You are on page 1of 54

i

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN CAIR BABI DUROC


YANG DIBERI VITAMIN E TERHADAP VIABILITAS,
ABNORMALITAS SPERMATOZOA DAN pH SEMEN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

OLEH:

STEFANUS MANEK
13160088

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN SAINS DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS TIMOR
KEFAMENANU
2023
ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya mengatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan


saya, di dalam naskah SKRIPSI dengan judul: “Pengaruh Lama Simpan Lama
Semen Cair Babi Duroc Yang Diberi Vitamin E Terhadap Viabilitas,
Abnormalitas Spermatozoa Dan pH Semen” tidakl terdapat karya ilmiah yang
pernah saya diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu
perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis dikutip dalam naskah ini
disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka. apabila ternyata di dalam
naskah SKRIPSI ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIAT, saya
bersedia SKRIPSI ini digugurkan dan gelar akademik yang saya peroleh Sarjana
Peternakan (S.Pt) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku (UU NO 20 tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70).

Kefamenanu, 2023
Yang menyatakan

Meterai 10000

Stefanus Manek
1316008
iii

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN CAIR BABI DUROC


YANG DIBERI VITAMIN E TERHADAP VIABILITAS,
ABNORMALITAS SPERMATOZOA DAN pH SEMEN

SKRIPSI

Oleh:

STEFANUS MANEK
NPM: 13160088

Program Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk diajukan


kepada Dewan Penguji Skripsi studi peternakan

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Agustinus A. Dethan S.Pt., M.Sc. Ir Alfred Nubatonis S.Pt., M.Si., IPM


NIP.196709152005011002 NIP.199010052020121002

Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian, Sains dan Kesehatan

Eduardus Yosef Neonbeni, S.P., M.P


NIP. 197305142005011002
iv

HALAMAN PENGESAHAN

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN CAIR BABI DUROC


YANG DIBERI VITAMIN E TERHADAP VIABILITAS,
ABNORMALITASSPERMATOZOA DAN pH SEMEN

SKRIPSI

Oleh

Stefanus Manek
13160088

Skripsi ini telah dipertahankan didepan Dewan Penguji


Pogram Studi PeternakanFakultas Pertanian Sains Dan Kesehatan
Universitas Timor

Susunan Dewan Penguji

Ketua Penguji Sekretaris Penguji

Yuliana Kolo, S.Pt., M.Pt Ir Alfred Nubatonis, S.Pt., M.Si., IPM


NIDN. 0024099106 NIP. 199010052020121002

Anggota Penguji

Agustinus Agung Dethan S.Pt., M.Sc


NIP. 196709152005011002

Koordinator Program Studi Dekan Fakultas


Pertanian Sains
Peternakan dan Kesehatan

Gerson Frans Bira, S.Pt., M.Si Eduardus Y. Neobeni, S.P.,M.P


NIP.198703032019031009 NIP. 197305142005011002
v

Tanggal ujian: 18 Juli 2023 Tanggal ujian: 18 Juli 2023


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis memanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat dan rahmat – Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul“Pengaruh Lama Simpan Semen Cair Babi Duroc Yang
Diberi Vitamin E Terhadap Viabilitas, Abnormalitas Spermatozoa dan pH
Semen”. Skripsi ini merupakan acuhan bagi peneliti dan pelaksanaan penelitian
yang akan dilaksanakan.
Pada kesempatan penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan dukingan dan motivasi Skripsi dapat diselesaikan dengan
baik. Ucapan terimakasih ini penulis tunjukan kepada:
1. Rektor Universitas Timor.
2. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Timor.
3. Ketua Program Studi Peternakan Universitas Timor.
4. Bapak Agustinus Agung Dethan, S.Pt., M.Sc, selaku Pembimbing Utama dan
Bapak Alfred Nubatonis, S.Pt., M.Si, Selaku Pembimbing pendamping yang
telah meluangkan waktu membimbing dan mengarahkan penulis dalam
penulis Skripsi ini.
5. Bapak/ Ibu Dosen dan Tenaga pendidikan di lingkup Program Studi
Peternakan.
6. Kedua orang tua tercinta khususnya Bapak Martinus Tili dan Ibu Theresia
Funan yang selalu memberi doa, motivasi dan dukungan.
7. Semua Anggota keluarga penulis yang dengan caranya masing-masing telah
memberi dukungan dan motivasi dalam penyelesaian Skripsi ini.
8. Teman – teman penulis yang telah membantu penulis dengan caranya masing-
masing.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena kekurangan dan keterbatasan penulis sendiri. Oleh karena itu, Penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun daripada pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dari penusunan skripsi ini. Akhirkata,
penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembaca dan pihak – pihak
lain yang berkepentingan.

Kefamenanu, 2023

Penulis
vi

PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN CAIR BABI DUROC


YANG DIBERI VITAMIN E TERHADAP VIABILITAS,
ABNORMALITAS SPERMATOZOA DAN pH SEMEN

Stefanus Manek1, Agustinus Agung Dethan2. Alfred Nubatonis3.


1,2,3)
Program Studi Peternakan , Fakultas Pertanian, Universitas Timor.

Stefanusmanek40@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk pengaruh lama simpan semen cair
babi duroc yang diberi vitamin E terhadap viabilitas, Abnormalitas spermatozoa
dan pH semen. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian
Universitas Timor. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai selasai 2023.
Semen babi yang digunakan berasal dari ternak babi jantan duroc yang berumur 2
tahun. Penelitian ini mengunakan semen babi segar yang dicampur dengan larutan
pengencer sitrat kuning telur dan diberi vitamin E 5% pada setiap perlakuan yang
sama dalam waktu yang berbeda. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. P0: Penyimpanan
semen cair + vitamin E 5% selama 0 jam, P1: Penyimpanan semen cair
+ vitamin E 5 % selama 4 jam, P2: Penyimpanan semen cair+ vitamin E 5 % selama
8 jam, P3: Penyimpanan semen cair + vitamin E 5 % selama 12 jam. Variabel yang
diamati dalam penelitian ini adalah Viabilitas, Abnormalitas Spermatozoa, dan pH
semen. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa semen cair
dengan penambahan Vitamin E 5% dapat mempertahankan Viabilitas
Spermatozoa, Normalitas Spermatozoa dan pH semen Babi Duroc dalam masa
simpan 12 jam

Kata Kunci: Viabilitas, Abnormalitas Spermatozoa, pH semen.


vii

The effect of long storage of liquid semen of Duroc pigs fed with vitamin e on
viability, spermatozoa abnormalities and semen pH.

Stefanus Manek1, Agustinus Agung Dethan2. Alfred Nubatonis3.


1,2,3)
Animal Husbandry Study Program, Faculty Of Agriculture,
University Of Timor.

Stefanusmanek40@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study was conducted for the effect of long storage of semen
duroc pork liquid given vitamin E on viability, spermatozoa abnormalities and
semen pH. The research was conducted in the Laboratory of the Faculty of
Agriculture, University of Timor. The study was conducted in March until the end
of 2023. The pig Semen used came from a 2-year-old male duroc pig. This study
used fresh pig semen mixed with yellow citrate diluent solution given vitamin E
5% at each same treatment in different time the design used is a complete
randomized design consisting of 4 treatments and 4 replications PO: storage of
liquid semen + vitamin E 5% for 0 hours, P1: feeding of liquid semen+ vitamin E
5% for 4 hours, P storage of liquid semen+ vitamin E 5% for hours, P3 storage of
liquid semen + vitamin E 5% during the variables observed in this study are
viability, abnormality of Spermatozoa, semen, Based on the results of the study, it
can be concluded that liquid semen with the addition of 5% Vitamin E can
maintain the viability of Spermatozoa, spermatozoa normality and pH of
Durocpig semen a 12 hours shelf life.

Keywords: viability, Spermatozoa abnormalities, semen pH.


viii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................iv
KATA PENGANTAR.....................................................................................v
ABSTRAK........................................................................................................vi
ABSTRACT......................................................................................................vii
DAFTAR ISI....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan penelitian.........................................................................................3
1.4 Kegunaan penelitian....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................4
2.1 Populasi Ternak babi...................................................................................4
2.2 Sistem Reproduksi Hewan jantan................................................................5
2.3 Semen (spermatozoa) ..................................................................................8
2.4 Kualitas Semen............................................................................................9
2.5 Penyimpan Semen Cair................................................................................14
2.6 Faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas semen.....................................14
2.7 Viabilitas Spermatozoa................................................................................17
2.8 Abnormalitas spermatozoa..........................................................................17
2.9 Derajat keasaman (pH) ...............................................................................18
2.10 Pemanfaat vitamin E..................................................................................18
2.11 Hipotesis Penelitian...................................................................................19
BAB III METODE PENELITIAN.................................................................20
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................20
3.2 Materi Penelitian..........................................................................................20
3.3 Metode Penelitian........................................................................................20
3.4 Variabel Penelitian.......................................................................................21
3.5 Prosedur Penelitian......................................................................................22
3.6 Analisis Data................................................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................26
4.1 Gambaran Umum Penelitian........................................................................26
4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Viabilitas Spermatozoa.............27
4.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Abnormalitas Spermatozoa.......29
4.4 Pengaruh Perlakuan Terhadap pH Semen...................................................31
BAB V PENUTUP...........................................................................................33
5.1 Kesimpulan..................................................................................................33
5.2 Saran............................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................34
ix

LAMPIRAN.....................................................................................................37
viii

Daftar Tabel

Tabel 1 Evaluasi semen secara makroskopik dan mikroskopik.........................26


Tabel 2 Rataan viabilitas spermatozoa...............................................................27
Tabel 3 Rataan Abnormalitas spermatozoa........................................................30
Tabel 4 Rataan pH semen..................................................................................31
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak babi merupakan salah satu ternak penghasil daging yang memiliki

potensi besar untuk dikembangkan. Dimana memiliki sumber gizi dan daging

yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Hal ini dikategorikan karena ternak babi

memiliki kemampuan beranak yang baik beranak lebih dari dua (prolific) yaitu

dua kali dalam setahun. Ternak babi memiliki sifat dan kemampuan yang

menguntungkan antara lain pertumbuhan yang cepat, jumlah ternak perkelahiran

(liter zise) yang sangat tinggi yaitu mencapai 8-12 perkelahiran. Ternak babi

mempunyai sifat produksi dan reproduksinya yang lebih unggul dibandingkan

dengan ternak lainya, diantaranya penggunaan pakan yang baik/ efisien,

pertumbuhan cepat, umur kebuntingan yang relatif berkisar (104-105) hari,

prolific serta dewasa tubuhnya lebih cepat untuk meningkatkan mutu genetik

ternak babi perlu melakukan penerapan teknologi Inseminasi Buatan (IB) pada

babi agar meningkatkan mutu genetik dan meningkatkan kualitas dalam

pembibitan yang unggul pada ternak babi. Salah satu yang mempengaruhi

pencapaian/ keberhasilan (IB) kualitas semen. Inseminasi Buatan (IB) tergantung

pada salah satu faktor diantaranya kualitas semen yang digunakan (Tamoes et al.,

2014). Kualitas semen adalah kemampuan suatu semen untuk mengetahui tingkat

baik buruknya.

Semen adalah suspensi yang didalamnya terdapat sel spermatozoa dan

berbagai komponen yang disekresikan oleh kelenjar asesori yang terletak pada
2

organ reproduksi jantan. Komponen semen dapat digolongkan menjadi 2 yaitu sel

spermatozoa dan fase cair dalam semen yang sering disebut seminal plasma.

Sperma dihasilkan oleh testis sedangkan seminal plasma dihasilkan oleh kelenjar-

kelenjar vesekularis dan prostat (Hafez dan Garner, 2000).

Penggunaan semen untuk waktu yang relatif lebih lama harus memerlukan

preservasi bertujuan untuk mempertahankan motilitas dan viabilitas spermatozoa.

Semen babi berbeda sekali dengan ternak lain, semen babi sangat sensitive dan

mudah peka terhadap cold shocksehingga membutuhkan penanganan khusus

terhadap semen agar dapat mengurangi daya tahan penyimpanan spermatozoa.

Daya tahan penyimpanan semen pada suhu rendah akan terjadi perubahan struktur

komponenmembran plasma dari fase cair menjadi fase gel, dapat menyebabkan

kerusakan membran plasma secara permanen. Hal ini menyebabkan plasma

spermatozoa babi tidak stabil pada suhu rendah, sehingga semen babi hanya dapat

disimpan pada suhu 15-20°C (Paulez et al,. 2000). Untuk mengurangi kerusakan

sel disebabkan lamanya penyimpanan semen maka diperlukanpenambahan

vitamin E. Vitamin E merupakan salah satu antioksidan yang digunakan untuk

menghambat reaksi peroksidasi lipid, yakni suatu zat yang dapat mengikat

senyawa radikal bebas. Vitamin E (ɑ-tokoferol) merupakan antioksidan yang

larutdalam lemak yang dapat menghentikan lipid peroksida membran plasma

selama proses pendinginan (Breininger et al,.2005).

Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan dilakukan penelitian

dengan judul: “Pengaruh Lama Simpan Semen Cair Babi Duroc Yang Diberi

Vitamin E Terhadap Viabilitas, Abnormalitas, Spermatozoa, dan pHSemen”.


3

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengaruh lama simpan semen cair babi duroc yang diberi

vitamin E terhadap viabilitas, Abnormalitas, spermatozoa dan pH semen.

1.3 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama simpan semen

cair babi duroc yang diberi vitamin E terhadap viabilitas, abnormalitas

spermatozoa dan pH semen.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Sebagai sumber informasi bagi peternak tentang pengaruh lama simpan

semen cair yang diberi vitamin E terhadap kualitas spermatozoa.

2. Sebagai pengembang ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

reproduksi ternak babi.


4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Populasi Ternak babi

Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang dan

merupakan hewan yang asalnya berasal dari Eurasia. Babi adalah

omnivora, yang berarti mereka mengkonsumsi baik daging maupun

tumbuh-tumbuhan. Ternak babi memiliki sifat dan kemampuan yang

sangat menguntungkan antara lain: pertumbuhan yang cepat, efiensi

ransum yang baik serta presentasi karkas yang tinggi.

Salah satu jenis babi yang sering dibudidayakan adalah babi duroc.

Babi Duroc berasal dari Amerika Serikat, yang memiliki bentuk fisik

tubuh besar dengan warna merah dan bentuk telinga yang lentur melambai

kedepan. Babi jenis Duroc ini termasuk jenis babi yang tingkat

pertumbuhanya termasuk cepat, selain itu babi duroc juga dikenal sebagai

babi yang memiliki otot dengan kualitas baik.

Ternak babi Duroc ini termasuk dalam ternak monogestik dimana

memiliki kemampuan dalam mengubah bahan makanan secara efisien

apabila ditunjang dengan kualitas ransum yang dikonsumsinya. Babi akan

menjadi cepat tumbuh dan cepat dewasa serta bersifat prolific yang

ditujukan dengan kemampuan mempunyai banyak anak setiap kelahiran

yaitu: berkisar antara 8-14 dan dalam setahun bisa dua kali

melahirkan.klasifikasi zoologis ternak babi dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:
5

Phylum : Chordata

Klass : Mammalia

Ordo : Artiodacyla

Family :Suidae

Genus : Sus

Spesies : Sus scrofa

Sus vittatu

Sus celebensis

Sus barbatus

2.2 Sistem Reproduksi Hewan jantan

Reproduksi pada ternak babi dilakukan untuk mempertahankan

genetik. Jumlah kelahiran (litter size) lebih dari satu (polytocous) dan jarak

perkelahiran pendek. Fungsi utama dari reproduksi jantan adalah

menghasilkan sel-sel gamet (spermatozoa) yang mempunyai sifat

motilitas, gerakprogresif, aktif dan potensial untuk elakukan fertilitas.

Sistem reproduksi jantan berkaitan dengan erat dengan sistem urinari,

sebagai contoh urethra yang menjadi bagian penting pula di sistem urinari.

Pada hewan jantan, organ-organ repduksi mempunyai pola dasar

yang sama. Organ repduksi jantan dibedakan menjadi organ reproduksi

internal dan eksternal. Namun secara umum organ-organ reproduksi jantan

terdiri atas testes (testis), saluran pengeluaran yaitu epididimis, duktus

deferens, uretha, kelenjar-kelenjar asesoris (vesikula seminalis, prostat,


6

dan kelenjar cowper), duktus ejakulatorius, dan organ kopulasi (penis).

Organ-organ Reproduksi jantan pada babi terdiri dari sebagai berikut;

1. Testis (testes)

Babi memiliki dua buah testis (satu pasang) yang berada diluar tubuh dan

terbungkus oleh scrotum. Ada beberapa fungsi adri testis yaitu:

- Memproduksi sperma/ menghasikan spermatozoa

- Menghasikan hormon testosteron berfungsi untuk memelihara kedewasaan,

memelihara organ reproduksi, menumbulkan nafsu sexual, menimbulkan

sifat atau ciri kelamin.menyatakan testis meliliki fungsi gametogenesis dan

steroidogenesis.

2. Tubulus Seminiferus

Bagian yang terbentuk sperti tabung yang dapat dapat dijumpai pada

testis, sebagai tempat yang digunakan untuk memproduksi sperma. Fungsi

Tubulus seminiferus untuk memproduksi sperma dalam jumlah besar pada

testis.

3. Epididimis

Bagian dari organ reproduksi yang ada didalam testis dan berbentuk

tabung bergulung-gulung. Fungsi dari epididimis anatara lain:

a. Sebagai tempat penyimpanan sperma

b. Sebagai tempat keluarnya cairan yang bisa memberikan bahan makanan

bagi sperma
7

c. Sebagai tempat dimana sperma menjadi masak. Menurut Jones (1999)

menyatakan epididimis mempunyai peran sebagai jalan spermatozoa dari

tubuli seminiferi, penyimpanan sementara spermatozoa, serta proses

absorpsi cairan sperma untuk meningkatkan konsentrasi spermatozoa.

4. Vas Deferens

Saluran berbentuk bulat dan panjang yang menghubungkan antara

epididymis dengan uretra. Berfungsi untuk membawa sperma masuk kedalam

uretra pada saat ejakulasi.

5. Kelenjar Prostate

Kelenjar prostat merupakan kelenjar tunggal yang umumnya terletak

diantara pertemuan anatara vesika urinaria dan muskulus urethralis. Kelenjar

protat pada spesies tersebut terletak pada bagian ventral vesika urinaria dan

sebagian juga melekat pada muskulus urethralis.

Terletak pada leher kandung kencing (blader). Kelenjar ini menghasilkan

cairan kental dan banyak mengandung protein serta garam yang berbau khas.

Berfungsi untuk membersihkan uretra selama ejakulasi serta melebarkan

saluran agar sperma dapat keluar dengan lancer. Menurut Junqueira et al.,

(2003) menyatakan prostat menghasilkan cairan prostat dan disimpan di bagian

dalam untuk dikeluarkan selama ejakulasi.

6. Kelenjar Cowper’s

Kelenjar cowper (bulbourethralis) merupakan sepasang kelenjar

berbentuk ovoid dan berukuran kecil. Pada spesies kelenjar cowper terletak

pada bagian ventral agak jauh dari kelenjar lainnya dan keberadaanya tertutup
8

lemak sehingga terkadang sangat sulit di jumpai. Kelenjar cowper terdapat

sepasang disisi kanankiri urethra mendekati penis.

Terletak di uretra dan menghasilkan cairan yang dapat membersihkan

uretra pada saat semen terlepas. Berfungsi sama halnya dengan kelenjar prostat

yang juga menghasilkan suatu cairan yang dapat membersihkan uretra pada

saat semen terlepas.

7. Uretra

Bagian alat reproduksi yang menghubungkan kandung air kencing dengan

glan penis. Berfungsi untuk mengalirkan kencing (urine) dan semen.

8. Penis

Alat reproduksi bagian luar yang berfungsi sebagai alat kopulasi.

Berfungsi sebagai alat kopulasi, yaitu memasukkan sperma ke dalam alat

reproduksi betina. Penis pada babi bentuk lebih runcing, hal ini disebabkan

ovarium pada babi betina berlekuk-lekuk sehingga dengan dentuk penis yang

runcing dapat menyemprotkan sperma ke seluruh bagian ovarium.

2.3 Semen (Spermatozoa)

Semen merupakan suatu produk yang berupa cairan yang keluar

melalui penis sewaktu kopulasi. Semen terdiri dari sel-sel kelamin jantan

yang dihasilkan oleh testis dan plasma semen yang dihasilkan oleh

kelenjar aksesoris (Rahayu et al., 2014). Pamungkas dan Anwar (2013)

menyatakan bahwa semen terdiri dari 1- 5% spermatozoa dan 80- 85%

plasma semen. Yendraliza et al., 2008semen terdiri dari bagian yang bersel

hidup dan yang tidak bersel atau tempat hidup sel. Sel-sel hidup yang
9

bergerak disebut spermatozoa dan yang cair tempat sel bergerak dan

berenang disebut seminal plasma. Yendraliza (2008) faktor yang

mempengaruhi kualitas dan kuantitas semen dipengaruhi oleh makanan,

suhu dan musim, frekuensi ejakulasi, libido dan faktor fisik, sedangkan

yang menjadi faktor lain adalah penyakit, pengangkutan dalam perjalanan,

umur, herediter, lingkungan dan gerak badan.

Spermatozoa merupakan sel yang dihasilkan oleh fungsi produksi

ternak jantan. Sel tersebut mempunyi bentuk khas yaitu mempunyai

kepala, leher dan ekor. Spermatozoa juga disebut sebagai spermatogonia.

Spermatogonia adalah sel hasil maturasi dari sel epitel germinal yang

disebut spermatogenia. Proses perkembangan ini menjadi spermatozoa.

Yang disebut juga proses spermatogenesis (Feradiset al., 2010).

Semen merupakan cairan interseluler semigelatin yang terdiri atas

plasma semen dan spermatozoa. Sebagian besar cairan semen berasal dari

kelenjar asesori jantan dan sebagian kecil dari epididimis. Semen

mengambil cairan dan melindungi spermatozoa yang akan bergerak

sampai ketempat tujuan didalam saluran kelamin betina. Sel spermatozoa

mempunyai fungsi dalam pembuahan ovum hewan betina (Feradiset al.,

2010).

2.4 Kualitas Semen

Kualitas semen adalah kemampuan suatu semen untuk mengetahui

tingkat baik buruknya. Kualitas semen dapat dibagi menjadi 2 kelompok

yaitu kualitas semen secara makroskopis dan Kualitas secara mikroskopis.


10

1. Secara makroskopis

Kualitas semen secara makroskopik meliputi: volume semen, warna

semen, bau semen, kekentalan semen dan pH semen.

1. Volume semen

Volume semen dapat diamati melalui skala yang terdapat pada dinding

tabung penampung semen.

2. Warna semen

Warna semen dapat diamati langsung dari tabung penampung semen,

tabung tersebut berupa kaca atau plastik tembus pandang. Warna semen

babi biasanya berwarna putih susu. Jika semen tersebut berwarna

kemerahan, maka semen tersebut terkontaminasi dengan darah, apabila

warna semen mendekati coklat maka bertanda bahwa darah yang

mengkontaminasi semen tersebut telah mengalami dekomposi. Apabila

semen berwarna kehijauan maka bertanda bahwa terdapat bakteri

pembusuk pada semen tersebut.

3. Bau semen

Bau semen yang normal pada umumnya memiliki khas dari hewan itu

sendiri. Apabila semen yang memiliki bau busuk maka semen tersebut

mengandung nanah yang disebabkan oleh adanya infeksi saluran

reproduksi hewan tersebut.

4. Konsistensi/kekentalan sperma
11

Kekentalan pada semen dapat diketahui bahwa semakin kental semen

maka semakintinggi konsentrasi spermanya.

5. pH Semen (Derajat Keasaman).

pH semen perlu diukur agar dapat memastikan bahwa cairan semen

hasil penampungan tersebut memiliki karakteristik yang normal.

Pemeriksaan keasaman semen dapat dilakukan menggunakan kertas

indikator pH. pH semen secara umumnya memiliki kisaran yang netral.

Pengukuran pH menggunakan pH meter agar dapat memberikan hasil

yang lebih teliti.

2. Secara Mikroskopis

Kualitas semen secara mikroskopis bertujuan untuk mengetahui

kondisi semen lebih dalam serta dapat memerlukan alat bantu yang cukup

lengkap. Kualitas mikroskopis meliputi: motilitas (gerakan massa dan

Individu), konsentrasi spermatozoa, persentase spermatozoa hidup dan

persentase abnormalitas sperma (ketidak normalan bentuk sperma).

1. Motilitas/gerak spermatozoa

Pemeriksaan motilitas yaitu cara pemeriksaan visual dengan bantuan

mikroskop yang dinyatakan secara komperatif. Semen segar yang baru diambil

dan belum diencerkan dapat dilakukan pemeriksaan gerakan massa dan gerakan

individu.

 Gerakan massa

Gerakan Massa yaitu tingkat keaktifan sperma sebagai indikator atau

persentase sperma hidup dan aktif. Penilaian gerak massa terdiri dari
12

- Sangat Baik (+++): Apabila terlihat gelombang-gelombang besar, banyak,

gelap, tebal, dan aktif serta bergerak cepat.

- Baik (++): Terlihat gelombang-gelombang kecil, tipis, jarang, kurang jelas,

dan agak lamban.

- Lumayan (+): Jika tidak terlihat gelombang, melainkan hanya gerakan

individual aktif progresif.

- Buruk (N/O): Bila hanya sedikit atau tidak ada gerakan individu (Arifiantini

dan Tuty, 2012).

 Gerakan Individu

Penilaian motilitas individu diamati dengan mengambl satu tetes

semen dan diletakkan di atas objek glass dan ditutup dengan cover glass

kemudian diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400 kali.

Kriteria motilitas spermatozoa menurut susilawati (2012) adalah sebagai

berikut:

- 0% : spermatozoa immotile tidak bergerak

- 50%: spermatozoa bergerak melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif

dan tidak bergerak

- 50-80%: spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan gerakan massa

- 90%: gerakan progresif yang gesit dan membentuk gelombang

- 100%: gerakan sangat progref dan gelombang sangat cepat.

2. Konsentrasi spermatozoa

Konsentrasi spermatozoa adalah jumlah sel spermatozoa yang

terdapat dalam satu milliliter. Konsentrasi spermatozoa dapat di amati


13

menggunakan Hemacytometer dengan mengisap semen 0,5 ml dengan

menggunakan pipet Hemacytometer, kemudian tambahkan larutan Hayem

hingga 101 ml berfungsi untuk mematikan spermatozoa, selanjutnya

larutan ditempatkan dibawah gelas penutup neubauer, konsentrasi

spermatozoa dihitung menggunakan mikroskop dengan pembesaran

40×10.

3. Persentase spermatozoa hidup (%)

Viabilitas spermatozoa adalah Daya hidup spermatozoa sebagai

Indikator kualitas spermatozoa (Sukmawati et al., 2014). Pada semen cair

viabilitas spermatozoa cepat menurun selama proses penyimpanan baik

menggunakan bahan pengencer maupun tanpa bahan pengencer. Untuk

mengurangi penurunanan viabilitas spermatozoa maka dilakukan

pengenceran dengan menggunakan bahan bahan pengencer yang memiliki

kandungan yang tepat dalam penyimpanan (Isnaini, 2011).

4. Persentase Abnormalitas spermatozoa (%)

Klasifikasi Abnormalitas spermatozoa yaitu abnormalitas primer dan

abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer terjadi pada saat proses

spermatogenesis, meliputi kepala besar (macrocephalic), kepala kecil

(mikrocepthalic), kepala kedua (double cephalic), kepala tidak

berkembang (developed cephalic), kepala pendek melebar, kepala pipih

memanjang, kepala rangkap, ekor berganda, bagian tengah melipat,

membengkok, membesar, ekor melingkar, putus atau terbelah. Sedangkan

abnormalitas sekunder terjadi akibat kesalahan penanganan semen setelah


14

meninggalkan testis seperti ekor terputus, kepala tanpa ekor, bagian tengah

yang melipat.

Pemeriksaan abnormalitas spermatozoa dilakukan dengan cara yang

sama dengan pemeriksaan persentase spermatozoa hidup yaitu pengecatan

eosin negrosin, menurut Kviat dan Bjorndhl (2002). Diamati dibawah

mikroskop dengan pembesaran 450× sebanyak 200 sel spermatozoa. Sel

spermatozoa yang mengalami bentuk abnormalitas baik di daerah kepala

badan dan ekor dihitung persentase abnormal.

2.5 Penyimpan Semen Cair

Semen babi berbeda dengan ternak lain, karena semen babi sangat

sensitif cold shock sehingga dapat mengurangi daya tahan dan daya

simpan spermatozoa. pada saat suhu rendah terjadi perubahan struktur

phospholipid membran plasma dari fase cair menjadi fase gel, itu akan

dapat menyebabkan kerusakan membran plasma secara permanen. Semen

cair disimpan dalam cool box pada suhu 18°C. Hal ini menyebabkan

membran plasma spermatozoa babi tidak stabil pada suhu rendah sehingga

semen cair babi hanya dapat disimpan pada suhu 15-20°C (Paulez et al.,

2000). Semen babi tidak dapat langsung diencerkan dan di simpan karena

dapat menyebabkan terjadinya cold shock sehingga perlukan waktu

beberapa saat sebelum disimpan pada suhu preservasi yang dikenal dengan

holding time (Rienprayoon et al., 2012 dan Eriksson 2000).

2.6 Faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas semen


15

Keberhasilan perkawinan atau inseminasi buatan, semen harus

diproduksi dalam jumlah dan kualitas yang baik. Faktor-faktor yang

mempengaruhi kualitas semen diantaranya umur, bangsa ternak,

lingkungan, pakan, faktor ejakulat, libido dan faktor fisik. Menurut

susilawati et al.,(1993) semen yang berkualitas dari seekor pejantan yang

unggul dapat mempengaruhi oleh beberapa faktor, anatara lain: umur, sifat

genetik, suhu dan musim, frekuensi ejakulasi dan pakan.

1. Umur

Faktor yang mempengaruhi kualitas semen salah satu adalah umur

pejantan karena perkembangan testis dan spermatogenesis dipengaruhi

oleh umur. Spermatogenesis adalah proses pembentukan spermatozoa

yang terjadi di dalam tubuli seminiferi.Proses spermatogenesis pada babi

berlangsung 35 sampai hari. Spematosit primer pertama kali terbentuk

didalam testes kira-kira pada umur 3 bulan dan spermatosit sekunder pada

umur 4 sampai 5 bulan serta spermazoa umur 5 sampai 6 bulan. Pubertas

pada babi jantan umumnya dapat dicapai pada umur 5 sampai 7 bulan

dengan variasi 4 sampai 8 bulan. Babi jantan muda sebaiknya dibiarkan

umur kurang 8 sampai 9 bulan sebelum digunakan untuk mengawinkan

dengan ternak betina. Hasil penelitian lestari, saleh dan maidaswar (2013)

menunjukan bahwa umur memberikan pengaruh yang sangat nyata

terhadap volume semen segar.


16

2. Lingkungan

Suhu lingkungan yang terendah atau terlalu tinggi dapat

mempengaruhi organ reproduksi ternak jantan. Hal ini menyebabkan

fungsi termoregulatoris skrotum terganggu sehingga terjadi kegagalan

pembenukan spermatozoa dan penurunan produksi spermatozoa. Pejantan

yang ditempatkan pada ruangan yang 10 panas mempunyai tingakat

fertilitas yang rendah. Hal ini di sebabkan karena memburuknya kualitas

semen dan didapatkan 10% spermatozoa yang abnormal.

Jika suhu lingkungan terlalu panas spermatozoa diproduksi tidak

dapat bertahan hidup dan menyebabkan sterilitas babi jantan, sehingga

manajen saat stress perlu dilakukan untuk menjaga fertilitas spermatozoa.

Suhu normal didaerah testis berkisar 3-7°C dibawah suhu tubuh. Musim

dapat mempengaruhi kualitas semen pada ternak- ternak yang berada di

daerah subtropis. Diindonesia, musim kurang berpengaruh karena

perbedaan lama penyinaran hampir tidak ada.

3. Pakan

Nutrisi sangat penting selama perkembangan sistem reproduksi Babi

Jantan. Meningkatkan jumlah nutrisi akan mempercepat pubertas dan

pertumbuhan tubuh. Pakan berpengaruh terhadap ukuran testis pada ternak

jantan. Pakan yang diberi terlalu sedikit terutama pada periode selama

masa pubertas dicapai dapat menyebabkan perkembnagan testis dan

kelenjar- kelenjar asesoris terhambat dan dapat memperlambatkan dewasa

kelamin. Pada ternak dewasa, kekurangan pakan dapat mengakibatkan


17

gangguan fungsi fisiologis, baik pada testes maupun pada kelenjar

asesorisnya dan dapat menurunkan libido sehingga produksi semen turun.

4. Frekuensi ejakulasi

Pemakaian pejantan dalam satu- satuan waktu perlu dibatasi

mengingat hasil- hasil pengamatan bahwa frekuensi ejakulasi yang

terlampau sering dalam satuan waktu yang relatif pendek cenderung untuk

menurunkan libido, volume semen dan jumlah spermatozoa per-ejakulasi.

Ternak jantan yang belum dewasa harus dibatasi pemakaianya karena

penurunan kualitas semen yang dihasilkan, dan dapat terjadi penurunan

libido (Yendraliza et al., 2008).

5. Libido dan faktor fisik

Kualitas dan kuantitas semen dipengaruhi oleh libido. Faktor yang

mempengaruhi libido dapat berasal dari luar atau dari dalam tubuh ternak.

Faktor dari dalam termasuk faktor fisiologik terutama adalah fisik yang

mempengaruhi kopulasi normal. Sedangkan yang menjadi faktor lainya

adalah penyakit dan benih penyakit penyangkutan dalam perjalanan umur,

herediter, dan lingkungan dan gerak badan (Yendraliza et al., 2008).

2.7 Viabilitas Spermatozoa

Viabilitas adalah daya hidup spermatozoa sebagai indikator kualitas

spermatozoa (sukmawati et al., 2014). Evaluasiviabilitas spermatozoa

bertujuan untuk mengetahui presentase sel-sel sperma yang mati dan hidup

dengan cara pewarnaan diferensial (Hafez dalam salmah, 2014). Viabilitas

spermatozoa untuk pembuatan semen yang diencerkan atau semen beku


18

minimal memiliki 60% sampai 75% spermatozoa hidup (Garner dan hafez,

2000). Sedangkan spermatozoa yang mati akan menyerap warna karna

permeabilitas dindingnya meningkat. Perbedaan ini digunakan untuk

menghitung jumlah sperma hidup secara objektif pada waktu semen

dicampurkan dengan zat warna (2%). Jumlah spermatozoa yang hidup

dan mati diamati pada beberapa bidang pandang sehingga diperoleh

jumlah sel 100-200 sel spermatozoa.

2.8 Abnormalitas Spermatozoa

Abnormalitas sperma merupakan suatu keadaan dimana terjadi

kelainan pada kepala, ekor, maupun terpisahnya kepala dan ekor.

Abnormalitas sperma dapat digolongkan menjadi 2 kategori yaitu

abnormalitas primer, sekunder. Abnormalitas primer terjadi karena

kegagalan dalam proses spermatogenesis, abnormalitas sekunder terjadi

selama perjalanan sperma kedalam epididimis, dan abnormalitas tersier

terjadi selama atau sesudah ejakulasi, atau terjadi pada proses penanganan

semen. Abnormalitas sekunder sering terjadi daripada abnormalitas primer

yaitu dengan presentase 15,3% dan 6,7%. Terdapat faktor lain yang

menyebabkan terjadinya abnormalitas sperma yaitu terkontaminasinya

semen oleh bahan lain seperti urin yang mengandung air (Herdis dan

Rizal, 2008).

2.9 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman semen diukur dengan pH meter atau kertas

lakmus. Nilai pH semen babi yang normal sekitar 7,4-7,8. Derajat


19

keasaman semen dipengaruhi oleh konsentrasi spermatozoa yang

terkandung didalamnya. Semakin tinggi konsentrasi spermatozoa, semakin

rendah pH semen. Hal ini disebabkan spermatozoa dalam jumlah banyak

akan menghasilkan asam laktat dalam jumlah banyak pula sehingga semen

semakin asam atau pH semakin rendah (Herdis dan Rizal, 2008). Variabel

pemeriksaan bau semen jarang dilakukan karena tidak berhubungan

dengan kualitas spermatozoa. Umumnya bau semen dikategorikan sebagai

bau khas (Herdis dan Rizal, 2008).

2.10 Pemanfaat Vitamin E

Antioksidan nonenzimatik seperti vitamin E diperlukan untuk dapat

mengatasi stress oksidatif dalam tubuh (Quratul’ainy 2006). Kelebihan

vitam E dalam tubuh akan disimpan dalam beberapa organ, antara lain

hati, jaringan adiposa, otak dan lipoprotein.

Vitamin E merupakan vitamin yang penting dalam mempengaruhi

fungsi metabolik, proses pertumbuhan dan produksi. Kekurangan atau

tidak adanya vitamin E dalam ransum dapat menekan pertumbuhan,

menurunkan produksi atau menimbulkan penyakit. Fungsi vitamin E yang

paling penting adalah sebagai antioksidan yang melindungi kerusakan

jaringan akibat oksidasi asam lemak tak jenuh.

Selama bertahun-tahun yang menjadi sumber utama vitamin E dalam

pakan adalah tokoferol (tocopherol) yang ditemukan pada tanaman hijau

dan biji-bijian.oksidasi dan kerusakan vitamin E secara alami dapat

dipercepat oleh adanya panas, kelembapan tinggi, lemak yang mengalami


20

ketengikan, dan miniral mikro. Oleh karena itu, memprediksi jumlah

aktifitas vitamin E dalam bahan pakan sulit dilakukan. Vitamin E dapat

menetralisir gugus hidroksil, superoksida, dan radikal hidrogen peroksida,

serta mencegah aglutinasi sperma (Aggarwal et al., 2005). Pemberian

vitamin E dosis 4,4 IU/kg tidak menimbulkan efek pada sel sertoli dan

jumlah sperma, tetapi jika pemberian vitamin E ditingkatkan menjadi 220

IU/kg dapat menurunkan konsentrasi prostaglandin pada prostat dan

kematangan vesikal glandula seminal pada babi hutan (Guzman et al.,

2000). Vitamin E dalam pakan akan dideposit kedalam daging, banyaknya

vitamin E yang dideposit (mg/kg) tergantung pada dosis vitamin E dalam

pakan dan lamanya pemberian.

2.11 Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah semen cair yang diberi vitamin E

dapat mempertahankan viabilitas, normalitas spermatozoa dan pH semen

babi Duroc selama 12 jam.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Timor.

Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai selasai 2023.


21

3.2 Materi Penelitian

3.2.1 Ternak

Ternak yang akan digunakan dalam penelitian adalah 1 ekor pejantan babi duroc

berumur 2 tahun.

3.2.2 Alat

Peralatan yang digunakan penelitian adalah: alat pemancing/

dummy, gelas tampung semen, gelas beker, mikroskop, objek gelas, cover

gelas, kamar hitung, lampu bunsen, kain kasa, pipet tetes, mikropipet,

tabung reaksi, dan termos es.

3.2.3 Bahan

Bahan yang digunakan penelitian adalah semen babi duroc, aquades, kertas pH,

kertas saring, vitamin E, eosin 2 %, dan spiritus.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode

Eksprimen Laboratorium dengan menggunakan rancangan acak lengkap

(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan sehingga terdapat

16unit percobaan.

Perlakuan yang dilakukan adalah:

P0: Penyimpanan semen cair + vitamin E 5%selama 0 jam

P1: Penyimpanan semen cair+ vitamin E 5 % selama 4 jam

P2: Penyimpanan semen cair+ vitamin E 5 % selama 8 jam

P3: Penyimpanan semen cair + vitamin E 5 % selama 12 jam

3.4 Variabel Penelitian


22

Variabel akan di amati dalam penelitian adalah:

1. Viabilitas spermatozoa %

Viabilitas adalah daya hidup spermatozoa sebagai indikator kualitas

spermatozoa.

Rumus viabilitas spermatozoa.

Jumlah spermatozoahidup
Persentase spermatosoa = x 100 %
Total jumlah spermatozoa yang dihitung

Abnormalitas spermatozoa %

Kelainan-kelainan yang terjadi pada spermatozoa. Abnormalitas

dibagi menjadi dua yaitu abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder.

Abnormalitas primer terjadi pada proses spermatogenesis yang meliputi

kepala besar (macrocephalic), kepala kecil (mikrocephalic), kepala dua

(double cephalia), kepala tidak berkembang (developed cephalic), kepala

pendek melebar, kepala pipi memanjang, kepala rangkap, ekor ganda,

bagian tengah melipat, membengkok, membesar, ekor melingkar, putus

atau terbelah. Sedangkan abnormalitas sekunder akibat terjadi kesalahan

penanganan semen setelah meninggalkan testis seperti ekor terputus,

kepala tanpa ekor dan bagian tengah melipat. Rumus abnormalitas

spermatozoa

Abnormalitas spermatozoa =

Jumlah spermatozoa abnomal


x 100 %
Jumlah sel spermatozoa yang keseluruhan

(Salmah, 2014).
23

2. pH (Derajat keasaman)

pH semen mencerminkan aktifitas sperma, yang mana pH semen

normal pada babi duroc adalah 7,4-7,8. Lingkungan semen perlu

dipertahankan untuk kehidupan spermatozoa.

3.5 Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan

- Persiapan ternak sebelum penampungan semen, ternak diperiksa dan

dinyatakan bebas dari penyakit serta ternak dibersihkan dari kotoran yang

menempel pada tubuh ternak pejantan tersebut.

- Persiapan alat dan bahan

- Alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dicuci

atau dibersihkan serta disterilkan sebelum digunakan dalam penelitian.

- Vitamin E

- Vitamin E yang digunakan merupakan bahan pengencer komersial dengan

proses diencerkan dengan aquades secara perlahan hingga mencapai target

yang dibutuhkan.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Penampungan semen

b. Penampungan semen dengan metode mesase (pemijitan) menggunakan

dummy.Pengambilan sampel dilakukan pada pagi hari dengan satu kali

pengambilan semen babi duroc.


24

b. Evaluasi semen

b.1 Evaluasi secara makroskopik:

- Volume semen diamati melalui skala yang tertera pada dinding tabung

penampung

- Warna semen diamati langsung karena tabung penampung semen terbuat dari

gelas atau plastik tembus pandang.

- Bau semen langsung dicium pada tabung penampung dengan cara

melewatkan tabung penampung semen dibawah lubang hidung.

- Konsistensi dari semen diperiksa dengan cara memiringkan tabung yang

berisi sperma secara perlahan-lahan. Semen yang baik derajat kekentalanya

akan bergerak sangat lambat mengikuti kemiringan tabung penampung

dimana hampir semua atau sedikit lebih kental dari susu.

- Keasaman atau pH semen diketahui dengan cara mencelupkan kertas lakmus

kedalam semen yang sudah ditampung hingga menunjukan angka keasaman.

b.2 Evaluasi secara mikroskopik:

- Gerakan massa

Gerakan massa digolongkan sangat baik (+++) jika terlihat daya gelombang

besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif seperti gumpalan awan hitam yang

bergerak secara cepat berpindah-pindah tempat, baik (++) bila terdapat

gelombang kecil tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lambat, kurang baik

(+) jika tidak terlihat gelombang melainkan gerakan-geraakan individual aktif


25

progresif dan buruk (0) bila hanya ada sedikit gerakan individual (Arifiantini,

2012).

- Konsentrasi sperma

Konsentrasi spermatozoa adalah jumlah sel spermatozoa yang terdapat dalam

satu milliliter semen (Rizal dan Heldis, 2008) penilaian konsentrasi

spermatozoa tiap milliliter semen sangat penting, karena faktor ini dipakai

sebagai kriteria penentu kualitas semen dan menentukan tingkat

pengenceranya.

- Motilitas

Gerakan individu adalah penilaian gerakan spermatozoa secara individual,

baik kecepatan atau perbandingan antara yang bergerak.

- Aktif progresif dengan gerakan spermatozoa yang lainya (Arifiantini 2012).

Jika kualitas semen memenuhi syarat maka digunakan sebagai bahan

penelitian. Semen yang telah dievaluasi dan dinyatakan layak digunakan

tersebut dicampur dengan bahan pengencer yang telah disiapkan dengan skala

perbandingan (1:4). Setelah semen dan pengencer dicampurkan maka akan

ditambahkan vitamin E sesuai perlakuan yang diberikan.

- Viabilitas spermatozoa

Persentase hidup, persentase hidup ditandai oleh kepala berwarna putih (tidak

menyerap zat warna) sedangkan yang mati kepalanya berwarna merah atau

merah muda karena menyerap zat pewarna (Rizal dan Herdis, 2008).

- Abnormalitas Spermatozoa
26

Abnormalitas, kelainan morfologi spermatozoa digolongkan sebagai

abnormalitas primer dan abnormalitas sekunder. Abnormalitas primer

disebabkan oleh ketidak sempurna proses produksi spermatozoa didalam

tubuli seminiferi dan proses pematangan didalam epididimis sedangkan

Abnormalitas sekunder disebabkan oleh kerusakan pada saat penampungan

dan evaluasi semen (Rizal dan Herdis, 2008). Abnormalitas spermatozoa

dipengaruhi oleh stress, panas, kelembaban dan temperatur (Susilawati,

2011).

- pH semen

pH babi duroc dengan kondisi encer rata-rata memiliki nilai 6,8 (Yusuf et. al.,

2017).

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh ditabulasi Kemudian dianalisis dengan

menggunakan analisis of variance (ANOVA), apabila pengaruh perlakuan

berbeda nyata (p<0,05) maka akan dilanjutkan menggunakan uji jarak

berganda Duncan menggunakan aplikasi SPSS versi 22.

Model matematis (RAL)

Yij = µ + τi + εij

Keterangan:

Yij = pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ = Nilai tengah umum

τi = pengaruh perlakuan ke-i

εij = galat percobaan pada perlakuan ke-i ulangan ke-j


27

i = 1, 2, 3,4 dan j= 1, 2, 3,
28

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Fakultas Pertanian

Uninversitas Timor. Semen babi yang digunakan berasal dari ternak babi jantan

duroc yang berumur 2 tahun. Penampungan semen dilakukan pada pagi hari.

Setelah ditampung semen langsung dibawah ke laboratorium untuk dievaluasi

kualitasnya. Evaluasi semen secara makroskopis dan mikroskopis tujuan agar

mengetahui kualitas semen. Hasil evaluasi menunjukkan kualitas kualitas semen

baik dan layak untuk digunakan. Selama penelitian ini proses berlangsung sesuai

dengan yang direncanakan. Hasil evaluasi semen segar setelah penampugan dapat

dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Evaluasi Semen Secara Makroskopik dan Mikroskopik

No Kualitas Semen Penilaian


.
1 Volume 200 cc
2 Warna Putih keabuan
3 Bau Khas semen Babi
4 Kekentalan/ konsistensi Encer
5 pH 9
6 Motilitas massa (++)
7 Gerakan individu 75 %
8 Spermatozoa hidup 94,7 %
9 Abnormalitas Spermatozoa 5,4 %
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa evaluasivolume semen

segar yang diperoleh 200 cc/ ml. volume semen babi segar yang diperoleh sesuai

standar yang berkisar 200- 250 ml (Robert, 2006; dan Alex et al., 2000). Warna

semen adalah putih susu keabuan. Bau semen dalam penelitian adalah bau Khas
29

semen ternak babi. Derajat keasaman (pH) semen yang dihasilkan sebesar 9.

Sedangkan motilitas Massa dalam penelitian ini dalah (++) baik, Gerakan

Individu yaitu 75%. Hal ini di dukung oleh Jhonson et al., (2000) bahwa motilitas

spermatozoa 80% dan masih memenuhi standar motilitas yaitu ≥60 ( Johnson et

al., 2000; Gadea 2003; Robert 2006). Spermatozoa hidup dalam has8il penelitian

sebesar 94,7%, sedangkan Abnormalitas spermatozoa pada penelitian yaitu 5,4%.

4.2 Pengaruh PerlakuanTerhadap Persentase Viabilitas Spermatozoa

Viabilitas spermatozoa adalah kemampuan spermatozoa untuk bertahan

hidup sebagai ukuran untuk mengetahui kemampuan spermatozoa dalam

membuahi sel telur maupun sebagai indikator untuk menentukan keberhasilan

dalam inseminasi. Viabilitas adalah faktor penentu kualitas semen (Isnaini, 2011).

Rata- rata viabilitas spermatozoa dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.

Tabel 2. Rataan Viabilitas Spermatozoa (%)


Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 Jumlah Rataan Standar deviasi
86. 1,04
P0 (0 Jam) 5 85 87.5 86 345 86.25a
P1 (4 Jam) 74 82.5 79.5 78 314 78.5b 1,53
70. 0,64
P2 (8 Jam) 5 71 70 71.5 283 70.75c
64. 0,85
d
P3 (12 Jam) 5 63.5 64 62.5 254.5 63.63
TOTAL 1196.5 74.78
Keterangan. Supercrip (a,b,c,d) yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda sangat nyata (P<0.01)

Berdasarkan hasil penelitianrata-rata viabilitas spermatozoa pada

perlakuan P0 (lama simpan 0 jam) viabilitas sebesar 86.25%, perlakuan P1 (lama

simpan 4 jam) viabilitas sebesar 78.5%, perlakuan P2 (lama simpan 8 jam)

viabilitas sebesar 70.75%, dan perlakuan P3 (lama simpan 12 jam) viabilitas

sebesar 63.63%.
30

Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat

nyata (P<0,01) terhadap nilai viabilitas spermatozoa. Hasil uji lanjut Duncan

memperlihatkan bahwa perlakuan P0 (lama simpan 0 jam) 86.25% berbeda sangat

nyata dengan perlakuan P1 (lama simpan 4 jam) 78.5%, diikuti viabilitas

spermatozoa P2 (lama simpan 8 jam) sebesar 70.75% dan P3 (lama simpan 12

jam) yang memiliki viabilitas spermatozoa 63.63%. Dengan demikian perlakuan

P1, P2, dan P3 masih dapat mempertahankan viabilitas hal ini diduga karena

sumber nutrizi dan protein. Dilihat perlakuan ini pola penurunan nilai viabilitas

terjadirelatif sama pada P1(lama simpan 4 jam) dan P2 (lama simpan 8) sebesar

7,75% dan penurunan viabilitas P3 sebesar 7,12%.Dari hasil peneliti menemukan

bahwa keadaan ini terjadi karena didalam vitamin E terdapat zat antioksidan, yang

mempunyai kemampuan memutus rantai reaksi peroksidasi sehingga mencegah

terjadinya kerusakan peroksidatif yang berpengaruh pada kualitas semen babi. Hal

ini didukung Vitamin E mempunyai kemampuan memutuskan berbagai rantai

reaksi radikal bebas sebagai akibat kemampuannya memindahkan hydrogen

fenolat pada radikal bebas dari asam lemak tidak jenuh ganda yang telah

mengalami peroksidasi. (Hariyatmi 2006). Penurunan viabilitas spermatozoa

disebabkan stress oksidatif selama waktu penyimpanan pada suhu dingin.

Walaupun demikian, lama simpan 12 jam persentase spermatozoa hidup

63.63% itu masih dikatakan layak digunakan untuk proses inseminasi

buatan.Peneliti menduga karena dipengaruhi sumber nutrizi dari kuning telur dan

vitamin berfungsi sebagai sumber bahan makanan bagi spermatozoa sehingga

spermatozoa dapat bertahan hidup selama penyimpan 0 jam sampai dengan 12


31

jam. Selama proses pengenceran dan penyimpanan, masalah yang paling sering

timbul adalah rusaknya membran plasma semen akibat terbentuknya peroksida

lipid. Keadaan ini terjadi karena membran semen banyak mengandung asam

lemak tak jenuh yang sangat rentan terhadap kerusakan peroksidasi (Maxwell dan

Watson, 1996). Menurut (Alvarez dan Storey 1982), peroksida lipid terjadi pada

semen yang disimpan lama dan dapat menurunkan daya hidup spermatozoa yang

berpengaruh dalam pengawetan semen. Untuk menghambat reaksi peroksida lipid

maka dapat dilakukan penambahanan antioksidan seperti vitamin E. Menurut

(Beconi et al. 1993) vitamin E terbukti dapat melindungi membran plasma semen.

4.3 Pengaruh Perlakuan Terhadap Persentase Abnormalitas Spermatozoa

Abnormalitas spermatozoa merupakan salah satu faktor penting dalam

menentukan kualitas spermatozoa karena apabila persentase abnormalitasnya di

atas 20% maka tingkat fertilitasnya rendah sehingga berpengaruh pada tidak

terjadinya fertilisasi pada saat kopulasi (Bretzlaff, 1995). Abnormalitas

spermatozoa adalah tingkat kelainan atau kerusakan fisik spermatozoa yang

terjadi pada saat pembentukkan spermatozoa di dalam tubuli simeniferi maupun

karena proses transportasi spermatozoa melalui saluran-saluran organ kelamin

ternak jantan.Abnormalitas primer ditandai dengan adanya beberapa kelainan,

seperti kepala kecil, kepala besar, bentuk kepala kerucut, kepala miring, kepala

dua, kepala bulat, ekor dua, akrosoma salah bentuk, dan leher besar. Abnormalitas

sekunder ditandai dengan adanya kelainan seperti kepala terlepas, leher patah,

ekor patah dan ekor bergelung (Herdis dan Rizal, 2008). Rataan abnormalitas

spermatozoa dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 3.


32

Tabel 3. Rataan Abnormalitas Spermatozoa (%)


Rataa Standar deviasi
Ulangan Jumlah n
Perlakuan 1 2 3 4
P0 ( 0 Jam) 5 4 4.5 4.5 18 4.50c 0,40
P1 (4 Jam) 8 8.5 9 5.5 31 7.75b 1,55
P2 (8 Jam) 8.5 10.5 12 8 39 9.75b 1,84
P3 (12 Jam) 12 10 11 13 46 11.5a 1,29
Total 134 8.38
Keterangan.Supercrip (a,b,c) pada kolom yang sama perlakuan berbedanyata (P<0.05)

Hasil penelitian pada (tabel 3) menunjukkan bahwa rata-rata abnormalitas

pada perlakuan pada P0 (lama simpan 0 jam) abnormalitas sebesar 4.50%,

perlakuan P1 (lama simpan 4 jam) abnormalitas sebesar 7.75%, perlakuan P2

(lama simpan 8 jam) abnormalitas sebesar 9.75% dan perlakuan P3 (lama simpan

12 jam) abnormalitas sebesar 11.5%. Hasil analisis varians memperlihatkan

bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata P<0,01) terhadap abnormalitas

spermatozoa. Uji lanjut berganda Duncan menunjukkan bahwa abnormalitas

perlakuan P0 (lama simpan 0 jam) berbeda sangat nyatadengan P1 dan P2 (lama

simpan 4 jam dan lama simpan 8 jam) dengan tingkat abnormalitas spermatozoa

lebih rendah dari perlakuan P3 (lama simpan 12 jam) lebih rendah (P<0,05).

Perlakuan P1 (lama simpan 4 jam) abnormalitas spaermatozoa sebesar

7.75 % karena nutrient yang ada didalam pengencer berkurang dan faktor suhu

dingin pada saat penyimpan menyebabkan spermatozoa mati. Abnormalitas

perlakuan P2 (lama simpan 8 jam) mengalami peningkatan abnormalitas sebesar

9.75% karena makin lama penyimpanan dan kejutaan dingin terjadinya

peningkatan abnormalitas spermatozoa.Perlakuan P3 (lama simpan12 jam)


33

abnormalitas spermatozoa meningkat menjadi mencapai 11.5%karenadipengaruhi

dari faktor lama penyimpanandan suhu cool box sehingga peningkatan

abnormalitas. Akan tetapi perlakuan P3 (lama simpan 12 jam) masih

dikategorikan layak digunakan karena masih dibawah 20%. Hal ini didukung oleh

Dethan et al., (2010) bahwa kelainan morfologis biasanya tidak dihubungkan

dengan penurunan fertilitas jika proporsi abnormalitas spermatozoa tidak

melampaui 20%.

4.4 Pengaruh Perlakuan Terhadap pH Semen


Derajat keasaman (pH) semen adalah tingkat keasam-basahan pada semen

dan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan

persentase motilitas, viabilitas dan konsentrasi spermatozoa.Menurut Toelihere

(1993) pH semen babi berkisar antara 7-8. Derajat keasaaman dipengaruhi oleh

konsentrasi spermatozoa dimana konsentrasi semakin tinggi maka pH semakin

rendah. Rata- rata pH semen babi duroc yang diencerkan dengan kuning telur dan

diberikan Vitamin E dapat dilihatpada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan pH Semen


Ulangan
Perlakuan 1 2 3 4 Jumlah Rataan Standar deviasi
P0 (0 Jam) 7 7 7 8 29 7.25a 0,50
P1 (4 Jam) 7 7 6 7 27 6.75a 0,50
P2 (8Jam) 6 7 7 6 26 6.50a 0,58
P3 (12 Jam) 6 6 6 7 25 6.25a 0,50
TOTAL 107 6.69
Keterangan.Supercrip (a) pada kolom yang sama menunjukkan pengaruh perlakuan tidak berbeda nyata(P<0.05)

Berdasarkan hasil penelitian (tabel 4) rata-rata pH semen pada perlakuan

P0 (lama simpan 0 jam) sebesar 7.25, perlakuan P1 (lama simpan 4 jam) sebesar

6.75, perlakuan P2 (lama simpan 8 jam) sebesar 6.50, dan perlakuan P3 (lama

simpan 12 jam) sebesar 6.25. Analisis sidik ragam memperlihatkan bahwa tidak
34

terdapat perbedaanyang nyata (P> 0,05) terhadap pH semen babi duroc. Uji lanjut

analisis berganda Duncan menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan berbeda tidak

nyata (P>0,05) terhadap pH semen pejantan babi duroc. Dimana perlakuan P0

(lama simpan 0 jam) sebesar 7.25 berbeda nyata dengan perlakuan P1(lama

simpan 4 jam) sebesar 6.75 dan Pelakuan P1(lama simpan 4 jam) berbeda nyata

dengan perlakuan P2 dan P3 (lama simpan 4 jam dan lama simpan 8 jam) sebesar

6.50 dan 6.25 (tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa vitamin E yang ditambah

dalam pengencer masih dapat menyediakan nutrisi dan protein yang cukup,

menyediakan larutan penyangga (Buffer) yang dapat mempertahanakan pH semen.

Hal ini didukung oleh partodihardjo (1992) menyatakan bahwa buffer yang

terdapat dalam bahan pengencer dapat mempertahankan pH semen itu sendiri.

Pengaruh antara perlakuan non signinifikan, kemungkinan penyebabnya adalah

vitamin E 5% yang digunakan mampu mempertahankan lingkungan asam-basa

semen. Hasil penelitian ini menunjukkan semen cair yang disimpan sampai 12

jam (P3) pH semen masih dapat dipertahankan dalam batasan kisaran pH normal

semen babi Duroc sebesar 6.25. Hal ini didukung oleh Solihati et al. (2005)

bahwa derajat keasaman (pH) yang terlalu tinggi ataupun rendah menyebabkan

proses metabolism akanterhambat dan akan menurunkan daya tahan hidup

spermatozoa.
35

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa semen cair

dengan penambahan vitamin E 5% dapat mempertahankan viabilitas spermatozoa,

normalitas spermatozoa dan pH semen BabiDuroc dalam masa simpan 12 jam.

5.2 Saran

Sesuai kesimpulan hasil penelitian disarankan perlu ada penelitian lanjutan

mengenai waktu penyimpanan semen cair babi Duroc dengan penambahan

vitamin E 5% diatas 12 jam.


36

DAFTAR PUSTAKA

Aggarwal A, Prabakaran S, & Said TM. 2005. Oxidative stress and antioxidants
in male infertility: a difficult balance. Iranian J. Rep. Med (3):1-8
Alvarez, J. G. and B. T. Storey. 1984. Lipid Peroxidation and the Reactions of
Superoxide and Hydrogen Peroxide in Mouse Sperm. Biology of
Reproduction.
Ardhani, A. N. (2018). Efektivitas Acceptance and Commitment Therapy Untuk
Meningkatkan Kebahagiaan pada Dewasa Awal Fatherless. Tesis.Unika
Soegijapranta.
Arifiantini, I., T. L. Yusuf, dan Yanti D. 2005. Kaji Banding Kualitas Semen
Beku sapi Friesian Holstein menggunakan pengencer dari berbagai Balai
Inseminasi Buatan Indonesia. Journal Animal production, 7(3):168-176.
Arifiantini, R. I. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada Hewan. Bogor
(ID):IPB Pr.
Arifiantini, R.I dan Tuty L.Y. 2012. Teknik Koleksi dan Evaluasi Semen pada
Hewan. Bogor: IPB Press.
Beconi, M. T., C. R. Francia, N. G. Mora and M. A. Afftanchino. 1993. Effect of
natural antioxidants on frozen bovine semen preservation. Theriogenology,
40:841-851.
Breininger, D. K., dan Bittick, D. S. 2005. Time Efficiency Makeover:Own Your
Time and Young Life by Conquering Procrastination. United States of
America: Pearson Education, Inc.
Breininger, E., Beorlegui, N.B., O'Flaherty, C.M. and Beconi, M.T. 2005. Alpha-
Tocopherol Improves Biochemical and Dynamic Parameters in
Cryopreserved Boar Semen. Theriogenology. 63:2126-2135.
Bretzlaff, K. 1995. Goad Breeding and infertiliti. .p.169-208. In Meredith, J.M
Animali breeading and infertiliti. Blackwell Science, USA.
Dethan, A. A., Kustono., dan Hari Hartadi. 2010. Kualitas dan kuantitas sperma
kambing Bligon Jantan Yang diberi pakan Rumput Gajah dengan
Suplementasi Tepung darah. Buletin peternakan, 34(3) :145-153.
ENSER, M. 1999. Nutritional effects on meat flavor and stability. Poult. Meat sci.
25: 197-215.
Eriksson B. 2000. Cryopresevation of Boar Semen. Studies on Sperm Viability in
Vitro and Fertility. Doctoral Thesis. Swedish University of Agricultural
Sciences. Uppsala.
Feradis. 2010. Bioteknologi Reproduksi pada ternak. Alfabeta: Bandung.
Guzman MJ, Mahan DC & Pate JL. 2000. Effect of dietary selenium and vitamin
E on spematogenic development in boars. Jounal of animal science 78:1537-
1543.
Hafez, E.S.E. (Ed).1993. Reproduction In Farm Animals. 6 Ed. Lea and Febiger,
Philadelpia. Pp.405-423.
Hafez, E.S.E and Garner, D.L. (2000) Spermatozoa and Seminal Plasma. In
Reproduction in Farm Animals. 7th Ed. Lea dan Febiger. Philadelphia.
Hariayatmi. 2004. Kemampuan vitamin E sebagai antioksidan terhadap radikal
bebas pada usia lanjut. Jurnal MIPA UMS. 14 : 52-60
37

Herdis, dan M. Rizal. 2008. Inseminasi Buatan Pada Domba. Rineka Cipta.
Jakarta. 33-34, 39.
Isnaini, N. 2011. Viabilitas Spermatozoa Kambing Beor Pasca Pendinginan dan
Pembekuan Menggunakan Pengencer Dasar Tris dengan Level Trehalosa
yang Berbeda. Jurnal Ternak Tropika, 12 (1): 27-37.
Junqueira, L.C., dan Robert O.K. (2003) Histologi Dasar. Penerbit Ilmu
Kedokteran. Jakarta.
Kamal, A. Gubartallah, A. Ahmed, Amel, Bakhiet, dan A. Babiker. 2005.
Comparative Studies on Reproductive Performance of Nubian and Saanen
Bucks under the Climatic Conditions of Khaortum. Journal of Animal and
veterinary advances, 4 (11):942-944.
Lestari S., D. M. Saleh, dan Maidaswar. 2013. Profil kualitas semen segar sapi
pejantan Limousin dengan umur yang berbeda. Di Balai Inseminasi Buatan
Lembang Jawa Barat. Jurnal ILMU Peternakan. 1(3): 1116-1172.
Maxwell WMC, Watson PF. 1996. Recent progressn the preservation of ram
semen. Anim Repro Sci, 42: 55-56.
Partodiharjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya, Jakarta.
Paulenz H, Kommisrud E, and Hofmo PO. 2000. Effect of long-term storage at
different temperatures on the quality of liquid boar semen. Reprod. Dom.
Anim. 35: 58 – 85.
Kvist, U., Bjo¨rndahl, L. (2002). Editorial. In: Kvist U, Bjo¨rndahl L, eds.
Manualon Basic Semen Analysis. ESHRE Monographs. Oxford, United
Kingdom. Oxford University Press.
Quratul’ainy S. 2006. Pengaruh pemberian vitamin E terhadap jumlah
spermatozoa mencit jantan strain balb/c yang diberi paparan asap rokok
(skripsi) Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Rienprayoon C, Klangnak C, Onton S, Tretipskul C, and Tummaruk P, 2012. A
comparitive study on the efficacy of four commercial semen extenders used
during the holding time on the qualities of frozen-thawed boar semen. Thai J.
Vet. Med. 42, 195-200.
Salmah, N. Hafez. 2014. Motilitas, Presentase Hidup dan Abnormalitas
Spermatozoa Semen Beku Sapi Bali pada Pengenceran Andromed dan Tris
Kuning Telur [Skripsi]. Fakultas Peternakan Unversitas Hasanuddin.
Makassar. Hal 37-38.
Senger, P. L. 1997. Pathways to Pregnancy and Parturition, Ist Ed. Pulman, W.A:
Current Conceptions.
Sihombing, D.T.H. 1997. Ilmu Ternak Babi. Fakultas Peternakan IPB, Bogor.
Susilawati, T. 2002. Sexing spermatozoa kambing Peranakan Etawah
menggunakan gradien putih telur. Jurnal Widya Agrika. 10 (2): 97-105.
Susilawati, Sarastina, T. dan G. Ciptadi. 2012. Analisi Beberapa Parameter
Motilitas Spermatozoa pada Berbagai Ternak Menggunakan Computer
Assisted Semen Analysis (CASA). Jurnal Ternak Troika, 6(2):1-12.
Susilawati, T. 2011. Tingkat keberhasilan Inseminasi Buatan dengan Kualitas dan
Deposisi Semen yang berbeda pada sapi peranakan ongole. Jurnal Ternak
Tropika Vol. 12, No. 2 Hal: 15-24.
38

Stell, R. G., D. dan J. H. Torrie., 1993. Prinsip dan Produser Statistik


(Pendekatan Biometrik). Penerjemah B. Sumantri. Gramedia Pustaka. Utama,
Jakarta
Sukmawati, E., R.I. Arifiantini dan B. Purwantara. 2014. Daya Tahan
Spermatozoa Terhadap Proses Pembekuan pada Berbagai Jenis Sapi Pejantan
Unggul. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. JITV,
19(3):168- 175.
Tamoes JA, Nalley WM, Hine TM. 2014 Fertilitasspermatozoa Babi Landrace
Dalam pengencer modifikasi zorlesco dengan susu kacang kedelai. J Sains
Peternakan 12(1): 20-30.
Weinbauer GF, Luetjens CM, Simoni M, Nieschlag E, 2010. Physiology of
Testicular function. Di dalam: Nieschlag E, Behre HM, Nieschlag M, editor.
Andrology male reproductive health and dysfuntion. 3 ed. Berlin springer-
Verlag.
Yendraliza. 2008. Inseminasi buatan pada ternak. Pekanbaru. SUSKA Press.
Yusuf TL, Arifiantini RI, Dapawole RR, Nalley WMM. 2017. Kualitas semen
Beku Babi Dalam Pengencer Komersial yang Disuplementasi Dengan
Trehalosa. Jurnal veteriner. Udayana. Vol. 18 No. 1: 69-75.
39

Lampiran I

Descriptives
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std. Lower Upper
N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum Maximum
Viabilitas P0 4 86.2500 1.04083 .52042 84.5938 87.9062 85.00 87.50
P1 4 78.5000 3.53553 1.76777 72.8742 84.1258 74.00 82.50
P2 4 70.7500 .64550 .32275 69.7229 71.7771 70.00 71.50
P3 4 63.6250 .85391 .42696 62.2662 64.9838 62.50 64.50
Total 16 74.7813 8.90125 2.22531 70.0381 79.5244 62.50 87.50
Abnormalitas P0 4 4.5000 .40825 .20412 3.8504 5.1496 4.00 5.00
P1 4 7.7500 1.55456 .77728 5.2763 10.2237 5.50 9.00
P2 4 9.7500 1.84842 .92421 6.8087 12.6913 8.00 12.00
P3 4 11.5000 1.29099 .64550 9.4457 13.5543 10.00 13.00
Total 16 8.3750 2.95804 .73951 6.7988 9.9512 4.00 13.00
pH P0 4 7.2500 .50000 .25000 6.4544 8.0456 7.00 8.00
P1 4 6.7500 .50000 .28868 5.5813 7.4187 6.00 7.00
P2 4 6.5000 .58000 .25000 4.9544 6.5456 5.00 6.00
P3 4 6.2500 .50000 .28868 4.5813 6.4187 5.00 6.00
Total 16 6.6900 .85635 .21409 5.7937 6.7063 5.00 8.00
40

Test of Homogeneity of Variances


Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Viabilitas Based on Mean 2.970 3 12 .075
Based on Median 2.906 3 12 .078
Based on Median and with 2.906 3 3.944 .166
adjusted df
Based on trimmed mean 2.969 3 12 .075
Abnormalitas Based on Mean 2.813 3 12 .084
Based on Median 1.821 3 12 .197
Based on Median and with 1.821 3 6.877 .232
adjusted df
Based on trimmed mean 2.638 3 12 .097
pH Based on Mean .667 3 12 .588
Based on Median .667 3 12 .588
Based on Median and with .667 3 6.000 .603
adjusted df
Based on trimmed mean .667 3 12 .588

ANOVA
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Viabilitas Between Groups 1144.297 3 381.432 103.586 .000
Within Groups 44.188 12 3.682
Total 1188.484 15
Abnormalitas Between Groups 108.250 3 36.083 18.826 .000
Within Groups 23.000 12 1.917
Total 131.250 15
pH Between Groups 7.500 3 2.500 8.571 .003
Within Groups 3.500 12 .292
Total 11.000 15

40
41

Viabilitas
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
LamaPenyimpanan N 1 2 3 4
P3 4 63.6250
P2 4 70.7500
P1 4 78.5000
P0 4 86.2500
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

Abnormalitas
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
LamaPenyimpanan N 1 2 3
P0 4 4.5000
P1 4 7.7500
P2 4 9.7500
P3 4 11.5000
Sig. 1.000 .064 .099
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

pH
a
Duncan
Subset for alpha = 0.05
LamaPenyimpanan N 1 2 3
P3 4 6.2500
P2 4 6.5000
P1 4 6.7500
P0 4 7.2500
Sig. .535
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.

41
42

Lampiran II

Dokumentasi Penelitian

Steril Alat Penelitian Oven

Pembuatan Pengencer Gelas Ukur Volume

Pipet Tetes Rak Tabung Reaksi

42
43

Kertas Lakmus Spermatozoa

Penelitian Mikroskop

43
44

Daftar Riwayat Hidup

Penulis dilahirkan di Desa Biloe Kecamatan Bibiki Utara Kabupaten


Timor Tengah Utara Propinsi Nusa Tenggara Timur pada 26Desember 1995,
sebagai anak empat dari enam bersaudara dari pasangan Bapak Martinus Tili dan
Ibunda Theresia Funan. Pada tahun 2003 penulis mengikuti pendidikan pada SDK
Biloe, tamat dan berijazah tahun 2010, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP
Negeri 1 Biboki Utara dan berijazah tahun 2013 penulis melanjutkan pendidikan
pada SMA Negeri Lurasik dan tamat berijazah tahun 2016. Pada tahun 2016
mendaftarkan diri pada Fakultas Pertanian Sains dan Kesehatan Program Studi
Peternakan Universitas Timor – TTU lewat jalur MANDIRI hingga selesainya
penyusunan skripsi ini, dengan motto “ selangkah demi selangkah. Jangan
menyerah untuk melangkahkan kaki. Meskipun tidak seperti berlari, asalkan
jangan pernah berhenti’’.

Kefamenanu, 2023

Stefanus Manek

44

You might also like