You are on page 1of 2

Apakah proses mediasi sangat berkontribusi dalam mewujudkan asas penyelenggaraan peradilan yang

sederhana, cepat dan berbiaya ringan? Jelaskan!

Asas penyelenggaraan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan adalah salah satu hal yang
dituntut masyarakat saat mengikuti proses pengadilan. Tuntutan tersebut bertujuan agar masyarakat
mendapatkan kemudahan didalam satu sistem proses peradilan. Hal ini bermakna bahwa proses
peradilan diharapkan berjalan dengan dengan sederhana, cepat serta biaya ringan. Hal ini bisa dicapai
dengan proses pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan acara efesiensi dan efektif,
disertai biaya perkara yang terjangkau

Prosedur mediasi sendiri ditujukan untuk berkontribusi menciptakan asas peradilan yang cepat,
sederhana dan biaya ringan. Hal ini bisa tercapai jika terdapat kemauan yang sungguh - sungguh dari
pihak - pihak yang bersengketa dan mendukung mediasi berakhir sukses. Suskesnya suatu prosedur
mediasi diharapkan meminimalisir biaya, waktu serta tenaga.

Penjelasan prosedur mediasi bisa mendukung berjalnnya asas Asas penyelenggaraan peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan bisa terlihat dengan mengkalkulasi lamanya suatu perkara jika
mediasi berhasil dan gagal. Kalkulasi dapat dilakukan berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung RI N0. 1
Tahun 2008 tentang pelaksanaan mediasi. Jika mediasi berhasil, berdasarkan Pasal 11, Pasal 12 ayat 1,
Pasal 13, suatu proses mediasi hanya membutuhkan waktu 61 hari. Dengan waktu yang singkat, biaya
yang dikeluarkan juga bisa lebih ringan. Berdasarkan hal ini diharapkan pihak - pihak yang bersengketa
lebih cepat mendapatkan rasa keadilan, kepastian hukum, serta tercapainya asas peradilan yang cepat,
sederhana, biaya ringan.

Sedangkan jika suatu mediasi gagal sudah sangat jelas waktu yang dihabiskan akan menjadi lebih lambat
dan memakan waktu yang lama. Konsekuensi lainnya biaya yang dibutuhkan juga akan bertambah
banyak. Dalam prosedur penyelesaian sengketa dimulai dari tingkat pertama hingga kasasi rata - rata
membutuhkan waktu selama 5 – 7 tahun. Hal ini sangat jelas akan bertentangan dengan asas
penyelenggaraan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan

Jika Kesepakatan Perdamaian tercapai, saran apakah yang akan Saudara (sebagai Mediator) berikan
kepada para pihak terhadap Kesepakatan Perdamaian tersebut?
Definisi perdamaian tertera pada Pasal 1851 KUH Perdata yang berbunyi perdamaian ialah suatu
persetujuan dimana kedua belah pihak dengan menyerahkan, menjanjikan / menahan suatu barang,
mengakhiri suatu perkara yang sedang dalam pemeriksaan pengadilan / mencegah timbulnya perkara
jika persetujuan tersebut dilakukan secara tertulis.

Perdamaian sendiri adalah hasil akhir dari proses mediasi yang berhasil dan ditegaskan dengan akta
perdamaian baik untuk mediasi yang dilakukan di dalam pengadilan maupun di luar pengadilan. Jika
saya menjadi mediator, saya akan mengajukan kesepakatan perdamaian tersebut kepada pengadilan
yang berwenang untuk mendapatkan akta perdamaian. Hal ini harus dilakukan dengan mengajukan
gugatan yang wajib dilampirkan kesepakatan perdamaian.

Saran yang saya ajukan sesuai dengan definisi yang dijelaskan pada Pasal 1851 KUH Perdata yang
menjelaskan bahwa perdamaian harus dibuat dalam bentuk tertulis. Hal ini juga didukung dengan
penjelasan pada Pasal 1867 hingga 1870 KUH Perdata yang menjelaskan bahwa suatu akta otentik
merupakan akta yang dibuat dalam bentuk yang sesuai dengan undang - undang serta dibuat oleh /
didepan yang memiliki kewenangan atas pembuatan akta tersebut dengn tujuan memberikan bukti yang
sempurna mengenai apa yang ada di dalam akta tersebitu. Begitu juga dengan kesepakatan perdamaian,
walaupun secara defini bisa dilakukan hanya dengan cara tertulis akan tetapi lebih baik dikuatkan lagi
dengan pembuatan akta otentik yang bertujuan untuk mencegah terjadi hal - hal yang tidak diinginkan
kemudian hari.

Sumber :

BMP Arbitrase, Mediasi dan Negosiasi ( HKUM 4409 ).

Untoro. Fatimah. Agustus 2014. Pemberlakuan Mediasi di Pengadilan Negeri Pada Perkara Perdata
Untuk Memperluas Akses Bagi Para Pihak Memperoleh Rasa Keadilan. Fakultas Hukum, Universitas Islam
Jakarta. Lex Jurnalica Volume 11 Nomor 2.

You might also like