You are on page 1of 54

SKRIPSI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA


VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG
BULLYING DI SMP NEGERI 35 PALEMBANG

JUWAIRIAH
NIM. 21119019

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023

PROPOSAL
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN DENGAN MEDIA
VIDEO TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG
BULLYING DI SMP NEGERI 35 PALEMBANG

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Sarjana Keperawatan

JUWAIRIAH
NIM. 21119019

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
TAHUN 2023

HALAMAN PERSETUJUAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Juwairiah


Tempat, Tanggal Lahir : Tempilang, 28 Juli 2001
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
No Handphone : +6282178645943
Email : juwaiyellow@gmail.com
Alamat : Desa Lampumerah, Kec. Tempilang, Kab. Bangka Barat,
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Nama Orang Tua


Ayah : Sarmeli
Ibu : Mardiah
Agama : Islam
Jumlah Saudara : 4 (Empat)
Anak Ke : 1 (Satu)

Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 10 Tempilang (2007-2013)
2. SMP Negeri 1 Tempilang (2013-2016)
3. SMA Negeri 1 Tempilang (2016-2019)
4. Program Studi Ilmu Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang (2019-2023)
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi pengaruh
pendidikan kesehatan dengan media video terhadap pengetahuan remaja tentang
bullying ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai
gelar Sarjana Keperawatan di Institusi Ilmu Kesehatan dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan
skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes selaku Rektor IKesT Muhammadiyah
Palembang.
2. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Bapak Yudiansyah, S.KM., M.Kes.
3. Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Ibu Siti Romadoni, S.Kep., Ns.,
M.Kep.
4. Dosen Pembimbing 1 Ibu Ayu Dekawaty, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
5. Dosen Pembimbing II Ibu Dr. Suzanna, S.Kep.,Ns.,M.Kep.
6. Dosen Penguji I dan selaku Pembimbing Akademik Ibu Septi Ardianty,
S.Kep., Ns., M.Kep
7. Dosen Penguji II Ibu Miranti Florencia, S.Kep., Ns., M.Kep.
8. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan IKesT Muhammadiyah
Palembang yang senantiasa memberikan ilmu kepada saya.
9. Orang tua dan keluarga tercinta terima kasih telah memberikan semangat dan
dukungan serta doa yang tulus
10. Kepada Sahabat-sahabatku Intan Nurmala, Fienta Febriani, Windy Wardiny
dan teman seperjuangan. Telah membantu baik dari hal susah maupun senang
dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas
segalanya.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT, berkenan membalas segala kebaikan semua
pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
pengembangan ilmu.

Palembang, Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR BAGAN ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN 1
A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 7
C. TUJUAN PENELITIAN 8
D. RUANG LINGKUP PENELITIAN 8
E. MANFAAT PENELITIAN 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10
A. Konsep Remaja 10
1. Definisi Remaja 10
2. Ciri-Ciri Remaja 10
3. Pertumbuhan dan perkembangan pada remaja 11
4. Tugas-Tugas perkembangan dalam Masa Remaja 15
B. Bullying 17
1. Pengertian bullying 17
2. Aspek-aspek bullying 18
3. Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying 18
4. Bentuk-bentuk perilaku bullying 20
5. Ciri-ciri pelaku dan ciri-ciri korban bullying 23
6. Dampak Bullying 23
7. Cara Mencegah bullying pada remaja 24
8. Cara Mengatasi Terjadinya Bullying 25
C. Pendidikan Kesehatan 27
1. Konsep pendidikan kesehatan 27
2. Tujuan pendidikan kesehatan 27
3. Ruang lingkup pendidikan kesehatan 28
4. Prinsip Pendidikan kesehatan 29
5. Media pendidikan kesehatan 30
D. Konsep Pengetahuan 31
1. Definisi Pengetahuan 31
2. Tingkat Pengetahuan 32
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 34
E. Kerangka Teori 35
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL 36
DAN HIPOTESIS 36
A. Kerangka Konsep 36
B. Definisi Operasional 36
C. Hipotesis 38
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 39
A. Desain Penelitian 39
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 40
C. Tempat dan Waktu Penelitian 41
D. Tehnik Pengumpulan Data 41
E. Instrumen Pengumpulan Data 42
F. Pengolahan dan Analisa Data 44
G. Etika Penelitian 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional 38


Tabel 4.1 Kisi-kisi kuesioner pengetahuan perilaku bullying 43
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teori 36


Bagan 3.1 Kerangka Konsep 37

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Desain One Group Pretest Postest 40


DAFTAR LAMPIRAN

Informed Consent
Kuesioner Penelitian
Satuan Acara Penyuluhan

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masa remaja adalah periode perkembangan antara pubertas dan
maturitas. Usia remaja seringnya terpengaruh teman sebaya dan kesan orang
lain akan berdampak pada konsep diri, bagi remaja yang diterima dalam
kelompok teman sebaya cenderung memiliki konsep diri yang positif,
sedangkan pada remaja yang tidak diterima dalam kelompok tersebut
cenderung memiliki konsep diri yang negatif, Seringkali kelompok remaja
bersikap sangat angkuh dan kejam dalam mengucilkan orang-orang yang
bukan anggota mereka, intoleransi ini merupakan bentuk upaya pertahanan
sementara dalam mengahadapi kebingungan peran. Erikson mengemukakan
bahwa remaja saling membantu satu sama lain dalam melalui krisis tersebut
dengan membentuk kelompok serta budaya muda yang berbeda. (Wulansari
et al., 2021)
Remaja dapat didefinisikan dalam beberapa hal, yaitu remaja adalah
individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai dengan 20-21 tahun Remaja
adalah individu yang mengalami perubahan fisik sekaligus perubahan
psikologis. Masa remaja merupakan masa penting dalam perjalanan
hidup.Masa remaja adalah jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas dan
kehidupan dewasa yang menuntut tanggung jawab. (Bachri & Putri, 2020b)
Sekolah merupakan tempat utama anak mendapatkan pendidikan formal
dan harus terbebas dari stressor yang dapat menghambat perkembangan anak,
baik secara mental maupun fisik. Salah satu stressor yang sering terjadi di
sekolah adalah perilaku bullying. Penindasan teman sebaya adalah perilaku
kekerasan yang dipandang lemah dan dilakukan berulang kali oleh individu
atau kelompok terhadap teman yang dianggap lemah. (Kusumawardani et al.,
2020)
Bullying pada remaja cenderung meningkat. WHO melaporkan bahwa
bullying di kalangan remaja adalah 72,5% di Jepang dan 71,2% di Amerika.
Di Indonesia sendiri, jumlah kasus bullying meningkat sebesar 70% dari
tahun 2013 hingga 2019. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kejadian
bullying di kalangan anak muda baik di Indonesia maupun di luar negeri rata-
rata lebih dari 70% kasus yang terjadi di dalam negeri maupun luar negeri.
(Bachri & Putri, 2020a)
Data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2018
diperoleh 161 kasus di bidang pendidikan dengan rincian 36 kasus anak
menjadi korban kekerasan dan bullying, 41 kasus anak menjadi pelaku
kekerasan dan bullying. Di Yogyakarta, 21% kasus perundungan anak
disediakan oleh UNICEF 21% siswa DIY masih alami perundungan. Data
DP3AP2KB Sleman tahun 2018 terdapat 179 kasus bullying di kalangan anak
dan remaja. Bullying merupakan masalah serius bagi semua orang, tidak
hanya korban, korban bullying bisa menjadi pelaku bullying dengan
menunjukkan perilaku manipulatif dan agresif terhadap orang lain karena
ketidakseimbangan kekuatan antara korban dan pelaku. (Singamurti &
Anggraini, 2022)
Menurut (Erlinda 2018) Sumatera Selatan masuk dalam urutan 10
provinsi dengan angka kekerasan anak terbesar di Indonesia. Menurut
(Fitriana 2018) tindak kekerasan terhadap anak di provinsi Sumatera Selatan
capai 188 kasus, tindak kekerasan ini mayoritas dilakukan terhadap anak
perempuan dengan jumlah kasus 141 anak dan laki- laki 47 anak.
peningkatan proporsi penduduk usia remaja masalah baru terjadi khususnya
pada dunia kesehatan yaitu pengetahuan tentang kesehatan remaja. Tingginya
kasus tersebut membuktikan bahwa kasus bullying akan memberikan dampak
terhadap kondisi psikologi anak. Menurut (Marela, Wahab, and Marchira
2015) menemukan bahwa bullying menyebabkan depresi remaja. Sejalan
dengan itu, penelitian Takizawa et al (2014). menyimpulkan bahwa bullying
yang terjadi pada remaja mengakibatkan tingginya tingkat depresi,
kecemasan, dan bunuh diri ketika dewasa.perilaku remaja sangat labil.
(Noviana et al., 2020)
Bullying adalah kekerasan berulang yang melibatkan kekerasan fisik
antara korban dan pelaku intimidasi. Di Indonesia, Komisi Perlindungan
Anak Indonesia (KPAI) merilis data yang menunjukkan bahwa sekitar 87,6 %
anak usia 12-17 tahun mengalami kejadian bullying dimana korban laki-laki
lebih banyak daripada perempuan dan perilaku bullying pada remaja awal
lebih sensitif. Bullying di Indonesia sering terjadi di lingkungan sekolah, baik
formal maupun informal. Menurut penelitian sebelumnya, sekitar 61-73 %
kasus bullying seringkali berupa kekerasan, pemerasan, ancaman dan
perampasan benda, selebihnya adalah kasus bullying dalam bentuk lain,
seperti bullying di internet. (Amalia et al., 2019)
Menurut Coloroso (2007), bullying merupakan tindakan intimidasi yang
berulang kali dilakukan oleh pihak yang lebih kuat terhadap pihak yang lebih
lemah, secara sengaja dan dengan tujuan untuk menyakiti korban secara fisik
atau emosional. dan Rigby menjelaskan bahwa bullying adalah perilaku
agresif yang dilakukan berulang-ulang dan terus menerus, adanya kekuatan
yang tidak seimbang antara pelaku dan korban, dan tujuannya adalah untuk
menyakiti korban dan menimbulkan perasaan depresi. (Aini, 2018)
Karakteristik korban bullying memiliki penampilan berbeda atau
memiliki kebiasan yang berbeda dalam berperilaku sehari-hari. Sebagian
korban “dipilih” karena ada yang berbeda dari yang lain. Terkadang remaja
menjadi korban bullying karena berasal dari latar belakang etnik, keyakinan,
ataupun budaya yang berbeda dari kebanyakan remaja di lingkungan tersebut.
Bukan hanya itu, korban bullying yang memiliki kemampuan atau bakat
istimewa terkadang menjadi target. Ada pula remaja yang menjadi korban
bullying karena mereka memiliki keterbatasan kemampuan tertentu. Hal
tersebut adalah faktor eksternal pada korban bullying. Selain faktor eksternal,
ada juga faktor internal yang dimiliki oleh korban bullying yaitu konsep diri
yang negatif yang ada pada dirinya. (Herdyanti & Margaretha, 2018)
Teori bullying menjelaskan berbagai jenis bullying yang dihadapi
remaja. Spear (2012) membagi bullying menjadi dua jenis, yaitu: 1) bullying
langsung meliputi aspek fisik dan verbal. 2) bullying tidak langsung meliputi
aspek sosial dan emosional. dan Rigby (2011) mengklasifikasikan bullying
remaja ke dalam tiga area, yaitu: Kekerasan 1) fisik, 2) verbal, dan 3)
relasional. Dari sini dapat disimpulkan bahwa bullying yang dialami oleh
remaja bersifat langsung yaitu bullying fisik dan verbal, bullying berupa
emosional, sosial dan interpersonal tidak langsung. Kekerasan fisik adalah
masalah yang paling umum. (Bachri et al., 2021)
Oleh sebab itu juga, bullying dalam bentuk apapun dilarang di dalam
Al-Qur‟an melalui surat Al-Hujurat ayat 11:
‫سا ۤ ٌء‬ َ ‫من ْ ُه ْم َو َ) ِن‬0 ‫خ ْي ًرا‬ َ ‫ي ُك ْونُ ْوا‬9 ‫سٰى ا َ ْن‬ ٓ ‫م ْن َق ْوم ٍ َع‬0 ‫خ ْر َق ْو ٌم‬ ْ ‫ل ِذ ْي َن ا ٰ َمن ُ ْوا َ) َي‬9 ‫ي َها ا‬G َ ‫ٓيٰا‬
َ ‫س‬
‫اب بئ َْس‬ِ ِ
ۗ ‫ا)لق‬ َ ْ ْ ِ َ َ
َ ‫سك ْم َو) تنابَزُ ْوا ب‬ َ ُ ُ ْ َ ِ
َ ‫ َو) تلمزُ ٓوْا انف‬9‫من ُه ۚن‬0 ‫ن خيْ ًرا‬9 ‫ ُك‬9‫سٰى ا َ ْن ي‬
ْ َ َ ْ َ ٓ ‫سا ٍۤء َع‬ َ 0‫م ْن ن‬0
ِ ٰ
‫ل ُم ْو َن‬T‫ب فَاو ۤلىٕ َِك ُه ُم الظ‬ ُ 9
ْ ُ ‫ان َو َم ْن ل ْم يَت‬ ِ ِ
ۚ ‫ا)يْ َم‬ْ ‫س ْوقُ بَ ْع َد‬ ْ
ُ ُ‫س ُم الف‬ ِ
ْ )‫ا‬
” Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok
kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih
baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-
perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi
perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang
mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan
janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan
barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”
(QS. AL-Hujurat: 11)
Demikian juga di dalam hadis-hadis di atas, Rasulullah SAW. Sudah
menyebutkan larangan saling membenci dan perintah menumbuhkan
persaudaraan di antara hamba-hamba Allah. (Sari et al., 2022)
Dampak dari tindakan ini sangat luas. Remaja yang di-bully lebih
mungkin mengalami berbagai hal Masalah kesehatan fisik dan mental
Adapun masalah. Anak-anak yang diintimidasi dapat menderita, antara lain
Munculnya berbagai masalah psikologis seperti depresi dan kecemasan tidur,
masalah kesehatan fisik yang dapat bertahan hingga dewasa, seperti sakit
kepala, sakit perut dan ketegangan otot, rasa tidak aman berada di lingkungan
sekolah, menurunnya semangat dan prestasi akademik. (Zakiyah et al., 2017)
Dampak lain yang terjadi pada korban bullying adalah mampu untuk
menjadi Tangguh (resilience). Anak-anak dapat menghadapi permasalahan
bullying dengan Tangguh dan tenang, meskipun mereka bergulat dengan
inner distress mereka sendiri. Anak-anak dengan pengalaman semacam ini
akan berkembang menjadi remaja yang kuat dan normal namun secara
psikologis merupakan seorang remaja yang rentan. (Yamin et al., 2018)
Mengatasi dan mencegah hal tersebut di perlukan adanya peran perawat
sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan jiwa dimana harus meningkatkan
usaha dan perannya baik melalui jalur pelayanan maupun pendidikan
kesehatan. Perawat memberikan informasi pengetahuan atau pendidikan
kesehatan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan kesehatan. Dengan
pengetahuan yang baik dapat membantu peserta didik agar dapat
mengembangkan keterampilan dan mengurangi tindakan perilaku tidak baik
khususnya bullying serta sikap yang baik dan tepat dapat meningkatkan
mekanisme koping karena dengan adanya mekanisme koping yang kuat dan
baik dapat mencegah perilaku bullying. (Bachri et al., 2021)
Kuesioner Olwelus tentang perundungan atau kekerasan, membagi
bullying menjadi beberapa aspek. Aspek verbal, yaitu ucapan yang
dilontarkan seseorang dengan maksud untuk menyakiti atau menertawakan
seorang individu, dengan menyapa nama yang tidak layak, menyebarkan
berita palsu atau menceritakan tentang kebohongan. Indirect yaitu perilaku
menolak, meninggalkan atau mengeluarkan seseorang dari kelompok
pertemanan secara sengaja. Physical, yaitu memberikan tindakan fisik yang
dapat menyinggung atau menyakiti seseorang seperti dipukul, ditendang,
mendorong, perilaku terror. Penelitian mengenai bullying telah dilakukan
oleh LSM Plan Intenasional, yaitu pusat penelitian pada wanita di beberapa
Negara kawasan asia. Indonesia merupakan negara yang memiliki persoalan
tindakan perilaku agresif tinggi, seperti bullying di lingkungan sekolah
sebanyak 84%. Penelitian ini melibatkan 9000 anak berusi 12- 17.
(Kurniawan et al., 2022)
Salah satu strategi untuk mengubah perilaku adalah dengan
memberikan informasi melalui penyuluhan atau edukasi untuk menambah
pengetahuan guna meningkatkan kesadaran akan perubahan perilaku sesuai
dengan pengetahuannya. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi sikap dan perilaku seseorang untuk mencapai kesehatan
yang optimal. Salah satu program pencegahan bullying di sekolah adalah
memberikan pendidikan kesehatan kepada siswa yang berfokus pada
lingkungan sosial sekolah. Selain itu, remaja usia sekolah harus mewaspadai
faktor risiko dan tanda-tanda yang biasanya menunjukkan kecenderungan
kekerasan atau perundungan di sekolah.(Junalia & Malkis, 2022)
Perubahan perilaku bukan sekedar berupa pengetahuan, pemahaman
dan informasi tentang kesehatan. Untuk terjadi perubahan perilaku diperlukan
faktor lain yang berupa fasilitas atau sarana dan prasana untuk mendukung
terjadinya perilaku. Media promosi kesehatan merupakan salah satu sarana
atau upaya yang dapat digunakan untuk menampilkan pesan atau informasi
kesehatan yang ingin disampaikan sehingga meningkatkan pengetahuan yang
akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya kearah positif atau
mendukung terhadap kesehatan. (Yolanda & Budiyati, 2020)
Pendidikan kesehatan memerlukan media dalam menyampaikan materi
yang akan diberikan, salah satunya menggunakan media video. Menurut
Notoatmodjo (2010) media video merupakan salah satu jenis media audio
visual karena media ini mengandalkan indera penglihatan dan indera
pendengaran. Penggunaan media dalam pemberian pendidikan kesehatan
akan menarik minat siswa untuk mempelajari materi yang diberikan. Media
yang menarik akan memberikan keyakinan, sehingga perubahan kognitif,
afektif dan psikomotor dapat dipercepat. (J et al., 2019)
Pengetahuan dapat diukur melalui wawancara atau kuesioner yang
menanyakan subjek penelitian atau responden tentang isi materi yang akan
diukur. Pengetahuan dapat diukur melalui wawancara atau sintesis kuesioner
dan evaluasi. Mengenai pertanyaan yang mungkin diperlukan. Pengukuran
pengetahuan secara umum dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
pertanyaan pilihan ganda, pertanyaan benar-salah, dan pertanyaan
menjodohkan. Cara mengukur pengetahuan dengan cara mengajukan
pertanyaan kemudian diberikan 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk
jawaban yang salah. Scoring dilakukan dengan membandingkan jumlah poin
yang diharapkan (tertinggi) dikalikan 100%. Hasilnya berupa persentase yang
dibagi menjadi tiga kategori: baik (76-100%), sedang, atau cukup (56-75%)
dan kurang (<55%). (Darsini et al., 2019)
Kurangnya pengetahuan menjadi salah satu penyebab bullying,
Mengatasi hal tersebut perlu dilakukannya upaya peningkatan pengetahuan
remaja terkait bullying, upaya peningkatan pengetahuan dapat dilakukan
dengan Pendidikan kesehatan, karena dengan pengetahuan baik dapat
membantu mengurangi tindakan perilaku tidak baik khususnya bullying. Hal
ini didukung dari berbagai penelitian seperti Bachri (2021) pendidikan
kesehatan yang diberikan pada remaja dapat meningkatkan pengetahuan dan
mencegah remaja menjadi pelaku bullying, Dewi (2021) ada pengaruh
signifikan pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan remaja
tentang bullying dan Devita (2019) terdapat pengaruh signifikan sebelum dan
sesudah pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan bullying. (Apriliani et
al., 2021)
Kelebihan menggunakan Media video yaitu dapat memberikan pesan
yang dapat diterima lebih merata oleh siswa, sangat bagus menerangkan suatu
proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat diulang atau
dihentikan sesuai kebutuhan, dan memberikan kesan yang mendalam, dapat
mempengaruhi sikap siswa. (Suseno et al., 2021)
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan media video karena
penggunaan Video dapat menarik pehatian remaja, hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Aeni & Yuhandini, 2018), didapatkan hasil
setelah diberikan intervensi video siswa mengalami kenaikan pengetahuan
yang sangat tinggi setelah diberikan edukasi melalui media video.
Hasil studi pendahuluan yang sudah penyusun lakukan dengan guru
bimbingan konseling (BK) di SMP Negeri 35 Palembang menjelaskan siswa
sudah terbiasa mengucapkan kalimat kotor di lingkungan sekolah dan saling
mengejek. Hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Januari
2023 di SMP Negeri 35 Palembang dengan metode wawancara yang
dilakukan pada 8 siswa dari kelas VII mengatakan bahwa mereka pernah
melakukan tindakan berupa saling mengejek menggunakan nama orang tua,
berkata kotor, mengejek kekurangan bentuk fisik (body shamming), dan
berkelahi karena tidak terima di ejek fisik maupun nama orang tua nya.
Tindakan dan solusi dari masalah tersebut pihak sekolah sudah memberikan
sosialisasi tentang bahaya perundungan di sekolah dan lingkungan bermain
untuk para siswa, guru dan staf. Dan siswa atau siswi yang melakukan
tindakan bullying sudah pasti diberikan sanksi atau hukuman atas
tindakannya atau bahkan jika sudah berlebihan bisa dikeluarkan dari sekolah.
Berdasarkan berbagai teori dan jurnal diatas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan
Media Video Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Bullying”.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diatas, rumusan masalah penelitian ini
adalah “Apakah ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video
terhadap pengetahuan remaja tentang bullying”

C. TUJUAN PENELITIAN
A. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan
kesehatan dengan media video terhadap pengetahuan remaja tentang
bullying di SMP Negeri 35 Palembang.

B. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui nilai rata-rata pengetahuan sebelum diberikan
pendidikan kesehatan dengan media video terhadap pengetahuan
remaja tentang bullying di SMP Negeri 35 Palembang.
b. Untuk mengetahui nilai rata-rata pegetahuan sesudah diberikan
pendidikan kesehatan dengan media video terhadap pengetahuan
remaja tentang bullying di SMP Negeri 35 Palembang.
c. Untuk mengetahui perbedaan nilai rata-rata pengetahuan sebelum dan
setelah di berikan pendidikan kesehatan dengan media video terhadap
pengetahuan remaja tentang bullying di SMP Negeri 35 Palembang.

D. RUANG LINGKUP PENELITIAN


Ruang lingkup penelitian ini adalah keperawatan Jiwa yang bertujuan untuk
mengetahui “pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video terhadap
pengetahuan remaja tentang bullying di SMP Negeri 35 Palembang”. Sample
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu siswa dan siswi SMP Negeri 35
Palembang. Penelitian ini dilakukan pada bulan maret 2023 jenis dari
penelitian ini adalah kuantitatif dan design yang digunakan adalah pre
eksperimental dan design Pretest Postest group design teknik pengambilan
sample yaitu random sampling dan instrument yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Satuan Acara Penyuluhan (SAP) bullying pada
lingkungan sekolah dengan alat ukur kuesioner dengan analisis data
menggunakan uji yang akan di lakukan di SMP Negeri 35 Palembang, dan
akan memberikan kuisioner sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan
kesehatan tentang pengetahuan remaja tentang bullying.

E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Memberikan informasi tentang keperawatan Jiwa khususnya dalam
memberikan informasi terhadap pengetahuan remaja tentang bullying
2. Manfaat Praktis
a. Bagi sekolah
Penelitian ini dapat sebagai masukan dalam rangka memberikan
informasi tentang perilaku bullying serta dapat dijadikan evaluasi untuk
menurunkan kejadian bullying dilingkungan sekolah
b. Bagi peneliti
Hasil penelitian ini di harapkan bisa menambah pengetahuan dan
informasi tambahan untuk peneliti selanjutnya tentang bullying.

c. Bagi peneliti selanjutnya


Penelitian ini dapat menjadi rujukan, sumber informasi dan bahan
referensi penelitian selanjutnya agar bisa lebih dikembangkan dalam
materi-materi yang lain untuk meningkatkan kualitas pembelajaran

63

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja
1. Definisi Remaja
Menurut Papalia dan Olds, remaja adalah transisi perkembangan
antara masa kanak-kanak dan dewasa, biasanya dimulai antara usia 12
dan 13 tahun dan berakhir pada akhir remaja atau awal 20-an. Sementara
itu, Anna Freud menegaskan bahwa pada masa remaja terjadi proses
perkembangan yang melibatkan perubahan yang berkaitan dengan
perkembangan psikoseksual dan perubahan hubungan dengan orang tua
dan cita-citanya, pembentukan ideal adalah proses orientasi masa depan.
Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan apa itu remaja secara
konseptual. Menurut WHO, ada tiga kriteria yang digunakan; biologis,
psikologis dan sosial ekonomi, yaitu: (1) perkembangan individu dari
karakteristik seksual sekunder pertama hingga kematangan seksual, (2)
individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari
masa kanak-kanak hingga dewasa, dan (3) transisi dari ketergantungan
sosial ke keadaan yang lebih mandiri. satu perekonomian penuh.
(Saputro, 2018)
2. Ciri-Ciri Remaja
Seperti halnya pada semua periode yang penting, selama rentang
kehidupan masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang
membedakannya dengan periode sebelumnya dan sesudahnya. Masa
remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang
tuanya. (Recard et al., 2021)
Menurut Jatmika (2010) kesulitan itu berangkat dari fenomena remaja
sendiri dengan beberapa perilaku khusus yakni:
a. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat
menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bias menjauhkan
remaja dari keluarganya.
b. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada
ketika mereka masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh orang
tua semakin lemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai
kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan
kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal
mode pakaian, potongan rambut, kesenangan musik yang ke
semuanya harus mutakhir.
c. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik
pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang
mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi
sumber perasaan sedih dan frustrasi.
d. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (overconfidence) dan ini
bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat,
mengakibatkan sulit menerima nasehat dan pengarahan orang tua.
3. Pertumbuhan dan perkembangan pada remaja
Remaja setiap periodenya mengalami perubahan yaitu berupa
perubahan fisik, emosional, konitif, dan sosial (APA, 2002; dalam
Susanto, 2011). Santrock (2010) menyatakan, masa remaja adalah masa
peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dan meliputi
berbagai perkembangan biologis, kognitif, dan sosial-emosional dan
dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. (Ekasari, 2022)
a. Perkembangan biologis
Perubahan fisik pada pubertas merupakan hasil aktivitas hormonal di
bawah pengaruh sistem saraf pusat, meskipun semua aspek fungsi
fisiologis berinteraksi secara bersama-sama. Perubahan fisik yang
sangat jelas tampak pada peningkatan fisik dan penampakan serta
perkembangan karakteristik seks sekunder. Perubahan yang tidak
tampak adalah perubahan fisiologis dan kematangan neurogonad
yang disertai dengan kemampuan bereproduksi (Wong, 2008).
1) Perubahan Hormonal Saat Pubertas
Masa pubertas remaja sangat erat hubungannya dengan
perkembangan yaitu secara biologis. Kerja kelenjar pituitari
berakibat dalam sekresi hormon yang meningkat, dan
menyebabkan efek fisiologis yang tersebar luas. Hormon
dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang dikontrol oleh susunan
saraf pusat khususnya hipotalamus. Beberapa jenis hormon yang
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah hormon
pertumbuhan (growth hormone), hormon gonadotropin
(gonadotropic hormone), estrogen, progesteron, serta
testosteron. Selama masa pubertas terjadi perubahan kadar
hormonal yang mempengaruhi seks sekunder. Hormon-hormon
utama yang mengatur perubahan ini adalah androgen pada pria
dan estrogen pada wanita. Kematangan seksual pada remaja
perempuan ditandai oleh kehadiran menstruasi dan pada pria
ditandai oleh produksi semen, zat- zat lain yang juga
dihubungkan dengan karakteristik sekunder seperti rambut
wajah, tubuh, dan kelamin dan suara yang berubah pada pria.
Pada wanita terjadi perubahan berupa tumbuhnya rambut di
daerah kelamin, pembesaran payudara, dan pinggul lebih
melebar. Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas
bertanggung-jawab atas munculnya dorongan seks
(Santrock, 2010).
2) Pertumbuhan fisik
Fenomena ledakan pertumbuhan remaja yang terjadi dikaitkan
pada kematangan seksual adalah peningkatan pertumbuhan yang
sangat signifikan. Sekitar 20% sampai 25% tinggi badan akhir
dicapai selama pubertas, dan kebanyakan pertumbuhan terjadi
selama periode 24 sampai 36 bulan (Wong, 2008). Perubahan
fisik pada remaja wanita bermula pada usia 10-14 tahun dan
berakhir pada usia 17-19 tahun, sedangkan pada remaja laki-laki
perubahan fisik bermula pada usia 12-14 tahun dan berakhir
pada usia 20 tahun (APA, 2002; dalam Susanto, 2011).
Perubahan biologis ini berpengaruh pada pertumbuhan
emosional pada remaja.
3) Perubahan fisiologis
Perubahan fisiologis berubah sebagai respons terhadap beberapa
perubahan selama pubertas. Ukuran dan kekuatan jantung,
volume darah, dan tekanan darah sitolik meningkat, sementara
frekuensi nadi dan produksi panas tubuh menurun. Volume
darah pada remaja putra lebih meningkat dari pada remaja putri,
hal ini dapat dikaitkan dengan peningkatan massa otot pada
remaja putra setelah pubertas. Volume pernapasan dan kapasitas
vital meningkat, dan peningkatannya jauh lebih besar pada pria
daripada wanita. Respon fisiologis terhadap latihan fisik
berubah secara drastis, aktifitas meningkat, terutama pada
remaja putra, dan tubuh mampu menyesuaikan secara fisiologis
yang berfungsi setelah latihan fisik. Kemampuan ini
meningkatkan ukuran dan kekuatan otot, serta peningkatan
fungsi jantung, pernafasan dan metabolik (Wong, 2008).
b. Perkembangan Psikososial
Masa remaja merupakan masa transisi emosional, yang
ditandai dengan perubahan-perubahan cara melihat dirinya sendiri.
Emosi remaja meningkat sebagai akibat perubahan fisik kelenjar.
Tekanan yang terjadi karena tekanan sosial mengkibatkan emosi
remaja meningkat, dan mengalami perubahan emosi yang
dimunculkan berupa sikap dan tingkah laku remaja setiap
tindakannya (Nurhayati, 2011).
Remaja perlu belajar dalam memperoleh gambaran tentang
bagaimana keadaan yang dapat menimbulkan reaksi emosional
dengan cara terbuka. Keluarga atau teman sebaiknya mendukung
remaja dalam tahap pencapaian kematangan emosional remaja
(Hurlock, 1998; dalam Nurhayati 2011). Remaja lebih terbuka
tentang perasaan dan masalah pribadi kepada teman sebaya daripada
kepada keluarga, hal ini membawa pengaruh besar terhadap remaja.
Teman sebaya lebih berpengaruh kepada remaja untuk melakukan
ajakan bermain diluar rumah. Pengaruh dari teman sebaya dapat
dilihat dari penampilan, gaya bicara, minat, sikap dan perilaku
remaja (Hurlock, 1998; dalam Nurhayati, 2011).
c. Perkembangan kognitif
Perubahan kognitif yang terjadi pada remaja adalah, remaja
mulai berfokus pada pengambilan keputusan baik di rumah ataupun
di sekolah. Remaja mulai menunjukkan cara berfikir logis,
menggunakan istilah sendiri, memiliki pandangan seperti pemilihan
teman bergaul, hobbi yang diminati, dan cara berpenampilan. Gaya
berfikir remaja tertuju pada rencana yang akan datang, mengevaluasi
berbagai cara suatu tindakan, dan apa yang menjadi tujuan pribadi
remaja. (Keating, 1990; dalam Stuart, 2009; dalam Susanto, 2011).
Keterampilan berfikir remaja bergeser dari berfikir secara nyata
menjadi semakin abstrak, berdampak pada cara menanggapi
informasi yang diterima dan dicari oleh remaja
(Moeliono, Laurike, 2006).
e. Perkembangan moral
Masa remaja dicirikan dengan suatu pertanyaan serius
mengenai nilai moral yang sudah ada dan relevansinya terhadap
masyarakat dan individu. Remaja mudah sekali mengambil peran
lain. Remaja lebih memahami tugas dan kewajiban berdasarkan hak
timbal balik dengan orang lain, dan juga memahami konsep
peradilan yang nampak dalam penetapan hukuman terhadap
kesalahan yang telah dilakukan remaja. Remaja mempertahankan
peraturan moral yang telah ditetapkan, sering kali ramaja
menganggap peraturan secara verbal berasal dari orang dewasa tetapi
remaja tidak mematuhi peraturan tersebut (Wong, 2008).
f. Perkembangan spiritualitas
Wong (2008), menjelaskan remaja menolak aktivitas ibadah
yang formal tetapi melakukan ibadah secara individual dengan
privasi dalam kamar sendiri. Remaja memerlukan eksplorasi
terhadap konsep keberadaan Tuhan, dan remaja lebih
membandingkan agama mereka dengan orang lain sehingga
mengakibatkan remaja mempertanyakan kepercayaannya sendiri
tetapi pada akhirnya menghasilkan perumusan dan penguatan
spiritualitas remaja.
g. Perkembangan sosial
Perubahan sosial yang terjadi pada seorang remaja,
ditunjukkan dengan remaja lebih dekat dengan teman sebaya dan
waktu yang digunakan untuk bertemu dengan teman sebaya lebih
besar (Poltekes Depkes Jakarta, 2010).
Perubahan sosial pada remaja bisa mengakibatkan remaja memiliki
keinginan menyendiri dan bergaul dengan banyak teman akan tetapi
bersifat sesuai keinginannya sendiri tanpa mendengarkan perkataan
orang lain, serta adanya ketergantungan yang kuat dengan teman
sebaya disertai semangat yang tinggi. Perkembangan sosial pada
remaja sangat penting, hal ini remaja selain berhubungan dengan
teman sebaya, remaja juga berhubungan dengan keluarga, sekolah,
masyarakat lainnya (Darmasih, 2009).
4. Tugas-Tugas perkembangan dalam Masa Remaja
Tugas-tugas perkembangan Havighurst (1953) mengistilahkan
dengan "Developmental Task". Tugas-tugas perkembangan diartikannya
sebagai suatu tugas yang timbul pada suatu periode atau masa tertentu
dalam kehidupan seseorang yang muncul pada saat atau sekitar satu
periode tertentu dan jika berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan
membawa keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya.
Akan tetapi kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan
kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. (Octavia, 2020)
Arti tugas-tugas perkembangan dapat dimaknakan sebagai berikut:
a. Tugas-tugas perkembangan adalah petunjuk-petunjuk yang
memungkinkan seseorang mengerti dan memahami apa yang
diharapkan atau dituntut oleh masyarakat dan tertentu. lingkungan
lain terhadap seseorang dalam usia-usia tertentu.
b. Tugas-tugas perkembangan merupakan petunjuk bagi seseorang
tentang apa dan bagaimana yang diharapkan daripadanya pada masa
yang akan datang.
Selanjutnya menurut Havighurst ada sepuluh tugas perkembangan remaja
yang harus diselesaikan dengan sebaik- baiknya. Tugas tersebut antara
lain:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis
d. Mencapai kemandirian emosional
e. Mencapai kemandirian ekonomi
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orang tua
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan
untuk memasuki dunia dewasa
i. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
j. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan
keluarga
Selanjutnya Syah (2010:48) berpendapat tugas perkembangan remaja
adalah sebagai berikut:
a. Mencapai pola hubungan baru yang lebih matang dengan teman
sebaya yang berbeda jenis kelamin sesuai dengan keyakinan dan
etika moral yang berlaku di masyarakat.
b. Mencapai peranan sosial sebagai seorang pria (jika ia seorang pria)
dan peranan sosial seorang wanita (jika ia seorang wanita) selaras
dengan tuntutan sosial dan kultural masyarakatnya.
c. Menerima kondisi jasmaninya dan dapat menggunakannya secara
efektif. Dapat menghargai, menghormati dan menjaga kondisi
badannya.
d. Keinginan menerima dan mencapai tingkah laku sosial tertentu yang
bertanggung jawab di tengah-tengah masyarakatnya.
e. Mencapai kemerdekaan/kebebasan emosional dari orang tua dan
orang dewasa lainnya dan mulai menjadi seorang "person" (menjaga
dirinya sendiri).
f. Mempersiapkan diri untuk mencapai karier (jabatan dan profesi)
tertentu dalam bidang ekonomi.
g. Mempersiapkan diri untuk memasuki dunia perkawinan (rumah
tangga) dan kehidupan berkeluarga yakni sebagai suami (ayah) dan
istri (ibu).
h. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai pedoman
bertingkah laku dan mengembangkan ideologi untuk keperluan
kehidupan kewarganegaraannya.
i. Mengembangkan konsep-konsep dan keterampilan intelektual untuk
hidup bermasyarakat.

B. Bullying
1. Pengertian bullying
Bullying adalah perilaku kasar atau agresif yang diarahkan pada
korban oleh pelaku dengan maksud menyebabkan kerugian psikologis,
emosional atau fisik sebagai akibat dari ketidakseimbangan kekuatan
sebagai tindakan disengaja yang dilakukan oleh suatu kelompok atau
individu secara berulang-ulang dan terus menerus terhadap korban yang
tidak dapat dengan mudah membela dirinya sendiri yang bisa
mempengaruhi korban pada beberapa aspek seperti sosial, emosional,
kesehatan dan akademis (Aboagye et al., 2021). Sedangkan secara
terminology menurut Definisi bullying menurut Ken Rigby adalah
sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan ke dalam aksi,
menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan secara langsung
oleh seseorang atau sekelompok yang lebih kuat, tidak bertanggung
jawab, biasanya berulang, dan dilakukan dengan perasaan senang.
(ZAKIYAH et al., 2018)
2. Aspek-aspek bullying
Olweus dan Sohlberg 2003 (dalam Nunung, 2019) membagi aspek-aspek
bullying meliputi:
a. Verbal
Yaitu tindakan mengatakan sesuatu untuk menyakiti atau
menertawakan seseorang atau menjadikan seseorang bahan lelucon
dengan menyebut/menyapanya dengan nama yang menyakitkan
hatinya, menceritakan kebohongan atau menyebarkan rumor yang
keliru tentang seseorang.
b. Indirect
Yaitu tindakan yang sepenuhnya menolak atau mengeluarkan
seseorang dari kelompok pertemanan atau meninggalkannya dari
berbagai hal secara disengaja atau mengirim catatan dan mencoba
membuat siswa yang lain tidak menyukainya.
c. Physical
Yaitu tindakan memukul, menendang, mendorong, mempermainkan
atau menteror dan melakukan hal-hal yang bertujuan menyakiti.
3. Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying
Magfirah 2009 (dalam Ahmad & , Abd. Aziz Muslimin, 2022) terdapat
dua faktor yang mempengaruhi terjadinya bullying yaitu :
a. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu, yang
meliputi konsep diri, nilai-nilai, kepribadian, persepsi, kontrol diri,
harga diri, dan kecerdasan emosi. Karakter individu/kelompok
seperti
1) Dendam atau iri hati
2) Adanya semangat ingin menguasai korban dengan kekuasaan
fisik dan daya tarik seksual
3) Untuk meningkatkan popularitas pelaku di kalangan teman
sepermainnya (peers)
4) Persepsi nilai yang salah salah atas perilaku korban
5) Sulit untuk membangun hubungan pertemanan dan mengontrol
emosi
6) Korban seringkali merasa dirinya memang pantas untuk
diperlakukan demikian (dibully), sehingga korban hanya
mendiamkan saja hal tersebut terjadi berulang kali pada dirinya.
b. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu, yang
meliputi keluarga, status sosial ekonomi, gender, agama,
etnis/rasisme, budaya sekolah termasuk tradisi senioritas, dan situasi
sekolah (penyesuaian diri) yang harmonis atau diskriminatif
1) Keluarga yang tidak rukun Kompleksitas masalah keluarga
seperti ketidakhadiran ayah, ibu menderita depresi, kurangnya
komunikasi antara orangtua dan anak, perceraian atau
ketidakharmonisan orang tua dan ketidakmampuan sosial
ekonomi merupakan penyebab tindakan agresi yang signifikan.
2) Perbedaaan kelas seperti, ekonomi, agama, gender, etnisitas
atau rasisme. Pada dasarnya, perbedaan (terlebih jika perbedaan
tersebut bersifat ekstrim) individu dengan suatu kelompok
dimana ia bergabung, jika tidak dapat disikapi dengan baik oleh
anggota kelompok tersebut, dapat menjadi factor penyebab
bullying. Sebagai contoh adanya perbedaan kelas dengan
anggapan senior yunior, secara tidak langsung berpotensi
memunculkan perasaan senior lebih berkuasa daripada
yuniornya.
3) Tradisi senioritas Senioritas yang salah diartikan dan dijadikan
kesempatan atau alasan untuk membully junior terkadang tidak
berhenti dalam suatu periode saja. Hal ini tak jarang menjadi
peraturan tak tertulis yang diwariskan secara turun menurun
kepada tingkatan berikutnya. Sebagai contoh, salah satu SMA di
Jakarta memiliki aturan yang tidak jelas alasannya, yaitu siswa
kelas X dilarang melewati daerah kelas Y. Jika hal tersebut
dilanggar, siswa yang lewat tersebut akan dibentak. Siswa tak
berani untuk melanggar aturan ini, karena larangan tersebut
telah berlangsung turun temurun selama bertahun-tahun
lamanya.
4) Senioritas sebagai salah satu perilaku bullying seringkali pula
justru diperluas oleh siswa sendiri sebagai kejadian yang
bersifat laten. Bagi mereka keinginan untuk melanjutkan
masalah senioritas ada untuk hiburan, penyaluran dendam, iri
hati atau mencari popularitas, melanjutkan tradisi atau
menunjukkan kekuasaan.
5) Situasi sekolah yang tidak harmonis atau diskriminatif.
Bullying juga dapat terjadi jika pengawasan dan bimbingan
etika dari para guru rendah, sekolah dengan kedisiplinan yang
sangat kaku, bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang
tidak konsisten.
4. Bentuk-bentuk perilaku bullying
Ada beberapa jenis tindakan bullying (Chadwick, 2014; Donegan, 2012;
Antiri, 2016 dalam Ns. Debby Sinthania et al., 2022) pada remaja:
a. Fisik
Bullying fisik merupakan segala bentuk bullying yang melibatkan
pelecehan atau serangan fisik yang dilakukan dengan tidak hanya
memukul atau menendang, tetapi juga mengambil sesuatu atau
merusak barang milik orang lain. Bullying fisik adalah jenis yang
paling nampak dan yang paling mudah diidentifikasi. Contoh dari
bullying fisik seperti menendang, melempar, mendorong,
memukul, dan mencubit.
b. Verbal
Bullying verbal merupakan bullying menggunakan kata-kata yang
tidak menyenangkan kepada orang lain untuk mengintimidasi.
Bullying verbal dapat lebih berbahaya dari bullying fisik karena
terjadi dalam jangka waktu yang lama dan berupa penghancuran
citra diri dan harga diri dari seseorang. Contoh bullying verbal antara
lain, sebutan nama panggilan yang buruk, menyebarkan rumor yang
tidak benar, mengejek, dan menindas orang lain dengan
kata - kata kasar.
c. Cyberbullying
Cyberbullying merupakan bahaya yang dilakukan secara sengaja dan
berulang-ulang yang ditimbulkan dari penggunaan media sosial atau
pesan eletronik. Pelaku cyberbullying dapat bersembunyi dibalik
komputer, dengan kata lain pelaku cyberbullying dapat melakukan
penyamaran perilaku bullying. saat melakukan
d. Relational Bullying
Relasional bullying atau dapat disebut dengan sosial bullying lebih
berdampak pada emosional korban dari pada fisik. Tindakan
relasional bullying terjadi secara tersembunyi dan terjadinya antara
teman. Dampak dari relational bullying ini sama besarnya dengan
bullying tidak langsung. Sosial bullying merupakan salah satu
bullying yang disengaja dan dalam bentuk pengucilan, pengabaian,
atau pengecualian pada seseorang.
e. Harassment / Gangguan
Berulang kali mengirim pesan yang menyinggung, kasar, dan
menghina sering kali kirim setiap saat, siang dan malam. Beberapa
bahkan mungkin memposting pesan mereka ke forum publik, ruang
obrolan atau papan buletin di mana orang lain dapat
melihat ancaman.

f. Denigration / Fitnah
Menyebarkan informasi tentang orang lain yang menghina dan tidak
benar dengan mempostingnya di halaman Web, mengirimkannya ke
orang lain melalui email atau pesan instan, atau memposting atau
mengirim foto seseorang yang diubah secara digital.
g. Flaming/Pertengkaran
"Pertarungan" online atau pertengkaran sengit menggunakan pesan
elektronik di ruang obrolan, melalui pesan instan atau melalui email
dengan bahasa kasar dan vulgar. Penggunaan huruf kapital, gambar,
dan simbol menambah emosi pada argumen mereka.
h. Impersonation / Peniruan
Membobol email atau akun jejaring sosial dan menggunakan
identitas online orang tersebut untuk mengirim atau memposting
materi yang kejam atau memalukan kepada atau tentang orang lain.
i. Masquerading / Penyamaran
Berpura-pura menjadi orang lain dengan membuat email palsu
alamat atau nama pesan instan. Mereka mungkin juga menggunakan
email atau ponsel orang lain sehingga seolah-olah ancaman tersebut
dikirim oleh orang lain.
j. Pseudonyms / Nama Samaran
Menggunakan alias atau nama panggilan online untuk merahasiakan
identitas mereka. Orang lain yang online hanya mengenal mereka
dengan nama samaran ini yang mungkin tidak
berbahaya atau menghina.
k. Outing and Trickery
Tampilan publik atau penerusan komunikasi pribadi seperti pesan
teks, email atau pesan instan. Membagikan rahasia atau informasi
yang memalukan seseorang, atau menipu seseorang mengungkapkan
rahasia atau informasi untuk yang memalukan dan meneruskannya
kepada orang lain.

l. Cyber Stalking
Merupakan bentuk pelecehan. Berulang kali mengirim pesan yang
mencakup ancaman bahaya atau sangat mengintimidasi, atau terlibat
dalam aktivitas online lainnya yang membuat seseorang takut akan
keselamatannya. Biasanya pesan dikirim melalui komunikasi pribadi
seperti email atau pesan teks. Tergantung pada isi pesannya,
mungkin juga ilegal.
5. Ciri-ciri pelaku dan ciri-ciri korban bullying
Ungkapan Coloroso 2004 (dalam Khairunisa et al., 2022) terdapat ciri-
ciri pada siswa yang cenderung melakukan bullying, yaitu:
a. mendominasi anak
b. ketika mempunyai keinginan cenderung memanfaatkan anak lain
c. terdapat tingkat kesulitan memperhatikan keadaan dari titik pandang
anak yang lain.
Sedangkan ciriciri siswa yang menjadi target atau menjadi korban
bullying menurut Coloroso (2004) sebagai berikut:
a. siswa baru
b. siswa paling muda dan berpostur tubuh kecil disekolah
c. siswa yang mempunyai riwayat trauma sehingga memiliki rasa takut
dan sering menghindar.
6. Dampak Bullying
Sangat memprihatinkan sekali jika kasus perundungan ini terjadi di
kalangan anak-anak hingga di kalangan remaja. Tindak perundungan ini
dapat berpengaruh besar terhadap psikis seseorang. Selain itu, tindakan
ini juga dapat menimbulkan trauma hingga depresi ringan bagi korban.
Dampak tindak bullying yang terjadi pada remaja bisa saja terbawa
hingga dewasa. Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi,
kegelisahan dan masalah tidur merupakan beberapa contoh dampak dari
tindak bullying. Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut
dan ketegangan otot, hingga rasa tidak aman saat berada di lingkungan
sekolah.
Dampak-dampak dari bullying dapat mengancam berbagai pihak
yang terlibat, baik anak-anak yang di-bully, anak-anak yang mem-bully,
maupun anak-anak yang menyaksikan bullying. Anak- anak yang
menjadi korban bullying lebih berisiko mengalami berbagai masalah
kesehatan, baik secara fisik maupun mental. Adapun masalah yang lebih
mungkin diderita anak-anak yang menjadi korban bullying seperti
penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.
Dampak dari bullying sering kali masih dirasakan korban dalam
jangka waktu panjang, meski sudah belasan tahun atau bahkan hingga
puluhan tahun setelah insiden tersebut terjadi. Dampak bullying dalam
jangka waktu yang panjang memang jarang terjadi atau terlihat. Namun,
hal tersebut membuat korban merasa lebih tertekan dan tersiksa.
Hasilnya, anak yang pernah atau sering mengalami perundungan lebih
sering mengalami berbagai jenis gangguan kecemasan dan gangguan
panik. Selain itu, trauma yang ditimbulkan oleh bullying yang diterima
saat kecil juga dapat mengubah struktur otak yang di kemudian hari, serta
akan mempengaruhi kemampuan dalam berpikir dan dalam mengambil
keputusan yang benar. (Vivadi & Rosdiana, 2020: 157)
7. Cara Mencegah bullying pada remaja
Tindak bullying dapat dicegah dengan berbagai cara. Tentu saja
peran lembaga pendidikan dan orang tua sangat diperlukan dalam hal ini.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya tindak bullying. (Vivadi & Rosdiana, 2020: 158)
a. Edukasi anak mengenai bullying: Edukasi yang diajarkan sejak dini
sangat bermanfaat bagi ke depannya saat sudah beranjak dewasa,
saat diberikan pembelajaran atau edukasi dini konselor dapat
memberikan pengarahan dini kepada anak-anak agar terhindar dari
perilaku bullying.
b. Lebih percaya diri: Self confidence adalah meyakinkan kepada
kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan
tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Rasa percaya diri akan
membantu kalian untuk mengatasi ketakutan kepada seseorang, tidak
perlu merasa malu katakana kebenaran yang ingin di katakan.
c. Lebih sering berkomunikasi dengan orang tua: Keluarga adalah
tempat kita berpulang dan tempat berlindung dari dunia luar. Kita
dapat bercerita secara terbuka kepada orang tua, karena orang tua
sudah jauh lebih mengerti. Konsultasikan kepada orang terdekat,
yaitu orang tua, agar kita mendapat saran-saran dalam menghadapi
perma- salahan di lingkungan sekitar.
Dari hasil penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
perilaku bullying yang dilakukan memiliki banyak penyebab terjadinya
perundungan tanpa memikirkan dampak selanjutnya yang akan terjadi.
Semua perilaku yang dijelaskan di atas, semua tidak baik, tidak ada
dampak positif sedikit pun untuk dirinya dan lingkungan sekitar.
8. Cara Mengatasi Terjadinya Bullying
Untuk menangani atau mengatasi terjadinya bullying dapat
dilakukan melalui beberapa teknik atau cara. Menurut Ponny Retno
Astuti, (2008 : 225) ada tiga model pencegahan bullying yang mampu
mengatasi bullying yaitu:
a. Model Transteori (Trastheoreticl Model/TTM)
Model transteori merupakan salah satu penyadaran bahaya bullying
yang bersifat ajakan, mudah dipahami, bertahap namun relatif cepat
dan aman, bagi orang tua, guru ataupun anak, korban maupun
pelaku. Dalam setiap tahapannya selalu muncul rasa keingintahuan,
hasrat dan upaya yang lebih besar untuk mencepat tingkat
pengetahuan yang lebih tinggi.
b. Support Network
Support Network berfungsi untuk membantu jalannya tahapan
transteori. Support network adalah program untuk melakukan upaya
komunikasi antara pihak sekolah dan komunitasnya. Dalam upaya
pencegahan bullying, support network perlu dilakukan terlebih
dahulu, yakni dengan menggalang berkumpulnya seluruh komunitas
sekolah untuk disatukan pemahaman dan keterlibatan mereka secara
bersama.
c. Program Sahabat
Program sahabat dengan dasar-dasar nilai kasih sayang, harmoni,
baik budi, dan tanggung jawab adalah contoh program yang
mengandung nilai sosial paling mendasar yang memudahkan kedua
model di atas dapat dilaksanakan secara nyata, terkontrol, individual
maupun berkelompok/bersama-sama, terorganisasi dan efektif dalam
mencegah bullying melalui pelatihan perbaikan perilaku anak-anak.
Berbeda dengan Ponny, menurut Andri Priyatna (2013: 69) salah
satu cara untuk mengatasi bullying di sekolah menggunakan teknik
teater atau bermain peran (sosiodrama). Dengan menggunakan teknik
sosiodrama dalam mengatasi bullying agar siswa bisa merasakan
bagaimana perasaan ketika menjadi pelaku dan korban bullying,
sehingga siswa sadar bahwa perilaku bullying adalah perilaku yang
buruk dan tidak baik dilakukan.
Patut diingat bahwa bullying tidak dapat dihadapi dengan bullying,
karenanya korban bullying harus diajari untuk menghadapi bullying
dengan tegas tapi peduli. Korban bullying dapat menanggapi ejekan
dengan tegar dan kemungkinan besar tidak memasukkan ke dalam hati,
sehingga pelaku bullying akan melihat dirinya sebagai pribadi yang
kuat dan tidak akan mengganggunya lagi.
Berdasarkan uraian di atas, maka bullying harus ditangani tidak
hanya bagi pelaku tapi juga bagi pihak korban. Hal ini merupakan
tanggung jawab berbagai pihak dalam mengatasinya. Peranan sekolah
sebagai institusi pendidikan sangat dibutuhkan, mengingat bahwa
tindakan bullying sebagian besar terjadi di sekolah. Guru sebagai
komponen utama dalam sekolah dapat berperan dalam mengatasi
bullying.
9.

C. Pendidikan Kesehatan
1. Konsep pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan perantara yang dilakukan guna
memberikan pemahaman yang baik terhadap masyarakat, lalu
masyarakat tersebut dapat mengetahui kebutuhan dirinya sendiri,
keluarga, dan juga kelompok dalam mengupayakan kesehatannya.
Pendidikan kesehatan bisa juga diartikan sebagai pemberian
pengetahuan/informasi dan kemampuan manusia melalui teknik instruksi
atau praktik belajar. (Putri et al., 2020)
Pendidikan kesehatan merupakan serangkaian upaya yang ditujukan
untuk mempengaruhi orang lain, mulai dari individu, kelompok, keluarga
dan masyarakat agar terlaksananya perilaku hidup sehat. Pendidikan
kesehatan dapat diberikan dengan berbagai metode, antara lain: ceramah,
diskusi, pemberian leaflet, booklet ataupun praktek langsung terkait
dengan kebutuhan pada remaja. (Livana et al., 2019)
Pendidikan Kesehatan adalah aplikasi atau penerapan pendidikan
dalam bidang kesehatan.Secara opersional pendidikan kesehatan
adalah semua kegiatan untuk memberikan dan meningkatkan
pengetahuan,sikap,praktek baik individu,kelompok atau masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri.
(Permatasari & Suprayitno, 2021)
2. Tujuan pendidikan kesehatan
Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 (dalam
Faizatul Ummah et al., 2021) , bahwa tujuan dari pendidikan kesehatan
adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara serta
meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan sosialnya
sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial. Pendidikan kesehatan
di semua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular,
sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayananan kesehatan, maupun
program kesehatan lainnya. Diantara poin-poin penting yang menjadi
tujuan pendidikan kesehatan adalah:
a. Menjadikan kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat
b. Menolong individu agar mampu secara mandiri atau kelompok
mengadakan kegiatan untuk mencapai tujuan hidup sehat
c. Mendorong pengembangan dan penggunaan secara tepat sarana
pelayanan kesehatan yang ada
3. Ruang lingkup pendidikan kesehatan
Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai
dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan, tempat pelayanan
pendidikan kesehatan, dan tingkat pelayanan kesehatan. (Widodo,
2019)
a. Berdasarkan dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dibagi
menjadi:
1) Pendidkan kesehatan di sekolah dengan sasaran murid atau
siswa, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS). Implementasi yang lain dapat
dilakukan pula melalui kegiatan Palang Merah Remaja (PMR),
bahkan dalam kurikulum juga dimasukkan dalam mata
pelajaran tertentu misalnya saja mata pelajaran pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan
2) Pendidikan kesehatan di pusat kesehatan masyarakat, balai
kesehatan, rumah sakit dengan sasaran pasien dan keluarga
pasien
3) Pendidikan kesehatan ditempat-tempat kerja dengan sasaran
buruh atau karyawan.
b. Berdasarkan dimensi tingkat pelayanan kesehatan, Pendidikan
kesehatan dapat dibagi:
1) Promosi kesehatan (health promotion) yaitu peningkatan
derajad atau setatus kesehatan masyarakat yang dilakukan
melalui pendidikan, penyuluhan ataupun pelatihan kesehatan
2) Perlindungan umum dan khusus (general and specific
protection) yaitu usaha untuk melindungi masyarakat untuk
memberikan perlindungan ataupun pencegahan terhadap
terjangkitnya suatu penyakit contohnya dengan program
imunisasi
3) Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and
prompt treatment) yaitu suatu usaha awal untuk mendeteksi
suatu penyakit akibat rendahnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit
4) Pembatasan kecacatan (disability limitation) yaitu suatu usaha
mencegah terjadinya kecacatan akibat pengobatan yang kurang
tuntas akibat ketidak tahuan masyarakat atau menganggap
bahwa penyakitnya sudah sembuh
5) Rehabitasi (rehabitation) yaitu suatu usaha untuk memulihkan
akibat sakit atau cedera yang terkadang orang enggan atau
malu untuk melakukannya.
Saat ini istilah pendidikan kesehatan lebih di kenal dengan istilah
promosi kesehatan. Promosi kesehatan merupakan revitalisasi
pendidikan kesehatan pada masa lalu. Promosi kesehatan
merupakan program kesehatan yang dirancang untuk membawa
kebaikan yang berupa perubahan perilaku, baik di dalam
masyarakat maupun lingkungan, sedangkan pendidikan kesehatan
merupakan pemberian informasi mengenai perubahan perilaku
hidup sehat.
4. Prinsip Pendidikan kesehatan
Prinsip pendidikan kesehatan yaitu Denman, Moon and Parsons,
2002 (Dalam Pakpahan et al., 2021):
a. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas, tetapi
merupakan kumpulan pengalaman dapat memengaruhi
pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan,
b. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh
seseorang kepada orang lain, karena pada akhirnya sasaran
pendidikan itu sendiri yang dapat mengubah kebiasaan dan tingkah
lakunya sendiri,
c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan
sasaran agar individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dapat
mengubah sikap dan tingkah lakunya sendiri, dan
d. Pendidikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran Pendidikan
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) sudah mengubah
sikap dan tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan
5. Media pendidikan kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu
pendidikan (audio visual aids/AVA). Disebut media pendidikan karena
alat-alat tersebut merupakan alat saluran (channel) untuk
menyampaikan kesehatan karena alat-alat tersebut digunakan untuk
mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat
atau "klien". Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan
kesehatan (media), media ini dibagi menjadi 3 (tiga): media cetak,
media elektronik, media papan (bill board). (Wintoro & Uswatun,
2022)
a. Media cetak
1) Buklet. Media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan
dalam bentuk buku, baik berupa tulisan maupun gambar.
2) Leaflet. Bentuk penyampaian informasi atau pesan-pesan ke-
sehatan melalui lembaran yang dilipat. Isi informasi dapat
berupa kalimat, gambar, atau kombinasi.
3) Flyer (selebaran), bentuk seperti leaflet, tetapi tidak dilipat.
4) Flip chart (lembar balik), biasanya dalam bentuk buku, setiap
lembar (halaman) berisi gambar yang diinformasikan dan
lembar baliknya (belakangnya) berisi kalimat sebagai pesan
atau informasi yang berkaitan dengan gambar tersebut.
5) Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang
membahas suatu masalah kesehatan, atau hal-hal yang
berkaitan dengan kesehatan.
6) Poster. Bentuk media yang berisi pesan-pesan atau informasi
kesehatan yang biasanya ditempel di dinding, tempat-tempat
umum, atau kendaraan umum. Biasanya isinya bersifat pem-
beritahuan dan propaganda.
7) Foto yang mengungkap informasi kesehatan.
b. Media elektronik
1) Televisi. Penyampaian pesan kesehatan melalui media televisi
dapat berbentuk sandiwara, sinetron, forum diskusi, pidato
(ceramah), TV spot, dan kuis atau cerdas cermat.
2) Radio. Bentuk penyampaian informasi di radio dapat berupa
obrolan (tanya jawab), konsultasi kesehatan, sandiwara radio,
dan radio spot.
3) Video. Penyampaian informasi kesehatan melalui video.
4) Slide. Slide dapat juga digunakan untuk menyampaikan infor-
masi kesehatan.
5) Film Strip.
c. Media papan (Bill Board)
Papan/bill board yang dipasang di tempat-tempat umum dapat
dipakai diisi dengan pesan-pesan atau informasi-informasi
kesehatan. Media papan di sini juga mencakup pesan-pesan yang
ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada kendaraan umum
(bus/taksi).

D. Konsep Pengetahuan
1. Definisi Pengetahuan
Ada banyak definisi tentang pengetahuan dan sampai saat ini masih
dalam perdebatan antara satu ahli dengan ahli lainnya tentang
pengetahuan. Beberapa definisi tentang pengetahuan dapat disimak pada
ulasan berikut ini. (Swarjana, 2022)
a. Pengetahuan adalah pemahaman atau informasi tentang subjek yang
Anda dapatkan melalui pengalaman maupun studi yang diketahui baik
oleh satu orang atau oleh orang-orang pada umumnya. Understanding
of or information about a subject that you get by experience or study,
either known by one person or by people generally (Cambridge,
2020).
b. Pengetahuan adalah informasi, pemahaman, dan keterampilan yang
Anda peroleh melalui pendidikan atau pengalaman. The information,
understanding and skills that you gain through education or
experience (Oxford, 2020).
c. Pengetahuan adalah informasi dan pemahaman tentang sebuah subjek
yang dimiliki seseorang atau yang dimiliki oleh semua orang.
Knowledge is information and understanding about a subject which a
person has, or which all people have (Collins, 2020).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2014), pengetahuan seseorang terhadap suatu
objek mempunyai intensitas atau tingkatan yang berbeda-beda. Secara
garis besarnya dibagi dalam 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu merupakan tingkatan yang paling bawah. Tahu diartikan
sebagai mengingat kembali (recall) segala sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima. Untuk mengukur seseorang tahu tentang apa yang telah
dipelajarinya dapat diukur dengan cara, seseorang dapat
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami adalah tingkatan dimana orang tersebut bukan hanya
sekedar tahu terhadap objek, tetapi harus dapat menjelaskan dan
menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya.
Seseorang yang telah memahami objek atau apa yang telah di
pelajarinya harus dapat menjelaskan, menyimpulkan dan
menginterpretasikan objek tersebut.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi adalah tingkatan dimana orang telah memahami materi
yang telah dipelajari dapat menerapkan atau mengaplikasikan prinsip
yang diketahui pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi
juga dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinip, dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan menjelaskan yang di miliki
seseorang dalam menjabarkan materi atau objek tertentu ke dalam
kelompokkelompok yang terdapat dalam suatu masalah dan masih
berkaitan satu sama lain. Seseorang yang sudah pada tahap ini
mampu membedakan, memisahkan, menggambarkan (membuat
bagan), dan mengelompokkan objek tersebut.
e. Sintesis (Synthesis)
Pada tingkatan pengetahuan ini seseorang dapat merangkum semua
komponen pengetahuan yang dimilikinya menjadi suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Pada tahap ini kemampuan yang harus
dimiliki seseorang yaitu Menyusun, merencanakan,
mengkategorikan, mendesain, dan menciptakan.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan tingkatan pengetahuan dimana seseorang
mampu untuk melakukan penilaian terhadap objek atau materi
tertentu. Hal-hal yang dapat dilakukan seseorang pada tahap ini
antara lain merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seperti dikemukakan
oleh Notoatmodjo (2010), adalah pengalaman, tingkat pendidikan,
keyakinan, fasilitas, penghasilan, dan sosial budaya. (Hutagalung, 2021)
a. Pengalaman: pengalaman yang didapatkan oleh seseorang bisa
berasal dari pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain.
Pengalaman kadang-kadang sering dihubungkan dengan usia
seseorang meskipun usia tidak mutlak mempengaruhi pengalaman
seseorang.
b. Pendidikan: faktor pendidikan memberikan wawasan yang baru
kepada seseorang. Secara umum, orang yang berpendidikan
memiliki tingkat pengetahuan dan wawasan yang luas dibandingkan
dengan orang yang tingkat pendidikannya rendah.
c. Keyakinan: keyakinan bisa bersifat turun-temurun yang kadang tanpa
pembuktian sebelumnya yang bisa mempengaruhi tingkat
pendidikan seseorang, baik keyakinan yang bersifat
positif maupun negatif.
d. Fasilitas: fasilitas dapat berupa sumber informasi yang dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Misalnya radio, buku,
televisi, koran, dan lain-lain. Penghasilan seseorang tidak
berpengaruh langsung kepada tingkat pengetahuan.
e. Penghasilan/ekonomi: secara tidak langsung penghasilan yang
didapat memungkinkan seseorang memperoleh fasilitas untuk
menambah pengetahuan mereka.
f. Keenam, Sosial budaya: Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam
keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap
seseorang tentang sesuatu.

E. Kerangka Teori
Bagan 2.1 Kerangka Teori
(Muhopilah & Tentama, 2019)

63

BAB III
KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL
DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah suatu penjelasan dan penggambaran mengenai
hubungan ataupun kaitan antara konsep maupun variabel-variabel yang akan
dilihat dan diukur saat melakukan penelitian (Notoatmodjo, 2012).
1. Variabel independen (variabel bebas)
Dalam penelitian ini variabel independen adalah pendidikan kesehatan
dengan media video
2. Variabel dependen (variabel terikat)
Dalam penelitian ini variabel dependen adalah pengetahuan remaja
tentang bullying

Kerangka Konsep Penelitian

Bagan 3.1 Kerangka Konsep


B. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah penjabaran mengenai batasan variabel yang
akan diteliti, atau tentang apa yang akan diukur oleh variabel yang
bersangkutan (Notoatmodjo, 2012).

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Dependen: Pengetahuan Pengisian Kuesioner Skor nilai Interval
Pengetahuan siswa siswi kelas kuesioner 0-100
remaja VII SMP tentang:
tentang 1) Pengertian
Bullying bullying
2) Bentuk-bentuk
bullying
3) Faktor
penyebab
bullying
4) Dampak
bullying pada
korban
5) Cara mencegah
terjadinya
bullying
6) Cara mencegah
terjadinya
cyberbullying

Independen: Upaya Menonton Video


Pendidikan Menyampaikan video edukasi
Kesehatan Pendidikan edukasi
Menggunakan kesehatan tentang selama 5
Media video bahaya bullying menit, dan
dengan metode observasi
media video
kepada anak kelas
VII waktu yang
digunakan 1x ±5
menit.

C. Hipotesis
1. H Ada1
pengaruh antara pendidikan kesehatan dengan media video
terhadap pengetahuan remaja tentang bullying
2. H0 Tidak ada pengaruh antara pendidikan kesehatan dengan media video
terhadap pengetahuan remaja tentang bullying
63

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan Pra Eksperimen. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain ‘’one group pre-test & post-
test’’. Pada desain ini, dilakukan melalui 3 langkah. Pertama, mengukur
variabel terikat sebelum perlakuan diberikan (pre-test). Kedua, memberikan
perlakuan eksperimen kepada sampel penelitian. Ketiga, mengukur kembali
variabel terikat setelah perlakuan diberikan (post-test). penggunaan desain
one group pre-test & post-test untuk mengetahui besarnya perbedaan rata-rata
skor sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Dalam hal ini terdapat satu
kelompok sampel penelitian yang diberikan tes awal untuk mengetahui
kondisi awal sebelum perlakuan (O1), kemudian pada sampel penelitian
diadakan tes akhir untuk mengetahui ada tidaknya akibat yang ditimbulkan
dari perlakuan yang diberikan (O2). Dengan demikian hasil perlakuan dapat
dilakukan lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan
sebelum diberi perlakuan (Sugiyono, 2012). Desain ini dapat digambarkan
seperti berikut:

Bullying

Gambar 4.1 Desain One Group Pretest Postest


Keterangan:
O1= Nilai pengetahuan sebelum pendidikan kesehatan
X = Intervensi yang diberikan (pendidikan kesehatan dengan media
video)
O2= NilaiFaktor-Faktor Bentuk-Bentuk
pengetahuan setelah pendidikan kesehatan. Dampak Bullying Aspek – Aspek
Terjadinya Bullying Bullying
1. Bagi pelaku Bullying
1. Kepribadian 1. Bullying fisik bullying 1.
2. Keluarga 2. Bullying verbal 2. Bagi korban Ketidakseimbang an kekuatan
3. Pengalaman 3. Bullying bullying
buruk di masa relasional/psikolo 3. Bagi siswa yang
2. Niat untuk
menciderai
kecil gis menonton
4. Lingkungan
3. Ancaman agresi
B. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
sekolah
lebih lanjut
1. Populasi 4. Teror
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2014). Populasi penelitian ini adalah siswa SMP Negeri
35 Palembang kelas VII yang berjumlah 235 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang dapat digunakan sebagai
Pengetahuan remaja tentang bullying
subyek penelitian melalui sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini
akan diambil dengan menggunakan rumus slovin, sebagai berikut :
a. Besar sampel
n=
Pendidikan Kesehatan dengan media video, salah satu
Keterangan :
media yang dapat digunakan dalam pemberian
n: jumlah sampel
pengetahuan adalah dengan memberikan informasi
N: jumlah populasi
melalui video edukasi. Video edukasi dapat digunakan
e: batas toleransi kesalahan (error tolerance) : 10% (0,1)
untuk mengirimkan informasi yang dapat didengar dan
n= dapat dilihat oleh siswa sehingga siswa dapat
menggambarkan masalah, konsep, ringkasan dan tidak
= lengkap menjadi jelas dan lengkap

=
=
= 70,14 = 70

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka jumlah sampel dalam


penelitian ini adalah 70 responden. Tehnik sampling yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling.
b. Membagi jumlah sampel tiap kelas
Pembagian jumlah sampel kedalam tiap-tiap kelas dilakukan secara
proporsional dengan rumus :
No. Kelas Jumlah Responden
1 VII.1
2 VII.2
3 VII.3
4 VII.4
5 VII.5
6 VII.6
7 VII.7
Total 70 responden

Hasil pembagian sampel pada masing-masing kelas diperoleh


nilai pembulatan sebesar 70 responden dan diambil berdasarkan kriteria
inklusi.
Ada beberapa kriteria yang digunakan dalam penelitian ini:
1) Kriteria Inklusi
a) Siswa yang bersedia menjadi responden
b) Siswa kelas VII di SMP Negeri 35 Palembang
2) Kriteria Ekslusi
a) Siswa yang tidak mengembalikan kuesioner
b) Siswa yang mengundurkan diri
c) Siswa yang tidak termasuk dalam kelas yang dipilih

C. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 35 Palembang yang berlokasi di
Jalan Silaberanti No.16, Silaberanti, Kecamatan Seberang Ulu 1,
Sumatera Selatan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada Sabtu, 04 Agustus 2023

D. Tehnik Pengumpulan Data


Proses pengumpulan data dilakukan sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan penelitian peneliti meminta surat izin penelitian dari
Kampus Institut Ilmu Kesehatan dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang.
2. Setelah mendapatkan surat peneliti mengajukan surat ke sekolah SMP
Negeri 35 Palembang
3. Setelah peneliti mendapatkan izin dari kepala sekolah SMP Negeri 35
Palembang peneliti melakukan penelitian pada responden yang ada
3sesuai dengan kriteria sampel penelitian
4. Peneliti menemui langsung responden yang ada di sekolah, sebelumnya
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
5. Setelah responden menyetujui responden diminta untuk mengisi lembar
persetujuan dengan Informed concent.
6. Setelah itu peneliti melakukan penilaian pengetahuan pada responden
menggunakan lembar kuesioner (pre test)
7. Memberikan pendidikan kesehatan dengan media video.
8. Setelah memberikan pendidikan kesehatan peneliti melakukan
pengukuran lembar kuesioner kembali setelah penelitian (post test)
9.Pengetahuan Pengetahuanre
Setelah itu peneliti mengolah data dengan komputerisasi.
maja tentang
remaja tentang Pendidikan kesehatan bullying
bullying Sebelum dengan media video
E. Instrumen Pengumpulan
intervensi Data Sesudah
intervensimerupakan
Sugiyono (2018) menyatakan bahwa instrumen penelitian
alat yang digunakan untuk melihat dan mengukur suatu fenomena alam
maupun sosial yang diamati. Editage Insight (2020) menyebutkan bahwa
instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk memperoleh,
mengukur, dan menganalisis data dari subjek atau sampel mengenai topik
atau masalah yang diteliti. (Dr. Heru Kurniawan, 2021)
1. Alat Pengumpulan Data
a. Kuesioner
Kuesioner pengetahuan perilaku bullying merupakan kuesioner
yang digunakan untuk mengukur pengetahuan siswa tentang perilaku
bullying. Kuesioner ini merupakan kuesioner yang dibuat oleh bapak
Achmad Husni. SKM., M.Kep (2021) yang terdiri dari 30 pertanyaan
checklist dengan menggunakan skala guttman dengan pilihan jawaban
benar-salah. Kuesioner ini tentang pengetahuan remaja tentang
bullying, untuk jawaban yang benar mendapat skor 1 dan jawaban yang
salah mendapat skor 0. (Husni, 2021)
Tabel 4.1
Kisi-kisi kuesioner pengetahuan perilaku bullying
No Jenis item No pertanyaan Jumlah
pertanyaan
Positif Negatif
1. Pengetahuan Bullying 1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 5, 9, 12, 14, 15, 30
pada remaja 10, 11, 13, 16, 17, 22, 24, 25
18, 19, 20, 21,
23, 26, 27, 28,
29, 30
Total pertanyaan 21 9 30

b. Uji Validitas
Uji validitas kuesioner pengetahuan perilaku bullying
menggunakan uji validitas korelasi pearson product moment karena
dalam uji coba validitas intrument ini menggunakan skala likert:

Keterangan:
rxy : Korelasi antara variable x dan y
N : Banyaknya subjek
∑X : Skor Ganjil
∑Y : Skor Genap
X dan Y: Skor masing-masing skala
Menurut Dahlan (2014), kuesioner dikatakan valid jika nilai r
hitung > 0,3494 dengan jumlah 30 responden. Hasil uji validitas yang
ditetapkan adalah 0,4441 dimana nilai table dengan jumlah sampel 20
orang yaitu sebesar 0,4441

c. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam kuesioner pengetahuan perilaku bullying
menggunakan uji Cronbach’s Alpha:

: Reabilitas Instrumen
k : Banyaknya item pertanyaan atau pernyataan
: Jumlah Varian Butir
: Varian Total

Uji reliabilitas dikatakan reable jika hasil uji cronbach’s >


konstanta (0,06) (Riyanto, 2011). Hasil uji validitas dan reliabilitas
yang didapatkan sebanyak 30 item pertanyaan yang valid dan reliabel
sehingga angket yang dibuat oleh bapak Achmad Husni, SKM., M.Kep
bisa dijadikan sebagai alat ukur penelitian, uji validitas dan reliabilitas
dilaksanakan pada SMP Negeri 1 Katapang dengan mengambil sampel
sebanyak 20 orang.
1. Media
Penelitian ini menggunakan media video edukasi. Dalam penelitian ini
penayangan video edukasi berisi tentang pengertian bullying, bentuk-
bentuk bullying, factor penyebab bullying, karakteristik bullying,
karakteristik pelaku dan korban bullying, jenis dan wujud bullying, faktor
yang mempengaruhi bullying, dan dampak bullying, cara mengatasi
terjadinya bullying yang ditayangkan selama kurang lebih 6 menit.

F. Pengolahan dan Analisa Data


1. Pengolahan data
Kuesioner yang disebarkan kepada responden akan didapatkan data dan
selanjutnya akan diolah menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Pada tahap editing dilakukan untuk memeriksa kembali kelengkapan
jawaban responden dengan memeriksa data dan jawaban. Jika terdapat
data yang tidak lengkap maka kuesioner tersebut dikeluarkan (droup
out).
b. Coding
Pada tahap ini dilakukan pemberian kode berupa kolom-kolom yang
berisi nomor responden dan nomer pernyataan agar dapat
memudahkan dalam pengolahan data.
c. Data entry (processing)
Data entry ini memasukan data yang diberikan kode dalam kolom dari
masing-masing responden ke dalam program komputer, dan dalam
penelitian ini menggunkan program SPSS.
d. Pembersihan data (cleaning)
Dalam pembersihan data ini semua data dari responden yang telah
dimasukkan kedalam aplikasi komputer perlu dicek kembali
kemungkinan adanya kesalahan dalam pemberian kode,
ketidaklengkapan data dan lainnya, sehingga kesalahan tersebut dapat
dilakukan pembetulan (Notoadmodjo, 2010).
2. Analisa data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik demografi meliputi umur, dan jenis kelamin dan
pengetahuan siswa sebelum diberikan intervensi, pengetahuan siswa
setelah diberikan intervensi, pengetahuan siswa sebelum diberikan
intervensi dan pengetahuan siswa setelah diberikan intervensi.
b. Analisa Bivariat
Setelah melakukan analisis univariat maka akan dilanjutkan analisis
bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
mempunyai pengaruh yaitu variabel independen (Pendidikan
Kesehatan dengan media video) dan variabel dependen (pengetahuan
remaja tentang bullying). Analisa bivariate merupakan metode yang di
gunakan oleh peneliti untuk mengetahui pengaruh dari intervensi
terhadap variabel penelitian yaitu pengaruh pendidikan kesehatan
dengan media video terhada upaya pencegahan bullying pada remaja.
Apabila data terdistribusi normal maka analisis data dalam penelitian
ini mengunakan Uji Kolmogorov Smirnov data. Kemudian untuk
mengetahui perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan
intervensi pada kelompok intervensi apabila data tidak terdistribusi normal
maka peneliti mentransformasi data mengunakan uji alternative yaitu
uji Uji Wilcoxon.

G. Etika Penelitian
Polit dan Beck (2012) etika penelitian memiliki beberapa prinsip, yaitu:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect of human digniy)
Peneliti memperhatikan hak-hak responden untuk mendapatkan
informasi yang terbuka berkaitan dengan proses penelitian.
2. Kebebasan (Autonomy)
Peneliti memfasilitasi responden mendapatkan kebebasan
menentukan pilihan dan bebas dari tekanan atau paksaan untuk
berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.
3. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Peneliti memberikan lembar persetujuan yang berisi informasi,
meliputi;
a) Lembar penjelasan berisi penjelasan mengenenai penelitian, tujuan
dan manfaat penelitian.
b) Penjelasan kontrak waktu selama proses penelitian berlangsung
c) Penjelasan manfaat teori dan praktis
d) Responden dapat bertanya, apabila menurut klien perlu mendapat
tambahan informasi
e) Penjelasan bahwa tidak ada paksaan terhadap responden dalam
mengikuti kegiatan penelitian dan tanggung jawab peneliti selama
penelitian.
f) Pernyataan kesediaan menjadi responden

4. Anonimity
Prinsip kerahasiaan, peneliti akan tidak mencantumkan nama
responden, namun peneliti menggunakan penomoran dan hanya
responden dan peneliti yang tahu terhadap penomoran tersebut.
5. Respect For Justice Inclusivenes
Prinsip keadilan memiliki konotasi keterbukaan dan adil. Untuk
memenuhi prinsip keterbukaan dalam penelitian akan bekerja secara
jujur, berhati-hati, professional, berperikemanusiaan dan akan
memperhatikan faktor-faktor ketepatan, keseksamaan, ketepatan,
intimitas, psikologis serta perasaan subjek penelitian. Lingkungan
penelitian dikondisikan untuk memenuhi prinsip keterbukaan dengan
membuat prosedur penelitian yang jelas, keadilan dikonotasikan
distribusi yang sama terhadap keuntungan dan beban antara kelompok
intervensi dan perlakuan secara merata atau sesuai kebutuhan.
6. Respect For Privacy And Confidencetiality
Penelitian akan menjamin privasi dan hak asasi untuk informasi
O1 X berbagai
yang didapat. Peneliti merahasiakan O2 informasi terhadap
responden yaitu dengan pengkodean yang hanya diketahui oleh peneliti.
7. Balancing Harm And Benefit
Peneliti akan melaksanakan penelitian berdasarkan prosedur penelitian
yang telah dirancang sesuai Standar prosedur pelaksanaan oleh peneliti
guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin terhadap
subjek penelitian. Subjek penelitian dapat digeneralisasikan dalam populasi
(benefience), mengurangi kerugian yang di dapatkan subjek peneliti
(nonmalefience)
8. Protection From Discomfort And Harm
loBiondo-Wood dan Haber (2010). Responden berhak untuk di jaga
dari rasa ketidaknyamanan. Peneliti akan melakukan evaluasi dan
mendokumentasikan hasil implementasi penelitian.
63

BAB V
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Negeri 35 Palembang


Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMP NEGERI 35
PALEMBANG
Nomor Pokok Sekolah Nasional : 10603736
Jenjang Pendidikan : SMP
Status Sekolah : Negeri
Alamat Sekolah : Jl. Silaberanti No. 16
RT/RW : 28 / 0
Desa Kelurahan : Silaberanti
Kecamatan : Kec. Jakabaring
Kabupaten : Kota Palembang
Provinsi : Prov. Sumatera Selatan
Kode Pos : 30252
Lokasi Geografis : Lintang -3 Bujur 104

B. Hasil Penelitian
Penelitian telah dilakukan pada bulan Agustus 2023 dan hasil
penelitian ini disajikan dalam bentuk teks dan tabel sebagai berikut:
1. Analisis Univariat
a. Gambaran Karakteristik Responden
Tabel 5.1
Rata-Rata Usia Responden Di SMP Negeri 35 Palembang (n=70)
Variabel Mean Median SD Min-Maks
Usia 12,87 13,00 0,378 12 - 14
Sumber : Data Primer, 2023
Berdasarkan Tabel 5.1 diatas menunjukkan mayoritas usia
responden pada penelitian ini rata-rata 12,87 tahun dengan usia termuda
12 tahun dan usia tertua 14 tahun.

Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Jenis Kelamin
Di SMP Negeri 35 Palembang (n=70)
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Laki-Laki 30 42,9%
Perempuan 40 57,1%
Total 70 100%
Sumber : Data Primer, 2023
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil distribusi frekuensi
responden sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 40
responden (57,1%) dan laki-laki sebanyak 30 responden (42,9%).

b. Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan


Tabel 5.3
Pengetahuan Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan
Di SMP Negeri 35 Palembang (n=70)
Variabel N Mean Median Min-Maks
Pengetahuan 70 22,00 22,00 16 - 26
Sebelum

Berdasarkan tabel 5.3 Didapatkan nilai rata-rata responden


sebelum diberikan pendidikan kesehatan tentang bullying yaitu 22,00,
median 22,00 dengan nilai minimum 16 dan maksimum 26.

c. Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan


Tabel 5.4
Pengetahuan Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan
Di SMP Negeri 35 Palembang (n=70)
Variabel N Mean Median Min-Maks
Pengetahuan
70 27,36 27,00 23 - 30
Sesudah

Berdasarkan tabel 5.4 Didapatkan nilai rata-rata responden


sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang bullying yaitu 27,36,
median 27,00 dengan nilai minimum 23 dan maksimum 30.
2. Analisis Bivariat
a. Uji Normalitas
Tabel 5.5
Uji Normalitas dengan Kolmogorov- Smirnov
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Pengetahuan
0,181 70 0,000
Sebelum
Pengetahuan
0,123 70 0,011
Sesudah

Berdasarkan tabel 5.5 telah dilakukan uji normalitas data


menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov pada pre test dan post test
diperoleh nilai sig <0,05. oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa data
tersebut tidak berdistribusi normal. Untuk itu dilakukan transformasi
data sebagai upaya menormalisasikan data.

b. Transformasi Data
Tabel 5.6
Uji Transformasi Data
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Pengetahuan
0,183 70 0,000
Sebelum
Pengetahuan
0,123 70 0,010
Sesudah

Berdasarkan tabel 5.6 diatas didapatkan hasil uji transformasi


data yang digunakan untuk mengubah pengukuran data asli menjadi
bentuk lain sehingga data dapat memenuhi asumsi untuk di analisa.
Dari trasnformasi data didapatkan data tetap tidak berdistribusi normal
sehingga peneliti menggunakan uji alternative yaitu uji Wilcoxon.

c. Analisa Bivariat
Tabel 5.7
Perbedaan Nilai Pengetahuan Remaja Tentang Bullying Sebelum Dan
Sesudah Diberikan Pendidikan Kesehatan

Variabel N Mean Median Min Maks P Value


Pengetahuan
Sebelum 70 22,00 22,00 16 26 0,000

Pengetahuan
70 27,36 27,00 23 20
Sesudah

Tabel 5.7 didapatkan bahwa uji analisis didapatkan nilai rata-rata


sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan, rata-rata tingkat
pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu 22,00 dan
nilai rata-rata sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah 27,36. Saat
dilakukan menggunakan uji alternatif yaitu uji Wilcoxon didapatkan bahwa
nilai p-value 0.000 (p-value <0,05) dimana hipotesis nol (Ho) ditolak (Ha)
diterima, yang berarti Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media
Vidio Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Bullying Di SMP Negeri 35
Palembang.

63

BAB VI
PEMBAHASAN

A. Pembahasan
1. Pengetahuan Remaja Sebelum Dilakukan Pendidikan Kesehatan
Tentang Bullying
Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata responden sebelum
diberikan pendidikan kesehatan tentang bullying yaitu 22,00, median
22,00 dengan nilai minimum 16 dan maksimum 26.
Pengetahuan merupakan fakta ataupun hasil tahu yang terjadi setelah
seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan yang dimaksud yaitu berupa indera pengelihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Namun sebagian besar
pengetahuan didapat melalui mata dan telinga (Suherni, 2020).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan sangat penting di dalam
seseorang mengambil keputusan karena tindakan yang didasarkan atas
pengetahuan memberikan konsekuensi yang lebih baik bagi pengambil
keputusan. Pengetahuan merupakan faktor predisposisi yang menentukan
perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2018). Pengetahuan seseorang tidak
didapatkan secara instan. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu usia, Pendidikan dan pengetahuan informasi cara mengatasi bullying
(Wela et al., 2020).
Berdasarkan penelitian ini didapatkan rata-rata usia responden yaitu
12,87 tahun dengan usia termuda 12 tahun dan usia tertua 14 tahun.
Menurut Depkes (2012) mengatakan usia remaja awal berada pada usia
12-16 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Solikhah, (2015) yang
menjelaskan bahwa pada masa ini anak sudah dapat memahami
bagaimana cara untuk menilai tentang pengetahuan bullying. Rentang usia
12-17 tahun karena pada usia itu remaja secara emosional lebih labil dan
memiliki banyak konflik karena kecenderungan untuk berusaha
memberontak dari segala aturan otoritas, termasuk dari orang tuanya. Pada
usia ini anak sudah berinteraksi sangat aktif dengan teman sebayanya dan
pada tahap ini anak mulai bersaing dalam kegiatan akademik maupun non
akademik sehingga timbul keinginan tidak mau gagal (Santrock, 2021).
Penelitian ini juga didapatkan mayoritas responden yaitu berjenis
kelamin perempuan sebanyak 40 responden (57,1%). Siswa perempuan
menganggap bahwa memukuli teman yang lebih lemah darinya adalah hal
yang tidak wajar dan mereka merasa tidak senang jika memukuli teman
yang lebih lemah darinya. Selain itu siswa perempuan beranggapan
memberikan wajah yang sinis pada teman yang lebih lemah adalah hal
yang wajar (Trevi & Winanti, 2012).
Hasil penelitian Paudia (2022) menyatakan bahwa tinggi rendahnya
pengetahuan atau informasi yang didapatkan seseorang menentukan
perilaku seseorang tersebut. Makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang,
makin baik perilaku seseorang. Namun semakin rendah pengetahuannya
maka dipastikan tingkat perilakunya semakin jelek. Selain pengetahuan,
apabila perilaku bullying tetap terjadi makan akan berdampak buruk bagi
korban dan pelaku. Hal ini dikarenakan keterbiasaan dari pelaku dan
korban itu sendiri. Kebiasaan tersebut menyebabkan pelaku sering
berkelahi, bersifat suka merusak, bolos dari sekolahdan menjadi seorang
kriminalitas. Sedangkan pada korban menyebabkan depresi, sensitif,
konsentrasi belajar berkurang, penakut, dan bahkan sampai bunuh diri
(Suryaningseh, 2022).
Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas maka peneliti berasumsi
bahwa terdapat factor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
diantaranya usia dan jenis kelamin, Rentang usia 12-17 tahun karena pada
usia itu remaja secara emosional lebih labil dan memiliki banyak konflik
karena kecenderungan untuk berusaha memberontak dari segala aturan
otoritas, termasuk dari orang tuanya. Tinggi rendahnya pengetahuan atau
informasi yang didapatkan seseorang menentukan perilaku seseorang
tersebut. Makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, makin baik perilaku
seseorang.

2. Pengetahuan Remaja Sesudah Dilakukan Pendidikan Kesehatan


Tentang Bullying
Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata responden sesudah
diberikan pendidikan kesehatan tentang bullying yaitu 27,36, median
27,00 dengan nilai minimum 23 dan maksimum 30.
Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang,
yang ditandai dengan perubahan-perubahan didalam diri individu baik
perubahan secara fisik, kognitif, sosial dan psikologis. Akibat perubahan-
perubahan yang dialami di masa remaja, remaja juga membentuk perilaku-
perilaku yang menarik perhatian orang lain, hal tersebut dilakukan oleh
remaja karena mereka ingin mendapatkan perhatian dari lingkungan,
karena pada masa ini muncul sifat egoisentrisme dan keinginan yang kuat
untuk menjadi pusat perhatian oleh orang lain (Desmita, 2021).
Munculnya sifat egoisentrisme pada masa remaja dapat memicu tindakan
kekerasan. Salah satu bentuk kekerasan remaja yang sering muncul adalah
perilaku bullying. Bullying merupakan perilaku negative yang
mengakibatkan seseorang ada dalam keadaan yang tidak nyaman atau
terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang. Sekolah merupakan tempat
yang ideal untuk munculnya perilaku bullying. Beberapa korban dan
pelaku bullying tersebut adalah remaja (Junalia & Malkis, 2022).
Bullying adalah masalah kesehatan publik yang perlu mendapatkan
perhatian karena orang-orang yang menjadi korban bullying kemungkinan
akan menderita depresi dan kurang percaya diri. Penelitian-penelitian juga
menunjukkan bahwa peserta didik yang menjadi korban bullying akan
mengalami kesulitan dalam bergaul. Dalam mengatasi bullying dapat
dilakukan penecegahan dengan cara memberikan pendidikan kesehatan
tentang bullying (Ningsih et al., 2022). Dalam hal ini pentingnya
pendidikan kesehatan untuk mencegah terjadinya bullying. Peran perawat
sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan jiwa harus meningkatkan
usaha dan perannya baik melalui jalur pelayanan maupun pendidikan
kesehatan. Beberapa manfaat anatara lain menimbulkan minat bagi
sasaran, dapat menghindari kejenuhan dan kebosanan, membantu
mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman, memudahkan
penyampaian informasi dan dapat memudahkan penerimaan informasi
bagi sasaran didik (Suryaningseh, 2022).
Pendidikan kesehatan merupakan media yang dapat dilakukan untuk
memberikan informasi mengenai penatalaksanaan korban tenggelam.
Dalam pendidikan kesehatan semakin banyak panca indera yang
digunakan, semakin banyak dan semakin jelas pula pengetian atau
pengetahuan yang diperoleh. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan alat
peraga atau media betujuan untuk mengarahkan indera sebanyak mungkin
pada suatu objek sehingga memudahkan pemahaman (Notoatmodjo,
2018).
Penelitian (Fransiska et al., 2021) dari hasil perhitungan rata-rata
skor pemahaman bullying kelompok eksperimen sebelum mengikuti
layanan informasi adalah 742 dan setelah mengikuti layanan informasi
dengan menggunakan media video meningkat menjadi 1.720. Dari hasil
uji Wilcoxon, maka nilai Z yang didapat sebesar - 3,942 dengan p value
(Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,000 di mana kurang dari batas kritis
penelitian 0,00 sehingga keputusan hipotesis adalah menerima Ha atau
yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara kelompok pretest dan
posttest. Keefektifan edukasi kesehatan dapat meningkatkan perilaku
kesehatan (Saraswati et al., 2018).
Penelitian (Dewi, 2020) menjelaskan bahwa anak yang terbiasa
mengamati bahkan mengalami kekerasan baik fisik maupun verbal
dilingkungan rumah atau bermain, maka anak akan menganggap hal itu
suatu kewajaran dan kemungkinan akan melakukan hal yang sama kepada
orang lain atau teman sebayanya.
Penelitian (Livana et al., 2020) yang berjudul Peningkatan
Pengetahuan dan Sikap Pada Remaja Melalui Pendidikan Kesehatan
Tentang Dampak Bullying menunjukkan bahwa ada pengaruh
pengetahuan bullying siswa sebelum dan sesudah diberikan pendidikan
kesehatan (p value 0,000 p<0,05). Setelah pendidikan kesehatan
pengetahuan siswa terhadap bullying menjadi lebih baik dibanding
sebelum diberikan pendidikan kesehatan, hal ini dikarenakan siswa sudah
mendapatkan materi tentang bullying sehingga mereka sudah mengetahui
tentang bullying (Tryastuti, 2021).
Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas maka peneliti berasumsi
bahwa pendidikan kesehatan dengan media video sangat efektif dalam
meningkatkan pengetahuan seseorang karena pengetahuan berasal dari
kata “tahu” yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

3. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Vidio Terhadap


Pengetahuan Remaja Tentang Bullying
Hasil penelitian didapatkan bahwa uji analisis didapatkan nilai rata-
rata sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan, rata-rata tingkat
pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan yaitu 22,00 dan
nilai rata-rata sesudah diberikan pendidikan kesehatan adalah 27,36. Saat
dilakukan menggunakan uji alternatif yaitu uji Wilcoxon didapatkan bahwa
nilai p-value 0.000 (p-value <0,05) dimana hipotesis nol (Ho) ditolak (Ha)
diterima, yang berarti Ada Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media
Vidio Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Bullying Di SMP Negeri 35
Palembang.
Bullying menjadi masalah yang harus diperhatikan di bidang
kesehatan di banyak negara, terutama kesehatan mental. Bullying
merupakan masalah yang umunya terjadi pada anak-anak dan remaja
dengan kejadian yang bervariasi di berbagai negara. Perilaku kekerasan
seperti bullying sedang menjadi perbincangan hangat setiap kalangan di
Indonesiaia. Dunia Pendidikan menjadi sorotan karena banyak terjadi
penindasan di lingkungan sekolah yang dilakukan guru kepada siswa
ataupun oleh siswa kepada siswa lain (Wahyuningsih, 2021).
Anak korban bullying biasanya cukup lama dalam menerima
pelajaran yang diberikan. Hal ini disebabkan karena anak merasa tertekan
saat di dalam kelas dan bertemu dengan pelaku bullying. Anak juga
merasa dirinya terancam. Sehingga ia tidak fokus kepada pelajaran justru
fokus kepada bagaimana caranya agar tidak di bully. Gangguan prestasi
belajar dan tindakan bolos sekolah yang kronik juga dikaitkan dengan
kemungkinan menjadi korban bullying (Soedjatmiko et al., 2016).
Masalah perilaku ini dapat dicegah dan perilaku beresiko yang satu
dapat mendukung timbulnya perilaku beresiko lainnya hingga
mengakibatkan timbulnya masalah sosial dan pendidikan di suatu negara,
antara lain putus sekolah, tingkat pengangguran, dan angka kriminalitas
yang tinggi. Salah satu strategi untuk mengubah perilaku adalah
pemberian informasi melalui penyuluhan atau edukasi untuk
meningkatkan pengetahuan sehingga menimbulkan kesadaran untuk
mengubah perilaku sesuai dengan pengetahuannya. Pendidikan kesehatan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sikap dan perilaku
seseorang untuk mencapai kesehatan yang optimal (Nies & Ewen, 2017).
Peran perawat salah satunya adalah sebagai educator yang
memberikan pendidikan kesehatan kepada pasiennya, dimana pendidikan
kesehatan merupakan salah satu tindakan promotif ataupun preventif yang
dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien. Salah
satu program yang dilakukan untuk mencegah bullying di sekolah antara
lain dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada para siswa yang
berfokus pada lingkungan sosial di sekolah. Selain itu, perawat dan warga
sekolah lainnya harus menyadari faktor risiko dan tanda-tanda yang bias
menunjukkan kecenderungan tindak kekerasan atau bullying di sekolah
(Saifullah, 2020).
Video merupakan alat bantu pendidikan atau alat peraga termasuk ke
dalam alat bantu lihat gambar (Audio Visual). Media video adalah media
intraksiaonal modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan
ilmu pengetahuan, dan teknologi) meliputi media yang dapat dilihat dan
didengar. Video memiliki kemampuan lebih baik karena memiliki jenis
media, yaitu media audio dan visual. Karakteristik audiovisual memiliki 2
macam, yaitu media audiovisual gerak dan media audiovisual diam. Media
ini selain media hiburan dan bahasa penyampaiannya jelas dengan bahasa
yang mudah dimengerti semua golongan dan usia (Suryaningseh, 2022).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Yolanda et al., 2020)
tentang pengaruh pendidikan kesehatan dengan video edukasi tentag
bullying tehadap perilaku bullying pada anak menyatakan bahwa ada
pengaruh secara signifikan antara pemberian pendidikan kesehatan dengan
pengetahuan dan sikap pencegahan bullying pada anak. Pemberian
pendidikan kesehatan dengan video edukasi tentang bullying terhadap
perilaku bullying pada anak akan meningkatkan pengetahuan pada anak
dalam menjaga perilaku nya dalam bersikap.
Penelitian (Wela et al., 2020) didapatkan pengetahuan remaja
tentang bullying sebelum diberikan pendidikan kesehatan dengan media
video animasi mayoritas pengetahuan cukup mengalami peningkatan
menjadi pengetahuan baik sebanyak 17 responden (48,6%) dari hasil uji
wilcoxon pengetahuan sebelum dan sesudah pendidikan kesehatan dengan
media video animasi dengan nilai p value 0,000 < 0,05 maka Ho di tolak
berarti ada pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video animasi
terhadap pengetahuan remaja tentang bullying verbal di SMP Kristen 3
Surakarta.
Penelitian (Suryaningseh, 2022) didapatkan hasil uji stastistik Mann-
Whitney menunjukkan bahwa nilai signifikan 0,01 dimana lebih kecil dari
p value (0,01<0,05), artinya perilaku bullying pada kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol ada perbedaan yang signifikan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ha diterima yaitu ada pengaruh anatar pendidikan
kesehatan melalui audiovsual terhadap perilaku bullying pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Semakin tinggi pendidikan, semakin
mudah menerima serta mengembangkan pengetahuan dan teknologi,
sehingga semakin meningkat produktivitas kesejahteraan keluarga.
Pendidikan kesehatan yaitu suatu usaha atau kenginan untuk membenatu
individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan kemampuan
atau peilaku untuk mencapai kesehatan yang optimal (Notoatmodjo,
2012).
Penelitian (Suryolelono et al., 2020) didapatkan hasil rata-rata
pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan adalah 13,90
kemudian meningkat menjadi 22,10 setelah diberikan pendidikan
kesehatan. Berdasarkan uji t (paired test) didapatkan nilai t sebesar 7,497
dengan p- value sebesar 0,001. Pendidikan adalah proses perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dan merupakan
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan,
maka bisa dikatakan visi sebuah pendidikan adalah mencerdaskan manusia
(Ningsih et al., 2022).
Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas maka peneliti berasumsi
bahwa pendidikan kesehatan dengan media video sangat efektif dalam
meningkatkan pengetahuan seseorang karena pemberian pendidikan
kesehatan dengan video edukasi tentang bullying terhadap perilaku
bullying pada anak akan meningkatkan pengetahuan pada anak dalam
menjaga perilaku nya dalam bersikap. Pendidikan kesehatan sangat
penting bagi remaja dalam menghindari terjadinya bullying. Selain itu
media video merupakan media yang dapat menghibur dan bahasa
penyampaiannya jelas dengan bahasa yang mudah dimengerti semua
golongan dan usia.

B. Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses
penelitian ini, ada beberapa keterbatasan yang dialami dan dapat menjadi
beberapa faktor agar dapat diperhatikan bagi peneliti-peneliti yang akan
datang agar lebih menyempurnakan penelitiannya karena penelitian ini
sendiri tentu memiliki kekurangan yang perlu diperbaiki dalam penelitian-
penelitian kedepannya. Beberapa keterbatasan dalam penelitian tersebut,
antara lain :
1. Penelitian ini tidak menguji faktor lain yang menyebabkan responden
kurang pengetahuan tentang bullying yang bisa berdampak pada
lingkungan responden itu sendiri.
2. Pendidikan Kesehatan seharusnya dilakukan di tempat yang lebih tenang
namun dalam penelitian ini, peneliti tidak mampu mengontrol dampak
lingkungan yang kemungkinan dapat berpengaruh pada hasil penelitian.

63

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 35
Palembang dengan jumlah 70 responden dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai rata-rata pengetahuan sebelum diberikan pendidikan kesehatan
dengan media video tentang bullying yaitu 22,00.
2. Nilai rata-rata pengetahuan sesudah diberikan pendidikan kesehatan
dengan media video tentang bullying yaitu 27,36.
3. Ada pengaruh yang signifikan pendidikan kesehatan dengan media vidio
terhadap pengetahuan remaja tentang bullying Di SMP Negeri 35
Palembang dengan p-value 0,000.

B. Saran
1. Bagi sekolah
Diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dalam rangka
memberikan informasi tentang perilaku bullying serta dapat dijadikan
evaluasi untuk menurunkan kejadian bullying dilingkungan sekolah
2. Bagi peneliti
Diharapkan bisa menambah pengetahuan dan informasi tambahan
untuk peneliti selanjutnya tentang bullying.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan dapat menjadi rujukan, sumber informasi dan bahan
referensi penelitian selanjutnya agar bisa lebih dikembangkan dalam
materi-materi yang lain untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

63

DAFTAR PUSTAKA

Aboagye, R. G., Seidu, A. A., Hagan, J. E., Frimpong, J. B., Budu, E., Adu, C.,
Ayilu, R. K., & Ahinkorah, B. O. (2021). A multi-country analysis of the
prevalence and factors associated with bullying victimisation among in-school
adolescents in sub-Saharan Africa: evidence from the global school-based health
survey. BMC Psychiatry, 21(1), 1–10. https://doi.org/10.1186/s12888-021-03337-
5
Aeni, N., & Yuhandini, D. S. (2018). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan
Media Video Dan Metode Demonstrasi Terhadap Pengetahuan SADARI.
Care : Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan, 6(2), 162.
https://doi.org/10.33366/cr.v6i2.929
Ahmad, N., & , Abd. Aziz Muslimin, S. C. S. (2022). Analisis Perilaku Bullying
Antar Siswa Terhadap Pembentukan Karakter Siswa di Sekolah Dasar
Negeri Sangir Kecamatan Wajo Kota Makassar Sulawesi Selatan Nurdiana
Ahmad * , Abd. Aziz Muslimin, Syarifuddin Cn. Sida. Naturalistic: Jurnal
Kajian Penelitian Dan Pendidikan Dan Pembelajaran, 7(1), 1318–1333.
Aini, D. F. N. (2018). Self Esteem Pada Anak Usia Sekolah Dasar Untuk
Pencegahan Kasus Bullying. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Sekolah
Dasar (JP2SD), 6(1), 36. https://doi.org/10.22219/jp2sd.v6i1.5901
Amalia, E., Nurbaiti, L., Affarah, W. S., & Kadriyan, H. (2019). Skrining dan
Edukasi Pencegahan Bullying Pada Siswa SMA Negeri Di Kota Mataram.
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA, 2(1).
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v1i2.245
Apriliani, I. M., Purba, N. P., Dewanti, L. P., Herawati, H., & Faizal, I. (2021).
Open access Open access. Citizen-Based Marine Debris Collection Training:
Study Case in Pangandaran, 2(1), 56–61.
Astuti, P. retno. (2008). Meredam Bullying (3 Cr Efektif Mngl ...). Grasindo.
Bachri, Y., & Putri, M. (2020a). (Syahli,2017 ; Santrock, 2017). Salah satu
perilaku agresif atau masalah yang sering terjadi pada remaja adalah
perilaku. 15(4), 4279–4290.
Bachri, Y., & Putri, M. (2020b). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
Pencegahan Prilaku Bullying Pada Remaja Di Mts Muhammadiyah
Bukittinggi. Media Bina Ilmiah, 15(4), 4279–4290.
Bachri, Y., Putri, M., Sari, Y. P., & Ningsih, R. (2021). Pencegahan Perilaku
Bullying Pada Remaja. Jurnal Salingka Abdimas, 1(1), 30–36.
Darsini, Fahrurrozi, & Cahyono, E. A. (2019). Pengetahuan ; Artikel Review.
Jurnal Keperawatan, 12(1), 97.
Desmita. (2021). Psikologi Perkembangan. PT. Remaja Rosdakarya.
Dewi, P. Y. (2020). Perilaku School Bullying Pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Pendidikan Dasar, 1(1), 39–45. https://doi.org/10.55115/edukasi. v1i1.526
Dr. Heru Kurniawan, M. P. (2021). Pengantar Praktis Penyusunan Instrumen
Penelitian. Deepublish.
Ekasari, M. F. (2022). LATIHAN KETERAMPILAN HIDUP BAGI REMAJA.
Wineka Media.
Faizatul Ummah, S. S. T. M. K., Dr. Surianti. S. Pt., M. A. S. D. A., Franning
Deisi Badu, S. K. M. M. K., Kes, L. F. P. K. S. K. M. M., Si, I. F. S. P. M.,
Anang Kadarsah, S. S. M. S., Noor Rochmah Ida Ayu T. P., S. K. N. M. K.,
Anindita Dyah Sekarpuri, S. P. M. S. R., PH, I. K. W. M., Kep, G. S. K. N.
M., & others. (2021). Pendidikan Kesehatan Dan Promosi Kesehatan. Media
Sains Indonesia.
Fransiska, I., Yenita, R. N., & Mianna, R. (2021). Efektivitas Pendidikan
Kesehatan Melalui Audio Visual Tentang Bullying Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Siswa Smp Negeri 38 Pekanbaru. Jurnal Ilmu Kesehatan
Masyarakat, 9(1), 24–30. https://doi.org/10.35328/kesmas.v9i1.1001
Herdyanti, F., & Margaretha, M. (2018). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan
Kecenderungan Menjadi Korban Bullying Pada Remaja Awal. Jurnal
Psikologi Undip, 15(2), 92. https://doi.org/10.14710/jpu.15.2.92-98
Husni, A. (2021). Pengaruh pendidikan kesehatan dengan media video SCRIBE
dalam meningkatkan pengetahuan remaja tentang pencegahan bullying di
SMP Negeri 1 Margahayu Kabupaten Bandung 2021. 6.
Hutagalung, M. S. (2021). Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Stroke dan Tentang
Hipertensi Sebagai Faktor Risiko Stroke: Panduan Lengkap Stroke.
Nusamedia.
J, H., Oktavidiati, E., & Astuti, D. (2019). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Media
Video dan Poster terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak dalam Pencegahan
Penyakit Diare. Jurnal Kesmas Asclepius, 1(1), 75–85.
https://doi.org/10.31539/jka.v1i1.747
Junalia, E., & Malkis, Y. (2022). Edukasi Upaya Pencegahan Bullying Pada
Remaja Di Sekolah Menengah Pertama Tirtayasa Jakarta. Journal
Community Service and Health Science, 1(1), 15–20.
Khairunisa, Firman, & Riska. (2022). Jurnal Mahasiswa BK An-Nur : Berbeda ,
Bermakna , Mulia Volume 8 Nomor 2 Tahun 2022 Tersedia Online :
https://ojs.uniska-bjm.ac.id/index.php/AN-NUR Dipublikasikan Oleh : UPT
Publikasi dan Pengelolaan Jurnal Universitas Islam Kalimantan
Muhammad Arsyad Al-. 8, 97–103.
Kurniawan, A. Y., Ayuningtyas, D. W., Aurelia, M., & Handoko, D. (2022).
Penyuluhan pencegahan bullying terhadap kalangan pelajar sm.
Kusumawardani, L. H., Dewanti, B. R., Maitsani, N. A., Uliyah, Z., Dewantari,
A. C., Laksono, A. D., Saraswati, G. I., Nugroho, K. A., Lestari, A. D., &
Laila, N. R. (2020). Peningkatan Pengetahuan Pencegahan Perilaku Bullying
Melalui Metode Edukasi Dan Role Play Pada Anak Usia Sekolah. Jurnal
Ilmiah Keperawatan Stikes Hang Tuah Surbaya, 15(2), 162–171.
https://doi.org/10.30643/jiksht.v15i2.73
Livana, P. H., Susanti, Y., & Silviani, M. A. (2020). Peningkatan Pengetahuan dan
Sikap pada Remaja melalui Pendidikan Kesehatan tentang Dampak Bullyin.
Jurnal Ners Widya Husada Semarang, 5(3), 113–122.
https://doi.org/10.33666/jners.v5i3.340
Livana, Susanti, Y., & Silviani, M. A. (2019). Peningkatan pengetahuan dan sikap
pada remaja melalui pendidikan kesehatan tentang dampak bullying. Ners
Widya Husada - p-ISSN 2356-3060, 5(3), 113–122.
Muhopilah, P., & Tentama, F. (2019). Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
bullying. Jurnal Psikologi Terapan Dan Pendidikan, 1(2), 99.
https://doi.org/10.26555/jptp.v1i2.15132
Nies, M., & McEwen, M. (2017). Keperawatan Kesehatan Komunitas dan
Keluarga (6th ed.). Elsevier.
Ningsih, S. D., Eleonora, R. D., & Ance, P. (2022). Edukasi Pencegahan Bullying
Di SMA Negeri 1 Labuhan Deli Medan. Jurnal Abdimas Mutiara, 3(2), 83–
95. https://ojs.htp.ac.id/index.php/JAM/article/view/3099
Notoatmodjo. (2018). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka
Cipta.
Noviana, E., Pranata, L., & Fari, A. I. (2020). Gambaran Tingkat Pengetahuan
Remaja Sma Tentang Bahaya Bullying. Publikasi Penelitian Terapan Dan
Kebijakan, 3(2), 75–82. https://doi.org/10.46774/pptk.v3i2.331
Ns. Debby Sinthania, S. K. M. K., Ns. Maryati Agustina Barimbing, S. K. M. K.,
Fepyani Thresna Feoh, S. K. N. M. K., Ns. I Dewa Gede Candra Dharma, S.
K. M. K., Irna Kartina, S. K. N. M. S. N. L. S. K. N. M. K., Nia
Agustiningsih, S. K. N. M. K., Ns. Rizka Ausrianti, M. K., Antonia Helena
Hamu, S. K. N. M. K., Ns. Miftakhul Ulfa, S. K. M. K., & Awaliyah M.
Suwetty, S. K. N. M. K. (2022). Kesehatan Mental (Teori dan Penerapan).
Media Sains Indonesia.
Nunung, S. (2019). Hubungan antara kebutuhan berkuasa dan tindakan bullying.
Widya Sari, 17(2), 10.
Octavia, S. A. (2020). Motivasi Belajar Dalam Perkembangan Remaja.
Deepublish.
Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Tasnim, T., Ramdany, R., Manurung,
E. I., Sianturi, E., Tompunu, M. R. G., & Sitanggang, Y. F. (2021). Promosi
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Yayasan Kita Menulis.
Permatasari, D., & Suprayitno, E. (2021). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Pada
Remaja. JURNAL EMPATHY, 2(1), 8–12.
Priyatna, A. (2013). Lets End Bullying. Elex Media Komputindo.
Putri, D. desy wijdjaya, Astarani, K., & Yusiana, M. anita. (2020). Hal: 17. 17–
23.
Recard, M., Widyastuti, A., Musyadad, V. F., Chamidah, D., Simarmata, N. I. P.,
Herlina, E. S., Susanti, S. S., Muntu, D. L., Sitompul, L. R., & Cecep, H.
(2021). Perkembangan Peserta Didik: Konsep dan Permasalahan. Yayasan
Kita Menulis.
Saifullah, F. (2020). Hubungan antara Konsep Diri dengan Bullying pada
SiswaSiswi SMP (SMP Negeri 16 Samarinda). Journal Psikologi, 14(3),
200–214.
Saputro, K. Z. (2018). Memahami Ciri dan Tugas Perkembangan Masa Remaja.
Aplikasia: Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, 17(1), 25.
https://doi.org/10.14421/aplikasia.v17i1.1362
Saraswati, Y., Suprihatiningsih, T., & Pranowo, S. (2018). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Tentang Bullying Dengan Metode Ceramah Menggunakan Leaflet
Terhadap Sikap Bullying Pelajar SMPN 4 Cilacap. Jurnal Keperawatan,
4(2), 125–128.
Sari, F., Andrian, F., & Azima, muhammad fauzhan. (2022). µ 1 = [1, 1].
Networks, 61, 61–61.
Singamurti, M. M., & Anggraini, N. M. (2022). PENGARUH BULLYING
TERHADAP PRESTASI MAHASISWA Mirrah Megha Singamurti Nadia
Dian Anggraini Program Studi PGSD Buddha , Jurusan Dharmacarya ,
STAB N Raden Wijaya. 7(1945), 31–37.
Suryaningseh, W. (2022). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Audiovisual
Terhadap Perilaku Bullying Pada Anak Usia Sekolah Di SD Muhammadiyah
Mlangi Gamping Sleman Yogyakarta. Jurnal Universitas ’Aisyiyah
Yogyakarta, 3(2), 8–16. http://digilib.unisayogya.ac.id/2278/1/NASKAH
PUBLIKASI.pdf
Suryolelono, R., Aryani, A., & Atiningtyas, R. (2020). Pengaruh Pendidikan
Kesehatan Melalui Audiovisual Terhadap Pengetahuan Tentang Bullying
Pada Anak Kelas V Di Sdn 3 Karangasem. Jurnal Ilmu Keperawatan, 13(1),
35–45. http://jurnal.usahidsolo.ac.id/index.php/JIKI/article/view/526
Suseno, M. R., Fitri Hamidiyanti, B. Y., & Ayu Ningsih, W. (2021). Pengaruh
Pendidikan Kesehatan Menggunakan Media Video Dan Alat Peraga
Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Personal Hygiene
Pada Masa Menstruasi Dalam Layanan Homecare. Jurnal Kebidanan, 10(2),
59–69. https://doi.org/10.35890/jkdh.v10i2.216
Swarjana, i ketut. (2022). KONSEP PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU,
PERSEPSI, STRES, KECEMASAN, NYERI, DUKUNGAN SOSIAL,
KEPATUHAN, MOTIVASI, KEPUASAN, PANDEMI COVID-19, AKSES
LAYANAN KESEHATAN – LENGKAP DENGAN KONSEP TEORI, CARA
MENGUKUR VARIABEL, DAN CONTOH KUESIONER. Penerbit Andi.
Tryastuti, D. (2021). Pengaruh Pendidikan Kesehatan dengan Media Audio visual
Terhadap Pengetahuan dan Sikap Anak. The Indonesian Journal of Health
Science, 13(2), 65–72. https://doi.org/10.32528/ijhs.v13i2.4329
Vivadi, A., & Rosdiana, S. A. H. S. P. (2020). Parade Karya Ilmiah: Antologi
Artikel Ilmiah. Caremedia Communication.
Wela, S., Fitriana, R. N., & Fitriyani, N. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Dengan Media Video Animasi Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja
Tentang Bullying Verbal Di SMP Kristen 3 Surakarta. Jurnal Kesehatan
Remaja, 2(2), 1–8. http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/568/1/NASKAH
PUBLIKASI SELVIANA WELA.pdf
Widodo, B. (2019). Pendidikan Kesehatan Dan Aplikasinya di SD/MI. Madrasah,
7(1), 12. https://doi.org/10.18860/jt.v7i1.3306
Wintoro, P. D., & Uswatun, A. (2022). Asuhan Pembelajaran Kesehatan
Masyarakat. CV. Mitra Cendekia Media.
Wulansari, W., Liyanovitasari, L., Rosalina, R., Susilo, E., & Galih, Y. (2021).
Pengenalan Pencegahan dan Penanganan Psikososial Bullying Pada Remaja.
Indonesian Journal of Community Empowerment (Ijce), 3(1), 1.
https://doi.org/10.35473/ijce.v3i1.872
Yamin, A., Shalahudin, I., Rosidin, U., & Somantri, I. (2018). Pencegahan
Perilaku Bullying pada Siswa-siswi SMPN 2 Tarogong Kidul Kabupaten
Garut. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(4), 293–295.
Yolanda, F., & Budiyati, G. A. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan
Video Edukasi Tentag Bullying Tehadap Perilaku Bullying Pada Anak Di Sd
Pujokusuman 1 Yogyakarta. Nursing Science Journal (NSJ), 1(2), 28–37.
https://doi.org/10.53510/nsj.v1i2.28
Yolanda, Firna, & Budiyati, A. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan
Video Edukasi Tentag Bullying Tehadap Perilaku Bullying Pada Anak Di Sd
Pujokusuman 1 Yogyakarta. Nursing Science Journal (NSJ), 1(2), 28–37.
ZAKIYAH, E. Z., HUMAEDI, S., & SANTOSO, M. B. (2018). Faktor Yang
Mempengaruhi Remaja Dalam Melakukan Bullying. Prosiding Penelitian
Dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(2), 324–330.
https://doi.org/10.24198/jppm.v4i2.14352

LAMPIRAN
INFORMED CONSENT
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama (Inisial) :
Umur :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti, dengan ini menyatakan
(Bersedia/Tidak Bersedia) untuk berpartisipasi sebagai responden penelitian
yang akan dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan yang
bernama Juwairiah dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan
Media Video Terhadap Pengetahuan Remaja Tentang Bullying”.
Demikian surat persetujuan ini saya buat dengan sukarela tanpa ada
paksaan dari pihak manapun untuk diperlukan sebagaimana mestinya.

Palembang, Maret 2023


Hormat Saya

( )

KUESIONER PENELITIAN
Pengetahuan Perilaku Bullying

I. Identitas Responden

1. Nama :

2. Usia :

3. Jenis Kelamin :

4. Kelas :

II. Petunjuk pengisian kuesioner

Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan teliti, kemudian beri


tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.

Keterangan :
B : Benar
S : Salah
No Pernyataan Benar Salah
1 Mempunyai banyak teman dan bergabung dengan
kelompok dengan kegiatan positif untuk menghindari
bullying

2 Menghargai diri sendiri dan orang lain adalah mencegah


agar tidak menjadi sasaran tindakan bullying
3 Pada saat melihat teman yang menjadi korban bullying
kita harus membantunya.
4 Gunakan bahasa yang baik di media sosial merupakan
salah satu upaya pencegahan bullying di media sosial
5 Pencegahan bullying media sosial yaitu tiidak ikut
menyebarkan konten negatif di media sosial
6 Mengancam dan menghina di media sosial merupakan
tindakan bullying
7 Mempunyai rasa percaya diri yang positif merupakan
salah satu mencegah terjadinya bullying
8 Memilih teman yang baik dapat dijadikan pilihan untuk
terhindar dari bullying.
9 Mempunyai banyak teman dapat menghindari bullying.
10 Bila ada tindakan bullying di sekolah sebaiknya melapor
kepada pihak sekolah
11 Menaati peraturan di sekolah harus dilakukan guna
menghindari dari pelaku bullying.
12 Jika menjadi korban bullying di sekolah tetap berdiam
diri.
13 Menyadarkan pelaku juga dapat menghentikan tindakan
bullying.
14 Tatap mata pelaku, berdiri tegak dan percaya diri, tetap
tenang merupakan perlawanan ketika di bully
15 Tidak mempunyai media sosial adalah cara untuk
menghindari bullying
16 Melerai merupakan tindakan yang harus dilakukan guna
menghentikan perbuatan bullying
17 memukul, mendorong, dan berkelahi merupakan bentuk
bullying
18 mengejek, menghina, mengolok-olok, penghinaan ras
dan lain-lain merupakan tindakan bullying
19 Mengucilkan teman merupakan tindakan bullying.
20 Melaporkan kepada polisi jika tindakan bullying sudah
di luar batas
21 Jika menjadi korban bullying di sekolah tidak boleh
berdiam diri.
22 Hukuman perlu diberikan pihak sekolah kepada pelaku
bullying untuk mencegah tindakan bullying.
23 Percaya diri, bersikap baik kepada teman dapat
mencegah bullying

24 Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan


gambar bukan tindakan bullying

25 Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak


mengatakan apa-apa ( silent calls ) merupakan tindakan
bullying elektronik
26 Ketika menjadi korban bullying kita perlu melawanya
dengan berani
27 Mengucilkan teman merupakan tindakan bullying.

28 Mendukung teman korban bullying untuk bertindak


positif merupakan pencegahan bullying
29 Bercerita kepada orang tua jika mendapat perlakuan
bullying merupakan pencegahan bullying
30 Melaporkan ke guru apabila melihat teman yang
mengalami bullying di media sosial
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media Video Terhadap
Pengetahuan Remaja Tentang Bullying

Pokok Bahasan : Pengetahuan remaja tentang bullying


Sasaran : Siswa siswi kelas VII SMP Negeri 35 Palembang
Hari/tanggal : Jumat, 05 Agustus 2023
Waktu : 50 Menit
Tempat : SMP Negeri 35 Palembang
Pemateri : Juwairiah

A. Tujuan
Setelah diberikan Penyuluhan dan Pendidikan Kesehatan dengan media
video. Siswa siswi kelas VII SMP Negeri 35 Palembang diharapkan:
3. Mengetahui pengertian bullying
4. Mengetahui karakteristik bullying
5. Mengetahui karakteristik pelaku dan korban bullying
6. Mengetahui jenis dan wujud bullying
7. Mengetahu Faktor yang mempengaruhi bullying
8. Mengetahu dampak bullying
B. Materi
1. Definisi bullying
Bullying mengandung tiga unsur yang mendasar dari perilaku bullying
yaitu bersifat menyerang (agresif) dan negatif, dilakukan secara berulang-
ulang, adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat
(Olweus, 1993).
Bullying merupakan suatu kekerasan fisik dan psikologis yang
berjangka panjang yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
terhadap seseorang yang tidak mampu mempertahankan diri dalam situasi
dimana ada keinginan untuk melukai atau menakuti orang dan membuat
orang tertekan, trauma atau depresi dan tidak berdaya (KPAI,
2014).Bullying adalah perilaku seseorang atau sekelompok orang yang
dilakukan secara berulang dengan tujuan menyakiti korban secara mental
maupun fisik, dan biasanya terjadi pada anak dalam bentuk kekerasan
anak yang dilakukan oleh teman sebayanya. Biasanya bullying terjadi
berulang kali dan bahkan ada yang dilakukan secara sistematis (Kuriawati,
2015).
2. Karakteristik bullying
Ciri perilaku bullying yang lain adalah adanya perilaku agresif dan
sengaja “melakukan kejahatan” (Olweus, 2003), dilakukan secara
berulang ulang atau berkali-kali, hubungan interpersonal yang ditandai
dengan ketidakseimbangan kekuatan, dan mengakibatkan dampak negatif
bagi korban (Krahe, 2005; Houbre, dkk., 2006; Houbre, dkk., 2010).
Selain itu menurut Morrison et al., (2004) terdapat karakter individu atau
kelompok seperti:
agresif baik secara fisik maupun verbal, dendam atau iri hati, adanya
semangat ingin menguasai korban dengan kekuatan fisik dan daya tarik
seksual, untuk meningkatkan popularitas pelaku dikalangan teman
sepermainan (preer group)- nya. Astuti (2008) mencirikan sekolah yang
pada umumnya mudah terdapat kasus bullying yaitu:
a. Sekolah yang di dalamnya terdapat perilaku deskriminatif baik di
kalangan guru maupun siswa
b. Kurangnya pengawasan dan bimbingan etika dari para guru dan petugas
sekolah
c. Terdapat kesenjangan yang besar antara siswa yang kaya dan miskin
d. Adanya pola kedisiplinan yang sangat kaku ataupun terlalu lemah
e. Bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten

3. Karakteristik pelaku dan korban bullying


Bullying antara lain disebabkan oleh pelaku yang dendam, ingin
dipuja kelompok/komunitasnya, menarik perhatian orang lain. Ciri-ciri
pelaku dan korban bullying (Astuti, 2008).
Ciri pelaku bullying antara lain: hidup berkelompok dan menguasai
kehidupan social siswa disekolah, menempatkan diri di tempat tertentu di
sekolah atau sekitarnya merupakan tokoh popular di sekolahnya,Gerak-
geriknya seringkali dapat ditandai dengan sering berjalan di depan, sengaja
menabrak ,berkata kasar ,menyepelekan atau melecehkan.
Ciri korban bullying antara lain: pemalu ,pendiam dan juga
penyendiri, bodoh,dungu, sering tidak masuk sekolah oleh alasan tak jelas
berperilaku aneh atau tidak biasa (ketakutan marah tanpa sebab).
4. Jenis dan wujud bullying
Kategori praktek bullying yaitu: bullying fisik, bullying verval
ataunon fisik, bullying mental atau psikologis (SEJIWA, 2008).Bentuk
bullying fisik adalah jenis bullying yang kasat mata. Contoh bullying fisik
antara lain: menampar, menimpuk, menjegal, menginjak kaki, meludahi,
memalak, melempar dengan barang, menghukum dengan cara push up.
Bentuk bullying verbal atau non fisik adalah jenis bullying yang juga
bisa terdeteksi karena dapat tertangkap oleh indra pendengaran orang.
Contoh bullying verbal antara lain: memaki, menjuluki, menghina,
meneriaki, mempermalukan di hadapan umum, menuduh, menyoraki,
menebar gosip, serta memfitnah.
Jenis bullying yang paling berbahaya adalah bullying mental atau
psikologis, hal tersebut terjadi secara diam-diam dan di luar pemantauan
orang. Contohnya adalah: memandang sinis, memandang penuh ancaman,
mempermalukan di hadapan umum, mendiamkan, mengucilkan,
mempermalukan, meneror melalui pesan pendek telepon genggam atau
email, memelototi, serta mencibir.
5. Faktor yang mempengaruhi bullying di sekolah
Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor yang
kompleks. Tidak ada faktor tunggal yang menjadi penyebab munculnya
bullying. Faktor-faktor penyebab terjadinya bullying menurut Ariesto
(dalam Mudjijanti, 2011:4) antara lain:
a. Faktor guru
Ada beberapa faktor dari guru yang dapat menyebabkan siswa
berperilakubullying, diantaranya adalah:
1) Kurangnya pengetahuan guru bahwa bullying baik fisik maupun
psikis dapat beresiko menimbulkan trauma psikologis dan melukai
self esteem(harga diri) siswa.
2) Persepsi yang parsial dalam menilai siswa. Setiap anak mempunyai
konteks kesejarahan yang tidak bisa dilepaskan dalam setiap kata
dan tindakannya, termasuk dalam tindakan siswa yang dianggap
melanggar batas. Pelanggaran yang dilakukan siswa merupakan
sebuah tanda dari masalah yang tersembunyi di baliknya.
3) Permasalahan psikologis guru yang menyebabkan hambatan dalam
mengelola emosi hingga guru menjadi lebih sensitif dan reaktif.
4) Adanya tekanan kerja. Target yang harus dipenuhi guru, baik dari
segi kurikulum, materi maupun prestasi yang harus dicapai siswa
sementara kendala yang dirasakan untuk mencapai hasil yang ideal
dan maksimal cukup besar.
5) Pola pengajaran yang masih mengedepankan faktor kepatuhan dan
ketaatan pada guru sehingga pola pengajaran bersifat satu arah
(dari guru ke murid).Pola ini bisa berdampak negatif apabila dalam
diri guru terdapat insecurityyang berusaha dikompensasi lewat
penerapan kekuasaan.
6) Muatan kurikulum yang menekankan pada kemampuan kognitif dan
mengabaikan kemampuan afektif siswa. Tidak menutup
kemungkinan suasana belajar menjadi kering dan stressfull.

b. Faktor siswa
Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap perilaku bullyingpada
siswa adalah dari sikap siswa itu sendiri. Sikap siswa tidak bisa
dilepaskan dari dimensi psikologis dan kepribadian siswa itu sendiri.
c. Faktor keluarga
Pola asuh meliputi: pertama Anak yang dididik dalam pola asuh
yang indulgent (memanjakan), highly privilege (mengistimewakan)
dan over protective (terlalu melindungi). Dengan memenuhi semua
keinginan dan tuntutan sang anak maka dapat menjadikan anak
tersebut tidak bisa belajar mengendalikan impulse, menyeleksi dan
menyusun skala prioritas kebutuhan, dan bahkan tidak belajar
mengelola emosi. Hal ini dapat menjadikan anak merasa seperti raja
dan bisa melakukan apa saja yang ia inginkan dan bahkan menuntut
orang lain melakukan keinginannya, sehingga anak akan memaksa
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara apapun asalkan
tujuannya dapat tercapai.
Kedua, orang tua yang emotionally or physically uninvolved, bisa
menimbulkan persepsi pada anak bahwa mereka tidak dikehendaki,
jelek, bodoh, tidak baik dan sebagainya. Hal ini dapat berdampak
secara psikologis, yakni munculnya perasaan inferior, rejected dan
sebagainya. Sebaliknya, orangtua yang terlalu rigid dan authoritarian,
tidak memberikan kesempatan berekspresi pada anaknya, dan lebih
banyak mengkritik, membuat anak merasa dirinya “not good enough
person”, hingga dalam diri mereka timbul inferioritas, dependensi,
sikapnya penuh keraguan, tidak percaya diri, rasa takut pada pihak
yang lebih kuat, sikap taat dan patuh yang irrasional, dan sebagainya.
Lambat laun tekanan emosi itu bisa keluar dalam bentuk agresivitas
yang diarahkan pada orang lain.
Ketiga, orang tua mengalami masalah psikologis. Jika orang tua
mengalami masalah psikologis yang berlarut-larut bisa mempengaruhi
pola hubungan dengan anak. Lama-kelamaan kondisi ini dapat
mempengaruhi kehidupan pribadi anak. Anak bisa kehilangan
semangat, daya konsentrasi, sensitif, reaktif, cepat marah dan
sebagainya.
Keluarga disfungsional, keluarga yang mengalami disfungsi punya
dampak signifikan terhadap anak. Keluarga yang salah satu
anggotanya sering memukul atau menyiksa fisik atau emosi,
mengintimidasi anggota keluarga lain atau keluarga yang sering
memiliki konflik terbuka tanpa ada resolusi, atau masalah yang
berkepanjangan yang dialami oleh keluarga dapat mempengaruhi
kondisi emosi anak dan lebih jauh mempengaruhi perkembangan
kepribadiannya.
d. Faktor lingkungan
Bullying dapat terjadi karena adanya faktor lingkungan, yaitu:
pertama adanya budaya kekerasan, seseorang melakukan bullying
karena dirinya berada dalam suatu kelompok yang sangat toleran
terhadap Tindakan bullying. Anak yang tumbuh dalam lingkungan
tersebut memandang bullying hal yang biasa/wajar.Kedua mengalami
sindrom Stockholm. Sindrom Stockholm merupakan suatu kondisi
psikologis dimana antara pihak korban dengan pihak aggressor
terbangun hubungan yang positif. Seperti budaya dalam orientasi
siswa baru, karena meniru perilaku seniornya. Ketiga tayangan televisi
yang banyak berbau kekerasan. Jika seseorang terlalu sering menonton
tayangan bullying maka akan mengakibatkan dirinya terdorong untuk
mengimitasi perilaku bullyingyang ada di televisi.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi bullying antara lain faktor guru, siswa dan
keluarga seperti pola asuh orang tua, orang tua yang mengalami
masalah psikologis, dan faktor lingkungan, seperti adanya budaya
kekerasan, dan tayangan televisi yang banyak menayangkan
kekerasan.

6. Dampak bullying
Menurut Elliot (dalam Titis setiani 2013), bullying memiliki dampak
negatif bagi perkembangan karakter anak, baik bagi si korban maupun
pelaku. Sementara kegagalan untuk mengatasi tindakan bullying akan
menyebabkan agresi lebih jauh. Akibat tindakan bullying pada diri korban
tidak hanya secara fisik namun bisa berdampak secara psikologis,
sehingga dapat timbul perasaan tertekan karena pelaku menguasai korban.
Menurut Rigby (dalam Titis setiani 29 2013) kondisi ini menyebabkan
korban mengalami kesakitan fisik dan psikologis, kepercayaan diri (self-
esteem) yang merosot, malu, trauma, tak mampu menyerang balik, merasa
sendiri, serba salah dan takut sekolah (school phobia)karena anak merasa
tidak ada yang menolong.Dalam kondisi selanjutnya, korban
mengasingkan diri dari sekolah, menderita ketakutan sosial (social
phobia), bahkan menurut Field (Titis setiani 2013) korban bullying
cenderung ingin bunuh diri.
C. Media
Video
D. Metode
1. Video
2. Tanya jawab

E. Uraian Kegiatan
No. Kegiatan Kegiatan Respon responden
(waktu)
1. Pembukaan (3 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan memperhatikan
4. Membuat kontrak waktu 3. Menyetujui kontrak waktu
2. Kegiatan 1. Menjelaskan cara pengisian 1. Mendengarkan dan
pretest (10 kuesioner memperhatikan
menit) 2. Membagikan kuesioner 2. Mengisi lembar kuesioner
3. Penjelasan 1. Mengetahui definisi 1. Mendengarkan dan
materi dan bullying memperhatikan
pemberian 2. Mengetahui karakteristik
video edukasi bullying
bullying (15 3. Mengetahui karakteristik
menit) pelaku dan korban
bullying
4. Mengetahui jenis dan
wujud bullying
5. Mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi
bullying
6. Mengetahui dampak
bullying
4. Evaluasi (8 1. Memberi kesempatan 1. Memberi pertanyaan tentang
menit) bertanya kepada metari yang belum
responden dimengerti
2. Menanyakan kembali 2. Menjawab pertanyaan
tentang materi
5. Kegiatan 1. Membagikan kuesioner 1. Mengisi lembar kuesioner
posttest (10
menit)
6. Penutup (4 1. Mengakhiri pertemuan dan 1. Menjawab salam
menit) ucapan terima kasih
2. Mengucapkan salam

Tabulasi Data
No.R Usia JK Pre Test Post Test
1 12 1 20 24
2 12 2 20 25
3 13 1 17 23
4 13 2 26 30
5 13 2 20 25
6 14 2 25 28
7 13 2 18 25
8 13 2 18 24
9 13 2 22 27
10 12 2 25 30
11 13 2 25 29
12 13 2 24 29
13 13 1 26 30
14 12 2 23 29
15 12 1 19 26
16 13 1 18 27
17 12 2 16 26
18 13 2 17 23
19 13 1 19 27
20 13 1 20 26
21 13 2 22 28
22 13 2 25 30
23 13 1 25 30
24 13 2 22 28
25 13 1 22 29
26 13 2 20 26
27 13 1 18 25
28 13 2 19 26
29 13 2 22 27
30 13 1 24 29
31 13 2 22 26
32 13 1 20 27
33 13 2 26 30
34 12 2 25 30
35 13 1 25 30
36 13 1 25 30
37 13 2 23 28
38 13 1 24 28
39 13 1 25 29
40 13 2 25 30
41 13 2 24 30
42 13 1 25 30
43 13 2 25 30
44 13 1 25 30
45 13 2 24 28
46 13 2 19 25
47 13 2 20 26
48 12 1 20 27
49 12 2 23 27
50 13 2 25 28
51 12 1 25 29
52 13 1 24 27
53 13 2 19 24
54 13 2 20 26
55 13 1 20 25
56 13 2 20 26
57 13 1 18 25
58 13 2 19 26
59 13 1 22 28
60 13 2 20 25
61 13 1 24 28
62 13 1 25 29
63 13 2 24 26
64 13 2 24 28
65 13 1 22 27
66 13 1 21 27
67 13 1 22 28
68 13 2 25 30
69 13 2 20 26
70 13 1 19 25

Output SPSS
Frequencies

Statistics
Usia Jenis Kelamin
N Valid 70 70
Missing 0 0
Mean 12.87 1.57
Median 13.00 2.00
Mode 13 2
Std. Deviation .378 .498
Variance .143 .248
Skewness -1.400 -.295
Std. Error of Skewness .287 .287
Kurtosis 2.618 -1.970
Std. Error of Kurtosis .566 .566
Range 2 1
Minimum 12 1
Maximum 14 2
Sum 901 110
Percentiles 25 13.00 1.00
50 13.00 2.00
75 13.00 2.00

Frequency Table
Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 12 10 14.3 14.3 14.3
13 59 84.3 84.3 98.6
14 1 1.4 1.4 100.0
Total 70 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-Laki 30 42.9 42.9 42.9
Perempuan 40 57.1 57.1 100.0
Total 70 100.0 100.0

Histogram

Explore
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pre Test 70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%
Post Test 70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Pre Test Mean 22.00 .329
95% Confidence Interval for Lower Bound 21.34
Mean
Upper Bound 22.66
5% Trimmed Mean 22.07
Median 22.00
Variance 7.565
Std. Deviation 2.750
Minimum 16
Maximum 26
Range 10
Interquartile Range 5
Skewness -.254 .287
Kurtosis -1.231 .566
Post Test Mean 27.36 .239
95% Confidence Interval for Lower Bound 26.88
Mean
Upper Bound 27.83
5% Trimmed Mean 27.43
Median 27.00
Variance 4.001
Std. Deviation 2.000
Minimum 23
Maximum 30
Range 7
Interquartile Range 3
Skewness -.209 .287
Kurtosis -.950 .566

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre Test .181 70 .000 .912 70 .000
Post Test .123 70 .011 .927 70 .001
a. Lilliefors Significance Correction

Explore

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Transformasi_Pretest 70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%
Transformasi_Posttest 70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%

Descriptives
Statistic Std. Error
Transformasi_Pretest Mean 4.6812 .03546
95% Confidence Interval for Lower Bound 4.6104
Mean
Upper Bound 4.7519
5% Trimmed Mean 4.6907
Median 4.6904
Variance .088
Std. Deviation .29665
Minimum 4.00
Maximum 5.10
Range 1.10
Interquartile Range .53
Skewness -.327 .287
Kurtosis -1.129 .566
Transformasi_Posttest Mean 5.2269 .02297
95% Confidence Interval for Lower Bound 5.1811
Mean
Upper Bound 5.2728
5% Trimmed Mean 5.2345
Median 5.1962
Variance .037
Std. Deviation .19222
Minimum 4.80
Maximum 5.48
Range .68
Interquartile Range .29
Skewness -.266 .287
Kurtosis -.878 .566

Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Transformasi_Pretest .183 70 .000 .911 70 .000
Transformasi_Posttest .123 70 .010 .927 70 .001
a. Lilliefors Significance Correction

NPar Tests

Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Percentiles
25th 50th (Median) 75th
Pre Test 70 22.00 2.750 16 26 20.00 22.00 25.00
Post Test 70 27.36 2.000 23 30 26.00 27.00 29.00

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
a
Post Test - Pre Test Negative Ranks 0 .00 .00
b
Positive Ranks 70 35.50 2485.00
c
Ties 0
Total 70
a. Post Test < Pre Test
b. Post Test > Pre Test
c. Post Test = Pre Test

Test Statisticsa
Post Test - Pre
Test
b
Z -7.324
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.

DOKUMENTASI PENELITIAN

Responden mengisi kuesioner Pre Test


Proses penayangan video edukasi

Responden mengisi kuesioner Post Test

You might also like