You are on page 1of 7

ISSN 2685-0605

DAYA DUKUNG PONDASI TIANG PANCANG MENGGUNAKAN DATA


KALENDERING DAN DATA SPT
Cut Lutfia Khalisa1 Halida Yunita2 Munira Sungkar3
1
Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia
2,3
Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia
Email: cut_lutfia@unsyiah.ac.id

Abstract
Foundation is an element of a bridge construction that serves to distribute the load from the building above it to the
subgrade layer under the foundation. This study aims to analyze the calculation of the foundation bearing capacity
and observe whether the bearing capacity design carried out is safe or not. The object focus in this study is the Bintah
Bridge. The analysis of the bearing capacity of the pile foundation is calculated using 5 dynamic methods, which
includes the Janbu, AASHTO, ENR-Modified, Navy-Mckay and Eytelwein methods based on calendaring data and
the Meyerhof method based on Standard Penetration Test (SPT) data. The results acquired from this study shows that
the highest value of the dynamic method bearing capacity was obtained from the AASHTO method at point P-34 with
7500 ton and a final set value of 0,5mm. Furthermore, the smallest bearing capacity value obtained was from the
Janbu method at pillar 1, which is 133.517 tons with a final set value of 6 mm. From the calculation using SPT data,
the bearing capacity value of the BOR-01 data is 154,069 tons and the SPT BOR-02 data is 153,232 tons. Most of the
static calculations smaller than dynamic calculations which means that the design calculated is safe.

Keywords: bearing capacity, calendaring data, SPT data, dynamic method, static method

Abstrak
Pondasi merupakan bagian dari konstruksi jembatan yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari bangunan
di atasnya ke lapisan tanah dasar di bawah pondasi. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menganalisis
perhitungan daya dukung izin pondasi dan mengetahui apakah perencanaan daya dukung yang dilakukan aman atau
tidak. Objek yang menjadi tinjauan dalam penelitian ini adalah Jembatan Bintah. Analisis daya dukung pondasi
tiang pancang dihitung menggunakan 5 metode dinamis yaitu metode Janbu, AASHTO, ENR-Modified, Navy-Mckay
dan Eytelwein berdasarkan data kalendering serta metode Meyerhof berdasarkan data SPT.Perhitungan daya dukung
pondasi tiang pancang ini menggunakan metode dinamis berdasarkan data kalendering dan metode Meyerhof
berdasarkan data pengujian SPT berupa nilai N-SPT. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah nilai nilai
daya dukung metode dinamis terbesar didapatkan dari metode AASHTO pada titik P-34 yaitu sebesar 7500 ton
dengan nilai final set 0,5 mm dan nilai daya dukung terendah diperoleh dari metode Janbu pada pilar 1 yaitu sebesar
133,517 ton dengan nilai final set 6 mm. Dari perhitungan dengan menggunakan data SPT, didapat nilai daya dukung
pada data BOR-01 sebesar 154,069 ton dan pada data SPT BOR-02 sebesar 153,232 ton. Hampir semua perhitungan
statis lebih kecil dari perhitungan dinamis sehingga perencanaan dapat dikatakan aman.

Kata kunci: daya dukung, data kalendering, data SPT, metode dinamis, metode statis

1. Pendahuluan Pada penelitian ini, yang menjadi objek


penelitian adalah Jembatan Bintah. Jembatan Bintah
Moeljono [1] mengatakan bahwa jembatan merupakan jembatan yang menghubungkan Desa
merupakan konstruksi yang berfungsi untuk melintasi Bintah dengan Desa Tuwi Priya. Sebelum adanya
lalu lintas dari suatu rintangan. Rintangan tersebut jembatan ini, masyarakat menyeberang menggunakan
berupa danau, saluran air, lembah, sungai, jalan raya jembatan gantung namun pada tahun 2013 jembatan
ataupun jalan kereta api. Jembatan harus tersebut ambruk akibat tidak mampu lagi menahan
direncanakan menggunakan bahan konstruksi yang beratnya beban lalu lintas. Pemerintah lalu
tepat dan jenis struktur yang sesuai sehingga dapat membangun jembatan ini. Berdasarkan hal-hal
tercapai perencanaan sesuai dengan fungsinya. tersebut, maka dibangun jembatan dengan jenis
Menurut Manu [2] konstruksi jembatan terdiri pondasi yang mampu menopang beban yang besar
atas struktur atas (upper structure) dan struktur bawah serta sesuai dengan karakteristik tanah dan
(sub structure). Salah satu jenis pekerjaan pada lingkungan sekitarnya.
konstruksi jembatan adalah pondasi. Pondasi Adapun Jembatan Bintah merupakan jembatan
berfungsi untuk menyalurkan beban dari bangunan di rangka baja dengan jenis pondasi yang digunakan
atasnya ke lapisan tanah dasar (bearing layer) di adalah pondasi dalam tipe tiang pancang komposit.
bawah pondasi yang kedalamannya sesuai dengan Penyelidikan tanah yang digunakan adalah Standard
hasil penyelidikan tanah yang dapat memikul beban Penetration Test (SPT). Penyelidikan SPT bertujuan
konstruksi tersebut. untuk mengetahui karakteristik setiap lapisan tanah.

Journal of The Civil Engineering Student 15


Vol. 4. No. 1, April 2022, Halaman 15 - 21
ISSN 2685-0605

Data SPT dapat digunakan untuk menghitung nilai c. Pemukul diesel (diesel hammer)
daya dukung. d. Pemukul getar (vibratory hammer)
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis daya
dukung pondasi tiang pancang berdasarkan data 2.4 Penyelidikan tanah lapangan
kalendering menggunakan 5 metode dinamis menurut
Bowles yaitu metode Janbu, AASHTO, Engineering Bowles [6] menjelaskan suatu konstruksi yang
News Record (ENR) Modified, Navy-McKay dan akan dibangun membutuhkan penyelidikan tanah
Eytelwein, sedangkan data Standard Penetration Test lapangan untuk memenuhi persyaratan struktur
(SPT) menggunakan metode Meyerhof. Tujuan bangunan pada perancangan pondasi. Penyelidikan
lainnya adalah untuk mengetahui apakah perencanaan tanah lapangan dilakukan agar dapat menentukan
daya dukung yang dilakukan aman atau tidak sesuai stratifikasi (pelapisan) tanah serta mengetahui
dengan literatur Ariyanto [3] mengatakan bahwa studi karakteristik teknis tanah sehingga dapat diketahui
daya dukung pondasi tentang statis dan dinamis masih jenis pondasi yang tepat lalu perancangan dan
dikatakan wajar apabila statis ≤ dinamis. pelaksanaan konstruksi pondasi dapat dilaksanakan
dengan ekonomis. Ada banyak cara untuk melakukan
pengujian di lapangan dan yang terkait dalam
2. Tinjauan Kepustakaan
penelitian ini adalah uji Standard Penetration Test
(SPT). SPT merupakan suatu pengujian yang
Tinjauan kepustakaan merupakan konsep
dilakukan untuk mengetahui daya dukung tanah
dasar dalam menentukan metode untuk
secara langsung di lokasi pekerjaan.
menyelesaikan permasalahan yang diteliti. Teori-teori
yang diuraikan diambil dan dikutip dari macam-
macam literatur yang berkaitan dengan permasalahan 2.5 Kalendering
yang dianalisis pada penelitian ini.
Surendro [7] mengatakan bahwa kalendering
dilakukan pada pekerjaan pemancangan tiang
2.1 Pondasi
pancang (baja ataupun beton) agar dapat mengetahui
nilai daya dukung tanah melalui suatu perhitungan
Menurut Sardjono [4] fungsi pondasi adalah
yang dihasilkan oleh proses pemukulan alat pancang.
untuk mentransferkan beban-beban konstruksi di
Pengambilan data kalendering dilakukan pada saat
atasnya ke lapisan tanah yang lebih dalam. Terdapat
tiang mencapai tanah keras, lalu penurunan tiang atau
beberapa faktor pemilihan tipe pondasi yang akan
penetrasi lebih kecil dari 1 cm/10 pukulan dan
digunakan pada konstruksi bangunan diantaranya
rebound (perlawanan dasar tanah yang membuat
yaitu fungsi bangunan atau konstruksi di atas pondasi,
reaksi tiang pancang memantul saat dipukul).
besarnya beban serta beratnya bangunan atas, kondisi
tanah dimana bangunan tersebut akan dibangun dan
biaya pondasi dibanding dengan bangunan atas. 2.6 Perhitungan daya dukung pondasi
tiang pancang dengan data kalendering
2.2 Tiang pancang
Menurut Bowles [8] terdapat 10 metode
Tiang pancang merupakan suatu bagian dinamis untuk menghitung daya dukung pondasi tiang
konstruksi yang terbuat dari beton, kayu, atau baja pancang, berikut 5 metode yang digunakan untuk
yang berfungsi untuk meneruskan beban dari penelitian dalam analisis perencanaan daya dukung
konstruksi di atasnya ke lapisan tanah dasar yang pondasi tiang pancang dengan metode dinamis.
memiliki daya dukung. Sardjono [4] menyatakan
bahwa pondasi tiang pancang digunakan untuk suatu 2.6.1 Metode Janbu
konstruksi apabila daya dukung (bearing capacity)
tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak cukup Bowles [8] menjelaskan metode ini
untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau menggunakan nilai Safety Factor (SF) sebesar 3.
apabila tanah keras yang mempunyai daya dukung Berikut merupakan persamaan yang digunakan dalam
yang cukup untuk memikul berat bangunan dan menghitung daya dukung menggunakan metode
bebannya terletak sangat dalam. Janbu.

2.3 Alat pancang tiang 𝑒ℎ . 𝐸ℎ


𝑄𝑢 = 1)
𝑘𝑢 . 𝑠
Hardiyatmo [5] mengatakan bahwa dalam
dimana :
proses pemancangan tiang, tiang dapat dipancang
menggunakan berbagai jenis alat pemukul. Alat Qu = daya dukung tiang pancang (ton);
pemukul (hammer) tersebut yaitu : 𝑒ℎ = efisiensi pemukul (hammer effeciency);
a. Pemukul aksi tunggal (single acting hammer) 𝐸ℎ = besaran energi pemukul (𝐸ℎ = 𝑊𝑟 . H);
b. Pemukul aksi ganda (double acting hammer) s = besarnya nilai final set (mm);

Journal of The Civil Engineering Student 16


Vol. 4. No. 1, April 2022, Halaman 15 - 21
ISSN 2685-0605

𝑘𝑢 = kompresi tiang pancang; 𝑒ℎ 𝐸ℎ


𝑄𝑢 = 𝑠(1+0,3𝐶1 )
4)
𝛌 = koefiensi perbandingan pemukul dengan tiang
pancang;
𝑊𝑟 = berat pemukul (ton); dimana :
𝑊𝑝 = berat tiang pancang (ton);
A = luas penampang tiang pancang (𝑚𝑚2 ); Qu = daya dukung tiang pancang (ton);
L = panjang tiang pancang (mm); 𝐸ℎ = besaran energi pemukul (𝐸ℎ = 𝑊𝑟 . H);
𝐶𝑑 = efiensi perbandingan pemukul dengan tiang s = besarnya nilai final set (mm);
pancang; H = tinggi jatuh hammer (mm);
E = modulus elastisitas. 𝐶1 = koefisien perbandingan berat tiang pancang
dengan berat pemukul;
2.6.2 Metode AASHTO 𝑊𝑟 = berat pemukul (ton);
𝑊𝑝 = berat tiang pancang (ton).
Bowles [8] menjelaskan metode ini
menggunakan nilai Safety Factor (SF) sebesar 6. 2.6.5 Metode Eytelwein
Berikut merupakan persamaan yang digunakan dalam
menghitung daya dukung menggunakan metode Bowles [8] menjelaskan metode ini
AASHTO. menggunakan nilai Safety Factor (SF) sebesar 6.
Berikut merupakan persamaan yang digunakan dalam
2𝐻 (𝑊𝑟 + 𝐴𝑟 . 𝑝) menghitung daya dukung menggunakan metode
𝑄𝑢 = 𝑠 + 0,1
2) Eytelwein.
dimana : 𝑒ℎ 𝐸ℎ
𝑄𝑢 = 𝑊𝑝 5)
Qu = daya dukung tiang pancang (ton); 𝑠+𝑐(
𝑊𝑟
)
H = tinggi jatuh hammer (mm);
s = besarnya nilai final set (mm); dimana :
𝑊𝑟 = berat pemukul (ton); Qu = daya dukung tiang pancang (ton);
𝑝 = tekanan uap (udara); 𝑒ℎ = efisiensi pemukul (hammer effeciency);
𝐴𝑟 = luas penampang (mm2). 𝐸ℎ = besaran energi pemukul (𝐸ℎ = 𝑊𝑟 . H);
s = besarnya nilai final set (mm);
2.6.3 Metode ENR-Modified H = tinggi jatuh hammer (mm);
c = konstanta sebesar 0,1 in (2,54 mm);
Bowles [8] menjelaskan metode ini 𝑊𝑟 = berat pemukul (ton);
menggunakan nilai Safety Factor (SF) sebesar 6. 𝑊𝑝 = berat tiang pancang (ton).
Berikut merupakan persamaan yang digunakan dalam
menghitung daya dukung menggunakan metode ENR- 2.7 Perhitungan daya dukung pondasi
Modified. tiang pancang dengan data SPT

1,25 .𝑒ℎ .𝐸ℎ 𝑊𝑟 +𝑛2 .𝑊𝑝 Pada perhitungan daya dukung pondasi tiang
𝑄𝑢 = 𝑠+0,1 𝑊𝑟 +𝑊𝑝
3)
pancang berdasarkan data SPT dapat digunakan
metode Meyerhof. Adapun persamaan kapasitas daya
dukung ultimit menggunakan metode Meyerhof yang
dimana : dikutip dari Craig, R.F. [8] adalah sebagai berikut :
Qu = daya dukung tiang pancang (ton); 𝑄𝑢 = 𝑄𝑏 + 𝑄𝑠 6)
𝑒ℎ = efisiensi pemukul (hammer effeciency);
𝐸ℎ = besaran energi pemukul (𝐸ℎ = 𝑊𝑟 . H);
dimana :
s = besarnya nilai final set (mm); Qu = daya dukung tiang pancang (ton);
n = koefisiensi restitusi; Qp = kapasitas daya dukung ujung tiang (ton);
𝑊𝑟 = berat pemukul (ton); Qs = kapasitas tahanan geser selimut tiang (ton).
𝑊𝑝 = berat tiang pancang (ton).
3. Metodologi Penelitian
2.6.4 Metode Navy-Mckay
Metode penelitian yang dikemukakan sesuai
Bowles [8] menjelaskan metode ini dengan permasalahan dan didukung dengan teori
menggunakan nilai Safety Factor (SF) sebesar 6. kepustakaan. Penelitian ini diawali dengan
Berikut merupakan persamaan yang digunakan dalam pengumpulan data hasil uji lapangan yang kemudian
menghitung daya dukung menggunakan metode diolah dengan menggunakan komputer sesuai dengan
Navy-Mckay. rujukan-rujukan dalam studi kepustakaan.

Journal of The Civil Engineering Student 17


Vol. 4. No. 1, April 2022, Halaman 15 - 21
ISSN 2685-0605

3.1 Objek Penelitian menggunakan persamaan dari metode Meyerhof.


Hasil akhir perhitungan berupa nilai nilai daya
Objek dalam penelitian ini adalah Jembatan dukung izin (𝑄𝑎𝑙𝑙).
Bintah. Jembatan ini berlokasi di Kecamatan Pasie
Raya, Kabupaten Aceh Jaya, Provinsi Aceh. Jembatan 4. Hasil dan Pembahasan
Bintah memiliki panjang 180 m dan lebar 9 m. Berdasarkan hasil analisis data yang
Jembatan Bintah terdiri dari 3 tahap pelaksanaan. didasarkan pada metode penelitian dan teori-teori
Pada penelitian ini, data kalendering dan SPT yang serta rumus-rumus pada tinjauan kepustakaan, maka
digunakan merupakan data pada tahap 3. Adapun didapatkan hasil sebagai berikut.
tahap 3 merupakan pembangunan pilar dan struktur
rangka atas jembatan. 4.1 Perhitungan daya dukung pondasi
tiang pancang dengan data kalendering
3.2 Pengumpulan data sekunder 4.1.1 Daya dukung menggunakan metode Janbu

Pada penelitian ini, data yang digunakan Hasil perhitungan nilai daya dukung
adalah data sekunder. Data tersebut adalah sebagai menggunakan metode Janbu dengan nilai Safety
berikut : Factor (SF) sebesar 3 dapat dilihat pada Tabel 1.
1. Dimensi tiang pancang yaitu panjang 16 m Grafik hubungan nilai daya dukung dan final set dapat
untuk pilar 1 dan 23,5 m untuk pilar 2 serta dilihat pada Gambar 2. Dari Tabel 1 dan Gambar 2
diameter 500 mm; dapat dilihat bahwa nilai daya dukung tertinggi
2. Berat tiang pancang yaitu 5 ton untuk pilar 1 terdapat pada P-34 yaitu sebesar 178,308 ton dengan
dan 9 ton untuk pilar 2; nilai final set sebesar 0,5 mm dan nilai daya dukung
3. Berat alat pancang (hammer) yaitu 4,5 ton; terendah terdapat pada P-19 yaitu sebesar 158,509 ton
4. Tinggi jatuh hammer yaitu 3 m; dengan nilai final set sebesar 2 mm.
5. Nilai final set (s) sebagai berikut:
P-1 = 4mm Tabel 1. Daya dukung menggunakan metode
P-3 = 5 mm Janbu
P-16 = 6 mm No. Tiang s (mm) Qall (ton)
P-18 = 1 mm P-34 0.5 178.308
P-19 = 2 mm
P-21 = 1,5 mm P-36 1 171.248
P-34 = 0,5 mm P-21 1.5 164.663
P-36 = 1 mm P-19 2 158.509
6. Profil tanah berupa data Standard Penetration
Test (SPT) sebanyak 2 titik bor

3.3 Metode perhitungan daya dukung 4


Final Set (mm)

dinamis (data kalendering) 3


2 P-19
Perhitungan daya dukung tiang pancang P-21
metode dinamis menggunakan nilai dari final set (s). 1 P-36
P-34
Tahapan awal dari perhitungan ini adalah 0
memasukkan rumus-rumus setiap metode ke dalam 0 100 200 300 400 500
aplikasi Microsoft Excel dan dilanjutkan dengan Daya Dukung (ton)
memasukkan data yang diperlukan sehingga
didapatkan nilai daya dukung ultimit (𝑄𝑢). Nilai daya Gambar 2 Grafik hubungan antara nilai final set
dukung ultimit (𝑄𝑢) yang didapat lalu dibagi dengan dengan daya dukung menggunakan metode Janbu
nilai Safety Factor (SF) sesuai dengan masing-
masing metode sehingga menghasilkan nilai daya 4.1.2 Daya dukung menggunakan metode
dukung izin (𝑄𝑎𝑙𝑙). AASHTO

3.4 Metode perhitungan daya dukung Hasil perhitungan nilai daya dukung
dengan metode statis (data SPT) menggunakan metode AASHTO dengan nilai Safety
Factor (SF) sebesar 6 dapat dilihat pada Tabel 2.
Perhitungan kapasitas daya dukung Grafik hubungan nilai daya dukung dan final set dapat
menggunakan data SPT dari 2 titik yaitu titik Bor 1 dilihat pada Gambar 3. Dari Tabel 2 dan Gambar 3
dan titik Bor 2. Perhitungan metode statis dapat dilihat bahwa nilai daya dukung tertinggi
terdapat pada P-34 yaitu sebesar 7500 ton dengan nilai
Journal of The Civil Engineering Student 18
Vol. 4. No. 1, April 2022, Halaman 15 - 21
ISSN 2685-0605

final set sebesar 0,5 mm dan nilai daya dukung 4


terendah terdapat pada P-19 yaitu sebesar 2142,857

Final Set (mm)


ton dengan nilai final set sebesar 2 mm. 3
2 P-19
Tabel 2. Daya dukung menggunakan metode P-21
1 P-36
AASHTO P-34
0
No. Tiang s (mm) Qall (ton) 0 500 1000 1500 2000 2500
P-34 0.5 7500.000 Daya Dukung (ton)
P-36 1 4090.909
P-21 1.5 2812.500 Gambar 4 Grafik hubungan antara nilai final set
dengan daya dukung menggunakan metode ENR-
P-19 2 2142.857 Modified
4.1.4 Daya dukung menggunakan metode Navy-
4 Mckay
Final Set (mm)

3 P-19
2 P-21 Hasil perhitungan nilai daya dukung
P-36 menggunakan metode Navy-Mckay dengan nilai
1 P-34
Safety Factor (SF) sebesar 6 dapat dilihat pada Tabel
0 4. Grafik hubungan nilai daya dukung dan final set
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 dapat dilihat pada Gambar 5. Dari Tabel 4 dan
Daya Dukung (ton) Gambar 5 dapat dilihat bahwa nilai daya dukung
tertinggi terdapat pada P-34 yaitu sebesar 2812,5 ton
Gambar 3 Grafik hubungan antara nilai final set dengan nilai final set sebesar 0,5 mm dan nilai daya
dengan daya dukung menggunakan metode AASHTO dukung terendah terdapat pada P-19 yaitu sebesar
703,125 ton dengan nilai final set sebesar 2 mm.
4.1.3 Daya dukung menggunakan metode ENR-
Modified Tabel 4. Daya dukung menggunakan metode
Navy-Mckay
Hasil perhitungan nilai daya dukung No. Tiang s (mm) Qall (ton)
menggunakan metode ENR-Modified dengan nilai
P-34 0.5 2812.5
Safety Factor (SF) sebesar 6 dapat dilihat pada Tabel
3. Grafik hubungan nilai daya dukung dan final set P-36 1 1406.25
dapat dilihat pada Gambar 4. Dari Tabel 3 dan P-21 1.5 937.5
Gambar 4 dapat dilihat bahwa nilai daya dukung P-19 2 703.125
tertinggi terdapat pada P-34 yaitu sebesar 2343,8 ton
dengan nilai final set sebesar 0,5 mm dan nilai daya 4
Final Set (mm)

dukung terendah terdapat pada P-19 yaitu sebesar 3


669,6 ton dengan nilai final set sebesar 2 mm. 2 P-19
P-21
Tabel 3. Daya dukung menggunakan metode 1 P-36
P-34
ENR-Modified 0
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
No. Tiang s (mm) Qall (ton)
Daya Dukung (ton)
P-34 0.5 2343.8
P-36 1 1278.4 Gambar 5 Grafik hubungan antara nilai final set
dengan daya dukung menggunakan metode Navy-
P-21 1.5 878.9 Mckay
P-19 2 669.6
4.1.5 Daya dukung menggunakan metode
Eytelwein

Hasil perhitungan nilai daya dukung


menggunakan metode Eytelwein dengan nilai Safety
Factor (SF) sebesar 6 dapat dilihat pada Tabel 5.
Grafik hubungan nilai daya dukung dan final set dapat
dilihat pada Gambar 6. Dari Tabel 5 dan Gambar 6
dapat dilihat bahwa nilai daya dukung tertinggi
terdapat pada P-34 yaitu sebesar 403,226 ton dengan

Journal of The Civil Engineering Student 19


Vol. 4. No. 1, April 2022, Halaman 15 - 21
ISSN 2685-0605

nilai final set sebesar 0,5 mm dan nilai daya dukung pukulan yang digunakan sebagai acuan dalam
terendah terdapat pada P-19 yaitu sebesar 317,797 ton perhitungan daya dukung menggunakan metode
dengan nilai final set sebesar 2 mm. dinamis. Perbedaan antara nilai final set (s)
menghasilkan suatu grafik yang menunjukkan
Tabel 5. Daya dukung menggunakan metode hubungan antara nilai final set (s) dengan nilai daya
Eytelwein pada pilar 2 dukung izin (𝑄𝑎𝑙𝑙) sehingga dapat dilihat seberapa
Pilar 2 besar pengaruh nilai final set (s) terhadap nilai daya
dukung izin (𝑄𝑎𝑙𝑙) yang dihitung menggunakan
No. Tiang s (mm) Qall (ton) metode dinamis.
P-34 0.5 403.226
P-36 1 370.066 7
Janbu pada pilar 2
P-21 1.5 341.945 6
AASHTO pada pilar 2

Final Set (mm)


5
P-19 2 317.797 ENR-Modified pada pilar 2
4 Navy-Mckay padapilar 2
3 Eytelwein pada pilar 2
4 2
Final Set (mm)

3 1
2 P-19 0
P-21 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000
1 P-36
P-34 Daya Dukung (ton)
0
0 100 200 300 400 500
Gambar 8 Grafik hubungan antara nilai final set
Daya Dukung (ton) dengan daya dukung tiang pancang pada pilar 2

Gambar 6 Grafik hubungan antara nilai final set Pada Gambar 8 dapat diketahui bahwa bahwa
dengan daya dukung menggunakan metode Eytelwein semakin besar nilai final set (s) maka semakin kecil
nilai daya dukung, begitu juga sebaliknya. Hal ini
berlaku untuk semua metode dinamis. Perhitungan
4.2 Perhitungan daya dukung pondasi daya dukung tiang pancang menggunakan metode
tiang pancang dengan data SPT Janbu, AASHTO, ENR-Modified, Navy-Mckay dan
Eytelwein menunjukkan perbedaan nilai dari setiap
Perhitungan daya dukung dengan data SPT metodenya. Hal ini disebabkan karena adanya
menggunakan nilai safety factor (SF) sebesar 3. Dari perbedaan parameter yang digunakan pada setiap
perhitungan daya dukung didapat pada data SPT metode. Dan juga dapat dilihat bahwa perhitungan
BOR-01 nilai daya dukung sebesar 154,069 ton dan daya dukung tiang pancang menggunakan metode
pada data SPT BOR-02 nilai daya dukung sebesar dinamis dengan metode Janbu, ENR-Modified, Navy-
153,232 ton seperti yang dapat dilihat pada Mckay dan Eytelwein memiliki nilai daya dukung
Gambar 7. yang tidak jauh berbeda, sedangkan dengan metode
AASHTO memiliki rentang nilai yang jauh berbeda.
Hal ini disebabkan karena pada metode AASHTO,
200
memiliki rumus daya dukung yang faktor pembaginya
Daya Dukung Izin

154.069 153.232
150 lebih kecil dibandingkan dengan metode lainnya.
Pada metode AASHTO, faktor pembaginya
100
(ton)

merupakan nilai final set ditambah 0,1.


50

0 4.4 Perhitungan daya dukung data


kalendering dan data SPT
SPT BOR-01 SPT BOR-02
Perhitungan daya dukung menggunakan data
Gambar 7 Grafik hubungan antara nilai final set kalendering dengan metode dinamis memiliki nilai
dengan daya dukung menggunakan metode Eytelwein
daya dukung yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan parameter yang digunakan pada setiap
4.3 Hubungan antara nilai daya dukung metode. Dari Gambar 9 dapat diketahui bahwa nilai
dengan nilai final set daya dukung tertinggi untuk metode dinamis adalah
nilai daya dukung dengan metode AASHTO dengan
Final set (s) merupakan suatu nilai yang nilai daya dukung sebesar 7500 ton dan nilai daya
dihasilkan dari uji kalendering yang menunjukkan dukung terendah adalah nilai daya dukung dengan
kedalaman masuknya tiang pancang persepuluh metode Janbu dengan nilai daya dukung sebesar

Journal of The Civil Engineering Student 20


Vol. 4. No. 1, April 2022, Halaman 15 - 21
ISSN 2685-0605

158,509 ton. Sedangkan pada perhitungan daya 5.2 Saran


dukung metode Meyerhof pada titik BOR-01 dan
BOR-02 terlihat bahwa nilai daya dukung hampir Adapun saran yang dapat diberikan adalah
sama yaitu sebesar 154,069 ton dan 153,232 ton. sebelum melakukan perhitungan, diharapkan bisa
mendapatkan data teknis yang lengkap agar
mempermudah dalam melakukan analisa perhitungan
Metode Janbu
8000 7500.000
Metode AASHTO
dan melakukan perhitungan daya dukung pondasi
7000 Metode ENR-Modified menggunakan software seperti Plaxis.
Daya Dukung Izin (ton)

Metode Navy-Mckay
6000 Metode Eytelwein
SPT BOR-01 6. Daftar pustaka
5000 SPT BOR-02
4000 [1] Moeljono, T. 2009, Diktat Struktur Baja
2812.500
3000 2343.750
Jembatan, Bandung, Politeknik Negeri
Bandung.
2000
588.663
[2] Manu, A.I., 1995, Dasar-Dasar Perencanaan
1000 192.988 154.069 153.232 Jembatan Beton Bertulang, Jakarta, Departemen
0 Pekerjaan Umum.
Gambar 9 Grafik gabungan nilai daya dukung tiang
[3] Ariyanto D.D., Untung. 2013, Studi Daya
pancang metode dinamis dan metode meyerhof Dukung Tiang Pancang Tunggal Dengan
Beberapa Metode Analisa, Jurnal Teknik
Pomits, Vol.1 No.1. 1-5.
4.5 Pembahasan [4] Sardjono, H.S. 1988, Pondasi Tiang Pancang
Hasil perhitungan pada Gambar 1 sampai Jilid 1, Surabaya, Sinar Wijaya
Gambar 6 menunjukkan bahwa hampir semua nilai [5] Hardiyatmo, H.C. 2018, Analisis dan
daya dukung dengan metode dinamis yaitu metode Perancangan Fondasi II Edisi Keempat,
Janbu, AASHTO, ENR-Modified, Navy-Mckay dan Yogyakarta, Gajah Mada University Press
Eytelwein memiliki nilai daya dukung yang lebih [6] Bowles, J.E. 1997, Analisis dan Desain Pondasi
besar dibandingkan dengan daya dukung dengan Jilid I Edisi Keempat, Jakarta, PT. Erlangga.
metode statis. Hal ini sesuai dengan literatur Ariyanto [7] Surendro, B. 2015, Rekayasa Fondasi (Teori
(2013) yang mengatakan bahwa studi daya dukung dan Penyelesaian Soal), Yogyakarta, Graha
tentang statis dan dinamis masih dikatakan wajar Ilmu.
apabila statis ≤ dinamis. [8] Bowles, J.E. 1993, Analisis dan Desain Pondasi
Edisi Keempat, Jakarta, PT. Erlangga.
[9] Craig, R.F. 1989, Mekanika Tanah, Edisi 4,
5. Kesimpulan dan Saran
Jakarta, PT. Erlangga.
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat
diambil kesimpulan dan diberikan saran.
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil adalah nilai
daya dukung tertinggi dari metode dinamis diperoleh
dari metode AASHTO pada titik P-34 yaitu sebesar
7500 ton dengan nilai final set 0,5 mm dan nilai daya
dukung terendah diperoleh dari metode Janbu pada
titik P-19 yaitu sebesar 158,509 ton dengan nilai final
set 2 mm. Nilai daya dukung menggunakan metode
statis (Meyerhof) pada data SPT BOR-01 yaitu
sebesar 154,069 ton dan pada data SPT BOR-02 nilai
daya dukung sebesar 153,232 ton. Kesimpulan
selanjutnya, semakin besar nilai final set maka
semakin kecil nilai daya dukung, begitu pun
sebaliknya semakin kecil nilai final set maka semakin
besar nilai daya dukung. Kesimpulan terakhir,
perhitungan nilai daya dukung dengan metode
dinamis hampir semuanya lebih besar dari pada
perhitungan nilai daya dukung statis. Hal ini sesuai
dengan literatur Ariyanto (2013) yang mengatakan
bahwa studi daya dukung tentang statis dan dinamis
masih dikatakan wajar apabila statis ≤ dinamis. Hal
ini berarti perencanaan tersebut aman.

Journal of The Civil Engineering Student 21


Vol. 4. No. 1, April 2022, Halaman 15 - 21

You might also like