telah
handycam, dibuat sendiri
kamera, tape oleh peneliti
recorder dan
sebagainya.
5 Data 1. Deskriptif, 1. Kuantitatif,
naratif numerik
2. Dokumen 2. Hasil
pribadi, catatan pengukuran
lapangan; variabel
ungkapan dan dioperasional
tindakan kan dengan
narasumber, menggunakan
transkrip, instrument
artefak 3. Random/acak
: memilih
papulasi
secara acak
untuk
dijadikan
sampel
6 Sampel 1. Kecil 1. Besar
2. Tidak harus 2. Repsentatif

Penelitian Kualitatif 17
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

repsentatif
3. Purposive, 3. Sedapat
snowball mungkin
random
4. Dinamis: 4. Permanen:
diharapkan ditentukan
memperoleh sejak awal
pemahaman penelitian
yang mendalam
7 Analisis 1. Induktif 1. Deduktif
2. Menggunakan 2. Menggunakan
tema, teori, statistic
pola tertentu.
3. Proses analisis 3. Proses
dari sejak awal analisis
penelitian setelah
hingga akhir pengumpulan
penelitian, terus data
menerus
8 Hubungan 1. Intraktif, 1. Berjarak,
dengan empati, akrab, bahkan tanpa
responden/infor tanpa jarak kontak
man 2. Hubungan 2. Jangka
jangka panjang pendek
3. Antara peneliti 3. Peneliti
dan informan terkesan lebih
lebih egaliter tinggi
9 Usulan desain 1. Singkat 1. Spesifik
2. Literatur 2. Literatur yang
bersifat berhubungan
tentative dengan
masalah, dan
variabel yang
diteliti
3. Prosedur 3. Prosedur

18 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

bersifat umum spesifik


dengan
langkah-
langkah yang
rinci
4. Masalah 4. Masalah
bersifat tentatif dirumuskan
secara
permanen
5. Tidak ada 5. Memiliki
perumusan rumusan
hepotesis hipotesis yang
jelas
6. Fokus utama 7. Ditulis secara
ditetapkan rinci dan jelas
setelah sebelum
diperoleh data melakukan
awal di penelitian
lapangan
10 Kapan Setelah tidak ada Setelah semua
penelitian lagi data yang data yang
dianggap dianggap baru direncanakan di
selesai? awal penelitian
terkumpul
11 Kepercayaan Pengujian Pengujian
terhadap hasil kredibilitas proses validitas dan
penelitian dan hasil penelitian realibilitas
instrument

Perbedaan penelitian kualitatif


dan kuantitatif dari segi karakteristik
Sumber: Sugiyono (2012) telah dimodifikasi

Penelitian Kualitatif 19
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

E. Kegunaan Penelitian Kualitatif


Kualitatif dan kuantitatif merupakan dua model pen-
dekatan penelitian yang umum digunakan. Sehingga barangkali
muncul pertanyaan dalam diri kita, pendekatan mana yang
paling ilmiah? Tentu di antara kedua pendekatan penelitian
tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan tergantung kapan,
di mana dan dalam kondisi apa ia digunakan. Penelitian
kualitatif dan kuantitatif dapat diibaratkan seperti kunci yang
berbeda, sedangkan masalah penelitian dapat diibaratkan se-
perti pintu. Tentunya pintu akan terbuka bila sesuai dengan
kunci yang digunakan. Demikian pula masalah akan terurai,
terjawab bila sesuai dengan pendekatan penelitian yang di-
gunakan. Oleh karena itu peneliti harus mengetahui kapan
dirinya akan menggunakan penelitian kualitatif atau kuantitatif.
Sugiyono (2012) menyebutkan mengenai kapan pe-
nelitian kualitatif digunakan, yaitu sebagai berikut:

1. Bila masalah penelitian belum jelas, masih bias bahkan


gelap
Salah satu karakteritik penelitian kualitatif adalah
peneliti berangkat dari kondisi kosong tanpa masalah. Per-
masalahan belum dapat dideteksi secara rinci. Ibaratnya
seseorang yang hendak diajak pesiar ke suatu lokasi yang
pertama kali ia kunjungi. Ia hanya diberitahu mengenai lokasi
pesiarnya, namun tidak dijelaskan mengenai keadaan, situasi
dan kondisi lokasi tersebut.

2. Untuk memahami makna di balik data yang nampak


Kejadian, peristiwa atau perilaku yang nampak sering-
kali tidak dapat dimaknai dan difahami secara kasat mata,
namun harus diteropong secara kualitatif melalui kegiatan
semisal wawancara mendalam, observasi, dokumentasi. Me-

20 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

lalui kegiatan tersebut peneliti dapat mengetahui motif


kejadian, peristiwa maupun perilaku tersebut. Misalnya siswa
bersaf rapi setiap shalat zuhur berjamah di mushalla sekolah.
Kondisi yang demikian bisa saja diklaim secara kuantitatif
sebagai sebuah kegiatan yang telah berhasil membentuk
karakter siswa. Namun, mungkin secara kualitatif tidak
demikian, bisa saja siswa melakukan hal tersebut karena takut
kepada gurunya, atau ingin dipuji dan sebagainya.

3. Untuk memahami interaksi sosial


Interaksi sosial merupakan persoalan yang sangat
kompleks. Persoalan sangat mungkin diurai secara tuntas dan
konprehensif dengan metode kualitatif, misalnya peneliti
berpartisipasi aktif dalam observasi dan melakukan wawancara
secara mendalam, sehingga dapat ditemukan pola interaksi
yang jelas antara satu masalah (fenomena, gejala, peristiwa,
perilaku dan lain-lain) dengan masalah (fenomena, gejala,
peristiwa, perilaku) lainnya.

4. Untuk memahami perasaan orang


Perasaan seseorang yang meliputi bahagia, susah,
marah, khawatir, sedih, terharu dan sebagainya hanya dapat
diketahui dengan secara holistik-konprehensif melalui pen-
dekatan kualitatif seperti wawancara mendalam. Sebab, pe-
rasaan dapat dideskripsikan secara luas, detail dan mendalam
oleh subjek atau informan hanya melalui wawancara.

5. Untuk mengembangkan teori


Penelitian kualitatif sangat cocok digunakan untuk
mengembangkan teori yang dibangun berdasarkan data yang
diperoleh di lapangan melalui survei awal dan telaah literatur.
Melalui dua kegiatan tersebut peneliti dapat menemukan teori

Penelitian Kualitatif 21
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

yang sudah ada secara praktis di lapangan dan secara teoretis


dalam literatur, selanjutnya dikembangkan atau bahkan dapat
melahirkan teori baru.

6. Untuk memastikan kebenaran data


Menggunakan teknik pengumpulan data kadang-
kadang tidak dapat menjawab permasalahan penelitian dengan
pasti. Maka penelitian kualitatif merupakan pilihan yang tepat
untuk mendapatkan kualitas data yang dapat diyakini ke-
benarannya. Sebab dalam penelitian kualitatif, peneliti dapat
memastikan kebenaran atau tingkat validitas data-data yang
dikumpulkan dan diuji keabsahannya melalui triangulasi.

7. Untuk meneliti sejarah perkembangan


Dalam penelitian yang berhubungan dengan sejarah,
penelitian kualitatif dilengkapi dengan teknik pengumpulan
data yang efektif yaitu dokumentasi dan wawancara. Kedua
teknik tersebut bila digunakan dengan baik dapat mengurai
perkembangan sejarah yang diteliti lebih detail, holistik, saling
berkaitan dan sambung menyambung.
Selain ketujuh kegunaan penelitian kualitatif di atas,
Moleong (2013) juga menyajikan lebih rinci mengenai ke-
gunaan penelitian kualitatif sebagai berikut:
1. Pada upaya pemahaman penelitian perilaku dan penelitian
motivasional;
2. Untuk penelitian konsultatif;
3. Memahami isu-isu rumit suatu proses;
4. Memahami situasi rinci tentang situasi dan kenyataan yang
dihadapi seseorang;
5. Untuk memahami isu-isu yang sensitive;
6. Untuk keperluan evaluasi;

22 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

7. Untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dpat


diteliti melalui penelitian kuantitatif;
8. Digunakan untuk meneliti tentang hal-hal yang berkaitan
dengan latar belakang subjek penelitian;
9. Digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena
yang sampai sekarang belum banyak diketahui;
10. Digunakan oleh peneliti dengan maksud untuk meneliti
sesuatu secara mendalam;
11. Dimanfaatkan oleh peneliti yang berminat untuk menelaah
sesuatu latar belakang misalnya motivasi, peranan, nilai,
sikap, dan persepsi;
12. Digunakan oleh peneliti yang berkeinginan untuk meng-
gunakan hal-hal yang belum banyak diketahui ilmu pe-
ngetahuan;
13. Dimanfaatkan oleh peneliti yang ingin meneliti sesuatu dari
segi proses.

F. Keunggulan Penelitian Kualitatif


Adapun keunggulan metode penelitian kualitatif di-
banding kuantitatif secara umum dapat diuraikan sebagai
berikut:
Pertama, penelitian kualitatif lebih memungkin lahir-
nya teori baru. Sebab prosedur pelaksanaannya sangat meng-
andalkan data empiris lapangan yang dikuatkan oleh teori-teori
yang sudah ada. Juga cara kerja penelitian kualitatif lebih
mengedepankan konseptualisasi yang dihasilkan dari data
(induktif).
Kedua,lebih memungkin untuk menguak makna-
makna subyektifitas sosial yang tersembunyi, seperti hal-hal
yang berkaitan dengan masalah nilai, agama atau pun ke-
budayaan. Sebab, tidak semua fakta sosial dapat diidentifikasi
secara kuantatif.

Penelitian Kualitatif 23
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

24 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 2

PROPOSAL DAN LAPORAN


HASIL PENELITIAN KUALITATIF

A. Proposal Penelitian
1. Definisi dan Manfaat Proposal Penelitian
Setelah melalui tahapan-tahapan pra-penelitian yaitu
identifikasi masalah, fokus masalah dan merumuskan judul,
maka langkah selanjutnya adalah membuat proposal penelitian
sebagai langkah profesional dalam melakukan penelitian
ilmiah. Artinya untuk melakukan penelitian dari awal hingga
akhir dengan hasil yang maksimal dibutuhkan manajemen yang
tepat untuk mengelola sebuah penelitian. Karena bagaimana-
pun penelitian yang tidak dimanaj dan tidak memiliki pe-
rencanaan akan menjadikan proses penelitian tersebut ambu-
radul bahkan tidak selesai.
Moleong (2013) mengamini proposal penelitian se-
padan dengan istilah “research design” – desain penelitian -
sebagaimana istilah yang banyak digunakan dalam literatur
penelitian. Ada juga yang mengistilahkan proposal penelitian
sebagai “usulan penelitian”. Namun baik istilah “research
design” maupun “usulan penelitian” pada dasarnya me-
ngandung pengertian proses perencanaan penelitian. Sehigga
penulis memahami bahwa proposal penelitian merupakan
perencanaan penelitian yang memuat tahapan-tahapan sistemik

Penelitian Kualitatif 25
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dan prosedur pelaksanaannya, yang ditulis oleh peneliti untuk


dijadikan acuan atau pedoman dalam melaksanakan penelitian
di lapangan. Namun dalam konteks penelitian yang lebih
khusus yaitu kualitatif yang bersifat fleksibel dan dinamis yang
memiliki kemungkinan besar untuk mengalami perubahan dan
perombakan, sangat tepat apa yang dikatakan oleh Moleong
bahwa penelitian adalah usaha merencanakan dan menentukan
segala kemungkinan dan perlengkapan yang diperlukan dalam
suatu penelitian kualitatif. Jadi menurutnya proposal yang
ditulis dalam penelitian kualitatif bukanlah harga mati. Apa
yang ada di dalamnya merupakan kemungkinan-kemungkinan
yang akan dilakukan di lapangan, dan bila tidak memungkin-
kan maka akan dilakukan revisi dan digantikan dengan ke-
mungkinan lainnya.
Penelitian kualitatif dengan karakteristiknya yang
fleksibel dan dinamis, memiliki implikasi terhadap sistematika
dan konten proposal. Di mana proposal penelitian sangat me-
mungkinkan untuk mengalami perubahan berupa penambahan
maupun pengurangan rumusan masalah, perubahan teknik
pengumpulan data, perubahan metode dan analisis data, dan
sebagainya, tergantung tuntutan objek dan kebutuhan serta
kemampuan peneliti sendiri. Lain halnya dengan penelitian
kuantitatif yang memiliki karakteristik jelas dan spesifik, maka
konsekuensinya adalah proposal harus dibuat secara jelas dan
spesifik pula sebelum memulai penelitian. Sehingga dapat
dikatakan bahwa proposal penelitian kuantitatif merupakan
panduan permanen yang harus dilaksanakan sesuai prosedur
dan tahapan penelitian yang telah dibuat. Jika peneliti dari awal
telah menentukan masalah “A”, maka rumusan masalah, tujuan
penelitian, teknik pengumpulan data, dan sebagainya haruslah
“A” baik dalam proposalnya maupun dalam pelaksanaannya di
lapangan. Oleh karena itu baik menggunakan metode penelitian

26 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

kualitatif atau kuantitatif, keberadaan proposal sangatlah esensi


demi mengendalikan penelitian yang efektif sesuai tujuan
penelitian dan efisien sesuai dengan waktu, biaya dan tenaga.
Zuhriah (2006) menjelaskan bahwa dengan adanya
proposal penelitian, peneliti akan memiliki panduan yang jelas
mengenai apa yang akan dilakukan, menghemat tenaga dan
waktu, karena dengan proposal tersebut kekeliruan diharapkan
dapat diminimalisasikan, dan orang lain akan mengikuti secara
jelas jalannya penelitian yang akan dilakukan. Di samping itu,
ia juga menjelaskan bahwa manfaat lain dari penyusunan
proposal adalah peneliti dapat melakukan evaluasi terus me-
nerus terhadap apa yang dilakukan serta melakukan modifikasi
dan pengembangan jika diperlukan. Barangkali proposal dapat
dikatakan sebagai sebuah peta untuk menelusuri jalannya
penelitian agar tidak tersesat dan sampai pada tujuan yaitu
menemukan jawaban atau solusi dari masalah yang diteliti.

2. Sistematika Penyusunan Proposal


Tidak ada standar yang pasti tentang sistematika
penyusunan proposal penelitian. Struktur ini tergantung dari
universitas/institusi dimana Anda belajar/bekerja, area peneliti-
an, jenis penelitian (kuantitatif, kualitatif, mixed method).
Dengan kata lain, dalam menyusun proposal penelitian, tidak
ditemukan sistematika baku dalam penulisan proposal baik
kualitatif maupun kuantitatif. Hal tersebut dapat dilihat dari
sistematika penyusunan proposal sebuah lembaga penelitian
yang satu dengan lainnya berbeda, antara perguruan tinggi (PT)
“X” dengan PT “Y” berlainan, dan antara sponsor “A” dengan
sponsor “B” juga demikian. Namun ada bagian-bagian pokok
yang tidak boleh hilang, yang harus tertera dalam proposal
penelitian. Dan perlu diketahui bahwa letak perbedaan nyata
antara penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat dilihat dari

Penelitian Kualitatif 27
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

judulnya dan beberapa istilah khusus dalam masing-masing


penelitian. Misalnya dalam penelitian kuantitatif dikenal istilah
hipotesis sedangkan dalam penelitian kualitatif tidak ada.
Oleh karena itu penulis merasa sangat perlu untuk
memaparkan beberapa sistematika penulisan proposal kualitatif
yang dikutip dari berbagai sumber untuk dijadikan perbanding-
an:

1. Menurut Satori dan Komariah (2012) bahwa rumusan


sistematika proposal penelitian kualitatif sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian

II. STUDI PUSTAKA


III.METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
B. Lokasi Penelitian
C. Jenis Data Penelitian
D. Sumber Data Penelitian
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Keabsahan Data
H. Waktu dan Tahapan Penelitian

28 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

2. Sugiyono (2013) merumuskan sistematika penyusunan


proposal kualitatif sebagai berkut:

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian

II. STUDI KEPUSTAKAAN


A. Teori 1
B. Teori 2
C. Teori 3 dan seterusnya

III. PROSEDUR PENELITIAN


A. Metode, dan alasan menggunakan metode
B. Tempat penelitian
C. Instrumen Penelitian
D. Sampel Sumber Data
E. Teknik Pengumpulan Data
F. Teknik Analisis Data
G. Rencana Pengujian Keabsahan data

IV. ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN


A. Organisasi Penelitian
B. Jadwal Penelitian

V. BIAYA YANG DIPERLUKAN

Penelitian Kualitatif 29
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

3. Menurut Moleong (2013) bahwa sistematika penyusunan


proposal penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Fokus Penelitian dan Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Paradigma
E. Manfaat Penelitian

Bab II. ACUAN TEORI


A. Acuan Teori (yang berkaitan dengan fokus 1)
B. Acuan Teori (yang berkaitan dengan fokus 2)
C. Acuan Teori (yang berkaitan dengan fokus selanjutnya)

Bab III. METODOLOGI PENELITIAN


A. Deskripsi Latar, Sumber Data, Satuan Kajian, dan Entri
B. Metode/Teknik Penelitian
C. Data dan Sumber Data
D. Prosedur Pengumpulan Data
E. Analisis Data
F. Pemeriksaan Keabsahan Data

4. Adapun sistematika penyusunan proposal penelitian


kualitatif menurut penulis adalah sebagai berikut:
Bab I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Fokus Penelitian
C. Rumusan Masalah
D. Tujuan Penelitian
E. Manfaat Penelitian
F. Penelitian yang Relevan

30 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bab II. KAJIAN PUSTAKA


Bab III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Teknik Pengumpulan Data
D. Analisis Data
E. Pemeriksaan Keabsahan Data

B. Laporan Penelitian
1. Jenis dan Manfaat Laporan Penelitian
Laporan penelitian merupakan karya ilmiah yang di-
tulis secara sistematis setelah rangkaian proses penelitian
dianggap berakhir. Penulis melaporkan secara tertulis me-
ngenai hasil yang diperoleh dalam penelitian yang dilakukan-
nya. Laporan penelitian memiliki ragam jenis dan manfaat. Di
antaranya yaitu:
Pertama, laporan penelitian untuk keperluan aka-
demis, yaitu laporan yang dibuat oleh mahasiswa di tingkat
pendidikan tinggi. Laporan penelitian dalam hal ini dibagi
menjadi tiga jenis yaitu: skripsi bagi S1, tesis bagi S2, dan
disertasi bagi S3. Ketiga jenis laporan tersebut merupakan
tugas akhir yang wajib dilakukan oleh setiap mahasiswa di
bawah bimbingan dosen yang telah ditentukan.
Kedua, laporan penelitian untuk keperluan publikasi
ilmiah, yaitu laporan penelitian yang ditulis untuk dimuat
dalam jurnal ilmiah. Bentuk laporan penelitian ini tidak seluas
laporan penelitian untuk keperluan akademis di perguruan
tinggi. Biasanya penelitian ini dilakukan oleh kalangan dosen
di bawah otoritas lembaga penelitian universitas/institut atau
fakultas.
Ketiga, laporan penelitian untuk keperluan peng-
ambilan kebijakan dan evaluasi. Dalam hal ini laporan

Penelitian Kualitatif 31
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

penelitian merupakan hasil dari penelitian yang disponsori oleh


institusi tertentu. Misalnya pemerintah ingin memutuskan
sebuah kebijakan atau hendak mengevalusi kebijakannya,
maka ia akan mensponsori untuk meneliti mengenai kebijakan
tersebut. Demikian pula yang dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan swasta untuk keperluan bisnis dan sebagainya,
seperti penelitian respon masyarakat terhadap suatu produk dan
lain-lain.

2. Sistematika Laporan Penelitian


Sistematika laporan penelitian sebenarnya tidaklah
baku. Hal tersebut tergantung pada lembaga penyelenggara
penelitian seperti apa yang dikehendaki. Namun secara umum
laporan penelitian memiliki standar minimal yang ditentukan
oleh penyelenggara penelitian, yang tertuang dalam buku
pedoman penulisan skripsi, tesis maupun disertasi. Laporan
penelitian biasanya tersusun dari sejumlah bab yang di-
sesuaikan dengan pendekatan dan jenis penelitian yang
digunakan.
Khusus dalam laporan penelitian kualitatif, biasanya
sistematika laporan penelitian sekurang-kurangnya memuat
lima bab, yaitu:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Kajian Pustaka
Bab III : Metodologi Penelitian
Bab IV: Data Temuan dan Pembahasan
Bab V : Simpulan dan Saran
(masing-masing bab di atas memuat sub-sub bab yang disesuai
dengan kebutuhan peneliti).
Menurut Moleong (2013), kerangka (sistematika)
laporan penelitian tersusun dari:
Bab I : Latar Belakang, Masalah, dan Tujuan Penelitian

32 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

A. Latar Belakang Masalah


B. Masalah dan Pembatasan Masalah
C. Tujuan, Kegunaan, dan Prospek Penelitian
Bab II : Acuan Teori
Bab III : Metodologi
Bab IV: Penyajian Data
Bab V : Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Bab VI: Kesimpulan
Menurut Sugiyono (2013) sistematika penulisan laporan
penelitian sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Landasan Teori
Bab III : Prosedur Penelitian
Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab V : Kesimpulan dan Saran

Sistematika penulisan di atas merupakan isi pokok


dari laporan penelitian. Namun lebih detail sistematika pe-
nulisan laporan memuat tiga bagian yaitu:
Bagian pertama: bukan termasuk isi laporan, namun lebih
menerangkan isi laporan secara umum yang terdiri dari:
1. Sampul Laporan Penelitian; sampul dalam dan luar yang
berisi judul penelitian, logo lembaga, nama peneliti dan
nama institusi/lembaga penyelenggara penelitian;
2. Halaman pernyataan keaslian karya ilmiah;
3. Halaman pengesahan jika sudah disetujui oleh pem-
bimbing;
4. Kata pengantar;
5. Abstraksi; dan
6. Daftar isi.
Bagian kedua: isi laporan penelitian, dan
Bagian ketiga: Lampiran penelitian (jika ada)

Penelitian Kualitatif 33
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

34 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 3

TOPIK, IDENTIFIKASI MASALAH


& JUDUL PENELITIAN

A. Topik
1. Definisi Topik
Dalam setiap penelitian ilmiah, langkah yang paling
awal dilakukan oleh peneliti adalah menentukan topik. Pe-
milihan topik sebagai langkah awal memiliki implikasi ter-
hadap tahapan-tahapan penelitian selanjutnya, seperti pe-
nentuan masalah, merumuskan judul, latar latar belakang,
rumusan masalah, menentukan literatur atau bahan bacaan,
metode penelitian dan pengumpulan data.
Topik, secara bahasa, berasal dari bahasa Inggris yaitu
topic yang diterjemahkan menjadi pokok pembicaraan (Echols
& Shadili, 1988). Dalam Kamus Bahasa Indonesia (2008),
topik dimaknai (1) Pokok pembicaraan diskusi, ceramah,
karangan dan sebaginya; (2) Hal yang menarik perhatian umum
pada waktu akhir-akhir ini atau bahan pembicaraan. Jadi, bila
merujuk kepada pemaknaan-pemaknaan tersebut, dapat di-
simpulkan bahwa topik dalam konteks penelitian dapat di-
pahami sebagai isu atau tema sentral yang aktual dalam
berbagai aspek kehidupan manusia, meliputi agama, sosial,
budaya, pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya.

Penelitian Kualitatif 35
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Topik-topik tersebut merupakan sesuatu yang menarik minat


masyarakat untuk dibicarakan, didiskusikan dan ditulis. Se-
makin sering dibicarakan, topik tersebut semakin menarik
untuk diangkat menjadi sebuah penelitian.

2. Tips Memilih Topik


Dalam penelitian akan dijumpai berbagai topik, tema
atau isu aktual, sehingga calon peneliti kadang-kadang merasa
bimbang menentukan topik penelitiannya. Hal ini disebabkan
oleh berbagai alasan, seperti peneliti berpikir “apakah topik
yang telah ia tentukan itu benar-benar menarik untuk dirinya
dan orang lain atau tidak?” apakah topik ini sudah sering
diteliti atau tidak?” dan sebagainya. Oleh karena itu calon pe-
neliti harus menelusuri literatur-literatur yang relevan dengan
topik penelitian yang dipilih, berupa buku-buku, jurnal dan
hasil-hasil penelitian ilmiah terdahulu, karena dengan cara ini
akan banyak ditahu informasi mengenai topik tersebut.
Untuk mendapatkan topik yang baik dan layak untuk
dilanjutkan menjadi sebuah penelitian, diperlukan beberapa
pertimbangan yaitu:
a. Topik disesuaikan dengan latar belakang pendidikan;
b. Topik yang diangkat benar-benar menarik bagi peneliti
sendiri;
c. Topik penelitian memuat permasalahan krusial yang urgen
untuk diteliti;
d. Topik memiliki manfaat signifikan;
e. Topik bersifat up to date;
f. Permsalahan dalam topik dapat dijangkau oleh tenaga,
pikiran dan biaya.

36 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

3. Cara Praktis Menemukan Topik


Memang menemukan topik bukanlah hal yang mudah
terutama bagi peneliti pemula. Kadang-kadang calon peneliti
pemula merasa bingung mengenai topik yang hendak diangkat
dalam penelitian. Oleh karena itu peneliti perlu melatih sen-
sitivitas diri agar lebih peka terhadap permasalahan, fenomena,
peristiwa dan gejala di tengah-tengah masyarakat. Kepekaan
sosial yang dimiliki seseorang memungkinnya untuk meng-
update permasalahan-permasalahan yang penting diteliti.
Berikut ini akan dipaparkan beberapa langkah atau
cara praktis yang dapat dilakukan untuk menemukan topik
penelitian yaitu:
a. Tentukan aspek penelitian yang Anda minati!, apakah
ekonomi, pendidikan, sosial, agama, budaya dan sebagai-
nya.
b. Buatlah tabel yang memuat: aspek penelitian dan topik!
c. Telusuri topik aspek penelitian tersebut dengan meng-
gunakan teknik “deteksi sisi hulu hingga hilir”! (Masyhuri
& Zainudin, 2008). Misalnya aspek pendidikan, topik
hulunya dapat berupa manajemen, kurikulum, belajar dan
pembelajaran, dan sebagainya. Jika manajemen, maka topik
hilirnya dapat berupa perencanaan, pelaksanaan, dan peng-
awasan. Jika kurikulum, sisi hilirnya dapat berupa kuri-
kulum berbasis ICT, kurikulum 2013, kurikulum KBK dan
sebagainya. Dan jika belajar dan pembelajaran, sisi hilirnya
dapat dipetakan menjadi teori pembelajaran, motivasi,
pengelolaan kelas, etika belajar dan sebagainya.
d. Tulislah topik yang Anda temukan tersebut pada tabel yang
telah Anda buat!

Penelitian Kualitatif 37
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Dalam bentuk yang sederhana dapat dilihat dalam


contoh berikut ini:

Aspek Topik
Penelitian Hulu Hilir
Pendidikan Manajemen - Perencanaan
- Pelaksanaan
- Pengorganisasian
- Pengawasan, dst.
Pendidikan Kurikulum - Implementasi kurikulim
2013
- Kurikukulum berbasis
ICT
- Kurikulum berbasis lokal
- Kurikulum PAI, dst.

Demikian pula dengan aspek penelitian yang lain

Semakin banyak aspek dan topik dapat dipetakan,


maka semakin besar bagi calon peneliti untuk mendapatkan
kriteria topik yang layak untuk ditentukan dalam penelitiannya.

B. Identifikasi Masalah
1. Definisi Identifikasi Masalah
Setelah topik ditentukan, selanjutnya adalah iden-
tifikasi masalah. Peneliti berusaha menemukan permasalahan-
permasalahan yang mungkin muncul dalam topik yang telah
ditentukan. Tanpa identifikasi masalah, maka proses penelitian
akan mengalami kebimbangan. Sebab masalah-masalah itulah
yang akan mengarahkan peneliti mengenai data apa, bagaimana
mengumpulkan dan menganalisisnya.

38 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Pada dasarnya suatu penelitian berawal dari masalah


yang dihadapi, sehingga memubutuhkan solusi pemecahan atau
jalan keluar. Namun dalam praktiknya, kadang-kadang peneliti
pemula lebih memikirkan judul yang hendak dirumuskan
ketimbang menemukan masalah. Padahal dapat diyakini bahwa
judul akan demikian mudah dibuat manakala topiknya dan
masalahnya sudah terdeteksi. Jadi pada dasarnya rumusan judul
yang hendak dibuat bersumber dari masalah yang dapat
diidentifikasi melalui membaca literatur, merenungkan peng-
alaman pribadi, menghadiri seminar ilmiah, membaca hasil
atau laporan penelitian dan sebagainya.
Lalu apakah yang dimaksud dengan “identifikasi
masalah”?. Identifikasi berasal dari bahasa Inggris identi-
fication. Dalam kamus Oxford (1995) kata identification di-
terjemahkan act of identifying yang berarti tindakan mengenal
atau proof of who or what yang berarti membuktikan siapa atau
apa. Jadi identifikasi adalah usaha mengenali atau mem-
buktikan sesuatu. Dalam KBBI (2008) identifikasi diterjemah-
kan sebagai perbuatan menetapkan identitas seorang benda.
Adapun masalah penelitian atau problem research
oleh Frankfort Nachmias dan Nachmias sebagaimana yang
dikutip McNabb (2010) mendefinisikan masalah penelitian
sebagai “an intellectual stimulus calling for a response in the
form of scientific inquiry”. – Stimulus intelektual yang
meminta respon dalam bentuk penelitian ilmiah. Definisi
senada juga diutarakan oleh Creswell (2008), yang penekanan-
nya lebih kepada pendidikan. Namun tidak sama sekali
merubah substansi dari definisi “masalah” itu sendiri. Ia me-
nyatakan “Research problems are the educational issues,
controversies, or concerns that guide the need for conducting a
study.” – Isu-isu pendidikan, kontroversi dalam pendidikan,
atau masalah-masalah yang memandu kebutuhan untuk me-

Penelitian Kualitatif 39
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

lakukan studi (penelitian). Menurut Afifuddin dan Saebani


(2012) masalah adalah sesuatu keadaan yang bersumber dari
hubungan antara dua faktor atau lebih yang menghasilkan
situasi yang membingungkan.
Jika demikian, masalah dalam penelitian bukanlah
seperti masalah yang biasa dibayangkan semacam musibah
atau malapeta, namun lebih kepada pendorong atau perangsang
akademik yang menuntut jawaban dalam bentuk penelitian
ilmiah. Atau barangkali tepat jika “masalah” dalam penelitian
disebut dengan istilah “kegelisahan intelektual” atau “ke-
galauan akademik” yang membutuhkan “jawaban akademis”
pula melalui serangkaian kegiatan penelitian ilmiah.
Di samping itu, masalah penelitian juga dapat di-
pahami sebagai penyimpangan dari apa yang seharusnya
dengan apa yang terjadi; Penyimpangan antara teori dengan
praktik, penyimpangan antara perencanaan dengan pelaksana-
an, dan penyimpangan pengalaman masa lampau dengan masa
sekarang (Sugiyono, 2013). Jadi masalah adalah fakta atau
realita yang tidak sesuai dengan kaedah, teori, kebijakan,
aturan, norma, rencana, pengalaman lalu dan sebagainya.
Contoh kecilnya dapat diilustrasikan dalam kalimat cerita
pendek berikut: (1) Sebuah teori mengatakan “A” namun
kenyataan yang dipraktikkan adalah “B, C, D, E, F dan
seterusnya”. Keadaan ini merupakan “masalah” karena tidak
sesuai dengan teori; (2) Seluruh PNS direncanakan mulai
masuk kerja tanggal 19 Agustus, namun kenyataannya banyak
yang tidak masuk bekerja pada tanggal tersebut. Ini juga
merupakan masalah karena tidak sesuai dengan rencana; (3)
Tempo dulu sebelum listrik masuk kampung, anak-anak gemar
sekali mengaji setelah magrib, tapi sekarang, ketika listrik telah
masuk kampung, kegemaran itu hilang. Ini pun adalah masalah
karena pengalaman sekarang tidak sama dengan pengalaman

40 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

masa silam; (4) Aturan lalu lintas mengharuskan pengendara


sepeda motor wajib menggunakan helm, namun banyak
pengendara yang tidak menggunakan helm saat bekendaraan.
Hal ini termasuk masalah juga karena tidak sesuai dengan
aturan. Demikian dan seterusnya.

HARAPAN

KENYATAAN

Ilustrasi Masalah Penelitian

2. Kriteria Masalah yang Baik


Sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dalam ruang
sosial, agama, budaya, politik, pendidikan, ekonomi, kesehatan
dan sebagainya, tentunya manusia memiliki banyak masalah,
sehingga masalah “sebenarnya” dengan mudah dapat diiden-
tifikasi. Walau mudah ditemukan, namun dalam proses pe-

Penelitian Kualitatif 41
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

milihan masalah sangat sulit untuk dilanjutkan ke level


penelitian. Lebih-lebih jika kita menemukan atau ditawarkan
masalah penelitian yang beragam, sehingga dengan sendirinya
kita menjadi bingung.
Dalam kondisi yang demikian maka perlu memiliki
dasar pertimbangan mengenai masalah penelitian yang hendak
dipilih, karena salah, keliru atau kurang pertimbangan dalam
memilih masalah akan berakibat pada kelancaran penelitian.
Bahkan boleh jadi penelitian akan terputus di tengah jalan.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dijadikan
pertimbangan dalam memilih dan menentukan masalah pe-
nelitian yaitu sebagai berikut:
a. Masalah harus memiliki nilai yang mencakup: pertama,
nilai keaslian yaitu bukan tiruan dan sudah banyak diteliti.
Sehingga diharapkan yang up to date; kedua, masalah
harus menyatakan suatu hubungan, ketiga, masalah harus
merupakan hal yang penting; keempat, masalah harus dapat
diuji; dan kelima, masalah harus dinyatakan dalam bentuk
pertanyaan.
b. Data harus fisibel yang meliputi: pertama, data dan metode
penelitian benar-benar tersedia; kedua, biaya untuk me-
mecahkan masalah secara relatif harus dalam batas-batas
kemampuan; ketiga, waktu untuk memecahkan masalah
harus wajar; keempat, biaya dan hasil harus seimbang;
kelima, administrasi dan sponsor yang kuat; dan keenam,
tidak betentangan dengan hukum dan adat.
c. Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti yang
meliputi: pertama menarik bagi peneliti; dan kedua cocok
dengan kualifikasi ilmiah si peneliti (Nazir, 2005).

42 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

3. Cara Praktis Identifikasi Masalah Penelitian


Ada banyak cara untuk menemukan masalah penelitian,
namun secara praktis dapat dipoinkan sebagai berikut:

Pertama Amati kegiatan masyarakat di sekitar Anda!


Kedua Bacalah literatur sesuai dengan kualifikasi dan
minat Anda!
Ketiga Ulang dan perluas penelitian sebelumnya, jika
Anda pernah melakukan penelitian!
Keempat Lihat kembali catatan pribadi Anda dan pikir-
kan!
Kelima Serap keinginan masyarakat di sekitar Anda!
Keenam Pikirkan materi yang Anda sedang pelajari!
Ketujuh Hadiri seminar-seminar ilmiah!
Kedelapan Mintalah saran dari dosen, teman, peneliti
senior dan sponsor Anda (jika ada)!
Kesembilan Renungkan pengalaman pribadi dan profesi
Anda!
Kesepuluh Lihat atau baca berita di media massa!

Cara-cara di atas merupakan cara alternatif manakala


peneliti tidak menemukan masalah dengan satu cara. Dengan
demikian peneliti dapat mencoba cara yang lainnya. Untuk
memudahkan hal tersebut hendaklah diiringi dengan doa,
karena salah satu sumber penemuan ilham, termasuk di dalam-
nya proses menemukan “kegelisahan akademik” (masalah
penelitian) adalah intuisi. Intuisi akan bekerja maksimal
bilamana hati dalam keadaan tenang dan tentram, dan keadaan
tersebut tiada lain hanya diperoleh dengan berdo’a kepada-
Nya.

Penelitian Kualitatif 43
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

4. Model-Model Identifikasi Masalah


Agar identifikasi masalah yang dilakukan efektif, ada
tiga model identifikasi masalah yang dapat diterapkan. Ketiga
model tersebut diadaptasi dari laman staff.uny.ac.id (diunduh
11/03/2014 pukul 17.30) sebagai berikut:

a. Model system-elements
Misalnya seorang peneliti hendak mengangkat
masalah “Analisis Kesiapan Guru Menghadapi Kurikulum
2013”

Silabus

Buku
Paket
Sumber
daya/guru Siswa

Sumber
daya/guru
RPP
Sarana
prasarana

an element

Kurikulum (a system)

44 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

b. Model view-points
Dalam menggunakan model ini peneliti memaparkan
point-point penting berupa sudut pandang dari masalah yang
diteliti. Contohnya, seorang peneliti ingin mengidentifikasi
masalah “fenomena banjir setiap tahun”, maka peneliti dapat
membuat skema model view-points sebagai berikut:

agama

kesehatan Fenomena sosial


membuang
sampah
sembarangan

moral budaya

psikologi

c. Model kombinasi
Dalam hal ini peneliti mengkombinasikan di antara
dua sudut pandang atau lebih. Contohnya, seorang peneliti
hendak menganalisis karya sastra, misalnya nilai moral (moral
values) dalam novel Ketika Cinta Bertasbih, maka peneliti
dapat membuat peta identifikasi masalah dalam model
kombinasi sebagai berikut:

Penelitian Kualitatif 45
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Unsur
instrinsik meliputi: -tema, penokohan, setting sosial
dll.

Novel

Unsur ekstrinsik
meliputi: nilai islami,
nilai
budaya/adat
istiadat,
kebaktian
kepada orang
tua, dll.

5. Contoh Identifikasi Masalah


Setelah peneliti mengidentifikasi masalah dengan
salah satu model dari ketiga model di atas, maka langkah
berikutnya adalah mendeskripsikannya. Berikut ini akan di-
sajikan contoh hasil identifikasi masalah yang didapatkan dari
hasil observasi atau survei awal:

46 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Masalah: Peran Komite Madrasah di MI. Nurul


Karomah Sekotong Timur Lombok Barat

Sejak diberlakukan kebijakan disentralisasi di bidang


pendidikan, peran Komite Sekolah/Madrasah semakin di-
harapkan untuk bersinergi dengan pihak sekolah/madrasah
untuk membangun mutu pendidikan. Namun kenyataannya
tidak sedikit sekolah/madrasah yang telah membentuk Komite
Sekolah sampai dengan saat ini memiliki mutu pendidikan
yang tergolong rendah, termasuk di antaranya adalah MI. Nurul
Karomah Sekotong. Dalam hal ini ada sejumlah masalah yang
mungkin muncul yaitu:
1. Apakah komite sekolah/madrasah telah berperan baik
dalam meningkatkan mutu pendidikan?
2. Apakah pihak sekolah memberikan peran khusus kepada
komite sekolah/madrasah?
3. Apakah peran yang diberikan pihak sekolah/madrasah
dapat meningkatkan mutu pendidikan?
4. Bagaimana peran komite sekolah/madrasah dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan?
5. Apakah bentuk kerja sama yang dilakukan pihak
sekolah/madrasah dengan komite sekolah/madrasah
dalam meningkatkan mutu pendidikan?
6. Apakah kendala yang dihadapi oleh komite sekolah atau
madrasah dalam menigkatkan mutu pendidikan?
7. Apa solusi yang diupayakan untuk memecahkan masalah
yang dihadapi?
8. Mengapa komite diperlukan peran sertanya?
9. Apa perbedaan peran antara komite sekolah/madrasah
dengan BP3?
10. Dan seterusnya.

Penelitian Kualitatif 47
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

C. Merumuskan Judul
1. Kriteria Judul Penelitian
Syahrin Harahap (2011) mendefiniskan judul sebagai
nama yang diberikan untuk pokok bahasan. Sedangkan
Mayshuri dan Zainuddin (2009) mengatakan bahwa judul
merupakan rangkaian kata-kata yang bisa berubah-ubah
menurut kepentingan peneliti, asal mengubahnya tidak keluar
dari substansi topik penelitian. Maka judul penelitian kualitatif
dalam proposal pada dasarnya bersifat tentatif atau sementara
sehingga dalam penelitian judul dapat berubah sesuai dinamika
masalah di lapangan, sedangkan definitifnya setelah laporan
ditulis. Bahkan Sugiyono (2013) menegaskan bahwa judul
laporan penelitian kualitatif yang baik justru berubah, atau
mungkin diganti. Ia beralasan bahwa judul penelitian kualitatif
yang tidak berubah berarti peneliti belum mampu menjelajah
secara mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti, sehingga
belum mampu mengembangkan pemahaman yang luas dan
mendalam terhadap situasi sosial yang diteliti.
Judul sebagai bagian terpenting dari penelitian, yang
menggambarkan secara global mengenai fenomena atau
masalah yang sedang diteliti. Judul sebagai muka depan sebuah
penelitian, menjadi pertimbangan pembaca untuk tertarik atau
tidak untuk membacanya. Terrie Nolinske (2013) dalam situs
resmi “American Academy of Orthotist and Prosthetists”
mengutip pendapat Portney LG. yang mengatakan bahwa
kekuatan judul tidak dapat diremehkan. Judul dapat membujuk
dan melibatkan seseorang untuk membaca abstrak dan, bagian-
bagian penelitian selanjutnya. Oleh karena itu, judul harus
bersifat informatif tanpa berbelit-belit atau bertele-tele. Juga,
judul harus dirumuskan dengan baik dan benar dari kata-kata
kunci (key words) keseluruhan uraian, serta dapat merangsang
perhatian dan minat orang lain untuk membacanya.

48 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Di samping kriteria di atas, Nolinske mengatakan


bahwa judul proposal penelitian harus ringkas namun cukup
untuk memberikan pembaca gambaran tentang sampel dan
variabel yang terlibat dalam penelitian panjang. Ringkasnya
judul penelitian dalam arti tidak terlalu panjang dan tidak
terlalu pendek. Menurut Haryanto dkk. (2000) bahwa panjang
maksimum sebuah judul penelitian berkisar 10 hingga 15 kata.
Sedangakan menurut Masyhuri dan Zainuddin (2009), judul
penelitian berkisar 6 hingga 12 kata. Lebih lanjut mereka
berdua menyarankan; apabila sebuah judul yang disusun
melebihi 12 kata, disarankan agar dibuat menjadi judul dan
anak judul. Jadi dapat disimpulkan bahwa kriteria judul yang
baik adalah judul yang menarik, relevan dengan topik, men-
cakup atau menggambarkan keseluruhan isi tulisan, informatif
dan ringkas.

a) Menarik
Pada dasarnya menarik atau tidaknya sebuah judul
tergantung dari orang yang membaca. Jika ia peminat sastra,
maka tentu judul yang menarik baginya adalah yang puitis.
Namun jika orang itu peminat karya ilmiah, ilmuwan, atau
peneliti (researcher) semisal dosen, guru, dan mahasiswa,
judul yang menarik bagi mereka adalah yang ilmiah. Oleh
karena itu untuk merangsang minat mereka terhadap judul yang
dibuat, sudah seharusnya judul penelitian dibuat dengan bahasa
yang ilmiah lagi benar.
Di samping itu, judul penelitian yang menarik juga
dilihat dari substansinya. Apakah judul yang diangkat tersebut
tergolong aktual atau expired (kadaluarsa), apakah judul
tersebut sering diangkat ataukah tidak. Apakah judul tersebut
urgen untuk diteliti. Bila judul penelitiannya aktual lebih-lebih
pertama kali diangkat, tentu akan lebih menarik untuk dibaca

Penelitian Kualitatif 49
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dan dijadikan refrensi. Namun jika sebaliknya, judul tersebut


seringkali diangkat dan temanya juga sudah kadaluarsa, sangat
sulit untuk menarik minat pembaca. Maka tidaklah heran
kadang-kadang penguji proposal penelitian semisal skripsi,
merevisi total, menolak bahkan melempar proposal tersebut
karena sudah sering diangkat dan expired serta tidak mampu
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Terlebih saat ini sudah
banyak ditemukan judul penelitian yang persis mirip, hanya
diganti objek, lokasi penelitian dan waktunya saja sehingga
hasilnya pun mirip atau bahkan sama. Judul yang demikian
diyakini tidak akan menarik minat untuk ditelaah, atau boleh
jadi akan dicela.

b) Relevan dengan topik


Dalam merumuskan judul penelitian, peneliti harus
melihat relevansi antara topik dan judul. Keduanya laksana
sepatu dan kaki yang harus sejalan. Jika topik penelitian
tentang kurikulum, tentu judulnya pun harus dalam ranah
pembahasan kurikulum. Tidaklah matching bila topiknya
pembelajaran namun judulnya memuat tentang kebudayaan.
Tidak tepat jika topiknya mutu pendidikan namun judulnya
memuat manajemen rumah sakit, atau topiknya pendidikan
karakter namun judulnya berisi hal-hal yang berkaitan dengan
komunikasi. Demikian seterusnya.

c) Informatif
Judul yang informatif adalah judul yang dapat mem-
berikan informasi mengenai tema dan isi sebuah karya ilmiah.
Judul yang informatif dalam karya ilmiah biasanya memuat
objek, subjek dan site (tempat) penelitian jika merupakan
penelitian lapangan, dan kadang-kadang mencantumkan tahun.
Oleh karena itu peneliti harus mencantumkan dalam penelitian

50 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

ilmiahnya secara jelas mengenai apa objek dan siapa subjek


penelitian, serta di mana dan kapan dilakukan penelitian itu.

d) Mencakup seluruh isi tulisan


Judul merupakan wajah tulisan yang menggambarkan
secara umum mengenai isi tulisan. Baik tidaknya judul pe-
nelitian juga ditentukan oleh ketercakupan judul terhadap apa
yang dibahas. Hal ini dimaksudkan agar orang yang ingin
membaca atau menelaah proposal atau laporan penelitian,
mendapatkan informasi awal tenatang isi buku walaupun
secara global. Dan judul penelitian seperti inilah yang di-
katakan sebagai judul yang informatif.

e) Tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek


Judul penelitian yang baik adalah judul yang mudah
dipahami oleh pembacanya. Judul yang mudah dipahami
tentunya yang ringkas, padat dan jelas. Namun perlu diketahui
bahwa judul yang pendek dalam perspektif penelitian/karya
ilmiah berbeda dengan tulisan-tulisan biasa semisal opini,
cerpen, puisi dan sebagainya. Biasanya judul karya ilmiah
semisal skripsi, tesis dan disertasi berkisar antara 10 – 14 kata.

2. Komposisi Judul Penelitian Kualitatif


Pada dasarnya komposisi judul penelitian kualitatif
dan kuantitatif adalah sama. Menurut Arikunto (2010) judul
penelitian memuat enam unsur yaitu:
1) Sifat dan jenis penelitian (biasanya ditentukan dengan kata
operasionalnya, semisal kata; peran, analisis, studi kom-
parasi, persepsi dan sebagainya)
2) Objek yang diteliti (fenomena yang diteliti)
3) Subjek penelitian (informan atau narasumber)

Penelitian Kualitatif 51
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

4) Lokasi atau daerah penelitian (tempat dilaksanakan pe-


nelitian)
5) Tahun, atau tahun akademik (waktu penelitian)
Contohnya:
1) “Peran Guru Kelas dalam Meningkatkan Minat Belajar
Siswa Kelas V MI. NW Selaparang Kediri Tahun Pelajaran
2012/2013”
Peran : Jenis penelitian
deskriptif
Guru kelas : Subjek penelitian
Minat belajar siswa : Objek penelitian
MI. NW Selaparang Kediri : Lokasi penelitian
Tahun pelajaran 2013/2014 : Waktu penelitian

2) “Respon Mahasiswa Fakutas Tarbiyah Terhadap Kinerja


Dosen Fakultas Tarbiyah di IAIN Mataram Tahun
Akademik 2012/2013”
Respon : Jenis penelitian
deskripsif
Mahasiswa : Subjek penelitian
Kinerja dosen Fakultas Tarbiyah : Objek penelitian
IAIN Mataram : Lokasi penelitian
Tahun akademik 2012/2013 : Waktu penelitian

3) “Analisis Metode Mengajar Guru Matematika di SMA NW


Kediri Tahun Pelajaran 2010/2011”
Analisis : Jenis penelitian analisis-
deskriptif
Matode mengajar : Objek
Guru matematika : Subjek
SMA NW Kediri : Lokasi penelitian
Tahun pelajaran 2010/2011 : Waktu penelitian

52 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 4

LATAR BELAKANG,
FOKUS, RUMUSAN MASALAH,
TUJUAN PENELITIAN,
MANFAAT PENELITIAN,
DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

A. Latar Belakang Masalah


1. Komposisi Latar Belakang Masalah (LBM)
Latar belakang masalah, setidaknya dari segi namanya
dapat dipahami sebagai bagian dari proposal yang men-
deskripsikan situasi dan kondisi objek penelitian serta alasan
rasional, argumen dan teori ilmiah yang mendasari mengapa
masalah yang diangkat dalam proposal itu layak untuk diteliti
secara akademik. Latar belakang masalah kadang-kadang di-
sebut juga “Latar Belakang” saja. Atau dalam penelitian
pustaka diistilahkan “Konteks Masalah”.
Secara umum dalam latar belakang masalah, calon
peneliti benar-benar harus mengeksplor hal-hal berikut ini: (1)
Situasi, kondisi, fenomena, objek penelitian berdasarkan survei
awal sehingga menarik untuk diteliti; (2) Data empirik me-
ngenai fakta yang tidak sesuai dengan harapan; (3) Alasan
pentingnya permasalahan yang diangkat, yang dapat ditinjau
dari perspektif sosial, ekonomi, pendidikan, budaya, agama,
dakwah, kesehatan psikologi dan sebagainya. Juga, jika pe-
nelitian tersebut merupakan penelitian kualitatif lapangan

Penelitian Kualitatif 53
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

(field research), peneliti harus mendeskripsikan secara umum


mengenai tempat penelitiannya.
Masyhuri dan Zainuddin (2009) secara rinci me-
rekomendasikan dua pokok komposisi latar belakang masalah
yaitu:
a. Analisis situasi (empirik) yang meliputi:
1) Menggambarkan potret atau profil kondisi wilayah, lokasi
penelitian.
2) Menggambarkan keadaan obyek sasaran yang akan diteliti.
3) Menggambarkan potensi keunggulan lokasi yang diteliti.
4) Menggambarkan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya
lokasi yang diteliti.
5) Menggambarkan lingkungan yang relevan dengan per-
masalahan yang akan diteliti atau lainnya yang dianggap
perlu untuk diinformasikan berkaitan dengan permasalahan
penelitian.
Analisis empirik tersebut merupakan hasil dari survei
awal peneliti. Di mana ia mengamati, memperhatikan dan
membuat field note (catatan lapangan) mengenai fenomena,
kejadian, dan kegiatan serta keadaan lokasi, tempat, instansi,
ataupun orang yang akan dijadikan objek dalam penelitiannya.
Kemudian catatan lapangan tersebut dianalisis dan diramu
menjadi konsep empirik, tanpa diada-adakan, tanpa dilebih-
lebihkan dan tanpa dikurangkan sedikit pun. Konsep empirik
inilah yang dituangkan dalam latar belakang masalah, dengan
tujuan untuk meyakinkan pembaca bahwa memang masalah
yang diteliti adalah fakta empirik yang terjadi di lapangan yang
sangat urgen untuk diteliti. Oleh karena itu tanpa survei awal,
latar belakang masalah akan sulit dideskripsikan secara
empirik. Demikian pula dengan tahapan-tahapan penelitian
berikutnya sangat ditentukan dengan kemampuan calon peneliti
menyerap informasi dan data pada saat survei awal.

54 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

b) Analisis teori, yakni analisis pemikiran yang mendasari


penelitian atau dasar pemikiran.
1) Menjelaskan jawaban keingintahuan peneliti atas suatu
masalah.
2) Mengungkapkan suatu gejala, tanda-tanda yang dapat
dilihat dan dirasakan.
3) Mengungkapkan konsep (dari hasil analisis teori)
4) Mengungkapkan dugaan pada permasalahan yang akan
diteliti.
5) Menerapkan dugaan tersebut pada suatu tujuan tertentu.
6) Mengemukakan hal-hal yang mendorong dalam melakukan
penelitian.
7) Mengemukakan argumentasi penting dalam melakukan
penelitian.
8) Memadukan hasil penelitian terdahulu yang telah diteliti.
Analisis teori dalam latar belakang masalah me-
rupakan hasil dari me-review literatur atau menelaah kembali
bahan-bahan bacaan berupa buku, jurnal, inseklopedi, hasil
penelitian ilmiah dan sebagainya, yang relevan mengenai
masalah yang akan diangkat. Sehingga dari review tersebut
dapat diperoleh informasi berupa teori dan data yang kemudian
dipaparkan dalam latar belakang masalah dengan maksud
untuk meyakinkan pembaca bahwa apa yang hendak diteliti
memiliki dasar teori untuk dijawab.
Perlu diingat bahwa tidak semua informasi dan data
yang diinginkan tersedia baik dalam survei awal maupun dalam
review literatur. Atau semua data dan informasinya tersedia
tetapi menjadi terbatas dengan kemampuan yang dimiliki calon
peneliti. Namun secara substansial, yang diharapkan dalam
latar belakang masalah ini adalah kemampuan calon peneliti
mendeskripsikan situasi, fenomena dan gejala yang diperoleh
dari survei awal dengan baik dan mampu memaparkan

Penelitian Kualitatif 55
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

konsepsi analisis teori yang didapatkan dari hasil membaca


literatur dengan apik, sehingga latar belakang menjadi uraian
yang menarik dan mayakinkan bahwa masalah tersebut secara
ilmiah dan akademis layak diangkat ke permukaan atau diteliti.

Komposisi Pokok Latar Belakang Masalah (LBM)


Secara sederhana, menurut Soekamto sebagaimana
yang dikutip oleh Rianto (2004) bahwa latar belakang masalah
yang relatif dianggap baik mencakup hal-hal sebagai berikut:
1) Situasi atau keadaan mengenai masalah yang ingin diteliti;
2) Alasan maupun sebab-sebab ingin menelaah masalah yang
ingin diteliti;
3) Hal-hal yang telah diketahui atau belum diketahui me-
ngenai masalah yang akan diteliti;
4) Pentingnya penelitian tersebut, baik secara teoretik dan atau
secara praktis;
5) Penelitian yang akan dilakukan dapat mengisi kekosongan
yang ada.
Untuk mengetahui situasi atau keadaan masalah yang
ingin diteliti tentunya dapat dilakukan dengan melalui survei
awal. Dari hasil survei inilah kemudian akan berkembang men-

56 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

jadi sebuah alasan-alasan ilmiah mengapa penelitian tersebut


layak diangkat, dan menjadi pengetahuan awal mengenai
belum atau sering tidaknya masalah tersebut diteliti. Di
samping survei awal, juga diperlukan penggalian informasi dan
data dari buku-buku yang relevan dengan masalah yang akan
diangkat, sehingga jelas tujuan dan manfaat penelitian baik dari
segi teoretik maupun praktis. walaupun biasanya, tujuan dan
manfaat dipaparkan dalam bagian khusus baik dalam proposal
maupun laporan penelitian. Dalam hal ini peniliti berusaha
mengkorelasikan penelitian yang diangkat dengan banyak
aspek kehidupan manusia seperti manfaatnya di bidang sosial,
politik, budaya, pendidikan dan sebagainya.

2. Cara Praktis Menulis LBM


Sebenarnya, membuat deskripsi latar belakang ma-
salah sangatlah mudah, jika sudah dilakukan survei awal dan
atau review literatur. Kekuatan sebuah LBM sangat ditentukan
oleh dua tahapan prapenelitian tersebut. Peneliti harus ber-
usaha mengemukakan alasan logis (masuk akal) dan empiris
mengapa ia meneliti suatu masalah, dengan tetap mengacu
pada data prapenelitian (survei awal dan atau review literatur).
Agar lebih mudah dipraktikkan, penulis akan paparkan be-
berapa point langkah praktis dalam menyusun latar belakang
masalah:
a. Buatlah catatan sederhana dalam bentuk pointer atau dapat
juga dalam bentuk skema “jaringlaba-laba” mengenai
keadaan atau data yang Anda temukan di lapangan.
b. Buatlah catatan sederhana dalam bentuk pointer mengenai
teori atau data secara umum yang Anda temukan dalam
review literatur!
c. Buatlah catatan sederhana mengenai alasan-alasan penting
mengenai ketertarikan Anda dalam masalah yang diangkat!

Penelitian Kualitatif 57
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

d. Buatlah catatan sederhana mengenai manfaat penelitian


yang Anda angkat!
e. Buatlah kerangka atau anatomi tulisan pembahasan “latar
belakang masalah” dengan mengacu pada catatan atau
pointer sederhana yang Anda buat!
f. Kembangkanlah setiap pointer-pointer tersebut menjadi
paragrap yang sambung-menyambung, berkorelasi, saling
memiliki keterkaitan antara paragrap yang satu dengan
yang lainnya!
g. Buatlah satu paragrap simpulan dari paragrap-paragrap
semua deskripsi yang telah Anda paparkan!
h. Konsistenlah terhadap masalah dan fokus penelitian yang
Anda angkat!
i. Baca kembali setiap paragrap yang Anda buat!

Contoh anatomi dalam menulis LBM


Judul:
“Analisis Kesiapan Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMA. X”

A. Latar Belakang Masalah

(Paragraf 1; apa isu pergantian kurikulum secara umum)


(Paragraf 2; bagaimana sejarah pergantian kurikulum di Indonesia)
(Paragraf 3; apa alasan pergantian kurikulum)
(Paragraf 4; apa kurikulum 2013 itu? Kemukakan secara umum sesuai hasil
telah literatur awal!)
(Paragraf 5; bagaimana keunggulan Kurikulum 2013? Kemukakan secara umum
sesuai hasil telah literatur awal!)
(Paragraf 6; mengapa penelitian dilakukan? Kemukakan “kegelisahan
akademik” sesuai identifikasi masalah empirik yang ditemukan pada observasi
awal di lapangan)
(Paragraf 7; apa manfaat dan tujuan secara umum penelitian ini dilihat dari segi
pendidikan dan atau sosial)

B. Fokus Penelitian
C. .....................................

58 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

B. Fokus Penelitian
Pengertian Fokus Penelitian
Fokus penelitian atau dalam penelitian kuantitatif
dikenal dengan batasan masalah. Tahapan ini merupakan
proses spesifikasi masalah-masalah yang berhasil ditemukan
dalam tahapan identifikasi. Dalam hal ini peneliti akan me-
nentukan fokus masalah yang masih bersifat umum dan
berserakan yang berupa domain tunggal atau beberapa domain
yang memiliki hubungan dengan situasi sosial yang hendak
diteliti. Di samping itu, peneliti harus memutuskan permasalah-
an yang akan diteliti atas dasar tingkat kepentingan, urgensi,
dan feasibilitas masalah yang akan dipecahkan. Juga mem-
pertimbangkan tenaga, waktu dan biaya penelitian sesuai
kemampuan si peneliti.
Lalu kapan masalah penelitian dianggap penting,
urgen dan feasibel? Penting bilamana permasalahan tersebut
akan semakin tidak terpecahkan bahkan akan memunculkan
masalah baru bila tidak dilakukan suatu penelitian, dikatakan
urgen (mendesak) bila permasalahan tersebut tidak segera
diteliti maka akan semakin hilang kesempatan untuk meng-
atasinya, dan dikatakan feasibel jika penelitian tersebut me-
miliki sumber daya yang jelas yaitu para informan yang me-
miliki kemampuan menjawab penelitian dan mudah diperoleh
guna memecahkan masalah tersebut.
Spradley merekomendasikan empat alternatif guna
memudahkan para calon peneliti dalam menentukan fokus,
yaitu sebagai berikut:
1) Menetapkan fokus pada permasalahan yang disarankan
oleh informan;
2) Menetapkan fokus berdasarkan domain-domain tertentu;
3) Menetapkan fokus yang memiliki nilai temuan untuk
pengembangan iptek;

Penelitian Kualitatif 59
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

4) Menetapkan fokus berdasarkan permasalahan yang terkait


dengan teori-teori yang telah ada.
Fokus penelitian dalam penelitian harus dilakukan. Ini
mengingat adanya berbagai keterbatasan internal dan eksternal
penelitian. Keterbatasan internal penelitian mencakup ke-
terbatasan kemampuan peneliti dalam memperoleh data dan
mengolahnya. Sedangkan keterbatasan eksternal meliputi ke-
terbatasan waktu yang biasanya disesuaikan dengan ketentuan
sponsor atau penyelenggara penelitian. Juga, keterbatasan refe-
rensi, literatur dan teori-teori yang melandasi penelitian ter-
sebut. Oleh karena itu fokus penelitian harus didasari oleh
penemuan-penemuan masalah dalam tahapan identifikasi ma-
salah. Sehingga rumusan fokus penelitian tidak boleh muncul
melainkan dari hasil identifikasi masalah tersebut.
Merumuskan fokus penelitian dapat diilustrasikan
secara sederhana seperti seorang penjahit yang kebanjiran
orderan menjelang lebaran. Maka tidak mungkin ia dapat
mengerjakan semua orderan tersebut. Ia mesti memilih dan
fokus terhadap beberapa orderan sesuai dengan batas tenaga,
modal dan waktu yang ia miliki atau yang ditentukan oleh si
pengorder. Sehingga dapat dikatakan bahwa fokus penelitian
adalah tahapan penelitian pra-lapangan untuk memusatkan
pada permasalahan tertentu yang kemudian dijabarkan secara
rinci di dalam rumus masalah.
Agar fokus penelitian menjadi jelas, maka peneliti
harus memaparkannya secara eksplisit dan tidak ambigu. Hal
tersebut dapat mempermudah peneliti dalam merencanakan
kegiatan-kegiatan umum sebelum turun ke lapangan. Fokus
penelitian merupakan gambaran umum sebuah penelitian, yang
dapat mengarahkan teknik pengumpulan data dan analisisnya
sesuai dengan masalah yang diteliti.

60 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

C. Rumusan Masalah
1. Definisi Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan sketsa dari sebuah
rencana penelitian. Ia dapat dikatakan sebagai ruh dari sebuah
penelitian. Tanpa rumusan masalah, arah penelitian tidak akan
jelas dan hasilnya pun demikian bahkan gagal total. Rumusan
masalah atau juga dikenal dengan istilah research problem
oleh Usman dan Akbar (2009), rumusan masalah merupakan
usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian
apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pe-
mecahannya. Hal senada juga dikatakan oleh Ulber Silalahi
(2010), di mana rumusan masalah menurutnya adalah sesuatu
hal yang dipertanyakan dalam penelitian yang akan dicari dan
ditemukan jawabannya. Dua definisi tersebut memberikan kata
kunci “kalimat tanya”. Artinya suatu rumusan masalah me-
rupakan kalimat yang mempertanyakan suatu kondisi, gejala,
fenomena, baik bersifat mandiri dan tidak terikat oleh
fenomena, gejala dan situasi lainnya, maupun yang saling
terkait di antara fenomena yang satu dengan yang lainnya, baik
dalam kapasitasnya sebagai penyebab maupun akibat. Oleh
karena itu calon peneliti dalam hal ini harus dapat merumuskan
tiap poin masalah yang hendak ia teliti dengan menggunakan
kalimat tanya yang baik dan benar.
Membuat rumusan masalah yang baik dan benar me-
nuntut calon peneliti untuk mampu mengoperasikan beberapa
kata tanya dasar yang umum digunakan dalam merumuskan
masalah. Ulber (2010) misalnya menyebutkan kategorisasi
dasar untuk tipe pertanyaan penelitian (research question)
seperti “what” (apa), “why” (bagaimana), “how” (bagai-
mana), “which” (yang mana), “how far” (sejauh mana) dan
sebagainya. Pada umumnya, dalam penelitian kualitatif per-
tanyaan-pertanyaan rumusan masalah lebih mengarah kepada

Penelitian Kualitatif 61
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

jawaban-jawaban yang bersifat eksplanatoris dan deskriptif


sehingga kata tanya yang sering digunakan adalah
“what”“how”, dan “why”
Dalam membuat rumusan masalah, kata tanya “what”
dapat berfungsi sebagai pertanyaan klarifikatif, yang menuntut
kejelasan mengenai fenomena tertentu. Contohnya, apa benar
masyarakat Sasak memiliki sikap keras?. Juga sebagai per-
tanyaan desktiptif, yang menuntut penggambaran mengenai
objek yang diteliti. Apa manfaat yang dirasakan oleh mas-
yarakat setelah listrik masuk desa?
Adapun “how”(bagaimana) dapat berfungsi sebagai
pertanyaan yang menuntut penjelasan atau deskripsi, peng-
gambaran tentang suatu proses, fenomena, gejala dan situasi
benda. Contoh, bagaimana persepsi Tuan Guru terhadap nikah
siri? Bagaimana peranan orang tua dalam meningkatkan
motivasi belajar peserta didik? dan seterusnya.
Sedangkan “why” (mengapa), menurut Ulber kata ter-
sebut ternyata lebih menuntut jawaban yang lebih rumit
dibandingkan dengan “how”, karena kata “why” seringkali
meminta jawaban yang lebih bersifat metodologis dan teoretik.
Tentunya menjawab pertanyaan dengan “why” dalam suatu
penelitian bergantung pada disiplin ilmu yang dikaji. Contoh,
mengapa pondok pesantren di pulau Lombok didominasi oleh
label NW? Mengapa pendidikan multikultural perlu diaktual-
isasikan? dan seterusnya.

2. Karakteristik Rumusan Masalah


Menurut Sugiyono (2013) rumusan masalah secara
umum mememiliki tiga sifat atau karakteristik berdasarkan
level of explanation (level penjelasannya) yaitu rumusan
masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif.

62 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

a. Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah


yang memandu peneliti untuk mengungkapkan atau me-
motret situasi sosial ayang akan diteliti secara menyeluruh,
luas dan mendalam.
Secara aplikatif rumusan masalah deskriptif memiliki dua
bentuk yaitu rumusan masalah deskriptif yang ber-
hubungan dengan karakteristik dan yang berhubungan
dengan frekuensi (Ulber, 2010). Rumusan masalah
deskriptif yang berhubungan dengan karakteristik adalah
bentuk rumusan masalah yang menuntut jawaban ber-
dasarkan sifat, bentuk, model, jenis, ciri dan karakter objek
yang diteliti. Contohnya. Apakah bentuk kemiskinan yang
dialami oleh penduduk desa X? Bagaimana karakteristik
kepemimpinan kepala sekolah yang bermutu? Bagaimana
model pembelajaran TK yang efektif dan efesien? Dan
seterusnya. Sedangkan yang berhubungan dengan fre-
kuensi merupakan rumusan masalah yang menuntut
jawaban berdasarkan keadaan objek yang diteliti baik dari
segi proses maupun fisik, yang meliputi keadaan sering-
kadang-kadang, tinggi-rendah, banyak-sedikit, jauh-dekat,
besar-kecil dan lain-lain. Contohnya: Seberapa tinggi
animo masyarakat dalam melaksanakan program KB?
Seberapa besar perkembangan pondok pesantren X di
bidang pemberdayaan ekonomi?
b. Rumusan masalah komparatif merupakan perumusan
permasalahan yang membandingkan antara satu variabel
atau lebih dengan variabel lainnya atau dengan sampel
yang berbeda-beda (Masyhuri dan Zainuddin, 2009).
Secara praktis, rumusan masalah komparatif dalam
penelitian kualitatif dapat bersifat; pertama deskriptif
(komparatif-deskriptif). Contohnya: Adakah perbedaan sig-
nifikan antara keperibadian antara anak pesantren dengan

Penelitian Kualitatif 63
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

anak sekolah umum? Apakah perbedaan pandangan antara


Amin Abdullah dan Hasan Hanafi terhadap pendidikan
multikultural? Kedua, kausal-komparatif. Contohnya: Se-
jauh mana pengaruh kepemimpinan tuan guru dan kepala
desa dalam meredam konflik? Apakah pengaruh IQ dan
ISQ terhadap etos kerja karyawan?
c. Rumusan masalah asosiatif adalah rumusan masalah
penelitian yang bersifat pertanyaan mengenai hubungan
antara dua variable atau lebih, baik hubungan simetris,
kausal maupun interaktif.
1) Hubungan asosiatif-simetris dapat dipahami sebagai
suatu hubungan antara dua variable atau lebih yang
kebetulan muncul secara bersamaan bukan hubungan
sebab akibat atau pun saling mempangaruhi. Contoh-
nya: Adakah hubungan antara motivasi kerja dengan
profesionalisme? Adakah hubungan antara kelancaran
membaca dan kemampuan menulis?
2) Hubungan asosiatif-kausal adalah hubungan yang
menitikberatkan pada hubungan sebab akibat. Contoh-
nya: Seberapa besar pengaruh metode pembelajaran
terhadap hasil belajar siswa? Seberapa besar dampak
limbah tahu terhadap kesehatan warga sekitarnya?
3) Hubungan asosiatif-interaktif adalah hubungan timbal
balik yang saling mempengaruhi. Contohnya: Bagai-
mana hubungan antara kharisma tuan guru dan
kepemimpinannya? Bagaimana hubungan antara etos
kerja dan karir?

3. Kesalahan Umum dalam Membuat Rumusan Masalah


Kesalahan yang paling umum terjadi dalam merumus-
kan masalah adalah “tidak terencananya penelitian awal dengan
mantap”. Di mana peneliti pemula biasanya memulai pe-

64 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

nelitiannya dengan merumuskan judul terlebih dahulu tanpa


melakukan tahapan identifikasi masalah. Tentunya jika dimulai
dengan judul maka sudah pasti masalah yang akan dijabarkan
dari judul tersebut akan dibuat-buat. Maka penelitian yang baik
adalah penelitian yang berangkat dari masalah.
Di samping itu ada beberapa kesalahan umum dalam
merumuskan masalah yang harus diperhatikan oleh peneliti,
yaitu sebagai berikut:
a. Membuat-buat atau mengada-adakan masalah tanpa mem-
baca atau revewing literature yang relevan dengan pe-
nelitian sebelumnya;
b. Merencanakan penelitian yang sifatnya terbatas dengan
alasan unik, sehingga berpengaruh terhadap terbatasnya
permasalahan;
c. Peniliti tidak mempertimbangkan kemampuan fisik, finan-
sial, tenaga dan waktunya, sehingga memaksakan diri
untuk merumuskan masalah melebihi kemampuan yang ia
miliki;
d. Peneliti kurang mempertimbangkan kelemahan metodologi
penelitian yang hendak digunakan, sehingga rumusan
masalah dibuat sesuai selera pribadi peneliti;
e. Merumuskan masalah tanpa mempertimbangkan secara
matang kekuatan teori yang melandasi masalah tersebut;
f. Terlalu umum dalam membuat rumusan masalah, sehingga
berpengaruh pada umumnya simpulan hasil penelitian dan
tidak fokusnya tujuan penelitian.
g. Peneliti (khususnya peneliti pemula) kurang cermat meng-
gunakan kata-kata operasional dalam rumusan masalah.
Sering terjadi, seorang calon peneliti ingin menggunakan
pendekatan kualitatif, namun rumusan masalah yang dibuat
menggunakan kata operasional kuantitatif. Demikian pula
dengan sebaliknya.

Penelitian Kualitatif 65
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Oleh karena itu agar para peneliti, terutama peneliti


pemula terhindar dari kesalahan-kesalahan di atas, maka perlu
diperhatikan beberapa solusi praktis berikut ini:
a. Lakukan identifikasi masalah secara maksimal!
b. Kumpulkan referensi yang relevan dengan penelitian!
c. Tentukan masalah benar-benar menarik bagi peneliti!
d. Carilah hasil-hasil penelitian terdahulu yang belum ter-
pecahkan!
e. Pilihlah permasalahan yang sangat dibutuhkan oleh publik!
f. Pilihlah permasalahan yang mudah dijangkau dan jangan
memaksa diri!
g. Buatlah kalimat rumusan masalah yang singkat, padat dan
jelas!
h. Konsultasikan/diskusikan rumusan yang telah dibuat ke-
pada teman sejawat atau pembimbing!

4. Langkah Praktis Membuat Rumusan Masalah


Sebelum membahas langkah praktis dalam merumus-
kan masalah penelitian kualitatif, terlebih dahulu akan di-
kemukakan beberapa hal yang harus diperhatikan oleh peneliti
sebelum merumuskan masalah, di antaranya yaitu:
a. Identifikasi masalah dengan cermat!
b. Buatlah catatan-catatan pokok tentang identifikasi yang
dilakukan!
c. Tetapkan fokus masalah sesuai dengan minat, urgensi,
kemampuan fisik, finansial dan keluangan waktu ber-
dasarkan identifikasi masalah!
d. Rumuskan masalah dengan bahasa ilmiah, akademis,
singkat dan jelas!
e. Konsistenlah menggunakan kata tanya operasional yang
tepat dan sesuai dengan penelitian kualitatif!

66 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

f. Buatlah rumusan masalah dengan memperhatikan landasan


teori yang diperoleh dari telaah pustaka! Karena untuk
menjawab setiap rumusan masalah diperlukan landasan
teori yang kuat.
Adapun langkah praktis dalam menyusun rumusan
masalah, maka Moleong (2013) dalam bukunya “Penelitian
Kualitatif” merekomendasikan beberapa langkah sebagai
berikut:
Langkah : Tentukan fokus penelitian!
pertama
Langkah : Cari berbagai kemungkinan faktor yang ada
kedua kaitan dengan fokus tersebut, yang dalam hal ini
dinamakan subfokus!
Langkah : Dari faktor-faktor yang berkaitan tersebut,
ketiga adakan pengkajian mana yang sangat menarik
untuk ditelaah, kemudian tetapkan mana yang
dipilih!
Langkah : Kaitkan secara logis faktor-faktor subfokus yang
keempat dipilih dengan fokus penelitian!
Langkah-langkah tersebut secara manual dapat dilihat
dalam ilustrasi sederhana berikut ini:
Fokus: Pengelolaan Kelas

Subfokus: kebersihan kelas, penataan sarana kelas, organisasi kelas,


kepemimpinan wali kelas, inventaris peralatan kelas, dll.

Masalah yang menarik diteliti perspektif peneliti: (1) Kebersihan kelas; (2)
Organisasi kelas; (3) Gaya kepemimpinan wali kelas

Rumusan Masalah:
1. Apa kriteria kebersihan kelas dipandang dari pengelolaan kelas?
2. Apa peran organisasi kelas dalam pengelolaan kelas?
3. Bagaimana gaya kepemimpinan wali kelas dalam pengelolaan kelas?

Penelitian Kualitatif 67
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Setelah merumuskan masalah, maka langkah selanjut-
nya yang harus dilakukan adalah membuat tujuan penelitian
(purpose statement). Secara konseptual, pada dasarnya semua
penelitian memiliki tujuan yang sama yaitu “to answer a
question”- untuk menjawab pertanyaan (Morse dan Field:
2002). Namun dalam penelitian kualitatif, menurut Maxwell
dalam Hanauer (2010) bahwa “state the first purpose of
qualitative research is: understanding the meaning, for
participants in the study, of the events, situations, and actions
they are involved with and of the accounts that they give of
their liver and experiences”.
Hal senada juga dikatakan oleh Boswell and Cannon
(2011): “Generally, the purpose of qualitative studies is to
explore new concepts and ideas about which little is known, or
to discover new meanings for concepts. Kedua pendapat
tersebut merupakan tujuan penelitian kualitatif secara umum
yaitu untuk memahami hakikat informan, peristiwa, situasi dan
tindakan dan pengalaman orang-orang yang terkait dengan
peristiwa dan situasi tersebut, dan untuk mengekplorasi konsep
dan ide yang baru diketahui atau masih jarang diteliti.
Pendapat tersebut juga sama persis dengan apa yang
diungkap Marriem (2009) bahwa “The overall purposes of
qualitative research are to achieve an understanding of how
people make sense out of their lives, delineate the process
(rather than the outcome or product) of meaning-making, and
describe how people interpret what they experience.” Marriem
menyebutkan bahwa tujuan penelitian kualitatif secara ke-
seluruhan adalah pertama, untuk memahami bagaimana me-
mahami kehidupan masyarakat; kedua, untuk menggambarkan

68 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

proses (bukan hasil), dan ketiga, untuk menggambarkan bagai-


mana orang menafsirkan pengalaman mereka.
Dalam tataran aplikasi, tujuan penelitian dapat di-
pahami sebagai pernyataan peneliti mengenai apa yang hendak
dicapai (Husaini dan Purnomo, 2009). Jadi tujuan penelitian
ditulis dengan menggunakan kalimat “pernyataan”. Peneliti
menyatakan tujuannya, mengapa ia meneliti setiap rumusan
masalah yang telah dibuatnya. Karenanya, dalam merumuskan
tujuan, peneliti biasanya berpedoman kepada rumusan masalah
yang telah dibuatnya. Artinya, keluar dari rumusan masalah
berarti tersesat, peneliti tidak akan sampai kepada tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitiannya. Oleh karena itu tujuan
penelitian harus selaras dengan rumusan masalah. Jika rumusan
masalahnya bersifat deskriptif, maka tujuannya juga harus
deskriptif. Demikian pula pada rumusan masalah yang bersifat
komparatif dan asosiatif, maka tujuan penelitiannya pun harus
dinyatakan secara komparatif dan asosiatif.
Menyatakan tujuan penelitian dianggap penting untuk
dinyatakan baik dalam proposal maupun laporan penelitian,
karena dapat memberikan informasi yang jelas dan tegas
kepada pembaca - khususnya pihak-pihak yang terkait dengan
penelitian - mengenai tujuan utama “mengapa penelitian
tersebut dilakukan”. Di samping itu, adanya tujuan penelitian
dapat menjadi instrumen evaluasi mengenai masalah mana
yang sudah dan belum ditemukan jawabannya.

2. Menulis Tujuan Penelitian


Sebenarnya, menulis tujuan penelitian tidaklah sulit,
karena sebagaimana yang telah diuraikan di atas bahwa tujuan
penelitian mengikuti rumusan masalah. Perbedaannya hanya
terletak pada penggunaan kalimat tanya dalam rumusan
masalah dan kalimat pernyataan dalam tujuan penelitian.

Penelitian Kualitatif 69
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Namun umumnya tujuan penelitian selalu diawali oleh kalimat


operasional. Sebab tujuan penelitian merupakan pernyataan
operasional yang merincikan apa yang akan diselesaikan dan
dicapai dalam penelitian (Moleong, 2013).
Biasanya peneliti menulis kalimat “Penelitian ini ber-
tujuan untuk ......”, atau “Penelitian ini memiliki tujuan .....”
Contohnya:
o Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ………..
o Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan …………..
o Penelitian ini memiliki untuk mengetahui ……… dll.

Contoh Tujuan Penelitian Kualitatif


Berikut ini akan disajikan beberapa contoh tujuan penelitian,
yaitu:
No. Rumusan Masalah Tujuan Penelitian
1 Apakah persepsi Tuan Guru Untuk memahami persepsi Tuan
mengenai nikah siri? Guru mengenai nikah siri.
2. Bagaimana perilaku nikah siri Untuk mendeskripsikan perilaku
di desa x? nikah siri di desa x
3. Bagaimana peran Tuan Guru Untuk mengetahui peran Tuan
dalam meminimalisir Guru dalam meminimalisir
pernikahan siri di desa x? pernikahan siri di desa x
4. Apa latar belakang terjadinya Untuk mengeksplor latar belakang
nikah siri di desa x? terjadinya nikah siri di desa x

E. Manfaat Penelitian
Dalam sebuah penelitian baik kualitatif maupun
kuantitatif diperlukan uraian manfaat penelitian. Dalam uraian
tersebut, peneliti berusaha menjelaskan secara ilmiah dan
akademis mengenai manfaat penelitian yang direncanakan. Hal
tersebut dibuat untuk memperjelas kontribusi signifikan dari
hasil penelitian yang dilakukan, sehingga penelitian yang di-
rencanakan benar-benar meyakinkan pembaca dan pihak-pihak
yang terkait dengan penelitian.

70 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

1. Macam-Macam Sifat Manfaat Penelitian


Secara umum, manfaat penelitian dibuat dalam dua
bentuk yaitu manfaat yang bersifat praktis dan teoretik.
Adapun penjelasannya berikut ini:

a) Manfaat praktis
Manfaat praktis merupakan implikasi nyata dari hasil
penelitian yang dapat diterapkan atau diaplikasikan. Artinya,
penelitian tersebut membantu memecahkan dan mengantisipasi
masalah yang dialami oleh objek yang diteliti. Peneliti ber-
usaha memaparkan secara logis mengenai manfaat hasil pe-
nelitian tersebut. Kekeliruan yang sering terjadi dalam menulis
manfaat penelitian adalah “peneliti menulis secara subjektif”,
sesuai keinginan peneliti sendiri.

b) Manfaat teoretik
Manfaat teoretik dapat dipahami sebagai sumbangan
ilmiah berupa penemuan teori baru atau penyempurnaan teori
sebelumnya atau jawaban-jawaban ilmiah pendukung dalam
rangka pengembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang.
Dalam hal ini, peneliti harus menegaskan bahwa penelitian
yang dilakukan menghasilkan teori yang dapat dijadikan
referensi pada ranah a, b, c, d dan seterusnya.

2. Langkah Praktis Menulis Manfaat Penelitian


Ada beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan
untuk memudahkan peneliti, terutama peneliti pemula dalam
menulis manfaat penelitian yaitu:
a) Tentukan bentuk atau sifat manfaat penelitian yang
hendak ditulis, apakah praktis ataukah teoretik!

Penelitian Kualitatif 71
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

b) Kaitkan setiap sifat manfaat penelitian ditulis dengan


partisipan, objek permasalahan dan tempat penelitian serta
disiplin ilmu yang diteliti!

Contohnya:
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini secara praktis dapat dimanfaatkan
oleh kepala sekolah, guru dan orang tua (partisipan)
dalam mengurangi kemalasan murid (objek masalah)
di sekolah x (tempat penelitian) dan sekolah lainnya.
2. Manfaat teoretik
Secara teoretik, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
sebagai referensi bagi peneliti pada penelitian selanjut-
nya dalam bidang pendidikan (disiplin ilmu).

F. Penelitian yang Relevan


Pada bagian ini perlu juga memuat hasil-hasil
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh penelitian lain
namun relevan dengan penelitian yang akan dilakukan, dengan
maksud untuk menghindari duplikasi. Di samping itu, untuk
menunjukkan bahwa topik yang diteliti belum pernah diteliti
oleh peneliti lain dalam konteks yang sama. Dengan demikian
penelitian yang relevan perlu menunjukkan masalah apa yang
diteliti, apa persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang
akan dilakukan dan perlu juga memunculkan kekurangan-
kekuarangan apa yang terdapat dalam penelitian yang men-
dahului tersebut sehingga perlu dilakukan penelitian kembali.
Namun jika persoalan yang akan diteliti benar-benar baru dan
belum pernah ada yang meneliti sebelumnya, maka penelitian
yang relevan atau penelitian sebelumnya tidak harus dimuncul-
kan.

72 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 5

PENDEKATAN, JENIS,
LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Dalam proposal maupun laporan penelitian harus
mencantumkan pendekatan yang digunakan, apakah kualitatif
ataukah kuantitatif. Untuk penelitian kualitatif memiliki jenis
yang bervariasi. Berbeda dengan penelitian kuantitatif yang
memang sudah memiliki pola yang standar. Oleh karena itu
para ahli mengemukakan jenis penelitian kualitatif dalam
jumlah yang berbeda-beda. Obiakor et. al. (2011) misalnya
mengemukakan: “The types include case study (both single
case studies and collective case studies), grounded theory,
ethnography, action research, narrative research, phenol-
menology, discourse analysis, conversional analysis, and
ethnographic content analysis”.- Ada beberapa tipe atau jenis
penelitian kualitatif yaitu; studi kasus, grounded theory,
etnografi, penelitian tindakan, penelitian naratif, fenomenologi,
analisis wacana, analisis konversional, dan analisis isi etno-
grafi.
Matthews dan Kostelis (2011) menyatakan bahwa ada
beberapa jenis penelitian kualitatif yang masih eksis, yang
meliputi penelitian etnografi, penelitian fenomenologi, studi
kasus, dan penelitian naratif. Sedangkan menurut Jacob dalam
Marshall - sebagaimana yang dikutip oleh Raco (2010) –
bahwa jenis penelitian kualitatif ada enam yaitu; Ethology

Penelitian Kualitatif 73
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

manusia (Human Ethology), Etnogarafi Holistic (Holistic


Ehtnographi), Antropology Kognitif (Cognitive Antropology),
Ethnogrphi Komunikasi (Ethnographi Communication),
Intraksi Simbolik (Simbolic Intraction), Psikologi Lingkungan
(Ecology Psycology).
Creswell (1994) dalam Onwuegbuzie et. al. (2004)
memberikan catatan bahwa: “the major types of qualitative
research are historical, case study, phenomenological,
ethnographic, and grounded theory.” – Jenis utama penelitian
kualitatif adalah penelitian historis (biografi), studi kasus,
fenomenologi, etnografi, dan grounded theory. Jadi, walaupun
penelitian kualitatif memiliki jenis yang banyak, namun secara
umum yang paling banyak digunakan dalam penelitian kuali-
tatif hanya ada lima. Adapun penjelasannya berikut ini:

1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan
pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpul-
kan dokumen dan arsip-arsip. Menurut Creswell dalam Raco
(2010) meneyebutkan bahwa biografi masuk dalam katagori
jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian ini biasanya
dilakukan dalam ranah sosial. Biografi juga diistilahkan sejarah
lisan, narasi personal dan outobiografi. Stebbins (2006) me-
nyatakan:“Biographical research includes autobiographies,
biographies, diaries, oral histories, family stories and letters”.
Dia menjelaskan bahwa berbagai jenis dokumen dapat ditulis
untuk berbagai tujuan dan audien. Oleh karena itu ada teknik
evaluasi khusus yang perlu digunakan dalam penelitian ketika
menggunakan jenis biografi.
Murray (2003) secara gamblang mendefinisikan pe-
nelitian biografi sebagai “a record of another person’s life”,
sebuah catatan kehidupan orang lain. Burton dan Bartlett

74 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

(2005) menambahkan definisi biografi tersebut yaitu; sebuah


catatatan kehidupan orang lain atau aspek yang penting dari
kehidupan orang lain tersebut. Lebih lanjut Murray men-
jelaskan – sebuah catatan biasanya dalam bentuk tertulis, tapi
dapat juga berupa rekaman suara (audio recorded) ataupun
rekaman video (video recorded). Atau bahkan dapat terdiri dari
kombinasi media, seperti catatan tertulis disertai dengan foto
dan kutipan disertai dengan audio recorded atau video
recorded dari kehidupan itu.
Dalam penelitian jenis biografi ini, yang paling
penting diperhatikan oleh seorang peneliti adalah kemampuan
peneliti untuk menggambarkan karakter unik dari kehidupan
seseorang yang dia teliti, yaitu suatu kehidupan yang rincian
dan pola kehidupannya tidak seperti orang lain. Sehingga
biografi dapat menginformasikan para pembacanya tentang
kegigihan, konsistensi, dan inkonsistensi dalam kehidupan
subyek, dengan memberikan keterangan berdasarkan kontek
sejarah-budaya di mana kepribadiannya berkembang. Pembaca
juga dapat mengambil pelajaran tentang kehidupan yang
disimpulkan dari perilaku yang terungkap dalam akun
biographer yang diteliti (Burton dan Bartlett, 2005). Sebab
secara umum tujuan penelitian biografi adalah untuk melacak
pemikiran, kegiatan, dan prestasi tokoh tertentu, untuk di-
jadikan pembelajaran bagi orang-orang setelahnya. Sehingga
tokoh yang dikaji memiliki sisi-sisi unik yang menarik dan
penting diketahui khalayak.
Dalam penelitian biografi, Stebbins (2006) member-
kan rambu-rambu penting sebelum melakukan penelitian jenis
biografi ini. Dia mengatakan:“Biographical research can
involve:Studying the life and social context of famous person
who had a significant impact on society, Developing an
enhanced understanding of the works of particular author,

Penelitian Kualitatif 75
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Researching the lives of lesser-known individuals …… to


develop a sense of how people experienced a particular
historical event or time period.”
Dari pemaparan Stebin tersebut dapat disimpulkan
bahwa Penelitian biografis setidaknya memiliki tiga tujuan
yaitu: (a) untuk mempelajari konteks kehidupan dan sosial
orang terkenal yang memiliki dampak signifikan terhadap
masyarakat; (b) untuk mengembangkan pemahaman yang di-
sempurnakan karya penulis tertentu; (c) untuk meneliti ke-
hidupan yang kurang dikenal orang, untuk mengembangkan
rasa bagaimana orang mengalami peristiwa sejarah tertentu
atau periode waktu.

2. Fenomenologi
Fenomenologi adalah bagian dari metode kualitatif.
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau meng-
ungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang
didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu.
Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga
tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena
yang dikaji. Dasar metode ini adalah filsafat fenomenologi.
Menurut Raco (2010), fenomenologi sebenarnya berarti mem-
biarkan gejala-gejala yang disadari tersebut menampakkan diri
(to show themselves). Sesuatu akan nampak sebagaimana dan
apa adanya (things as they appear). Lebih lanjut ia men-
jelaskan bahwa dalam sejarahnya, filsafat fenomenologi di-
kembangkan oleh Edmund Husserl dan kemudian dikembang-
kan oleh Giambattista Vico, Franz Brentano dan William
Dilthey.
Metode fenomenologi memiliki tujuan untuk me-
nangkap dan memahami makna pengalaman, peristiwa dan
keadaan sosial yang terjadi di sekitar kehidupan manusia.

76 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Fenomenologi yang dikembangkan oleh Husserl ini


adalah fenomenologi transendental. Teori ini menekankan pada
subjektivitas dan temuan esensi dari pengalaman serta me-
nyediakan sebuah metodologi yang sistematis dan teratur
dalam derivasi pengetahuan. Pendekatan Husserl ini disebut
dengan pendekatan fenomenologi. Moustakes menjelaskan –
dinamakan demikian karena fenomenologi hanya memanfaat-
kan data yang bersifat sadar (penampilan objek). Dan model ini
dianggap transendental karena mengandung apa yang dapat
ditemukan melalui refleksi pada tindakan subyektif dan
berkorelasi dengan sasaran mereka (Moustakes,1994).

3. Etnografi
Creswell (2008) dalam bukunya – Educational
Research; Planing, Conducting, and Evaluating Quantitaive
and Qualitative Research - menulis definisi jenis kualitatif-
etnografi sebagai berikut: “Ethnografhic design are qualitative
research procedures for describing, analyzing, and inter-
preting a culture-sharing group’s shared patternd of behavior,
beliefs, and language that develop.”
Melihat definisi di atas dapat dipahami bahwa
Creswell memberikan kata kunci “budaya” sebagai sentral dari
jenis penilitian kualitatif ini. Sedangkan budaya difahami
sebagai sebuah “everything having it can include language,
ritual, economic, political structures, life stages, interaction,
and communication style”.
Jadi, jenis penelitian ini lebih fokus dalam menyelidiki
suatu kelompok kebudayaan dilingkungan yang alamiah dalam
rentan waktu yang cukup lama dalam proses pengumpulan data
baik berupa data observasi maupun data wawancara. Model
penelitian ini berupaya untuk mempelajari peristiwa kultural,

Penelitian Kualitatif 77
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

yang menyajikan pandangan hidup subyek sebagai obyek studi.


(Endraswara, 2006).
Disamping definisi Creswell (2008) di atas, Endras-
wara juga mendefinisikan penelitian etnografi sebagai berikut:
“Penelitian etnografi adalah kegiatan pengumpulan bahan ke-
terangan atau data yang dilakukan secara sistematik mengenai
cara hidup serta aktivitas sosial dan berbagai benda ke-
budayaan dari suatu masyarakat.”
Mengacu kepada semua keterangan di atas, tentu saja,
dalam kasus etnografi antropologi sosial dan budaya selalu
menjadi metode utama, tetapi sekarang memiliki kehadiran
yang kuat di bidang sosiologi dan psikologi, serta diterapkan di
banyak ranah seperti pendidikan dan kesehatan (Hammersley,
2002). Namun pada dasarnya etnografi digunakan pada pe-
nelitian antropologi. Jenis penelitian etnografi merupakan
“penelitian dasar” (basic research) dalam mengkaji antro-
pologi, yang mengutamakan perekaman data dan pencatatan
informasi secara deskriptif dan kemudian menganalisis be-
ragama kehidupan kelompok tradisonal, umumnya, terutama
komunitas pra baca-tulis (Liliweri, 2005).
Jelas di sini bahwa etnografi adalah uraian dan
penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. Dalam
hal ini, peneliti mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara
hidup mereka. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari
sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan
pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok,
dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam
keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per
satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari
arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi
dalam kelompok.

78 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Berdasarkan definisi dan keterangan para ahli, jelas


etnografi memiliki manfaat yang sangat besar dalam ranah
sosio-antropologi dimana hasil penelitian etnografi akan dapat
memberikan informasi-informasi penting mengenai teori-teori
ikatan budaya, memahami masyarakat yang kompleks, dan
memahami perilaku manusia.

4. Grounded theory
Raco (2010) memaparkan bahwa grounded theory
adalah salah satu jenis penelitian kualitatif, karena analisanya
tidak menggunakan angka. Coraknya induktif, karena hendak
menemukan teori baru. Objek penelitiannya adalah fenomena
yang ada dalam konteksnya yang alamiah dan dimengerti
sesudah data lapangan diperoleh, entah melalui wawancara
atau observasi.
Lebih lanjut ia mengatakan bahwa dasar filosofis dari
grounded adalah interaksi simbolik. Interaksi simbolik sendiri
berasal dari psikologi sosial. Pertanyaan yang sering diajukan
dalam penelitian adalah mana simbol yang umum atau biasa
digunakan sehingga interaksi manusia dapat dimengerti. Inter-
aksi simbolik menyatakan bahwa tindakan manusia selalu
bergantung pada arti yang dipahami oleh manusia dalam
lingkungannya.
Peneliti dalam penelitian ini berasumsi bahwa tidak
ada kebenaran yang mutlak sekalipun sering kita percaya
bahwa hal itu ada. Kebenaran adalah hasil interpretasi. Karena
itu pengalaman langsung dan pengertian akan pengalaman
tersebut adalah hal yang sangat penting dalam penelitian
kualitatif. Sehingga menurut Raco, metode ini sangat cocok
digunakan jika:
Pertama, digunakan untuk menangkap arti dari
pengalaman manusia. Setiap pengalaman manusia memiliki

Penelitian Kualitatif 79
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

arti khusus, minimal untuk dirinya sendiri dan orang lain yang
membaca atau mendengar pengalaman tersebut. Kedua,
diyakini bahwa interaksi sosial bersifat dinamis. Artinya
interaksi sosial yang terjadi di antara manusia mengalami
dinamika atau perkembangan. Sebagaimana manusia selalu
bergerak dan berubah secara dinamis, maka interaksi sosialnya
pun bersifat dinamis dan terus mengalami perubahan. Ketiga,
untuk memahami arti kontekstualnya dan di mana peneliti
terlibat langsung dalam pemberian makna. Peneliti hanya
dapat mengerti peristiwa, fakta, realita, atau gejala secara
menyeluruh apabila peneliti memahami latar belakang peris-
tiwa fakta atau kejadian tersebut. Keempat, bila terdapat
keterbatasan teori untuk menerangkan suatu gejala, fakta atau
realita. Peristiwa, fakta, gejala atau masalah, yang sering
terjadi atau dialami oleh manusia setiap hari, tidak semua
dapat diterangkan secara gamblang dan memuaskan secara
ilmiah. Hal ini disebabkan oleh keterbatan teori yang men-
dukung pemahaman gejala atau peristiwa tersebut.

5. Studi Kasus (Case Study)


Secara historis, Emile Durkheim, seorang sosiolog
Prancis adalah orang yang mengembangkan penelitian studi
kasus. Ia termotivasi oleh dinamika fenomena-fenomena sosial
yang kian hari makin kompleks di masyarakat. Studi kasus,
atau oleh Woodside (2010) disingkat CSR (Case Study
Research) mendefinisikannya dengan mengutip pendapat Yin
sebagai berikut:“A case study is an empirical inquiry that
investigates a contemporary phenomenon within its real life
context, especially when the boundaries between phenomenon
and context are not clearly evident; and in which multiple
sources of evidence are used”.–Woodside menjelaskan bahwa
studi kasus adalah penyelidikan empiris yang meliputi pe-

80 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

nyelidikan mengenai fenomena kontemporer dalam konteks


kehidupan nyata, terutama ketika batas-batas antara fenomena
dan konteks tidak jelas.
Swanborn (2010) menegaskan bahwa pendapat yang
lebih tepat, studi kasus adalah studi tentang fenomena atau
proses yang berkembang dalam satu kasus. Hal senada juga
dikatakan oleh Gerring (2007) bahwa “ A case study may be
understood as intensive study of a single case….” Jadi
penelitian studi kasus secara intensif hanya terpusat pada satu
buah fenomena kasus di lapangan. Menurut Merriam dalam
Simons (2009) bahwa“the qualitative case study can be
defined as an intensive, holistic description and analysis of
single entity, phenomenon or social unit. – Menurutnya, studi
kasus sebagai bagian dari jenis penelitian kualitatif di-
definisikan sebagai sebuah penelitian yang dilakukan dengan
cara intensif, dengan proses pendeskripsian yang holistik
(menyeluruh) dan hanya menganalisis entitas tunggal, satu
fenomena atau unit sosial saja. Sedangkan menurut Simons
sendiri bahwa “Case study is an in-depth exploration from
multiple pesrspektives of complexity and uniqueness of a
particular project, policy, institution, programme, or system in
a real life context.”
Definisi pamungkas tersebut merupakan definisi yang
komplit. Simons mengemukakan ranah penelitian studi kasus
secara luas dan kompleks yang meliputi studi kasus pada
proyek tertentu, kebijakan, institusi, program, dan sistem dalam
kehidupan bermasyarakat. Studi kasus dapat dikatakan sebagai
jenis penelitian multi-ranah yang relevan digunakan pada objek
yang berbeda-beda.
Secara praktis, studi kasus terfokus pada satu jenis
kajian subjek atau fenomena yang diteliti secara mendalam.
Sebab pada dasarnya studi kasus bertujuan untuk mengetahui

Penelitian Kualitatif 81
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

tentang keadaan objek atau fenomena penelitian secara intensif.


Misalnya peneliti mengkaji siswa SMP X sopir angkutan kota
Mataram, karyawan perusahaan PT. “Bunga Rampai”, guru
SMA X dan sebagainya.

B. Lokasi dan Watu Penelitian


Pemilihan lokasi penelitian bukanlah tanpa per-
timbangan seperti kesesuaiannya dengan topik yang diangkat,
memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri bagi peneliti.
Sebab, salah memilih lokasi penelitian berdampak pada hasil
penelitian yang tidak maksimal, atau bahkan mengalami
kegagalan.
Melakukan pertimbangan yang matang dalam pe-
nentuan lokasi penelitian diharapkan dapat diperoleh sesuatu
yang berarti, bermanfaat dan baru. Tidak tepat dan logis bila
peneliti menentukan lokasi penelitian dilandasi alasan semisal
dekat dengan tempat tinggal peneliti, peneliti marasa familiar
dengan lokasi penelitian, karena memiliki teman atau informan
yang sudah terlebih dahulu dikenal bahkan mungkin sahabat-
nya dan sebagainya. Oleh karena itu peneliti hendaknya men-
deskripsikan lokasi penelitian berdasarkan alasan yang logis
dan akademis. Di samping itu, peneliti juga menguraikan
dengan jelas mengenai letak dan keadaan geografis lokasi
penelitian.
Di samping menjelaskan lokasi, sebaiknya dijelaskan
juga kapan waktu penelitian tersebut dilakukan serta berapa
lama proses penelitian dilasanakan. Adapun berapa lama
penelitian itu dilaksanakan, tergantung jenis masalah yang
diteliti.

82 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 6

SUMBER DATA
(Populasi & Sampel)

A. Konsep Populasi dan Sampel


1. Definisi Populasi
Kata populasi diserap dari bahasa Inggris yaitu
“population”. Populasi juga disebut universium, universe, dan
universe of discourse. Populasi atau universe adalah se-
kelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek
penelitian.
Dalam penelitian kualitatif ada beberapa definisi
populasi yang dapat dijadikan konsep dasar. Di antaranya
sebagaimana yang dikutip Satori dan Komariah (2012) adalah
sebagai berikut:
a) Gregory dalam Djailani (1998) secara lebih tajam meng-
artikan popualsi sebagai keseluruhan objek yang relevan
dengan masalah yang diteliti.
b) Menurut Beiley, populasi adalah jumlah total dari seluruh
unit atau elemen di mana penyelidik tertarik.
c) Congelosi dan Taylor dalam Djailani, populasi adalah
keseluruhan unsur yang diteliti.
d) Menurut Burn (2000), populasi dapat berupa organisme,
orang atau sekelompok orang, masyarakat, organisasi,
benda, objek, peristiwa, atau laporan yang semuanya me-

Penelitian Kualitatif 83
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

miliki dan harus didefinisikan secara spesifik dan tidak


secara mendua.
Sedangkan menurut Sugiyono (2013), populasi di-
artikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik simpulannya.
Dari definisi-definisi di atas, jelas secara sederhana
populasi dipahami sebagai semua subjek atau objek sasaran
penelitian. Dalam penelitian, subjek dapat berupa manusia,
hewan, tumbuh-tumbuhan, barang-barang hasil produksi se-
perti hasil kerajinan tangan, industri, pertanian, pertambangan,
dan lain-lain, benda yang tidak diproduksi seperti angin, air,
batu, pasir, tanah, dan lain-lain. Di samping itu, subjek juga
dapat dalam bentuk ungkapan baik verbal berupa kata, frasa,
kalimat, paragraf dan teks, maupun nonverbal seperti dokumen
tertulis.
Dalam penelitian, status populasi sebagai subjek dan
objek tersebut terkadang membingungkan, kapan populasi
tersebut menyandang status objek dan kapan ia menyandang
status subjek. Populasi penelitian bersatatus objek bila populasi
itu bukan sebagai sumber informasi, melainkan sebagai materi
yang diteliti baik yang bersifat abstrak maupun yang kongkrit.
Dalam bahasa yang sederhana the object of research is the
ambient environment being faced by an investigator - objek
penelitian adalah lingkungan sekitar yang dihadapi oleh
penyidik (Alexander M. Novikov and Dmitry A. Novikov,
2013). Sedangkan populasi penelitian yang berstatus subjek
adalah sumber informasi yang meliputi manusia dan dokumen.
Memang, dalam penelitian sosial manusia secara individual
maupun komunal (kelompok) lumrah diposisikan sebagai
informan. Dari merekalah peneliti dapat memperoleh informasi

84 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

tentang diri mereka dan fenomena-fenomena sosial yang me-


ngitari mereka.
Namun dalam penelitian tertentu populasi tidak hanya
menyandang status subjek atau objek melainkan kedua-duanya
sekaligus. Artinya populasi tersebut di samping sebagai infor-
man yang berfungsi memberikan data dan informasi mengenai
diri populasi tersebut dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan mereka, juga sebagai objek, substansi atau material
yang diteliti. Contohnya penelitian tentang “kepemimpinan
spiritual Tuan Guru Pondok Pesantren X se-Lombok Barat”.
Dalam penelitian tersebut populasinya adalah Tuan Guru, yang
diposisikan sebagai informan atau sumber data (subjek) se-
kaligus material penelitian (objek).
Jadi, populasi adalah sekumpulan objek atau sumber
data penelitian (Suhadi dkk., 2003). Mereka menegaskan
bahwa populasi sebagai objek sejalan dengan pendapat
Tuckman yang menyatakan bahwa populasi adalah kelompok
yang menjadi target atau sasaran studi (penelitian). Sedangkan
populasi sebagai sumber data sejalan dengan pendapat Chao
yang menyatakan bahwa populasi itu terkait dengan semua
sumber data dalam cakupan lingkup penelitian yang ditetapkan.
Sebenarnya istilah populasi dalam posisi sebagai
objek tidak dipergunakan dalam penelitian kualitatif. Spradley
dalam Sugiyono (2013) mengistilahkannnya dengan “sosial
situation” atau situasi sosial. Sebab, penelitian kualitatif se-
sungguhnya dilatarbelakangi oleh kasus tertentu dalam situasi
sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak diberlakukan terhadap
populasi tersebut, namun ditransfer ke tempat lain yang
memiliki kesamaan situasi sosial dengan situasi sosial pada
kasus yang diteliti. Spradley menguatkan bahwa setiap situasi
sosial yang terjadi, selalu dibentuk oleh tiga elemen yaitu

Penelitian Kualitatif 85
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang


berinteraksi secara sinergis.
Situasi sosial dapat dipahami sebagai peristiwa, ke-
jadian, aktivitas, dan fenomena yang lumrah terjadi di semua
tempat, yang melibatkan aktivitas serta pelaku tertentu. Bahkan
di lingkungan yang sangat kecil pun seperti keluarga, situasi
sosial kerap dijumpai. Pada posisi sebagai objek penelitian,
situasi sosial dikaji untuk mengetahui atau memahami situasi
yang terjadi di dalamnya. Oleh karena itu untuk menge-
tahuinya, peneliti dapat mengamati secara mendalam hal-hal
yang berhubungan dengan segala aktivitas dan orang-orang
yang terlibat dalam situasi tersebut pada tempat di mana situasi
sosial tersebut terjadi.

2. Definisi Sampel
Kata sampel diserap dari bahasa Inggris yaitu
“sample” yang berarti contoh. Sedangkan “sampling” berarti
penarikan contoh (Echols dan Shadily, 2000). Dalam KBBI
(2008) sampel diterjemahkan sebagai sesuatu yang digunakan
untuk menunjukkan sifat suatu kelompok yang lebih besar.
Juga, diterjemahkan sebagai bagian yang mewakili kelompok
atau keseluruhan yang lebih besar.
Dalam suatu penelitian, “sepertinya” mustahil meng-
gali informasi dari semua populasi penelitian. Dalam situasi
demikian, populasi harus diperkecil menjadi sebuah sampel
yang benar-benar representasi atau yang mewakili seluruh
populasi. Oleh karena itu dapat dikemukakan beberapa alasan
logis mengapa sampel lebih dipertimbangkan daripada populasi
dalam suatu penelitian, di antaranya yaitu:
Pertama pertimbangan efisiensi waktu, tenaga dan
biaya yang dibutuhkan. Dengan adanya sampel memungkin
tenaga, waktu dan biaya menjadi relatif lebih efesien daripada

86 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

mengandalkan informasi populasi. Dalam penelitian tertentu


sampel pun amat berpengaruh terhadap dana, tenaga dan waktu
yang dibutuhkan. Oleh karena itu peneliti harus meng-
kondisikan antara jumlah sampel yang dibutuhkan dengan
tenaga, waktu, dan biaya yang dimiliki.
Kedua, peneliti mempertimbangkan masalah ke-
telitian. Pengambilan sampel dapat mempertajam ketelitian
peneliti. Sebab penelitian terhadap populasi sangat mungkin
terjadi “keteledoran” pada saat meneliti, mengumpulkan, dan
menganalisis data. Peneliti profesional adalah peneliti yang
mampu memperhitungkan dan merasionalisasikan antara biaya,
waktu, dan tenaga yang dikeluarkan dengan tingkat keakuratan
(presisi) yang akan diperoleh.

B. Teknik Sampling
Sampling adalah cara atau teknik penarikan sampel
dari populasi. Ada juga yang mendefiniskannya sebagai proses
pemilihan atau penentuan sampel (Bungin, 2010). Menurut
Punch (2005), sampling adalah bagian penelitian yang penting
baik dalam penelitian kuantitatif maupun kualitatif. Peneliti
tidak bisa menggali dan mempelajari informasi dari semua
orang di tempat yang varian. Keputusan sampling diperlukan
tidak hanya tentang orang-orang yang diwawancarai atau
peristiwa mana yang hendak diamati, tetapi juga tentang
pengaturan dan prosesnya.
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa
sampel yang ditentukan atau dipilih adalah yang representatif,
yang mewakili populasi penelitian. Hal tersebut bila dilihat dari
perspektif kuantitatif. Sebab tujuan sampling dalam penelitian
kuantitatif pada dasarnya bertujuan agar simpulan apa yang
diteliti dari sampel tersebut dapat diberlakukan terhadap
populasi yang diwakili. Melalui teknik sampling diharapkan

Penelitian Kualitatif 87
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

agar hasil yang telah diperoleh dapat memberikan simpulan


dan gambaran yang sesuai dengan karakteristik populasi.
Artinya simpulan penelitian tersebut dapat digeneralisasi
terhadap populasi.
Urgensi posisi sampling dalam penelitian “kuantitatif”
menuntut peneliti untuk memahami dengan baik mengenai
konsep sampling yang meliputi teknik atau prosedurnya,
ukuran sampel, dan pemahaman yang mumpuni tentang
populasi yang hendak dijadikan sampel. Pemahaman yang baik
tentang teknik sampling dapat mengarahkan peneliti pada
penentuan sampling yang baik pula.
Adapun dalam perspektif penelitian kualitatif, infor-
man sebagai bagian dari populasi tidak relevan jika ditentukan
besaran ukuran informan dengan menggunakan statistik. Tidak
ada jaminan pasti bahwa yang terjaring dalam perhitungan
statitistik tersebut dapat memberikan data dan informasi yang
dapat menjawab permasalahan penelitian. Bahkan mungkin
terdapat banyak informan yang terjaring dengan kualifikasi
yang tidak layak dijadikan nara sumber penelitian. Oleh karena
itu penentuan size (ukuran) sampel dalam konteks kuantitatif
tidak terlalu dipentingkan. Yang terpenting adalah informan
yang dipilih memiliki kemampuan, kredibilitas dan kapabilatas
yang mumpuni untuk menjawab permasalahan penelitian. Oleh
karena itu, ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil
menjadi persoalan yang amat penting jika pendekatan pe-
nelitian yang rencanakan adalah penelitian kuantitatif. Sedang-
kan pada penelitian kualitatif, ukuran sampel tidak terlalu
diperhitungkan, karena yang dipentingkan adalah kekayaan
informasi. Artinya walaupun jumlah informan hanya sedikit,
namun memiliki informasi yang luas, maka sampelnya lebih
bermanfaat daripada banyak namun minim informasi. Dalam
penelitian terdapat sejumlah teknik sampling, namun dalam

88 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

konteks kualitatif tidak semua teknik tersebut dapat digunakan.


Secara umum teknik sampling yang digunakan dalam pe-
nelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu probability sampling
dan nonprobability sampling.

1. Probability Sampling
Secara tradisional, penggunaan probability sampling
merupakan teknik standar dalam penelitian sosial (Denscombe,
2007). Probability sampling merupakan teknik sampling
dengan memberikan peluang yang sama kepada semua anggota
populasi untuk dipilih menjadi bagian dari sampel. Menurut
Harry T. Reis dan Chrales M. Judd (2000), probability
sampling mengacu pada prosedur dasar seleksi di mana unsur-
unsur dipilih secara acak dari kerangka sampling dan setiap
elemen telah diketahui.
Langkah awal yang harus dilakukan dalam teknik
sampling ini adalah membuat sampling frame (kerangka
sampel), yaitu daftar yang berisikan nama setiap anggota
populasi yang dapat diambil sebagai anggota sampel. Dalam
daftar tersebut, tidak ada prioritas di antara populasi untuk
dijadikan sampel. Setiap anggota memiliki peluang yang sama
untuk menjadi bagian dari sampel.
Melihat definisi di atas, maka dalam penelitian
kualitatif teknik ini tidak layak digunakan, karena yang
diperlukan dalam kualitatif adalah kekayaan informasi. Se-
hingga tidak semua anggota populasi memiliki peluang yang
sama untuk menjadi sampel. Hanya anggota yang memiliki
kekayaan informasilah yang akan dipilih.

a. Simple random sampling


Simple Random Sampling (SRS) is a type of
probability sampling in which the units composing a

Penelitian Kualitatif 89
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

population are assigned numbers. A set of random numbers is


then generated, and the units having those numbers are
included in the sample (Earl Babbie, 2013) –Simple Random
Sampling (SRS) adalah jenis probability sampling di mana satu
unit menyusun populasi yang ditandai dengan penomoran
(sebagai kode). Satu unit bilangan acak kemudian dihasilkan,
dan unit yang mendapatkan nomor tersebut dimasukkan dalam
anggota sampel.
SRS merupakan teknik sampling yang sederhana. Itu
dapat diketahui dari penamaannya yaitu “simple”, yang berarti
mudah dan sederhana. Dikatakan sederhana karena teknik ini
dilakukan melalui prosedur yang sederhana yaitu secara acak.
Dalam teknik ini peneliti tidak perlu memperhatikan strata
apapun yang terdapat pada populasi itu. Biasanya, teknik
seperti ini diterapkan pada anggota populasi yang dianggap
homogen.
Teknik sampling ini sering digunakan pada penelitian
yang bersifat deskriptif dan umum. Karakater populasi yang
berbeda-beda merupakan kondisi yang tidak penting untuk
dipermasalahkan dalam analisis yang direncanakan. Misalnya,
populasi tersebut terdiri dari anggota dengan jenis kelamin
yang berbeda, status sosial yang beranekaragam, serta jabatan,
profesi, hoby yang berbeda dan perbedaan-perbedaan lainnya.
Perbedaan tersebut sesungguhnya bukanlah hal yang diper-
timbangkan, karena tidak memiliki relevansi dan korelasi
dengan hasil penelitian. Oleh karena itu semua anggota
populasi diberikan peluang yang sama untuk menjadi bagian
dari anggota sampel.

b. Proportionate stratified random


Proportionate stratified random sampling adalah
teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang

90 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dilakukan secara acak dan berstrata secara proporsional.


Teknik ini dilakukan jika anggota populasi yang hendak diteliti
heterogen (tidak sejenis).
Prosedur teknik sampling ini adalah dengan cara
membuat lapisan-lapisan (strata) atau klasemen. Kemudian,
dari setiap lapisan diambil sejumlah subjek, responden secara
acak.

c. Disproportioned stratified random


Disproportionate stratified random sampling adalah
pengambilan sampel populasi yang dilakukan secara acak dan
berstrata tetap, namun sebagian ada yang kurang proporsional
pembagiannya. Sampling ini dilakukan bila anggota populasi
heterogen (tidak sejenis).

d. Area random
Area random disebut juga cluster sampling, yaitu
teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil wakil
dari setiap wilayah geografis yang ada. Teknik ini dapat
digunakan pada kondisi populasi atau sumber data yang sangat
luas. Misalnya seorang peneliti yang hendak meneliti keadaan
penduduk suatu propinsi. Maka tidak mungkin peneliti dapat
menggali data dan informasi dari seluruh penduduk propinsi
tersebut. Oleh karena itu peneliti harus mengambil perwakilan
sebagai sampel dari setiap kabupaten yang ada di propinsi.
Penelitian yang dilakukan di wilayah kabupaten, maka peneliti
mengambil masing-masing perwakilan dari tiap kecamatan.
Demikian pula peneliti yang hendak mengkaji populasi di
sebuah kecamatan, maka ia harus mengambil perwakilan dari
masing-masing desa kecamatan tersebut. Untuk menentukan
penduduk mana yang akan dijadikaan sumber data, maka

Penelitian Kualitatif 91
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

pengambilan sampelnya didasarkan pada daerah populasi yang


telah ditentukan.
Peneliti yang menggunakan teknik ini biasanya me-
lalui dua tahapan; pertama, menentukan sampel daerah, dan
kedua, menentukan orang-orang yang ada di daerah itu secara
sampling juga.

2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling merupakan kebalikan dari
probability sampling, yaitu teknik sampling yang tidak
memberikan peluang atau kesempatan sama kepada setiap
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel.
Menurut Henry (1990) nonprobability samples are selected
based on the judgment of the researcher to achieve particular
objectives of research at hand. – Sampel nonprobabilitas
dipilih berdasarkan penilaian dari peneliti untuk mencapai
tujuan tertentu penelitian. Teknik ini tidak sebebas probability
sampling. Nonprobability lebih selektif memilih anggota
populasi yang akan dijadikan anggota sampel. Sampel yang
dipilih adalah sampel yang memiliki kemampuan dan we-
wenang dalam menjawab permasalahan penelitian.
Dalam perspektif kualitatif, teknik ini tentu dapat
dianggap relevan. Sebab sampel kualitatif tidak mensyaratkan
ukuran sampel. Namun lebih menitikberatkan pada kekayaan
informasi yang dimiliki oleh anggota yang dijadikan sampel
(informan).

a. Sampling sistematis
Sampling sistematis ialah teknik sampling yang di-
lakukan dengan cara mengambil anggota sampel berdasarkan
atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor urut. Teknik
ini digunakan jika peneliti dihadapkan pada masalah ukuran

92 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

populasi yang banyak dan tidak dapat mengambil sampel


secara random karena alasan tertentu misalnya peneliti tidak
memiliki alat untuk menggunakan random.

b. Sampling kuota
Sampling kuota merupakan teknik sampling yang
digunakan untuk menetukan anggota sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sesuai kuota atau jumlah yang
diinginkan.

c. Sampling insidental
Sampling insidental merupakan teknik pengambilan
sampel yang didasari atas kebetulan semata. Artinya siapa pun
anggota populasi yang secara kebetulan (incidental) bertemu
dengan peneliti dapat diambil sebagai anggota sampel. Namun,
peneliti juga perlu mempertimbangkan orang yang kebetulan
ditemui itu, apakah ia cocok sebagai sumber data atau tidak.
Jika sesuai dengan data yang diinginkan, peneliti dapat
memasukkannya dalam anggota sampel.

d. Purposive sampling
Purposive sampling merupakan teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini menurut para
ahli amat relevan digunakan dalam penelitian kualitatif. Dari
namanya, teknik ini menggambarkan bahwa sampel yang
dipilih berdasarkan tujuan dan maksud (purpose) tertentu
peneliti. Poulasi yang dijadikan sampel dengan teknik ini
adalah orang atau data yang diyakini memiliki informasi yang
luas sesuai kebutuhan penelitian.

Penelitian Kualitatif 93
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

e. Sampling jenuh
Sampling jenuh adalah teknik pemilihan sampel yang
digunakan jika anggota populasi dijadikan sebagai sampel
sekaligus. Artinya, peneliti di lapangan menjumpai jumlah
populasi yang relatif kecil, kurang dari 30 orang, sehingga
“mau tidak mau” peneliti harus menjadikanya seluruh populasi
tersebut sebagai sampel. Atau sampling jenuh digunakan pada
penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan
yang sangat kecil. Sampling jenuh sering diistilahkan dengan
sensus, yaitu semua anggota populasi dijadikan sebagai
sampel.

f. Snowball sampling
Dari segi nama, snowball sampling merupakan se-
bagai teknik sampling yang diadopsi dari cara kerja bola salju.
Bola salju kecil yang menggelinding lama-lama akan menjadi
besar. Sehingga dapat dipahami bahwa teknik sampling ini
merupakan penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya
kecil, kemudian menjadi besar.
Prosedur dalam penetuan sampel ini yaitu pertama-
tama dipilih satu atau dua orang. Namun karena satu atau dua
orang tersebut dianggap belum lengkap memberikan data dan
informasi, maka peneliti mencari orang lain yang dianggap
mampu melengkapi data yang telah diperoleh dari sampel atau
informan sebelumnya. Demikian seterusnya bertambah dan
bertambah sesuai dengan data yang dibutuhkan peneliti. Tidak
hanya mencari, peneliti juga dalam hal ini dapat meminta
petunjuk dari sampel (informan) sebelumnya mengenai siapa
informan yang dapat melengkapi data dan informasi yang telah
diberikan tersebut. Biasanya dalam satu tema permasalahan,
antara informan yang satu dengan yang lainnya saling

94 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

mengenal. Teknik ini sering digunakan ketika peneliti tidak


banyak tahu tentang populasi penelitiannya.

C. Teknik Sampling Penelitian Kualitatif


Dari uraian sejumlah teknik sampling di atas, dapat
disimpulkan bahwa hampir semua teknik sampling di atas
hanya relevan digunakan pada penelitian kuantitatif, karena
memang penelitian kuantitatif amat bergantung pada kuantitas
sampel. Pemilihan sampel dalam penelitian kuantitatif tidak
mementing kualitas sampel. Sebab, hasil yang diinginkan dari
penelitian kuantitatif adalah generalisasi terhadap populasi.
Oleh karena itu sampel seringkali ditentukan secara acak. Hal
tersebut berbeda dengan penelitian kualitatif yang bergantung
pada kualitas sampel. Semakin baik kualitas sampel, semakin
berkualitas pula penelitian tersebut. Oleh karena itu sampel
(informan) penelitian harus dipilih secara sengaja dengan
pertimbangan kualitas sampel.
Kaitannya dengan hal tersebut, maka teknik sampling
yang paling relevan dengan penelitian kualitatif adalah teknik
purposive sampling. Selanjutnya apabila dalam proses pe-
ngumpulan data sudah tidak ditemukan informasi yang
bervariasi, peneliti tidak perlu lagi mencari informan baru.
Proses pengumpulan data dianggap selesai (Bungin, 2010).
Namun, jika data yang ditemukan belum lengkap atau tidak
bervariasi, peneliti sebaiknya melanjutkan dengan teknik
snowball sampling. Peneliti mencari informan lain untuk
melengkapi data dan informasi yang tidak lengkap atau tidak
bervariasi tersebut.
Oleh karena itu, untuk memperoleh informasi yang
akurat dan lengkap, maka pemilihan sampel awal menjadi
salah satu hal yang krusial untuk diperhatikan dalam proses
sampling pada penelitian kualitatif. Informan sampel awal

Penelitian Kualitatif 95
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

harus dicek apakah ia termasuk dalam kategori “informan


kunci” atau tidak. Ketepatan dalam pemilihan sampel awal
dengan kriteria “informan kunci” memiliki pengaruh terhadap
keberhasilan proses sampling dan kelancaran dalam pe-
ngumpulan data. Kondisi tersebut dapat menentukan efisiensi
dan keefektifan penelitian. Dalam kaitan ini Spradley me-
rekomendasikan lima kriteria yang perlu diperhatikan peneliti
dalam memilih sampel informan awal yaitu sebagai berikut:
1. Memilih subjek yang telah cukup lama dan intensif
menyatu dengan kegiatan atau medan aktivitas yang
menjadi informasi. Di samping itu, dia juga menghayati
secara sungguh-sungguh sebagai akibat dari keterlibatan-
nya yang cukup lama dengan lingkungan atau kegiatan
yang bersangkutan. Ini biasanya ditandai oleh kemampuan-
nya dalam memberikan informasi dengan lancar, baik dan
dapat dipertanggungjawabkan mengenai masalah yang di-
tanyakan.
2. Memilih subjek yang masih terlibat secara penuh atau aktif
pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi perhatian
peneliti.
3. Memilih subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau
kesempatan untuk diwawancarai.
4. Memilih subjek yang dapat memberikan informasi yang,
tidak cenderung diolah atau dipersiapkan terlebih dahulu,
tanpa dibuat-buat. Mereka ini tergolong “lugu” (apa ada-
nya) dalam memberikan informasi. Persyaratan ini cukup
penting, terutama bagi peneliti pemula, dan berkaitan
dengan upaya untuk memperoleh informasi yang lebih
faktual.
5. Memilih subjek yang sebelumnya tergolong masih “asing”
dengan penelitian, sehingga peneliti merasa lebih tertantang
untuk belajar sebanyak mungkin kepada subjek, yang

96 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

berfungsi sebagai guru bagi peneliti. Pengalaman me-


nunjukkan, persyaratan ini terbukti merupakan salah satu
faktor penting bagi produktivitas perolehan informasi di
lapangan (Sanggar Kato dalam Bungin, 2010).
Kelima rekomendasi kriteria subjek (informan) di atas
perlu diperhatikan dalam proses awal sampling, terlebih bagi
peneliti pemula. Sebab informan yang memenuhi kriteri-
kriteria di atas memiliki kekayaan informasi yang dapat di-
pertanggung jawabkan. Lebih lanjut, Sanggar Kato dalam
Bungin (2010) menjelaskan mengenai pentingnya perhatian
peneliti dalam menentukan sampel informan awal, khususnya
dalam penggunaan teknik sowball sampling. Variasi sampel
informan memang diperlukan agar tidak terbatas pada se-
kelompok individu saja yang seringkali memiliki kepentingan
tertentu, sehingga hasil penelitian menjadi bias. Terlepas dari
itu semua subjek dalam penelitian kualitatif (baik yang dipilih
sebagai sampel informan awal atau informan berikutnya), harus
benar-benar memiliki predikat sebagai key informant yang
sarat dengan informasi yang diperlukan sesuai dengan tujuan
penelitian.

D. Ukuran Sampel dalam Penelitian Kualitatif


Dalam proses sampling, peneliti sebaiknya memahami
dengan benar populasi yang hendak diteliti sebelum memulai
penelitian. Peneliti harus dapat memetakan siapa informan atau
data apa yang akan menjadi populasinya dan berapa jumlah-
nya. Oleh karena itu, dalam proposal penelitian biasanya
peneliti disarankan untuk memberikan gambaran terperinci
mengenai populasi penelitiannya beserta alasan akademisnya,
mengapa sampel tersebut dipilih dan mengapa jumlahnya
sekian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti sebaiknya men-
jelaskan dan menegaskan kriteria sampel yang dipilih menjadi

Penelitian Kualitatif 97
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

informannya. Bahkan peneliti sebaiknya menyebutkan nama,


kemampuan dan kewenangan informan sebagai sampel yang
akan dimintai informasinya.
Berbicara mengenai besaran ukuran sampel dalam
penelitian kualitatif, para ahli menjelaskan bahwa ukuran
sampel apakah kecil atau besar, itu tergantung pada jenis
pertanyaan penelitian, materi, waktu dan sumber daya pe-
nelitian. Umumnya sampel kualitatif terdiri dari unit contoh
kecil diteliti secara mendalam. Ukuran sampel sangat berbeda
dalam studi kualitatif, sampel besar jarang diperlukan dalam
penelitian kualitatif. Studi kualitatif yang mencakup sampel
besar memang ada tetapi jarang terjadi. Holloway dan Wheeler
(2010) berpendapat: “sample size, however, does not
necessarily determine the importance of the study or the
quality of the data” – Ukuran sampel, bagaimanapun, tidak
selalu menentukan pentingnya studi atau kualitas data.
Jadi dalam penelitian kualitatif ukuran sampel bagai-
manapun, tidak selalu menentukan pentingnya studi atau
kualitas data. Data dan informasi yang berkualitas adalah data
yang diperoleh dari sampel (informan) yang berkualitas pula
walaupun jumlahnya sedikit. Sampel yang berkualitas adalah
sampel yang mampu memberikan jawaban lengkap, cermat dan
akurat mengenai permasalahan yang sedang diteliti.

98 Penelitian Kualitatif
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 7

TEKNIK
PENGUMPULAN DATA

Istilah “tehnik pengumpulan data” kadang-kadang


diistilahkan dengan “metode pengumpulan data”. Dalam bab
ini akan dibahas mengenai teknik pengumpulan data yang
umum digunakan dalam penelitian kualitatif, yang meliputi
observasi atau pengamatan, wawancara, dan dokumentasi.
Penjelasannya, berikut ini:

A. Observasi (Pengamatan)
1. Definisi Observasi
Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan
data dalam penelitian kualitatif. Sebagai salah satu teknik
pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, observasi
merupakan dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai
dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi (Nasution,
2003). Sehingga teknik ini sangat tepat digunakan dalam
penelitian-penelitian sosial dan pendidikan. Sevilla dkk. (2006)
mendefinisikan observasi secara sederhana sebagai proses di
mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian.

Penelitian Kualitatif 99
M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Definisi-definisi tersebut sesungguhnya memiliki pe-


ngertian yang sama dan saling melengkapi. Sehingga observasi
dapat didefinisikan sebagai teknik pengumpulan data yang
mengandalkan penginderaan baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap objek yang diteliti. Sehingga data
yang dihasilkan mampu mendeskripsikan setting penelitian,
orang, kejadian, peristiwa dan makna-makna yang disampai-
kan oleh partisipan (informan) mengenai hal-hal tesebut (Gray,
2004). Penjelasan Gray tersebut merupakan tujuan observasi
dalam penelitian.
Teknik observasi dalam pengumpulan data lebih
akurat dibandingkan dengan teknik wawacara dan dokumen-
tasi. Di mana melalaui teknik observasi memungkinkan se-
seorang atau peneliti dapat mengindera; melihat, mendengar,
mencium, meraba dan merasakan fakta-fakta yang ada di
lapangan. Oleh karena itu Nasution (2003) secara tegas
mengatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pe-
ngetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan
data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh
melalui observasi.
Memang, hampir semua orang pernah melakukan
observasi dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, observasi
dalam sebuah penelitian berbeda dengan observasi atau
pengamatan sehari-hari yang dilakukan bukan dalam konteks
penelitian ilmiah. Dalam observasi penelitian, ketepatan data
dan teknik yang digunakan merupakan sebuah tuntutan. Proses
observasi haruslah runtun. Peneliti menghimpun data sesuai
rumusan masalah yang ingin diketahui jawabannya.

2. Macam-Macam Observasi
Secara umum data observasi dikumpulkan dalam dua
cara yang berbeda yaitu laboratory observation (observasi

100 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

laboratorium) dan naturalistic observation (observasi alami).


Menurut Jhonson dan Chritensen (2012), “Laboratory obser-
vation is carried out in settings that are set up by the
researcher and inside the comfines of research lab”. Definisi
tersebut dapat dipahami secara sederhana bahwa observasi
laboratorium merupakan observasi yang memerlukan pe-
nyetingan sebelum melakukan observasi.
Biasanya obeservasi semacam ini digunakan dalam
penelitian yang bersifat eksperimen. Sedangkan naturalistic
observation secara simple didefinisikan oleh keduanya sebagai
“carried out in the real world” – pengamatan berbasis nyata
dan alami. Untuk menjadikan “apa yang diamati” (objek)
tersebut alami, maka peneliti harus sedapat mungkin me-
masuki dunia nyata objek. Tipe observasi inilah yang di-
gunakan dalam penelitian kualitatif.
Berdasarkan peranan peneliti dalam proses observasi,
maka observasi dibagi menjadi empat. Dalam hal ini, peneliti
dapat memilih peran dalam mengumpulkan data yang di-
butuhkan sesuai dengan keinginan, kemudahan dan keakuratan
data yang diperoleh. Penjelasan keempat peran tersebut
sebagai berikut:

a) Complete participant (Berperanserta secara lengkap)


Pengamat dalam hal ini menjadi anggota penuh dari
kelompok yang diamatinya. Dengan demikian ia dapat mem-
peroleh informasi apa saja yang dibutuhkannya, termasuk yang
dirahasikan sekalipun.

b) Observer as participant (Pengamat sebagai partisipan)


Peranan pengamat secara terbuka diketahui oleh
umum bahkan mungkin ia atau mereka disponsori oleh subjek.

Penelitian Kualitatif 101


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Karena itu maka segala macam informasi termasuk rahasia


sekalipun dapat dengan mudah diperolehnya.

c) Participant as observer (Partisipan sebagai pengamat)


Pengamat dalam hal ini tidak sepenuhnya sebagai
partisipan tetapi melakukan fungsi pengamatan. Ia sebagai
anggota pura-pura. Jadi tidak melebur dalam arti sesungguh-
nya. Peranan demikian masih membatasi subjek menyerahkan
dan memberikan informasi terutama yang bersifat rahasia.

d) Complete observer (Peran lengkap pengamat)


Biasanya hal ini terjadi pada penelitian eksprimen di
labaratorium yang menggunakan kaca sepihak (one way
screen). Peneliti dengan bebas mengamati secara jelas seubjek-
nya dari belakang secara sedang subjeknya sama sekali tidak
mengetahui bahwa ia sedang diamati.
Di samping itu, observasi juga dibagi menjadi
observasi “tidak tersetruktur dan terstruktur”. Pengamatan
tidak terstruktur bersifat fleksibel dan terbuka. Situasi terbuka
menghendaki pengamat melihat kejadian secara langsung
pada tujuan (Consuelo G. Sevilla at al., 2006). Dalam me-
lakukan observasi ini, peneliti tidak menggunakan draft ren-
cana kegiatan observasi yang sistematis terstruktur. Peneliti
secara bebas melakukan aktivitas pengamatan. Namun bukan
berarti observasi semacam ini tidak direncakan sebelumnya.

3. Manfaat Observasi
Observasi bermanfaat untuk mendapatkan data yang
lebih ekstensif, luas dan faktual mengenai kondisi aktual objek
yang diamati. Melalui observasi peneliti dapat dengan leluasa
mengindera apa yang terjadi di lapangan penelitian. Patton

102 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

(1998) menyebutkan 6 manfaat observasi sebagaimana yang


dikutip Nasution (2003) sebagai berikut:
a) Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu me-
mahami konteks data dalam keseluruhan situasi. Ia dapat
memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.
b) Pengalaman langsung memungkinkan peneliti mengguna-
kan pendekatan induktif. Peneliti tidak dipengaruhi oleh
konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan
induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan
(discovery).
c) Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak
diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam
lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena
itu tidak akan terungkap dalam wawancara.
d) Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan
terungkap oleh responden dalam wawancara karena bersifat
sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama
lembaga.
e) Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi res-
ponden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang
lebih komprehensif.
f) Di lapangan, peneliti tidak hanya dapat mengadakan peng-
amatan, akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi.
Misalnya merasakan situasi sosial.
Keenam paparan Patton di atas dapat disimpulkan
bahwa observasi memiliki manfaat yang tidak dapat diperoleh
dari teknik pengumpulan data lainnya semisal wawancara dan
dokumentasi. Teknik observasi dapat lebih luas merekam
aktivitas, perilaku, perasaan, keadaan tempat penelitian dan
sebagainya secara alami sehingga dapat memungkinkan data
didapatkan lebih detail, akurat dan dapat dipertanggung-
jawabkan.

Penelitian Kualitatif 103


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

4. Persiapan Sebelum Observasi


Untuk mendapatkan data yang akurat, terpercaya dan
meyakinkan dalam observasi, maka diperlukan persiapan yang
matang sebelum memasuki lapangan. Dalam persiapan ini,
peneliti melakukan perencanaan mengenai apa yang harus
diobservasi dan bagaimana diobservasi. Perencanaan yang
dibuat bukan sekadar perencanaan, akan tetapi ia harus ditulis
dengan rapi dan sistematis. Dengan cara ini, peneliti akan lebih
mudah mengetahui apa yang sudah dan belum diobservasi.
Menurut Afifuddin dan Saebani (2012), ada beberapa
kegiatan persiapan pra-lapangan yang harus dipersiapkan oleh
seorang peneliti agar mendapatkan data yang layak dijadikan
sumber analisis, yaitu:
1) Menyusun rancangan penelitian yang memuat latar be-
lakang masalah dan alasan pelaksanaan penelitian, studi
pustaka, penentuan lapangan penelitian, penentuan jadwal
penelitian, pemilihan alat penelitian, rancangan pengum-
pulan data, rancangan prosedur analisis data, rancangan
perlengkapan yang diperlukan di lapangan, dan rancangan
pengecekan kebenaran data.
Namun, sebenarnya hal yang paling esensi sebelum me-
masuki lapangan adalah membuat rumusan masalah.
Rumusan masalah akan menuntun peneliti terhadap ma-
salah, fenomena, gejala, variabel yang hendak diobservasi.
2) Memilih lapangan penelitian didasarkan pada kondisi
lapangan itu sendiri untuk dilakukan penelitian sesuai
dengan tempat penelitian. Jadi peneliti harus memilih
lapangan penelitian sesuai dengan fokus masalah yang
diteliti. Kesalahan dalam memilih lapangan penelitian
berimplikasi pada kurang atau bahkan tidak tersedianya
data.

104 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

3) Melihat kondisi geografis, keterbatasan waktu, biaya dan


tenaga. Oleh karena itu dalam proposal skripsi, tesis,
disertasi dan penelitian lainnya seringkali calon peneliti
diminta untuk melampirkan jadwal penelitian. Dalam pe-
nelitian yang disponsori oleh seseorang atau sebuah lem-
baga, calon peneliti tidak hanya diminta melampirkan jad-
wal penelitian, namun juga diminta melampirkan estimasi
dana yang dihabiskan dalam penelitian yang ditentukan.
4) Mengurus izin penelitian hendaknya dilakukan dengan
mengetahui terlebih dahulu siapa yang berwenang mem-
berikan izin. Pendekatan yang simpatik sangat perlu, baik
kepada pemberi izin di luar jalur formal maupun informal.
Secara formal, surat izin penelitian umumnya diurus di
Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian (BLPH) Provinsi.
Sedangkan secara informal, pemberi izin penelitian adalah
daerah, instansi atau lembaga yang dipilih sebagai lokasi
penelitian. Oleh karena itu, calon peneliti harus melakukan
membangun komunikasi yang baik dengan orang yang
memiliki kewenangan di daerah, instansi atau lembaga
yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian, agar
penelitian yang direncanakan diizinkan dan berjalan lancar.
Karena fakta di lapangan mengungkapkan, walaupun surat
izin penelitian dari BLHP telah dikantongi, tidak sedikit
calon peneliti yang tidak diberikan izin oleh instansi atau
lembaga yang telah direncanakan sebagai tempat pe-
nelitian.
5) Menjajaki lapangan penting, artinya selain untuk me-
ngetahui apakah lokasi yang dipilih sebagai tempat
penelitian sesuai untuk penelitian yang ditentukan, juga
untuk mengetahui persiapan yang harus dilakukan peneliti.
Secara terperinci, dapat dikemukakan bahwa penjajakan
lapangan ini adalah untuk memahai pandangan hidup dan

Penelitian Kualitatif 105


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

penyesuaian diri dengan keadaan lingkungan tempat


tinggal.
6) Informan yang dipilih adalah orang-orang yang tahu
tentang sitausi dan kondisi lokasi penelitian, jujur, terbuka,
dan mau memberikan informasi yang benar.
Memilih informan memang harus selektif, karena tidak
semua orang dapat dijadikan referensi dalam penelitian.
Memilih informan yang mengetahui setting lokasi pe-
nelitian, jujur dan terbuka memang bukan perkara yang
mudah. Namun hal tersebut akan menjadi mudah bila
peneliti membangun komunikasi yang baik dan me-
nunjukkan perilaku yang beretika.
7) Persiapan perlengkapan penelitian berkaitan dengan per-
izinan, perlengkapan alat tulis, alat perekam, jadwal waktu
penelitian, obat-obatan dan perlengkapan lain sesuai ke-
butuhan peneliti.
Di samping persiapan-persiapan di atas, perlu juga
dipersiapkan semacam guidelines (petunjuk) yang dapat meng-
arahkan peneliti mengetahui apa yang sudah diamati dan apa
yang belum, dan apa yang kurang. Sehinga peneliti dapat
menambahkan hal-hal yang perlu diobservasi. Dalam hal ini
Johnson dan Christensen (2012) mengemukakan semacam
petunjuk (guidelines) yang memuat hal-hal pokok yang perlu
diperhatikan dalam observasi langsung di lapangan yaitu
sebagai berikut:
1) Siapakah kelompok itu? Berapa banyak orang di sana, dan
apa jenis kelamin, identitas, dan karakteristik mereka?
Bagaimana bentuk keanggotaan dalam kelompok atau
bentuk peristiwa yang didapatkan?
2) Apa yang terjadi di sini? Apa orang-orang dalam kelompok
itu melakukan dan mengatakan satu lain hal?

106 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

a) Apa perilaku berulang-ulang dan yang terjadi secara


teratur? Dalam kejadian, aktivitas, atau rutinitas apa peserta
terlibat? Sumber daya apa yang digunakan dalam kegiatan
tersebut, dan bagaimana dialokasikan? Bagaimana kegiatan
tersebut diselenggarakan? Apa perbedaan konteks sosial
yang dapat diidentifikasi?
b) Bagaimana orang-orang dalam kelompok berperilaku ter-
hadap satu sama lain? Apa sifat partisipasi dan interaksi
mereka? Bagaimana orang-orang terhubung atau terkait
satu sama lain? Apa status dan peran yang jelas dalam
interaksi ini? Siapa yang membuat keputusan, apa ke-
putusan itu dan untuk siapa? Bagaimana orang-orang
mengorganisir diri atau interaksi mereka?
c) Apa isi dari peserta percakapan? Apa pelajaran yang umum
dan langka? Apa cerita, anekdot yang mereka pertukarkan?
Apa bahasa verbal dan non-verbal yang mereka gunakan
untuk komunikasi? Apa keyakinan dengan isi percakapan
mereka menunjukkan? Apa Format percakapan yang akan
diikuti? Apa proses yang mereka cerminkan? Siapa yang
berbicara dan mendengarkan?
3) Di mana kelompok atau peristiwa itu terjadi? Apa latar
fisik dan lingkungan dari konteks mereka? Apa sumber
daya alam yang jelas, dan apa teknologi yang diciptakan
atau digunakan oleh mereka? Bagaimana kelompok meng-
alokasikan dan menggunakan ruang dan benda-benda? Apa
yang dikonsumsi, dan apa yang dihasilkan? Apa peng-
lihatan, suara, bau, rasa, dan tekstur yang ditemukan dalam
konteks apa yang digunakan oleh suatu kelompok?
4) Kapan kelompok bertemu dan berinteraksi? Seberapa
sering pertemuan itu, dan berapa lama mereka bertemu?
Bagaimana konsep kelompok tersebut menggunakan dan

Penelitian Kualitatif 107


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

mendistribusikan waktu? Bagaimana peserta penelitian


melihat masa lalu, sekarang, dan masa depan?
5) Bagaimana mengidentifikasi elemen terhubung atau saling
terkait, baik dari sudut pandang peserta atau dari perspektif
peneliti? Bagaimana stabilitas dipertahankan? Bagaimana
asal perubahan, dan bagaimana cara mereka berhasil?
Bagaimana unsur-unsur terorganisir diidentifikasi? Apa
aturan, norma, adat-istiadat atau yang mengatur organisasi
sosial suatu kelompok? Bagaimana kekuatan yang mereka
miliki dikonsep dan didistribusikan ? Bagaimana kelompok
terkait dengan kelompok, organisasi atau lembaga lain ?
6) Mengapa kelompok berperilaku seperti hal itu? Apa makna
atribut yang mereka gunakan? Apa sejarah kelompok? Apa
tujuan yang diartikulasikan dalam kelompok? Apa simbol,
tradisi, nilai-nilai, dan pandangan umum yang dapat di-
temukan dalam kelompok?
Tidak hanya itu, demi persiapan pengumpulan data di
lapangan, Patton (2002) merekomendasikan kepada calon
observer (pengamat, peneliti) sebelum ia turun ke lapangan
untuk melatih hal-hal yang meliputi:
1) Learning to pay attention, see what there is to see, and
hear what there is hear; (Belajar untuk memperhatikan,
melihat apa yang ada untuk dilihat, dan mendengar apa
yang ada untuk didengar)
2) Practice in writing descriptively; (Praktek dalam menulis
deskriptif)
3) Acquiring discipline in recording field notes. (Memperoleh
disiplin dalam catatan lapangan perekaman)
4) Knowing how to separate detail from trivia to achieve the
former without being overwhelmed by the latter; (Me-
ngetahui bagaimana memisahkan detil dari hal-hal sepele
untuk mencapai mantan tanpa kewalahan)

108 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

5) Reporting the strengths and limitations of one’s own


perspective, which requires both self-knowledge and self-
disclosure. (Pelaporan kekuatan dan keterbatasan sudut
pandang sendiri, yang membutuhkan pengetahuan dan ke-
terbukaan diri).

5. Merekam Data Observasi


Hal yang terpenting dalam tahapan observasi adalah
tahapan merekam data. Perekaman data mutlak dibutuhkan
dalam observasi, mengingat terbatasnya daya ingat yang
dimiliki manusia. Oleh karena itu tahapan ini amat menentukan
kualitas dan kuantitas data yang diperoleh dalam penelitian.
Baik tidaknya data yang didapatkan bergantung pada kreativ-
itas pengamatan dan kemampuannya dalam menggunakan
teknik observasi.
Ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam
merekam data observasi yaitu sebagai berikut:

a) Membuat catatan lapangan (field notes)


Catatan lapangan merupakan cara klasik dalam
observasi yang mutlak digunakan sebelum ditemukan alat-alat
perekam semisal tape recorder, camera, handy cam dan
sebagainya. Sebelum alat-alat tersebut ditemukan, dapat di-
katakan bahwa catatan lapangan hampir merupakan satu-
satunya cara bagi peneliti untuk merekam pengamatan terhadap
kegiatan dan perilaku seseorang atau kelompok tertentu
(Dewalt & Dewalt, 2002). Cara inilah yang memang paling
umum digunakan dalam merekam data observasi (Donald Ary
at all) Catatan lapangan sering juga disebut catatan anekdot,
yaitu catatan-catatan singkat yang dibuat oleh observer sendiri
yang berisi tentang sikap, tingkah laku, kejadian, dan
fenomena. Secara detail field notes memuat hal-hal berikut ini:

Penelitian Kualitatif 109


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

1) Tempat terjadinya peristiwa (space)


2) Orang-orang yang terlibat (actor).
3) Aktivitas: seperangkat tindakan yang dilakukan orang
(activity),
4) Hal-hal fisik yang ditunjukkan (object)
5) Perilaku yang ditunjukkan (act)
6) Seperangkat kegiatan(event)
7) Waktu (time)
8) Tujuan (goal)
9) Perasaan atau emosi yang diekspresikan (feeling).
(Spradley dalam Crabtree dan Miller, 1999)
Sesungguhnya konten-konten field notes di atas me-
nuntut kemampuan pengamat untuk dapat memainkan alat
indera yang dimilikinya secara kreatif. Bogdan dan Biklen
(dalam Morse dan Field, 1995) menegaskan bahwa dalam
catatan lapangan tersebut pengamat (peneliti) mencatat segala
hal yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan oleh peneliti
dalam rangka pengumpulan data dalam penelitian kualitatif.
Kemampuan pengamat dalam mengindera hal-hal yang terjadi
di lapangan mempengaruhi tingkat kedetailan, keakuratan, dan
keluasan data yang dibutuhkan.
Demi memperoleh data yang maksimal dengan
menggunakan media field notes, Benjamin at.al. (1999) me-
rekomendasikan hal-hal berikut ini:
1) Record your notes as soon as possible after the observation
(Rekam catatan Anda sesegera mungkin setelah pe-
ngamatan).
Semakin cepat Anda mengamankan catatan Anda setelah
observasi, maka akan semakin akurat data yang Anda
peroleh. Semakin lama Anda menunda perekaman atau
pencatatan, maka semakin banyak data yang tidak akan
terekam secara detail dan akurat akibat lupa yang

110 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

manusiawi. Taylor dan Bongdan (dalam Merriam, 2009)


mengingatkan urgensi menulis field notes sesegera
mungkin. Keduanya berpendapat bahwa “the more time
that passes between observing and recording the notes, the
poorer your recall will be and the less likely you will ever
get to record your data” - Semakin banyak waktu yang
lewat di antara pengamatan dan merekam catatan, (meng-
ingatkan kembali) maka semakin miskin dan semakin kecil
kemungkinan Anda untuk dapat merekam data".
2) Don’t discuss your observation with anyone until you have
it recorded (Jangan membicarakan pengamatan Anda
dengan siapa pun sampai semuanya terekam).
Di antara sifat penelitian kualitatif adalah naturalistic
(alami). Objek yang diobservasi sudah seharusnya tidak
mengetahui tentang observasi tersebut. Membicarakan
mengenai observasi yang dilakukan sebelum proses pe-
rekaman selesai dapat mempengaruhi objek yang diamati.
Sehingga pengamatan dapat menjadi tidak alami atau
kemungkinan besar apa yang hendak diteliti dibuat-buat.
3) Find a private place that has the equipment you need to do
your work. (Cari tempat pribadi yang memiliki peralatan
yang Anda perlu untuk melakukan pekerjaan Anda)
Tempat privasi diperlukan sebagai tempat mencatat field
notes yang kira-kira perlu dirahasiakan, sehingga tidak
seorang pun yang tahu kecuali pengamat sendiri. Hal ini
harus diupayakan demi kerahasiaan peristiwa dan ke-
amanan semua unsur yang terlibat di dalamnya.
4) Plan sufficient time for recording.(Rencanakan waktu yang
cukup untuk merekam)
Waktu yang diperlukan dalam perekaman observasi ter-
gantung pada kuantitas data yang diperlukan. Oleh karena
itu sebelum pengamatan dilakukan perlu direncanakan

Penelitian Kualitatif 111


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

waktu yang cukup agar efesien tergantung pada data yang


dibutuhkan.
5) Don’t edit as you write or dictate (Jangan mengedit saat
Anda menulis atau mendikte)
Pengamat menulis segala hal yang terjadi di lapangan
secara alami tanpa melakukan editing. Pengamat sebaiknya
mengedit setelah proses pengamatan benar-benar berakhir.
Di samping itu, editing yang dilakukan di saat proses
perekaman dengan field note dapat memperlambat jalannya
observasi, sehingga waktu yang telah direncanakan menjadi
tidak cukup (tidak efesien).

b) Membuat ceklis observasi


Pada dasarnya ceklis observasi secara sederhana dapat
dipahami sebagai daftar yang memuat nama-nama objek
penelitian yang hendak diamati beserta gejala dan fenomena
yang terjadi padanya. Ceklis dimaksudkan untuk mengecek
kegiatan yang telah dilakukan sehingga dapat dibedakan mana
kegiatan observasi yang belum dan sudah dilakukan, mana
yang prioritas dan mana yang tidak. Dengan adanya ceklis
dapat dipastikan kegiatan observasi akan mudah dilakukan,
karena dalam daftar tersebut dicantumkan semua kegiatan yang
direncanakan dalam observasi. Sehingga kegiatan observasi
tersusun secara sistematis. Oleh karena itu ceklis harus di-
persiapkan secara teliti sebelum melakukan observasi di
lapangan.

c) Merekam dengan menggunakan media elektronik


Di era perkembangan teknologi ini memungkinkan
seseorang dapat mencatat data dengan baik, mudah dan akurat
dalam sebuah penelitian. Dalam observasinya peneliti dapat
menggunakan kamera untuk merekam segala bentuk kejadian

112 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

atau peristiwa dalam bentuk visual, atau handy cam dalam


bentuk audio visual. Bahkan kedua media tersebut dapat
dengan mudah ditemui dalam satu alat elektronik yaitu hand
phone (HP). Sehingga merekam data observasi dengan meng-
gunakan media elektronik dapat dikatakan lebih mudah,
efektif, praktis dan memiliki banyak manfaat di banding
dengan media lainnya yang lain.

6. Kelebihan dan Kekurangan Observasi


Sesungguhnya dari penjelasan-penejelasan di atas
dapat disimpulkan mengenai kelebihan dan kekurangan obser-
vasi sebagai salah satu teknik pengumpulan data yaitu sebagai
berikut:

a. Kelebihan observasi
Di antara kelebihan teknik observasi adalah:
1) Memungkinkan bagi pengamat/peneliti secara langsung
merekam kejadian, peristiwa, perilaku, sikap, kebiasaan,
program, aktivitas dan sebagainya di lapangan penelitian.
Sehingga, peneliti tidak terlalu perlu mengandalkan peng-
inderaan orang lain. Namun kadang-kadang penginderaan
orang lain juga diperlukan karena suatu alasan tertentu
yang sifatnya mendesak.
2) Lebih memudahkan pengamat/peneliti dalam memperoleh
data, karena data dapat diperoleh tanpa melakukan ko-
munikasi dengan informan. Sebab, kadang-kadang subjek
yang diharapkan sebagai informan enggan diajak ber-
komunikasi atau berwawancara dengan alasan-alasan
tertentu seperti informan tidak memiliki waktu luang, data
hanya boleh diketahui oleh orang-orang tertentu dan
sebagainya.

Penelitian Kualitatif 113


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

b. Kekurangan observasi
Di antara kekurangan observasi yaitu:
1) Dari segi waktu, observasi membutuhkan waktu yang
relatif lebih lama dari pada teknik lainnya semisal wawan-
cara. Misalnya, peneliti hendak meneliti tradisi Waktu Telu
suku Sasak, maka peneliti tersebut harus menunggu
pelaksanaan tradisi-tradisi tersebut yang kadang-kadang
pelaksanaannya sekali seminggu, sekali sebulan bahkan
sekali setahun.
2) Dari segi motif, observasi tidak dapat mengungkap motif
atau tujuan di balik kejadian, peristiwa, sikap, dan per-
kataan objek yang diteliti. Motif sesungguhnya bersifat
abstrak, sedangkan observasi hanya dapat mendeskripsikan
secara indrawi mengenai perilaku secara rinci, dan lengkap,
segala sesuatu hal yang sifatnya nampak.

7. Etika Observasi
Kegiatan observasi sangat erat kaitannya dengan
interaksi sosial, karena observer (pengamat) melibatkan hu-
bungannya dengan manusia dan lingkungan sosial objek pe-
nelitiannya. Jalinan hubungan yang baik akan mempermudah
peneliti mendapatkan data yang diinginkannya. Salah satu yang
memperkuat jalinan relasi dalam sebuah observasi adalah
kemampuan peneliti bersikap santun sesuai nilai moral, adat,
budaya dan nilai agama yang dijunjung di lokasi penelitiannya.
Mustahil seorang peneliti mendapatkan data yang diinginkan-
nya jika sikapnya berlawanan dengan etika yang dijunjug oleh
masyarakat tempat ia meneliti. Di antara etika tersebut adalah:
a) Peneliti meminta ijin kepada orang atau institusi yang
memiliki wewenang secara birokrasi ke pmerintahan
semisal dusun, kepala desa, lurah, kepala lingkungan dan

114 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

ataupun secara adat semisal tokoh adat atau tokoh agama,


dengan menunjukkan surat ijin meneliti jika diperlukan.
b) Peneliti memperhatikan tutur kata dan sikapnya, terutama
di awal pertemuan awalnya dengan masyarakat yang akan
menjadi objek pengamatannya. Oleh karena itu, ia harus
menggunakan bahasa halus daerah setempat jika me-
mungkinkan. Jika tidak, gunakan bahasa Indonesia sesuai
dengan tingkat pemahaman mereka.
c) Peneliti mempermaklumkan bahwa kegiatan penelitiannya
bersifat sukarela, dan bagi masyarakat yang tidak berkenan
untuk diobservasi, maka tidak boleh dipaksakan.
d) Dalam penelitian yang bersifat eksprimetal, maka peneliti
harus menjelaskan secara detail mengenai bentuk-bentuk
perlakuan terhadap calon objeknya.
e) Peneliti berusaha melindungi kejadian, peristiwa, perkataan
atau perilaku objek penelitian yang bersifat privasi, yang
kebetulan diperoleh secara tidak sengaja dalam observasi.
f) Peneliti tidak diperkenankan melakukan intervensi atau ikut
campur secara berelebihan terhadap masalah yang dihadapi
oleh narasumbernya.
g) Peneliti harus memperhitungkan waktu yang tepat untuk
melakukan sebuah observasi.

B. Wawancara
1. Definisi Wawancara
Secara historis, terma “interview” sudah digunakan
pada abad XVII (Kvale dan Brinkma dalam Banister, Bunn,
at. al., 2011). Teknik wawancara telah digunakan dalam pe-
nelitian sejak sekitar seratus tahun lalu dan diasosiasikan pada
tahun 1930-an dan 1940-an (Fontana dan Frey dalam Banister,
Bunn, at. al., 2011). Sejak tahun 1980-an, wawancara atau
interview menjadi topik yang hangat dibicarakan dalam metode

Penelitian Kualitatif 115


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

diskusi (Kvale dan Brinkman dalam Banister, Bunn, at. al.,


2011), dan pada tahun 1977 Atkinson dan Silverman men-
deklarasikan bahwasanya kita hidup dalam sebuah ”lingkungan
wawancara” (Banister, Bunn, at. al., 2011).
Wawancara dalam penelitian kualitatif secara gam-
blang dapat difahami sebagai teknik pengumpulan data dengan
cara melakukan serangkaian wawancara atau tanya jawab
dengan informan atau narasumber yang telah ditentukan.
Menurut Estenberg dalam Sugiyono (2013), wawancara di-
definiskan sebagi pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksi makna dalam suatu topik tertentu. Salah satu di
antara keduanya berperan sebagai pewawancara (interviwer),
yaitu yang mengajukan pertanyaan dan satunya lagi menjadi
terwawancara (interviewee), yaitu yang menjawab pertanyaan.
Proses semcam ini diistilahkan oleh Sevilla dkk. (2006)
sebagai interaksi verbal.
Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tehnik wawancara adalah proses memperoleh ke-
terangan dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat
mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan
berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan
nonverbal.

2. Klasifikasi Wawancara
Secara umum tehnik wawancara yang biasa digunakan
dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam (in-
depth interview), yaitu ikhtiar memperoleh data penelitian
dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung (face to
face) antara peneliti sebagai pewawancara dan informan

116 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

sebagai terwawancara baik secara terstruktur atau pun bebas,


yang dilakukan dalam waktu yang relatif lama dalam ke-
hidupan sosial.
Menurut Rajendra Kumar Sharma (2008) para ilmu-
wan sosial mengklasifikasikan interview (wawancara) sangat
variatif, yaitu sebagai berikut:
a) Dilihat dari sisi keformalannya, interview dibagi menjadi
dua tipe:
1) Interview formal. Pewancara/peneliti sudah mengetahui
dengan pasti mengenai data, informasi yang hendak
diperoleh dari terwawancara. Sehingga, ia terlebih
dahulu menyusun dan memahami pertanyaan yang
hendak diajukan kepada terwawancara secara sitematis
untuk mendapatkan jawaban yang lebih spesifik.
Mengingat keterbatasan yang dimiliki manusia, maka
selain itu, pewawancara juga perlu menggunakan alat
bantu seperti tape recorder, gambar, alat peraga dan
sebagainya yang dapat membantu dalam proses
wawancara.
2) Interview informal. Pewancara tidak memiliki ins-
trument sebagai pedoman wawancara. Hubungan pe-
wancara dan terwawancara dalam suasana biasa, wajar
dan pertanyaan beserta jawabannya berjalan layaknya
pembicaraan biasa (Moleong, 2013). Jadi, ciri utama
dari tipe ini adalah lebih bersifat “santai” di bandingkan
wawacara formal dan pertanyaan yang diajukan biasa-
nya bersifat spontanitas-bebas tergantung apa yang
terlintas dibenak pewawacara saat itu. Namun untuk
tetap mendapatkan informasi yang baik, tentu pe-
wawacara perlu memiliki alat kontrol berupa garis-garis
besar permasalahan atau point-point penting yang
hendak ditanyakan, agar pertanyaan tidak menjadi

Penelitian Kualitatif 117


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

kabur. Sebagaimana halnya interview formal, pada


informal juga disaran kepada pewawancara untuk
menggunkan alat bantu rekam semisal tape recorder
dan alat elektronik lainnya yang memiliki fasilitas
recorder seperti hand phone (hp).
b) Dilihat dari sisi jumlah pelakunya, interview dibagi dua
tipe:
1) Interview personal. Interview personal merupakan
proses wawancara yang dilakukan oleh pewawancara
kepada terwawancara tunggal. Interview ini diharapkan
dapat membuka sekat pemisah antara pewawancara
dengan terwawancara, sehingga terwawancara dapat
lebih bebas dan terbuka dalam menjawab pertanyan dan
menyampaikan informasi penting mengenai topik yang
diteliti. Untuk melakukan wawancara tipe ini, pe-
wawancara sebaiknya memilih informan (terwawan-
cara) yang memiliki banyak pengalaman terhadap topik
yang diteliti, serta memiliki kemampuan berkomunikasi
yang baik agar informasi yang disampaikan menjadi
jelas dan mudah dianalisis.
2) Interview kelompok. Interview yang dilakukan terhadap
sekelompok orang yang terdiri dari dua orang atau
lebih. Wawancara ini digunakan ketika tujuannya
adalah untuk menggali persepsi atau pengalaman dari
sekelompok kecil orang yang memiliki beberapa dasar
umum untuk memberikan respon. Wawancara ke-
lompok kadang-kadang disebut juga wawancara ke-
lompok fokus karena biasanya topik yang diidentifikasi
membentuk fokus dari suatu wawancara (Marguerite G.
Lodico, at. al. 2010). Dengan mewawancarai lebih dari
satu orang pada satu waktu peneliti mampu secara
dramatis meningkatkan jumlah dan jangkauan peserta

118 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

yang terlibat dalam penelitian (Martyn Denscombe,


2007)
c) Dilihat dari tujuannya, interview dibagi menjadi empat:
1) Wawancara diagnosis (Diagnostic Interview). Wawan-
cara ini dilakukan untuk mendiagnosa penyakit atau
masalah yang dihadapi oleh seseorang. Interview
semacam ini biasanya digunakan oleh psikiater atau
konselor untuk mengetahui permasalahn kliennya dan
dokter untuk mengetahui penyakit pasiennya.
2) Wawancara pengobatan (Treatment Interview). Wa-
wancara semacam ini biasanya dilakukan pada ranah
konseling. Di mana konselor melakukan wawancara
untuk menganalisis mengenai jalan keluar atau cara
pengobatan yang akan diberikan kepada kliennya.
3) Wawancara penelitian (Research Interview) merupakan
wawancara yang bertujuan untuk memperoleh jawaban
dari permasalahan akademis tertentu. Wawancara inilah
yang digunakan dalam setiap penelitian ilmiah.
4) Wawancara untuk memenuhi rasa ingin tahu (Inter-
views to fulfil curiosity). Wawancara seperti ini sering
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Wawancara
dalam konteks ini hanya bertujuan untuk sekadar
menjawab rasa penasaran semata, tanpa ada tujuan
ilmiah.
d) Dilihat dari segi waktunya, interview dibagi menjadi dua:
1) Short-contact interview (wawancara kontak pendek).
Wawancara yang dilakukan dalam limit waktu yang
relatif singkat. Wawancara ini biasanya dilakukan oleh
para wartawan.
2) Prolonged contact interview (wawancara kontak ber-
kepanjangan). Wawancara ini dilakukan dalam waktu
yang tidak terbatas atau berkepanjangan. Wawancara

Penelitian Kualitatif 119


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

inilah yang sering digunakan dalam konteks penelitian


kualitatif. Wawancara akan dihentikan jika data yang
didapatkan telah mencapai titik jenuh.
e) Dilihat dari jenis penelitiannya, interview dibagi menjadi
tiga:
1) Interview kualitatif. Interview kualitatif adalah jenis
wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif.
Di mana peneliti melakukan wawancara dengan sebaik
dan selama mungkin demi mendapatkan kualitas data
yang dicari.
2) Inteview kuantitatif. Interview kuantitatif adalah jenis
wawancara yang digunakan dalam penelitian kuan-
titatif. Peneliti dalam hal ini melakukan wawancara
dengan banyak informan namun dalam jangka waktu
yang relative singkat. Biasanya peneliti kuantitatif
hanya membutuhkan jawaban singkat semisal jawaban
“ya atau tidak”, “sering, sedang atau tidak sering”,
“benar atau salah” dan sebagainya.
3) Interview mixed (campuran). Interview jenis ini di-
lakukan pada penelitian yang menggunakan jenis mixed
method (metode campuran) dalam satu penelitian secara
bersamaan. Peneliti dengan jenis ini melakukan wawan-
cara dengan dua jenis, yaitu kualitatif dan kauntitatif.
Bila yang dibutuhkan data kualitatif, peneliti akan
menggunakan jenis wawancara kualitatif. Demikian
pula jika peneliti membutuhkan data kuantitatif,
wawancara yang digunakan bersifat kuantitatif pula.
f) Dilihat dari segi “aturan mainnya”, interview dibagi
menjadi dua:
1) Interview tidak langsung. Wawancara tidak langsung
dapat dipahami sebagai wawancara yang dilakukan
dengan cara tidak bertemu langsung/bertatap muka

120 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

dengan informannya. Biasanya peneliti/pewawancara


berwawancara melalui e-mail, telpon, sms, dan surat
non-elektrik. Wawancara semiasal ini biasanya diguna-
kan bila informannya berdomisili di tempat yang jauh,
atau dekat namun tidak dapat diakses karena sesuatu
dan lain hal yang membahayakan informan maupun
pewawancara/peneliti.
2) Terfokus. Wawancara ini dilakukan dengan cara ber-
temu langsung dengan informannya tanpa perantara
apapun.

3. Wawancara Efektif
Wawancara penelitian yang efektif adalah wawancara
yang dapat memberikan informasi lengkap dan detail sesuai
dengan waktu, dana dan tenaga yang dimiliki dalam suatu
penelitian. Menciptakan wawancara yang efektif sesungguh-
nya tidak sulit jika pewawancara/peneliti memperhatikan be-
berapa hal yang direkomendasikan oleh Nasution (2003) yaitu
memperhatikan isi wawancara, urutan pertanyaan dan rumusan
pertanyaan. Penjelasannya berikut ini:

1) Isi wawancara
Pewawancara sebagai pihak yang membutuhkan
informasi atau data harus mampu mengendalikan isi wawan-
cara agar tidak “ngalur ngidul”. Menurut Nasution, di antara
isi pertanyaan yang dapat ditanyakan sebagai berikut:
a) Pengalaman dan perbuatan responden. Pewawancara me-
nanyakan pengalaman, pekerjaan, aktivitas, dan kegiatan
yang dilakukan, serta rencana yang telah dibuat atau
dilaksanakan. Contoh: Apa program yang telah dilakukan
oleh Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dalam upaya memajukan
sekolah ini? Apa kegiatan siswa/wi Bapak pada saat jam

Penelitian Kualitatif 121


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

istirahat (keluar main)? Apa strategi yang telah Bapak


susun untuk mengurangi kemalasan guru? dan sebagainya.
b) Pendapat, pandangan, tanggapan, penafsiran atau pikiran
tentang sesuatu. Pewawancara mengajukan pertanyaan
mengenai pendapat informan mengenai topik yang diteliti.
Agar mendapatkan respon yang memuaskan dari ter-
wawancara, maka pewawancara sebaiknya terlebih dahulu
menguasai topik yang dikaji secara umum, agar tidak
terkesan blank. Contoh: Bagaimana pendapat ustaz/ustazah
mengenai moral remaja di kalangan pesantren? Bagaimana
penafsiran Bapak terhadap undang-undang sisdiknas 2003?
Apa tanggapan Saudari tentang pernikahan dini? dan
sebagainya.
c) Perasaan, respons emosional, yakni apakah ia merasa
bahagia, cemas, takut, curiga, dan sebagainya. Pe-
wawancara menanyakan mengenai respons emosional yang
dirasakan terhadap topik atau masalah yang diteliti.
Contoh: Apa perasaan Anda bila putra Anda telat pulang
malam? Apakah Anda khawatir terhadap perilaku remaja
saat ini? Bagaimana bentuk kekhawatiran masyarakat ter-
hadap perilaku anak funk? dan seterusnya.
d) Pengetahuan, fakta-fakta, apa yang diketahui tentang
sesuatu. Pewawancara menanyakan fakta-fakta yang di-
ketahui oleh informan. Seperti: Apa yang Anda tahu
tentang kuburan tua ini? Apa fakta yang dapat digunakan
dalam masalah ini? Bagaimana Anda dapat tahu kejadian
atau peristiwa itu? dan seterusnya.
e) Penginderaan, apa yang dilihat, yang dirasakan, yang di-
dengar, diraba, dikecap atau dicium. Pewawancara me-
nanyakan seputar penginderaan yang dialami informan
pada masalah yang dikaji. Contoh: Perilaku apa yang Anda
saksikan pada anak Anda pada saat ibunya bekerja menjadi

122 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

TKW? Apa yang Anda rasakan setelah Anda ditinggal istri


bekerja sebagai TKW ? dan seterusnya.
f) Latar belakang pendidikan, pekerjaan, daerah asal, tempat
tinggal, keluarga dan sebagainya. Pertanyaan mengenai
hal-hal tersebut sebenarnya bukan sesuatu yang pokok
dalam pengambilan data. Namun informasi tersebut dapat
meyakini pembaca bahwa informan yang dijadikan ter-
wawancara memiliki kapasitas mumpuni dalam penelitian
yang dikaji. Oleh karena itu informan harus dipilih sesuai
dengan konteks penelitian agar informasi yang diperoleh
dapat dipertanggungjawabkan.

2) Urutan pertanyaan
Sebenarnya tidak ada ketentuan mengenai urutan
pertanyaan dalam suatu wawancara, namun ada beberapa saran
yang layak untuk dipertimbangkan agar wawancara dapat
berjalan lancar:
a) Mulailah membicarakan topik yang dapat menciptakan
kenyamanan di antara pewawancara dan terwawancara.
Hindari isu-isu sensitif, yang dapat menyulut emosional
terwawancara sehingga suasana wawancara tidak kondusif
bahkan terancam batal. Bisa jadi terwawancara yang
semula berkenan diwawancarai berubah menjadi menolak.
b) Lanjutkan wawancara dengan pertanyaan seputar aktivitas
dan kondis terwawancara saat ini. Gunakan bahasa-bahasa
yang dapat menciptakan suasana keakraban dan ke-
keluargaan, seperti menanyakan kondisi kesehatan ter-
wawancara, apa aktivitasnya saat ini, bagaimana kondisi
pekerjaannya dan sebagainya.
c) Pewawancara melakukan warming/pemanasan terlebih
dahulu. Artinya, sangat tidak etis bila pewawancara me-
nanyakan mengenai informasi atau data yang diinginkan

Penelitian Kualitatif 123


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

secara langsung. Pewawancara sebaiknya mencari jalan


agar tidak langsung menuju pertanyaan inti.
d) Jangan segera bertanya mengenai masa lampau res-
ponden. Pertanyaan demikian dapat membuyarkan “good
mood” informan.

3) Rumusan pertanyaan
Pertanyaan inti dalam wawancara akan efektif
bilamana dirumuskan dengan baik, cermat dan teliti. Peneliti
sebagai pewawancara harus terlebih dahulu merumuskan
pertanyaan sebelum terjun ke lapangan. Amost (2002) me-
rekomendasikan beberapa petunjuk praktis dalam merumuskan
pertanyaan wawancara yaitu sebagai berikut:
a) Question should be open-ended (pertanyaan bersifat
terbuka). Dalam hal ini pewawancara melemparkan per-
tanyaan yang luas yang sifatnya terbuka dan mendorong
terwawancara untuk menjawab dan berbicara secara bebas.
Dalam hal ini pewawancara menghindari pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat dikotomis, yang hanya me-
merlukan jawaban “ya atau tidak”.
b) Question should used language that familiar to informants
(pertanyaan hendaknya menggunakan bahasa yang
familiar bagi terwawancara/informan). Poin ini kadang-
kadang menjadi tantangan terberat pewawancara (peneliti).
Pewawancara harus menyesuaikan kemampuan berbahasa-
nya dengan tuntutan bahasa informan yang belum tentu
memahami bahasa pewawancara. Jika hal itu tidak me-
mungkinkan, maka pewawancara dapat menggunakan jasa
translator, sehingga informasi yang diterima lebih di-
pahami. Seperti mewawancarai daerah-daerah pedalaman,
kampung-kampung pelosok yang belum tentu memahami
bahasa Indonesia.

124 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

c) Question should be clear (pertanyaan hendaknya jelas).


Pertanyaan hendaknya tidak bertele-tele, mengambang,
mengandung keambiguan dan membutuhkan penafsiran.
Dalam hal ini, pewawancara dituntut memiliki keterampil-
an untuk merangkai pertanyaan yang singkat, padat, dan
jelas. Pertanyaan yang jelas memungkinkan nara sumber
dapat memberikan jawaban yang jelas pula. Demikian pula
sebaliknya, pertanyaan yang kurang jelas dapat memuncul-
kan jawaban yang tidak efektif. Di samping itu pelaksanaan
wawancara tidak efektif dari segi waktu, tenaga dan biaya
yang telah direncanakan sebelumnya.
d) Question should be neutral (pertanyaan hendaknya bersifat
netral). Dalam wawancara kelompok, pertanyaan yang
diberikan peneliti kepada setiap orang atau kelompok
hendaklah berimbang. Dalam hal ini, peneliti tidak dalam
posisi memihak salah seorang atau kelompok tertentu,
melainkan berusaha “mengorek” semua informasi yang di-
sampaikan oleh orang-orang atau kelompok-kelompok
yang diwawancarai. Oleh karena itu, peneliti yang beretika
adalah yang mau mendengarkan informasi semua pihak
yang diwawancarai dengan baik.
e) Question should respect informants and presume they have
valuable knowledge. (Pertanyaan harus menghormati in-
forman dan menganggap mereka memiliki pengetahuan
yang berharga). Sebagai pihak yang membutuhkan infor-
masi dari informan, maka sudah sepantasnya peneliti meng-
hormati dan menghargai informannya. Peneliti sebaiknya
selalu berperasangka baik bahwa mereka memiliki ke-
kayaan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.
f) Question should generate answers related to the objectives
of the research (Pertanyaan harus menghasilkan jawaban
yang berkaitan dengan tujuan penelitian). Pertanyaan

Penelitian Kualitatif 125


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

penelitian yang efektif adalah pertanyaan yang dapat


membidik jawaban sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Peneliti sebaiknya merumuskan pertanyaan yang jelas,
sehingga jawabannya pun jelas.

4. Kelebihan dan kekurangan wawancara


Seperti halnya teknik observasi, teknik wawancara
pun memiliki kelebihan dan kekurangan. Di antara ke-
lebihannya adalah sebagai berikut:
a) Dalam proses wawancara, pewawancara dapat melakukan
tindakan persuasif yang dapat memotivasi terwawancara
untuk memberikan jawaban sebebas mungkin serta terbuka
terhadap setiap pertanyaan yang diajukan.
b) Dalam wawancara tidak terstruktur dan informal, pe-
wawancara dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
sesuai dengan alur wawancara yang berkembang.
c) Karena wawancara dilakukan dengan tatap muka (face to
face), maka pewawancara dapat membaca situasi, mimik
atau raut muka terwawancara sehingga jawabannya dapat
ditaksir tingkat kebenarannya. Pewawancara pun dapat
mencari jalan, cara atau strategi untuk bertanya kembali.
d) Dalam wawancara interpersonal, pewawancara dapat me-
nanyakan kegiatan-kegiatan privasi yang dilakukan ter-
wawancara atau yang dilakukan oleh objek yang di-
wawancarai. Namun, kode etik harus tetap dijunjung, yaitu
tidak menyiarkan, menceritakannya kembali kepada orang
lain.
Adapun kekurangan teknik wawancara adalah sebagai
berikut:
a) Bagi pewawancara (peneliti) pemula, walau wawancara
dilakukan secara tatap muka, namun sulit sekali mem-

126 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

prediksi jawaban yang diberikan informan itu benar atau


tidak. Atau sulit mentaksir tingkat kevalidannya.
b) Wawancara kadangkala menghambat kegiatan informan
yang memiliki keterbatasan waktu, sehingga wawancara
menjadi tidak efektif.
c) Wawancara kadangkala memerlukan banyak biaya, se-
hingga wawancara tidak efesien dan kurang ekonomis.
Seperti pewawancara yang ingin mengetahui hal-hal yang
sifatnya privasi, kadangkala terwawancara meminta imbal-
an lebih untuk sesi-sesi wawancara yang dilakukan. atau
para informan yang hendak diwawancarai tersebar di
tempat yang jauh dari tempat tinggal pewawancara, se-
hingga memerlukan biaya transportasi bahkan akomodasi
untuk mendapatkan data dan informasi.

5. Etika Wawancara
Etika menjadi pembahasan yang tidak dapat dipisah-
kan dari proses penelitian, karena penelitian merupakan bagian
dari interaksi sosial. Wawancara sebagai bagian dari proses
penelitian hendaknya dilakukan dengan memperhatikan etika
yang berlaku di lapangan. Ada beberapa etika umum yang
dapat dipaparkan di sini yaitu sebagai berikut:
a) Berkata, berperilaku dan menggunakan pakaian yang
sopan. Di belahan bumi mana pun, kesopanan menjadi daya
tarik bagi orang untuk bersimpati dan memberikan layanan
yang terbaik. Sopan santun peneliti menentukan sikap
terwawancara. Bila pewawancara/peneliti bersikap hormat
dan menghargai terwawancara, dapat dipastikan pewawan-
cara pun akan di hormati dan dihargai pula.
b) Bila pewawancara telah membuat janji untuk melakukan
wawancara dengan informan dalam waktu yang telah
ditentukan, hendaknya pewawancara menepatinya dengan

Penelitian Kualitatif 127


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

datang tepat waktu dan tidak membuat informan me-


nunggu. Bila pewawancara berhalangan atau datang ter-
lambat, hendaknya terwawancara/informan dikabari. Ter-
lebih di era modern saat ini, pewawancara dapat meng-
iformasikannya via sms, telepon, e-mail dan sebagainya.
c) Tidak mendebat narasumber/informan. Wawancara bukan-
lah sebuah diskusi atau ajang perdebatan, melainkan salah
satu prosedur memperoleh data dan informasi per-
masalahan yang dikaji. Pewawancara mendengar dan me-
nulis jawaban dari informan tanpa melakukan bantahan
yang dapat membuat informan tersinggung.
d) Mendengarkan dengan baik informasi yang disampaikan
informan. Salah satu bentuk penghormatan peneliti atau
pewawancara kepada informan adalah mendengarkan
informasi dan paparan data yang disampaikan dengan
seksama, konsentrasi, dan terfokus, yang ditunjukkan itu
dengan bahasa tubuh.
e) Menghidari pertanyaan yang sifat menguji dan menggurui.
Pertanyaan menguji dan menggurui dapat menjebak
pewawancara dan informan dalam situasi yang tidak ber-
sahabat. Informan merasa dijebak sehingga informasi yang
dibutuhkan enggan dibeberkan. Situasi seperti memungkin-
kan terwawancara merasa dilecehkan dan diremehkan.
f) Menghormati permintaan informan bila nama atau jabatan-
nya enggan dipublikasikan. Ada sebagaian informan yang
tidak ingin nama, alamat, jabatan dan hal-hal privasi lainya
dipublikasikan dalam laporan penelitiannya. Dalam hal ini
biasanya pewawancara menulis nama informan dengan
nama inisialnya, atau dengan nama samaran.
g) Mengucapkan terima kasih bila wawancara telah berakhir.
Pewawancara/peneliti yang baik adalah yang tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada informannya. Ucapan

128 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

terima kasih memiliki maksud untuk menguatkan ikatan


silaturami dengan informan. Sehingga bilamana informasi
yang diperoleh dirasa kurang, peneliti dapat kembali
meminta untuk melakukan wawancara tanpa perasaan
sungkan. Terutama bila peneliti menggunakan teknik
triangalusi, yaitu mengecek kembali data yang telah
dikumpulkan agar lebih valid dan meyakinkan.

C. Dokumentasi
1. Konsep Dokumentasi
Untuk mengetahui konsep dokumentasi dalam konteks
penelitian, maka perlu dikemukakan konsep dasar mengenai
dokumentasi berupa pengertiannya dari segi bahasa. Dokumen
dalam “A Dictionary of the derivations of the English
Language” diketahuai berasal dari bahasa Latin yaitu
documnetum, yang terambil dari kata docere, yang berarti to
teach, precept; - written instruction; - an official paper
conveying information, or establishing the allegation of fact.
Menurut McMillan dan Schumacher dalam Satori dan
Komariah (2012), bahwa dokumen merupakan rekaman
kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat berupa
catatan anekdot, surat, buku harian, dan dokumen. Dokumen
kantor termasuk lembaran internal, komunikasi bagi publik
yang beragam, file siswa dan pegawai, deskripsi program dan
data statistik pembelajaran. Menurut Moleong (2013),
dokumen ialah setiap bahan tertulis ataupun film. Jadi
dokumen merupakan rekam jejak yang memuat kejadian, ide,
pandangan, penafsiran, jasa-jasa, dan kegiatan seseorang dalam
bentuk tulisan, photo, gambar, rekaman video, plakat, lembar-
an, buku catatan harian, artefak, batu nisan, manuskrip, trans-
krip nilai, raport, dan sebagainya.

Penelitian Kualitatif 129


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Melihat definisi dokumen di atas, maka secara se-


derhana dokumentasi dalam penelitian kualitatif dapat di-
pahami sebagai salah satu metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara melihat, mengkaji, dan menganalisis
dokumen-dokumen dan hal-hal yang memiliki keterkaitan
dengannya, yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh orang lain
tentang subjek tersebut.
Sebenarnya teknik dokumentasi merupakan pelengkap
dari teknik observasi dan wawancara. Artinya hasil penelitian
kualitatif lebih akurat, kredibel dan dapat dipercaya jika
didukung oleh dokumen-dokumen yang ada. Dokumen tersebut
berfungsi untuk menyelaraskan, meluruskan dan atau menguat-
kan hasil observasi dan wawancara. Contohnya, dalam suatu
penelitian, informan memberikan informasi bahwa telah terjadi
peningkatan kelulusan dari tahun sekian hingga tahun sekian,
namun setelah peneliti melihat nilai ijazah ujian akhir dan
rekapitulasi nilai raport siswa-siswi sekolah yang bersangkut-
an, ternyata berlawanan dengan informasi yang diberikan.
Maka dalam hal ini peneliti dapat meminta klarifikasi yang
sebenarnya kepada informan.
Sebagai sumber data, dokumen telah lama dimanfaat-
kan untuk menguji dan menginterpretasi dalam banyak hal.
Bahkan dokumen sering dimanfaatkan untuk meramalkan fakta
masa lalu yang terjadi. Menurut Guba dan Lincoln dalam
Moleong (2013), dokumen digunakan karena beberapa alasan
yang dapat dipertanggung-jawabkan di antaranya yaitu:
a. Dokumen digunakan karena merupakan sumber yang
stabil, kaya, dan mendorong.
b. Berguna sebagai bukti untuk pengujian.
c. Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif
karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir
dan berada dalam konteks.

130 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

d. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk


lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu
yang diselidiki.

2. Macam-Macam Dokumen
Pada umumnya dokumen dibagi menjadi dua macam
yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dokumen pribadi
terbagi menjadi buku atau catatan harian, surat pribadi, dan
otobiografi. Sedangkan dokumen resmi terbagi menjadi dua
yaitu dokumen internal dan eksternal. Adapun penjelasannya
berikut ini:

a. Dokumen Pribadi
1) Buku Harian
Buku harian atau yang lebih sering disebut dengan
diary merupakan catatan-catatan penting tentang kejadian atau
peristiwa yang dialami sehari-hari. Biasanya buku harian berisi
kejadian yang amat berkesan, memiliki kenangan dan ber-
sejarah. Juga, sebagai dokumen pribadi, diary merupakan
kumpulan tulisan-tulisan yang bersifat privasi. Dokumen se-
misal ini sering digunakan oleh para peneliti yang mengkaji
pemikiran tokoh tertentu.

2) Surat Pribadi
Surat adalah sarana komunikasi pribadi untuk me-
nyampaikan informasi tertulis yang ditulis oleh seorang
individu kepada orang atau instansi tertentu, yang bertujuan
untuk memberitahukan, meminta, menyampaikan gagasan,
pemikiran, dan sebagainya. Contohnya surat-surat Raden
Ajeng Kartini yang berisi pemikiran, ide, gagasan bahkan
ideologi yang terdokumentasi melalui surat menyurat.

Penelitian Kualitatif 131


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

3) Otobiografi atau disebut juga autobiografi merupakan


riwayat hidup pribadi seseorang yang ditulis sendiri.

b. Dokumen Resmi
1) Dokumen internal dipahami sebagai dokumen yang di-
peroleh langsung dari pihak internal individu ataupun suatu
instansi/lembaga yang diteliti.
2) Dokumen eskternal dipahami sebagai dokumen yang
diperoleh dari eksternal/luar individu atau instansi yang
diteliti.

3. Langkah-Langkah Menyeleksi Dokumen


Dalam penelitian kualitatif, tidak semua dokumen
yang dikumpulkan memiliki nilai atau manfaat sesuai konteks
penelitian yang sedang dilakukan. Oleh karena itu dokumen
tersebut harus diseleksi sesuai dengan manfaat yang di-
inginkan.
Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam
menyeleksi dokumen dalam penelitian kualitatif sebagai
berikut:
a. Mengidentifikasi situasi sosial di mana peristiwa atau kasus
memiliki makna yang sama. Situasi sosial mempertimbang-
kan waktu dan tempat di mana peristwa terjadi.
b. Dalam hubungannya dengan identifikasi, perlu dikenali
persamaan dan perbedaannya, yaitu memfokuskan pada
satu objek, suatu peristiwa, atau suatu tindakan, diperlaku-
kan secara sama pada situasi yang sama, di dalam batas-
batas situasi sosialnya. Pada waktu yang sama, juga perlu
dikenali bahwa suatu peristiwa yang sama akan ditanggapi
secara berbeda, oleh individu yang berbeda, dan dalam
waktu dan tempat yang berbeda.

132 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

c. Selanjutnya mengenali relevansi teoretik atas dasar tersebut


(Tadjoer Ridjal dalam Burhan Bungin, 2011).

4. Keunggulan dan Kelemahan Dokumentasi


Ada beberapa keunggulan dan kelemahan metode
dokumentasi sebagai salah satu metode atau teknik pe-
ngumpulan data yaitu:

a. Keunggulan Dokumentasi
Di antara keunggulan teknik dokumentasi sehingga
layak dipertimbangkan dalam penelitian kualitatif adalah se-
bagai berikut:
1) Metode dokumentasi menjadi pilihan terbaik bagi peneliti
yang ingin mengetahui masa lampau.
2) Metode dokumentasi menjadi alternatif utama dalam pe-
nelitian kualitatif ketika informan sulit atau bahkan tidak
dapat diwawancarai, seperti informan yang telah meninggal
dunia.
3) Sangat memungkinkan peneliti untuk bersikap objektif
dalam penelitian karena dokumen atau data tersebut tidak
dipengaruhi oleh kehadiran peneliti.
4) Metode dokumentasi dapat menjembatani atau meng-
hubungkan informasi masa lalu seseorang dengan masa
sekarang.

b. Kelemahan Dokumentasi
Di samping kelebihan-kelebihan di atas, metode
dokumentasi juga memiliki sisi-sisi kelemahan yaitu:
1) Metode atau teknik dokumentasi kadang kala membutuhkan
penafsiran yang mendalam tatkala dokumen yang dijumpai
menggunakan bahasa verbal atau simbolik yang sukar
dipahami.

Penelitian Kualitatif 133


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

2) Dokumen atau tentang seorang tokoh yang tidak berkenan


dipopulerkan dengan alasan tertentu pada masa lampau
kadangkala tidak tersimpan secara baik atau bahkan tidak
ada.
3) Data yang tersedia dalam sebuah dokumen kadangkala
tidak lengkap karena dokumen ditulis bukan untuk pe-
nelitian.
4) Dokumentasi yang tidak lengkap sangat rentan mem-
berikan petunjuk atau informasi yang tidak lengkap pula
atau bahkan sesat.

134 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 8

ANALISIS DATA

A. Konsep Analisis Data Kualitatif


Analisis data merupakan tahapan terpenting dalam
penelitian. Dalam penelitian kualitatif, data-data yang ber-
serakan dan rancau tidak akan berarti apa-apa jika tidak
dianalisis dengan baik dan benar. Dapat diibaratkan bahwa
data-data berserakan tersebut layaknya bahan mentah yang
harus diolah menjadi barang jadi dan bermanfaat. Maka dalam
proses analisis, data diatur, diseleksi, dikelasifikasikan dan
diolah sehingga benar-benar menjadi data yang dapat men-
jawab permasalahan penelitian.
Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2013),
analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-
milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesis-
kannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceriterakan kepada orang lain. Ada juga yang men-
definiskan analisis sebagai proses menyusun data agar dapat
ditafsirkan (Nasution, 2003). Sedangkan menurut Satori dan
Komariah (2012), analisis adalah suatu usaha untuk mengurai
suatu masalah atas fokus kajian menjadi bagian-bagian se-

Penelitian Kualitatif 135


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

hingga susunan atau tatanan bentuk sesuatu yang diurai itu


tampak dengan jelas dan karenanya bisa secara lebih terang
ditangkap maknanya atau lebih jernih dimengerti duduk per-
karanya. Menurut Sugiyono (2013), analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh
dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam ketegori, men-
jabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke
dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan
dipelajari dan membuat simpulan sehingga mudah dipahami
oleh peneliti sendiri dan orang lain. Definisi yang terakhir
senada dengan apa yang dikemukakan oleh Hennie Boeije
(2010), bahwa analisis kualitatif adalah segmentasi data ke
dalam kategori yang relevan dan penamaan kategori ini dengan
kode sementara secara simultan menghasilkan kategori dari
data. Pada tahap pemasangan kembali kategori yang terkait
satu sama lain untuk menghasilkan pemahaman teoretik dari
fenomena sosial yang diteliti dalam hal pertanyaan penelitian.
Definisi-definsi di atas nampak saling menguatkan,
sehingga dapat disimpulkan dalan bentuk definisi yang lebih
sederhana bahwa analisis penelitian kualitatif adalah tahapan
penelitian untuk menyeleksi, mengklasifikasikan dan mengatur
data serta menghubungkan antara data yang satu dengan data
yang lain, agar dapat ditarik simpulan-simpulan.
Jika definisi-definisi di atas dicermati, sesungguhnya
analisis data kualitatif digambarkan sebagai proses yang meng-
uras tenaga, waktu dan pikiran. Analisis data melibatkan
rangkaian kegiatan-kegiatan fisik dan pikiran. Nasution meng-
ingatkan agar peneliti cermat dan bersabar dalam proses
analisis data. Sebab menurutnya, melakukan analisis data
adalah pekerjaan yang sulit.

136 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Jamie Harding (2013) pun mengungkapkan hal yang


sama bahwa discussion of the process of qualitative data
analysis can sometimes bi confusing – diskusi tentang proses
analisis data kualitatif kadang-kadang bias membingungkan.

B. Tahapan dan Teknik Analisis Data Kualitatif


Kadang-kadang analisis data diasumsikan hanya dapat
dianalisis setelah pengumpulan data berakhir. Padahal analisis
data sebenarnya harus sudah dimulai sebelum peneliti me-
masuki lapangan penelitian. Analisis data oleh Nasution di-
sebut juga dengan interpretasi data. Ia menegaskan bahwa
interpretasi (analisis) sebenarnya harus dilakukan sepanjang
penelitian.

1. Analisis Sebelum di Lapangan


Sebagaimana yang dijelaskan dalam bab sebelumnya,
penelitian kualitatif selalu dimulai dengan melakukan iden-
tifikasi masalah yang dilakukan melalui observasi awal dan
telaah literatur. Setelah kedua langkah tersebut dilakukan,
peneliti melakukan analisis terhadap data observasi awal dan
telaah literatur yang telah diperoleh, yang dimanfaatkan se-
bagai landasan dalam menentukan fokus penelitian. Jadi
sebenarnya, sejak sebelum memasuki lapangan penelitian,
peneliti sudah melakukan analisis data.
Namun demikian fokus penelitian yang dihasilkan
masih bersifat tentatif, yang memiliki peluang untuk berubah-
ubah tergantung perkembangan masalah di lapangan. Data
awal inilah yang dinalisis menjadi gambaran awal mengenai
data dan informasi yang hendak dikumpulkan dari para
informan.

Penelitian Kualitatif 137


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

2. Analisis Selama di Lapangan


Analisis data dalam penelitian kualitatif hampir
semuanya dimulai pada waktu pengumpulan data. Jika analisis
data dimulai hanya setelah data terkumpul, peneliti akan
kehilangan banyak kesempatan berharga yang dapat diambil
sekaligus. Menunggu sampai dengan data terkumpul seluruh-
nya, kemudian memulai menganalisisnya dapat menyebabkan
beberapa masalah yang signifikan selama analisis data
(Douglas Ezzy, 2002). Ibaratnya peneliti “menyelam sambil
minum air”. Hal tersebut dapat menjadi salah satu upaya
strategis untuk meminimalisir waktu, tenaga dan biaya pe-
nelitian.
Namun perlu diperhatikan bahwa hal tersebut tidak
dilakukan sambil melakukan sesi wawancara, melakukan
observasi dan dokumentasi. Namun dilakukan setelah suatu
sesi wawancara, observasi ataupun dokementasi selesai dalam
periode tertentu. Contohnya peneliti melakukan sesi wawan-
cara atau observasi ke-1, setelah selesai baru ia boleh meng-
analisis. Kemudian melakukan sesi wawancara/observasi ke-2,
setelah wawancara ke-2 berakhir, ia boleh melakukan analisis,
demikian seterusnya. Sebab tidak mungkin peneliti sambil
mendengarkan atau mencatat hasil wawancara melakukan
analisis. Cara tersebut dapat mencederai kesempurnaan proses
wawancara, observasi dan dokumentasi.
William L. Goodwin and Laura D. Goodwin (1996)
menambahkan bahwa analisis data selama pengumpulan data
memerlukan catatan peneliti (observer’s commont) atau
komentar pewawancara (interviewer’s comments) segera
setelah satu sesi wawancara lengkap. Komentar-komentar
tersebut adalah pikiran peneliti, perasaan, dan ide-ide untuk
tahap selanjutnya dalam pengumpulan data, gagasan awal
tentang tema dan hubungan, dan sebagainya. Sejalan dengan

138 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

itu, peneliti kualitatif menggunakan teknik penulisan memo


untuk dirinya sendiri selama pengumpulan data, bahkan, ini
adalah teknik yang kadang-kadang disebut sebagai "memoing".
Memo ini adalah ringkasan singkat dari data yang dikumpulkan
dan poin penting yang muncul; memo cenderung mengalir
bebas, informal, dan semakin analitik selama penelitian ber-
langsung.
Untuk menganalisis data selama di lapangan, ada dua
teknik yang sering digunakan yaitu teknik Miles dan Huberman
dan Teknik Spradley

a. Teknik Miles dan Huberman


Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (1994)
memetakan bahwa ada tiga komponen yang saling berinteraksi
dalam proses analisis penelitian kualitatif yaitu reduksi data
(data reduction), penyajian data (data display) serta penarikan
simpulan dan verifikasi (conclusion; drawing/verifying). Hal
tersebut dapat secara sederhana dilacak melalui gambar sketsa
proses analisis data model interaktif, berikut ini:

Pengumpulan Penyajian
data Data

Reduksi Data Simpulan

Komponen Analisis Data; Model Interaktif


Perspektif Miles & Huberman (1994)

Penelitian Kualitatif 139


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Dalam diagram tersebut terlihat bahwa hubungan


antar komponen model interaktif dalam analisis data kualitatif
merupakan proses yang berlanjut, berulang dan terus-menerus
terutama antara reduksi data dan penyajiannya, antara reduksi
dan simpulan, sehingga pada ahkirnya diperoleh data jenuh.

1) Data reduction (reduksi data)


Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,
klasifikasi, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi
data “kasar/mentah” yang muncul dari catatan-catatan tertulis
di lapangan. Jadi, reduksi data berfungsi membentuk data-data
mentah yang banyak lagi terserak menjadi data yang lebih kecil
dan sederhana sambil tetap menjaga struktur tujuan penelitian.
Data yang dihasilkan dalam sebuah penelitian tidak
terbatas jumlahnya. Semakin lama peneliti berada di lapangan,
semakin kompleks pula data yang dihasilkan. Data-data yang
terkumpul merupakan data kasar yang bercampur aduk antara
informasi penting dengan yang tidak mendukung sama sekali
berupa kata-kata dan kalimat-kalimat “sampah“ yang tidak
berguna dalam penelitian. Data-data“kasar atau mentah”dalam
bentuk transkrip tulisan biasanya tertulis dengan kata atau dan
kalimat yang tidak jelas dan kadang-kadang disingkat-singkat.
Dalam bentuk transkrip percakapan, informasi yang disampai-
kan saat wawancara kadang-kadang isinya tidak beraturan. Jika
terus menerus ditumpuk, data mentah akan semakin semerawut
dan sulit dipilah. Oleh karena itu peneliti harus segera me-
lakukan langkah awal analisis yaitu reduksi data.
Reduksi data berarti menyaring data-data “kasar” yang
noninformatif menjadi data-data “halus” yang informatif. Pe-
neliti membuang data-data yang dianggap “sampah”. Dalam
tahapan ini peneliti berusaha memilih dan memilah data-data
yang penting, mendukung, dan sesuai dengan permasalahan

140 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

yang diteliti. Hanya dengan cara inilah diperoleh gambaran


yang jelas mengenai data yang telah terkumpul, yang pada
gilirannya memperlancar proses penelitian selanjutnya.
Untuk melakukan reduksi dengan baik dan benar,
Parwito (2007) setidaknya merekomendasikan tiga langakah,
yaitu pertama, melibatkan langkah-langkah editing, pe-
ngelompokan, dan meringkas data. Kedua, menyusun kode-
kode dan catatan-catatan (memo) mengenai berbagai hal,
termasuk yang berkenan dengan aktivitas serta proses-proses,
sehingga peneliti mendapatkan tema-tema, kelompok, ke-
lompok, dan pola-pola data. catatan yang dimaksud di sini
tidak lain adalah gagasan atau ungkapan yang mengarah pada
teorisasi berkenaan dengan data yang ditemui. Catatan
mengenai data atau gejala tertentu dapat dibuat sepanjang satu
kalimat, satu paragraf, atau mungkin beberapa paragraf.
Ketiga, sebagai langkah akhir dari tahapan reduksi, peneliti
menyusun rancangan konsep-konsep serta penjelasan-pen-
jelasan berkenaan dengan tema, pola, atau kelompok-kelompok
data yang bersangkutan.

2) Data display (penyajian data)


Display data merupakan tahapan kedua setelah
reduksi data. Display tidak kalah penting dengan proses
reduksi. Melalui proses ini peneliti akan dapat menemukan
data yang lebih jelas dan informatif. Sehingga tepat bila
display didefinisikan sebagai “an organized, compressed
assembly of information that permits conclusion drawing and
action.”– Penyajian data adalah aktivitas terorganisir, yang
dikompresi dengan perakitan informasi yang memungkinkan
menggambarkan simpulan dan tindakan. Peneliti juga dapat
memahami situasi sosial yang sedang terjadi dalam penelitian-

Penelitian Kualitatif 141


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

nya. Sehingga ia lebih tahu tindakan apa yang harus dilakukan


selanjutnya.
Untuk memperoleh hasil yang valid, Miles dan
Huberman (1994) mengingatkan agar proses display data
dilakukan dengan sebaik-baiknya. Semakin baik proses pe-
nyajian, semakin valid pula analisis kualitatif yang dihasilkan.
Dalam tahapan ini, peneliti menyajikan data dalam
bentuk uraian singkat, yang tersusun dalam kalimat-kalimat
yang sederhana. Kalimat-kalimat tersebut disusun saling ber-
hubungan satu dengan lainnya secara naratif. Cara inilah yang
paling banyak digunakan dalam display data (Miles Huberman,
1994).

3) Conclusion; Drawing/verifying
Analisis ketiga yang tidak kalah penting dengan dua
tahapan sebelumnya adalah conclusion, yaitu menarik simpul-
an dan melakukan verifikasi data. Maksimal atau tidak tahapan
ini, baik atau tidak simpulan yang dihasilkan sangat di-
pengaruhi oleh kedua tahapan sebelumnya; reduksi dan display
data, dan kemampuan peneliti mencari tahu makna fenomena,
kejadian, dan benda yang dijumpai sejak permulaan penelitian.
Peneliti juga berusaha mencatat penjelasan mengenai sebab
akibat dan proposisinya, serta konfigurasi-konfigurasi yang
mungkin terjadi.
Dalam perspektif Miles dan Huberman (1994),
penarikan simpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dan
konfigurasi yang utuh. simpulan-simpulan juga diverifikasi
selama penelitian berlangsung. Peneliti sebaiknya meng-
utamakan sikap kritis, skeptis dan terbuka untuk mendapatkan
simpulan yang valid. Oleh karena itu simpulan harus di-
verifikasi terus menerus hingga diperoleh simpulan “jenuh”,
yang tidak memberikan peluang terhadap simpulan lain. Hal

142 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

tersebut dilakukan mengingat penelitian ilmiah adalah pe-


nelitian yang dilakukan secara skeptis dan kritis.
Ketiga tahapan analisis Miles dan Huberman di atas
bila dilakukan dengan baik, benar, cermat dan tekun, sangat
memungkinkan untuk mendapatkan simpulan yang valid, yang
berimplikasi pada temuan baru yang belum pernah ada, atau
dapat pula untuk mengembangkan temuan yang sudah ada.
Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek
yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal
atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2013).

b. Teknik Spradley
Teknik Spradley secara umum terdiri enam proses
analisis, yaitu pengamatan deskriptif, analisis domein, peng-
amatan terfokus, analisis taksonomi, pengamatan terpilih,
analisis komponensial, dan diakhiri dengan analisis tema.

1) Analisis Domain (Domain Analysis)


Salah satu teknik analisis data yang sering digunakan
adalah analisis domain yang dikembangkan oleh James
Spradley. Teknik analisis ini sangat berguna untuk meng-
identifikasi dan membedakan kelas item dalam konteks kajian
budaya. Analisis domain dimulai dengan menggunakan per-
tanyaan deskriptif yang mendorong orang untuk menggambar-
kan komponen-komponen dari dunia mereka tinggal
(LeCompte dan Schensul, 2013).
Analisis domain dapat dipahami sebagai proses awal
dalam analisis data di lapangan, sebagai upaya peneliti dalam
menemukan gambaran umum dari data yang telah dikumpul-
kan, yang bertujuan untuk menjawab fokus masalah penelitian.
Teknik ini menuntut peneliti untuk membaca data yang berupa

Penelitian Kualitatif 143


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

catatan wawancara atau lapangan (field note) secara umum dan


menyeluruh untuk menemukan domain yang terdapat dalam
data tersebut.
Menemukan domain tidaklah mudah dalam data-data
“kasar/mentah” yang dikumpulkan. Peneliti harus berusaha
membaca dengan teliti dan detail serta memahaminya secara
global. Pemahaman di sini bukanlah pemahaman mendalam,
namun sekadar pengetahuan awal. Sebab dalam proses ini
peneliti benar-benar dibebankan hanya memahami hal-hal
penting mengenai kata, frasa dan kalimat untuk menemukan
domain.
Untuk mempermudah peneliti menganalisis dengan
teknik domain, maka perlu dibuat guide line sederhana yaitu
sebagai berikut:
a) Tentukan jenis hubungan semantik yang akan Anda
gunakan, apakah ruang (spatial), sebab-akibat (cause-
effect), rasional (rationale), lokasi kegiatan (location of
action), cara ke tujuan (means-end), fungsi (function),
urutan (squence) atribut (atribution), ruang dan sebagainya
(Bungin, 2010)
b) Siapkan lembar kerja analisis domain!
c) Siapkan sampel yang hendak dianalisis!
d) Tentukan istilah acuan dan bagian yang sesuai untuk
menemukan domain!
e) Cek kembali domain yang telah ditemukan!
f) Catatlah domain-domain yang telah ditemukan dalam
bentuk daftar yang teratur!
Sedangkan Sanapiah Faisal dalam Bungin (2010)
merekomendasikan 6 langkah yang juga dapat dijadikan
pijakan dalam melakukan analisis domain, yaitu sebagai
berikut:

144 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

a) Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar


informasi atau fakta yang tersedia dalam catatan harian
peneliti di lapangan.
b) Menyiapkan kerja analisis domain.
c) Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian di
lapangan.
d) Mencari konsep-konsep induk dan kategori-kategori sim-
bolis dari domain tertentu yang sesuai dengan suatu pola
hubungan semantic.
e) Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk masing-
masing domain.
f) Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data yang
ada.

Contoh analisis domain hubungan semantik


Implementasi Kurikulum 2013

Hubungan Bentuk Contoh


Sebab- X adalah Pergantian Kurikulum 2006
akibat akibat/akibat menjadi Kurikulum 2013
dari Y disebabkan oleh kebutuhan
masyarakat terhadap
pendidikan yang bermutu
Cara X merupakan Kurikulum 2013 merupakan
mencapai cara jalan memperbaiki sistem
tujuan mencapai pendidikan di Indonesia.
tujuan
Fungsi X berfungsi Kurikulum 2013 diterapkan
untuk Y untuk meningkatkan kualitas
pendidikan Indonesia
Urutan X merupakan Implementasi Kurikulum 2013
tahapan dilaksanakan terlebih dahulu di

Penelitian Kualitatif 145


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

setelah Y sekolah-sekolah pilot project,


kemudian semua sekolah
secara nasioanl
Atribut X adalah Pendidikan karakter adalah
karakteristik/ salah satu karakteristik
atribut Y Kurikulum 2013
Lokasi X adalah Madrasah merupakan lokasi
kegiatan lokasi penyelenggaraan Kurikulum
kegiatn Y 2013

2) Analisis Taksonomik (Taxonomy Analysis)


Pada tahapan ini, peneliti berusaha memahami tiap-
tiap domain yang telah ditemukan dalam analisis domain.
Sebab dalam tahapan analisis domain peneliti sekadar mem-
baca data secara umum, dan tidak terperinci. Selanjutnya
peneliti memfokuskan diri pada domain yang relevan dengan
fokus masalah penelitian. Setiap domain dirinci menjadi sub-
sub domain yang lebih khusus.
Ada beberapa langkah praktis yang dapat ditempuh
peneliti dalam analisis taksonomi, yaitu sebagai berikut:
a) Pilih domein untuk dianalisis!
b) Cari persamaan berdasarkan hubungan semantik yang sama
digunakan untuk domein itu!
c) Cari tambahan-tambahan istilah bagian!
d) Cari domein yang lebih besar dan lebih inklusif!
e) Buatlah draft taksonomi sementara!
f) Lakukan wawancara terfokus berdasarkan draft taksonomi
yang telah dibuat!
g) Buat taksonomi secara lengkap berdasarkan hasil wawan-
cara terfokus!

146 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Contoh analisis taksonomi: penelitian tentang Kuri-


kulum 2013:

Analisis Domain
Atribut/Karakteristik
Kurikulum 2013

Analisis Taksonomik

Pendidikan Pendidikan
Karakter Anti Korupsi

- Jujur
- Jujur
- Bertanggung jawab
- Berani
- Bermusyawarah
- Kerja keras
- Rajin membaca
- Kepedulian
- Disiplin
- Kemandirian
- Toleransi
- Tanggung jawab
- Demokratis
- Kesederhanaan
- Kerja keras
- Komunikatif
- Dan seterusnya

Penelitian Kualitatif 147


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

3) Analisis komponensial (Componential Analysis)


Analisis komponensial berbeda dengan teknik analisis
taksonomi yang menggunakan “pendekatan non-kontras antar-
elemen”. Teknik analisis komponensial adalah teknik analisis
yang cukup menarik dan paling mudah dilakukan. Menurut
Bungin (2010), hal tersebut karena menggunakan “pendekatan
kontras antar elemen”. Namun menurut penulis, mudah atau
sukarnya kedua teknik analisis tersebut tergantung kemampuan
berpikir dan minat peneliti.
Lebih lanjut Bungin menegaskan bahwa teknik
analisis komponensial secara keseluruhan memiliki kesamaan
cara kerja dengan teknik analisis taksonomik. Hal yang mem-
bedakan antara kedua teknik tersebut adalah hanya pada pen-
dekatan yang digunakan oleh masing-masing teknik analisis.
Teknik analisis komponensial digunakan dalam analisis kuali-
tatif untuk menganalisis unsur-unsur yang memiliki hubungan
hubungan-hubungan yang kontras satu sama lain dalam
domain-domain yang telah ditentukan, untuk dianalisis secara
terperinci. Unsur-unsur atau elemen-elemen yang kontras akan
dipilah oleh peneliti dan selanjutnya akan dicari terma-terma
yang dapat mewadahinya.
Secara praktis peneliti dapat menempuh sejumlah
langkah dalam menerapkan teknik analisis komponensial yaitu
sebagai berikut:
a. Pilihlah domain yang akan dianalisis!
b. Identifikasi seluruh kontras (perbedaan) yang ditemukan!
c. Siapkan lembar paradigma!
d. Identifikasi dimensi kontras yang memiliki dua nilai!
e. Gabungkan dimensi kontras yang berkaitan erat menjadi
satu!
f. Siapkan pertanyaan kontras (berlawanan) untuk ciri yang
tidak ada!

148 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

g. Lakukan pengamatan terpilih untuk melengkapi data!


h. Menyiapkan paradigma (pola pikir) lengkap!

4) Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural


Themes)
Analisis ini lebih familiar disebut analisis tema, yaitu
seperangkat prosedur yang dilakukan untuk memahami secara
menyeluruh (holistic) mengenai pengamatan yang sedang di-
teliti. Mengapa harus holistik, sebab setiap kebudayaan me-
rupakan sesuatu yang terintegrasi dalam beberapa jenis pola
yang lebih luas.
Menurut Sanapiah dalam Sugiyono (2013) analisis
tema atau discovering cultural themes, sesungguhnya me-
rupakan upaya mencari benang merah yang mengintegrasikan
lintas domain yang ada.

Penelitian Kualitatif 149


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

150 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 9

PEMERIKSAAN
KEABSAHAN DATA

Bagian ini memuat uraian tentang usaha-usaha peneliti


untuk memperoleh keabsahan temuannya. Ada beberapa upaya
yang dilakukan oleh peneliti dalam proses pemeriksaan ke-
absahan data, berikut ini:

A. Perpanjangan Kehadiran Peneliti


Perpanjangan kehadiran peneliti yaitu peneliti berada
di lapangan penelitian hingga data yang dikumpulkan bersifat
menjenuhkan. Menurut Moleong (2013) cara ini dapat;
1. membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks,
2. membatasi kekeliruan (biases) peneliti, dan
3. mengkonpensasi pengaruh dari kejadian-kejadian yang
tidak biasa atau pengaruh sesaat.
Perpanjangan penelitian menjadi salah satu cara yang
dapat digunakan dalam memeriksa kesahihan atau keabsahan
data. Sebab dengan memperpanjang kehadirannya, peneliti
dapat lebih lama dan lebih mendalam untuk mempertanyakan
mengenai data-data yang diperlukan untuk menjawab per-
masalahan penelitian. Proses yang demikian panjang dapat

Penelitian Kualitatif 151


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

meyakinkan peneliti bahwa data yang telah diperoleh adalah


benar-benar jenuh.

B. Observasi mendalam
Observasi/pengamatan mendalam sebagai salah satu
cara memeriksa keabsahan data dilakukan dengan melakukan
pengamatan secara lebih teliti dibandingkan dengan observasi
sebelumnya, guna mengecek kevalidan data yang diperoleh.
Pada tahapan ini kemungkinan data yang diperoleh
lebih akurat jika hubungan peneliti dengan informan terjalin
akrab. sehingga di antara keduanya telah diikat oleh hubungan
emosional secara psikologis, yang berimplikasi pada sikap
saling mempercayai, terbuka, dan kekeluargaan. Kondisi yang
demikian, memberikan kepastian bahwa data yang diperoleh
diyakini keabsahannya.
Lalu berapa lama peneliti memperdalam observasi-
nya? Waktu yang dibutuhkan untuk memperdalam suatu
observasi tergantung pada tingkat kedalaman, keluasan dan
kevalidan data yang diinginkan. Semakin lama, semakin me-
mungkinkan peneliti menemui data yang mendalam, yaitu
peneliti menemukan makna-makna yang tersembunyi di balik
fenomena yang nampak. Demikian pula semakin lama
observasi dilakukan, keluasan dan kevalidan data sangat mung-
kin diperoleh. Biasanya keluasan informasi diperoleh bilamana
muncul masalah baru, sehingga peneliti menambah fokus pe-
nelitiannya, yang berimplikasi pada tambahan data atau infor-
masi yang baru. Sedangkan kevalidan melalui observasi men-
dalam merupakan pengecekan kembali apakah data yang
diperoleh sesuai dengan kenyataan di lapangan atau tidak.

152 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

C. Pembahasan teman sejawat


Teknik ini lebih gamblang dipahami sebagai teknik
diskusi atau sharing dengan rekan-rekan peneliti yang kom-
peten. Peneliti dalam hal ini meminta pertimbangan atau saran
terhadap data yang telah dikumpulkan, sehingga dapat di-
ketahui data mana yang kurang dan tidak valid.
Teknik ini menurut Moleong (2013) memiliki dua
manfaat, yaitu: pertama, agar peneliti tetap mempertahankan
sikap terbuka dan kejujuran, dan kedua, diskusi dengan sejawat
ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai
menjajaki dan menguji hepotesis kerja yang muncul dari
pemikiran peneliti.

D. Triangulasi Data
Secara historis, popularitas triangulasi (penggabung-
an) sebagai teknik pengumpulan data telah banyak digunakan
pada sekitar tahun 1950-an dan 1960-an. Triangulasi me-
rupakan teknik pengumpulan data yang paripurna dalam pe-
nelitian kualitatif. Sebab teknik ini dapat meningkatkan
validitas dan memperkuat kredibilitas data temuan.
Menurut Denzin dalam Padgett (1998), data
triangulation is the use of more than one data source
(interview, archival material, observational data etc.) –
Triangulasi data; penggunaan lebih dari satu sumberdata
(wawancara, bahan-bahan arsip, data pengamatan, dll.).
Sedangkan menurut Patton, pada dasarnya istilah triangulasi
berasal dari kosakata navigasi, di mana lokasi ditentukan oleh
jarak dari dua atau lebih titik lain. Dalam penelitian kualitatif,
triangulasi data berarti bahwa temuan Anda dapat diverifikasi
oleh sumber lain. Triangulasi merupakan strategi yang sangat
baik untuk memastikan kepercayaan, terutama bila dikombi-
nasikan dengan pemeriksaan peserta (Pitney and Parker, 2009).

Penelitian Kualitatif 153


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Triangulasi berarti bahwa peneliti mengambil per-


spektif yang berbeda pada masalah yang diteliti, atau lebih
umum dalam menjawab pertanyaan penelitian. Oleh karena itu
Anda dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan berikut yang
dapat membimbing Anda dalam mengambil keputusan dalam
proses triangulasi:
1. Apakah masalah saya dalam studi ini memerlukan beberapa
pendekatan metodologis?
2. Apakah pertanyaan penelitian saya fokus pada aspek yang
berbeda atau tingkat masalah saya?
3. Apakah saya memiliki beberapa perspektif teoretik pada
masalah saya?
4. Apakah ada tingkat yang berbeda dari informasi yang saya
butuhkan untuk mengumpulkan dan memahami masalah
yang saya diteliti?
5. Apakah kerangka waktu untuk studi saya dan sumber daya
pada umumnya memungkinkan triangulasi untuk diguna-
kan?
6. Dapatkah saya berharap peserta saya untuk terkena be-
berapa metode atau apakah ini terlalu menantang mereka?
(Uwe Flick, 2009).
Triangulasi adalah gagasan bahwa Anda harus
melakukan lebih dari satu hal dalam sebuah penelitian. Artinya,
Anda seharusnya menggunakan lebih dari satu metode pe-
nelitian, menggunakan dua atau lebih teknik untuk me-
ngumpulkan data, atau menggabungkan metode penelitian
kualitatif dan kuantitatif dalam satu penelitian. Triangulasi
adalah ide yang excellent jika Anda ingin melihat topik yang
sama dari sudut yang berbeda (Michael D. Myers, 2013).
Jadi, triangulasi secara sederhana dapat dipahami
sebagai teknik pengumpulan data dengan menggabungkan
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah

154 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

ada. Peneliti yang menggunakan triangulasi sebagai teknik


pengumpulan data sebenarnya secara langsung dan bersamaan
menguji kredibilitas data yang diperoleh melalui teknik
observasi, wawancara dan dokumentasi. Artinya peneliti me-
ngumpulkan data dan sumber data yang sama dengan teknik-
teknik yang berbeda.
Dalam konteks praktis, triangulasi lebih meng-
utamakan keefektifan proses dan hasil yang diinginkan. Oleh
karena itu, triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah
proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan dengan
baik. Seperti (1) umpamanya peneliti menggunakan wawancara
mendalam dan observasi untuk pengumpulan data. Pastikan
apakah setiap hari telah terhimpun catatan harian wawancara
dengan informan serta catatan harian observasi; (2) Setelah itu
dilakukan uji silang terhadap materi catatan-catatan harian itu
untuk memastikan tidak ada informasi yang bertentangan
antara catatan harian wawancara dan catatan harian observasi.
Apabila ternyata antara catatan harian kedua metode ada yang
tidak relevan, peneliti harus mengonfirmasi perbedaan itu
kepada informan; (3) Hasil konfirmasi itu perlu diuji lagi
dengan informasi-informasi sebelumnya karena bisa jadi hasil
konfirmasi itu bertentangan dengan informasi-informasi yang
telah dihimpun sebelumnya dari informan atau dari seumber
lainnya. Apabila ada yang berbeda, peneliti terus menerus
menelusuri perbedaan-perbedaan itu sampai peneliti menemu-
kan sumber perbedaan dan materi perbedaannya, kemudian
dilakukan konfirmasi dengan informan dan sumber-sumber lain
(Burhan Bungin, 2010).
Dari penjelasn Bungin di atas, maka triangulasi
bertujuan untuk menyelaraskan dan mencocokkan antara data
atau informasi yang diberikan seorang informan dengan data
informan lainnya. Sehingga jika data-data tersebut tidak saling

Penelitian Kualitatif 155


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

bertentangan dan menuju titik jawaban yang sama, dapat


dikatakan bahwa peneliti telah menemukan data jenuh sebagai
jawaban dari satu masalah yang diteliti.

156 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 10

KAJIAN PUSTAKA,
DATA TEMUAN,
DAN PEMBAHASAN

A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka harus ada dalam penelitian kualitatif.
Kajian pustaka oleh para ahli dikemukakan dengan istilah yang
berbeda-beda. Ada yang mengistilahkan kajian teoretik, studi
pustaka, tinjauan pustaka, acuan teori, ada juga yang meng-
istilahkan studi kepustakaan, dan ahli lain mengistilahkan
acuan teoretik. Istilah-istilah tersebut sah-sah saja digunakan
dalam penelitian, namun penulis lebih tertarik menggunakan
istilah “Kajian Pustaka”. Penggunaan istilah-istilah tersebut,
pada dasarnya merujuk pada upaya umum yang harus dilalui
untuk mendapatkan teori-teori yang relevan dengan topik
penelitian. Bila kita telah memperoleh kepustakaan yang
relevan, maka segera untuk disusun secara teratur untuk di-
pergunakan dalam penelitian.
Jadi inti yang ingin disampaikan dalam bab ini adalah
pemaparan teori-teori yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan, baik teori-teori yang bersumber dari pendapat para
ahli yang dicuplik dari buku-buku, jurnal, majalah, hasil-hasil
penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya

Penelitian Kualitatif 157


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

yang sesuai (internet, artikel di koran dll). Keseluruhan upaya


tersebut, dikatakan sebagai upaya “Kajian Pustaka” untuk
penelitian.
Kajian pustaka dalam bagian ini biasanya disajikan
pada bab khusus (biasanya dimunculkan pada bab II) yang
berisi teori yang dibutuhkan untuk memandu sistematika atau
menjelaskan hasil temuan untuk bahan analisis pada bab
berikutnya.
Kajian pustaka dibedakan menjadi dua bagian yaitu:
pustaka konseptual dan pustaka penelitian. Pustaka konseptual
meliputi konsep-konsep atau teori-teori yang ada pada buku-
buku, artikel atau makalah ilmiah yang ditulis oleh para ahli.
Sebaliknya pustaka penelitian meliputi laporan penelitian yang
telah diterbitkan baik pada jurnal maupun majalah ilmiah. Bagi
para pemula disarankan untuk menggunakan kajian pustaka
yang berasal dari pustaka konseptual, untuk lebih memudahkan
dalam merangkum dan mengkategorikan teori, sesuai dengan
kebutuhan.
Dalam hal ini, semua penelitian, baik penelitian
kualitatif maupun kuantitatif bersifat ilmiah, oleh karena itu
semua peneliti harus berbekal teori. Teori menurut Neumen
(2003) adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan
proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara
sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel,
sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.
Menurut Sugiono (2013) terdapat tiga kriteria ter-
hadap teori yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian,
yaitu relevansi, kemutakhiran dan keaslian. Relevansi berarti
teori yang digunaan sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
Kalau yang diteliti masalah kepemimpinan, maka teori yang
dikemukakan berkenaan dengan kepemimpinan, bukan teori

158 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

sikap atau motivasi. Kemutakhiran berarti terkait dengan


kebaruan teori atau referensi yang digunakan. Keaslian terkait
dengan keaslian sumber, maksudnya supaya peneliti meng-
gunakan sumber aslinya dalam mengemukakan teori jangan
sampai peneliti mengutip dari kutipan orang lain, dan se-
baiknya dicari sumber aslinya. Dalam kaitan dengan sumber
asli, menurut penulis tidak masalah peneliti mengutip dari
kutipan orang lain. Yang terpenting adalah adanya kejujuran
penulis untuk mencantumkan sumber di mana kutipan itu
diambil.
Untuk menguasai teori, diharapkan agar para peneliti
rajin membaca. Sumber-sumber bacaan bisa berbentuk buku-
buku, jurnal ilmiah, makalah ilmiah, kamus, maupun hasil
penelitian.
Menurut Sugiono (2013) peneliti kualitatif dituntut
untuk mampu mengorganisasikan semua teori yang dibaca.
Landasan teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih
berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh peneliti memiliki
teori dan memahami permasalahan yang diteliti walaupun
permasalahan tersebut masih bersifat sementara. Oleh karena
itu landasan teori yang dikemukakan tidak merupakan harga
mati, tetapi bersifat sementara. Peneliti justru dituntut untuk
menemukan teori berdasarkan data yang diperoleh di lapangan
selama pelaksanaan penelitian.
Terdapat perbedaan mendasar antara peran teori dalam
penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam
penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju
data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap
teori yang digunakan. Sedangkan dalam penelitian kualitatif
peneliti bertolak dari data, memanfaatkan teori yang ada
sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu teori.

Penelitian Kualitatif 159


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Sesungguhnya kajian pustaka mempunyai beberapa


fungsi, di antaranya: (1) Menyediakan berbagai konsep atau
teori yang relevan dengan penelitian yang direncanakan; dan
(2) Memberi rasa percaya diri bagi peneliti, karena melalui
kajian pustaka semua konsep atau teori yang berhubungan
dengan penelitian telah tersedia.

B. Data Temuan
Dalam sub bab ini disajikan berbagai data temuan
lapangan baik data hasil observasi, wawancara maupun do-
kumentasi. Data-data yang ditampilkan adalah data sesungguh-
nya atau apa adanya berdasarkan temuan peneliti saat berada di
lapangan. Paparan data hasil observasi harus dikuatkan dengan
hasil wawancara dari berbagai sumber yang relevan sesuai
dengan apa yang diharapkan dalam rumusan masalah serta
dikuatkan juga dengan data-data yang yang didapatkan dari
hasil sudi dokumentasi.
Data hasil wawancara yang ditampilkan dalam sub
bab ini hanya cuplikan-cuplikan inti dari masing-masing nara-
sumber. Adapun cuplikan utuh hasil wawancara dari berbagai
sumber dimunculkan pada halaman lampiran.
Data-data yang ditampilkan harus tersusun secara
sistematis dan harus bisa menjawab semua pertanyaan yang
tercantum di dalam rumusan masalah. Jika dalam satu pe-
nelitian terdapat 4 (empat) rumusan masalah, maka data temu-
an harus bisa menjawab empat pertanyaan tersebut.

C. Pembahasan
Pemabahasan harus dilakukan secara tepat, cermat dan
sistematis. Uraian kalimat pada pembahasan harus dapat men-
jawab pertanyaan-pertanyaan yang tertera pada rumusan
masalah, dan harus singkron dengan data temuan.

160 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 11

DATA DAN KRITERIANYA

A. Definisi Data
Data, dalam bahasa Inggris merupakan bentuk plural
dari “datum” yang berarti materi atau kumpulan fakta yang
dipakai untuk keperluan analisis, diskusi, presentasi ilmiah,
atau tes statistik. Ada juga yang mendefinsikan data sebagai
“the description of things and events that we face” - deskripsi
dari sesuatu dan kejadian yang kita hadapi. Secara umum data
adalah “a structured codification of single primary entities, as
well as of transactions involving two or more primary entities”.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010), data
diterjemahkan sebagai berikut: (1) kenyataan yanga ada, yang
berfungsi sebagai bahan sumber untuk menyusun pendapat; (2)
keterangan yang benar; (3) keterangan atau bahan yang dipakai
untuk penalaran atau penyidikan.
Pada laman Boston University Libraries (diakses
16/10/2013) dirilis bahwa “research data is data that
collected, observed or created for purposes of analysis produce
original research result.” – data penelitian merupakan data
yang dikumpulkan, diamati, atau dibuat untuk tujuan analisis
untuk menghasilkan penelitian yang asli.
Dalam website University of Leicester (diakses
16/10/2013), data penelitian didefiniskan sebagai “recorded

Penelitian Kualitatif 161


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

factual material commonly retained by and accepted in the


scientific community as necessary to validate research
findings…” – bahan faktual yang direkam, yang secara umum
dipertahankan oleh dan diterima dalam komunitas ilmiah yang
diperlukan untuk memvalidasi temuan penelitian.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
data penelitian dipahami sebagai informasi yang sebenarnya,
sesuai fakta atau apa adanya, yang diperoleh melalui proses
pengumpulan, pengamatan yang dapat dijadikan sebagai
sumber analisis dalam suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan
untuk memvalidasi temuan dan menghasilkan penelian yang
original.

B. Kriteria Data
Sebelum penelitian dimulai, terlebih dahulu harus
diketahui kriteria data yang akan dikumpulkan berdasarkan
sumber, cara memperoleh data dan waktu pengumpulan data.

1. Data Berdasarkan Sumbernya


Dalam setiap penelitian, data dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu data internal dan external. Data internal
merupakan data yang bersumber dari dalam seseorang atau
sebuah instansi semisal lembaga, organisasi, dan sekolah yang
diteliti. Data tersebut merupakan informasi yang menggambar-
kan kondisi, aktifitas, program atau struktur di dalamnya.
Contohnya penelitian terhadap seseorang (penelitian pemikiran
tokoh). Dalam penelitian tersebut data internalnya dapat berupa
informasi sifat, karakter, riwayat hidup dan pemikiran-
pemikirannya dalam bidang tertentu. Dalam penelitian ter-
hadap sebuah instansi, data internalnya dapat berupa struktur
kepengurusan yayasan, daftar inventaris, grafik perkembangan
yayasan, persepsi anggota yayasan dan sebagainya.

162 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Sedangkan data eksternal merupakan data yang ber-


sumber dari luar instansi yang diteliti. Data ini meng-
gambarkan kondisi, kegiatan atau persepsi masyarakat di luar
organisasi yang diteliti. Misalnya tanggapan masyarakat ter-
hadap seorang tokoh atau terhadap suatu instansi yang diteliti.

2. Data Berdasarkan Cara Memperolehnya


Berdasarkan kriteria ini, data diklasifikasikan menjadi
dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh
peneliti sebagai orang yang memiliki kepentingan terhadap
data tersebut. Contohnya lembar observasi langsung, transkrip
rekaman wawancara, dan sebagainya yang diperoleh dan diolah
langsung oleh peneliti sendiri. Sedangkan data sekunder
merupakan kebalikan dari data primer, yaitu data yang di-
kumpulkan secara tidak langsung oleh peneliti sendiri, misal-
nya data yang terkait dengan sebuah penelitian yang diperoleh
dari surat kabar, buletin, majalah, jurnal dan referensi lainnya,
baik yang dipublikasikan maupun yang tidak.

3. Data Berdasarkan Waktu Pengumpulannya


Kriteria ini mengelompokkan data menjadi dua yaitu:
cross-section, time series dan data panel. Pertama, data cross-
section merupakan data yang dikumpulkan pada waktu tertentu
yang mendeskripsikan keadaan pada saat itu. Misalnya data
perkembangan peserta didik grafik seluruh madrasah di ke-
camatan x per tahun 2012. Kedua, data time series atau data
berkala merupakan data yang dikumpulkan dari waktu ke
waktu yang menggambarkan kondisi, kecenderungan, minat
dan sebagainya sesuai priode pengumpulan data. Contoh: nilai
rata-rata siswa per minggu dalam bulan Januari.

Penelitian Kualitatif 163


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Data-data penelitian tersebut baik dalam riset tradisi-


onal maupun digital dapat berbentuk dokumen (teks, kata-
kata), catatan lapangan, buku harian, notebook, transkrip,
kuesioner, kaset audio dan video, foto, film, slide, artefak,
koleksi materi digital yang diperoleh dan dihasilkan selama
proses penelitian, file data, dan lain-lain (University of
Leicester, diakses 17/10/2013).

164 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 12

PENUTUP
(Bagian Akhir Penelitian)

Dalam bagian akhir sebuah laporan ilmiah lazim


ditutup oleh bab penutup yang biasanya berisi dua poin pokok
yaitu simpulan dan saran.

A. Simpulan
Simpulan merupakan bagian akhir dari sebuah laporan
penelitian. Simpulan bukan ikhtisar atau rangkuman dari bab
sebelumnya, melainkan hasil pemikiran reflektif yang me-
wakili muatan utama dalam penelitian sesuai dengan rumusan
masalah. Pada bagian ini peneliti berusaha menyimpulkan
secara singkat, padat dan jelas serta komprehensif dan holistik.
Peneliti dalam menyimpulkan hasil penelitiannya, hendaknya
dilakukan secara deskriptif dan menghindari simpulan dalam
bentuk pointer.
Untuk menghasilkan simpulan yang baik, ada be-
berapa langkah praktis yang dapat dilakukan yaitu sebagai
berikut:

Langkah pertama : Mulailah menguraikan permasalahan


penelitian secara garis besar dan
deskriptif!
Langkah kedua : Ringkaslah secara deskriptif isi setiap

Penelitian Kualitatif 165


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

bab yang ada dalam penelitian!


Langkah ketiga : Uraikan secara deskriptif mengenai
hubungan setiap fakta dengan per-
masalahan sehingga menghasilkan
simpulan berupa jawaban dari per-
masalahan yang diteliti!
Langkah keempat : Uraikan implikasi, dampak dari sim-
pulan atau jawaban penelitian jika
ada!
Langkah kelima : Konsistenlah terhadap simpulan yang
dibuat sehingga memiliki relevansi
dengan bab-bab terdahulu sesuai
dengan pertanyaan dalam rumusan
masalah!

B. Saran
Yang dimaksud saran dalam bab penutup sebuah
karya ilmiah semisal skripsi, tesis dan disertasi adalah
rekomendasi. Peneliti merekomendasikan mengenai ke-
mungkinan adanya penelitian lanjutan yang dapat dilakukan
oleh peneliti berikutnya yang relevan dengan penelitian.
Sehingga rekomendasi tersebut merupakan jalan untuk
menemukan permasalahan-permasalahan baru yang layak
untuk diteliti dengan topik dan tema yang sama.
Di samping itu, saran juga dapat berupa masukan
kepada instansi/lembaga yang dijadikan objek penelitian,
serta karyawan dan stakeholders-nya. Biasanya uraian saran
ditulis dalam bentuk pointer. Karena antara saran yang satu
dengan yang lainya berbeda-beda tergantung kepada pihak
mana saran itu dialamatkan.

166 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 13

SISTEMATIKA
PENULISAN PROPOSAL
& LAPORAN PENELITIAN

A. Pendahuluan
Pedoman penulisan proposal dan laporan penelitian
bukanlah sesuatu yang baku. Masing-masing institusi/
lembaga/organisasi penyelenggara penelitian memiliki pe-
doman yang berbeda-beda. Namun ada bagian-bagian yang
lazim dipergunakan oleh semua instansi. Oleh karena itu,
bagian ini akan membahas hal-hal umum yang berhubungan
dengan penulisan proposal dan laporan penelitian secara teknis.
Bagian ini sangat penting diperhatikan oleh peneliti.
Aturan teknik penulisan secara umum sesungguhnya bertujuan
untuk mengarahkan tulisan proposal dan laporan penelitian
menjadi sesuatu yang memiliki nilai estetika.

B. Teknik Penyajian Proposal dan Laporan Penelitian


1. Penyajian Verbal
Menurut Soemanto (2008) penyajian verbal adalah
penyajian hasil penelitian dalam bentuk kata-kata. Sebenarnya
bukan hanya penyajian hasil penelitian, namun juga penyajian
proposal. Proposal dan laporan penelitian merupakan karya
ilmiah yang harus diperhatikan teknik penyajian verbalnya.

Penelitian Kualitatif 167


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Dalam hal ini, ada beberapa hal yang perlu di-


perhatikan oleh peneliti yaitu:
a. Jelas dan Tegas
Penulis/peneliti menulis gagasan-gagasannya dengan jelas.
Kata-kata yang ambigu dan membutuhkan penafsiran harus
benar-benar dihindari. Kejelasan dan ketegasan sebuah
gagasan tergantung kemampuan penulis memilih kata-kata
dan menggunakan kalimat yang efektif. Jadi proposal dan
atau laporan penelitian benar-benar dapat meyakinkan
pembacanya.
b. Obyektif.
Obyektif adalah lawan dari kata subjektif. Penulis me-
nuangkan seluruh gagasannya secara “apa adanya” sesuai
fakta yang terjadi. Ia tidak boleh melibatkan perasaan dan
keinginannya secara subjektif. Sikap objektif merupakan
salah satu dari kelengkapan sebuah karya ilmiah. Semakian
objek penulis memposisikan dirinya, karya yang dihasilkan
pun makin ilmiah.
c. Ringkas
Kalimat yang digunakan hendaknya ringkas, namun me-
miliki makna yang padat. Demikian pula susunan paragrap-
nya. Keringkasan kalimat dan paragrap dapat dipahami
isinya dengan mudah, dan sebaliknya akan sulit dipahami
bila kalimat dan paragrap yang dibuat terlalu panjang
dengan anak kalimat yang banyak.
d. Selektif.
Ada sejumlah kata yang harus dihindari dalam sebuah
karya ilmiah semisal proposal dan laporan penelitian.
Seperti penggunaan kata ganti “aku”, “saya”, “kami”, dan
“kita”, termasuk kata “penulis” atau “peneliti” harus di-
hindari, dan diganti dengan kalimat intransitif.
Contoh:

168 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Sebagaimana yang sering kita/saya/penulis/peneliti dengar


bahwa ...
(sebaiknya diganti dengan)
Sebagaimana yang sering didengar bahwa ...

2. Penyajian Skematis dan Matematis


Penyajian skematis adalah penyajian proposal atau
laporan penelitian dalam bentuk skema, diagram dan atau
ilustrasi. Sedangkan penyajian matematis merupakan penyajian
berupa angka-angka dan simbol-simbol. Bentuk skematis dan
matematis sering digunakan dalam penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Kedua penyajian tersebut digunakan untuk mem-
berikan gambaran ringkas agar lebih mudah dipahami. Dalam
penyajian ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu
sebagai berikut:
a. Isi tabel tidak perlu dideskrispsikan panjang lebar lagi.
Sebab, penyajian tabel dimaksudkan untuk meringkas data
yang banyak sehingga mudah dicermati dan dipahami.
b. Tabel yang efektif adalah tabel yang disajikan dalam satu
halaman utuh, agar lebih mudah dipahami isinya. Sehingga
seorang penulis perlu menghindari pemotongan suatu tabel
dalam bentuk terpisah.
c. Agar mudah dilacak hendaknya tabel dinomori.
d. Kata TABEL beserta nomornya diketik di tengah-tengah
halaman kertas.
e. Ukuran, keterangan atau simbul matematis sebaiknya di-
singkat, umpanya: persen ditulis %, nomor ditulis no.,
tanggal ditulis dengan tgl. dan sebagainya.

3. Penyajian Visual
Penyajian visual adalah penyajian hasil penelitian
dengan menampilkan grafik-grafik, peta, gambar, dan sebagai-

Penelitian Kualitatif 169


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

nya. Penyajian visual biasanya dimaksudkan sebagai kom-


binasi atau pelengkap sajian matematis dan verbal. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam penyajian visual:
a. Sajian visual hendaknya ditempatkan di belakang uraian
matematis atau verbal mengenai hal yang relevan serta
masih dalam teks.
b. Tidak seperti dalam tabel, nomor, dan judul gambar/sajian
visual hendaknya ditempatkan di bawah sajian visualnya
(Soemanto, 2008)

C. Teknik Penulisan
1. Jenis dan Ukuran Kertas
Jenis kertas yang umum digunakan pada penulisan
proposal dan laporan penelitian adalah kerta HVS berukuran
A4 dengan ukuran margin; tepi kanan 3 cm., tepi kiri 4, tepi
atas 4, dan tepi bawah 3.

2. Jenis dan Ukuran Huruf (Font).


Jenis huruf yang umum digunakan dalam karya ilmiah
termasuk proposal dan laporan penelitian adalah jenis Times
New Roman dengan ukuran 12 pt.

3. Penomoran, tanda baca dan simbol


Angka Romawi kecil (i, ii, iii, dan seterusnya)
biasanya digunakan sebagai penomoran halaman pada bagian
depan laporan penelitian. Sedangkan angka 1, 2, 3, dan
seterusnya digunakan pada halaman isi proposal yang dimulai
dari bagian latar belakang hingga akhir, dan isi laporan
penelitian yang dimulai dari bab pendahuluan sampai bab
penutup.
Nomor halaman pertama proposal dan nomor halaman
pertama laporan penelitian dalam setiap halaman babnya,

170 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

biasanya ditulis di bagian tengah bawah antara margin kiri dan


kanan, yang berjarak 1,5 cm dari margin bawah. Sedangkan
nomor halaman isi 2, 3, 4 dan seterusnya ditempatkan pada
bagian pojok kanan yang berjarak 1,5 cm dari margin atas dan
0 cm dari margin kanan.
Penomoran bab ditulis dengan angka Romawi besar (I,
II, III dan seterusnya), kemudian sub bab ditulis dengan huruf
besar atau kapital (A, B, C, D dan seterusnya), anak sub
babnya ditulis dengan angka (1, 2, 3, 4 dan seterusnya).
Penulisan nomor bagian dari anak sub bab ditulis dengan huruf
kecil (a, b, c, d, dan seterusnya). Kemudian bagian-bagian
berikutnya ditulis dengan angka 1, 2, 3, 4 dan seterusnya yang
diikuti kurung penutup. Untuk lebih jelas, dapat dilihat dalam
contoh berikut ini:

Contoh:
BAB I
A. ………….
1. ………….
2. ...............
a. …………
b. ..............
1) ………….
2) ...............
a) …………..
b) ................
(1) …………
(2) ..............
(a) …………
(b) ..............
B. …….
1. ……….

Penelitian Kualitatif 171


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

2. .............
a. ………
b. ...........
1) ………
2) ...........
a) .........
b) .........
(1) ........
(2) ........
(a) .........
(b) ......... demikian seterusnya.

4. Istilah Asing dan Daerah


Penulisan istilah-istilah asing atau daerah yang belum
ditemukan terjemahannya dalam baasa Indonesia diberi garis
bawah (underline) atau dicetak miring (italic).
Contoh:
Transfer of technology (Inggris)
Ora Ono (Jawa)
Ara-ara bae (Lombok)
Nyaman Tunu’ (Sumbawa Barat)
Dll.

5. Footnote
Dalam penulisan proposal, laporan penelitian dan
karya-karya ilmiah lainnya, penyebutan rujukan tambahan
menggunakan format catatan kaki (footnote). Footnote me-
rupakan salah satu aplikasi otomatis dalam lembar kerja
micrisoft word. Jadi catatan kaki tidak ditulis (diketik) secara
“manual”. Jika ditulis secara manual, catatan kaki tidak akan
teratur.

172 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagi penulis pemula, aplikasi footnote dapat diakses


melalui langkah-langkah manual berikut:
a) Bukalah halaman kerja baru maka akan muncul deretan
menu aplikasi di bagian atas halaman.
b) Pilihlah menu “references” dan klik!
c) Setelah itu akan muncul menu pilihan dan pilihlah
“insert footnote”!Setelah itu foot note akan secara
otomatis berfungsi.
Atau, dapat pula diakses secara langsung dengan
menekan tombol (Alt+Ctrl+F).
Menulis footnote tidak terlepas dari aturan-aturan
yang harus diikuti secara umum. Di antaranya adalah sebagai
berikut:
a) Catatan kakiy ang merujuk kepada buku secara teknik
dimulai dengan menulis nama pengarang tanpa gelar
apapun di depan dan belakang nama, kemudian diikuti
tanda koma (,), judul buku yang ditulis dengan model Italic
(miring), tanda kurung pembuka, nama tempat terbit, tanda
titik dua (:), spasi, nama penerbit, tanda koma (,), tahun
terbit, tanda tutup kurung, nomor halaman buku, dan
diakhiri dengan tanda titik (.).

Contoh:
M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan; Tinjauan
Umum dan Islam (Lombok: Holistika, 2012), 99.

b) Jika buku tersebut dikutip kembali tanpa diselingi oleh


buku yang lain, tidak perlu ditulis lengkap, melainkan
cukup ditulis Ibid. yang dicetak miring, diikuti oleh tanda
koma, nomor halaman buku, kemudian tanda titik.

Contoh:

Penelitian Kualitatif 173


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan; Tinjauan


Umum dan Islam (Lombok: Holistika, 2012), 99.
Ibid., 95.
Ibid., 30. Dan seterusnya.

c) Jika buku tersebut dikutip kembali dan diselingi oleh buku


yang lain, cukup ditulis nama populer pengarang buku,
tanda koma, dua kata dari judul buku, tanda koma, nomor
halaman, dan mengakhirinya dengan tanda titik.
Contoh:
Sobry, Manajemen Pendidikan, 45.

d) Jika dua buku dijadikan rujukan secara berurutan dengan


pengarang yang sama tetapi berlainan judul, penulisannya
utuh seperti penulisan yang pertama (lihat point a).
Contoh:
M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan: Tinjauan
Umum dan Islam (Lombok: Holistika, 2012), 99.
M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran
(Lombok: Holistika, 2013), 37.

e) Jika artikel dalam jurnal dikutip, komponen footnote-nya


adalah nama penulis artikel tanpa gelar di depan dan
belakang, tanda koma, judul artikel ditulis biasa (tidak
Italic/mirig) yang diapit antara dua tanda petik, tanda
koma, nama jurnal, nomor jurnal (jika ada), tanda koma,
nomor volume (jika ada), tanda kurung pembuka, bulan
terbit, tanda koma, tahun terbit, tanda tutup kurung, dan
nomor halaman yang diakhiri tanda titik.
Contoh:
Prosmala Hadisaputra, “Pemanfaatan Potensi Lokal:
Upaya Strategis dalam Pemberdayaan Masyarakat”,

174 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Komunitas: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam, Vol.


6 (Desember, 2013), 34.

f) Bila artikel dalam buku “bunga rampai” dikutip, penulisan


footnote-nya hampir sama dengan penulisan footnote artikel
dalam jurnal. Nama pengarang tanpa gelar apapun di depan
dan belakang, tanda koma, judul artikel diapit oleh dua
tanda petik, tanda koma, bubuhan kata “dalam”, nama
lengkap editor, bubuhan singkatan “Ed.” di antara dua
kurung, judul buku “bunga rampai”, tanda kurung
pembuka, nama tempat terbit, tanda titik dua, nama
penerbit, tahun terbit, tanda kurug penutup, nomor
halaman, dan tanda titik.
Contoh:
Nur Syam, “Penguatan Kelembagaan Ekonomi
Berbasis Pesantren”, dalam A. Halim dkk. (Ed.), Manjemen
Pesantren (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), 248.
Joan Dean, “Organising Learning”, dalam Margaret
Preedy at. al. (Ed.), Educational Management: Strategy,
Quality, and Resources (Berkshire: Open University Press,
1997), 95.

g) Jika artikel tersebut dikutip dari surat kabar/koran,


footnote-nya dimulai dengan menulis nama penulis artikel,
tanda koma, judul artikel di antara dua tanda petik, tanda
koma, nam surat kabar/koran, tanda kurung pembuka,
tanggal, bulan dan tahun publikasi, tanda kurung penutup,
tanda koma, nomor halaman dan tanda titik.
Contoh:
Prosmala Hadisaputra, “Pentingnya Pendidikan
Lingkungan Hidup”, Lombok Post, (17 Januari 2013), 9.

Penelitian Kualitatif 175


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

h) Jika materi kutipan diambil dari skripsi, tesis, atau disertasi


yang tidak atau belum diterbitkan, penulisan footnote-nya
ditulis mulai dari nama penulis skripsi/tesis/disertasi, tanda
koma, kemudian judul skripsi/tesis/disertasi yang ditulis
dalam posisi tegak (tidak Italic) di antara dua tanda petik,
tanda kurung pembuka, tulisan “skripsi” jika skripsi, “tesis”
jika tesis, dan “disertasi” bila karya tesebut merupakan
disertasi, kemudian tanda koma, nama institusi, lokasi
instusi, tahun ditulis, tanda kurung penutup, tanda koma,
nomor halaman, dan terakhir tanda titik.
Contoh:
M. Sobry, .........................................................................
(Tesis, Universitas Sebelas maret, Surakarta, ........)
M. Sobry, ..............................................................................
(Disertasi, Uninus, Bandung, ......)

i) Jika materi yang dikutip adalah ayat al-Qur’an, footnote-


nya dimulai dengan menulis Q.S., nama surah, spasi,
nomor surat di antara dua tanda kurung, tanda titik dua,
nomor ayat, dan tanda titik.
Contoh:
Q.S. al-Baqarah (1): 56.

j) Jika materi yang dikutip adalah hadis, footnote-nya dimulai


dengan menulis nama lengkap perawi hadis, nama kitab
hadis dengan cetak miring (Italic), tanda kurung pembuka,
tempat terbit, tanda titik dua, nama penerbit, tanda koma,
tahun terbit jika ada, jika tidak ada cukup ditulis “tt.” (tanpa
tahun), tanda kurung penutup, tanda koma, nomor halaman,
dan tanda titik.
Contoh:

176 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Abî Dâwûd Sulaimân bin Al-Asy’ats Al-Sajastânî,


Sunan Abî Dâwûd (Riyadh: Bayt al-Afkâr al-Dawliyyah,
tt.), 157.

k) Jika materi yang dikutip bersumber dari buku terjemahan,


footnote-nya dapat ditulis dengan pertama-tama menulis
nama lengkap pengarang tanpa gelar apapun, judul buku
setelah diterjemahkan yang ditulis miring, membubuhkan
kata “ter.” Yang diikuti dengan nama lengkap penerjemah
tanpa gelar apapun, tanda kurung pembuka, nama tempat
terbit, tanda titik dua, nama penerbit, tanda koma, tahun
terbit, tanda kurung penutup, nomor halaman, dan diakhiri
tanda titik.
Contoh:
W. Montgomery Watt, Pengantar Studi Al-Qur’an,
ter. Taufik Adnan Amal (Jakarta: Rajawali Press, 1991),
83.

Jika penerjemahnya dua orang, kedua nama pengarangnya


harus ditulis lengkap tanpa gelar apapun.
Contoh:
Erni Budiwanti, Islam Sasak: Wetu Telu Versus
Waktu Lima, ter. Noor Kholis dan Hairus Salim HS.
(Yogyakarta: LKiS, 2000), 105.

Jika penerjemahnya lebih dari dua orang, cukup ditulis


nama pengarang pertama tanpa gelar apapun dan dibubuhi
“dkk.” (dan kawan-kawan).
Sa’ad Riyadh, Jiwa dalam Bimbingan Rasulullah,
ter. Abdul Hayyie al-Kattani dkk. (Jakarta: Gema Insani
Press, 2007). 7.

Penelitian Kualitatif 177


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

l) Jika materi kutipan bersumber dari internet, cotoh


pengutipannya sebagai berikut:
M. Sobry Sutikno, “.............................................” dalam
http//www.sobrycenter.com, diunggah tanggal 03 Mei
2013, pukul 19.25 WITA.
Jika materi bersumber dari wikipedia dan website yang
tidak memiliki penulis jelas, contoh footnotenya sebagai
berikut:
www.wikipedia.org., diunduh pada 10 April 2013, pukul
20.01 WITA.

m) Jika memfootnote hasil wawancara, terlebih dahulu ditulis


nama sumber/informan, kemudian dibubuhi kata wawan-
cara yang ditulis miring (Italic), tanda koma, lokasi
wawancara, tanda koma, tanggal wawancara serta bulan
dan tahunnya yang diakhiri tanda titik.
Contoh:
L. Sohimun Faishal, wawancara, Mataram, 27 Maret 2013.

n) Jika memfootnote hasil observasi, terlebih dahulu ditulis


kata observasi yang ditulis miring (Italic), kemudian tanda
koma, tanggal beserta bulan dan tanggalnya yang diakhiri
tanda titik.
Contoh:
Observasi,11 Januari 2013.

6. Kutipan
Dalam penulisan karya ilmiah termasuk proposal dan
laporan penelitian, kutipan dibagi menjadi dua, yaitu kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung adalah
teknik mengutip yang dilakukan secara langsung dengan
menukil kalimat-kalimat yang ada di dalam buku yang di-

178 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

jadikan rujukan, tanpa mengubah bunyi dan redaksi materi


yang dikutip. Kalimat yang dinukil sama dengan kalimat yang
ada di buku sumber rujukan. Sedangkan kutipan tidak langsung
adalah kutipan yang dilakukan secara tidak langsung yaitu
dengan mengutip gagasan-gagasan yang terdapat dalam buku
yang dijadikan rujukan.
Kutipan langsung dibagi menjadi dua yaitu kutipan
langsung kurang dari lima baris dan kutipan langsung lima
baris atau lebih. Kutipan yang kurang dari lima baris biasanya
ditempatkan dalam teks, yang diapit di antara dua tanda petik,
dan jarak spasi yang digunakan adalah dua spasi. Sedangkan
kutipan langsung lima baris atau lebih ditempatkan di bawah
teks yang mendahuluinya. Kutipan tersebut menjorok masuk 8
atau 7 ketukan. Ada pula yang menggunakan 5 ketukan. Biasa-
nya disesuaikan dengan letak alenia. Bila ketukan alenia meng-
gunakan 8, ketukan kutipan langsungnya menggunakan 8
ketukan, dan seterusnya.

7. Daftar Pustaka/Referesensi
Mencantumkan daftar pustaka merupakan suatu yang
mutlak dilakukan di dalam sebuah karya ilmiah. Di samping
untuk memperjelas sumber yang digunakan, juga merupakan
etika intelektual seorang penulis.
Referensi yang dimasukkan dalam daftar pustaka
adalah refrensi yang dikutip. Refresensi yang hanya digunakan
sebagai bahan bacaan tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak
dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya, semua bahan
pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi
harus dicantumkan dalam daftar rujukan.
Adapun teknik penulisan daftar pustaka pertama-tama
dimulai dengan menulis nama lengkap pengarang tanpa gelar
depan dan belakang, tanda titik, tahun terbit, tanda titik, judul

Penelitian Kualitatif 179


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

buku yang ditulis miring (Italic), tanda titik, tempat terbit,


tanda dua titik, nama penerbit, dan diakhiri tanda titik.
Perlu diketahui bahwa penulisan nama pengarang
dalam daftar pustaka dapat ditulis dalam dua model, yaitu
pertama mempoisisikan nama belakang berada didepan.
Kedua, tidak melakukan reposisi letak nama depan dan akhir.
Artinya nama ditulis utuh tanpa dibalik.
Contoh daftar pustaka dengan memposisikan nama
belakang berada di depan, sebagai berikut:

Azra, Azyumardi. 1999. Pendidikan Islam. Jakarta: PT.


Logos Wacana Ilmu.
Jabali, Fu’ad. 2010. Sahabat Nabi: Siapa, ke Mana, dan
Bagaimana.Jakarta: PT. Mizan Publika.
Sobry Sutikno, M. 2014. Pemimpin dan Kepemimpinan.
Lombok: Holistica.

Contoh daftar pustaka dengan tidak melakukan reposisi


letak nama, sebagai berikut:

Masnur Muslichah. 2007. KTSP: Pemebelajaran Berbasis


Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Zakiah Darajat. 2010. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Bulan
Bintang.
M. Sobry Sutikno. 2014. Metode dan Model-model
Pembelajaran. Lombok: Holistica.

8. Transliterasi Arab-Latin
Transliterasi Arab-Latin dilakukan bilamana terdapat
kata atau frase dalam bahasa Arab yang belum diindonesiakan.
Penulisannya dapat mengacu pada pedoman transliterasi
berikut ini:

180 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Arab Latin Arab Latin Diptong/Mad


‫ا‬ A ‫ط‬ TH ‫آ‬ Â/â
‫ب‬ B ‫ظ‬ ZH ْ‫إِي‬ Î/î
‫ت‬ Ts ‫ع‬ ‘ ْ‫أ ُو‬ Û/û
‫ج‬ J ‫غ‬ Gh ْ‫أو‬ Aw
‫ح‬ H ‫ف‬ F ْ‫أَي‬ Ay
‫خ‬ KH ‫ق‬ Q
‫د‬ D ‫ك‬ K
‫ذ‬ Dz ‫ل‬ L
‫ر‬ R ‫م‬ M
‫ز‬ Z ‫ن‬ N
‫س‬ S ‫و‬ W
‫ش‬ SY ‫ه‬ H
‫ص‬ SH ‫ء‬ ‘
‫ض‬ DL ‫ي‬ Y

Penelitian Kualitatif 181


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

182 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Bagian 14

PENELITIAN CAMPURAN
(MIXED METHODS);
SEBUAH PENGATAR

A. Konsep Penelitian Metode Campuran (Mixed Methods)


Mixed Methods dilihat dari penamaannya yang berarti
“metode campuran”, dapat diketahui bahwa metode ini di-
terapkan dengan mencampurkan metode kualitatif dan kuanti-
tatif dalam satu penelitian. Secara logika, penggabungan kedua
metode tersebut dalam satu penelitian tentu lebih kuat dan
lengkap dari pada menggunakan salah satu di antara keduanya.
Sebab metode campuran merupakan pendekatan yang tidak
hanya kuat dalam proses pengumpulan dan analisis data,
namun juga dalam kesatuan fungsi di antara keduanya.
Secara historis mixed method telah dikenal sejak tahun
1950-an dan seterusnya hingga tahun 1980-an. (Creswell &
Clark, 2010) Pada tahun 1959 dua orang psikolog Campbell
dan Fiske mencoba menggunakan banyak metode (multi-
methods) dalam meneliti kebenaran watak-wakatk psikologis.
Dalam proses penelitian, mereka berdua menggunakan multi-
methods untuk mengupulkan data-data penelitian.
Sedangkan Secara konseptual, metode campuran me-
miliki ragam definisi di antaranya:
1. Menurut Cresswell dan Clark (2011), metode campuran
merupakan desain penelitian dengan asumsi-asumsi filo-

Penelitian Kualitatif 183


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

sofis serta metode inkuiri. Sebagai sebuah metodologi, ia


melibatkan asumsi-asumsi filosofis yang memandu arah
pengumpulan dan analisis campuran pendekatan kualitatif
dan kuantitatif dalam banyak tahapan proses penelitian.
Sebagai sebuah metode, berfokus pada pengumpulan,
analisis, dan pencampuran kedua pendekatan kuantitatif
dan kualitatif, dalam kombinasi, memberikan pemahaman
yang lebih baik mengenai masalah penelitian.
2. Menurut Tashakkori & Teddlie (2010), metode campur-
an(Mixed Method/MM) didefinisikan sebagai jenis desain
penelitian dimana pendekatan kualitatif dan kuantitatif
digunakan dalam ragam jenis pertanyaan, metode pe-
nelitian, pengumpulan data dan prosedur analisis, dan atau
kesimpulan.
3. Greene dalam Tashakkori & Teddlie(2010) “intentional
use of more than one method, methodology, and/or
methodological tradition in same study or program of
research– Penggunaan sengaja lebih dari satu metode,
metodologi, dan/atau tradisi metodologis dalam studi atau
program penelitian yang sama.
4. Bryman dalam Tashakkori & Teddlie (2010)“research that
entails the collection and analysis of quantitative and
qualitative data within a single project” – Penelitian yang
memerlukan pengumpulan dan analisis data kuantitatif dan
kualitatif dalam satu proyek.

B. Mengapa Mixed Methods digunakan?


Bergumulnya dua pendekatan dalam satu penelitian
merupakan sebuah kekuatan dalam proses penelitian. Mixed
methods menjadi sebuah pendekatan yang layak diper-
timbangkan dalam penelitian, terutama penelitian berskala luas
semisal desertasi. Creswell & Clark (2011) memaparkan se-

184 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

bagian di antara alasan mengapa metode ini layak digunakan


dalam penelitian, yaitu:
1. Metode campuran penelitian memberikan kekuatan yang
mengimbangi kelemahan dari kedua penelitian kuantitatif
dan kualitatif.
2. Metode campuran penelitian membantu menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang tidak dapat dijawab oleh
kuantitatif pendekatan kualitatif saja.
3. Metode campuran dapat menjembatani kesenjangan yang
kadang-kadang berlawanan antara peneliti kuantitatif dan
kualitatif.
4. Metode campuran penelitian mendorong penggunaan
beberapa pandangan dunia, atau paradigma, bukan asosiasi
khas paradigma tertentu dengan penelitian kuantitatif dan
lain-lain untuk penelitian kualitatif.
5. Metode campuran penelitian ini adalah "praktis" dalam arti
bahwa peneliti bebas untuk menggunakan semua metode
yang mungkin untuk mengatasi masalah penelitian.
6. Kidder & Fine dalam Lee (1997) menambahkan, penelitian
metode campuran memiliki keuntungan bahwa peneliti
dapat memodifikasi prosedur mereka, asumsi, proposisi dan
bahkan situs penelitian mereka.
7. Menurut Jick dalam Tashakkori & Teddlie (2013)
menambahkan juga bahwa penggunaan beberapa metode
dapat menetralisir atau membatalkanbeberapa kelemahan
dari metode-metode tertentu.

C. Cara Praktis Menulis Tujuan Penelitian Metode


Campuran
Secara teori penggunaan mixed methods bertujuan
untuk meneliti secara keseluruhan tentang data dan informasi
yang memuat unsur-unsur penelitian kualitatif dan kuantitatif.

Penelitian Kualitatif 185


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Dalam peroposal penelitian, peneliti harus mendeskripsikan


mengenai tujuan mengapa ia menggunakan metode campuran
dalam penelitiannya secara akademis dan logis.
Proposal penelitian metode campuran perlu me-
nyampaikan kedua pernyataan tujuan kuantitatif dan kualitatif.
Pernyataan-pernyataan tersebut perlu diidentifikasi di awal
penelitian yaitu dalam latar belakang masalah. Hal tersebut
dapat menjadi rambu-rambu bagi pembaca untuk memahami
mana tujuan kuantitatif dan mana tujuan kualitatif suatu
penelitian.
Pedoman perumuskan tujuan penelitian “metode
campuran” tidaklah baku. Namun dalam sebuah instansi atau
organisasi kadang-kadang membuat guideline sebagai pe-
doman khusus dalam merumuskan tujuan. Secara umum
perumusan tujuan dalam mixhed methods adalah seperti yang
direkomendasikan oleh Creswell (2003) sebagai berikut:
1. Mulailah dengan kata-kata menandakan tujuan, seperti
"tujuan dari...." atau maksud dari..."
2. Menunjukkan jenis metode desain campuran, seperti urut,
secara bersamaan, atau transformasional.
3. Diskusikan alasan untuk menggabungkandata kuantitatif
dan kualitatif dalam mengusulkan studi.
4. Jelaskan alasan mengapa data kualitatif dan kuantitatif
dikombinasikan.
5. Terapkan karakteristik-karakteristik tujuan penelitian kuali-
tatif dengan baik, seperti fokus pada satu fenomena utama
dan menyebutkan strategi penelitian dan lokasi penelitian.
6. Terapkan karakteristik-karakteristik tujuan penelitian
kuantitatif dengan baik. Seperti menyebutkan teori dan
variabel-variabel, menghubungkannya atau membandingkan
kelompok variabel-variabel, menyusun variabel-variabel
dari variabel bebas terlebih dahulu, kemudian variabel

186 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

terikat, menyebutkan strategi penelitian, merincikan para


partisipan dan lokasi penelitian.
7. Pertimbangkan informasi-informasi tambahan tentang jenis-
jenis atau strategi-strategi pengumpulan data kualitatif dan
kuantitatif.

D. Hal-Hal Penting Sebelum Penelitian Mixed Methods


Untuk merancang suatu penelitian dengan meng-
gunakan pendekatan mixed method, peneliti sebaiknya mem-
perhatikan beberapa hal penting yang direkomendasikan oleh
Creswell (2013) yaitu: timing (waktu), weingthing (bobot),
mixing (percampuran), dan theorizing (teoresasi).

1. Timing (waktu)
Hal penting pertama yang harus diperhatikan peneliti
dalam menggunakan pendekatan mixed method adalah waktu
dalam melakukan pengumpulan data kualitatif dan kuantitatif.
Dalam hal ini peneliti perlu menegaskan apakah penelitian
yang hendak dilakukan pengumpulan datanya dilakukan
secara bertahap (sekuensial) atau sekaligus dalam satu waktu
(konkuren).

2. Weigthing (bobot)
Karena metode campuran melibatkan dua pendekatan
penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif, maka peneliti harus
mempertimbangkan bobot campuran dalam penelitian. Dalam
hal ini peneliti harus mempertimbangkan apakah bobot antara
kedua pendekatan disamakan atau salah satu di antaranya
melebihi bobot yang lain. Jika tidak disamakan, sebaiknya
peneliti menentukan pendekatan yang mana (apakah kualitatif
ataukah kuantitatif) yang diprioritaskan memiliki bobot yang

Penelitian Kualitatif 187


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

lebih banyak. Sehingga jenis data yang dikumpukan menjadi


lebih terang.

3. Mixing (pencampuran)
Menggunakan mixing method dalam sebuah penelitian
tidaklah mudah. Ia memiliki konsekuensi tidak sekadar men-
capur metodologi semata, namun melibatkan usaha serius
dalam mencampur jenis data, rumusan masalah, tujuan
penelitian, analisis atau unterpretasi data. Dapat dibayangkan
bagaimana sulitnya menganalisis data yang berserakan yang
terdiri dari data-data kualitatif semisal teks-teks hasil observasi,
wawancara dokumentasi di lapangan, dan data-data kuantitatif
yang terdiri tabel-tabel statistik yang dipenuhi oleh angka-
angka.

4. Teorizing (teorisasi)
Teorisasi juga perlu dipertimbangkan. Ia melibatkan
teori-teori yang berhubungan dengan rumusan masalah
kualitatif dan kuantitatif. Sebab, kadang-kadang tidak semua
teori tersedia dalam satu penelitian dengan dua teknik yang
berbeda. Oleh karena itu, peneliti harus mempertimbangkan
ketersediaan kajian terdahulu dan kecukupan referensi yang
sesuai dengan masalah yang diteliti.

E. Strategi Penelitian Mixed Method


Mixed method digunakan untuk membuat penelitian
lebih komprehensif dengan sajian data-data kualitatif dan
kuantitatif yang saling menguatkan. Dalam pelaksanaannya
secara praktis di lapangan ada beberapa pedekatan yang dapat
dilakukan peneliti sebagaimana yang direkomendasikan oleh
Cresswell at. al. dalam Bowling dan Ebrahim (2005), sebagai
berikut:

188 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

1. Sequential explanatory strategy (Strategi penjelasan


berurutan)
Secara praktis peneliti pertama-tama menggunakan
metode kuantitatif, kemudian penelitian kualitatif secara
berurutan. Artinya, pada tahap pertama, peneliti melakukan
pengumpulan dan analisis data dengan kuantitatif, kemudian
tahap selanjutnya pengumpulan dan analisis data dilakukan
secara kualitatif. Cara yang demikian bertujuan untuk mem-
perkuat hasil penelitian tahap pertama yang dilakukan dengan
kuantitatif.

2. Sequential exploratory strategy (Strategi eksplorasi


berurutan)
Strategi ini merupakan kebalikan dari sequential
explanatory strategy. Peneliti pertama-tama menggunakan
metode kualitatif, kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua
dengan menggunakan metode kuantitatif.
Pada tahap pertama, peneliti mengumpulan dan menganalisis
data dengan metode kualitatif, selanjutnya dilakukan dengan
metode kuantitatif. Strategi tersebut bertujuan untuk mem-
perkuat hasil penelitian kualitatif yang dilakukan di tahap
pertama.

3. Sequential transformative strategy (Strategi transformatif


berurutan)
Strategi transformatif dilakukan dalam dua tahap
secara berurutan. Pada tahap pertama peneliti menggunakan
metode kuantitatif, selanjutnya pada tahap kedua ia meng-
gunakan kualitatif, demikian pula sebaliknya. Jadi peneliti
dapat menentukan sendiri salah satu dari dua metode sebagai
metode pertama dan selanjutnya, apakah kualitatif atau
kuantitatif terlebih dahulu. Dalam pelaksanaannya, perspektif

Penelitian Kualitatif 189


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

teori peneliti merupakan dasar landasan keseluruhan proses


penelitian

4. Concurrent triangulation strategy (Strategi triangulasi


bersamaan)
Dalam mixed methods strategi triangulasi bersamaan
merupakan strategi lazim yang sering digunakan oleh para
peneliti. Strategi ini melibatkan satu tahap saja. Artinya peneliti
menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif secara ber-
samaan pada waktu pengumpulan dan anlisis data, selanjutnya
peneliti membandingkan antara data kualitatif dan kuantitatif
yang diperoleh. Cara demikian dimaksudkan agar ditemukan
antara data yang dapat digabungkan dengan yang tidak.
Strategi ini pada dasarnya mengharuskan bobot data yang sama
antara kualitatif dan kuantitatif.

5. Concurrent nested/embedded strategy (Strategi bersarang


bersamaan)
Strategi ini dapat dipahami sebagai strategi mixed
methods yang menuntut penelitian agar dapat mengkombinasi-
kan penggunaan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif
secara bersamaan(simultan) dengan bobot yang berbeda.
Dalam pelaksaannya, stategi ini mengandalkan dua
metode yaitu primer dan sekunder. Metode primer digunakan
untuk memperoleh data yang utama, dan metode sekunder
digunakan untuk memperoleh data pendukung untuk metode
primer.

6. Concurrent transformative strategy (Strategi transformatif


bersamaan)
Strategi ini merupakan gabungan antara strategi
triangulation dan embedded. Dalam pelaksanaannya, strategi

190 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

ini melibatkan dua metode pengumpulan data yaitu kualitatif


dan kuantitatif yang dilakukan pada satu tahap penelitian dan
pada waktu yang sama.
Mengenai bobot data, hal itu dapat sama juga dapat
berbeda. Sedangkan untuk menggabungkan data dapat di-
lakukan dengan cara merging, connecting atau embedding,
yaitu peneliti mencampur dengan bobot sama, menyambung
dan mencampur dengan bobot tidak sama.

Creswell at. al. dalam Bowling dan Ebrahim (2005)

Penelitian Kualitatif 191


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

192 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

DAFTAR PUSTAKA

Abbas Tashakkori & Charles Teddlie, Sage Handbook of Mixed Methods in


Social and Behaviorial Research, 2nd Edition. California: Sage,
2010.
Afifuddin & Beni Ahmad S., Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
CV. Pustaka Setia.
Alexander M. Novikov and Dmitry A. Novikov, Research Methodology;
from Philosophy of Science to Research Design. Boca Raton:
Taylor & Francis Group, 2013.
Allen S. Lee, Jonathan Liebenau, Janice I. DeGross (Ed.), Information
System and Qualitative Research. London: Chapman & Hall,
1997.
Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik. Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi
Aksara, 2005.
Ann Bowling & Shah Ebrahim, Handbook of Healt Research Methods:
Investigation, Measurement, and Analysis. Berkshire: Open
University Press, 2005.
Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif:
Tatalangkah dan Teknik-teknik Teoritisasi Data, terj.
Muhammad Shodiq dan Imam Muttaqien. Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2009.
Anthony J. Onwuegbuzie, Qun G. Jiao et. all, Library Anxiety: Theory,
Research, and Application. USA: Scarecrow Press, 2004.
Arch G. Woodside, Case Study Research:Theory, Method, Practice.
Wagon:Emerald, 2010.
Benjamin F. Crabtree & William L. Miller, Doing Qualitative Research, 2nd
Edition. California: Sage, 1999.
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman Filosofis
dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2010..
Burhan Bungin (Ed.), Metodologi Penelitian Kualitatif: Aktualisasi
Metodologis ke Arah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2010.
Burke Jhonson & Larry Christensen, Educational Research: Quantitative,
Qualitative, and Mixed Approaches. California: Sage, 2006.

Penelitian Kualitatif 193


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Clark Moustakes, PhenomenologicalResearch Methods. London: Sage,


1994.
Carol Boswell and Sharon Cannon, Intoduction to Nursing
Research:Incorporating Evidence-Based Practice, Second
Edition. Canada: Jones and Bartlett Publishers, 2011.
Chris Hart, Doing a literature review. London:Sage, 2005.
David E. Gray, Doing Research in The Real World. California:Sage, 2009.
David E. McNabb, Research Methods for Political Science: Quantitative
and Qualitative Approaches, Second Edition. New York: M.E.
Sharpe, 2010.
David Ian Hanauer, Poetry as Research:Exploring second language poetry
writing. Amsterdam: John Benjamin Publishing Company, 2010.
Diana Burton, Steve Bartlet, Practitioner Research for Teachers. London:
Sage, 2005.
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung:Alfaceta, 2012.
Douglas Ezzy, Qualitative Analysis; Practice and Innovation. Oxon:
Routledge, 2002.
Donald Ary at. al., Introduction to Research in Education. Belmont:
Cengage Learning, 2010.
Earl Babbie, The Practice of Social Research 13th Edition. Belmont:
Wadsworth, 2013.
Festus E. Obiakor, Jeffry P. Bakken et. al, Current Issues and Trends in
Special Education: Research, Technology, and Teacher
Preparation. Bingley: Emerald, 2010.
Gary T. Henry, Practical Sampling. California: Sage Publication, 1990.
Gulo, W., Metodologi Penelitian. Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia,2002.
Harry T. Reis dan Chrales M. Judd, Handbook of Research Methods in
Social and Personality Psycology. Cambridge: Cambridge
University Press, 2000.
Hennie Boeije, Analysis in Qualitative Research. California: Sage, 2010.
Haryanto dkk., Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah:Buku Ajar
Untuk Mahasiswa. Jakarta: EGC, 2000.
Hatch, J. Amos, Doing Qualitative Research In Education Settings. New
York: Sunny Press, 2002.
Helen Simons, Case Study Research in Practice. London: Sage, 2009.
Husaini Usman & Purnomo Setiady A., Metodologi Penelitian Sosial.
Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

194 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Ian Jones et. al., Qualitative Research in Sport and Physical Activity.
California: Sage, 2013.
Immy Holloway and Stephanie Wheeler, Qualitative Research in Nursing
and Healthcare , 3th Edition. Wiley-Blackwell: West Sussex,
2010.
Janice M. Morse & Peggy Anne Field, Qualitative Research Methods For
Health Professionals. California: Sage, 1995.
Janice M. Morse dan Peggy Anne Field, Nursing Research: The Application
of Qualitative Approaches, second edition. Cheltenham: Nelson
Thomes, 2002.
Jill K. Jesson Lydia at. al., Doing Your Literature Review; Traditional and
systematic techniques. London: Sage, 2011.
Jamie Harding, Qualitative Data Analysis from Start to Finish. London:
Sage, 2013.
Jean J. Schensul, Methodology, Methods, and Tools in Qualitative
Research, dalam Qualitative Research: An Introduction to
Methods and Design, Ed. Stephen D. Lapan. New York: Wiley,
2011.
John Gerring, Case Research: Prinsiple and Practices. New York:
Cambridge University Press, 2007.
John M. Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia, 1988.
John W. Creswell, Educational Research:Planning, Conducting, and
Evaluating, Quantitative and Qualitative Research, Third
Edition. New Jersey: Pearson, 2008.
John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Aproach. California: Sage, 2003.
John W. Creswell dan Vicki L. Plano Clark, Designing and Conducting
Mixed Methods Research. California: Sage, 2011.
Jonathan Sarwono, Mixed Methods: Cara Menggabung Riset Kuantitatif
dan Riset Kualitatif Secara Benar. Jakarta:PT. Elex Media
Komputindo, 2011.
Karin Klenke, Qualitative Research in the Study of Ledearship, First
edition. Bingley: Emerald, 2008.
Kathleen M. Dewalt & Billie R. Dewalt, Participant Observation: A Guid
for Fieldworkers. Oxford:AltaMitra Press, 2002.
Keith F. Punch, Introduction to Social Research: Quantitative and
Qualitative Approaches, 2nd Edition. London: Sage, 2005.

Penelitian Kualitatif 195


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Lawrance A. Machi and Brenda T. McEvoy, The Literature Review, Six


Steps to Success. London:sage, 2012.
Leslie Foster Stebbins, Student Guide to Research in the Digital Age: How
to Locate and Evaluate Information Sources. USA:Greenwood,
2006.
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitaif: Edisi Revisi. Bandung:
Rosdakarya, 2013.
Margaret D. LeCompte dan Jean J. Schensul, Analysis and Interpretation of
Ethnographic Data: A Mixed Methods Approach. Mayland: Alta
Mira Press, 2013.
Marguerite G. Lodico, Dean T. Spaulding, Katherine H. Voegtle, Method in
Educational Research; from Theory to Practice, 2nd Edition.
Wiley, 2010.
Martyn Denscombe, The Good Research Guide; for small-scale social
research projects, 3th Edition. Berkshire: Open University Press,
2007.
Martyn Hammersley, What’s Wrong With Ethnography, London:
Routledge, 2002.
Masyhuri dan M. Zainuddin, Metodologi Penelitian:Pendekatan Paraktis
dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama, 2009.
Michael D. Myers, Qualitative Research in Business & Management
California: Sage, 2013.
Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation. California:
Sage, 2002.
Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsindo,
2003.
Nazir, Moh., Metode Penelitian. Bogor Selatan: Ghalia Indonesia, 2005.
Neuman, W Lawrence. 2003. Social Research Methods, Qualitative and
Quantitative Approach. New York: AB Boston.
Uwe Flick, An Introduction to Qualitative Research. London: Sage, 2009.
Ulber Silalahi, Metodologi Penelitian Sosial.Bandung: Refika Aditama,
2009.
Pamela J. Brink & Marylin J. Wood, Langkah Dasar dalam Perencanaan
Riset keperawatan: Dari Pertanyaan Sampai Proposal, terj.
Aniek Maryunani. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,1995.
Padgett, K., Qualitative methods in social work research; Challenges and
Rewards. California:Sage, 1998.
Parwito, Penelitian Komuniaksi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS, 2007.

196 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Peter G. Swanborn, Case Study Research: What, Why and How?,. London:
Sage, 2010.
Punaji Setyosari, Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan.
Jakarta: Kencana, 2010.
Raco, J.R., Metode Penelitian Kualitatif: Jenis, Karakteristik dan
Keunggulannya. Jakarta:Grasindo, 2010.
Rajendra Kumar Sharma, Sociological Methods and Technique. New Delhi:
Atlantic, 2008.
Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum. Jakarta: Granit,
2004.
Sharan B. Merriam, Qualitative Research: A Guide to Design and
Implementation. San Fransisco: Jossey-Bass, 2009.
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:Alfabeta, 2013.
Suhadi dkk., Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Malang: Universitas
Negeri Malang, 2008.
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Suwardi Endraswara, Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan:
Ideologi, Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama, 2006.
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Folklor. Yogyakarta:
MedPress, 2009.
Syamsuddin A. R. & Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 2009.
Team, A Dictionary of the derivations of the English language, William
Collins, Sons, London, 1872.
Terrie Nolinske, Writing a Research Proposal, dalam laman
http://www.oandp.org/jpo/library, diunduh pada tanggal 26
Agustus 2013.
Thomas, R. Murray, Blending Qualitative and Quantitative Research
Methods in Theses and Dissertation. London: Sage, 2003.
Tim, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas, 2008.
Tracy D. Matthews and Kimberly T. Kostelis, Designing and Conducting
Research in Health and Human Performance. San
Fransisco:Jossey-Bass, 2011.
Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi: Karya Ilmiah.
Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Penelitian Kualitatif 197


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

William A. Pitney and Jenny Parker, Qualitative Research in Physical


Activity and the Health Professions. Campaign: Human Kinetics,
2009.
William L. Goodwin and Laura D. Goodwin, Understanding Quantitative
and Qualitative Research in Early Childhood Education. New
York: Teacher College, 1996.

198 Penelitian Kualitatif


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

BIODATA PENULIS

Dr. M. Sobry Sutikno, yang memiliki nama asli M. Sobry. lahir


di Jereweh Sumbawa, 9 Oktober 1977. Anak dari H.M. Sutikno dan Hj.
Aminah. Ia memiliki seorang istri bernama Nurlaeli SE., dan baru
dikaruniai dua orang anak yaitu Pasya Albigus Perdana MS dan Sabrina El
Filia MS. Tahun 2000 lulus S.1 di STAIN Mataram (sekarang berubah
menjadi UIN Mataram). Meraih gelar S.2 Magister Pendidikan di
Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) (tahun 2002), dan Lulus S3
Program Studi Ilmu Pendidikan di UNINUS Bandung pada tahun 2009.
Sejak tahun 2002 sampai 2006 bekerja di PT. Nadia Tamaraya
Group Jakarta pada bagian Pengem-bangan Sumber Daya Manusia. Tahun
2006-2011, bekerja sebagai dosen tetap di UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, Dosen Program Pascasarjana UNINUS Bandung (2009-2011),
Tutor di Universitas Terbuka Bandung sejak 2007-2011. Direktur Eksekutif
YNTP for Research and Development (sampai sekarang).
Terhitung sejak April 2011 mutasi/pindah tugas sebagai Dosen
tetap pada Fakultas Tarbiyah IAIN Mataram (saat ini berubah menjadi UIN
Mataram), dan ikut memberi kuliah pada Program Pascasarjana di institusi
tersebut. Di samping bekerja sebagai Dosen, penulis juga diberi
kepercayaan sebagai Sekretaris Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
(LMPP) IAIN Mataram tahun 2011 sampai tahun 2013. Sekretaris LPM
IAIN Mataram dari tahun 2013 sampai 2015. Ketua Lembaga Penelitian
dan Pengabdian Pada Masyarakat (LP2M) IAIN Mataram dari tahun 2015
sampai tahun 2017. Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada
Masyarakat (LP2M) UIN Mataram tahun 2017 sampai tahun 2018 Dan
mulai tahun 2018 sampai 2020 sebagai Ketua Lembaga Penjaminan Mutu
UIN mataram.
Beberapa buku hasil karya penulis antara lain: Miskin Bukan
Penghalang untuk Sukses; Kepemimpinan Sekarang dan Masa Depan; 16
Rahasis Sukses; Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep
Umum dan Konsep Islami; Menggagas Pembelajaran Efektif dan
Bermakna; Belajar dan Pembelajaran (Upaya Kreatif dalam Mewujudkan
Pembelajaran yang berhasil); Menuju Pendidikan Bermutu; Pendidikan
Sekarang dan Masa Depan; Pembelajaran Efektif, Apa dan Bagaimana
Mengupayakannya?; Manajemen Sumber Daya Manusia; Pengelolaan
Pendidikan, Tinjauan Umum dan Konsep Islami; Landasan Pendidikan
(Bekal Praktis bagi Para Pendidik dan Calon Pendidik); Media

Penelitian Kualitatif 199


M. Sobry Sutikno & Prosmala Hadisaputra

Pembelajaran; Ingin Sukses? Anda harus Gila, (Rahasia Sukses dari Orang-
orang Super Sukses); dan lain-lain.

Prosmala Hadisaputra alias Abdul Bari dilahirkan di Dusun Perengge,


Kuripan Utara, Lombok Barat. Suami dari Baiq Rofiqoh Amalia Syah ini
pernah nyantri di Ponpes Selaparang (Perguruan Nahdlatul Wathan) Kediri,
Lombok Barat dan Ponpes Syeikh Zainuddin Nahdlatul Wathan Anjani,
Lombok Timur. Ia menyelesaikan S1-nya pada Prodi Pendidikan Agama
Islam (PAI) Institut Agama Islam Nurul Hakim (IAINH) Kediri dan Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) IAIN Mataram. Kemudian
melanjutkan S2 pada Prodi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana IAIN
Mataram. Sekarang, dia aktif mengajar sebagai dosen luar biasa pada
almamaternya, IAIN Mataram. Di samping itu ia juga dipercaya sebagai
Redaktur Jurnal Cordova (Journal of Language Studies) di UPT. Pusat
Pengembangan Bahasa IAIN Mataram. Dalam dunia tulis menulis, ia aktif
menulis di jurnal-jurnal ilmiah di antaranya: Pemanfaatan Potensi Lokal;
Upaya Strategis Dalam Pemberdayaan Masyarakat, dalam Jurnal
Komunitas dalam Jurnal Komunitas, Daurul Mar’ah fi Tanmiyatil
Mujtama’: Dirasah maudu’iyyah ‘ala Tafsir al-Mishbah Li Muhammad
Quraysh Shihab dalam Jurnal Cordova (Journal of Language Studies) dll.
Ia juga aktif menuangkan idenya dalam bentuk artikel lepas di media massa
lokal. Ada sekitar 35 artikel yang telah dipublikasikan dalam kolom OPINI,
di antaranya: Pendidikan Lingkungan Hidup (Lombok Post), Modal Sosial
Vs Finansial (Lombok Post), Pendidikan Jurnalistik? (Lombok Post),
Memblokir Narkoba dengan Zikir dan Fikir (Lombok Post) dll.
prossayangamalia@gmail.com

200 Penelitian Kualitatif


View publication stats

You might also like