You are on page 1of 4

Hak Asasi Manusia dalam aspek Historis dan Yuridis

Latar belakang:
Sejak manusia dilahirkan di bumi, manusia membawa hak-hak kodrat yang melekat
dalam hidupnya. Jean Jaquas Rousseau berpendapat bahwa manusia akan semakin
berkembang potensinya dan merasakan nilai-nilai kemanusiaan dalam suasana
kebebasan alamiah. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk bebas. Tetapi, di sisi lain,
manusia adalah makhluk sosial. Manusia selalu hidup dalam kelompok sosial yang
berskala kecil dan besar, seperti suku, bangsa dan negara. Karena kedudukanya
manusia sebagai makhluk sosial, permasalahan HAM menjadi sangat kompleks.
Konflik antara satu kelompok dengan kelompok lainnya kelak terjadi.
Manusia mempunyai hak dan kebebasan sebagai individu. Tetapi, dalam hidup
berkelompok, hak-hak tersebut diatur oleh kelompoknya untuk pengaturan hidup
bersama. Kelompok cenderung berkembang dan menjadi semakin kuat, sehingga
manusia hanya dipandang sebagai sub-ordinasi dari tata kehidupan. Kebebasan dan
hak-hak manusia diabaikan demi kepentingan kelompok. Menurut Nikolai
Alexandrenovict Berdeyev, manusia memang makhluk sosial, tetapi hak manusiawinya
tidak boleh diabaikan untuk kelompok. Hidup akan lebih bermakna ketika
kelompoknya mampu menambah kualitas kehidupan pribadi manusia.
Konsep HAM menpunyai spektrum yang luas. Di satu sisi, ada pemikiran liberal yang
mendasarkan kebebasan Individu. Di sisi lain, sosialisme menolak HAM dan kebebasan
dalam pemikiran untuk kepentingan bersama dan negara. Indonesia menganut sistem
Pancasila untuk HAM. Secara konseptual, HAM yang terkandung dalam Pancasila
megakomodasi aspek manusia sebagai makhluk sosial dan individu. Sila kedua
mencerminkan HAM.

Pembahasan:
HAM menurut beberapa pendapat:
1. Thomas Jefferson
HAM pada dasarnya adalah kebebasan individu yang tidak di berikan oleh
negara. Kebebasan ini diberikan oleh Tuhan dan pemerintahan atau negara
bertugas untuk melindungi pelaksananaan hak asasi manusia.
2. Universal Declaration of Human Rights
HAM adalah hak kodrati yang diperoleh oleh setiap manusia berkat pemberian
Tuhan. Manusia dan HAM tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, setiap
manusia berhak memperoleh kehidupan yang layak , kebebasan, keselamatan
dan kebahagiaan pribadi.
3. Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998
Hak asasi adalah hak dasar yang melekat pada diri manusia yang sifatnya
kodrati, universal dan abadi sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
berfungsi untuk menjamin kelangsungan hidup, kemerdekaan, perkembangan
manusia dan masyarakat yang tidak boleh diganggu gugat dan diabaikan oleh
siapapun.
Sejarah HAM:
HAM sudah ada sejak lama. Contohnya seperti kaum Yahudi di Mesir yang
diperbudakan oelh Firaun pada zaman Nabi Musa. Contoh-contoh lain seperti:
1. Hukum Hammurabi
Kerajaan Babilonia telah mengupayakan menyusun suatu hukum/aturan yaitu
ketentuan-ketentuan yang menjamin keadilan bagi semua warga negara.
Ketentuan ini dikenal dengan nama hukum Hamurabi. Hukum ini merupakan
jaminan HAM warga negara terhadap kesewenang-wenangan kerajaan atau
kekuasaan.
2. Solon
Menurut Solon, orang-orang yang menjadi budak karena tidak bisa membayar
hutang harus dibebaakan. Solon mengadukan pembaharuan undang-undang
yang menjamin keadlian dan persamaan bagi setiap warga negara.
3. Periklas, Aristotle, Socrates dan Plato
Sokrates, Plato dan Aristoteles mengemukakan pemikirannya tentang hak asasi
manusia dalam kaitannya dengan kewajiban atau tugas negara. Menurut
Periklas, setiap warga dapat menjadi anggota majelis rakyat dengan syarat
sudah berusia 18 tahun. Ia menawarkan system demokrasi untuk menjamin hak
asasi warga
4. Magna Charta
Pada tahun 1215, Raja Inggris menandatangani sebuah piagam berisi 63 pasal.
Piagam ini menjadi landasan terbentuknya pemerintahan monarki
konstisusional. Prinsip-prinsip dalam piagam ini, pertama kekuasaan raja harus
dibatasi, kedua HAM lebih penting daripada kedaulatan atau kekuasaan raja,
ketiga dalam masalah kenegaraan yang penting temasuk pajak harus
mendapatkan persetujuaan bangsawan, keempat tidak seorang pun dari warga
negara merdeka dapat ditahan, dirampas harta kekayaannya, diperkosa hak-
haknya, diasingkan kecuali berdasarkan pertimbangan hukum.
5. Deklarasi kemerdekaan Amerika Serikat
Deklarasi ini menyatakan bahwa manusia diciptakan sama. Semua manusia
dianugerahi hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan. Hak-hak teresebut tidak
dapat dicabut oleh siapapun.
6. Revolusi Perancis
Sistem kerajaan yang absolut mendorong para kaum kecil untuk melakukan
revolusi. Penyerangan penjara Bastille (yang merupakan symbol kekusaan
Kerajaan Perancis) adalah pemicu Revolusi Perancis. Revolusi diilhami oleh
pemikiran-pemikiran Jean Jaquas Rousseau, Montesqieu, dan Voltaire.
7. Abraham Lincoln
Ia dikenal sebagai pembela kaum kulit hitam yan diperbudak di Amerika
Serikat.
Sejarah HAM di Indonesia:
Hukum HAM internasional menyangkup dua aspek: di masa damai dan peperangan.
Dalam hukum peperangan, ada Konvensi Geneva dan Hukum Den Haag. Sementara
itu, hukum perdamaian mancakup prinsip tidak digangu gugat, prinsip tidak
diskriminasi, prinsip keamanaan, prinsip kemerdekaan, dan prinsip kesejahteraan
sosial.

Sejarah HAM di Indonesia:


Indonesia telah dijajah oleh Belanda selama berabad-abad. Selama masa penjajahan,
masyarakat Indonesia mengalami penindasan seperti penculikan, kerja paksa,
pembantaian dan penyiksaan. Pada masa penjajahan Belanda, masyarakat Indonesia di
bagi menjadi tiga strata sosial; masyarakat Eropa di paling atas, masyarakat asing non-
Eropa di kelas menengah dan akhirnya kalangan bawah diisi oleh Inlander atau
masyarakat pribumi. Perlakuan yang tidak adil ini mendorong para tokoh-tokoh
pejuang untuk menegakan keadilan dan memerdekakan diri dari Belanda.
Tonggak-tonggak sejarah perjuangan HAM adalah sebagai berikut :
1. Kebangkitan Nasional (20 Mei 1908)
2. Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928)
3. Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945); merupakan puncak perjuangan untuk
menghapuskan penjajahan dengan penetapan Undang-undang Dasar 1945 yang
didalamnya terkandung pengakuan HAM.
4. UUD RIS dan UUDS 1950 secara implicit mencantumkan konsep HAM.
5. Siding Umum MPRS tahun 1966 menetapkan Ketetapan MPRS Nomor
XIV/MPRS/1966 tentang Pembentukan Panitia Ad Hock untuk menyiapkan dokumen
rancangan Piagam HAM dan Hak serta Kewajiban Warga Negara. Namun setelah
meletusnya G30S/PKI masalah ini tertunda.
6. Tahun 1993 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 dibentuk Komisi
Hak Asasi Manusia.
7. Perumusan HAM mencapai kemajuan dengan dimasukkan masalah ini dalam GBHN
Tahun 1998.
8. Siding Istimewa MPR 1998 telah berhasil merumuskan Piagam HAM secara ekplisit
lewat Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 tentang Pandangan dan Sikap
Bangsa Indonesia Terhadap HAM.
9. Ketetapan MPR Nomor XVII ini dijabarkan dalam Undang-undang RI Nomor 39
Tahun 2000 sebagai Hukum Positif bagi pelaksanaan HAM di Indonesia.
Konsep HAM berawal dari Proklamasi Merdeka. Proklamasi Kemerdekaan
mengisyaratkan bahwa Indonesia telah lepas dari cengkraman penjajah. Konsep HAM
dalam Pancasila ada dalam sila kedua.
HAM dalam hukum nasional:
1. UUD 1945
2. Ketetapan MPR-RI Nomor XVII/MPR/1998 Tentang HAM
Kesimpulan:
HAM adalah masalah yang bersifat universal. Perjuangan kemerdekaan di Indonesia
didasari oleh HAM. HAM dibacking oleh hukum nasional maupun internasional.
Bangsa Indonesia mengalami kegangguan HAM setelah reformasi. Perumusan HAM
dalam hukum positif ini diharapkan mampu mengurangi pelanggaran HAM di tanah
air, karena ketentuan hukum ini mengikat negara atau warga negara. Adanya undang-
undang HAM merupakan upaya preventif mencegah pelanggaran HAM. Namun
demikian, dalam masalah ini kehendak baik dari pemerintah dan masyarakat untuk
menghormati HAM jauh lebih penting.
S.R. Wilujeng, “HAK ASASI MANUSIA: TINJAUAN DARI ASPEK HISTORIS DAN
YURIDIS,” HUMANIKA, vol. 18, no. 2, Jul.2013.

You might also like