You are on page 1of 30

Pembentukan Kader Kesehatan Jiwa di Masyarakat

DAFTAR ISI

Kata
Pengantar ............................................................................................. v

Daftar
Isi ........................................................................................................ vii

BAB 1. Pendahuluan ..................................................................... 1


BAB 2. Konsep Kader .................................................................... 3

2.1 Pengertian Kader ................................................................... 3

2.2 Tujuan Pembentukan Kader ................................................ 3 2.3


Dasar Pemikiran Pembentukan Kader ............................... 5

2.4 Kriteria Menjadi Kader ......................................................... 5

2.5 Peran Sebagai Kader .............................................................. 6

2.6 Fungsi Menjadi Kader ........................................................... 11


2.7 Tugas Menjadi Kader ............................................................ 12 2.8
Rangkuman ............................................................................. 13 2.9 Bahan
Diskusi ......................................................................... 13

2.10 Latihan Soal .......................................................................... 13


2.11 Referensi ................................................................................ 18

BAB 3. Konsep Kader Kesehatan Jiwa ..........................................


19

3.1 Pengertian Kesehatan Jiwa .................................................. 19 3.2


Pengertian Kader Kesehatan Jiwa ...................................... 20 3.3 Pilar
Kader Kesehatan Jiwa ................................................. 21

3.4 Peran Kader Kesehatan Jiwa ............................................... 22

3.5 Tugas Kader Kesehatan Jiwa .............................................. 26

3.6 Faktor Yang Mempengaruhi Kader .................................. 27


Kesehatan Jiwa

3.7 Rangkuman ........................................................................... 29


3.8 Bahan Diskusi ........................................................................ 30 3.9
Latihan Soal ........................................................................... 30

3.10 Referensi ............................................................................... 34

vii
BAB 4. Pembentukan Kader Kesehatan Jiwa ..............................
37

4.1 Syarat Pembentukan Kader Kesehatan Jiwa ...................... 37

4.1.1 Faktor Individu ......................................................... 37

4.1.2 Faktor Keluarga ......................................................... 53

4.2 Proses Pembentukan Kader Kesehatan Jiwa ..................... 56

4.3 Persiapan Dalam Pembentukan Posyandu ........................ 61

Kesehatan Jiwa

4.4 Rangkuman ............................................................................ 67


4.5 Bahan Diskusi ......................................................................... 68 4.6
Latihan Soal ............................................................................ 68

4.7 Referensi .................................................................................. 71

Lampiran ....................................................................................... 75
Glossarium .................................................................................... 85
Index ............................................................................................. 87
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini penderita gangguan jiwa terus mengalami peningkatan


sehingga menjadi salah satu permasalahan secara global. Meningkatnya
jumlah penderita gangguan jiwa menjadi beban individu, keluarga maupun
masyarakat. Situasi ini menyebabkan penderita gangguan jiwa sangatlah
memerlukan penanganan secara tepat agar penderita gangguan jiwa dapat
diterima kembali di lingkungan masyarakat. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah melalui memberdayakan masyarakat yaitu kader
kesehatan jiwa.

Kader kesehatan jiwa memiliki peranan yang sangat penting sebagai


mediator dari pelayanan kesehatan untuk melakukan tindakan pencegahan,
penanggulangan, serta perawatan pada pasien gangguan jiwa. Kader
kesehatan jiwa dalam menjalankan perannya tersebut terlebih dahulu harus
mempunyai kondisi sehat baik secara jiwa dan raga, mendapatkan
dukungan dari keluarga terdekat terutama pasangan serta kerjasama lintas
sektor. Hal ini diperlukan agar dapat membantu kader kesehatan jiwa
dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Kondisi tersebut diperlukan agar kader kesehatan
jiwa dapat merasa nyaman dan percaya diri dalam mengemban tugasnya.

Dalam melaksanakan perannya, kader harus lebih dahulu sehat jiwa


dan raga. Sehat jiwa mutlak harus di miliki oleh seorang kader. Kader juga
harus mendapatkan dukungan oleh keluarga dan lintas sektor dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Seorang kader harus mampu
mengontrol diri, nyaman dengan diri sendiri, merasa dihargai dan
didukung oleh orang terdekat yaitu pasangan agar dapat menimbulkan
perasaan percaya diri dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat
meningkatkan kredibilitas kader dalam menguasai ketrampilan sebagai
kader posyandu sehingga dapat melaksanakan pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat

Dengan demikian, penulis berharap melalui buku ini dapat dijadikan


sebagai referensi bagi petugas kesehatan dalam membentuk kader
kesehatan jiwa di masyarakat.
BAB 2 KONSEP KADER

2.1 Pengertian Kader

Kader kesehatan masyarakat merupakan sekelompok orang yang


berasal dari masyarakat yang dipilih oleh masyarakat sendiri dan dilatih
oleh petugas kesehatan guna menangani segala bentuk masalah-masalah
kesehatan baik dialami individu, keluarga maupun masyarakat sehingga
mampu menjalin kerja sama dengan berkolaborasi dan koordinasi dengan
pelayanan pemberian kesehatan (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

Selain itu, kader juga dapat didefinisikan sebagai sekelompok


masyarakat yang dianggap mempunyai hubungan yang paling dekat
dengan unit masyarakat. Kader ialah tenaga sukarela yang dipilih sendiri
oleh dan dari masyarakat yang mempunyai kewajiban dan tugas untuk
meningkatkan derajat kesehatan serta mengembangkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya memelihara kesehatan dengan cara bekerja
sama diberbagai kegiatan masyarakat salah satunya melalui program
posyandu (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

2.2 Tujuan Pembentukan Kader

Untuk mewujudkan program pembangunan nasional yang telah


dicanangkan sebelumnya terutama dalam bidang kesehatan, maka seluruh
bentuk pelayanan kesehatan memiliki arah pada mengembangan prinsip
bahwa masyarakat bukan menjadi objek akan tetapi menjadi subjek dari
program pembangunan nasional. Dari pernyataan tersebut, maka dapat
dipahami secara bersama-sama bahwa program pembangunan nasional ini
diperuntukkan untuk, dari, dan oleh masyarakat agar seluruh lapisan
masyarakat berhak sama memperoleh pelayanan kesehatan secara merata.
Sehingga kesehatan itu sendiri pada hakikatnya melatih dan
mengikutsertakan masyarakat untuk mempunyai peran secara aktif
sehingga mampu bertanggung jawab terhadap pemeliharaan kondisi
kesehatan. Adanya masyarakat yang ikut serta dan berkolaborasi dengan
petugas kesehatan menjadi salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan
efisiensi dari pemerataan pemelihatan kesehatan pada tataran di lingkup
komunitas. Selain itu, adanya keterbatasan dana dan daya maka adanya
pembentukan kader ini yang bersifat sukarela dapat mendorong petugas
kesehatan untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada secara tepat.
Dengan demikian, adanya pembentukan kader kesehatan di
komunitas maka dapat menjadi perpanjangtanganan dari petugas kesehatan
dalam memelihara, meningkatkan, dan mencegah munculnya berbagai
macam penyakit yang ada di masyarakat. Selain itu, adanya kader juga
dapat mendeteksi kondisi kesehatan masyarakat sehingga dapat
memberikan perawatan dan pengobatan sejak dini. Kondisi ini maka dapat
menekan angka mortilitas (Effendi, Ferry & Makhfudli, 2009).

2.8 Rangkuman

1. Kader adalah sekelompok orang berasal dari masyarakat yang secara


sukarela bersedia menjadi pelaku dari sistem kesehatan guna untuk
meningkatkn derajat kesehatan masyarakat

2. Kader dibentuk mempunyai tujuan untuk mengikutsertakan masyarakat


agar dapat berperan secara aktif dalam memelihara kesehatan sehingga
dapat mewujudkan pemerataan derajat kesehatan

3. Dasar utama pembentukan kader sebab masyarakat sebagai pihak utama


penerima pelayanan kesehatan sesuai dengan program pembangunan
nasional
2.11 Referensi

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2005). Pedoman


pengelolaan posyandu. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.

Effendi, Ferry dan Makhfudli. (2009). Keperawatan kesehatan


komunitas teori dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fallen, R., Dwi K. R. B. (2010). Keperawatan komunitas.


Yogyakarta: Nuha Medika

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Pedoman


pelayanan kegiatan kesehatan di kelompok lanjut usia. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Ayo ke
posyandu setiap bulan. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Kurikulum dan


modul: Pelatihan kader posyandu. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.

BAB 3

KADER KESEHATAN JIWA

3.1 Pengertian Kesehatan Jiwa

Kesehatan adalah suatu kondisi fisik dan psikologis individu yang


dapat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Dalam memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan menjadi tanggung jawab petugas
kesehatan dan tentunya harus yakni pemberdayaan masyarakat
(Rochmawati, Setyowati, Febriana & Susanto, 2019). Sementara itu,
kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut dapat menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi
tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan
konstribusi untuk komunitasnya (Undang–Undang Republik Indonesia,
2014).

Area pelayanan kesehatan jiwa, saat ini tidak hanya berfokus kepada
penyembuhan klien yang mengalami gangguan mental saja. Hal ini terjadi
karena mengingat jumlah penderita orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kondisi ini menuntut
pelayanan kesehatan jiwa tidak hanya berfokus terhadap tindakan kuratif
saja tetapi juga lebih menekankan terhadap upaya proaktif yang
berorientasi kepada upaya tindakan pencegahan (preventif) dan
mempromosikan kesehatan jiwa (promotif) (WHO, 2013). Dengan
demikian, area perawatan kesehatan mental bukan hanya memberikan
perawatan kepada pasien gangguan mental saja, namun ditujukan juga
kepada orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) dan orang yang
mengalami sehat mental (Stuart, 2013). Untuk mencapai target tersebut
maka tenaga kesehatan harus bekerja sama dengan masyarakat melalui
pemberdayaan masyarakat seperti kegiatan memberikan pemahaman,
menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap masalah
kesehatan jiwa di komunitas (Winahayu, Keliat, & Wardani, 2014).

Selain itu, menurut Undang-undang Kesehatan Jiwa Nomor 18


Tahun 2014 Bab 1 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa kesehatan jiwa
adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat melakukan
perkembangan secara komprehensif dan holistik baik secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut dapat menyadari terhadap
kemampuan yang dimiliki sendiri, dapat mengatasi dan menyesuaikan
diri terhadap segala bentuk tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi terhadap komunitasnya. WHO (2014)
juga menguraikan bahwa kesehatan jiwa adalah suatu keadaan individu
yang mengalami well-being dimana setiap individu dapat menyadari
terhadap potensinya sehingga dapat mengatasi stres yang normal dalam
kehidupan sehari-hari, dapat bekerja dengan produktif dan bermanfaat
bagi dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan serta mampu memberikan
kontribusi terhadap komunitasnya.

3.2 Pengertian Kader Kesehatan Jiwa

Kader kesehatan jiwa dapat didefinisikan sebagai seseorang yang


bersedia dengan sukarela untuk membantu masyarakat menyelesaikan
masalah-masalah kesehatan jiwa yang diakibatkan oleh beberapa masalah
seperti masalah gangguan jiwa, masalah psikososial sebagi dampak
bertambahnya usia, pensiun, konflik, tsunami, gempa maupun bencana
lainnya (Rosiana, Himawan & Sukesih, 2015).

3.3 Pilar Kader Kesehatan Jiwa

Kader kesehatan jiwa didalam menjalankan tugas dan fungsinya


berpedoman berdasarkan pelayanan kesehatan jiwa komunitas dengan
pendekatan community mental health nursing (CMHN) (Pramujiwati,
Keliat & Wardani, 2013).

Pendekatan ini terdiri dari empat pilar utama menurut Pramujiwati,


Keliat, dan Wardani (2013) antara lain meliputi:

a. Pilar I: Manajemen pelayanan

Pada pilar ini, kader jiwa menjalankan tugasnya yang terdiri dari
empat macam kegiatan yaitu, perencanaan, pengorganisasian, pengarahan
dan pengendalian.

b. Pilar II: Pemberdayaan masyarakat

Pada pilar kedua ini, pembentukan kader jiwa dilakukan melalui


proses rekruitmen kader, proses orientasi, penilaian dan pengembangan
kader. Proses perekrutan ini dapat dilakukan dengan cara berkolaborasi
dengan pihak puskesmas setempat. Kemudian, setelah menemukan calon
kader jiwa, langkah selanjutnya adalah melakukan proses orientasi dan
menandatangi beberapa surat pernyataaan yang menyatakan bahwa para
kader jiwa yang telah terbentuk ini menyatakan persetujuan dan
kesediaannya yang terntunya harus sepengetahuan dari pihak keluarganya.
Selanjutnya para kader jiwa mendapatkan pelatihan mengenai peran,
fungsi, dan tugasnya.

c. Pilar III: Kemitraan Lintas Program dan Sektoral

Pada pilar yang ketiga ini adalah kader jiwa dapat melakukan
beberapa macam kegiatan kolaborasi yang dilakukan dengan dokter dan
lintas sektor Puskesmas. Kerjasama lintas program ini dilakukan dengan
tujuan agar para kader jiwa mampu melakukan survei sehingga dapat
menemukan kasus-kasus yang ada dimasyarakat dengan bekerjasama
dengan tim tenaga kesehatan lainnya

d. Pilar IV: Manajemen Kasus Keperawatan sehat jiwa

Pilar ini merupakan pilar yang terakhir dimana menjelaskan bahwa


setelah kader jiwa ini mendapatkan kasus di masyarakat, langkah
selanjutnya adalah melakukan pelaporan kepada tim kesehatan. Kemudian
akan diberikan proses pemberian asuhan keperawatan jiwa yang akan
dilakukan oleh tim kesehatan yang dalam hal ini adalah perawat,
memberikan pendidikan kesehatan baik pada kelompok sehat, resiko dan
gangguan.

3.4 Peran Kader Kesehatan Jiwa

Kader kesehatan jiwa berperan serta dalam meningkatkan,


memelihara dan mempertahankan kesehatan jiwa masyarakat. Peran
masyarakat dalam penanggulangan gangguan jiwa akan dapat terbangun
jika masyarakat memahami tentang peran dan tanggungjawabnya dalam
penanggulangan gangguan jiwa di masyarakat. Menurut Keliat (2011)
menyatakan bahwa kader menunjukkan peran penting dalam dukungan
sosial, diantaranya adalah :

1. Pertama, kader menunjukkan empati mereka pada keluarga orang dengan


gangguan jiwa dengan membangun hubungan yang akrab dengan orang
dengan gangguan jiwa dan memfasilitasi penerimaan sosial oleh
masyarakat yang pada gilirannya meningkatkan rasa percaya diri mereka.
Rasa percaya diri merupakan faktor penting dalam proses pemulihan dari
kondisi mengalami gangguan mental.

2. Kedua, kader memudahkan akses informasi dengan memberikan


sosialisasi mengenai gangguan jiwa di masyarakat dan menyampaikan
informasi tentang pelayanan kesehatan jiwa.

3. Ketiga, pendekatan melalui kunjungan rumah, bantuan dalam rujukan ke


pelayanan kesehatan, serta pengupayaan jaminan kesehatan dan bantuan
sosial menunjukkan bahwa kader telah memudahkan akses terhadap
sumber daya yang terkait dengan perawatan orang dengan gangguan jiwa.

Dengan demikian peran kader ini mengungkapkan adanya kepedulian


sosial yang tinggi dari kader terhadap keluarga dengan gangguan jiwa di
lingkungan berpenduduk miskin. Kemiskinan tidak membatasi warga
masyarakat untuk berbagi dengan sesama mereka. Dukungan sosial
membantu mencegah kondisi mereka semakin terpuruk. Menurut Keliat
(2011) tindakan pencegahan pencegahan psikiatrik terdiri dari 3 yaitu :

a. Peran kader kesehatan jiwa dalam pencegahan primer adalah


mengidentifikasi primer berupa :

1. Pendataan status kesehatan jiwa keluarga


Kegiatan pendataan status kesehatan jiwa keluarga di sekitar kader
adalah bagian awal yang harus dilakukan oleh kader, kegiatan ini di
maksudkan agar kader mendapatkan data pasti jumlah keluarga
dengan gangguan, resiko dan sehat. Berdasarkan data tersebut kader
dapat menyusun kegiatan penyuluhan berdasarkan kategori kesehatan
jiwa keluarga. Sehingga hasil yang di harapkaan dari penyuluhan
akan sesuai dengan target sasaran. Dan dimungkinkan adanya
kegiatan yang bersifat promotif dan preventif pada keluarga yang
sehat dan resiko, sedangkan kuratif dan rehabilitatif pada keluarga
dengan gangguan jiwa. Dan data yang dikumpulkan dapat di akses
oleh tenaga kesehatan yang lain, yang bersifat kolaboratif.

2. Pemberian pendidikan kesehatan jiwa

Penyuluhan Kesehatan Jiwa untuk meningkatkan pengetahuan


masyarakat tentang masalah kesehatan jiwa di lingkungan sekitarnya,
berdampak pada peningkatan pengetahuan keluarga tentang
pentingnya energi positif untuk mengatasi kecemasan pada
masyarakat.

3. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga untuk senantiasa


melakukan konsultasi dan aktif menghadiri kegiatan posyandu kesehatan
jiwa

b. Peran kader kesehatan jiwa dalam pencegahan sekunder adalah

1. Melakukan deteksi dini


Stigma di masyarakat sering mencegah penemuan dan penanganan
kasus untuk gangguan mental ini. Dilaksanakan Deteksi Dini
Kesehatan Gangguan Jiwa sebagai acuan bagi petugas kesehatan di
Puskesmas agar mampu mendeteksi dini menemukan kasus dan
melakukan diagnosa kasus-kasus gangguan jiwa secara dini sesuai
batas kewenangan yang dimiliki.

2. Melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang posyandu


kesehatan jiwa

Sosialisasi posyandu kesehatan jiwa dapat di lakukan bersamaan


dengan kegiatan desa maupun organisasi kemasyarakatan yang ada di
lingkungan kader. Kader harus mampu melakukan kerjasama dengan
lintas sektor lainnya untuk melancarkan kegiatan sosialisasi posyandu
kesehatan jiwa kepada masyarakat. Di harapkan dengan adanya
sosiaslisasi ini dapat meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap
gejala gangguan jiwa dan penatalaksanaannya.

c. Peran kader kesehatan jiwa dalam pencegahan tersier adalah

1. Memberikan motivasi kepada pasien dan keluarga

2. Mengingatkan kepada pasien untuk rutin minum obat

3. Menyampaikan kepada keluarga pasien untuk memantau pasien minum


obat
3.5 Tugas Kader Kesehatan Jiwa

Mereka memiliki beberapa tugas seperti menemukan kemungkinan


kasus gangguan jiwa, mengelompokkan mereka di antara masyarakat,
mengunjungi rumah mereka, merujuk mereka ke Puskesmas, memotivasi
masyarakat untuk menghadiri kegiatan yang disediakan oleh Puskesmas,
dan dokumentasi dan pelaporan ke Puskesmas (Keliat, 2011).

Mengacu kepada ke empat pilar yang telah diuraikan diatas, maka


menurut Departemen Kesehatan RI (2006) menguraikan bahwa terdapat
delapan uraian kegiatan yang harus dilakukan oleh kader kesehatan jiwa
untuk mencapai keempat pilar tersebut, antara lain meliputi:

a. Mendeteksi keluarga di Desa Siaga Sehat Jiwa: sehat, risiko masalah


psikososial dan gangguan jiwa

b. Menggerakkan keluarga sehat untuk penyuluhan kesehatan jiwa sesuai


dengan usia

c. Menggerakkan keluarga risiko untuk penyuluhan risiko masalah


psikososial

d. Menggerakkan keluarga gangguan jiwa untuk penyuluhan cara merawat

e. Menggerakkan pasien gangguan jiwa untuk mengikuti Terapi


Aktifitas Kelompok dan Rehabilitasi

f. Melakukan kunjungan rumah pada pasien gangguan jiwa yang telah


mandiri
g. Merujuk pasien gangguan jiwa ke perawat CMHN

h. Mendokumentasikan semua kegiatan

3.7 Rangkuman

Kesehatan Jiwa merupakan amanah dari Undang-Undang No.18

Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa. Pasal 1 menyatakan bahwa


Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang
secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut
menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan/stress, dapat
bekerja secara produktif dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Kesehatan jiwa dipandang penting karena permasalahan
kesehatan jiwa sangat besar dan menimbulkan beban pembangunan yang
signifikan. Jika permasalahan kesehatan jiwa tidak ditanggulangi akan
menurunkan status kesehatan fisik, menurunkan produktivitas kerja dan
kualitas sumber daya manusia, sehingga menimbulkan disharmoni
keluarga, permasalahan psikososial dan menghambat pembangunan
bangsa.

Upaya kesehatan jiwa melaksanakan kegiatan untuk mewujudkan


derajat kesehatan yang optimal bagi setiap individu, keluarga dan
masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative yang diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan atau
masyarakat. Upaya tersebut dilaksanakan di lingkungan keluarga,
masyarakat, lembaga pendidikan, fasilitas pelayanan, lembaga keagamaan,
lembaga pemasyarakatan serta melibatkan berbagai sumber daya yang ada
di masyarakat.

3.9 Referensi

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006). Buku Pedoman

Kesehatan Jiwa. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Hernawaty, T., Arifin, H. S., Rafiyah, I. (2018). Pendidikan kesehatan


jiwa bagi kader kesehatan. Health Journal, 5(1): 49-54.

Hidayat, E., Santoso, A. B. (2019). Upaya peningkatan kesehatan


jiwa masyarakat melalui pelatihan kader kesehatan jiwa Di Kelurahan
Sunyaragi Wilayah Kerja Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon. Jurnal
kepada Masyarakat Poltekkes Kemenkes Tasikmalaya, 1(1): 1-7.

Keliat, B.A. (2011). Keperawatan kesehatan jiwa komunitas: Jakarta:


EGC Press.

Lestari, S. P., Hapsari, R. D. (2018) Peran kader kesehatan jiwa


dalam melakukan penanganan gangguan jiwa. Jurnal Ilmu Keperawatan
Jiwa, 1(1): 33 – 37.
Pramujiwati, D., Keliat, B. A., Wardani, I. Y. (2013). Pemberdayaan
keluarga dan kader kesehatan jiwa dalam penanganan pasien harga diri
rendah kronik dengan pendekatan Model Precede L. Green di rw 06, 07
dan 10 Tanah Baru Bogor Utara. Jurnal Keperawatan Jiwa, 1(2): 170-177.

Rochmawati, D. H., Setyowati, W. E., Febriana B., Susanto, W.


(2019). Empowerment of Kader Kesehatan Jiwa (KKJ) through RW Siaga
Sehat Jiwa (RW SSJ) in Bandarharjo Semarang. Indonesian Journal of

Community Services, 1(1): 73-82.


doi:http://dx.doi.org/10.30659/ijocs.1.1.73-82.

Rosiana, A., Himawan, R., Sukesih. (2015). Pelatihan kader


kesehatan jiwa desa undaan lor dengan cara deteksi dini dengan metode
klasifikasi.

The 2nd University Research Coloquium, 591-598.

Stuart, G. W. (2013). Principles and practice of psychiatric nursing.


St Louis Missouri: Elsevier Mosby.

Undang-Undang Republik Indonesia. (2014). Kesehatan jiwa.


Jakarta: Republik Indonesia

Winahayu, N.E., Keliat, B.A., & Wardani, I.Y. (2014). Sustainability


factor related with the implementation of community mental health
nursing (CMHN) in South and West Jakarta. Jurnal Ners, 9: 305–312.

World Health Organization. (2013). Mental health action plan 2013 –


2020.
Geneva: World Health Organization.

LAMPIRAN
2. Form Deteksi Dini

DETEKSI DINI KELUARGA


a. Nama Kepala Keluarga : ........................................................
b. Alamat : .......................................................

DATA KEADAAN KELUARGA

Kondisi Kesehatan
L/ Pendidikan
No Nama Usia
P /Pekerjaan Seha Masalah Gangguan Keterangan
t Jiwa Jiwa Pengobatan

9
10

Referensi:
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. (2015). Buku panduan kader
kesehatan jiwa: Deteksi keluarga kelurahan siaga sehat jiwa. Jawa Timur:
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur.

4. Form Kunjungan Rumah


KUNJUNGAN RUMAH
KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
HARGA DIRI RENDAH/MENYENDIRI/PERILAKU
KEKERASAN/HALUSINASI/KURANG PERAWATAN DIRI

Nama Pasien :
Alamat Keluarga :
Alamat :

Beri tanda chek (√) pada kolom dan baris yang sesuai dengan kondisi pasien dan
keluarga

Tanggal
No Kemampuan Ket

A Pasien
1 Melakukan kegiatan sesuai jadwal
2 Minum obat teratur
3 Melakukan kegiatan rumah tangga
(minimal 3)
4 Melakukan kebersihan diri (mandi dan
berpakaian)
5 Melakukan ibadah teratur
6 Bangga terhadap diri sendiri
B Keluarga
1 Menyediakan alat untuk kegiatan
pasien
2 Mengingatkan minum obat
3 Membantu pasien melakukan kegiatan
secara teratur
4 Menemani pasien melakukan ibadah
secara teratur
5 Memberi pujian pada pasien
6 Kontrol ke puskesmas sesuai jadwal

Referensi:

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. (2015). Buku panduan kader


kesehatan jiwa: Deteksi keluarga kelurahan siaga sehat jiwa. Jawa Timur:
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur.
GLOSSARIUM

CMHN : Community Mental Health


Nursing

KK : Kepala Keluarga

ODGJ : Orang Dengan Gangguan Jiwa

ODMK : Orang Dengan Masalah


Kejiwaan

PHBS : Perilaku Hidup Bersih Sehat

PKK : Pemberdayaan Kesejahteraan


Keluarga

RT : Rukun Tetangga

RW : Rukun Warga

SDM : Sumber Daya Manusia


SIP : Sistem Informasi Posyandu

SMA : Sekolah Menengah Atas

TOGA : Tanaman Obat Keluarga

UKS : Unit Kesehatan Sekolah

WHO : World Health Organization

You might also like