You are on page 1of 175

PENGGUNAAN MEDIA LOOSE PARTS UNTUK

MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK USIA


DINI DI PAUD AL-MUSFIROH GUNUNGSINDUR,
JAWA BARAT

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah
Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Oleh:

Azky Farida

NIM: 11160184000017

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF


HIDAYATULLAH JAKARTA

2020
i
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul Penggunaan Media Loose Parts untuk Mengembangkan


Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur, Jawa
Barat disusun oleh AZKY FARIDA Nomor Induk Mahasiswa 11160184000017,
diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 9 Juni
2021 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar
Sarjana SI (S.Pd.) dalam bidang Pendidikan Islam Anak Usia Dini.

Jakarta, 14 Agustus 2021

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda Tangan:

Ketua Panitia (Kajur PIAUD)


Dr. Siti Khadijah, MA 20/08/2021
NIP. 19700727 199703 2 004

Sekretaris (Sekjur PIAUD)


Miratul Hayati, M.Pd. 20/08/2021
NIP. 19870524 201801 2 001

Penguji I
Maila Dinia Husni Rahiem, Ph.D. 20/08/2021
NIP. 19780314 200604 2 002

Penguji II
Dewi Salistina, MA. 20/08/2021
NIP. 19800524 201403 2 001

Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Sururin, M.Ag.


NIP. 19710319 199803 2 001

ii
KEMENTERIAN AGAMA No. l9okumcn I-I’I’K -EH-AKD- O8 I
UIN JAKARTA ’1’gl. Terhit 1 Maret 2(110
FITK FORM (FR) No. Revisi: 01
Hnl l/l

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Azky Farida

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 9 Agustus 1998

11160184000017

Jurusan/Prodi : Pendidikan Islam Anak Usia Dini


Judul Skripsi : Penggunaan Media Loose Part,.s untuk

Mengembangkan Kieativitas Anak Usia Dint

di PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur, Jawa

Barat

Dosen Pembimbing : Dr. Azkia Muharom Albantani, M.Pd.I

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah

Jakarta, 4 Januari

2021 Mahasiswa

Ybs.

324549

Azk Farida NIM Ill0184000017


111
i
i
ABSTRAK

Azky Farida, NIM 11160184000017. Penggunaan Media Loose Parts untuk


Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur, Jawa Barat. Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk memahami penggunaan media loose parts


untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini di kelompok TK B PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur, Jawa Barat. Penelitian yang dilakukan menggunakan
metode penelitian kualitatif deskriptif yang dilakukan di PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur, Jawa Barat. Pengambilan sumber data dalam penelitian ini
menggunakan teknik pemilihan melalui pertimbangan tertentu dengan 8
narasumber. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi observasi, wawancara
dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis Miles dan
Huberman. Penggunaan media Loose Parts dalam pembelajaran berperan dalam
mengembangkan kreativitas anak usia dini dengan cara melakukan seluruh
tahapan penggunaan media Loose Parts menggunakan strategi bermain, strategi
beres-beres dan menyimpan barang serta berbagai strategi peningkatan kreativitas
(penciptaan produk, imajinasi, eksplorasi, eksperimen, proyek, musik dan bahasa).
Berkaitan dengan hal tersebut, sekolah dan orang tua perlu menjalin kerjasama
yang baik sehingga dapat mengoptimalkan penggunaan media Loose Parts untuk
mengembangkan kreativitas anak usia dini.

Kata Kunci: Penggunaan Media Loose Parts, Kreativitas Anak Usia Dini

vi
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis haturkan ke hadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala


yang senantiasa memberikan beribu nikmat, rahmat, dan karunia serta petunjuk-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Penggunaan Media
Loose Parts untuk Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur, Jawa Barat” sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi


Muhammad SAW. sebagai suri tauladan terbaik dalam berbagai hal. Kepada
keluarga, sahabat dan juga kepada para pengikut yang mengikuti jejak sunnahnya
hingga akhir zaman yang semoga termasuk kita di dalamnya. Aamiin Ya Robbal
Alamiin.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selama skripsi ini disusun, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak


sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, tidak ada usaha yang
menghianati hasil. Berkat do’a, perjuangan, kesungguhan hati dan dorongan serta
nasihat- nasihat yang positif dari berbagai pihak untuk penyelesaian skripsi ini
sehingga Alhamdulillah dapat teratasi. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Amany Lubis, MA., selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Siti Khadijah, MA., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Miratul Hayati, M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Islam Anak
Usia Dini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi
5. Dr. Azkia Muharom Albantani, M.Pd.I, selaku Dosen Pembimbing
Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu
membimbing dan memberikan motivasi serta saran-saran yang
membangun dari semester awal hingga akhir terutama dalam menyusun
dan menyelesaikan skripsi.
6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen PIAUD mulai dari semester awal hingga
semester akhir yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
namun tidak mengurangi rasa hormat dan takzim penulis kepada beliau
yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat, pengalaman serta
motivasi kepada penulis semasa kuliah. Semoga Allah Subhanahu wa
Ta’ala selalu memberikan Kesehatan dan kebahagiaan kepada seluruh
Dosenku tercinta.
7. Bapakku (Sukardi) dan Mamahku (Hikmah) yang senantiasa mendukung
baik moriil maupun materiil. Terimakasih atas segala kesabaran,
dukungan, motivasi, saran dan doa selama ini. Kelulusan ini adalah salah
satu tanda bakti dan cinta penulis kepada bapak dan mamah. Semoga
bapak dan mamah selalu dilimpahkan kesehatan dan kebahagiaan.
Penulis sangat menyayangi kalian.
8. Kepala Sekolah PAUD Al-Musfiroh Bapak Angga, S.Kom.I, S.Pd.
seluruh jajaran dewan guru PAUD Al-Musfiroh, Ibu Cherin, Ibu Jihan,
Ibu Yana, dan siswa/I TK B (Kelas Matahari) PAUD Al-Musfiroh yang
telah banyak membantu penulis dan memberikan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan penelitian di sekolah.
9. Walimurid PAUD Al-Musfiroh dan KB-RA Az-Zahra yang telah banyak
memberi semangat untuk menyelesaikan skripsi ini dan terus belajar.
10. Saudara Muhamad Kholilul Rifqi yang selalu menemani, memberi saran
dan motivasi dalam segala kondisi. Terimakasih banyak untuk semuanya.
11. Sahabatku Dini Kartika Sari, Dika Cipta Raharjo dan Aditya Darmawan
yang mengajarkan bahwa apapun pasti bisa dihadapi selama tak gentar
untuk terus belajar.

vi
12. Sahabatku Dini Rizkia Anggraini dan Rani Dwi Kurniawati yang telah
sama-sama saling berbagi ilmu dan semangat berjuang sehingga penulis
mampu menyelesaikan skripsi ini.

Demikian skripsi ini dibuat. Penulis menyadari dan mengakui bahwasanya


pasti masih terdapat berbagai kekurangan di dalamnya. Baik dari segi penulisan,
susunan kalimat dan sebagainya. Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dalam penyempurnaan skripsi yang saya susun agar dapat memberi manfaat
bagi saya khususnya untuk menjadi acuan meraih prestasi di masa yang akan
datang.

Jakarta, 4 Januari 2021

Azky Farida

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI................i

LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI..............................................iii

SURAT PERNYATAAN JURUSAN............................................................iv

SURAT KETERANGAN...............................................................................v

ABSTRAK.......................................................................................................vi

KATA PENGANTAR....................................................................................vii

DAFTAR ISI...................................................................................................x

DAFTAR TABEL...........................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR......................................................................................xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................1


B. Identifikasi Masalah...........................................................................4
C. Batasan Masalah.................................................................................5
D. Rumusan Masalah...............................................................................5
E. Tujuan Penelitian................................................................................6
F. Manfaat Penelitian..............................................................................6

BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori...................................................................................8
1. Teori Humanistik.....................................................8
2. Teori Loose Parts.....................................................8
B. Kajian Pustaka....................................................................................9

x
1. Kreativitas....................................................................................9
a. Pengertian Kreativitas..........................................................9
b. Ciri-Ciri Kreativitas..............................................................12
c. Komponen Pokok Kreativitas..............................................15
d. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Kreativitas.......16
e. Proses Kreatif.......................................................................20
f. Tujuan Pengembangan Kreativitas.......................................22
g. Fungsi Pengembangan Kreativitas.......................................23
h. Menumbuhkan Sikap Dasar Kreatif Anak...........................23
i. Strategi Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini........24
j. Pentingnya Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini......28
2. Loose Parts..................................................................................28
a. Pengertian Loose Parts.........................................................28
b. Pentingnya Loose Parts........................................................30
c. Komponen Loose Parts........................................................31
d. Manfaat Loose Parts............................................................32
3. Penggunaan Media Loose Parts untuk Mengembangkan Kreativitas
Anak Usia Dini............................................................................33
a. Strategi Penggunaan Media Loose Parts untuk Mengembangkan
Kreativitas Anak Usia Dini..................................................33
b. Loose Parts dan Kreativitas.................................................39
C. Penelitian yang Relevan.....................................................................41
D. Kerangka Berpikir..............................................................................42

BAB III METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................45


1. Tempat Penelitian........................................................................45
2. Waktu Penelitian.........................................................................45
B. Latar Penelitian (Setting)....................................................................46
C. Metode Penelitian...............................................................................46

xi
D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data....................................48
1. Sumber Data Penelitian...............................................................48
2. Teknik Pengumpulan Data..........................................................49
3. Instrumen Penelitian....................................................................51
E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data..................................56
F. Analisis Data.......................................................................................58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data....................................................................................61
1. Karakteristik Lokasi Penelitian...................................................61
a. Profil PAUD Al-Musfiroh....................................................61
b. Sejarah Singkat PAUD Al-Musfiroh....................................61
c. Visi, Misi dan Tujuan PAUD Al-Musfiroh..........................62
d. Data Siswa 2 Tahun Terakhir...............................................63
e. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan........................63
f. Sarana dan Prasarana............................................................64
g. Struktur Organisasi...............................................................65
h. Deskripsi Subjek Penelitian..................................................66
B. Hasil Penelian dan Pembahasan.........................................................66
1. Media Loose Parts dalam Mengembangkan Kreativitas di PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur, Jawa Barat...........................................66
2. Strategi yang Digunakan untuk Mengembangkan Kreativitas Anak
Usia Dini dengan Media Loose Parts di PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur, Jawa Barat...........................................................75

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................81
B. Implikasi.............................................................................................81
C. Saran...................................................................................................81

xi
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................83

LAMPIRAN HASIL WAWANCARA DAN PENGUMPULAN DATA...86

LEMBAR UJI REFERENSI.........................................................................139

xi
DAFTAR

Tabel 3.1: Alokasi Waktu Penelitian................................................................45

Tabel 3.2: Data Keperluan Dokumentasi..........................................................51

Tabel 3.3: Kisi-Kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur...................................................................52

Tabel 3.4: Kisi-Kisi Instrumen Observasi Siswa PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur


......................................................................................................... 54

Tabel 4.1: Data Siswa 2 Tahun Terakhir..........................................................63

Tabel 4.2: Daftar Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan........................63

Tabel 4.3: Daftar Sarana dan Prasarana............................................................64

xi
DAFTAR
Gambar 2.1: Piramida Loose Parts...................................................................34

Gambar 2.2: Siklus Bermain Loose Parts........................................................35

Gambar 2.3: Kerangka Berpikir.......................................................................43

Gambar 3.1: Uji Keabsahan Data.....................................................................56

Gambar 3.2: Uji Kredibilitas Data....................................................................57

Gambar 3.3: Teknik Analisis Data...................................................................59

Gambar 4.1: Struktur Kepengurusan PAUD Al-Musfiroh...............................66

Gambar 4.2: Anak Bersemangat untuk Mengeksplorasi..................................67

Gambar 4.3: Kegiatan Eksperimen...................................................................69

Gambar 4.4: Provokasi dan Invitasi..................................................................70

Gambar 4.5: Anak Membuat Karya Sesuai Keinginan dan Kemampuannya...72

Gambar 4.6: Anak Membereskan dan Menyimpan Mainan.............................73

Gambar 4.7: Membangun Makna dan Tujuan Bermain...................................74

Gambar 1: Kegiatan Wawancara......................................................................136

Gambar 2: Kegiatan Penyambutan dan Absensi Pagi......................................136

Gambar 3: Kegiatan Pembukaan Kelas Matahari.............................................136

Gambar 4: Kegiatan Inti 1 dan Strategi Bermain.............................................137

Gambar 5: Kegiatan Inti 2................................................................................137

Gambar 6: Kegiatan Beres-Beres.....................................................................137

Gambar 7: Kegiatan Penutup............................................................................138

Gambar 8: Persiapan Pulang dan Penjemputan................................................138

Gambar 9: Foto Bersama Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD Al-
Musfiroh.........................................................................................138

x
BAB
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam The Global Creativity Indeks tahun 2015, ditunjukkan bahwa dari
139 negara di Dunia, Indonesia berada pada posisi ke 115 dalam tingkat
kreativitas.1 Padahal banyak sekali peninggalan nenek moyang dahulu yang
memiliki nilai kreativitas tinggi, seperti berbagai tarian tradisional, rumah
adat, candi, dan masih banyak lagi. Diduga pendidikan selama ini tidak cukup
memberikan ruang untuk siswa menjadi kreatif. Di beberapa daerah-daerah
kecil seperti desa-desa di Gunungsindur, pendidikan masih belum dapat
menemukan metode dan alat yang tepat untuk mengembangkan kreativitas
anak. Terlebih lagi jika si anak memiliki orangtua yang minim pengetahuan.
Sehingga perkembangan anak hanya terfokus pada bagaimana anak dapat
membaca, menulis dan menghitung. Padahal bukan itu esensi utama dari
pendidikan anak usia dini. Belum lagi adanya ketentuan bahwa membaca,
menulis dan menghitung menjadi syarat utama untuk memasuki jenjang
Sekolah Dasar (SD). Sehingga keterampilan dianggap sebagai hal yang tidak
begitu penting. Pengembangan kreativitas sebenarnya dapat meningkatkan
prestasi akademik. Sebagaimana yang dipaparkan oleh Yamamoto dalam
Diana Vidya Fakhriyani bahwa sangat penting untuk mengembangkan
kreativitas karena prestasi akademik dapat meningkat seiring berkembangnya
kreativitas.2 Jadi ketika kreativitas dikembangkan, maka prestasi akademik
juga dapat meningkat. Namun yang saat ini terjadi adalah orang tua dan
sekolah hanya mengedepankan peningkatan prestasi akademik dan
mengesampingkan pengembangan kreativitas.

1
Richard Florida, Charlotta Mellander, Karen King, The Global Creativity Indeks 2015,
(Toronto: Martin Prosperity Institute, 2015), h. 57
2
Diana Vidya Fakhriyani, “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini”, Jurnal Pemikiran
Penelitian Pendidikan dan Sains, Vol. 4, 2016, h. 193

1
2

Pendidikan anak usia dini pada prakteknya hanya mengembangkan


kreativitas melalui kegiatan menggambar dan mewarnai. Menggambar dan
mewarnai memang berperan dalam mengembangkan sebagian kecil
kreativitas anak usia dini. kreativitas tidak hanya berkutat dengan warna.
Siswa atau anak juga diharapkan dapat mengembangkan dan memperoleh
kecakapan atau keterampilan hidup, yang mana tidak hanya mencakup
keterampilan motorik semata, namun juga meliputi afektif dan motivasi untuk
terampil menangani berbagai persoalan kehidupan.3 Kreativitas dirasa cukup
dikembangkan melalui kegiatan menggambar dan mewarnai, karena
kreativitas hanya seputar warna dan kreasi. Padahal kreativitas mencakup hal
yang lebih luas dari itu. Kreatif dalam membuat karya, kreatif dalam
memecahkan masalah, kreatif dalam membuat keputusan dan lain sebagainya.
Hal-hal tersebut yang terkadang diabaikan dan akhirnya tidak berkembang.
Untuk mengembangkan berbagai cakupan kreativitas, dibutuhkan media dan
strategi yang berbeda di luar menggambar serta mewarnai. Lingkungan
bermain anak sebenarnya kaya dengan berbagai material-material yang dapat
menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak, terlebih lagi untuk
mengembangkan kreativitas anak usia dini. Baik material alam maupun
material buatan. Namun, banyak lembaga pendidikan yang tidak menyadari
hal tersebut. Sehingga anak hanya diajarkan bagaimana menghasilkan karya
sesuai dengan apa yang sudah dibuat oleh gurunya. Padahal anak dapat
menghasilkan berbagai karya sendiri yang merupakan bentuk visualisasi dari
imajinasi yang dimiliki dengan berbagai material atau media yang ada di
lingkungan sekelilingnya. Kegiatan-kegiatan pembelajaran harus memberikan
kesempatan ini kepada anak-anak.
Penggunaan Loose Parts ini menjadi sumber belajar yang diperlukan
anak untuk bermain dan dapat menciptakan lingkungan yang lebih kaya bagi
anak untuk bermain, sehingga apapun bisa digunakan anak untuk bermain,
karena Loose Parts tidak memiliki ramuan khusus sehingga memberikan

3
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. 3, h. 174
3

kemungkinan-kemungkinan yang tak terbatas. 4 Anak usia dini memiliki


pemikiran unik yang dapat menghasilkan berbagai karya sesuai dengan apa
yang pernah mereka lihat, dan dengar. Berbagai karya yang disesuaikan
dengan imajinasi anak dapat dibuat. Melalui penggunaan Loose Parts ini si
anak dibimbing dan difasilitasi untuk terus mengeluarkan imajinasi-imajinasi
kreatifnya serta mengkonkretkannya atau membuatnya menjadi sebuah karya
nyata sehingga anak merasa memiliki kebebasan untuk berekspresi dan
berkreasi sesuai kemampuannya.
Loose Parts tidak digunakan begitu saja. Diperlukan adanya
pendampingan dari guru dengan strategi tertentu agar Loose Parts bisa
digunakan sebagai media pembelajaran untuk mengembangkan berbagai
aspek perkembangan anak usia dini. Penggunaan media Loose Parts perlu
didukung dengan manajemen kelas yang baik. Mulai dari penataan alat main
hingga pengelolaan pengajaran. Strategi serta pengelolaan manajemen kelas
yang baik mulai dari kegiatan pembukaan, kegiatan inti hingga kegiatan
penutup. Pendidik perlu melakukan pengarahan yang mendukung anak usia
dini untuk dapat membuat imajinasi anak menjadi sebuah karya, sehingga
proses pembelajaran memberikan banyak pengalaman bermain yang
bermakna pada anak dan anak dapat memaknai dunia di sekelilingnya melalui
kegiatan bermain. Namun masih terdapat beberapa sekolah yang memang
masih belum bisa mengarahkan penggunaan Loose Parts sebagai media
pembelajaran yang baik.
PAUD Al-Musfiroh berupaya mengembangkan kreativitas anak dengan
menggunakan berbagai barang yang ada di lingkungan sekitar anak. Dengan
adanya monitoring dari UNICEF di PAUD Al-Musfiroh menjadikan PAUD
Al-Musfiroh lebih kompeten dalam memanfaatkan media Loose Parts,
terlebih untuk meningkatkan pengembangan kreativitas anak usia dini. Di
samping itu, PAUD Al-Musfiroh Kecamatan Gunungsindur berlokasi di
pedesaan yang kaya akan media Loose Parts, sehingga penggunaan media
Loose Parts
4
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, (Semarang:
Sarang Seratus Aksara, 2020),
4

menjadi lebih efektif dan bervariatif. Alasan tersebut yang membuat peneliti
memilih PAUD Al-Musfiroh untuk menjadi lokasi atau tempat penelitian.
Loose Parts adalah material yang mencerdaskan, karena mendorong anak
untuk memikirkan hendak dijadikan apa material-material tersebut. Material-
material yang memiliki nilai dan berpotensi untuk ditransformasi dengan
berbagai cara menjadi kreasi-kreasi dan temuan-temuan baru sehingga
mendorong kreativitas dan imajinasi.5 Anak dapat menemukan berbagai hal-
hal baru yang kemudian menjadi referensi bagi anak untuk memperoleh
pengetahuan baru dan kemudian difasilitasi dengan berbagai material yang
dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai karya dari imajinasi anak.
Gilman dari McGill University mengatakan Loose Parts sebagai mindset,
dengan pendekatan yang berorientasi pada sebuah proses dimana pada saat
anak bermain tiba-tiba muncul percakapan dari anak dan menjadikan
pembelajaran menjadi bermakna.6 Penelitian ini dimaksudkan untuk menggali
lebih dalam terkait bagaimana penggunaan media Loose Parts dalam
meningkatkan pengembangan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-
Musfiroh Kecamatan Gunungsindur.

B. Identifikasi Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Perkembangan kreativitas pada anak usia dini yang kurang maksimal.
Melihat dan menganalisa semaksimal apakah perkembangan kreativitas
pada anak usia dini.
2. Media yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas hanya terpaut
pada kegiatan menggambar dan mewarnai.
3. Kegiatan pembelajaran anak usia dini yang tidak berfokus pada aspek
perkembangan anak melainkan pada kemampuan akademik seperti
membaca, menulis dan berhitung.

5
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 18
6
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 60
5

4. Peran media Loose Parts dalam mengembangkan kreativitas anak usia


dini. Sejauh mana peran media Loose Parts dalam meningkatkan
pengembangan kreativitas anak usia dini.
5. Penggunaan strategi yang belum maksimal. Strategi seperti apa yang
digunakan untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini dengan
media Loose Parts.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan pada hasil identifikasi masalah di atas, maka masalah yang
akan dibahas dapat diperjelas dengan membatasi masalah yang akan dibahas
dan diteliti. Peneliti memberikan batasan pada masalah sebagai berikut:
1. Peneliti membahas peran media Loose Parts dalam mengembangkan
kreativitas di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan Gunungsindur tahun ajaran
2020/2021.
2. Peneliti membahas strategi yang digunakan untuk mengembangkan
kreativitas anak usia dini dengan media Loose Parts di PAUD Al-
Musfiroh Kecamatan Gunungsindur tahun ajaran 2020/2021.

D. Rumusan Masalah
Merujuk pada identifikasi masalah yang telah dipaparkan, peneliti
merumuskan masalah-masalah berikut:
1. Bagaimana media Loose Parts dapat mengembangkan kreativitas di
PAUD Al-Musfiroh Kecamatan Gunungsindur?
2. Apakah strategi yang digunakan untuk mengembangkan kreativitas anak
usia dini dengan menggunakan media Loose Parts di PAUD Al-Musfiroh
Kecamatan Gunungsindur?
6

E. Tujuan Penelitian
Penelitian terkait penggunaan media Loose Parts untuk meningkatkan
pengembangan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan
Gunungsindur memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis bagaimana media Loose Parts dapat
mengembangkan kreativitas di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan
Gunungsindur.
2. Untuk menganalisis apa strategi yang digunakan untuk mengembangkan
kreativitas anak usia dini dengan menggunakan media Loose Parts di
PAUD Al-Musfiroh Kecamatan Gunungsindur.

F. Manfaat Penelitian
Penelitian penggunaan media Loose Parts untuk meningkatkan
pengembangan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan
Gunungsindur diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
bergelut di dunia pendidikan anak usia dini, yaitu sebagai berikut:
1. Manfaat bagi peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini memberikan berbagai manfaat seperti
dapat meningkatkan kualitas ilmu pengetahuan dan pengaplikasiannya
dalam dunia pendidikan. Selain itu, peneliti dapat menjadi lebih peka
terhadap berbagai problematika dalam dunia pendidikan serta lebih
kreatif dalam mengatasi berbagai problematika tersebut.
2. Manfaat bagi pengajar
Bagi pendidik atau guru pendidikan anak usia dini, penelitian ini
memberikan berbagai manfaat seperti memperoleh alternatif
pembelajaran baru yang menyenangkan serta memperbanyak wawasan
terkait pengembangan kreativitas anak usia dini.
3. Manfaat bagi peserta didik
Bagi peserta didik atau anak usia dini, penelitian ini dapat
memberikan berbagai manfaat seperti mendapatkan pembelajaran dengan
7

cara baru yang kreatif, produktif, inovatif dan menyenangkan melalui


penggunaan media Loose Parts. Selain itu, anak dapat memiliki
kebebasan untuk berekspresi dan berkreasi sesuai dengan
kemampuannya.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
1. Teori Humanistik
Teori Humanistik Carl Rogers. Carl Rogers berpendapat bahwa
kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan
lingkungannya yang mana terdapat tiga kondisi internal dari pribadi yang
kreatif, yaitu keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk
menilai situasi patokan pribadi seseorang (Internal Locus Of Evaluation)
dan kemampuan untuk bereksperimen, untuk bermain dengan konsep-
konsep. Carl Rogers berpandangan bahwa apabila seseorang memiliki
ketiga ciri ini maka Kesehatan prikologis sangat baik. Orang tersebut
akan berfungsi sepenuhnya menghasilkan karya-karya kreatif dan hidup
secara kreatif.7 Dari pandangan Carl Rogers tersebut, kreativitas dalam
diri seseorang muncul melalui proses interaksi seseorang dengan
lingkungannya yang berarti kreativitas diperoleh melalui pengalaman
langsung yang dialami seseorang dan merupakan proses belajar dari
lingkungan sekitarnya. Hal ini sesuai dengan penggunaan media Loose
Parts yang mengharuskan anak belajar dan memperoleh pengalaman dari
lingkungannya, serta melakukan interaksi langsung dengan
lingkungannya untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan
anak terutama kreativitas

2. Teori Loose Parts


Teori Loose Parts dikemukakan oleh Simon Nicolson. Simon
Nicolson menyatakan bahwa lingkungan adalah tempat interaktif bagi
anak, dimana anak itu sendiri terlahir sebagai pribadi yang kreatif,
dengan

7
Masganti Sit, dkk, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan Praktik, (Medan:
Perdana Publishing, 2016), h. 33-34
8
9

lingkungan yang terbuka maka interaksi anak dengan lingkungan akan


memberikan kemungkinan-kemungkinan yang membuat anak bisa
menjadi penemu. Nicolson menggambarkan dengan Loose Parts, anak
senang bermain, bereksperimen, menemukan dan menjadi senang. 8 Dari
pandangan yang dikemukakan Simon Nicolson, dapat dilihat bahwa anak
terlahir kreatif. Dari sifat kreatif tersebut, jika lingkungan di sekitar anak
mendukung dan memberikan berbagai kesempatan kepada anak, maka
hal tersebut dapat membuat anak menjadi penemu berbagai halm baik
pengetahuan, cara memecahkan dan menyelesaikan masalah, dan lain
sebagainya melalui kegiatan bermain dan berbagai eksperimen yang
dilakukan. Teori ini mendukung adanya teori humanistik oleh Carl
Rogers. Keduanya mengemukakan hal yang sependapat, yaitu bahwa
lingkungan bermain anak serta interaksi anak dengan lingkungan dapat
memunculkan dan mengembangkan sifat kreatif anak yang kemudian
dapat pula mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak.

B. Kajian Pustaka
1. Kreativitas
a. Pengertian Kreativitas
Kreatif secara terminologis dimaknai sebagai kemampuan untuk
berkreasi atau kemampuan untuk menciptakan sesuatu.9 Selain itu,
kreativitas memiliki banyak definisi yang berbeda, diantaranya yaitu
Alex Sobour dalam M. Fadlillah mengartikan kreatif sebagai sesuatu
yang bermacam-macam diikuti dengan nalar dan pengertian yang
bersifat impulsif dalam menciptakan suatu keadaan atau benda.10

8
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 12
9
M. Fadlillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan Pembelajaran Menarik,
Kreatif dan Menyenangkan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2014), h. 63
10
M. Fadlillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan Pembelajaran
Menarik, Kreatif dan Menyenangkan, h.63
1

James J. Gallagher dalam Yeni Rachmawati memaparkan bahwa


“Creativity is a mental process by which an individual creates new
ideas or products, or recombines existing ideas and product, in
fashion that is novel him or her.”11 Yang jika diartikan ke dalam
bahasa Indonesia, kreativitas memiliki arti gagasan, produk baru,
atau kombinasi gagasan dan produk yang merupakan suatu proses
mental oleh seseorang yang pada akhirnya melekat dalam dirinya.
Dengan kata lain, kreativitas merupakan proses mental atau proses
pembiasaan seseorang untuk menghasilkan gagasan, produk baru
maupun keduanya sehingga proses tersebut berhasil tertanam atau
terbiasa dalam kepribadian.
Adapula menurut Semiawan dalam Yeni Rachmawati,
kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan ide baru dan
menerapkannya dalam upaya memecahkan masalah. 12 Kreativitas
bukan hanya terbatas pada hasil yang berupa gagasan atau produk
baru, namun juga berorientasi pada penerapannya dalam
memecahkan masalah sehari-hari.
Chaplin dalam Yeni Rachmawati mengemukakan bahwa
kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan bentuk baru
dalam kesenian, atau dalam permesinan, atau dalam pemecahan
masalah-masalah dengan cara baru.13 Sejalan dengan itu, Rotherberg
dalam Novi Mulyani berpendapat bahwa kreativitas adalah
kemampuan untuk menghasilkan ide atau gagasan dan solusi yang
baru dan berguna untuk memecahkan masalah dan tantangan yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.14 Guilford dalam Novi

11
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 13
12
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 14
13
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 14
14
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2019), h. 3
1

Mulyani juga menjelaskan bahwa kreativitas merupakan kemampuan


untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian
terhadap suatu masalah.15 Jadi, kreativitas juga dapat diartikan
sebagai proses penemuan atau penciptaan ide, gagasan, metode
maupun produk baru dalam kaitannya untuk melihat berbagai
macam kemungkinan yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
suatu masalah.
Sementara itu, Nur’aeni dalam Novi Mulyani mendefinisikan
kreativitas sebagai suatu pengalaman untuk mengutarakan dan
mengaktualisasikan identitas diri seseorang secara integratif dalam
hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.16
Maka, kreativitas tidak hanya berkaitan dengan pribadi seseorang,
tetapi juga berkaitan dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Munandar dalam Diana Vidya Fakhriyani berpendapat bahwa
kreativitas adalah hasil interaksi antara diri seseorang dan
lingkungannya, kemampuan untuk membuat afiliasi baru,
berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah dikenal
sebelumnya.17 Hal tersebut dimaksudkan bahwa kemampuan yang
dimiliki untuk membuat kombinasi baru berasal dari pengalaman
yang dimiliki.
Solso dalam Rita Kurnia memaparkan bahwa kreativitas
merupakan aktivitas berpikir yang menghasilkan cara pandang baru
terhadap suatu situasi atau masalah.18 Kreativitas melibatkan proses
berpikir untuk dapat menghasilkan cara pandang baru terhadap suatu
situasi atau masalah dengan solusi atau pemecahan masalahnya.
Silamy dalam Sri Hardiningsih mengatakan “Creativity is the
desire and talent to create a cast of all ages in all subjects and the
potential environmental and socio-cultural continuity is directly and

15
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 4
16
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 3
17
Diana Vidya Fakhriyani, “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini”, Jurnal Pemikiran
Penelitian Pendidikan dan Sains, Vol. 4, 2016, h. 195
18
Rita Kurnia, “Konsepsi Bermain dalam Menumbuhkan Kreativitas pada Anak Usia Dini”,
Educhild, Vol. 01, 2012, h. 82
1

closely”.19 Hal ini berarti bahwa kreativitas merupakan keinginan dan


bakat dalam membuat sesuatu pada berbagai jenjang usia dengan
berbagai subjek dan potensi yang berkesinambungan antara
lingkungan dengan sosial budaya secara langsung dan erat.
Merujuk pada berbagai macam definisi kreativitas yang telah
dipaparkan, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
kreativitas merupakan proses pembiasaan dalam menghasilkan
berbagai gagasan, ide, metode, maupun produk baru guna
memecahkan persoalan dan menghadapi berbagai tantangan yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-sehari yang berhubungan dengan
diri sendiri, orang lain ataupun lingkungan sekitar.

b. Ciri-Ciri Kreativitas
Kreativitas (Creativity) adalah salah satu kemampuan kognitif
manusia yang sangat penting, dan oleh kebanyakan ahli psikologi
kognitif dimasukkan ke dalam kemampuan menangani dan
menemukan pemecahan masalah.20 Kreativitas dalam diri seseorang
dapat dilihat dari beberapa hal, Guilford dalam Ahmad Susanto
mengemukakan bahwa terdapat lima ciri dari kemampuan berpikir
kreatif, yaitu meliputi kelancaran atau Fluency (kemampuan
menghasilkan banyak gagasan), keluwesan atau Flexibility
(kemampuan mengemukakan berbagai pendekatan atau pemecahan
masalah), keaslian atau Originality (menggunakan cara yang asli),
penguraian atau Elaboration (menguraikan suatu benda secara jelas),
serta perumusan kembali atau Definition (kemampuan meninjau
dengan perspektif berbeda).21

19
Sri Hardiningsih Hanafi dan Sujarwo, “Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak dengan
Memanfaatkan Media Barang Bekas di TK Kota Bima”, Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat, Vol. 2, 2015, h. 3-4
20
Aisyah, “Permainan Warna Berpengaruh Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini”, Jurnal
Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 1, 2017, h. 120
21
Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspeknya,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 117-118
1

Supriyadi dalam Novi Mulyani memaparkan 24 ciri orang kreatif


melalui berbagai studi yang telah dilakukan, yaitu sebagai berikut:22
1) Terbuka terhadap pengalaman baru
2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon
3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan
4) Menghargai fantasi
5) Tertarik pada kegiatan kreatif
6) Memiliki pendapat sendiri dan tidak terpengaruh oleh orang lain
7) Memiliki rasa ingin tahu yang besar
8) Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti
9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan
10) Percaya diri dan mandiri
11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen pada tugas
12) Tekun dan tidak mudah bosan
13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah
14) Kaya akan inisiatif
15) Peka terhadap situasi lingkungan
16) Lebih berorientasi kepada masa kini dan masa yang akan datang
daripada masa lalu
17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik
18) Tertarik pada hal-hal abstrak, kompleks, holistik, dan
mengandung teka teki
19) Memiliki gagasan yang orisinal
20) Memiliki minat yang luas
21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan
konstruktif bagi pengembangan diri
22) Kritis terhadap pendapat orang lain
23) Senang mengajukan pertanyaan yang baik
24) Memiliki kesadaran etika moral dan estetika yang tinggi

22
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 12-13
1

Ciri lain dari seseorang termasuk dalam kategori kreatif,


dipaparkan oleh Catron dan Allen dalam Yuliani Nurani Sujiono
bahwa terdapat 12 indikator kreatif anak usia dini, antara lain sebagai
berikut:23
1) Anak berkeinginan untuk mengambil resiko berperilaku berbeda
dan mencoba hal-hal yang baru dan sulit.
2) Anak memiliki selera humor yang luar biasa dalam situasi
keseharian.
3) Anak berpendirian tegas atau tetap, terang-terangan serta
berkeinginan untuk berbicara secara terbuka dan bebas.
4) Anak adalah nonkonformis, yaitu melakukan hal-hal dengan
caranya sendiri.
5) Anak mengekspresikan imajinasinya secara verbal.
6) Anak tertarik pada berbagai hal, memiliki rasa ingin tahu dan
senang bertanya.
7) Anak menjadi terarah dan termotivasi sendiri, serta memiliki
imajinasi dan menyukai fantasi.
8) Anak terlibat dalam sistematis dan yang disengaja dalam
membuat rencana dari suatu kegiatan.
9) Anak menyukai imajinasinya dan menggunakannya dalam
bermain, terutama dalam bermain pura-pura.
10) Anak menjadi inovatif, penemu, dan memiliki banyak sumber
daya.
11) Anak bereksplorasi dan bereksperimen dengan objek, contoh,
masukan atau menjadikan sesuatu bagian dari tujuan.
12) Anak bersifat fleksibel dan berbakat dalam mendesain sesuatu.
Sangat banyak ciri yang menandakan bahwa seseorang
tergolong ke dalam orang yang kreatif. Ada ciri yang dilihat dari sisi
perilaku dan ada pula yang dilihat dari sisi emosional atau dengan
kata lain,
2
Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan
Jamak, (Jakarta: Indeks, 2010), h.
1

ciri tersebut dilihat dari sisi sikap dan sifat. Ciri yang dimiliki setiap
orang pun berbeda. Namun dari semua ciri yang telah dipaparkan di
atas, ciri paling menonjol yang menunjukkan bahwa seseorang
tersebut kreatif adalah tingkat inovasi dan rasa ingin tahu yang
tinggi.

c. Komponen Pokok Kreativitas


Kreativitas memiliki komponen-komponen pokok yang menjadi
ciri khas dari kreativitas itu sendiri. Terkait dengan komponen-
komponen pokok kreativitas tersebut, Suharnan dalam Dadan
Suryana menjelaskan bahwa terdapat beberapa komponen pokok
dalam kreativitas, yaitu sebagai berikut:24
1) Aktivitas berpikir, kreativitas selalu melibatkan proses berpikir
dalam diri seseorang. Aktivitas ini merupakan suatu proses
mental yang tidak tampak oleh orang lain, dan hanya dirasakan
oleh orang yang bersangkutan. Aktivitas ini bersifat kompleks,
karena melibatkan sejumlah kemampuan kognitif seperti
persepsi, atensi, ingatan, penalaran, imajinasi, pengambilan
keputusan, dan pemecahan masalah.
2) Menemukan atau menciptakan sesuatu yang mencakup
kemampuan menghubungkan dua gagasan atau lebih yang
semula tampak tidak berhubungan, kemampuan mengubah
pandangan yang ada dan menggantikan dengan cara pandang
lain yang baru, dan kemampuan menciptakan suatu kombinasi
baru berdasarkan konsep-konsep yang telah ada dalam pikiran.
Aktivitas menemukan sesuatu berarti melibatkan proses
imajinasi yaitu kemampuan memanipulasi sejumlah objek atau
situasi di dalam pikiran sebelum sesuatu yang baru diharapkan
muncul.

24
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak,
(Jakarta: Kencana, 2016), h. 207-208
1
3) Sifat baru atau orisinal. Umumnya kreativitas dilihat dari adanya
suatu produk baru. Produk ini biasanya akan dianggap sebagai

24
Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi dan Aspek Perkembangan Anak,
(Jakarta: Kencana, 2016), h. 207-208
1

karya kreativitas bila belum pernah diciptakan sebelumnya,


bersifat luar biasa, dan dapat dinikmati oleh masyarakat.
4) Produk yang berguna atau bernilai, suatu karya yang dihasilkan
dari proses kreatif harus memiliki kegunaan tertentu, seperti
lebih enak, lebih mudah dipakai, mempermudah, memperlancar,
mendorong, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi
hambatan, dan mendatangan hasil lebih baik atau lebih banyak.
Dalam dunia pendidikan anak usia dini, komponen-komponen
pokok tersebut mengartikan bahwa 1) anak mengalami proses
berpikir untuk mengatasi problem atau permasalahan yang
dihadapinya, meskipun masalah yang dihadapi anak hanyalah
masalah kecil yang biasa terjadi namun anak memerlukan
kemampuan berpikir keras untuk dapat mengatasi masalah yang
dihadapinya; 2) menemukan atau menciptakan berbagai ide, gagasan
atau produk yang merupakan bentuk visualisasi dari imajinasi yang
dimilikinya; 3) sifat baru atau orisinal dalam ide, gagasan atau
produk yang dibuatnya; dan 4) ide, gagasan atau produk yang dibuat
berguna dan bernilai dalam mengatasi masalah yang dihadapinya.

d. Faktor yang Mendukung dan Menghambat Kreativitas


Kreativitas yang berkembang dalam diri seseorang dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Sternberg dalam Ratih Kusumawardhani
memaparkan bahwa kreativitas membutuhkan Kerjasama dari
kemampuan intelektual, pengetahuan, gaya berpikir, kepribadian,
motivasi dan lingkungan.25 Kuwato dalam Novi Mulyani
memaparkan bahwa setidaknya ada 3 faktor yang dapat
memengaruhi
kreativitas, yaitu sebagai berikut:26

25
Ratih Kusumawardhani, dkk. “Profil Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun”, Jurnal Ilmiah Visi
PGTK PAUD dan Dikmas, Vol. 3, 2018, h. 12
26
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 26-27
1

1) Faktor kemampuan berpikir yang mencakup intelegensi dan


mengayakan bahan berpikir. Inteligensi merupakan petunjuk
kualitas kemampuan berpikir, sedangkan mengayakan bahan
berpikir dibedakan atas perluasan dan pendalaman dalam
bidangnya dan bidang disekitarnya. Dalam pendidikan anak usia
dini, inteligensi diibaratkan sebagai tingkat kemampuan berpikir
yang dimiliki anak, sedangkan mengayakan bahan berpikir
diibaratkan sebagai perluasan dan pendalaman dari apa yang
sedang dipikirkan atau dipecahkan atau dipelajari.
2) Faktor kepribadian. Seseorang yang memiliki kepribadian
pantang menyerah, optimis, rajin, ulet dan lainnya, akan
memiliki kreativitas yang berbeda dengan orang yang memiliki
sifat pesimis, mudah menyerah, malas, dan lainnya.
3) Faktor lingkungan. Kreativitas akan dapat berkembang apabila
lingkungan memberi dukungan dengan kebebasan sebagai
suasana yang mendukung perkembangan kreativitas. Kebebasan
yang diperlukan adalah kebebasan yang tetap mengacu pada
norma yang berlaku, tetapi harus saling menghargai dan
memahami sehingga memungkinkan rasa aman yang dinamis,
yang akan memberikan rangsangan dan kesempatan bagi
kreativitas untuk terus berkembang.
Selain itu, Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati menjelaskan
bahwa ada empat hal yang dapat diperhitungkan dalam
pengembangan kreativitas, yaitu sebagai berikut:27
1) Rangsangan mental
Suatu karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan
rangsangan mental yang mendukung baik pada aspek kognitif
maupun kepribadiannya serta suasana psikologis (Psychological
Athmosphere). Pada aspek kognitif anak distimulasi agar mampu

27
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 27-32
1

memberikan berbagai alternatif pada setiap stimulan yang


muncul. Pada aspek kepribadian anak distimulasi untuk
mengembangkan berbagai macam potensi pribadi kreatif seperti
percaya diri, berani, ketahanan diri, dan sebagainya. Pada aspek
suasana psikologis distimulasi agar anak memiliki rasa aman,
kasih sayang dan penerimaan. Menerima anak dengan segala
kekurangan dan kelebihannya akan membuat anak berani
mencoba, berinisiatif dan berbuat sesuatu secara spontan.28
2) Iklim dan kondisi lingkungan
Lingkungan yang sempit, pengap dan menjemukan akan
terasa muram, tidak bersemangat dan mengumpulkan ide
cemerlang. Maka, kreativitas dengan sendirinya akan mati dan
tidak berkembang dengan kondisi lingkungan yang tidak
mendukung.29
3) Peran guru
Peluang untuk munculnya siswa yang kreatif akan lebih
besar dari guru yang kreatif pula. Guru yang kreatif adalah guru
yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai pendekatan
dalam proses kegiatan belajar dan membimbing siswanya. Ia
juga figur yang senang melakukan kegiatan kreatif dalam
hidupnya. Ada beberapa hal yang dapat mendukung peran guru
dalam mengembangkan kreativitas siswa, yaitu percaya diri,
berani mencoba hal baru, memberikan contoh, menyadari
keragaman karakteristik siswa, memberikan kesempatan pada
siswa untuk berekspresi dan bereksplorasi, serta berpikir
positif.30

28
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 27-28
30
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 31-32
29
1
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 28

30
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 31-32
1

4) Peran orang tua


Utami Munandar dalam Yeni Rachmawati menyebutkan
beberapa sikap orang tua yang menunjang tumbuhnya
kreativitas, yaitu sebgai berikut:31
a) Menghargai pendapat anak dan mendorongnya untuk
mengungkapkan.
b) Memberi waktu kepada anak untuk berpikir, merenung, dan
berkhayal.
c) Membolehkan anak mengambil keputusan sendiri.
d) Mendorong anak untuk menjajaki dan mendorong berbagai
hal.
e) Meyakinkan anak bahwa orang tua menghargai apa yang
ingin dicoba, dilakukan dan apa yang dihasilkan.
f) Menunjang dan mendorong kegiatan anak.
g) Menikmati keberadaannya bersama anak.
h) Memberi pujian yang sungguh-sungguh kepada anak.
i) Mendorong kemandirian anak dalam bekerja.
j) Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan anak.
Banyak hal yang menjadi faktor pendukung dari pengembangan
kreativitas. Namun, faktor-faktor pendukung tersebut juga dapat
menjadi faktor penghambat jika yang dilakukan menyimpang dari
hal- hal yang mendukung. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa faktor pendukung dan penghambat dari pengembangan
kreativitas terdiri dari faktor internal (kemampuan
berpikir/intelektual, gaya berpikir dan kepribadian) dan faktor
eksternal (motivasi, rangsangan mental, iklim dan kondisi
lingkungan, peran guru serta peran orangtua).

31
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 32-33
2

e. Proses Kreatif
Karya kreatif tidak hadir dengan begitu saja. Meskipun telah
memiliki bakat sejak lahir, bakat tersebut akan tumpul dan tidak
menghasilkan apa-apa tanpa dipelajari dan diasah dengan baik.
Karya kreatif dihasilkan melalui proses berpikir serta penyatuan dari
pengalaman-pengalaman yang sudah pernah dilalui. Hasan
Langgulung dalam Novi Mulyani mengemukakan bahwa proses
kreatif merupakan proses intelektual yang akan menghasilkan karya
kreatif. Proses tersebut bermula dengan mengenal masalah sehingga
merangsang untuk berpikir, kemudian berakhir dengan menghasilkan
karya kreatif.32
Merujuk pada teori Guilford, Munandar dalam Novi Mulyani
menyebutkan empat unsur berpikir kreatif yang meliputi unsur-unsur
kelancaran atau Fluency (kelancaran berpikir kreatif untuk
memikirkan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan
atau masalah), unsur fleksibilitas atau kelenturan (keluwesan berpikir
sehingga gagasan yang diungkapkan memiliki jangkauan yang lebih
luas dan beragam untuk memecahkan suatu masalah), unsur
orisinalitas atau keahlian (ide-ide atau gagasan yang diungkapkan
bersifat orisinil atau asli hasil pemikiran sendiri yang berdasar pada
pengalaman) dan unsur elaborasi (mengembangkan suatu ide,
merinci, melengkapi, dan penambahan detail terhadap ide sehingga
dapat dilaksanakan dan dikerjakan).33
Sejalan dengan unsur-unsur tersebut, Susanto dalam Nadia
Fauziah menjelaskan bahwa di dalam kreativitas terdapat empat
dimensi yang saling berkaitan yaitu Person (pribadi atau seseorang
yang melaksanakan kegiatan kreatif), Process (proses yang
dilaksanakan untuk menghasilkan kreativitas (gagasan, ide, maupun

32
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 19
33
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 19-20
2

produk), Press (dorongan atau dukungan dari lingkungan sekitar dan


diri sendiri), Product (kreativitas yang dihasilkan).34
Graham Wallas dalam Novi Mulyani menjelaskan empat
tahapan dalam proses kreativitas, yaitu tahap persiapan atau
Preparation (tahap dimana ide datang dan timbul dari berbagai
kemungkinan), tahap inkubasi atau Incubation (tahap pemahaman
serta kematangan terhadap ide yang timbul), tahap iluminasi atau
Illumination (tahap pengembangan dari ide yang telah diperoleh dan
dipahami), serta tahap verifikasi atau Verification (tahap perwujudan
dari hasil dan tanggung jawab terhadap hasil).35
Sejalan dengan Graham Wallas, David Cambell dalam Masganti
Sit menjelaskan lima tahap dalam proses kreatif, yaitu tahap
persiapan atau Preparation (peletakaan dasar, mempelajari latar
belakang masalah, seluk beluk dan problematikanya), tahap
konsentrasi atau Concentration (mencurahkan perhatian dan
memusatkan pikiran pada hal yang sedang dikerjakan), tahap
inkubasi atau Incubation (membebaskan diri dari kerutinan berpikir,
kebiasaan bekerja, dan kelaziman pemakai cara), tahap iluminasi
(tahap ditemukannya penerapan pemecahan masalah, penyelesaian
perkara, cara kerja, dan jawaban baru), dan tahap verifikasi atau
produksi (memastikan solusi itu benar-benar memecahkan
masalah).36
Merujuk pada berbagai pemaparan di atas, proses kreatif terjadi
secara bertahap dengan lima tahapan, yaitu tahap persiapan,
konsentrasi, inkubasi, iluminasi dan tahap verifikasi. Tahapan-
tahapan tersebut mengandung empat unsur berpikir kreatif yang
meliputi kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas dan elaborasi dengan
melibatkan empat dimensi yaitu Person, Process, Press dan Product.

34
Nadia Fauziah, “Penggunaan Media Bahan Alam untuk Meningkatkan Kreativitas Anak”,
Jurnal Ilmiah Visi P2TK PAUD NI, Vol. 8, 2013, h. 24
35
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 20-21
36
Masganti Sit, dkk, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan Praktik, h. 6-8
2

f. Tujuan Pengembangan Kreativitas


Kreativitas tidak dikembangkan tanpa tujuan. Secara garis besar,
pengembangan kreativitas bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan berpikir untuk mengekspresikan imajinasi serta
mengembangkan berbagai aspek perkembangan pada anak usia dini.
tujuan utama bermain kreatif adalah memelihara perkembangan atau
pertumbuhan optimal pada anak melalui bermain yang kreatif,
interaktif dan terintegrasi dengan lingkungan bermain anak. 37 B.E.F.
Montolalu menyebutkan lima tujuan pengembangan kreativitas anak,
yaitu sebagai berikut:38
1) Mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui hasil karya
dengan menggunakan berbagai teknik yang dikuasainya.
2) Mengenalkan cara dalam menememukan berbagai alternatif
untuk memecahkan masalah.
3) Menanamkan sikap keterbukaan anak terhadap berbagai
pengalaman dengan tingkat kelenturan dan toleransi yang tinggi
terhadap ketidakpastian.
4) Membuat anak memiliki kepuasan diri terhadap apa yang
dilakukannya dan sikap menghargai hasil karya orang lain.
5) Membuat anak menjadi kreatif, yaitu anak yang memiliki:
a) Kelancaran untuk mengemukakan gagasan
b) Kelenturan untuk mengemukakan berbagai alternatif
pemecahan masalah
c) Orisinalitas dalam menghasilkan pemikiran-pemikiran
d) Elaborasi dalam gagasan
e) Keuletan dan kesabaran atau kegigihan dalam menghadapi
rintangan dan situasi yang tidak menentu.

37
Khamim Zarkasih Putro, “Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Bermain”, Jurnal
Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, Vol. 16, 2016, h. 22
38
B.E.F. Montolalu, dkk. Bermain dan Permainan Anak, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2009),
h. 3.5
2

g. Fungsi Pengembangan Kreativitas


Kreativitas tidak hanya memiliki berbagai tujuan dalam
pengembangannya, melainkan juga memiliki fungsi tersendiri.
B.E.F. Montolalu menjelaskan fungsi dari upaya mengembangkan
kreativitas anak yang terdiri dari fungsi upaya mengembangkan
kreativitas terhadap perkembangan kognitif, kesehatan jiwa, serta
perkembangan estetika.
Fungsi upaya mengembangkan kreativitas terhadap kognitif
anak dibuktikan dengan diperolehnya kesempatan penuh untuk
memenuhi keinginan berekspresi anak dengan caranya sendiri.
Kreativitas dikatakan memiliki fungsi terhadap kesehatan jiwa atau
memiliki nilai terapis karena anak dapat menyalurkan perasaan-
perasaan yang dapat menyebabkan ketegangan-ketegangan pada
dirinya. Kreativitas juga memiliki fungsi terhadap perkembangan
estetika karena anak dibiasakan dan dilatih untuk menghayati
bermacam-macam keindahan.39

h. Menumbuhkan Sikap Dasar Kreatif Anak


Anak memiliki keunikan dan kemampuannya masing-masing.
Anak yang memiliki kemampuan dalam segi kreativitas, jika tidak
diasah atau dilatih maka kemampuan tersebut hanya akan terendap.
Untuk terus mengaktifkan kemampuan tersebut, maka perlu adanya
stimulasi-stimulasi yang digunakan. Salah satu cara yang dapat
digunakan adalah dengan memerhatikan sifat natural anak yang
sangat menunjang tumbuh dan berkembangnya kreativitas seperti
rasa takjub terhadap sesuatu, pengembangan imajinasi, rasa ingin
tahu, serta banyak bertanya.40 Sejalan dengan itu, Fadlillah dan
Khorida juga memaparkan sikap natural atau karakter dasar anak
yang sangat

Taman Kanak-Kanak, h.38-


39
2
B.E.F. Montolalu, dkk. Bermain dan Permainan Anak, h. 3.5-3.6
40
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia

Taman Kanak-Kanak, h.38-


2

menunjang tumbuhnya kreativitas yang meliputi bekal kebaikan,


suka meniru, suka bermain, rasa ingin tahu yang tinggi serta
imajinasi yang tinggi.41
Rasa takjub terhadap sesuatu merupakan sifat natural yang dapat
menunjang tumbuhnya kreativitas. Rasa takjub berkaitan dengan
pengembangan imajinasi. Rasa takjub terhadap sesuatu dimaknai
sebagai rasa takjub terhadap benda atau hal yang merupakan hasil
imajinasi anak tersebut. Sebagai contoh, seorang anak melihat
sebuah botol minum, si anak dapat merasa takjub terhadap botol
tersebut karena selain sebagai wadah air minum, botol tersebut juga
bisa digunakan sebagai Microphone, botol saus, botol kecap, tempat
cat, dan lain sebagainya.
Rasa ingin tahu membuat anak tidak pernah berhenti untuk
mencari dan menemukan informasi baru, cara baru untuk
mengerjakan sesuatu, eksperimen baru, pengalaman baru, dan
sebagainya. Rasa ingin tahu yang semakin tinggi akan memicu anak
untuk semakin banyak bertanya, dan semakin ingin mencoba.
Terlebih lagi, anak memiliki sikap natural suka meniru dan suka
bermain. Namun semua itu harus dibekali juga dengan karakter-
karakter kebaikan, sehingga seluruh sikap natural tersebut dapat
memicu hal-hal yang baik pula.

i. Strategi Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini


Kreativitas anak usia dini dapat dikembangkan melalui berbagai
cara atau strategi atau metode. M. Fadlillah beranggapan bahwa
salah satu upaya dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini
adalah dengan memberikan stimulus yang baik dan tepat, yaitu
pembelajaran melalui bermain.42 Selain itu, Yeni Rachmawati dan
Euis Kurniati

Menarik, Kreatif dan Menyenangkan, h.


41
2
Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, h. 45-47
42
M. Fadlillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan Pembelajaran

Menarik, Kreatif dan Menyenangkan, h.


2

mengemukakan tujuh strategi untuk mengembangkan kreativitas


pada anak usia dini yang meliputi pengembangan kreativitas melalui
menciptakan produk (hasta karya), melalui imajinasi, melalui
eksplorasi, melalui eksperimen, melalui proyek, melalui musik, dan
melalui bahasa.43
Hasta karya merupakan penciptaan produk yang mengandalkan
kreativitas pembuatnya. Pada dasarnya, hasil karya anak dibuat
melalui aktivitas membuat, menyusun atau mengkonstruksi. Hal ini
akan memberikan banyak kesempatan bagi anak untuk menciptakan
benda buatan mereka sendiri yang belum pernah mereka temui.
Mereka juga dapat membuat modifikasi dari benda yang telah ada
sebelumnya.44
Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, imajinasi
merupakan sifat natural anak. Dalam hal strategi mengembangkan
kreativitas anak usia dini, yang dimaksud adalah kemampuan
berpikir divergen seseorang yang dilakukan tanpa batas, seluas-
luasnya, dan multiperspektif dalam merespons suatu stimulasi.
Melalui imajinasi, daya pikir dan daya cipta anak dapat berkembang
tanpa dibatasi kenyataan dan realitas sehari-hari.45
Eksplorasi juga menjadi salah satu strategi mengembangkan
kreativias anak usia dini. Hal ini dikarenakan melalui eksplorasi anak
dapat memperoleh kesempatan untuk melihat, memahami,
merasakan dan pada akhirnya membuat sesuatu yang menarik
perhatian mereka.46

43
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 52-65
44
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 53
45
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 54
46
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 55
2

Selain melalui eksplorasi, eksperimen juga dapat menjadi salah


satu pilihan strategi untuk mengembangkan kreativitas pada anak
usia dini. Eksperimen berorientasi pada bagaimana anak dapat
mengetahui cara atau proses terjadinya sesuatu, mengapa sesuatu
dapat terjadi serta bagaimana mereka dapat menemukan solusi dari
permasalahan yang mereka hadapi hingga akhirnya munculah
sesuatu yang bermanfaat dari kegiatan tersebut.47
Adapula strategi mengembangkan kreativitas melalui proyek.
Metode proyek sendiri berasal dari gagasan John Dewey tentang
konsep “Learning by Doing”, yang berarti proses pembelajaran
dengan melakukan tindakan langsung sesuai dengan tujuan.
Terutama melakukan suatu pekerjaan yang terdiri atas serangkaian
tingkah laku untuk mencapai tujuan. Metode proyek dapat
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pola
berpikir, keterampilan dan kemampuannya untuk memaksimalkan
sejumlah permasalahan yang dihadapi mereka sehingga mereka
memiliki peluang untuk terus berkreasi dan mengembangkan diri
seoptimal mungkin.48
Penggunaan musik dan bahasapun dapat digunakan sebagai
strategi untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini. alam
tercipta kaya akan nuansa dan irama musik. Manusia tidak akan
pernah bisa lepas dari bunyi-bunyian yang terdengar setiap detik
dengan variasi jenis, frekuensi, durasi, tempo dan irama. Masing-
masing menampilkan kekhasan musik alaminya sendiri. Alam
mengajari manusia dengan keharmonisan, keseimbangan, simetris,
sistematis, dan rasa kebersamaan dan penyatuan melalui irama dari
bunyi-bunyian alamiah. Musik diyakini dapat melibatkan kedua
belahan otak kiri dan kanan karena aktivitas musik dapat

47
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 59
48
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 61-62
2

menggabungkan fungsi analitis dengan fungsi kreatif sekaligus. 49


Sedangkan bahasa merupakan hal yang pasti digunakan di setiap hari
karena fungsi bahasa sendiri adalah sebagai alat komunikasi. Anak
sering berbicara untuk mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran
mereka. Sikap ini mendorong meningkatkan penggunaan bahasa dan
dialog dengan yang lain. Salah satu jalan bagi mereka untuk
menggunakan bahasa adalah ekspresi perasaan. 50 Bahasa dikatakan
dapat menjadi salah satu strategi untuk mengembangkan kreativitas
pada anak usia dini karena melalui bahasa anak dapat
mengekspresikan apa yang dirasa dan dipikirkan.
Media Loose Parts melibatkan 7 strategi yang dipaparkan oleh
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniawati. Loose Parts memfasilitasi
anak untuk menciptakan produk (hasta karya) melalui imajinasi,
eksplorasi, dan eksperimen dalam bentuk proyek. Loose Parts juga
dapat dimanipulasi menjadi alat musik. Bahasa juga terlibat saat
menggunakan media Loose Parts melalui komunikasi antara satu
anak dengan anak yang lain.
Amabile dalam Aris Priyanto memaparkan bahwa keberhasilan
kreativitas merupakan persimpangan (Intersection) antara
keterampilan anak dalam bidang tertentu (Domain Skills),
keterampilan berpikir dan bekerja kreatif, serta motivasi intrinsic
atau motivasi dari dalam diri. Persimpangan kreativitas tersebut
disebut dengan teori persimpangan kreativitas (Creativity
Intersection).51

49
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
50
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 65
5
Aris Priyanto, “Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui Kreativitas
Bermain”, Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 2, 2014, h.
2
Taman Kanak-Kanak, h. 63-64

50
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 65
5
Aris Priyanto, “Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui Kreativitas
Bermain”, Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 2, 2014, h.
2

j. Pentingnya Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini


Kreativitas dalam diri seseorang tidak dapat berkembang bahkan
bisa terendap jika tidak dikembangkan. Kreativitas sangat penting
untuk ditumbuh kembangkan sejak anak usia dini dengan
mengoptimalkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
anak secara seimbang dan berkesinambungan.52 Munandar dalam
Diana Vidya Fakhriyani menyebutkan bahwa terdapat empat alasan
perlunya mengembangkan kreativitas anak usia dini, yaitu dengan
berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya, dapat menemukan
berbagai cara baru untuk memecahkan masalah, memberikan
kepuasan tersendiri, serta meningkatnya kualitas dan taraf hidup
seseorang.53 Dari pendapat tersebut, jelas bahwa kreativitas penting
untuk dikembangkan. Disamping dapat mengoptimalkan berbagai
aspek perkembangan secara holistik integratif, kreativitas dapat
membantu anak mengembangkan berbagai kemampuan yang ada di
dalam dirinya.

2. Loose Parts
a. Pengertian Loose Parts
Istilah Loose Parts berasal dari bahasa Inggris yang jika
diartikan berarti bagian yang longgar atau lepasan. Disebut Loose
Parts karena material yang digunakan merupakan bagian atau
kepingan yang mudah untuk dilepas dan disatukan, dapat digunakan
sendiri atau dapat pula digabungkan dengan benda-benda lainnya
untuk menjadi satu kesatuan dan setelah tidak digunakan dapat
dikembalikan pada kondisi dan fungsi semula.54 Jadi, dikatakan
Loose Parts karena material yang digunakan dapat disatukan dan
dapat dilepaskan kembali. Istilah tersebut mulai digunakan pada
tahun 1971 setelah

52
Luluk Asmawati, “Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran Terpadu
Berbasis Kecerdasan Jamak”, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 11, 2017, h. 146
53
Nurlita, “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Percaya Diri Terhadap Kreativitas Anak Usia
5-6 Tahun”, Educhild, Vol. 01, 2012, h. 9
54
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 9
2

Simon Nicholson yang merupakan seorang arsitek kelahiran London


menerbitkan karyanya tentang “How Not to Cheat Children-the
Theory of Loose Parts” yang menyatakan bahwa lingkungan
merupakan tempat yang interaktif bagi anak. Yang mana, interaksi
anak dengan lingkungan akan memunculkan kemungkinan-
kemungkinan yang membuat anak bisa menjadi penemu yang
kreatif.55
Sally Haugheuy dalam Yuliati Siantajani menjelaskan bahwa
Loose Parts diartikan sebagai bahan-bahan yang terbuka, dapat
terpisah, dapat dijadikan satu kembali, dibawa, digabungkan, dijajar,
dipindahkan dan digunakan sendiri ataupun digabungkan dengan
bahan-bahan lain. Loose Parts biasanya berupa benda-benda alam
maupun sintetis.56 Sejalan dengan pemaparan Sally Haugheuy, Maria
Melita Rahardjo memaparkan bahwa Loose Parts merupakan bahan
yang dapat dipindahkan, dibawa, digabungkan, dirancang kembali,
dipisahkan dan disatukan kembali dengan menggunakan berbagai
cara.57 Maria Melita Rahardjo menambahkan bahwa Loose Parts
dapat dipindahkan ke seluruh ruangan baik di dalam maupun di luar
ruangan, dan digunakan dengan berbagai cara yang tidak terbatas.58
Merujuk pada berbagai pemaparan tersebut, Loose Parts dapat
dimaknai sebagai material yang dapat berupa bahan alam maupun
bahan sintetis yang dapat digabungkan maupun dipindahkan dan
dapat dipisahkan atau dilepaskan kembali, dapat digunakan di dalam
maupun diluar ruangan dengan berbagai cara.

55
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 12
56
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 12
57
Maria Melita Rahardjo, “How To Use Loose Parts in STEAM”, Jurnal Pendidikan Usia
Dini, Vol. 13, 2019, h. 312
58
Maria Melita Rahardjo, “How To Use Loose Parts in STEAM”, Jurnal Pendidikan Usia
Dini, h. 312
3

b. Pentingnya Loose Parts


Material Loose Parts mencakup berbagai benda yang ada di
sekitar anak dan memang mudah ditemukan. Namun banyak alasan
yang mendasari pentingnya penggunaan Loose Parts bagi
perkembangan anak usia dini. Secara garis besar, Loose Parts
memberikan kesempatan lebih besar kepada anak untuk
bereksplorasi dan berkreasi. Anggard dalam Caileigh Flannigan
memaparkan bahwa Loose Parts memberikan kebebasan kepada
anak untuk dapat mengembangkan pengalaman bermain berdasarkan
ide dan tujuan yang mereka miliki sendiri (Loose Parts give children
the freedom to develop their play experience based on their ideas
and goals).59 Dengan bermain anak mengeksplorasi segalanya yang
ada dalam bermain, baik sosial emosional, mengembangkan
imajinasinya, kreativitas dan kognitif.60 Itu berarti anak melakukan
permainan berdasarkan apa yang pernah mereka alami, sehingga
mereka memiliki target tersendiri terhadap ide dan tujuan yang akan
mereka capai dari permainan yang mereka lakukan.
Sejalan dengan hal tersebut, Maria Melita Rahardjo
memaparkan bahwa Loose Parts menyediakan kesempatan yang
sangat luar biasa bagi anak-anak untuk menjelajahi dunia di sekitar
mereka dengan menggunakan berbagai bahan atau material, baik
yang alami, sintetis maupun yang dapat didaur ulang sehingga anak
dapat mempeoleh pengalamannya sendiri (Provides exceptional
opportunities for children to explore the world around them using
natural, synthetic, and recyclable materials).61

59
Caileigh Flannigan dan Beverlie Dietze, “Children, Outdoor Play, and Loose Parts”, Journal
of Childhood Studies, Vol. 42, 2017, h. 54
60
Ade Holis, “Belajar Melalui Bermain untuk Pengembangan Kreativitas dan Kognitif Anak
Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 9, 2016, h. 26
61
Maria Melita Rahardjo, “How To Use Loose Parts in STEAM”, Jurnal Pendidikan Usia
Dini, h. 312
3

Selain itu, Yuliati juga menjelaskan beberapa alasan penggunaan


Loose Parts sebagai pembelajaran anak seperti Loose Parts kaya
dengan nutrisi sensorial yang mana anak-anak masih mengetahui
berbagai hal secara konkret melalui alat sensorinya, dapat digunakan
sesuai dengan pilihan anak, dapat diadaptasi dan dimanipulasi dalam
banyak cara sehingga mendorong daya berpikir anak, mendorong
kreativitas dan imajinasi anak, mengembangkan lebih banyak
keterampilan dan kompetensi, dapat digunakan dengan cara-cara
yang berbeda sesuai ide anak, dapat dikombinasikan dengan bahan-
bahan lain untuk mendukung imajinasi anak, serta dapat mendorong
pembelajaran terbuka.62

c. Komponen Loose Parts


Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa Loose
Parts merupakan material di sekitar anak dengan berbagai
komponen, baik berupa benda alami (batu, daun, pasir, dan lain-
lain), sintetis (lego, puzzle, dan lain-lain) maupun bahan yang dapat
di daur ulang (kardus, botol plastik, dan lain-lain). Sebagaimana
yang dipaparkan oleh Maria Melia Rahardjo yang memaparkan
bahwa Loose Parts memberikan kesempatan untuk anak
menggunakan material yang alami, sintetis dan dapat di daur ulang.63
Komponen Loose Parts menurut Yuliati Sintiajani sangat
bervariasi, meliputi bahan alam atau bahan-bahan yang dapat
ditemukan di alam (batu, daun, pasir, dan lain-lain), plastik (sedotan,
botol plastik, tutup botol, dan lain-lain), logam (kaleng, sendok
alumunium, dan lain-lain), kayu dan bambu (balok, kepingan puzzle,
dan lain-lain), benang dan kain (aneka kain dan benang), kaca dan
keramik (botol kaca, manik-manik, kelereng, dan lain-lain), serta

62
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 16-21
63
Maria Melita Rahardjo, “How To Use Loose Parts in STEAM”, Jurnal Pendidikan Usia
Dini, h. 312
3

bekas kemasan (kardus, gulungan benang, karton wadah telur, dan


lain-lain).64

d. Manfaat Loose Parts


Penggunaan Loose Parts dapat memberikan berbagai macam
manfaat bagi anak, yang secara garis besar membuka kesempatan
untuk bereksplorasi, berkreasi dan belajar dengan cara yang
diperoleh sendiri dan menemukan pengetahuan yang tidak terbatas.
Namun, jika diperhatikan lebih dalam, manfaat dari penggunaan
Loose Parts diantaranya yaitu membantu eksplorasi anak,
sebagaimana yang dipaparkan oleh Sheryl Smith dan Gilman. Sheryl
Smith dan Gilman juga memaparkan bahwa selain membantu
eksplorasi anak, Loose Parts juga dapat memberikan anak rasa
memiliki dan mendorong kemauan mereka sendiri. Selain itu, karena
kegiatan dan sumber dayanya yang beragam dan fleksibel, anak
memiliki kesempatan untuk membuat pilihan dan memutuskan
bagaimana akan menggunakan bahan-bahan tersebut (Loose parts
materials supported children’s explorations, offered them a sense of
belonging and encouraged their own willingness to take risks.
Children had the opportunity to make choices and to decide how to
use the open-ended materials.).65
Loose Parts bahkan mampu meningkatkan konsentrasi,
kreativitas, hingga keterampilan memecahkan persoalan yang
dialami dalam kehidupan sehari-hari oleh anak, meningkatkan aspek
motorik anak melalui berbagai rangkaian aktivitas yang
dilakukannya, membantu penguasaan bahasa dan kosakata serta
sosial emosional melalui komunikasi yang dibangun dengan
lingkungan di sekitarnya, hingga penguasaan pemikiran matematika
dan pemikiran ilmiah,

Canadian Association for Curriculum Studies, Vol. 16, 2018, h.


64
3
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 23
65
Sheryl Smith dan Gilman, “The Arts, Loose Parts and Conversations”, Journal of the

Canadian Association for Curriculum Studies, Vol. 16, 2018, h.


3

sebagaimana yang dikemukakan oleh Maria Melita Rahardjo (Loose


Parts can improve problem-solving skills, creativity, concentration,
hand and eye coordination, fine motor development, gross motor
development, help with language and vocabulary mastery,
mathematical thinking, scientific thinking, emotional literacy, and
social development.).66 Di samping itu, Ali Nugraha menambahkan
bahwa dengan meningkatnya pemikiran ilmiah atau sains, kreativitas
anak akan diwujudkan secara nyata dalam bentuk penemuan konsep
baru, mengkreasi keterampilan baru, dan lain-lain.67
Yuliati Siantajani menjelaskan empat manfaat utama dari
penggunaan Loose Parts, yaitu mengembangkan keterampilan
inkuiri yang diperlukan oleh anak untuk dapat memperoleh
informasi, menganalisa dan membuat pertimbangan-pertimbangan,
dapat mengajarkan anak untuk bertanya, mengembangkan berbagai
aspek perkembangan anak serta mengembangkan imajinasi dan
kreativitas yang tak terbatas.68

3. Penggunaan Media Loose Parts untuk Mengembangkan


Kreativitas Anak Usia Dini
a. Strategi Penggunaan Media Loose Parts untuk
Mengembangkan Kreativitas Anak
Penggunaan media Loose Parts juga melewati beberapa tahapan.
Tahapan-tahapan tersebut diimbangi dengan peran guru yang juga
dilakukan secara bertahap. Sebagaimana dilihat pada gambar
berikut:

66
Maria Melita Rahardjo, “How To Use Loose Parts in STEAM”, Jurnal Pendidikan Usia
Dini, h. 312
67
Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, (Bandung: JILSI
Foundation, 2008), h. 38
68
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 41-42
3

Gambar 2.1: Piramida Loose Parts69

Tahap pertama merupakan tahap eksplorasi. Pada tahap ini anak


menjelajahi benda-benda yang ada disekitarnya. Saat anak berada
pada tahap eksplorasi, guru memegang peran tahap edukasi untuk
mengenalkan strategi bermain, beres-beres dan menyimpan barang.
Yuliati Siantajani memaparkan bahwa tahap eksplorasi adalah tahap
dimana anak mulai berkenalan dengan Loose Parts, sehingga untuk
memenuhi rasa ingin tahunya, anak menjelajahi benda-benda
berbagai tekstur, warna, bentuk dan ukuran.70 Tahap kedua
merupakan tahap anak melakukan uji coba membuat sesuatu
berdasarkan ide yang dimilikinya atau disebut dengan tahap
eksperimen. Pada tahap ini, guru berperan melakukan invitasi dan
provokasi atau disebut tahap ekspansi. Yuliati Siantajani
memaparkan bahwa setelah anak selesai dengan tahapan eksplorasi,
anak mulai melakukan uji coba membuat sesuatu sebagaimana ide
yang muncul dari dalam anak. Imajinasi anak berkembang dalam
tahap ini. Sedangkan guru memperluas ide-ide anak yang telah
mampu bereksperimen dengan berbagai Loose Parts

69
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.
78
3

69
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.
78
3

dan memberikan invitasi serta provokasi.71 Tahap ketiga yaitu tahap


kreatif yang mana anak membuat atau merancang berbagai produk
kreatif. Peran guru sampai pada tahap perkembangan, yaitu tahap
guru dokumentasi dan penilaian dari kegiatan yang anak lakukan.
Bagian teratas atau tahap terakhir yang ditunjukkan piramida Loose
Parts adalah membangun makna dan tujuan bermain yang mana
tujuan guru dalam memfasilitasi anak telah tercapai dan anak dapat
memaknai dunia disekelilingnya melalui permainan.72 Tahap ini
merupakan tahap kemampuan tertinggi yang dicapai oleh anak dan
peran tertinggi guru. Guru dapat menyaksikan kemajuan
perkembangan anak, di mana anak dapat memaknai dunia
sekelilingnya melalui permainan mereka. Tujuan bermain telah
tercapai yang artinya tujuan guru dalam memfasilitasi anak untuk
berkembang secara maksimal juga telah tercapai. 73 Tahapan-tahapan
tersebut terus berputar membentuk siklus pembelajaran Loose Parts.
Siklus tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 : Siklus Bermain Loose Parts74

71
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 79
72
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 78-79
73
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.
79
3

Pada tahap satu, saat anak melakukan eksplorasi, guru berperan


memberikan edukasi untuk mengenalkan strategi bermain, beres-
beres dan menyimpan mainan kepada anak. Untuk mengenalkan
strategi bermain kepada anak, dapat dilakukan dengan cara berikut:75

1) Kenalkan satu jenis benda dalam jumlah yang terbatas. Seiring


waktu, tambahkan beberapa Loose Parts.
2) Taruh dalam tempat yang menarik anak.
3) Bangun rasa ingin tahu anak.
4) Izinkan anak untuk bereksplorasi.
5) Minta anak untuk menunjukkan atau mengeluarkan imajinasinya.
6) Hargai apapun yang anak buat.
7) Dengarkan penjelasan anak, dan berikan provokasi sederhana.
8) Apabila ingin menambahkan Loose Parts, usulkan Loose Parts
tertentu pada anak.
Setelah bermain anak-anak juga perlu dikenalkan dan dilatih
untuk membereskan dan menyimpan barang-barang yang telah
dipakainya ke tempat semula agar dapat bertanggung jawab terhadap
lingkungannya. Anak perlu dilatih peduli dan bertanggungjawab
terhadap lingkungannya dan benda-benda yang digunakannya.
Karena itu, penyimpanan Loose Parts merupakan salah satu bentuk
pembelajaran yang harus dilatihkan kepada anak. 76 Untuk
mengenalkan beres-beres kepada anak, dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:77
1) Anak perlu memahami bahwa setiap barang punya tempat
(rumah).
2) Proses beres-beres memerlukan banyak waktu, maka jumlah
keping Loose Parts perlu dibatasi.

75
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 91
76
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 93
77
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 93
3

3) Bersabarlah sampai anak benar-benar bisa mengembalikan ke


tempat semula.
4) Mengajak anak membereskan sambil bernyanyi.
Sementara itu, dalam menyimpan Loose Parts dapat dilakukan
melalui cara sebagai berikut:78
1) Tatalah Loose Parts dalam wadah sehingga anak fokus.
Sesuaikan ukuran wadah dengan isinya.
2) Tatalah wadah-wadah tersebut di rak yang terbuka dan mudah
dijangkau oleh anak.
3) Berikan ruang atau kelonggaran tempat, sehingga memudahkan
anak untuk mengambil sesuai kebutuhannya.
4) Berikan waktu cukup pada anak, karena setiap anak memiliki
kecepatan bergerak yang berbeda-beda.
Tahapan selanjutnya yang dilalui anak setelah tahap eksplorasi
adalah tahap eksperimen. Dan pada tahap eksperimen, guru berperan
memberikan provokasi dan invitasi kepada anak (tahap ekspansi).
Provokasi dan invitasi tentu berbeda. Cooper dalam Yuliati
Siantajani berpendapat bahwa yang dimaksud provokasi adalah
upaya keras guru untuk terus menerus memprovokasi kecenderungan
alami anak dalam mencari makna dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan dan menginterpretasi fenomena. Yuliati menambahkan
bahwa provokasi merupakan sesuatu yang mengajak orang untuk
semakin maju ke depan dengan menstimulasi respon atau aksi.
Provokasi dilakukan untuk memperluas atau mengembangkan ide-
ide unik, minat dan teori dari anak. Provokasi dibangun dari
observasi yang bermakna terhadap hal-hal yang dilakukan anak,
berdasarkan rasa ingin tahu dan pemikiran anak. Provokasi akan
memberikan pengalaman- pengalaman dan hubungan-hubungan baru
pada anak dalam mengejar ide, minat dan teori. Provokasi
menantang pemikiran anak untuk

78
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. h. 94
3

berpikir lebih tinggi.79 Sedangkan invitasi merupakan penataan


material yang dipilih dan ditata atau dipajang yang mengundang
anak untuk menggunakannya dalam pembelajaran. Invitasi
merupakan kesempatan bagi anak untuk belajar melalui eksplorasi
berbagai material konkret yang akan memberikan pengalaman
belajar pada anak. Material yang dipajang akan menawarkan pilihan
pada anak untuk memasuki dunia pengetahuan.80 Dengan kata lain,
provokasi berupa bahasa, sedangkan invitasi berupa penataan.
Berikut cara membuat tulisan provokasi:81
1) Tentukan topik/subtopik yang telah disepakati bersama anak.
2) Pikirkanlah ide yang dapat muncul dari topik/subtopik tersebut.
3) Pikirkan kegiatan yang mungkin akan dilakukan oleh anak.
4) Kalimat seperti apa yang akan memantik ide anak jika melihat
in,vitasi yang akan ditata?
5) Buatlah tulisan tentang kalimat itu dalam sebuah frasa atau
kalimat.
6) Perhatikan, provokasi mengandung suatu konsep yang
memungkinkan anak untuk mengeksplorasi dan menggali lebih
lanjut. Frasa atau kalimat bisa berupa pernyataan,
tantangan/permintaan, ekspresi /kekaguman.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menata invitasi
adalah sebagai berikut:82
1) Ambil papan tulisan dan letakkan pada tempat di mana invitasi
akan ditata.
2) Baca dan pahami tulisan tersebut. Pikirkan hal-hal berikut:
a) Apa yang mungkin dilakukan anak dengan provokasi
seperti itu?

79
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 97
80
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 102
81
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 107
82
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.
3

b) Loose Parts apa saja yang diperlukan untuk mewujudkan


gagasan itu?
c) Bagaimana membuat penataan menjadi menarik dan
mengundang anak?
3) Persiapkan Loose Parts yang diperlukan.
4) Tata dan pajang agar menarik anak.
5) Sediakan area yang cukup sebagai tempat bagi anak untuk
melakukan aktivitas.

b. Loose Parts dan Kreativitas


Carl Rogers sudah memaparkan bahwa kreativitas muncul dari
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. 83 Sejalan dengan hal
tersebut, Simon Nicolson memaparkan bahwa lingkungan merupakan
tempat interaktif bagi anak.84 Kedua teori tersebut memberikan gambaran
bahwa kreativitas seseorang dapat dibangun melalui interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Loose Parts merupakan berbagai
material yang terdapat di lingkungan sekitar anak. Baik berupa bahan
alam, plastik, logam dan sebagainya. Loose Parts memberikan
kesempatan yang luas kepada anak untuk dapat memunculkan,
mengembangkan dan mengoptimalkan berbagai aspek perkembangan
termasuk kreativitas yang ada di dalam dirinya.
Media Loose Parts digunakan melalui 4 tahapan bermain yang terdiri
dari tahapan guru dan tahapan anak yang saling berkaitan. Tahapan guru
meliputi tahap edukasi, tahap ekspansi, tahap perkembangan dan tahap
membangun makna dan tujuan bermain. Sedangkan tahapan anak
meliputi tahap eksplorasi, tahap eksperimen, tahap kreatif dan tahap
membangun makna dan tujuan bermain.85 Eksplorasi menjadi tahapan
pertama pada anak untuk memulai kegiatan pembelajaran menggunakan
media Loose

85
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.
83
4
Masganti, dkk, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan Praktik, h. 33
84
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 12

85
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.
4

Parts. Eksplorasi dapat memicu rasa ingin tahu anak. Dari rasa ingin tahu
yang dimiliki anak itulah yang dapat memicu kreativitas dalam diri anak.
Memicu anak untuk terus mengetahui banyak hal di sekitarnya.
Selanjutnya eksperimen memicu anak berpikir kritis terhadap apa yang
sedang dihadapi, membuat mereka berusaha dan pantang menyerah untuk
dapat menemukan pemecahan masalah. Terlebih jika didukung dengan
adanya penataan invitasi yang memadai dan pengungkapan provokasi
yang tepat, anak akan semakin terpacu untuk melakukan eksplorasi dan
eksperimen. Dari kegiatan eksplorasi dan eksperimen itulah yang
kemudian memunculkan berbagai karya kreatif anak yang timbul dari
berbagai pemikiran yang diperolehnya selama melakukan eksplorasi dan
eksperimen. Kemudian dari ketiga tahap tersebut, anak dapat
membangun makna dan tujuan bermain.
Loose Parts sendiri memiliki 2 buah strategi khusus dalam
penggunaannya, yaitu strategi bermain serta strategi beres-beres dan
menyimpan barang.86 Kedua strategi tersebut dirasa dapat berpartisipasi
mengembangkan kreativitas anak usia dini. Melalui strategi bermain,
anak dilatih untuk dapat memanfaatkan waktu sebaik-baiknya (kreatif
membagi dan memanfaatkan waktu untuk memainkan apa yang anak
inginkan agar selesai tepat pada waktunya). Dan melalui strategi beres-
beres dan menyimpan barang, anak dilatih untuk kreatif menata berbagai
komponen yang sudah digunakan agar tetap rapi di loker penyimpanan
yang sudah tersedia.
Kreativitas sendiri dapat dikembangkan melalui tujuh strategi yang
meliputi penciptaan produk, imajinasi, eksplorasi, eksperimen, proyek,
musik dan juga bahasa.87 Semua strategi tersebut bisa didapatkan melalui
peggunaan media Loose Parts. Dengan Loose Parts, anak didukung
untuk membuat atau menciptakan berbagai hasil karya, didukung untuk

86
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.89-93
87
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 52-65
4

berimajinasi dan mengungkapkan serta merealisasikan imajinasinya,


didukung untuk mengeksplorasi lingkungannya dan melakukan
eksperimen-esperimen, didukung untuk membuat proyek, didukung
untuk bermusik dan didukung untuk berbahasa reseptif maupun ekspresif.

C. Penelitian yang Relevan


Tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk mengkaji hasil penelitian yang
relevan dengan penelitian yang dilaksanakan. Beberapa peneliti yang telah
melakukan penelitian sebelumnya terkait penggunaan media Loose Parts
untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini diantaranya sebagai berikut:
1. Artikel Rita Kurnia yang berjudul “Konsepsi Bermain dalam
Menumbuhkan Kreativitas Anak Usia Dini”. Terbit di jurnal Educhild.
Rita Kurnia menyimpulkan bahwa bermain memberikan kesempatan
besar kepada anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Persamaan
antara penelitian Rita Kurnia dengan penelitian ini adalah menitik
beratkan pada pengembangan kreativitas anak melalui bermain, yang
mana penggunaan Loose Parts juga melalui kegiatan bermain.
Sedangkan perbedaannya terdapat pada kegiatan bermain yang
dilakukan. Rita Kurnia menggambarkan kegiatan bermain secara
keseluruhan, sedangkan peneliti memfokuskan pada kegiatan bermain
Loose Parts.
2. Artikel Sri Hardiningsih Hanafi dan Sujarwo yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Kreativitas Anak dengan Memanfaatkan Media Barang
Bekas di TK Kota Bima”. Terbit di jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan
Masyarakat. Sri Hardiningsih Hanafi dan Sujarwo berkesimpulan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan media barang bekas dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kreativitas anak. Hal yang menjadi
persamaan dari penelitian yang dilakukan Sri Hardiningsih Hanafi dan
Sujarwo dengan penulis adalah upaya meningkatkan kreativitas anak usia
dini. Sedangkan perbedaannya terletak pada media yang digunakan.
Penelitian yang dilakukan Sri Hardiningsih Hanafi dan Sujarwo
4

menggunakan media barang bekas yang memang merupakan bagian dari


Loose Parts, dan penulis menggunakan media Loose Parts secara
menyeluruh.
3. Artikel Nadia Fauziah dengan judul “Penggunaan Media Bahan Alam
untuk Meningkatkan Kreativitas Anak”. Terbit di jurnal Ilmiah Visi
P2TK PAUD NI. Nadia Fauziah menyimpulkan bahwa penggunaan
media bahan alam dapat meningkatkan kreativitas anak usia dini pada
rentang usia 5-6 tahun. Pembahasan mengenai meningkatnya kreativitas
anak menjadikan persamaan antara penelitian Nadia Fauziah dengan
penulis. Namun, Nadia Fauziah lebih menitik beratkan pada penggunaan
media bahan alam, sedangkan penulis menggunakan media Loose Parts
secara menyeluruh.
4. Artikel Sheryl Smith dan Gilman dengan judul “The Arts, Loose Parts
and Conversations”. Terbit di Journal Of The Canadian Association For
Curriculum Studies. Sheryl Smith dan Gilman ini memaparkan terkait
antara seni, Loose Parts, dan percakapan. Loose Parts dipercaya dapat
mengaktifkan berbagai keterampilan pada anak. Hal yang menjadi
persamaan dari penelitian yang dilakukan Sheryl Smith dan Gilman
dengan penelitian yang dilakukan penulis terdapat pada penggunaan
Loose Parts pada pembelajaran. Sedangkan perbedaannya terdapat pada
hal yang dikembangkan. Sheryl Smith dan Gilman berfokus pada seni,
sedangkan penulis memiliki titik fokus yang terdapat seni di dalamnya,
yaitu kreativitas.

D. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
4

Gambar 2.3 : Kerangka Berpikir

Stimulasi terhadap semua aspek perkembangan anak muncul Ketika anak


bermain dengan Loose Parts. Salah satu yang paling penting adalah
kemampuan memecahkan masalah dan mengambil resiko. Kemampuan fisik
anak berkembang pada saat anak aktif mencari benda-benda yang ia perlukan
dan berkreasi dengan jari-jari tangannya menciptakan sesuatu. Sosial
emosional anak terstimulasi secara aktif saat berinteraksi dan bekerjasama,
munculnya perasaan tertantang ketika diprovokasi oleh guru dan bangga
setelah mendapatkan hasil yang dicapainya. Saat bermain Loose Parts anak
akan belajar untuk berkomunikasi dan bernegosiasi secara aktif, berkreasi
untuk menciptakan sesuatu sesuai dengan imajinasinya serta lebih mengenal
pencipta alam ini.88

88
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 42
4

Kreativitas akan membuka wacana dan wawasan baru dari satu episode
kehidupan ke episode berikutnya. Kreativitas akan memberikan semangat
dalam menghadapi kehidupan baru yang terkadang dihadapkan pada berbagai
persoalan rumit dan membutuhkan penyelesaian dengan jalan yang berbeda.89
Pengembangan kreativitas dapat terbentuk melalui terfasilitasinya
kebutuhan eksplorasi dan eksperimen dalam lingkungan anak. Baik
lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah yang memang menjadi rumah
kedua bagi anak untuk mengembangkan aspek-aspek yang ada dalam
dirinya. Sekolah memiliki acuan pada kurikulum yang kemudian
dihubungkan dengan penggunaan media Loose Parts, selanjutnya guru
memegang peranan penting untuk melaksanakan strategi penggunaan media
Loose Parts dan strategi pengembangan kreativitas agar dapat diterima
dengan baik oleh siswa. Pada penelitian ini, penggunaan
media Loose Parts difokuskan untuk
pengembangan kreativitas pada anak usia dini.

89
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 51
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Penelitian penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan
kreativitas anak usia dini dilakukan di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan
Gunungsindur. PAUD Al-Musfiroh berlokasi di Jl. Melati RT 02/03 Desa
Cidokom, Kecamatan Gunungsidur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

2. Waktu Penelitian
Penelitian penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan
kreativitas anak usia dini dilakukan dengan keterangan waktu sebagai
berikut:
Tabel 3.1 : Alokasi Waktu Penelitian
2020
Deskripsi
Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov Des
Survei Lokasi
Pembuatan Proposal
Seminar Proposal
Perizinan dan
Persiapan
Pelaksanaan
Penelitian dan
Pengumpulan Data
Analisis Data
Penyusunan Laporan
Penelitian (Skripsi)

45
4

B. Latar Penelitian (Setting)


Loose Parts pertama kali dikenal melalui sebuah karya yang seorang
arsitek yaitu Simon Nicolson pada tahun 1971 dan sudah banyak berkembang
di Indonesia. Salah satunya di PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur yang
dipimpin oleh bapak Angga, S.Kom.I. PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur
sendiri memperoleh kesempatan dari UNICEF untuk mendalami Loose Parts
di Sekolah Alam Pelopor, Bandung dan kemudian memulai menggunakan
Loose Parts sebagai pembelajaran untuk anak di PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur.
PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur memanfaatkan berbagai bahan atau
material yang terdapat di lingkungan sekitar sekolah sebagai bahan
pembelajaran. Dengan menerapkan pembelajaran saintifik, penggunaan Loose
Parts menjadi sangat efisien untuk mengembangkan berbagai aspek
perkembagan anak, terlebih lagi karena PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur
termasuk daerah pedesaan yang kaya akan bahan alam.
Hal yang menjadi alasan penulis memilih PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur sebagai tempat penelitian adalah karena PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur terhitung belum lama menerapkan pembelajaran menggunakan
Loose Parts. Sehingga penulis dapat meneliti secara rinci terkait penggunaan
Loose Parts dalam mengembangkan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-
Musfiroh Gunugsindur.

C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dideskripsikan
berupa kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.90 Penelitian kualitatif deskriptif
meliputi pengumpulan data agar dapat menguji hipotesis atau menjawab

90
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2017), Cet. 36, h. 6
4

pertanyaan mengenai status terakhir, baik karakteristik ataupun frekuensi dari


subjek yang dipelajari.91
Penelitian deskriptif memiliki tujuan utama untuk menggambarkan
secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara
tepat.92 Dengan pendekatan bersifat kualitatif yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.93
Data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, maupun perilaku yang
tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap
dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekedar angka atau
frekuensi.94 Penelitian harus mendefinisikan dengan jelas dan spesifik terkait
tujuan yang akan dicapai. Kemudian rancangkan cara pendekatannya secara
mendetail dan mencakup berbagai kemungkinan. Dari rancangan tersebutlah
data dapat diperoleh dan dikumpulkan untuk disusun dalam laporan yang
disajikan dalam bentuk narasi.95
Peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk
mendeskripsikan terkait penggunaan media Loose Parts untuk
mengembangkan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan
Gunungsindur dengan mengumpulkan data yang disajikan dalam bentuk
narasi. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi langsung dalam
kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Kemudian hasil dari observasi
dikuatkan dengan wawancara yang dilakukan dengan Guru kelas.

91
Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2018), h. 62
92
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), Cet. 7, h. 157
93
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), h. 4
94
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h. 39
95
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet. 24, h. 77
4

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data


1. Sumber Data Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian penggunaan media Loose Parts
untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh
Kecamatan Gunungsindur diperoleh dari 8 orang partisipan yang terdiri
dari 1 (satu) orang Guru Kelas, dan 7 (tujuh) orang siswa dari kelas
Matahari (kelompok B atau anak usia 5-6 tahun) PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur. Alasan dari pemilihan partisipan tersebut adalah karena
kelas Matahari di PAUD Al-Musfiroh memenuhi syarat yang diperlukan
oleh peneliti untuk mengembangkan kreativitas anak usia dini di PAUD
Al-Musfiroh Kecamatan Gunungsindur. Pengumpulan data dilakukan
melalui proses wawancara, observasi dan dokumentasi secara berkala
yang berasal dari dua sumber yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
Sumber primer merupakan sumber data yang secara langsung
memberikan data kepada pengumpul data (peneliti), dan sumber
sekunder merupakan sumber yang secara tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data (peneliti).96 Data primer dapat diperoleh
melalui wawancara dan observasi. Sedangkan data sekunder diperoleh
melalui dokumentasi (foto selama kegiatan pembelajaran dan surat-surat
atau dokumen tertulis yang diperlukan). Dengan demikian, maka sumber
data penelitian yang digunakan selama pelaksanaan penelitian meliputi:
a. Hasil wawancara dengan guru kelas menggunakan teknik wawancara
terstruktur.
b. Hasil observasi selama pelaksanaan penelitian. Hasil observasi
diperoleh melalui pengamatan peneliti terhadap kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. (Peneliti melakukan kegiatan belajar
mengajar bersama guru kelas sambil mengamati siswa.

96
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 308-309
4

c. Dokumentasi yang berupa foto selama kegiatan pembelajaran dan


surat-surat atau dokumen tertulis yang diperlukan seperti sejarah
sekolah, data guru, struktur organisasi, dan data siswa.

2. Teknik Pengumpulan Data


Keberhasilan dalam pengumpulan data banyak ditentukan oleh
kemampuan peneliti menghayati situasi sosial yang dijadikan fokus
penelitian. Peneliti dapat melakukan wawancara dengan subjek yang
diteliti, ia harus mampu mengamati situasi sosial yang terjadi dalam
konteks yang sesungguhnya, ia dapat memfoto fenomena, tanda dan
simbol yang terjadi, ia mungkin pula merekam dialog yang terjadi.
Peneliti tidak akan mengakhiri fase pengumpulan data sebelum ia yakin
bahwa data yang terkumpul dari berbagai sumber telah mampu
menjawab tujuan penelitian.97
Penelitian penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan
kreativitas anak menggunakan teknik triangulasi untuk pengumpulan
data. Teknik triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang
berbeda- beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.98
a. Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan yang
dilakukan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian.99 Observasi dilakukan melalui pengamatan langsung
dengan berfokus pada subjek atau objek yang diamati dengan
mengesampingkan hal-hal diluar subjek atau objek yang diamati.
Penelitian penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan

97
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, (Jakarta:
Kencana, 2018), Cet. 4, h. 372
98
Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2017),
Cet. 26, h. 241
99
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta:Rineka Cipta, 2013), h. 158
5

kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh Kecamatan


Gunungsindur menggunakan teknik observasi untuk melakukan
pengamatan saat pelaksanaan pembelajaran di PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu kejadian atau suatu proses
interaksi antara pewawancara (Interviewer) dan sumber informasi
atau orang yang diwawancarai (Interviewee) melalui komunikasi
langsung atau dapat pula dikatakan bahwa wawancara adalah
percakapan tatap muka (Face to Face) antara pewawancara dengan
sumber informasi, di mana pewawancara bertanya langsung tentang
suatu objek yang diteliti dan telah dirancang sebelumnya. 100
Wawancara yang dilakukan peneliti termasuk dalam wawancara
terstruktur yang mana peneliti mempersiapkan poin-poin pertanyaan
yang akan menjadi bahan wawancara atau tanya jawab dengan
narasumber (Guru) untuk memperoleh data atau gambaran dari
penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan kreativitas
anak usia dini di PAUD Al- Musfiroh Kecamatan Gunungsindur,
c. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu yang
dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari
seseorang.101 Dokumentasi dilakukan untuk melengkapi data yang
diperoleh melalui observasi dan wawancara. Dokumentasi yang
dilakukan berupa pengambilan foto saat pelaksanaan pembelajaran
beserta berbagai keterangan tertulis yang mendukung data penelitian.
Dokumen yang dibutuhkan untuk mendukung dan melengkapi data
penelitian adalah sebagai berikut:

100
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, h. 372
101
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
2
5

Tabel 3.2 : Data Keperluan Dokumentasi

No Dokumen yang Diperlukan Sumber Data

1 Sejarah Sekolah PAUD Al-


Kepala Sekolah
Musfiroh Gunungsindur
2 Data Guru PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur
3 Struktur Organisasi PAUD Al- Sub. Bag.
Musfiroh Gunungsindur Administrasi
4 Data Siswa PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur
5 Foto Kegiatan Siswa PAUD Al-
Siswa dan Guru
Musfiroh Gunungsindur

3. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian di sini dimaksudkan sebagai alat pengumpul
data seperti tes pada penelitian kualitatif.102 Dalam penelitian kualitatif,
peneliti lah yang menjadi instrumen atau alat penelitian. Oleh karena itu,
peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh kesiapan
peneliti yang meliputi pemahaman metode kualitatif, penguasaan
wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki
objek penelitian, baik secara akademik maupun logistiknya.103
Keberhasilan penelitian ditentukan oleh instrumen yang digunakan.
Untuk mendapatkan instrumen yang baik, maka peneliti perlu menyusun
kisi-kisi instrumen penelitian terlebih dahulu. Kisi-kisi instrumen yang
peneliti buat meliputi kisi-kisi instrumen wawancara dengan guru kelas,
serta kisi-kisi instrumen observasi siswa yang didasari pada teori strategi
penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan kreativitas anak
(merujuk pada piramida Loose Parts) yang berupa tahapan penggunaan

102
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, h. 168
103
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
3
5

media Loose Parts pada anak dan tahapan peran guru dalam penggunaan
media Loose Parts. Selain itu, kisi-kisi instrumen juga merujuk pada
teori yang dikemukakan oleh Catron dan Allen terkait 12 indikator kreatif
anak usia dini. Kemudian, teori tersebut diturunkan menjadi indikator
kisi-kisi intrumen. Kisi-kisi tersebut adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Instrumen Wawancara dengan Guru Kelas PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur

Fokus
No Pertanyaan Jawaban
Penelitian
1 Tahapan 1. Bagaimana anak-anak saat
penggunaan berada pada tahap eksplorasi
media Loose dalam pembelajaran?
Parts 2. Bagaimana anak-anak saat
berada pada tahap eksperimen
dalam pembelajaran?
3. Bagaimana anak-anak saat
berada pada tahap kreatif dalam
pembelajaran?
4. Bagaimana Ibu melakukan tahap
edukasi dalam pembelajaran?
5. Bagaimana Ibu melakukan tahap
ekspansi dalam pembelajaran?
6. Bagaimana Ibu melakukan tahap
perkembangan dalam
pembelajaran?
7. Bagaimana Ibu dan anak-anak
saat berada pada tahap
membangun makna dan tujuan
bermain?
5

2 Strategi 1. Bagaimana Ibu mengenalkan


penggunaan strategi bermain Loose Parts
media Loose kepada anak?
Parts 2. Bagaimana Ibu mengenalkan
strategi beres-beres dan
menyimpan barang kepada
anak?
3. Bagaimana Ibu memberikan
invitasi kepada anak terkait
penggunaan media Loose Parts
dalam pembelajaran?
4. Bagaimana Ibu memberikan
provokasi kepada anak terkait
penggunaan media Loose Parts
dalam pembelajaran?
3 Strategi 1. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
mengembangkan strategi penciptaan produk (hasta
kreativitas karya) dalam pembelajaran?
2. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
strategi imajinasi dalam
pembelajaran?
3. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
strategi eksplorasi dalam
pembelajaran?
4. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
strategi eksperimen dalam
pembelajaran?
5. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
strategi proyek dalam
pembelajaran?
5

6. Bagaimana Ibu mengaplikasikan


strategi musik dalam
pembelajaran?
7. Bagaimana Ibu mengaplikasikan
strategi bahasa dalam
pembelajaran?

Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Instrumen Observasi Siswa PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur

No Indikator Catatan Observasi


1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak
terhadap berbagai
komponen di
sekitar dalam
kegiatan
pembelajaran
b. Uji coba anak
dalam mencoba
membuat sesuatu
berdasarkan ide
yang dimilikinya
(eksperimen)
c. Rancangan atau
pembuatan
berbagai produk
kreatif oleh anak
dalam
pembelajaran
5

d. Pemaknaan dunia
di sekeliling anak
melalui permainan
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak
bermain Loose
Parts
b. Strategi anak
beres-beres dan
menyimpan barang
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak
menciptakan
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran
b. Kemampuan anak
berimajinasi dalam
pembelajaran
c. Kemampuan anak
bereksplorasi
dalam
pembelajaran
d. Kemampuan anak
bereksperimen
dalam
pembelajaran
e. Kemampuan anak
menyelesaikan
5

proyek dalam
pembelajaran
f. Kemampuan anak
bermusik dalam
pembelajaran
g. Kemampuan anak
berbahasa dalam
pembelajaran

E. Pemeriksaan dan Pengecekan Keabsahan Data


Uji keabsahan data penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas data, uji
Transferability, uji Dependability, dan uji Confirmability. Sebagaimana
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1 : Uji Keabsahan Data

1. Uji kredibilitas (Credibility)


Peneliti melakukan uji kredibilitas agar penelitian yang dilakukan
membawa hasil yang tepat dan benar sesuai konteksnya, maka dapat
dilakukan dengan memperpanjang waktu keikutsertaan peneliti di
5

lapangan dan meningkatkan ketekunan pengamatan sehingga menyadari


betul bahwa subyektivitas peneliti akan memengaruhi objektivitas hasil
penelitian. Selain itu perlu diperhatikan untuk melakukan triangulasi
(pengumpulan data melalui berbagai teknik) agar data yang diperoleh
lebih variatif dan saling mendukung. Kemudian lakukan cek kembali
dengan teman sekelompok (Member Checks), analisis kasus negatif
(Negatively Case Analysis) dan gunakan bahan referensi yang tepat.104

Gambar 3.2 : Uji Kredibilitas Data

2. Uji transferabilitas (Transferability)


Transferabilitas dimaksudkan pada dapat atau tidaknya hasil
penelitian diaplikasikan di tempat lain. Uji transfeabilitas dilakukan
supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga

104
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, h. 394-
397
5

hasil penelitian tersebut memiliki kemungkinan untuk diterapkan, maka


peneliti harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis dan dapat
dipercaya dalam membuat laporannya. Dengan demikian pembaca dapat
menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan
dapat atau tidaknya hasil penelitian tersebut diaplikasikan di tempat
lain.105
3. Uji dependibilitas (Depenability)
Sanafiah Faisal dalam Sugiyono menjelaskan bahwa pengujian
dependibilitas dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Caranya melalui auditor yang independen
atau pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan
peneliti dalam melaksanakan penelitian, mulai dari menentukan fokus
atau masalah, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan
analisis data, melakukan uji keabsahan data hingga membuat
kesimpulan.106
4. Uji konformitas/konfirmabilitas (Conformity/Confirmability)
Suatu penelitian dikatakan obyektif apabila hasil penelitian telah
disepakati oleh banyak orang. Kesepakatan banyak orang itu yang
disebut dengan konfirmabilitas. Uji konfirmabilitas berarti menguji hasil
penelitian dengan mengaitkan proses yang dilakukan. Bila penelitian
merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian
tersebut telah memenuhi standar konfirmabilitas.107

F. Analisis Data
Bogdan dan Biklen dalam Muri Yusuf menyatakan bahwa analisis data
merupakan suatu proses sistematis pencarian serta pengaturan transkrip

105
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
376-377
106
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
377
107
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, h.
377-378
5

wawancara, observasi, dokumen, dan lain-lain untuk meningkatkan


pemahaman peneliti terkait data yang telah dikumpulkan, sehingga
memungkinkan temuan penelitian dapat disajikan dan diinformasikan kepada
orang lain.108 Miles dan Huberman dalam Sugiyono mengemukakan bahwa
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas data tersebut
meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data, dan kesimpulan atau
verifikasi109 yang digambarkan sebagai berikut:110

Gambar 3.3 : Teknik Analisis Data

1. Pengumpulan data, dilakukan melalui metode observasi, wawancara


mendalam, dan dokumentasi atau gabungan ketiganya (triangulasi)
sehingga data yang diperoleh menjadi bervariasi.111
2. Reduksi data yang berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta mencari tema dan polanya
sehingga akan memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah

108
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, h. 400-
401
109
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif. (Bandung: Alfabeta, 2020), Cet. 3, h. 132-133
110
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, h. 134
111
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,

Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, h.


6

peneliti melakukan pengumpulan selanjutnya, dan mencarinya bila


diperlukan.112
3. Display data atau penyajian data. Data yang telah dikumpulkan dan
direduksi dapat disajikan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, Flowchart dan sejenisnya. Miles dan Huberman
menambahkan bahwa yang paling sering digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah berupa teks yang bersifat naratif.113
4. Kesimpulan atau verifikasi merupakan temuan baru yang belum pernah
ada sebelumnya. Dapat berupa deskripsi atau gambaran untuk
memperjelas suatu objek, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif,
hipotesis maupun teori.114

112
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, h. 135
113
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, h. 137
114
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,
Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, h.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data
1. Karakteristik Lokasi Penelitian
a. Profil PAUD Al-Musfiroh
Nama Lembaga : PAUD Al-Musfiroh
Tanggal Berdiri : 17 Juli 2012
Alamat : Jl. Melati RT 02/03
Kelurahan : Cidokom
Kecamatan : Gunungsindur
Kota : Bogor
Izin Pendirian : Akta Notaris No. 03 tahun 2016 SK.
Menkumham RI No.
AHU 0044395.AH.01.04 tahun 2016
No. Telp. 081299084579
Nama Kepala Sekolah : Angga, S.Kom.I, S.Pd.
A.n. Lembaga : PAUD Al-Musfiroh
NPSN 69869540
Penyelenggara : Yayasan Al-Musfiroh Amanah
Ummat

b. Sejarah Singkat PAUD Al-Musfiroh


Awalnya, sebelum PAUD Al-Musfiroh berdiri. Kegiatan belajar
mengajar hanya berupa majlis taklim Al-Musfiroh. Seiring
berjalannya waktu, Bapak Ust. Yakub selaku pemilik majlis taklim
mendapatkan usulan dari Bapak Lurah pada waktu itu untuk
mendirikan lembaga PAUD. Maka diputuskanlah untuk mendirikan
lembaga PAUD sebagai lembaga pendidikan yang diperuntukan bagi

61
6

anak usia dini. Pembangunan dibantu oleh mahasiswa KKN dari


UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kepala Sekolah pertama PAUD
Al- Musfiroh dijabat oleh Bapak Ust. Miftahuddin. Karena satu lain
hal, di bulan ke-6 masa jabatannya, Bapak Ust. Miftahuddin
mengundurkan diri. Kemudian Kepala Sekolah diganti dengan
Bapak Angga, S.Kom.I, S.Pd. sampai sekarang.
Pada tahun 2018, PAUD Al-Musfiroh terpilih dalam 100
lembaga PAUD yang mendapat binaan dari UNICEF. Binaan
tersebut berupa bantuan operasional dan bantuan ilmu pengetahuan
berupa pelatihan- pelatihan peningkatan profesionalisme guru PAUD
yang dilaksanakan hingga tahun 2019.

c. Visi, Misi dan Tujuan PAUD Al-Musfiroh


1) Visi PAUD Al-Musfiroh
Visi PAUD Al-Musfiroh adalah sebagai berikut:
“Mencetak Generasi Cerdas, Berkarakter dan Berakhlakul
Karimah”
2) Misi PAUD Al-Musfiroh
Misi PAUD Al-Musfiroh adalah sebagai berikut:
a. Melaksanakan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
inovatif
b. Menjalin kemitraan (Stik Holder)
c. Mendidik anak secara optimal sesuai dengan kemampuan
anak
d. Mendidik anak melalui pendidikan yang berkualitas,
berkarakter dan berakhlakul karimah
e. Menerapkan pendidikan holistik integratif
3) Tujuan PAUD Al-Musfiroh
Tujuan PAUD Al-Musfiroh adalah sebagai berikut:
“Terciptanya pendidikan berkualitas, berkarakter dan berakhlakul
karimah melalui penerapan pendidikan holistik integratif dengan
6

pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan inovatif yang disesuaikan


dengan kemampuan anak yang dilengkapi dengan jalinan
kemitraan guna mencetak generasi cerdas, berkarakter dan
berakhlakul karimah.”

d. Data Siswa 2 Tahun Terakhir


Data siswa PAUD Al-Musfiroh dalam 2 tahun terakhir
dipaparkan dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.1: Data Siswa 2 Tahun Terakhir
JUMLAH SISWA
NAMA KELAS
2019/2020 2020/2021

TK A_Kelas Bintang 8 7

TK B_Kelas Matahari 13 7

JUMLAH 21 14

e. Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Daftar tenaga pendidik dan tenaga kependidikan PAUD Al-
Musfiroh adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2: Daftar Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
TEMPAT,
NO NAMA TANGGAL PENDIDIKAN JABATAN
LAHIR
1 Angga, S.Kom.I, Bogor, S1 Kepala
S.Pd. 24 Juni 1990 Sekolah

2 Yana Febriyanti Bogor, SMA Sekretaris


08 Februari
1987
3 Dea Ananda Bogor, S1 Bendahara
Putri, SE. 08 Juni 1997
6

4 Cherin Claudia Bogor, SMA Guru Kelas


Winokan 23 Mei 2000
5 Roro Jihan Tangerang, SMA Guru Kelas
Hanifah A.S. 30 April 2000

f. Sarana dan Prasarana


Sarana dan Prasarana PAUD Al-Musfiroh dapat dilihat dari tabel
di bawah ini:
Tabel 4.3: Daftar Sarana dan Prasarana

NO URAIAN JUMLAH KONDISI

1 Tanah 250 M ² Baik

2 Ruang Kelas 3 Buah Baik

3 Ruang Kantor 1 Buah Baik

4 Kamar Mandi 1 Buah Baik

5 Gudang Penyimpanan 1 Buah Baik

6 Papan Daftar Siswa 1 Pcs Baik

7 Papan Struktur
1 Pcs Baik
Organisasi

8 Papan Daftar Tenaga


Pendidik dan 1 Pcs Baik
Kependidikan

9 Papan Visi, Misi dan


1 Pcs Baik
Tujuan Sekolah

10 APE Luar

Ayunan 1 Pcs Baik

Jungkitan 1 Pcs Baik


6

Perosotan 1 Pcs Baik

Ayunan Putar 1 Pcs Baik

11 APE Dalam

Balok 2 Set Baik

Angklung 1 Set Baik

Puzzle 15 Set Baik

Meronce Geometri 2 Set Baik

Lego 2 Set Baik

Bola Warna 1 Set Baik

Parasut 1 Set Baik

Timbangan Simulasi 1 Set Baik

12 Poster 2 Set Baik

13 Buku Cerita 30 Pcs Baik

14 Papan Tulis 3 Pcs Baik

15 Rak Sepatu 3 Pcs Baik

16 Gantungan Tas Anak 6 Pcs Baik

17 Loker Mainan 3 Pcs Baik

18 Aneka Loose Parts 3 Loker Baik

19 Wadah Loose Parts


3 Set Baik
Kecil dan Sedang

g. Struktur Organisasi
Struktur kepengurusan atau struktur organisasi PAUD Al-
Musfiroh adalah sebagai berikut:
6

Gambar 4.1: Struktur Kepengurusan PAUD Al-Musfiroh

h. Deskripsi Subjek Penelitian


Subjek dalam penelitian penggunaan media Loose Parts untuk
mengembangkan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh
terdiri dari 7 orang siswa kelas B dan 1 orang Guru PAUD yaitu bu
Cherin sebagai wali kelas kelas B. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan berbagai teknik yang terdiri dari wawancara,
observasi dan dokumentasi.

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan


1. Media Loose Parts dalam Mengembangkan Kreativitas di PAUD Al-
Musfiroh Gunungsindur, Jawa Barat
Media Loose Parts dapat mengembangkan kreativitas anak usia dini
di PAUD Al-Musfiroh dengan cara melakukan seluruh tahapan
penggunaan media Loose Parts. Baik tahapan pada anak maupun tahapan
pada peran guru. Anak menjadi sangat antusias saat mengeksplorasi
berbagai komponen-komponen yang ada di sekitarnya ketika melakukan
kegiatan pembelajaran menggunakan media Loose Parts. Hal ini peneliti
simpulkan dari wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu Cherin.
6

Beliau mengatakan bahwa pada tahap eksplorasi, anak-anak sangat


bersemangat dan antusias untuk mengeksplorasi atau menjelajahi benda-
benda atau komponen-komponen yang sudah disediakan. Anak-anak
mengamati dan mempelajari sendiri komponen-komponen tersebut untuk
kemudian anak membuat keputusan terkait komponen mana saja yang
akan digunakan dan akan digunakan untuk apa. Ibu Cherin juga
memaparkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, guru melakukan tahap
edukasi dengan mengenalkan strategi bermain, strategi beres-beres dan
menyimpan barang kepada anak, dan biasanya guru membimbing dan
memfasilitasi anak-anak untuk membuat peraturan sebelum melakukan
kegiatan main. Selain itu, melalui kegiatan observasi, peneliti juga
melihat bahwa anak-anak begitu bersemangat dan antusias melakukan
kegiatan eksplorasi terhadap berbagai komponen yang ada di sekitarnya
ketika melakukan kegiatan pembelajaran dengan media Loose Parts. Hal
ini juga dibahas oleh Yuliati Siantajani yang memaparkan bahwa tahap
pertama dalam penggunaan media Loose Parts adalah tahap eksplorasi
yang merupakan tahap dimana anak mulai berkenalan dengan Loose
Parts, sehingga untuk memenuhi rasa ingin tahunya, anak menjelajahi
benda- benda dengan berbagai tekstur, warna, bentuk dan ukuran.115

Gambar 4.2: Anak Bersemangat untuk Mengeksplorasi

115
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.
6

Anak-anak juga sangat bersemangat dan antusias ketika melakukan


kegiatan eksperimen dari berbagai benda atau komponen Loose Parts
yang sudah anak eksplorasi sebelumnya. Terlebih ketika guru sudah
menyiapkan berbagai invitasi dan provokasi terkait yang membuat anak
menjadi lebih tertarik dan terarah dalam melakukan kegiatan eksperimen.
Hal ini peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas
Matahari, yaitu Ibu Cherin yang mengatakan bahwa sebelum anak
bereksperimen, guru melakukan ekspansi dengan menyiapkan
menyiapkan invitasi dan provokasi untuk kegiatan main anak. Invitasi
yang disiapkan dalam bentuk penataan lingkungan main yang berupa
pengelompokkan komponen-komponen yang sudah ditentukan dan
dilengkapi dengan provokasi yang berupa kalimat petunjuk atau perintah
yang ditujukan untuk memprovokasi anak melakukan atau membuat
sesuatu dengan berbagai komponen yang disediakan. Ibu Cherin juga
memaparkan bahwa pada tahap eksperimen, anak-anak sangat antusias
melakukan berbagai eksperimen atau percobaan-percobaan dengan
menggunakan berbagai komponen yang sudah anak amati dan pelajari
pada saat melakukan kegiatan eksplorasi. Ketika melakukan eksperimen
itu sendiri biasanya anak melakukan uji coba dengan melibatkan satu
persatu komponen yang anak anggap cocok untuk digunakan. Selain itu,
melalui kegiatan observasi, peneliti juga melihat bahwa anak-anak sangat
antusias dan percaya diri ketika melakukan berbagai eksperimen, anak-
anak tidak putus asa ketika percobaan pertamanya dirasa belum sesuai
dengan keinginan mereka, mereka terus mencoba berbagai hal dengan
komponen-komponen yang ada di sekeliling mereka. Hal ini juga dibahas
oleh Yuliati Siantajani yang memaparkan bahwa setelah anak selesai
dengan tahap eksplorasi, anak mulai melakukan uji coba membuat
sesuatu sebagaimana ide yang muncul dari dalam anak dan imajinasi
anak berkembang pada tahap ini.116

116
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.
6

Gambar 4.3: Kegiatan Eksperimen

Guru memberikan provokasi berupa tulisan dan ucapan kalimat


petunjuk terkait apa yang harus anak hasilkan yang disesuaikan dengan
tema yang sedang dibahas. Provokasi ini ditujukan untuk menstimulasi
anak mengeluarkan dan menunjukkan kreativitasnya. Hal ini peneliti
simpulkan dari hasil wawancara dengan guru kelas Matahari, yaitu Ibu
Cherin yang mengatakan bahwa provokasi sendiri menyesuaikan dengan
tema yang dibahas. Jadi dari tema dan subtema yang sedang dibahas,
kemudian dikembangkan dan dituangkan ke dalam bentuk pertanyaan
atau ajakan untuk menghasilkan sesuatu. Biasanya kami menggunakan
kata “Bagaimana” dan “Ayo” untuk menstimulasi anak mengeluarkan
serta menunjukkan kreativitas, ide, dan gagasan yang dimilikinya. Selain
itu, melalui kegiatan observasi, peneliti melihat bahwa pada setiap
invitasi terdapat sebuah provokasi yang diperjelas oleh guru. Hal ini juga
dibahas oleh Yuliati Siantajani yang memaparkan bahwa provokasi
merupakan sesuatu yang mengajak orang untuk semakin maju ke depan
dengan menstimulasi respon atau aksi. Provokasi dilakukan untuk
memperluas atau mengembangkan ide-ide unik, minat dan teori dari
anak. Provokasi menantang pemikiran anak untuk berpikir lebih tinggi.117

117
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.
7

Gambar 4.4: Provokasi dan Invitasi

Guru memberikan invitasi berupa penataan komponen-komponen


Loose Parts pada lingkungan main anak yang disesuaikan dengan
provokasi yang sudah ditentukan. Hal ini peneliti simpulkan dari hasil
wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu Cherin yang
mengatakan bahwa untuk invitasi biasanya menyesuaikan dengan
provokasi yang sudah dibuat. Material atau komponen yang digunakan
biasanya di Mix atau dicampur dalam arti bervariasi, ada yang berupa
bahan alam yang ditambah dengan bekas kemasan, bahan plastik, bahan
kayu, dan sebagainya. Semua disesuaikan dengan provokasi yang
diberikan. Selain itu, melalui kegiatan observasi, peneliti juga melihat
bahwa invitasi dilakukan oleh guru dengan menata komponen-komponen
Loose Parts yang bervariatif pada setiap invitasi. Hal ini juga dibahas
oleh Yuliati Siantajani yang memaparkan bahwa invitasi merupakan
penataan material yang dipilih dan ditata (dipajang) yang mengundang
anak untuk menggunakannya dalam pembelajaran. Invitasi merupakan
kesempatan bagi anak untuk belajar melalui eksplorasi berbagai material
konkret yang akan memberikan pengalaman belajar pada anak. Material
yang dipajang
7

akan menawarkan pilihan pada anak untuk memasuki dunia


pengetahuan.118
Anak yang sudah melakukan berbagai kegiatan eksperimen akan
masuk ke tahap selanjutnya dari penggunaan media Loose Parts yaitu
tahap kreatif. Anak mendapatkan kesempatan yang luas untuk membuat
berbagai karya atau menghasilkan berbagai produk sesuai dengan apa
yang anak inginkan dengan menggunakan berbagai komponen yang anak
pilih berdasarkan uji coba yang sudah dilakukan sehingga anak sangat
bersemangat untuk membuat karya terbaiknya. Hal ini peneliti simpulkan
dari hasil wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu Cherin yang
mengatakan bahwa pada tahap kreatif, anak sudah membuat keputusan
yang sebelumnya sudah diuji coba pada tahap eksperimen. Anak mulai
merencanakan atau merancang dan membuat berbagai produk dengan
menggunakan berbagai komponen yang sudah diuji coba sebelumnya.
Anak sangat antusias dan berusaha untuk menghasilkan sesuatu sebaik
mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Ibu Cherin juga
memaparkan bahwa pada saat anak berada pada tahap kreatif, guru
melaksanakan tahapan perkembangan yang mana ketika anak sedang
konsentrasi dalam membuat atau menghasilkan sesuatu, guru melakukan
kegiatan dokumentasi dan penilaian terhadap perkembangan anak.
Penilaian yang dilakukan pada dasarnya sama dengan yang dilakukan
lembaga pendidikan anak usia dini pada umumnya, namun yang
membedakan adalah penilaian dilakukan untuk kegiatan atau indikator
yang sama dalam satu minggu. Selain itu, melalui kegiatan observasi,
peneliti juga melihat bahwa anak-anak sangat bersemangat untuk
berusaha menghasilkan yang terbaik sesuai dengan kemampuan dan
pemahaman mereka masing-masing. Hal ini juga dibahas oleh Yuliati
Siantajani yang memaparkan bahwa proses eksperimen yang penuh
dengan imajinasi akan

118
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.
7

membawa anak pada tahapan kreatif di mana anak membuat atau


merancang berbagai produk kreatif sebagai hasil dari proses kreatif.119

Gambar 4.5: Anak Membuat Karya Sesuai Keinginan dan Kemampuannya

Waktu kegiatan bermain habis, guru mengarahkan anak untuk segera


membereskan dan menyimpan barang atau komponen pada tempatnya.
Anak-anak dengan bersemangat dan saling membantu sama lain
membereskan seluruh komponen Loose Parts yang ada di sekitar anak
dan kemudian menyimpannya dengan rapi. Hal ini peneliti simpulkan
dari hasil wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu Cherin yang
mengatakan bahwa anak perlu sekali dikenalkan bahwa setiap barang
mempunyai rumah atau tempatnya masing-masing, dan setiap barang
memerlukan bantuan untuk kembali ke tempatnya sehingga setelah
selesai melakukan kegiatan main, anak bisa langsung melakukan
kegiatan beres- beres dan menyimpan barang di tempat yang seharusnya.
Selain itu, melalui kegiatan observasi, peneliti melihat bahwa ketika guru
mengingatkan waktu bermain sudah habis, anak secara langsung
membereskan seluruh komponen yang ada di sekitarnya dan menyimpan

119
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.
7

komponen tersebut pada tempatnya. Hal ini juga dibahas oleh Yuliati
Siantajani yang memaparkan bahwa anak perlu dilatih untuk peduli dan
bertanggung jawab terhadap lingkungannya dan benda-benda yang
digunakannya. Maka dari itu, beres-beres dan menyimpan komponen
Loose Parts merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang harus
dilatihkan kepada anak.120

Gambar 4.6: Anak Membereskan dan Menyimpan Mainan

Guru memfasilitasi anak untuk mengutarakan apa yang anak pelajari


hari ini dan anak menanggapi serta memanfaatkan kesempatan tersebut
dengan sebaik-baiknya. Guru dan anak bersama-sama membangun
makna dan tujuan dari berbagai kegiatan main yang sudah dilakukan. Hal
ini peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas Matahari,
yaitu Ibu Cherin yang mengatakan bahwa setelah anak-anak selesai
membereskan dan menyimpan seluruh komponen-komponen yang ada ke
dalam loker penyimpanan, guru mempersilahkan kepada anak untuk
menyampaikan apa yang sudah anak lakukan hari ini secara bergantian
satu persatu, kemudian guru mereview kembali apa yang sudah anak
pelajari hari ini dari kegiatan yang anak lakukan. Selain itu, melalui

120
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h. 92-
7

kegiatan observasi, peneliti melihat bahwa anak-anak memahami apa


yang mereka lakukan dan apa tujuan dari kegiatan yang mereka yang
lakukan. Anak-anak juga sangat antusias saat diberi kesempatan untuk
menyampaikan kepada guru terkait apa yang sudah anak lakukan hari ini.
Hal ini juga dibahas oleh Yuliati Siantajani yang memaparkan bahwa
membangun makna dan tujuan bermain merupakan kemampuan tertinggi
yang dicapai oleh anak dan peran tertinggi yang dilakukan oleh guru.
Guru dapat menyaksikan kemajuan perkembangan anak, di mana anak
dapat memaknai dunia di sekelilingnya melalui permainan dan tujuan
guru dalam memfasilitasi anak untuk berkembang secara maksimal juga
telah tercapai.121

Gambar 4.7: Membangun Makna dan Tujuan Bermain

Loose Parts memiliki berbagai kelebihan dalam penggunaannya.


Yaitu sebagai berikut:
a. Dapat digunakan untuk berbagai kegiatan
b. Tidak habis dalam sekali pakai
c. Dapat dimanipulasi menjadi berbagai bentuk dan alat
d. Dapat menstimulasi berbagai perkembangan anak

121
Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD, h.
7

e. Dapat memicu otak anak menjadi lebih kreatif dalam memanfaatkan


berbagai benda di sekelilingnya
f. Dapat menstimulasi anak untuk dapat memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari
g. Dapat menstimulasi anak untuk mengeluarkan berbagai kemampuan,
minat dan bakat yang dimiliki
h. Lebih hemat dan mudah didapat
i. Mendorong anak untuk menemukan pengetahuan dan pengalaman
baru
Loose Parts juga memiliki kekurangan disamping kelebihan-
kelebihan yang dimiliki. Yaitu sebagai berikut:
a. Kesalahan penggunaan strategi dapat mengakibatkan kejenuhan
belajar pada anak
b. Kesalahan dalam penggunaan invitasi dan provokasi dapat
mengakibatkan aspek perkembangan anak terhambat.

2. Strategi yang Digunakan untuk Mengembangkan Kreativitas Anak


Usia Dini dengan Media Loose Parts di PAUD Al-Musfiroh
Gunungsindur, Jawa Barat
Kreativitas anak usia dini dapat dikembangkan melalui penggunaan
media Loose Parts dengan menggunakan berbagai strategi
pengembangan, yaitu strategi penciptaan produk, imajinasi, eksplorasi,
eksperimen, proyek, musik dan bahasa. Anak menjadi lebih kreatif untuk
menciptakan berbagai hal ketika melakukan pembelajaran dengan
menggunakan media Loose Parts. Hal ini didukung dengan media Loose
Parts yang digunakan serta sikap guru yang memberikan kesempatan
yang luas kepada anak untuk menciptakan berbagai hal sesuai keinginan
dan kemampuannya. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti simpulkan
dari hasil wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu Cherin yang
mengatakan bahwa penciptaan produk dilakukan dengan memberikan
kesempatan kepada anak pada tahap kreatif untuk menuangkan atau
membuat sesuatu sesuai
7

dengan kemampuan dan keinginan anak masing-masing. Penciptaan


produk sendiri dapat berupa menciptakan sesuatu yang baru atau
memodifikasi benda atau produk yang sudah ada sebelumnya. Selain itu,
melalui kegiatan observasi, peneliti melihat bahwa dengan penggunaan
media Loose Parts dalam pembelajaran dapat memberikan kesempatan
yang lebih luas kepada anak untuk memilah komponen yang ingin
digunakan dan akan digunakan untuk apa komponen tersebut. Hal ini
juga dibahas oleh Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati yang memaparkan
bahwa pada dasarnya hasil karya anak yang dibuat melalui aktivitas
membuat, menyusun atau mengkonstruksi ini akan memberikan
kesempatan bagi anak untuk menciptakan benda buatan mereka sendiri
yang belum pernah mereka temui, ataupun mereka membuat modifikasi
dari benda yang telah ada sebelumnya.122
Imajinasi anak dapat dengan bebas diekspresikan pada pembelajaran
menggunakan media Loose Parts. Hal ini dikarenakan guru memberikan
kesempatan yang luas kepada anak untuk mengungkapkan imajinasinya
masing-masing dan mengekspresikan atau menyampaikan imajinasinya
memalui berbagai hal yang anak buat. Berkaitan dengan hal tersebut
peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas Matahari,
yaitu Ibu Cherin yang mengatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran
atau kegiatan main, anak justru dituntut untuk berimajinasi, mulai dari
tahap eksplorasi hingga tahap kreatif. Anak harus berimajinasi atau
merealisasikan imajinasi yang dimiliki untuk membuat atau menciptakan
sesuatu. Selain itu, melalui kegiatan observasi, peneliti juga melihat
bahwa anak-anak sangat antusias untuk berusaha mengutarakan dan
merealisasikan imajinasi-imajinasinya menjadi sebuah karya. Hal ini juga
dibahas oleh Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati yang memaparkan
bahwa dengan imajinasi, anak dapat mengembangkan daya pikir dan
daya

122
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 53
7

122
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 53
7

ciptanya tanpa dibatasi kenyataan dan realitas sehari-hari. Ia bebas


berpikir sesuai pengalaman dan khayalannya.123
Ada banyak hal yang bisa di eksplorasi oleh anak ketika melakukan
kegiatan pembelajaran dengan media Loose Parts, terlebih karena guru
memberikan banyak kesempatan kepada anak untuk dapat melakukan
eksplorasi terhadap berbagai benda di sekitarnya. Berkaitan dengan hal
tersebut peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas
Matahari, yaitu Ibu Cherin yang mengatakan bahwa untuk strategi
eksplorasi sendiri sudah jelas berada di awal kegiatan. Hal ini karena
memang eksplorasi sendiri merupakan tahap pertama dalam penggunaan
media Loose Parts. Jadi, anak diberikan kesempatan seluas-luasnya
untuk menjelajahi, mengamati dan mempelajari berbagai komponen-
komponen yang sudah disediakan. Selain itu, melalui kegiatan observasi,
peneliti juga melihat bahwa anak dapat lebih mudah mengenal berbagai
hal di sekitarnya melalui kegiatan eksplorasi. Hal ini juga dibahas oleh
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati yang memaparkan bahwa eksplorasi
dapat memberikan kesempatan bagi anak untuk melihat, memahami,
merasakan, dan pada akhirnya membuat sesuatu yang menarik perhatian
mereka.124
Anak bersemangat melakukan percobaan-percobaan dari berbagai
komponen yang ada di sekeliling anak karena media Loose Parts
memberikan banyak kemungkinan-kemungkinan dalam eksperimen
anak. Eksperimen tersebut pun menjadi terarah karena guru memberikan
invitasi dan provokasi yang memicu anak untuk banyak melakukan
percobaan- percobaan. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti simpulkan
dari hasil wawancara dengan wali kelas Matahari, yaitu Ibu Cherin yang
mengatakan bahwa dalam pembelajaran, strategi eksperimen dilakukan
dengan menstimulasi anak melalui invitasi dan provokasi yang sudah
disiapkan untuk mengarahkan eksperimen anak seperti apa yang harus

124
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 55
123
7
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 54

124
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 55
7

dilakukan atau apa tujuan akhir dari eksperimen yang akan anak lakukan,
sehingga eksperimen menjadi terarah. Selain itu, melalui kegiatan
observasi, peneliti melihat bahwa anak-anak dapat memahami sebab
akibat di lingkungan bermainnya, alasan memilih komponen dan tujuan
dari dipilihnya komponen tersebut. Hal ini juga dibahas oleh Yeni
Rachmawati dan Euis Kurniati yang memaparkan bahwa eksperimen
dimaksudkan pada bagaimana anak dapat mengetahui cara atau proses
terjadinya sesuatu, dan mengapa sesuatu dapat terjadi serta bagaimana
mereka dapat menemukan solusi terhadap permasalahan yang ada dan
pada akhirnya mereka dapat membuat sesuatu yang bermanfaat dari
kegiatan tersebut.125
Anak sangat antusias menyelesaikan berbagai rencana kegiatan main
yang telah mereka buat dan memiliki target untuk dapat bergantian
melakukan seluruh kegiatan yang telah disiapkan oleh guru. Proyek
kegiatan didukung oleh guru yang menyiapkan 6-8 kegiatan main untuk
satu minggu sehingga untuk satu minggu ada banyak kessempatan besar
untuk menyelesaikan seluruh kegiatan dan dalam satu kegiatan, ada
banyak kemungkinan yang dapat memicu anak melakukan sebuah proyek
besar. Hal ini peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas
Matahari, yaitu Ibu Cherin yang mengatakan bahwa untuk strategi
proyek, biasanya guru menyiapkan 6-8 kegiatan untuk satu minggu. Jadi,
untuk satu minggu itu anak diberikan kesempatan besar untuk
menyelesaikan kegiatan main yang disediakan sehingga terdapat banyak
kemungkinan hal yang akan anak lakukan. Maka, ketika anak merasa
belum puas dengan proyek yang dihasilkan, anak dapat memperbaiki atau
melanjutkannya di lain waktu. Selain itu, melalui kegiatan observasi,
peneliti juga melihat bahwa anak menjadi lebih bersemangat untuk
menghasilkan banyak hal dari berbagai komponen yang disiapkan
terlebih guru menyiapkan banyak kegiatan yang mendukung anak untuk
mengekspresikan pola berpikir,
125
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 59
7

125
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 59
7

keterampilan dan kemampuannya. Hal ini juga dibahas oleh Yeni


Rachmawati dan Euis Kurniati yang memaparkan bahwa metode proyek
dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengekspresikan pola
berpikir, keterampilan dan kemampuannya untuk memaksimalkan
sejumlah permasalahan yang dihadapi mereka sehingga mereka memiliki
peluang untuk terus berkreasi dan mengembangkan diri seoptimal
mungkin.126
Anak menghasilkan berbagai suara dan nada yang berbeda-beda
yang dihasilkan dari berbagai komponen yang ada di sekitarnya. Hal ini
peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali kelas Matahari,
yaitu Ibu Cherin yang mengatakan bahwa setiap komponen dapat
menghasilkan suara atau bunyi yang berbeda, terlebih jika satu
komponen dikombinasikan dengan komponen lain, hal tersebut juga
dapat menimbulkan bunyi atau suara yang berbeda, hal tersebut yang
dimanfaatkan oleh guru untuk menggunakan strategi musik dalam
pembelajaran menggunakan media Loose Parts. Selain itu, melalui
kegiatan observasi peneliti juga melihat bahwa dari berbagai komponen
yang ada di sekitar anak, anak dapat menghasilkan bunyi dan suara yang
beragam. Hal ini juga dibahas oleh Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati
yang memaparkan bahwa alam tercipta kaya akan nuansa dan irama
musik. Manusia tidak akan pernah bisa lepas dari bunyi-bunyian yang
terdengar setiap detik dengan variasi jenis, frekuensi, durasi, tempo dan
irama. Alam mengajari manusia dengan keharmonisan, keseimbangan,
simetris, sistematis, dan rasa kebersamaan dan penyatuan melalui irama
dan bunyi- bunyian alamiah.127
Anak memiliki kesempatan yang sangat luas untuk berkomunikasi
dengan lingkungannya, baik dengan teman ataupun gurunya, baik
berkomunikasi atau berbahasa reseptif maupun ekspresif. Berkaitan

126
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak Usia
Taman Kanak-Kanak, h. 62
127
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 63
8

dengan hal ini peneliti simpulkan dari hasil wawancara dengan wali
kelas, yaitu Ibu Cherin yang mengatakan bahwa strategi bahasa
diaplikasikan dari awal memulai kegiatan main hingga selesai, seperti
berkomunikasi dengan anak terkait progress yang anak miliki untuk
menyelesaikan suatu kegiatan. Kemudian di akhir kegiatan pun anak
diberikan kesempatan untuk mengkomunikasikan berbagai kegiatan main
yang sudah dilakukan serta hal apa yang anak peroleh dari kegiatan
tersebut. Selain itu, melalui kegiatan observasi peneliti juga melihat
bahwa anak dengan bebas mengutarakan pendapat atau mengekspresikan
diri kepada teman dan gurunya. Hal ini juga dibahas oleh Yeni
Rachmawati dan Euis Kurniati yang memaparkan bahwa anak-anak
sering berbicara untuk mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran
mereka. Sikap ini mendorong meningkatkan penggunaan bahasa dan
dialog dengan yang lain dan salah satu jalan bagi mereka untuk
menggunakan bahasa adalah ekspresi perasaan.128

128
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 65
8

128
Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak
Usia Taman Kanak-Kanak, h. 65
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PAUD Al-Musfiroh


terkait penggunaan media Loose Parts untuk mengembangkan kreativitas
anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur, Jawa Barat dapat
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Penggunaan media Loose Parts pada pembelajaran PAUD Al-Musfiroh
dilaksanakan dengan menerapkan seluruh tahapan bermain Loose Parts
dengan memperhatikan strategi bermain, beres-beres dan menyimpan
barang yang dilakukan anak di setiap harinya.
2. Pembelajaran dilakukan dengan memadukan tujuh strategi
mengembangkan kreativitas anak usia dini yang meliputi penciptaan
produk, imajinasi, eksplorasi, eksperimen, proyek, musik dan bahasa.

B. Implikasi
Implikasi yang diperoleh dari penggunaan media Loose Parts untuk
mengembangkan kreativitas anak usia dini di PAUD Al-Musfiroh adalah
menjadikan siswa-siswinya memiliki kreativitas yang tinggi, baik dalam
pembuatan produk (hasta karya) maupun dalam menyelesaikan masalah.

C. Saran
Berdasarkan penelitian yang berjudul “Penggunaan Media Loose Parts
untuk Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Al-Musfiroh
Kecamatan Gunungsindur”, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut:

1. Bagi Lembaga
Peneliti mengharapkan PAUD Al-Musfiroh mulai melibatkan anak
dalam pengumpulan dan netralisasi komponen-komponen Loose Parts

8
82

agar anak mengerti bagaimana jika menemukan komponen Loose Parts


dalam keadaan kotor di luar pengawasan guru dan orang tua.
2. Bagi Guru
Peneliti menyarankan agar guru menggunakan busana dengan
warna- warna yang lebih cerah agar anak memiliki rasa ketertarikan di
awal pembelajaran dan bisa lebih semangat dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti menyarankan kepada peneliti selanjutnya yang akan
melakukan penelitian terkait agar lebih selektif dalam mencari literatur
yang akan digunakan dan menambah literatur agar dapat melakukan
penelitian yang lebih mendalam tentang penggunaan media Loose Parts
dalam meningkatkan kreativitas anak usia dini.
DAFTAR PUSTAKA

Fadlillah, M. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan


Pembelajaran Menarik, Kreatif dan Menyenangkan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2014.

Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniati. Strategi Pengembangan Kreativitas pada


Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Kencana, 2010.

Mulyani, Novi. Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini. Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2019.

Sugiono, Yuliani Nurani dan Bambang Sujiono. Bermain Kreatif Berbasis


Kecerdasan Jamak. Jakarta: Indeks, 2010.

Suryana, Dadan. Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi dan Aspek Perkembangan
Anak. Jakarta: Kencana, 2016.

Sit, Masganti, dkk. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan Praktik.
Medan: Perdana Publishing, 2016.

Montolalu, B.E.F., dkk. Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: Universitas


Terbuka, 2009.

Susanto, Ahmad. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai


Aspeknya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011.

Siantajani, Yuliati. Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi PAUD.


Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020.

Nugraha, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains pada Anak Usia Dini. Bandung:
JILSI Foundation, 2008.

Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Dasar.
Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet. 3, 2017.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: Remaja


Rosdakarya, Cet. 36, 2017.

8
8

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama, 2018.

Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta:


Bumi Aksara, Cet. 7, 2009.

Arifin, Zainal. Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru. Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2011.

Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.

Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. 24, 2013.

Sugiyono. Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat Eksploratif,


Enterpretif, Interaktif dan Konstruktif. Bandung: Alfabeta, Cet. 3, 2020.

----------------. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,


dan R&D. Bandung: Alfabeta, Cet. 23, 2016.

----------------. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta, Cet. 26, 2017.

Yusuf, Muri. Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan.


Jakarta: Kencana, Cet. 4, 2018.

Florida, Richard, Charlotta Mellander, Karen King. The Global Creativity Indeks
2015. Toronto: Martin Prosperity Institute, 2015.

Fakhriyani, Diana Vidya. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jurnal


Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains. 4, 2016.

Kurnia, Rita. Konsepsi Bermain dalam Menumbuhkan Kreativitas pada Anak Usia
Dini. EDUCHILD. 1, 2012.

Hanafi, Sri Hardiningsih dan Sujarwo. Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak


dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas di Kota Bima. Jurnal
Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat. 2, 2015.

Kusumawardhani, Ratih dkk. Profil Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal
Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS. 3, 2018.
8

Fauziah, Nadia. Penggunaan Media Bahan Alam untuk Meningkatkan Kreativitas


Anak. Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI. 8, 2013.

Nurlita. Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Percaya Diri Terhadap Kreativitas


Anak Usia 5-6 Tahun. EDUCHILD. 1, 2012.

Rahardjo, Maria Melita. How to Use Loose Parts in STEAM? Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini. 13, 2019.

Aisyah. “Permainan Warna Berpengaruh Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini”.


Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol. 1. 2017.

Priyanto, Aris. “Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui


Aktivitas Bermain”. Jurnal Ilmiah Guru “COPE”. No. 2. 2014.

Holis, Ade. “Belajar Melalui Bermain untuk Pengembangan Kreativitas dan


Kognitif Anak Usia Dini”. Jurnal Pendidikan Universitas Garut. Vol. 9.
2016.

Putro, Khamim Zarkasih. “Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Bermain”.


Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama. Vol. 16. 2016.

Asmawati, Luluk. “Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui Pembelajaran


Terpadu Berbasis Kecerdasan Jamak”. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini.
Vol. 11. 2017.

Flannigan, Caileigh dan Beverlie Dietze. Children, Outdoor Play, and Loose Parts.
Journal of Childhood Studies. 42, 2017.

Smith, Sheryl dan Gilman. The Arts, Loose Parts and Conversation. Journal of the
Canadian Association for Curriculum Studies. 16, 2018.
LAMPIRAN HASIL WAWANCARA DAN PENGUMPULAN DATA

1.1 CATATAN WAWANCARA

CATATAN WAWANCARA

HASIL WAWANCARA GURU KELAS

Nama : Cherin Claudia Winokan

Hari/Tanggal : Kamis, 12 November 2020

Kelas : Matahari

Jam : 13.10 WIB

Fokus
No Pertanyaan Jawaban
Penelitian
1 Tahapan a. Bagaimana anak- Pada tahap eksplorasi, anak-
penggunaan anak saat berada anak sangat bersemangat dan
media Loose pada tahap antusias untuk mengeksplorasi
Parts eksplorasi dalam atau menjelajahi benda-benda
pembelajaran? atau komponen-komponen yang
sudah disediakan. Anak-anak
mengamati dan mempelajari
sendiri komponen-komponen
tersebut untuk kemudian anak
membuat kepotusan terkait
komponen apa saja yang akan
digunakan dan anak digunakan
untuk apa.

86
b. Bagaimana anak- Pada tahap eksperimen, anak-
anak saat berada anak sangat antusias melakukan
pada tahap berbagai eksperimen atau
eksperimen dalam percobaan-percobaan dengan
pembelajaran? menggunakan berbagai
komponen yang sudah anak
amati dan pelajari pada saat
melakukan kegiatan eksplorasi.
Ketika melakukan eksperimen
itu sendiri biasanya anak
melakukan uji coba dengan
melibatkan satu persatu
komponen yang anak anggap
cocok untuk digunakan.
c. Bagaimana anak- Pada tahap kreatif, anak sudah
anak saat berada membuat keputusan yang
pada tahap kreatif sebelumnya sudah diuji pada
dalam tahap eksperimen. Anak mulai
pembelajaran? merancang dan membuat
berbagai produk dengan
menggunakan berbagai
komponen yang sudah diuji
coba sebelumnya. Anak sangat
antusias dan berusaha untuk
menghasilkan sesuatu sebaik
mungkin sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya.
d. Bagaimana Ibu Dalam kegiatan pembelajaran,
melakukan tahap tahap edukasi dilakukan dengan
mengenalkan strategi bermain,

8
edukasi dalam strategi beres-beres dan
pembelajaran? menyimpan barang kepada
anak. Biasanya pada tahap
edukasi, guru juga
membimbing dan memfasilitasi
anak-amak untuk membuat
peraturan sebelum melakukan
kegiatan main.
e. Bagaimana Ibu Pada tahap ekspansi, guru
melakukan tahap menyiapkan invitasi dan
ekspansi dalam provokasi untuk kegiatan main
pembelajaran? anak. Invitasi sendiri disiapkan
dalam bentuk penataan
lingkungan main yang berupa
pengelompokkan komponen-
komponen yang sudah
ditentukan dan dilengkapi
dengan provokasi yang berupa
kalimat petunjuk atau perintah
yang ditujukan untuk
memprovokasi anak melakukan
atau membuat sesuatu dengan
berbagai komponen yang
disediakan.
f. Bagaimana Ibu Tahap perkembangan guru
melakukan tahap lakukan dengan dokumentasi
perkembangan dan penilaian. Tahap
dalam perkembangan ini dilakukan
pembelajaran? ketika anak berada pada tahap
kreatif. Jadi ketika anak sedang

8
komsentrasi dalam membuat
atau menghasilkan sesuatu,
guru melakukan kegiatan
dokumentasi dan penilaian
terhadap perkembangan anak.
Penilaian yang dilakukan pada
dasarnya sama dengan yang
dilakukan lembaga anak usia
dini pada umumnya. Namun
yang membedakan adalah
penilaian dilakukan untuk
kegiatan atau indikator yang
sama dalam satu minggu.
g. Bagaimana Ibu Setelah anak-anak selesai
dan anak-anak membereskan dan menyimpan
saat berada pada seluruh komponen-komponen
tahap membangun yang ada ke dalam loker
makna dan tujuan penyimpanan, guru
bermain? mempersilahkan kepada anak
untuk menyampaikan apa yang
sudah anak lakukan hari ini
secara bergantian satu persatu,
kemudian guru mereview
kembali apa yang sudah anak
pelajari hari ini dari kegiatan
yang anak lakukan.
2 Strategi a. Bagaimana Ibu Biasanya sebelum memulai
penggunaan mengenalkan melaksanakan kegiatan inti,
media Loose strategi bermain guru mengenalkan strategi
Parts bermain kepada anak dengan

8
Loose Parts menstimulasi dan mengizinkan
kepada anak? anak untuk bereksplorasi serta
mengeluarkan atau
mengungkapkan imajinasinya.
Kemudian mengingatkan anak-
anak untuk tidak melupakan
peraturan selama melakukan
kegiatan main yang akan
dilakukan.
b. Bagaimana Ibu Anak perlu sekali dikenalkan
mengenalkan bahwa setiap barang
strategi beres- mempunyai rumah atau
beres dan tempatnya masing-masing, dan
menyimpan setiap barang memerlukan
barang kepada bantuan untuk kembali ke
anak? tempatnya. Jadi, setelah selesai
melakukan kegiatan main,
anak-anak bisa langsung
melakukan kegiatan beres-beres
dan menyimpan barangnya di
tempat yang seharusnya.
c. Bagaimana Ibu Untuk invitasi biasanya
memberikan menyesuaikan dengan
invitasi kepada provokasi yang sudah dibuat.
anak terkait Material atau komponen yang
penggunaan digunakan biasanya di Mix atau
media Loose Parts dicampur dalam arti bervariasi,
dalam ada yang berupa bahan alam
pembelajaran? yang ditambah dengan bekas
kemasan, bahan plastik, bahan

9
kayu, dan sebagainya. Semua
disesuaikan dengan provokasi
yang diberikan.
d. Bagaimana Ibu Provokasi sendiri
memberikan menyesuaikan dengan tema
provokasi kepada yang dibahas, jadi dari tema
anak terkait dan subtema yang sedang
penggunaan dibahas, kemudian
media Loose Parts dikembangkan dan dituangkan
dalam ke dalam bentuk pertanyaan
pembelajaran? atau ajakan untuk menghasilkan
sesuatu. Biasanya guru
menggunakan kata
“Bagaimana” dan “Ayo” untuk
menstimulasi anak
mengeluarkan serta
menunjukkan kreativitas, ide,
dan gagasan yang dimilikinya.
3 Strategi a. Bagaimana Ibu Penciptaan produk dilakukan
mengembangkan mengaplikasikan dengan memberikan
kreativitas strategi penciptaan kesempatan kepada anak pada
produk (hasta tahap kreatif untuk
karya) dalam menuangkan atau membuat
pembelajaran? sesuatu sesuai dengan
kemampuan dan keinginan
mereka masing-masing.
Penciptaan produk sendiri dapat
berupa menciptakan sesuatu
yang baru atau memodifikasi

9
benda atau produk yang sudah
ada sebelumnya.
b. Bagaimana Ibu Dalam kegiatan pembelajaran
mengaplikasikan atau kegiatan main, anak
strategi imajinasi dituntut untuk berimajinasi,
dalam mulai dari tahap eksplorasi
pembelajaran? hingga tahap kreatif. Anak
harus berimajinasi atau
merealisasikan imajinasi yang
dimiliki untuk membuat atau
menciptakan sesuatu.
c. Bagaimana Ibu Untuk strategi eksplorasi
mengaplikasikan sendiri sudah jelas berada di
strategi eksplorasi awal kegiatan. Hal ini karena
dalam memang eksplorasi sendiri
pembelajaran? merupakan tahap tahap pertama
dalam penggunaan media Loose
Parts. Jadi anak diberikan
kesempatan seluas-luasnya
untuk menjelajahi, mengamati
dan mempelajari berbagai
komponen-komponen yang
sudah disediakan.
d. Bagaimana Ibu Dalam pembelajaran, strategi
mengaplikasikan eksperimen dilakukan dengan
strategi menstimulasi anak melalui
eksperimen dalam invitasi dan provokasi yang
pembelajaran? sudah disiapkan untuk
mengarahkan anak memutuskan
eksperimen seperti apa yang

9
harus anak lakukan, atau apa
tujuan akhir dari eksperimen
yang akan anak lakukan,
sehingga eksperimen menjadi
terarah.
e. Bagaimana Ibu Untuk strategi proyek, guru
mengaplikasikan biasanya menyiapkan 6-8
strategi proyek kegiatan untuk satu minggu.
dalam Jadi untuk satu minggu itu,
pembelajaran? anak diberikan kesempatan
besar untuk menyelesaikan
kegiatan main yang disediakan.
Jadi untuk satu kegiatan ada
banyak kemungkinan hal yang
akan anak buat. Maka ketika
anak belum merasa puas
dengan hal yang dihasilkan,
anak dapat melanjutkannya di
lain waktu atau bahkan di lain
hari.
f. Bagaimana Ibu Setiap komponen dapat
mengaplikasikan menghasilkan suara atau bunyi
strategi musik yang berbeda. Terlebih jika satu
dalam komponen dikombinasikan
pembelajaran? dengan komponen lain, hal
tersebut juga dapat
menimbulkan suara atau bunyi
yang berbeda. Hal tersebut
yang dimanfaatkan oleh guru
untuk menggunakan strategi

9
musik dalam pembelajaran
menggunakan media Loose
Parts.
g. Bagaimana Ibu Strategi bahasa diaplikasikan
mengaplikasikan dari awal memulai kegiatan
strategi bahasa main hingga selesai. Seperti
dalam berkomunikasi dengan anak
pembelajaran? terkait progress yang anak
miliki untuk menyelesaikan
suatu kegiatan. Kemudian
diakhir kegiatanpun anak
diberikan kesempatan untuk
mengkomunikasikan berbagai
kegiatan main yang sudah
dilakukan serta hal apa yang
anak peroleh dari kegiatan
tersebut.

9
1.2 HASIL OBSERVASI

HASIL OBSERVASI

HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA

Nama : Abdul Hannan Syarif Wibowo

Kelas : Matahari

No Indikator Catatan Observasi


1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak Hannan mengeksplorasi berbagai komponen yang
terhadap berbagai sudah disediakan oleh guru. Hannan memegang-
komponen di megang berbagai komponen tersebut untuk
sekitar dalam membedakan tekstur dari masing-masing
kegiatan komponen.
pembelajaran
b. Uji coba anak Hannan mengambil beberapa balok untuk
dalam mencoba mencoba membuat sebuah bentuk televisi.
membuat sesuatu Awalnya Hannan mencoba dengan posisi balok
berdasarkan ide dijejerkan membentuk persegi, kemudian diganti
yang dimilikinya dengan menumpuk-numpuk balok agar bentuk
(eksperimen) televisi menjadi lebih nyata.
c. Rancangan atau Hannan membuat sebuah televisi dengan
pembuatan menggunakan beberapa buah balok yang disusun
berbagai produk membentuk televisi dan kemudian diberikan
kreatif oleh anak beberapa balok yang ditumpuk diatas televisi
dalam sebagai antena dari televisi tersebut.
pembelajaran

9
d. Pemaknaan dunia Hannan bercerita kepada guru dan teman-teman
di sekeliling anak bahwa hari ini ia membuat sebuah televisi dengan
melalui permainan balok. Hannan berkata bahwa di tempat membuat
televisi masih ada tutup botol, daun, ranting dan
sebagainya, dan Hannan ingin membuat televisi
lagi dengan bahan-bahan yang lainnya.
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak Hannan menyebutkan strategi bermain dengan
bermain Loose slogan urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan,
Parts mainkan, selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-
beres dan ceritakan pada guru”. Hannan
mentebutkan tidak boleh berebut mainan sebagai
salah satu peraturan. Hannan memilih mainannya
sendiri dan memainkannya dengan penuh
konsentrasi.
b. Strategi anak Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
beres-beres dan habis, Hannan merapikan balok-balok ke loker
menyimpan barang penyimpanan untuk disimpan. Kemudian Hannan
juga merapikan komponen-komponen lain yang
ada disekitarnya.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak Hannan membuat sebuah televisi dengan
menciptakan menggunakan balok yang disusun.
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran
b. Kemampuan anak Hannan berimajinasi bahwa televisi berbentuk 3
berimajinasi dalam dimensi, sehingga Hannan berusaha membuat
pembelajaran televisi tersebut dengan posisi berdiri, tidak
tergeletak di lantai.

9
c. Kemampuan anak Hannan mengeksplorasi berbagai komponen yang
bereksplorasi sudah disediakan oleh guru. Hannan memegang-
dalam megang berbagai komponen tersebut untuk
pembelajaran membedakan tekstur dari masing-masing
komponen.
d. Kemampuan anak Hannan mengambil beberapa balok untuk
bereksperimen mencoba membuat sebuah bentuk televisi.
dalam Awalnya Hannan mencoba dengan posisi balok
pembelajaran dijejerkan membentuk persegi, kemudian diganti
dengan menumpuk-numpuk balok agar bentuk
televisi menjadi lebih nyata.
e. Kemampuan anak Televisi dari balok yang sudah Hannan buat,
menyelesaikan Hannan sempurnakan dengan mengganti balok
proyek dalam yang ia gunakan sebagai antena dengan dua buah
pembelajaran sedotan.
f. Kemampuan anak Hannan membenturkan dua buah balok dan
bermusik dalam menghasilkan suara yang unik.
pembelajaran
g. Kemampuan anak Hannan menceritakan kepada guru dan teman-
berbahasa dalam teman tentang apa yang ia buat hari ini dan
pembelajaran berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.

9
HASIL OBSERVASI

HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA

Nama : Adeeva Bellvania Engrasia

Kelas : Matahari

No Indikator Catatan Observasi


1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak Adeeva memperhatikan berbagai komponen yang
terhadap berbagai sudah disiapkan guru, kemudian Adeeva
komponen di mengambil beberapa komponen untuk mengenal
sekitar dalam tekstur dan jenis dari komponen yang belum ia
kegiatan kenal.
pembelajaran
b. Uji coba anak Adeeva mengambil beberapa tutup botol,
dalam mencoba kemudian menyusunnya membentuk bunga, tutup
membuat sesuatu botol tersebut dibiarkan dan Adeeva mengambil
berdasarkan ide beberapa manik-manik untuk disusun dan
yang dimilikinya mencoba membentuk taman bunga. Adeeva
(eksperimen) merubah manik-manik yang sudah disusun
membentuk taman bunga menjadi sebuah bunga
besar.
c. Rancangan atau Adeeva membuat sebuah bunga besar dari susunan
pembuatan manik-manik dan menebar manik-manik tersebut
berbagai produk menjadi bunga-bunga kecil, kemudian diberikan
kreatif oleh anak beberapa batuan kecil di bagian bawah.
dalam
pembelajaran

9
d. Pemaknaan dunia Adeeva bercerita kepada guru dan teman-teman
di sekeliling anak bahwa hari ini ia membuat bunga pada gambar
melalui permainan televisi dengan menggunakan manik-manik bunga.
Adeeva berkata bahwa manik-manik tersebut bida
digunakan untuk membuat bunga besar dan kecil.
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak Adeeva menyebutkan strategi bermain dengan
bermain Loose slogan urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan,
Parts mainkan, selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-
beres dan ceritakan pada guru”. Adeeva memilih
mainan yang ia inginkan dan memainkan
mainannya dengan penuh konsentrasi.
b. Strategi anak Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
beres-beres dan habis, Adeeva merapikan tutup botol, manik-
menyimpan barang manik dan batuan kecil yang tadi ia gunakan dan
memasukkannya ke loker penyimpanan.
Kemudian Adeeva juga merapikan komponen-
komponen lain yang ada di sekitarnya. Adeeva
juga membantu teman-teman lainnya untk
memasukkan komponen lainnya ke loker
penyimpanan.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak Adeeva membuat sebuah bunga besar dari manik-
menciptakan manik dan membuat bunga-bunga kecil di
produk (hasta sekitarnya.
karya) dalam
pembelajaran
b. Kemampuan anak Adeeva berimajinasi bahwa di taman ada banyak
berimajinasi dalam bunga. Ada yang kecil dan ada yang besar dengan
pembelajaran

9
jumlah yang lebih dari satu sehingga Adeeva
berusaha membuat taman bunga di atas kertas.
c. Kemampuan anak Adeeva memperhatikan berbagai komponen yang
bereksplorasi sudah disiapkan guru, kemudian Adeeva
dalam mengambil beberapa komponen untuk mengenal
pembelajaran tekstur dan jenis dari komponen yang belum ia
kenal.
d. Kemampuan anak Adeeva mengambil beberapa tutup botol,
bereksperimen kemudian menyusunnya membentuk bunga, tutup
dalam botol tersebut dibiarkan dan Adeeva mengambil
pembelajaran beberapa manik-manik untuk disusun dan
mencoba membentuk taman bunga. Adeeva
merubah manik-manik yang sudah disusun
membentuk taman bunga menjadi sebuah bunga
besar.
e. Kemampuan anak Bunga-bunga yang sudah Adeeva buat, Adeeva
menyelesaikan tambahkan dengan kapas sebagai awan dan sebuah
proyek dalam tutup botol ukuran sedang sebagai matahari.
pembelajaran
f. Kemampuan anak Adeeva memasukkan manik-manik ke dalam
bermusik dalam toples kecil kemudian digoyangkan sehingga
pembelajaran menghasilkan bunyi.
g. Kemampuan anak Adeeva menceritakan kepada guru dan teman-
berbahasa dalam teman tentang apa yang ia buat hari ini dan
pembelajaran berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.

HASIL OBSERVASI

HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA

10
Nama : Danish Raditya Putra Dianto

Kelas : Matahari

No Indikator Catatan Observasi


1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak Danish mengeksplorasi berbagai komponen yang
terhadap berbagai sudah disediakan oleh guru. Danish memegang-
komponen di megang berbagai komponen tersebut untuk
sekitar dalam membedakan tekstur dari masing-masing
kegiatan komponen. Danish merubah-rubah komponen
pembelajaran untuk mengetahui komponen tersebut bisa berada
dalam posisi apa saja, ditegakkan, dirobohkan, dan
sebagainya.
b. Uji coba anak Danish melakukan uji coba dengan menggunakan
dalam mencoba balok, kemudian balok tersebut dijejerkan
membuat sesuatu membentuk persegi. Namun kemudian, Danish
berdasarkan ide membiarkan baloknya dan mengambil beberapa
yang dimilikinya sedotan untuk dijejerkan membentuk persegi.
(eksperimen)
c. Rancangan atau Danish membuat sebuah televisi dengan
pembuatan menggunakan sedotan yang disusun membentuk
berbagai produk persegi dan memberikan tambahan dua buah
kreatif oleh anak sedotan sebagai antena televisi.
dalam
pembelajaran
d. Pemaknaan dunia Danish bercerita kepada guru dan teman-teman
di sekeliling anak bahwa ia membuat sebuah televisi. Danish berkata
melalui permainan bahwa televisi buatannya akan ia beri hiasan dari
manik-manik dan daun di esok hari.

10
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak Danish menyebutkan strategi bermain dengan
bermain Loose slogan urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan,
Parts mainkan, selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-
beres dan ceritakan pada guru”. Danish
menyebutkan tidak boleh lari-larian sebagai salah
satu peraturan, Danish memilih mainan yang ia
inginkan dan memainkan mainannya dengan
penuh konsentrasi.
b. Strategi anak Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
beres-beres dan habis, Danish merapikan balok dan sedotannya,
menyimpan barang kemudian membawanya dan menyimpannya ke
loker penyimpanan. Danish juga membantu
Hannan untuk merapikan komponen lainnya ke
loker penyimpanan.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak Danish membentuk sebuah televisi menggunakan
menciptakan sedotan.
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran
b. Kemampuan anak Danish berimajinasi bahwa yang terpenting adalah
berimajinasi dalam televisi berbentuk persegi dengan antena di
pembelajaran atasnya, sehingga Danish berusaha membuat
televisi dari sedotan agar bentuknya sama dengan
televisi
c. Kemampuan anak Danish mengeksplorasi berbagai komponen yang
bereksplorasi sudah disediakan oleh guru. Danish memegang-
dalam megang berbagai komponen tersebut untuk
pembelajaran membedakan tekstur dari masing-masing

10
komponen. Danish merubah-rubah komponen
untuk mengetahui komponen tersebut bisa berada
dalam posisi apa saja, ditegakkan, dirobohkan, dan
sebagainya.
d. Kemampuan anak Danish melakukan uji coba dengan menggunakan
bereksperimen balok, kemudian balok tersebut dijejerkan
dalam membentuk persegi. Namun kemudian, Danish
pembelajaran membiarkan baloknya dan mengambil beberapa
sedotan untuk dijejerkan membentuk persegi.
e. Kemampuan anak Televisi yang sudah Danish buat, Danish lengkapi
menyelesaikan dan selesaikan dengan menempelkan beberapa
proyek dalam manik-manik ke tepi sedotan televisi agar lebih
pembelajaran indah.
f. Kemampuan anak Danish memasukkan manik-manik ke dalam
bermusik dalam toples dan mengaduknya dengan sedotan sehingga
pembelajaran menghasilkan suara.
g. Kemampuan anak Danish menceritakan kepada guru dan teman-
berbahasa dalam teman tentang apa yang ia buat hari ini dan
pembelajaran berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.

10
HASIL OBSERVASI

HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA

Nama : Muhamad Albiansyah

Kelas : Matahari

No Indikator Catatan Observasi


1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak Albi mengeksplorasi berbagai komponen yang
terhadap berbagai sudah disediakan oleh guru. Albi memegang-
komponen di megang berbagai komponen tersebut untuk
sekitar dalam membedakan tekstur dari masing-masing
kegiatan komponen. Albi merubah-rubah komponen untuk
pembelajaran mengetahui komponen tersebut bisa berada dalam
posisi apa saja, ditegakkan, dirobohkan, dan
sebagainya.
b. Uji coba anak Albi mengambil sebuah sikat gigi, gelas, dan juga
dalam mencoba pewarna makanan. Albi mencoba menyelupkan
membuat sesuatu sikat gigi tersebut ke dalam gelas yang sudah diisi
berdasarkan ide pewarna makanan, kemudian menggosokkannya
yang dimilikinya pada kertas yang sudah terdapat pola televisi,
(eksperimen) hasilnya warna menjadi berceceran di kertas dan
kertas menjadi basah. Albi mengambil sebuah
sisir, kemudian mencoba mencipratkan warna dari
sikat gigi dengan sisir tersebut.
c. Rancangan atau Albi menciprat kertas yang sudah diberi cetakan
pembuatan televisi menggunakan sikat gigi yang dicelupkan
berbagai produk

10
kreatif oleh anak ke dalam pewarna dan dicipratkan dengan
dalam menggunakan sisir.
pembelajaran
d. Pemaknaan dunia Albi bercerita kepada guru dan teman-teman
di sekeliling anak bahwa tadi ia menggunakan pewarna makanan
melalui permainan untuk menciprat, namun kertas pertamanya rusak
karena ia kurang hati-hati. Albi mengatakan
bahwa esok ia ingin membuat yang lebih bagus
lagi.
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak Albi menyebutkan strategi bermain dengan slogan
bermain Loose urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan, mainkan,
Parts selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-beres dan
ceritakan pada guru”. Albi menyebutkan tidak
boleh berisik sebagai salah satu peraturan. Albi
memilih mainan yang ia inginkan dan memainkan
mainannya dengan konsentrasi.
b. Strategi anak Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
beres-beres dan habis, Albi merapikan sikat gigi dan gelas serta
menyimpan barang membersihkannya terlebih dahulu, kemudian
dikeringkan dan disimpan kembali di loker
penyimpanan. Albi juga membantu teman-teman
yang lain untuk menyimpan komponen-komponen
ke loker penyimpanan.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak Albi menciprat kertas dengan menggunakan
menciptakan pewarna makanan untuk membuat bentuk televisi.
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran

10
b. Kemampuan anak Albi berimajinasi bahwa dengan menggunakan
berimajinasi dalam pewarna makanan bentuk televisinya akan lebih
pembelajaran terlihat, sehingga Albi berusaha menciprat bentuk
televisi.
c. Kemampuan anak Albi mengeksplorasi berbagai komponen yang
bereksplorasi sudah disediakan oleh guru. Albi memegang-
dalam megang berbagai komponen tersebut untuk
pembelajaran membedakan tekstur dari masing-masing
komponen. Albi merubah-rubah komponen untuk
mengetahui komponen tersebut bisa berada dalam
posisi apa saja, ditegakkan, dirobohkan, dan
sebagainya.
d. Kemampuan anak Albi mengambil sebuah sikat gigi, gelas, dan juga
bereksperimen pewarna makanan. Albi mencoba menyelupkan
dalam sikat gigi tersebut ke dalam gelas yang sudah diisi
pembelajaran pewarna makanan, kemudian menggosokkannya
pada kertas yang sudah terdapat pola televisi,
hasilnya warna menjadi berceceran di kertas dan
kertas menjadi basah. Albi mengambil sebuah
sisir, kemudian mencoba mencipratkan warna dari
sikat gigi dengan sisir tersebut.
e. Kemampuan anak Hasil cipratan Albi dilengkapi dan diselesaikan
menyelesaikan dengan menambahkan beberapa bentuk cetakan
proyek dalam remote dan makanan kemudian diciprat ulang
pembelajaran sehingga menjadi hasil yang kompleks.
f. Kemampuan anak Albi membenturkan sikat gigi dan sisir sehingga
bermusik dalam menghasilkan suara.
pembelajaran

10
g. Kemampuan anak Albi menceritakan kepada guru dan teman-teman
berbahasa dalam tentang apa yang ia buat hari ini dan
pembelajaran berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.

10
HASIL OBSERVASI

HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA

Nama : Nur Azzahra

Kelas : Matahari

No Indikator Catatan Observasi


1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak Zahra memperhatikan berbagai komponen yang
terhadap berbagai sudah disiapkan guru, kemudian Zahra mengambil
komponen di beberapa komponen untuk mengenal tekstur dan
sekitar dalam jenis dari komponen yang belum ia kenal.
kegiatan
pembelajaran
b. Uji coba anak Zahra mengambil sikat dan pewarna makanan.
dalam mencoba Zahra menggosokkan sikat yang diberi pewarna
membuat sesuatu tersebut ke sebuah kertas. Zahra terlihat tidak puas
berdasarkan ide dengan hasilnya. Zahra mengambil serbuk krayon,
yang dimilikinya kemudian membiaskannya keluar cetakan
(eksperimen) berbentuk televisi.
c. Rancangan atau Zahra membias cetakan televisi di atas kertas
pembuatan dengan serbuk krayon hingga warnanya terlihat
berbagai produk jelas.
kreatif oleh anak
dalam
pembelajaran

10
d. Pemaknaan dunia Zahra bercerita kepada guru dan teman-teman
di sekeliling anak bahwa ia menggunakan serbuk krayon untuk
melalui permainan memberi warna, Zahra juga mengatakan bahwa
tadi tangannya berwarna-warni karena serbuk
krayon tersebut, namun warna itu hilang setelah
tangannya dicuci menggunakan sabun.
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak Zahra menyebutkan strategi bermain dengan
bermain Loose slogan urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan,
Parts mainkan, selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-
beres dan ceritakan pada guru”. Zahra
menyebutkan tidak boleh mengganggu teman
sebagai salah satu peraturan. Zahra memilih
mainannya sendiri dan memainkan mainannya
dengan konsentrasi. Zahra menegur Albi ketika
Albi berisik. Zahra mengatakan bahwa Albi sudah
melanggar peraturan dan mengatakannya pada
guru.
b. Strategi anak Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
beres-beres dan habis, Zahra merapikan sikat gigi yang ia gunakan
menyimpan barang dan membersihkannya kemudian menyimpannya
di loker penyimpanan. Zahra juga merapikan
komponen-komponen lain yang ada di sekitarnya.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak Zahra membuat bentuk televisi di atas kertas
menciptakan dengan cara membias serbuk krayon.
produk (hasta
karya) dalam
pembelajaran

10
b. Kemampuan anak Zahra berimajinasi bahwa bentuk televisi harus
berimajinasi dalam jelas dan akan indah jika warna di sekelilingnya
pembelajaran terlihat jelas. Sehingga Zahra berusaha membuat
bentuk televisi tersebut dengan membias serbuk
krayon.
c. Kemampuan anak Zahra memperhatikan berbagai komponen yang
bereksplorasi sudah disiapkan guru, kemudian Zahra mengambil
dalam beberapa komponen untuk mengenal tekstur dan
pembelajaran jenis dari komponen yang belum ia kenal.
d. Kemampuan anak Zahra mengambil sikat dan pewarna makanan.
bereksperimen Zahra menggosokkan sikat yang diberi pewarna
dalam tersebut ke sebuah kertas. Zahra terlihat tidak puas
pembelajaran dengan hasilnya. Zahra mengambil serbuk krayon,
kemudian membiaskannya keluar cetakan
berbentuk televisi.
e. Kemampuan anak Hasil Crayon Painting Zahra dilengkapi dan
menyelesaikan diselesaikan dengan menambahkan beberapa
proyek dalam bentuk cetakan remote dan makanan, kemudian
pembelajaran dibias ulang sehingga menjadi hasil yang lebih
kompleks.
f. Kemampuan anak Zahra membereskan krayon ke dalam tempatnya,
bermusik dalam kemudian digoyangkan sehingga menghasilkan
pembelajaran suara (karena krayonnya ada beberapa yang sudah
patah).
g. Kemampuan anak Zahra menceritakan kepada guru dan teman-teman
berbahasa dalam tentang apa yang ia buat hari ini dan
pembelajaran berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.

11
HASIL OBSERVASI

HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA

Nama : Sahlan Mubarrak

Kelas : Matahari

No Indikator Catatan Observasi


1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak Sahlan mengeksplorasi berbagai komponen yang
terhadap berbagai sudah disediakan oleh guru. Sahlan memegang-
komponen di megang berbagai komponen tersebut untuk
sekitar dalam membedakan tekstur dari masing-masing
kegiatan komponen.
pembelajaran
b. Uji coba anak Sahlan mengambil banyak batuan untuk disusun
dalam mencoba membentuk sebuah mobil. Sahlan berusaha
membuat sesuatu membentuk sebuah mobil besar dari batuan
berdasarkan ide tersebut, namun lembar televisinya ternyata tidak
yang dimilikinya muat karena mobil yang Sahlan buat terlalu besar.
(eksperimen) Sahlan memperkecil ukuran mobil yang ia buat,
namun ternyata bentuknya malah tidak sesuai
harapan Sahlan. Kemudian Sahlan memasukkan
batuan tersebut dan mengambil manik-manik
sebagai penggantinya.
c. Rancangan atau Sahlan membuat sebuah mobil dengan
pembuatan menggunakan manik-manik yang disusun dengan
berbagai produk rapi dan beraneka warna. Kemudian
kreatif oleh anak menambahkan batuan kecil sebagai jalan si mobil.

11
dalam
pembelajaran
d. Pemaknaan dunia Sahlan bercerita kepada guru dan teman-teman
di sekeliling anak bahwa hari ini ia membuat sebuah mobil di dalam
melalui permainan televisi dengan manik-manik. Sahlan berkata
bahwa jika menggunakan batu, hasilnya terlalu
besar. Jadi tidak muat di dalam televisi dan
batunya ia jadikan sebagai jalan si mobil. Sahlan
berkata bahwa esok ia ingin mencoba membuat
pesawat tempur di dalam televisi.
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak Sahlan menyebutkan strategi bermain dengan
bermain Loose slogan urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan,
Parts mainkan, selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-
beres dan ceritakan pada guru”. Sahlan
menyebutkan tidak boleh bercanda sebagai salah
satu peraturan. Sahlan memilih mainan yang ia
inginkan dan memainkannya dengan penuh
konsentrasi.
b. Strategi anak Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
beres-beres dan habis, Sahlan merapikan batuan dan manik-manik
menyimpan barang yang ia gunakan dan menyimpannya di loker
penyimpanan. Sahlan juga membantu Adeeva
untuk merapikan dan menyimpan komponen-
komponen lainnya ke loker penyimpanan.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak Sahlan membuat bentuk mobil dari manik-manik
menciptakan yang disusun dan ditambah dengan batuan yang
produk (hasta disusun sebagai jalan si mobil.

11
karya) dalam
pembelajaran
b. Kemampuan anak Sahlan berimajinasi bahwa tayangan televisi akan
berimajinasi dalam menarik jika ada mobil dan pemandangan di
pembelajaran dalamnya sehingga Sahlan berusaha membuat
mobil dan juga sebuah jalan di dalam pola
televisinya.
c. Kemampuan anak Sahlan mengeksplorasi berbagai komponen yang
bereksplorasi sudah disediakan oleh guru. Sahlan memegang-
dalam megang berbagai komponen tersebut untuk
pembelajaran membedakan tekstur dari masing-masing
komponen.
d. Kemampuan anak Sahlan mengambil banyak batuan untuk disusun
bereksperimen membentuk sebuah mobil. Sahlan berusaha
dalam membentuk sebuah mobil besar dari batuan
pembelajaran tersebut, namun lembar televisinya ternyata tidak
muat karena mobil yang Sahlan buat terlalu besar.
Sahlan memperkecil ukuran mobil yang ia buat,
namun ternyata bentuknya malah tidak sesuai
harapan Sahlan. Kemudian Sahlan memasukkan
batuan tersebut dan mengambil manik-manik
sebagai penggantinya.
e. Kemampuan anak Hasil mobil dalam televisi Sahlan diganti dan
menyelesaikan diselesaikan dengan membuat sebuah pesawat
proyek dalam tempur dari pasir yang ukurannya disesuaikan
pembelajaran dengan gambar televisi.
f. Kemampuan anak Sahlan memasukkan pasir ke dalam botol dan
bermusik dalam menggoyangkan botolnya sehingga mengeluarkan
pembelajaran suara.

11
g. Kemampuan anak Sahlan menceritakan kepada guru dan teman-
berbahasa dalam teman tentang apa yang ia buat hari ini dan
pembelajaran berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.

11
HASIL OBSERVASI

HASIL INSTRUMEN OBSERVASI SISWA

Nama : Yasmine Nusaibah

Kelas : Matahari

No Indikator Catatan Observasi


1 Tahapan penggunaan media Loose Parts
a. Eksplorasi anak Yasmine mengeksplorasi berbagai komponen yang
terhadap berbagai sudah disediakan oleh guru. Yasmine memegang-
komponen di megang berbagai komponen tersebut untuk
sekitar dalam membedakan tekstur dari masing-masing
kegiatan komponen. Yasmine merubah-rubah komponen
pembelajaran untuk mengetahui komponen tersebut bisa berada
dalam posisi apa saja, ditegakkan, dirobohkan, dan
sebagainya.
b. Uji coba anak Yasmine mengambil kartu huruf untuk disusun
dalam mencoba membentuk kata “Televisi”. Setelah coba disusun,
membuat sesuatu ternyata kartu huruf yang digunakan terlalu besar
berdasarkan ide sehingga menyulitkannya untuk menyusun.
yang dimilikinya Yasmine mengambil beberapa huruf yang
(eksperimen) dibutuhkan untuk menyusun kata dari puzzle
huruf. Namun hasilnya tidak begitu memuaskan
menurut Yasmine. Yasmine mengganti lagi huruf
puzzle tersebut dengan kotak huruf.
c. Rancangan atau Yasmine menyusun huruf membentuk kata
pembuatan “Televisi” dengan menggunakan kotak kecil
berbagai produk

11
kreatif oleh anak berhuruf. Yasmine memilih warna yang sama
dalam untuk seluruh hurufnya, yaitu warna biru.
pembelajaran
d. Pemaknaan dunia Yasmine bercerita kepada guru dan teman-teman
di sekeliling anak bahwa ia berhasil menyusun huruf membentuk
melalui permainan kata televisi. Yasmine berkata bahwa ia kesulitan
mencari huruf yang bagus dan cocok. Sebenarnya
Yasmine ingin menyusunnya dengan kartu, namun
kartunya terlalu besar sehingga ia menggunakan
kotak huruf berwarna biru.
2 Strategi penggunaan media Loose Parts
a. Strategi anak Yasmine menyebutkan strategi bermain dengan
bermain Loose slogan urutan kegiatan, yaitu “Pilih mainan,
Parts mainkan, selesaikan mainanmu, jangan lupa beres-
beres dan ceritakan pada guru”. Yamine
menyebutkan tidak boleh berteriak sebagai salah
satu peraturan. Yasmine memilih mainannya
sendiri dan memainkannya dengan penuh
konsentrasi.
b. Strategi anak Ketika guru sudah berkata bahwa waktu sudah
beres-beres dan habis, Yasmine merapikan kartu, puzzle dan kotak
menyimpan barang huruf kemudian menyimpannya di loker
penyimpanan dan dibantu oleh Albi.
3 Strategi mengembangkan kreativitas
a. Kemampuan anak Yasmine membuat kata “Televisi” dengan
menciptakan Menyusun kotak-kotak berhuruf yang berwarna
produk (hasta biru.
karya) dalam
pembelajaran

11
b. Kemampuan anak Yasmine berimajinasi bahwa tulisan harus rapi dan
berimajinasi dalam mudah dibaca sehingga Yasmine berusaha
pembelajaran membuat susunan huruf pembentuk kata
“Televisi” itu menjadi jelas.
c. Kemampuan anak Yasmine mengeksplorasi berbagai komponen yang
bereksplorasi sudah disediakan oleh guru. Yasmine memegang-
dalam megang berbagai komponen tersebut untuk
pembelajaran membedakan tekstur dari masing-masing
komponen. Yasmine merubah-rubah komponen
untuk mengetahui komponen tersebut bisa berada
dalam posisi apa saja, ditegakkan, dirobohkan, dan
sebagainya.
d. Kemampuan anak Yasmine mengambil kartu huruf untuk disusun
bereksperimen membentuk kata “Televisi”. Setelah coba disusun,
dalam ternyata kartu huruf yang digunakan terlalu besar
pembelajaran sehingga menyulitkannya untuk menyusun.
Yasmine mengambil beberapa huruf yang
dibutuhkan untuk menyusun kata dari puzzle
huruf. Namun hasilnya tidak begitu memuaskan
menurut Yasmine. Yasmine mengganti lagi huruf
puzzle tersebut dengan kotak huruf.
e. Kemampuan anak Huruf penyusun kata “Televisi” yang dibuat
menyelesaikan Yasmine dilengkapi dan diselesaikan dengan
proyek dalam membentuk televisi dari kotak-kotak huruf yang
pembelajaran tersisa.
f. Kemampuan anak Yasmine membenturkan dua buah kotak huruf
bermusik dalam sehingga menimbulkan suara.
pembelajaran

11
g. Kemampuan anak Yasmine menceritakan kepada guru dan teman-
berbahasa dalam teman tentang apa yang ia buat hari ini dan
pembelajaran berkomunikasi dengan teman-teman selama
melakukan kegiatan.

11
1.3 CATATAN LAPANGAN

CATATAN LAPANGAN

PROSES PEMBELAJARAN DI TK-B PAUD AL-MUSFIROH

Hari/Tanggal : Senin, 9 November 2020

Waktu : 07.00 - 11.15 WIB

Tempat : Kelas Matahari (TK-B)

Siswa datang ke sekolah pukul 07.00 pagi bersama orang tua/wali masing-
masing dan disambut oleh guru piket yang bertugas di depan pintu masuk. Guru
piket menyambut siswa dan orang tua/wali siswa dengan ramah dan mengucapkan
salam. Siswa dan orang tua/wali siswa menjabat tangan guru dan menjawab salam
dengan tersenyum. Orang tua/wali siswa berpamitan dengan anaknya. Kemudian
orang tua/wali siswa berpamitan kepada guru dan memberi salam untuk kembali.
Siswa menulis nama nya dan menggambar bebas sederhana pada lembar absensi
yang sudah disiapkan oleh guru piket dengan menggunakan alat tulis pilihannya.
Lalu siswa masuk ke kelas masing-masing untuk menaruh tas di tempatnya dan
bermain bersama teman-temannya.

Pukul 07.50, guru kembali ke kelas dengan mengucapkan salam. Siswa


menyambut dengan menjawab salam dan mencium tangan guru. Pukul 08.00
kegiatan pembukaan dimulai dengan membuat lingkaran sambil menyanyikan
lagu Lingkaran Kecil. Setelah lingkaran dibuat, siswa duduk, guru memilih satu
orang untuk menjadi pemimpin hari ini. Pemimpin berdiri di depan dan
menanyakan kabar anak hari ini, menanyakan kegiatan yang dilakukan anak
sebelum berangkat ke sekolah (dengan nada tertentu), menyanyikan beberapa
lagu, membaca surat- surat pendek (An-Nas sampai At-Takatsur), membaca hadits
pilihan (9 buah hadits), membaca doa-doa pilihan (10 buah doa).

11
Pemimpin : “Teman-Teman, bagaimana kabarnya hari ini?”

Siswa : “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar”

Pemimpin : “Siapa yang sudah sarapan angkat tangan?”

Siswa : “SAYA!”

(Dan seterusnya)

Selesai berdoa, guru mengucapkan terimakasih kepada pemimpin hari ini dan
memberikan bintang yang sesuai dengan sikap anak selama berdoa hari ini.
Kegiatan pembukaan dilanjutkan dengan bernyanyi dan kegiatan motorik. Siswa
berdiri dan tetap berada dalam posisi masing-masing, kemudian guru meminta
siswa untuk menentukan lagu dan permainan yang ingin dimainkan pagi ini.
Siswa bergantian mengungkapkan keinginannya. Dipilihlah 3 jenis lagu dan
permainan yang sudah disebutkan untuk dilaksanakan voting. Lagu dan
permainan yang paling banyak dipilihlah yang akan dinyanyikan dan dimainkan
pagi ini. Peraturan pun dibuat untuk mengkondusifkan kegiatan bernyanyi dan
bermain.

Pukul 08.30 kegiatan inti dimulai. Guru dan siswa mengingat kembali
pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya dan mengenalkan tema yag
dibahas hari ini. Guru memberikan gambar, miniatur atau benda asli dari tema
yang sedang dibahas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bereksplorasi. Kemudian guru membacakan cerita sesuai tema. Kemudian guru
mengenalkan ragam kegiatan main untuk tema yang sedang dibahas.

Pukul 09.00 Guru mempersilahkan siswa untuk bermain bebas bersama


temannya, sedangkan guru menyiapkan kegiatan main untuk siswa. Guru
menyiapkan 6-8 kegiatan main untuk siswa.

Pukul 09.30 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan


peraturan permainan dan dikonfirmasi ulang serta dilengkapi oleh guru. Sebelum
kegiatan main dilakukan, guru mengingatkan kembali strategi bermain.

12
Guru : “Teman-teman, sebelum bermain, jangan lupa yaaaaaa…..apa yang
harus kita lakukan selama bermain?”

Siswa : “Pilih mainan, Mainkan, Selesaikan mainanmu, Jangan lupa beres-


beres, dan Ceritakan pada guru.”

Anak melakukan kegiatan main selama 1 jam 10 menit. 10 menit dan 5 menit
sebelum waktu habis, guru memberitahukan kepada siswa terkait sisa waktu
bermain yang dimiliki. Siswa memilih kegiatan main yang mereka inginkan
secara bergantian sesuai kuota pemain yang telah ditentukan sebelumnya,
mencoba hal- hal baru, menemukan hal baru dan menghasilkan produk baru.

Pukul 10.40 kegiatan main selesai. Setelah melakukan kegiatan main, guru
memberitahu bahwa waktu bermain sudah habis. Siswa bersama-sama
membereskan barang-barang yang digunakan selama kegiatan main dan
menyimpan barang-barang tersebut pada tempatnya.

Pukul 10.50 Siswa duduk kembali membentuk lingkaran, guru


mempersilahkan siswa untuk bercerita. Siswa bercerita kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini secara bergantian. Kemudian guru menyampaikan
kembali pelajaran apa yang sudah diperoleh hari ini.

Pukul 11.00 Kegiatan ditutup dengan membaca doa. Siswa mengambil tas
nya masing-masing, berbaris, dan berjalan dengan tertib mengikuti guru untuk
diantar kepada orangtua/wali siswa yang sudah menjemput.

12
CATATAN LAPANGAN

PROSES PEMBELAJARAN DI TK-B PAUD AL-MUSFIROH

Hari/Tanggal : Selasa, 10 November 2020

Waktu : 07.00 - 11.15 WIB

Tempat : Kelas Matahari (TK-B)

Siswa datang ke sekolah pukul 07.00 pagi bersama orang tua/wali masing-
masing dan disambut oleh guru piket yang bertugas di depan pintu masuk. Guru
piket menyambut siswa dan orang tua/wali siswa dengan ramah dan mengucapkan
salam. Siswa dan orang tua/wali siswa menjabat tangan guru dan menjawab salam
dengan tersenyum. Orang tua/wali siswa berpamitan dengan anaknya. Kemudian
orang tua/wali siswa berpamitan kepada guru dan memberi salam untuk kembali.
Siswa menulis nama nya dan menggambar bebas sederhana pada lembar absensi
yang sudah disiapkan oleh guru piket dengan menggunakan alat tulis pilihannya.
Lalu siswa masuk ke kelas masing-masing untuk menaruh tas di tempatnya dan
bermain bersama teman-temannya.

Pukul 07.50, guru kembali ke kelas dengan mengucapkan salam. Siswa


menyambut dengan menjawab salam dan mencium tangan guru. Pukul 08.00
kegiatan pembukaan dimulai dengan membuat lingkaran sambil menyanyikan
lagu Lingkaran Kecil. Setelah lingkaran dibuat, siswa duduk, guru memilih satu
orang untuk menjadi pemimpin hari ini. Pemimpin hari ini adalah siswa yang
berbeda dari hari sebelumnya. Pemimpin berdiri di depan dan menanyakan kabar
anak hari ini, menanyakan kegiatan yang dilakukan anak sebelum berangkat ke
sekolah (dengan nada tertentu), menyanyikan beberapa lagu, membaca surat-surat
pendek (An-Nas sampai At-Takatsur), membaca hadits pilihan (9 buah hadits),
membaca doa-doa pilihan (10 buah doa).

12
Pemimpin : “Teman-Teman, bagaimana kabarnya hari ini?”

Siswa : “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar”

Pemimpin : “Siapa yang sudah sarapan angkat tangan?”

Siswa : “SAYA!”

(Dan seterusnya)

Selesai berdoa, guru mengucapkan terimakasih kepada pemimpin hari ini dan
memberikan bintang yang sesuai dengan sikap anak selama berdoa hari ini.
Kegiatan pembukaan dilanjutkan dengan bernyanyi dan kegiatan motorik. Siswa
berdiri dan tetap berada dalam posisi masing-masing, kemudian guru meminta
siswa untuk menentukan lagu dan permainan yang ingin dimainkan pagi ini.
Siswa bergantian mengungkapkan keinginannya. Dipilihlah 3 jenis lagu dan
permainan yang sudah disebutkan untuk dilaksanakan voting. Lagu dan
permainan yang paling banyak dipilihlah yang akan dinyanyikan dan dimainkan
pagi ini. Peraturan pun dibuat untuk mengkondusifkan kegiatan bernyanyi dan
bermain.

Pukul 08.30 kegiatan inti dimulai. Guru dan siswa mengingat kembali
pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya dan mengenalkan tema yag
dibahas hari ini. Guru memberikan gambar, miniatur atau benda asli dari tema
yang sedang dibahas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bereksplorasi. Kemudian guru membacakan cerita sesuai tema. Kemudian guru
mengenalkan ragam kegiatan main untuk tema yang sedang dibahas.

Pukul 09.00 Guru mempersilahkan siswa untuk bermain bebas bersama


temannya, sedangkan guru menyiapkan kegiatan main untuk siswa. Guru
menyiapkan 6-8 kegiatan main untuk siswa.

Pukul 09.30 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan


peraturan permainan dan dikonfirmasi ulang serta dilengkapi oleh guru. Sebelum
kegiatan main dilakukan, guru mengingatkan kembali strategi bermain.

12
Guru : “Teman-teman, sebelum bermain, jangan lupa yaaaaaa…..apa yang
harus kita lakukan selama bermain?”

Siswa : “Pilih mainan, Mainkan, Selesaikan mainanmu, Jangan lupa beres-


beres, dan Ceritakan pada guru.”

Anak melakukan kegiatan main selama 1 jam 10 menit. 10 menit dan 5 menit
sebelum waktu habis, guru memberitahukan kepada siswa terkait sisa waktu
bermain yang dimiliki. Siswa memilih kegiatan main yang mereka inginkan
secara bergantian sesuai kuota pemain yang telah ditentukan sebelumnya,
mencoba hal- hal baru, menemukan hal baru dan menghasilkan produk baru. Guru
mengawasi siswa dan mengusahakan memberikan provokasi kepada siswa untuk
tidak melakukan kegiatan yang sama dengan hari sebelumnya. Jika kegiatan yang
dilakuan sama (karena belum mendapat giliran dikegiatan lain), guru bisa menilai
perkembangan yang terlihat pada kegiatan main siswa dari hari sebelumnya.

Pukul 10.40 kegiatan main selesai. Setelah melakukan kegiatan main, guru
memberitahu bahwa waktu bermain sudah habis. Siswa bersama-sama
membereskan barang-barang yang digunakan selama kegiatan main dan
menyimpan barang-barang tersebut pada tempatnya.

Pukul 10.50 Siswa duduk kembali membentuk lingkaran, guru


mempersilahkan siswa untuk bercerita. Siswa bercerita kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini secara bergantian. Kemudian guru menyampaikan
kembali pelajaran apa yang sudah diperoleh hari ini.

Pukul 11.00 Kegiatan ditutup dengan membaca doa. Siswa mengambil tas
nya masing-masing, berbaris, dan berjalan dengan tertib mengikuti guru untuk
diantar kepada orangtua/wali siswa yang sudah menjemput.

12
CATATAN LAPANGAN

PROSES PEMBELAJARAN DI TK-B PAUD AL-MUSFIROH

Hari/Tanggal : Rabu, 11 November 2020

Waktu : 07.00 - 11.15 WIB

Tempat : Kelas Matahari (TK-B)

Siswa datang ke sekolah pukul 07.00 pagi bersama orang tua/wali masing-
masing dan disambut oleh guru piket yang bertugas di depan pintu masuk. Guru
piket menyambut siswa dan orang tua/wali siswa dengan ramah dan mengucapkan
salam. Siswa dan orang tua/wali siswa menjabat tangan guru dan menjawab salam
dengan tersenyum. Orang tua/wali siswa berpamitan dengan anaknya. Kemudian
orang tua/wali siswa berpamitan kepada guru dan memberi salam untuk kembali.
Siswa menulis nama nya dan menggambar bebas sederhana pada lembar absensi
yang sudah disiapkan oleh guru piket dengan menggunakan alat tulis pilihannya.
Lalu siswa masuk ke kelas masing-masing untuk menaruh tas di tempatnya dan
bermain bersama teman-temannya.

Pukul 07.50, guru kembali ke kelas dengan mengucapkan salam. Siswa


menyambut dengan menjawab salam dan mencium tangan guru. Pukul 08.00
kegiatan pembukaan dimulai dengan membuat lingkaran sambil menyanyikan
lagu Lingkaran Kecil. Setelah lingkaran dibuat, siswa duduk, guru memilih satu
orang untuk menjadi pemimpin hari ini. Pemimpin hari ini adalah siswa yang
berbeda dari hari sebelumnya. Pemimpin berdiri di depan dan menanyakan kabar
anak hari ini, menanyakan kegiatan yang dilakukan anak sebelum berangkat ke
sekolah (dengan nada tertentu), menyanyikan beberapa lagu, membaca surat-surat
pendek (An-Nas sampai At-Takatsur), membaca hadits pilihan (9 buah hadits),
membaca doa-doa pilihan (10 buah doa).

12
Pemimpin : “Teman-Teman, bagaimana kabarnya hari ini?”

Siswa : “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar”

Pemimpin : “Siapa yang sudah sarapan angkat tangan?”

Siswa : “SAYA!”

(Dan seterusnya)

Selesai berdoa, guru mengucapkan terimakasih kepada pemimpin hari ini dan
memberikan bintang yang sesuai dengan sikap anak selama berdoa hari ini.
Kegiatan pembukaan dilanjutkan dengan siswa berbaris seperti kereta di belakang
guru. Guru berjalan menuju lapangan diikuti oleh siswa. Seluruh kelas berkumpul
dan membuat barisan. Siswa berdiri dan tetap berada dalam posisi masing-masing,
kemudian guru memilih kembali satu orang pemimpin yang akan memimpin
kegiatan olahraga hari ini. Siswa yang terpilih pun maju kedepan dan bersiap
menjadi instruktur senam junior. Peraturan pun dibuat untuk mengkondusifkan
kegiatan senam. Selesai senam, siswa kembali berbaris dan berjalan mengikuti
guru untuk kembali ke kelas masing-masing.

Pukul 08.30 kegiatan inti dimulai. Guru dan siswa mengingat kembali
pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya dan mengenalkan tema yag
dibahas hari ini. Guru memberikan gambar, miniatur atau benda asli dari tema
yang sedang dibahas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bereksplorasi. Kemudian guru membacakan cerita sesuai tema. Kemudian guru
mengenalkan ragam kegiatan main untuk tema yang sedang dibahas.

Pukul 09.00 Guru mempersilahkan siswa untuk bermain bebas bersama


temannya, sedangkan guru menyiapkan kegiatan main untuk siswa. Guru
menyiapkan 6-8 kegiatan main untuk siswa.

Pukul 09.30 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan


peraturan permainan dan dikonfirmasi ulang serta dilengkapi oleh guru. Sebelum
kegiatan main dilakukan, guru mengingatkan kembali strategi bermain.

12
Guru : “Teman-teman, sebelum bermain, jangan lupa yaaaaaa…..apa yang
harus kita lakukan selama bermain?”

Siswa : “Pilih mainan, Mainkan, Selesaikan mainanmu, Jangan lupa beres-


beres, dan Ceritakan pada guru.”

Anak melakukan kegiatan main selama 1 jam 10 menit. 10 menit dan 5 menit
sebelum waktu habis, guru memberitahukan kepada siswa terkait sisa waktu
bermain yang dimiliki. Siswa memilih kegiatan main yang mereka inginkan
secara bergantian sesuai kuota pemain yang telah ditentukan sebelumnya,
mencoba hal- hal baru, menemukan hal baru dan menghasilkan produk baru. Guru
mengawasi siswa dan mengusahakan memberikan provokasi kepada siswa untuk
tidak melakukan kegiatan yang sama dengan hari sebelumnya. Jika kegiatan yang
dilakuan sama (karena belum mendapat giliran dikegiatan lain), guru bisa menilai
perkembangan yang terlihat pada kegiatan main siswa dari hari sebelumnya.

Pukul 10.40 kegiatan main selesai. Setelah melakukan kegiatan main, guru
memberitahu bahwa waktu bermain sudah habis. Siswa bersama-sama
membereskan barang-barang yang digunakan selama kegiatan main dan
menyimpan barang-barang tersebut pada tempatnya.

Pukul 10.50 Siswa duduk kembali membentuk lingkaran, guru


mempersilahkan siswa untuk bercerita. Siswa bercerita kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini secara bergantian. Kemudian guru menyampaikan
kembali pelajaran apa yang sudah diperoleh hari ini.

Pukul 11.00 Kegiatan ditutup dengan membaca doa. Siswa mengambil tas
nya masing-masing, berbaris, dan berjalan dengan tertib mengikuti guru untuk
diantar kepada orangtua/wali siswa yang sudah menjemput.

12
CATATAN LAPANGAN

PROSES PEMBELAJARAN DI TK-B PAUD AL-MUSFIROH

Hari/Tanggal : Kamis, 12 November 2020

Waktu : 07.00 - 11.15 WIB

Tempat : Kelas Matahari (TK-B)

Siswa datang ke sekolah pukul 07.00 pagi bersama orang tua/wali masing-
masing dan disambut oleh guru piket yang bertugas di depan pintu masuk. Guru
piket menyambut siswa dan orang tua/wali siswa dengan ramah dan mengucapkan
salam. Siswa dan orang tua/wali siswa menjabat tangan guru dan menjawab salam
dengan tersenyum. Orang tua/wali siswa berpamitan dengan anaknya. Kemudian
orang tua/wali siswa berpamitan kepada guru dan memberi salam untuk kembali.
Siswa menulis nama nya dan menggambar bebas sederhana pada lembar absensi
yang sudah disiapkan oleh guru piket dengan menggunakan alat tulis pilihannya.
Lalu siswa masuk ke kelas masing-masing untuk menaruh tas di tempatnya dan
bermain bersama teman-temannya.

Pukul 07.50, guru kembali ke kelas dengan mengucapkan salam. Siswa


menyambut dengan menjawab salam dan mencium tangan guru. Pukul 08.00
kegiatan pembukaan dimulai dengan membuat lingkaran sambil menyanyikan
lagu Lingkaran Kecil. Setelah lingkaran dibuat, siswa duduk, guru memilih satu
orang untuk menjadi pemimpin hari ini. Pemimpin hari ini adalah siswa yang
berbeda dari hari sebelumnya. Pemimpin berdiri di depan dan menanyakan kabar
anak hari ini, menanyakan kegiatan yang dilakukan anak sebelum berangkat ke
sekolah (dengan nada tertentu), menyanyikan beberapa lagu, membaca surat-surat
pendek (An-Nas sampai At-Takatsur), membaca hadits pilihan (9 buah hadits),
membaca doa-doa pilihan (10 buah doa).

12
Pemimpin : “Teman-Teman, bagaimana kabarnya hari ini?”

Siswa : “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar”

Pemimpin : “Siapa yang sudah sarapan angkat tangan?”

Siswa : “SAYA!”

(Dan seterusnya)

Selesai berdoa, guru mengucapkan terimakasih kepada pemimpin hari ini dan
memberikan bintang yang sesuai dengan sikap anak selama berdoa hari ini.
Kegiatan pembukaan dilanjutkan dengan bernyanyi dan kegiatan motorik. Siswa
berdiri dan tetap berada dalam posisi masing-masing, kemudian guru meminta
siswa untuk menentukan lagu dan permainan yang ingin dimainkan pagi ini.
Siswa bergantian mengungkapkan keinginannya. Dipilihlah 3 jenis lagu dan
permainan yang sudah disebutkan untuk dilaksanakan voting. Lagu dan
permainan yang paling banyak dipilihlah yang akan dinyanyikan dan dimainkan
pagi ini. Peraturan pun dibuat untuk mengkondusifkan kegiatan bernyanyi dan
bermain.

Pukul 08.30 kegiatan inti dimulai. Guru dan siswa mengingat kembali
pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya dan mengenalkan tema yag
dibahas hari ini. Guru memberikan gambar, miniatur atau benda asli dari tema
yang sedang dibahas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bereksplorasi. Kemudian guru membacakan cerita sesuai tema. Kemudian guru
mengenalkan ragam kegiatan main untuk tema yang sedang dibahas.

Pukul 09.00 Guru mempersilahkan siswa untuk bermain bebas bersama


temannya, sedangkan guru menyiapkan kegiatan main untuk siswa. Guru
menyiapkan 6-8 kegiatan main untuk siswa.

Pukul 09.30 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan


peraturan permainan dan dikonfirmasi ulang serta dilengkapi oleh guru. Sebelum
kegiatan main dilakukan, guru mengingatkan kembali strategi bermain.

12
Guru : “Teman-teman, sebelum bermain, jangan lupa yaaaaaa…..apa yang
harus kita lakukan selama bermain?”

Siswa : “Pilih mainan, Mainkan, Selesaikan mainanmu, Jangan lupa beres-


beres, dan Ceritakan pada guru.”

Anak melakukan kegiatan main selama 1 jam 10 menit. 10 menit dan 5 menit
sebelum waktu habis, guru memberitahukan kepada siswa terkait sisa waktu
bermain yang dimiliki. Siswa memilih kegiatan main yang mereka inginkan
secara bergantian sesuai kuota pemain yang telah ditentukan sebelumnya,
mencoba hal- hal baru, menemukan hal baru dan menghasilkan produk baru. Guru
mengawasi siswa dan mengusahakan memberikan provokasi kepada siswa untuk
tidak melakukan kegiatan yang sama dengan hari sebelumnya. Jika kegiatan yang
dilakuan sama (karena belum mendapat giliran dikegiatan lain), guru bisa menilai
perkembangan yang terlihat pada kegiatan main siswa dari hari sebelumnya.

Pukul 10.40 kegiatan main selesai. Setelah melakukan kegiatan main, guru
memberitahu bahwa waktu bermain sudah habis. Siswa bersama-sama
membereskan barang-barang yang digunakan selama kegiatan main dan
menyimpan barang-barang tersebut pada tempatnya.

Pukul 10.50 Siswa duduk kembali membentuk lingkaran, guru


mempersilahkan siswa untuk bercerita. Siswa bercerita kegiatan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini secara bergantian. Kemudian guru menyampaikan
kembali pelajaran apa yang sudah diperoleh hari ini.

Pukul 11.00 Kegiatan ditutup dengan membaca doa. Siswa mengambil tas
nya masing-masing, berbaris, dan berjalan dengan tertib mengikuti guru untuk
diantar kepada orangtua/wali siswa yang sudah menjemput.

13
CATATAN LAPANGAN

PROSES PEMBELAJARAN DI TK-B PAUD AL-MUSFIROH

Hari/Tanggal : Jum’at, 13 November 2020

Waktu : 07.00 - 11.15 WIB

Tempat : Kelas Matahari (TK-B)

Siswa datang ke sekolah pukul 07.00 pagi bersama orang tua/wali masing-
masing dan disambut oleh guru piket yang bertugas di depan pintu masuk. Guru
piket menyambut siswa dan orang tua/wali siswa dengan ramah dan mengucapkan
salam. Siswa dan orang tua/wali siswa menjabat tangan guru dan menjawab salam
dengan tersenyum. Orang tua/wali siswa berpamitan dengan anaknya. Kemudian
orang tua/wali siswa berpamitan kepada guru dan memberi salam untuk kembali.
Siswa menulis nama nya dan menggambar bebas sederhana pada lembar absensi
yang sudah disiapkan oleh guru piket dengan menggunakan alat tulis pilihannya.
Lalu siswa masuk ke kelas masing-masing untuk menaruh tas di tempatnya dan
bermain bersama teman-temannya.

Pukul 07.50, guru kembali ke kelas dengan mengucapkan salam. Siswa


menyambut dengan menjawab salam dan mencium tangan guru. Pukul 08.00
kegiatan pembukaan dimulai dengan membuat lingkaran sambil menyanyikan
lagu Lingkaran Kecil. Setelah lingkaran dibuat, siswa duduk, guru memilih satu
orang untuk menjadi pemimpin hari ini. Pemimpin hari ini adalah siswa yang
berbeda dari hari sebelumnya. Pemimpin berdiri di depan dan menanyakan kabar
anak hari ini, menanyakan kegiatan yang dilakukan anak sebelum berangkat ke
sekolah (dengan nada tertentu), menyanyikan beberapa lagu, membaca surat-surat
pendek (An-Nas sampai At-Takatsur), membaca hadits pilihan (9 buah hadits),
membaca doa-doa pilihan (10 buah doa).

13
Pemimpin : “Teman-Teman, bagaimana kabarnya hari ini?”

Siswa : “Alhamdulillah, luar biasa, Allahuakbar”

Pemimpin : “Siapa yang sudah sarapan angkat tangan?”

Siswa : “SAYA!”

(Dan seterusnya)

Selesai berdoa, guru mengucapkan terimakasih kepada pemimpin hari ini dan
memberikan bintang yang sesuai dengan sikap anak selama berdoa hari ini.
Kegiatan pembukaan dilanjutkan dengan bernyanyi dan kegiatan motorik. Siswa
berdiri dan tetap berada dalam posisi masing-masing, kemudian guru meminta
siswa untuk menentukan lagu dan permainan yang ingin dimainkan pagi ini.
Siswa bergantian mengungkapkan keinginannya. Dipilihlah 3 jenis lagu dan
permainan yang sudah disebutkan untuk dilaksanakan voting. Lagu dan
permainan yang paling banyak dipilihlah yang akan dinyanyikan dan dimainkan
pagi ini. Peraturan pun dibuat untuk mengkondusifkan kegiatan bernyanyi dan
bermain.

Pukul 08.30 kegiatan inti dimulai. Guru dan siswa berbaris membentuk saf
shalat. Siswa bersiap menggunakan peralatan shalat. Guru memilih satu orang
laki- laki untuk menjadi imam. Siswa yang menjadi imam, memimpin shalat
dhuha berjamaah dengan khusyuk didampingi oleh guru.

Pukul 09.00 Guru mempersilahkan siswa untuk bermain bebas bersama


temannya, Pukul 09.30 guru dan siswa duduk membentuk lingkaran. Guru dan
siswa bersama mereview berbagai kegiatan dan pelajaran yang telah dilaksanakan
selama satu minggu.

Pukul 10.15 guru dan siswa bermain kuis dengan tanya jawab seputar tema
yang dibahas. Siswa yang berhasil menjawab akan diberikan 1 buah bintang oleh
guru. Pukul 10.30 Kegiatan ditutup dengan membaca doa. Siswa mengambil tas
nya masing-masing, berbaris, dan berjalan dengan tertib mengikuti guru untuk
diantar kepada orangtua/wali siswa yang sudah menjemput.

13
1.4 KURIKULUM PAUD AL-MUSFIROH

KURIKULUM PAUD AL-MUSFIROH


Tahun Ajaran 2020-2021

Program Kegiatan Jangka Pendek

Program kegiatan jangka pendek bertujuan merealisasikan semua


program yang sudah disusun dalam satu tahun di semua bidang
pengembangan, yaitu tercapainya Visi, Misi dan Tujuan sekolah.
Kegiatan semester I dan semester II, yang sudah disepakati oleh pihak
sekolah dan semua orangtua anak PAUD Al-Musfiroh. Berikut adalah
uraian tentang program kegiatan jangka pendek PAUD Al-Musfiroh:

a. Kegiatan pengembangan agama


Kegiatan pengembangan agama bertujuan untuk membentuk
anak yang berkarakter dan berakhlakul karimah. PAUD Al-Musfiroh
melakukan kegiatan pengembangan agama melalui kegiatan
pembiasaan sebagai berikut:
1) Surat-surat pendek (dilakukan saat jurnal pagi, setiap hari)
2) Hadits-hadits pilihan (dilakukan saat jurnal pagi, setiap hari)
3) Doa-doa harian (dilakukan saat jurnal pagi, setiap hari)
4) Mufrodatul ‘araby (dilakukan saat jurnal pagi, setiap hari)
5) Iqra (dilaksanakan setiap hari jumat)
6) Praktikum ibadah seperti praktik wudhu, praktik shalat, dan
shadaqah dengan mengisi kotak amal (dilaksanakan setiap hari
jumat)

b. Kegiatan menanamkan kesadaran berperilaku hidup bersih dan


sehat
Sekolah merupakan rumah kedua bagi anak-anak. Maka,
kesadaran berperilaku hidup bersih dan sehat tidak hanya dilakukan
dirumah, melainkan juga di sekolah. Sehingga anak tidak hanya

13
tumbuh menjadi anak yang cerdas, dan bekarakter, tetapi juga peduli
pada lingkungan. Kegiatan menanamkan kesadaran berperilaku
hidup bersih dan sehat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan berikut:
1) Operasi semut (dilakukan setelah makan bersama dan selesai
kegiatan pembelajaran)
2) Mencuci tangan (dilakukan sebelum dan setelah makan bersama,
serta setelah melakukan kegiatan)
3) Menggosok gigi (dilakukan setelah makan bersama)
4) Sampah organik dan non organik (memasukkan sampah sesuai
tempat nya)

c. Kegiatan pemberian makanan tambahan


Kegiatan pemberian makanan tambahan bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan gizi dan kesehatan anak yang dilakukan rutin
dalam 2 bulan sekali. Makanan tersebut disiapkan oleh orang tua
murid dengan konfirmasi guru. Biaya yang digunakan berasal dari
kas komite. Dalam kegiatan ini, anak mengambil sendiri makanan
yang disediakan.

d. Kegiatan parenting
Kegiatan parenting bertujuan untuk mengedukasi orang tua
dalam mengasuh, dan mendidik anak-anak. Kegiatan parenting
dilakukan dalam 2 kegiatan, yaitu temu wicara (dengan pakar
pendidikan anak usia dini) dan tatap muka (antara guru dan orang tua
anak). Hal yang disampaikan berupa keterlibatan orang tua, tingkat
perkembangan anak, peran orang tua, dan lain sebagainya. Kegiatan
parenting dilaksanakan dalam 2 bulan sekali.

e. Kegiatan pembelajaran bernuansa alam dengan material


lepasan Kegiatan pembelajaran yang dilakukan di PAUD Al-
Musfiroh merupakan kegiatan pembelajaran
bernuansa alam yang

13
memanfaatkan berbagai bahan alam (batu, tanah, ranting, daun, dsb)
untuk melakukan pembelajaran dengan didukung oleh bahan lain
(pelastik, kaleng, kardus, dsb). Pembelajaran tersebut dapat
dikatakan sebagai pembelajaran menggunakan Loose Parts sehingga
anak mendapat pengalaman bermain yang bermakna.

f. Outing Class
Outing Class merupakan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan di luar kelas/Field Trip. Kegiatan Outing Class
bertujuan agar anak lebih mengenal lingkungan dan bersosialisasi,
serta merangsang perkembangan kecerdasan anak dan lebih
memberikan pengalaman secara nyata untuk meningkatkan rasa
percaya diri ketika anak berada dalam kegiatan di luar sekolah.
Outing Class dilaksanakan saat beberapa puncak tema.

g. Cooking Class and Market Day


Cooking Class and Market Day merupakan kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan di area sekolah yang bertujuan
untuk mengenalkan kegiatan memasak dan jual beli kepada anak.
Cooking Class and Market Day dimulai dengan kegiatan memasak
bersama, kemudian hasil masakan tersebut dirapikan sedemikian
rupa untuk kemudian dijual kepada anak-anak.

13
1.5 CATATAN DOKUMENTASI

CATATAN DOKUMENTASI

Gambar 1: Kegiatan Wawancara

Gambar 2: Kegiatan Penyambutan dan Absensi Pagi

Gambar 3: Kegiatan Pembukaan Kelas Matahari

13
Gambar 4: Kegiatan Inti 1 dan Strategi Bermain

Gambar 5: Kegiatan Inti 2

Gambar 6: Kegiatan Beres-Beres

13
Gambar 7: Kegiatan Penutup

Gambar 8: Kegiatan Persiapan Pulang dan Penjemputan

Gambar 9: Foto Bersama Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan


PAUD Al-Musfiroh

13
LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Azky Farida

NIM 11160184000017

Jurusan : Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Judul Skripsi : Penggunaan Media Loose Parts untuk Mengembangkan


Kreativitas Anak Usia Dini di PAUD Al-Musfiroh Gunungsindur,
Jawa Barat

No Judul dan Halaman Buku


BAB I
1 Richard Florida, Charlotta Mellander, Karen King, The Global Creativity
Indeks 2015, (Toronto: Martin Prosperity Institute, 2015), h. 57
2 Diana Vidya Fakhriyani, “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini”,
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains, Vol. 4, 2016, h. 193
3 Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep
Dasar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. 3, h. 174
4 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 9
5 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 18
6 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 60
BAB II
1 Maganti Sit, dkk., Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan
Praktik, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 33-34
2 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 12

13
3 M. Fadlillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan
Pembelajaran Menarik, Kreatif dan Menyenangkan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2014), h. 63
4 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 13
5 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 14
6 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 3
7 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 4
8 Diana Vidya Fakhriyani, “Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini”,
Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains, Vol. 4, 2016, h. 195
9 Rita Kurnia, “Konsepsi Bermain dalam Menumbuhkan Kreativitas pada
Anak Usia Dini”, EDUCHILD, Vol. 01, 2012, h. 82
10 Sri Hardiningsih Hanafi dan Sujarwo, “Upaya Meningkatkan Kreativitas
Anak dengan Memanfaatkan Media Barang Bekas di TK Kota Bima”,
Jurnal Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat, Vol. 2, 2015, h. 3-4
11 Aisyah, “Permainan Warna Berpengaruh Terhadap Kreativitas Anak Usia
Dini”, Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Vol. 1, 2017, h.
120
12 Ahmad Susanto, Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam
Berbsgsi Aspeknya, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h.
117-118
13 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 12-13
14 Yuliani Nurani Sujiono dan Bambang Sujiono, Bermain Kreatif Berbasis
Kecerdasan Jamak, (Jakarta: Indeks, 2010), h. 40
15 Dadan Suryana, Pendidikan Anak Usia Dini: Stimulasi dan Aspek
Perkembangan Anak, (Jakarta: Kencana, 2016), h. 207-208

14
16 Ratih Kusumawardhani, dkk. “Profil Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun”,
Jurnal Ilmiah VISI PGTK PAUD dan DIKMAS, Vol. 3, 2018, h. 12
17 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 26-27
18 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 27-33
19 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 19-20
20 Nadia Fauziah, “Penggunaan Media Bahan Alam untuk Meningkatkan
Kreativitas Anak”, Jurnal Ilmiah VISI P2TK PAUD NI, Vol. 8, 2013, h. 24
21 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 20-21
22 Masganti Sit, dkk, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini: Teori dan
Praktik, (Medan: Perdana Publishing, 2016), h. 6-8
23 Khamim Zarkasih Putro, “Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui
Bermain”, Jurnal Aplikasi Ilmu-Ilmu Agama, Vol. 16, 2016, h. 22
24 B.E.F. Montolalu, dkk. Bermain dan Permainan Anak, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2009), h. 3.5-3.6
25 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 38-40
26 Novi Mulyani, Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2019), h. 45-47
27 M. Fadlillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini: Menciptakan
Pembelajaran Menarik, Kreatif dan Menyenangkan, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2014), h. 12
28 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 52-65
29 Aris Priyanto, “Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini Melalui
Kreativitas Bermain”, Jurnal Ilmiah Guru “COPE”, No. 2, 2014, h. 44

14
30 Luluk Asmawati, “Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Melalui
Pembelajaran Terpadu Berbasis Kecerdasan Jamak”, Jurnal Pendidikan
Anak Usia Dini, Vol. 11, 2017, h. 146
31 Nurlita, “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Percaya Diri Terhadap
Kreativitas Anak Usia 5-6 Tahun”, EDUCHILD, Vol. 01, 2012, h. 9
32 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 9
33 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 12
34 Maria Melita Rahardjo, “How To Use Loose Parts in STEAM”, Jurnal
Pendidikan Usia Dini, Vol. 13, 2019, h. 312
35 Caileigh Flannigan dan Beverlie Dietze, “Children, Outdoor Play, and
Loose Parts”, Journal of Childhood Studies, Vol. 42, 2017, h. 54
36 Ade Holis, “Belajar Melalui Bermain untuk Pengembangan Kreativitas dan
Kognitif Anak Usia Dini”, Jurnal Pendidikan Universitas Garut, Vol. 9,
2016, h. 26
37 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 16-21
38 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 23
39 Sheryl Smith dan Gilman, “The Arts, Loose Parts and Conversations”,
Journal of the Canadian Association for Curriculum Studies, Vol. 16,
2018, h. 96
40 Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini,
(Bandung: JILSI Foundation, 2008), h. 38
41 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 41-42
42 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 78-79

14
43 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 82
44 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 91-94
45 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 97
46 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 102
47 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 107
48 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 108
49 Yuliati Siantajani, Loose Parts: Material Lepasan Otentik Stimulasi
PAUD, (Semarang: Sarang Seratus Aksara, 2020), h. 89-93
50 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas
pada Anak Usia Taman Kanak-Kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 51-65
BAB III
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. 36, h. 6
2 Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama,
2018), h. 62
3 Emzir, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kuantitatif dan Kualitatif Edisi
Revisi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), Cet. 9, h. 3
4 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 7, h. 157
5 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 4
6 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta, 2013),
h. 39

14
7 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
Cet. 24, h. 77
8 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 308-309
9 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2018), Cet. 4, h. 372
10 Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), Cet. 26, h. 241
11 Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta:Rineka Cipta, 2013),
h. 158
12 Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2017), Cet. 26, h. 240
13 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017), Cet. 36, h. 168
14 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 305
15 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2018), Cet. 4, h. 394-397
16 Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian
Gabungan, (Jakarta: Kencana, 2018), Cet. 4, h. 400-401
16 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat
Eksploratif, Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, (Bandung: Alfabeta,
2020), Cet. 3, h. 132-135
17 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat
Eksploratif, Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, (Bandung: Alfabeta,
2020), Cet. 3, h. 137
18 Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif: untuk Penelitian yang Bersifat
Eksploratif, Enterpretif, Interaktif, dan Konstruktif, (Bandung: Alfabeta,
2020), Cet. 3, h. 142

14
19 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 376-377
20 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 23, h. 377-378

Paraf Pembimbing

Dr. Azkia Muharrom Albantani, M.Pd.I


NIDN. 2025079101

14

You might also like