You are on page 1of 20

ACADEMIC INTEGRITY IS..

INTEGRITAS AKADEMIK
• Menurut Center for Academic Integrity (CAI), Integritas akademik
merupakan suatu komitmen yang merupakan cerminan
karakteristik moral dan etika individu dalam bidang akademik atau
Pendidikan.
• Nilai-nilai pokok integritas akademik adalah :
• Kejujuran (honestly)
• Kepercayaan (trust)
• Rasa hormat (respect)
• Tanggung jawab (responsibility)
• Keberanian (courage)
INTEGRITAS AKADEMIK
• Pembentukan integritas akademik :
• Dimulai sejak masa kanak- kanak dalam pendidikan keluarga,
pendidikan sekolah dasar dan menengah.
• Anak akan belajar melalui “role model” dalam lingkungannya yang akan
memberi arahan terhadap pembentukan norma sosial serta prinsip
moral dalam dirinya.
• Pondasi kuat yang menunjang pembentukan integritas akademik
menghasilkan konsep diri yang positif (self-confidence and self
awareness)
• Karakteristik dalam intergritas akademik memiliki kemampuan prediksi
yang kuat terhadap dengan perilaku professional di masa yang akan
datang / dunia kerja (work-place integrity)
ACADEMIC DISHONESY OR DISINTEGRITY

• Academic dishonesty merupakan suatu perilaku yang menyimpang


dari integritas akademik, seperti menyontek dan melakukan plagiat.
• Beberapa literatur membahkan perilaku yang juga bersebrangan
dengan integritas akademik adalah :
• Disrespect / academic misconduct / academic disintegrity
• Perilaku kekerasan, bullying hingga kekerasan seksual di dunia
pendidikan.
ACADEMIC DISHONESY

• Swift et al (2001) mengemukakan bahwa academic dishonesty dapat


terjadi karena:
• Situasi atau lingkungan akademik yang mendukung
• Keterkaitan kuat dengan kepribadian/karakteristik individu
• Saat perilaku menyimpang tersebut dapat diterima oleh lingkungannya,
maka individu tersebut akan terus menerus berperilaku menyimpang
dan tidak hanya dalam dunia pendidikan, namun dalam kehidupan
pribadinya dan dapat terbawa menjadi sebuah karakter dalam
profesinya kelak.
”INSIGHT”

”Menasehati” Bullying
Ada solusi Tidak ada solusi
Ada tujuan Menekan
Ada alasan Mempermalukan
Membenarkan sesuatu Melemahkan mental
Konstruktif Tanpa ada kesalahan / alasan
Nada bicara meng-enak-an Power, Superior
Bisa merefleksikan diri Kekerasan
Memperbaiki kesalahan Memuaskan satu pihak
Pelampiasan
Intonasi tinggi, Bahasa “tidak enak”
Dampak : Frustasi / depresi
Mengolok, mencaci maki
CHEATING
• The Epoch Time: 2005 dalam Robert, D.S&
Paris, S.S, 2007, data dari 900 mahasiswa,
hasilnya dari jumlah tersebut 83 %
mengaku pernah menyontek ketika
pelaksanaan tes atau ujiannya.
• Penelitian di FEB-UMB Jakarta: 76 %
mahasiswa pernah menyontek sebelum
menjadi mahasiswa, yaitu sejak sekolah
dasar atau sejak sekolah menengah
pertama.
VIOLENCES

International Center for research on Women,


2014
FAKTOR PEMBENTUK INTEGRITAS
AKADEMIK

Tugas Perkembangan sosioemosi


Individu mahasiswa

Lingkunga Suasana Akademik dan


n pengaruh kultural
Teori Pendidikan
perilaku
Integritas
Akademik
TUGAS PERKEMBANGAN SOSIOEMOSI REMAJA AKHIR
(18-24 TAHUN)

Penghargaan Identitas Perkembangan


diri • Fase krisis / spiritual
• Persepsi tentang eksplorasi • Pengalaman
dirinya • Identity vs identity religius mulai
• superior/ confusion berperan dalam
narsisme kehidupannya
• inferior

Shantrock JW. Life-


Span Development.
KAITAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA DENGAN
INTEGRITAS AKADEMIK
• Karakteristik remaja akhir yang sedang menumbuhkan self esteem- self
indentity- spiritual quantity berpengaruh dalam membentuk integritas
akademik
• Kegagalan dalam tugas perkembangan berpotensi menjadi penyebab
penyimpangan integritas akademik.
Integritas akademik Disintegritas akademik
Jujur, tidak menyontek, bertanggung jawab : Berperilaku tidak jujur (menyontek, plagiat) 🡪
tugas perkembangan self esteem dan otonomi / tidak percaya diri; otonomi rendah, self efficacy
identity tercapai rendah, tidak bertanggung jawab
Beperilaku sopan, sesuai norma : remaja Melakukan tindak kekerasan; perundungan, tidak
mencapai tugas perkembangan self identity dan menghargai norma 🡪 kecenderungan gagal
spriritual quantity. dalam tugas perkembangan self identity dan
spriritual quantity.
FAKTOR PENYEBAB
Opportunity Rationalization Pressure

Cheating Tidak ada yang Menyontek tidak Tekanan dari orang tua untuk
mengetahui merugikan orang lain mendapat nilai bagus

Mempercepat tugas Menyontek adalah Tidak percaya diri


normal
Mengurangi berpikir Ingin cepat selesai

Plagiarism Minimnya Ingin mendapatkan Tengat waktu pengumpulan


pengawasan pengakuan / pujian tugas/ skripsi sangat singkat
Ketidaktahuan
Akses internet Tekanan dari orang tua atau
banyak dosen
Bulliying Seseorang yang Power/ Kuasa Memuaskan Hasrat pribadi
lebih lemah (jika mendapat pengalaman
buruk)
Sudah biasa/ culture Balas dendam
TEORI PERUBAHAN PERILAKU (1)
• Behaviorism (Ivan Pavlov and Skinner) : Learning is behavior
change

Stimulus
Ujian yang sulit;
keharusan untuk lulus
(low-high stakes)

Positif : Tidak
diketahui guru; nilai
bagus
Reinforcem Kebiasaan
Response menyontek
ent
Menyonte Tidak
Negatif: mendapat k menyontek
konsekuensi akademik ;
dijauhi teman
TEORI PERUBAHAN PERILAKU (2)
• Social Cognitive Theory (Albert Bandura)

Cognitive
Factor

Interaksi antara Interaksi factor


pemikiran individu yang personal dengan
diadaptasi dari perilaku individu
lingkungan sosialnya

Environment Behavioral
al Factor Factor
Keberadaan
“Role Model”
Interaksi antara lingkungan yang
berpengaruh terhadap perilaku
individu
SOCIAL AND EMOTIONAL LEARNING

Pengalaman hidup Self


awareness

Akademik Self Responsible


manageme decision-
nt making
Non
Akademik

Social Relationshi
awareness p skills
TEORI PERUBAHAN PERILAKU (3)
• Experiential learning theory (Kolb et al, 1984, 2001, 2005)
DISKUSI KASUS
• AJ adalah seorang mahasiswa tahap sarjana kedokteran gigi semester 7, memiliki hoby
bermain game online. Orang tua AJ adalah dokter ternama yang sangat mendukung AJ
untuk menjadi seorang dokter sepertinya.
• Saat memasuki masa pandemi, semua pembelajaran dilaksanakan secara online. Pada
awalnya, AJ merasa dapat mengatur waktu belajar, mengerjakan tugas dan bermain game
online. Namun, seiring dengan waktu, dan banyaknya tugas yang harus dikerjakan, serta
keinginannya bermain game online, AJ semakin sulit membagi waktu serta sering menunda
pekerjaan/ tugas belajarnya.
• Sebagai mahasiswa yang sangat paham tentang perkembangan teknologi informasi, AJ
seringkali mencari tahu cara untuk dapat mengerjakan tugas lebih cepat. AJ melakukan
berbagai cara, seperti menggunakan joki tugas yang didapatkan dari website tertentu atau
menyalin jawaban tugas teman dan mengakui sebagai jawabannya. Dengan strategi
tersebut, AJ dapat menyelesaikan tugasnya tepat waktu dan juga tetap dapat menjalankan
hobinya bermain game online. Namun, ia menjadi tidak menguasai materi pembelajaran
pada blok tersebut.
DISKUSI KASUS
• Saat ujian, dosen memberi pengarahan bahwa akan dilaksanakan ujian secara online dengan software
tertentu. Software ini mampu membuat tampilan gadget / gawainya tidak dapat mengakses website lain. AJ
pun mencari cara untuk dapat melihat catatan atau mengakses website ketika ujian, karena merasa sangat
kurang dalam persiapan ujiannya. Namun, ternyata teknik yang digunakannya terdeteksi oleh tim IT dan
dosennya. Keesokan harinya, AJ dipanggil untuk menghadap dosennya, dan diminta mempertanggung
jawabkan perbuatannya.
• AJ diberikan konsekuensi untuk mendapatkan nilai 0 pada ujian MCQ. Ia kecewa dan takut hal ini
diketahui orang tuanya. Namun, AJ merasa sulit mengendalikan dirinya untuk mengurangi waktu bermain
game online. Saat ujian lisan (OSOCA) melalui zoom, AJ mencari jawaban dari teman yang sudah ujian
menggunakan aplikasi whatsapp dan membuka gadget tambahan. Hal ini juga ternyata diketahui oleh
dosennya, sehingga AJ kembali mendapatkan konsekuensi nilai 0. Berdasarkan dua kejadian tersebut, prodi
mengambil kebijakan bahwa AJ tidak dapat mengikuti remedial sehingga perlu mengulang blok pada tahun
berikutnya. Hal ini membawa dampak AJ tidak dapat lulus tepat waktu.
• AJ sangat menyesali perilakunya dan ingin berusaha untuk memperbaiki diri, karena merasa telah
mengecewakan orang tuanya.

You might also like