Professional Documents
Culture Documents
Kelompok 5 - Dinamika Kebijakan Moneter
Kelompok 5 - Dinamika Kebijakan Moneter
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Nama Anggota Kelompok :
Dosen Pengampu :
Wayan Hari Premananda, S.E., M.Ec.Dev.
a. Gambaran Umum
1) Sektor Keuangan
Menurut DFID (Department Department For International International
Development Development) (2004) sektor keuangan adalah seluruh perusahaan besar atau
kecil, lembaga formal dan informal di dalam perekonomian yang memberikan pelayanan
keuangan kepada konsumen, para pelaku bisnis dan bisnis dan lembaga-lembaga keuangan
lembaga-lembaga keuangan lainnya. Di Indonesia, sektor keuangan digerakkan oleh dua
lembaga keuangan yaitu lembaga perbankan yang terdiri dari bank-bank umum, bank umum
syariah, bank perkreditan rakyat, dan bank pembangunan daerah dengan produk-produk seperti
giro, deposito, tabungan, dan kredit. Dan lembaga non perbankan yang terdiri dari pasar modal
(dengan produk seperti saham, reksadana, dan obligasi), lembaga pembiayaan, asuransi, dana
pensiun dan pegadaian.
Di Indonesia, sektor keuangan masih didominasi oleh perbankan. Hal ini menimbulkan
tingginya ketergantungan kepada perbankan sebagai sumber pembiayaan pembangunan dan
perekonomian. Dengan demikian, apabila perbankan tidak dapat menyalurkan pendanaan
kepada sektor riil, maka pengaruh kelambatan pertumbuhan ekonomi menjadi terasa. Dan
penyaluran kredit dianggap sebagai suatu indikator penting peranan bank dalam mendorong
kegiatan ekonomi di suatu negara.
2) Globalisasi
Globalisasi adalah proses meningkatnya interkoneksi, integrasi, dan ketergantungan
antara negara-negara, masyarakat, dan ekonomi di seluruh dunia. Ini mengacu pada penyebaran
ide, teknologi, perdagangan, budaya, informasi, dan aliran modal di tingkat global. Dalam
konteks globalisasi, dunia semakin terhubung, dengan berbagai aspek kehidupan yang semakin
bersifat global daripada terbatas pada batasan nasional. Era ini sering kali dianggap dimulai
pada akhir abad ke-20 dan berlanjut hingga saat ini. Dalam era globalisasi, ada beberapa ciri
utama, antara lain:
a) Peningkatan perdagangan internasional
Globalisasi menghasilkan peningkatan perdagangan barang dan jasa antara
negara-negara, didorong oleh pembukaan pasar dan penurunan hambatan perdagangan.
b) Teknologi dan komunikasi
Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memungkinkan
pertukaran informasi dan komunikasi yang lebih cepat di seluruh dunia. Internet dan
media sosial memainkan peran penting dalam globalisasi ini.
c) Integrasi keuangan
Sektor keuangan menjadi semakin terintegrasi di seluruh dunia, dengan aliran
modal, perdagangan instrumen keuangan, dan bank-bank multinasional beroperasi di
banyak negara.
1) Dampak Positif:
c) Peningkatan Likuiditas
Likuiditas mengacu pada sejauh mana aset atau instrumen keuangan dapat dengan cepat
dibeli atau dijual di pasar tanpa memengaruhi harganya secara signifikan. Aspek likuiditas ini
sangat penting dalam sektor keuangan karena berpengaruh pada efisiensi pasar dan biaya
modal. Ketika pasar keuangan Indonesia lebih terbuka terhadap investor asing, lebih banyak
dana dari luar negeri mengalir ke dalam pasar. Ini berarti ada lebih banyak uang yang beredar
di pasar keuangan Indonesia, yang pada gilirannya meningkatkan tingkat likuiditas.
2) Dampak Negatif:
1) Lembaga keuangan yaitu badan usaha atau lembaga yang bergerak di bidang
keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat, dan menyalurkan kembali dana
dari masyarakat dalam bentuk kredit/pinjaman/pembiayaan dana atau dalam bentuk
aset riil dan aset untuk berinvestasi.
2) Lembaga pengawas dan pendukung yaitu lembaga yang berfungsi untuk mengawasi
dengan melakukan audit secara rutin dan menetapkan standar pada lembaga
keuangan sesuai bidangnya masing-masing. Misalnya OJK pada bidang perbankan,
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di pasar modal, dll.
3) Infrastruktur keuangan berupa teknologi informasi, perangkat hukum, dan
sarana/tempat perdagangan. Contohnya seperti ATM, internet banking, dll.
1) Kemunduran Ekonomi
Penurunan tajam dalam pertumbuhan ekonomi, resesi, atau depresi dapat menciptakan
ketidakstabilan dalam sistem keuangan. Contohnya jika terjadi resesi, Dalam resesi, terjadi
penurunan pertumbuhan ekonomi, yang dapat mencakup penurunan produktivitas, penurunan
pendapatan nasional, peningkatan pengangguran, dan penurunan harga aset seperti saham dan
property sehingga memungkinkan bank dan lembaga keuangan lainnya dapat mengalami
peningkatan kredit macet.
2) Krisis Perbankan
Salah satu penyebab utama krisis perbankan adalah ketidakpercayaan nasabah terhadap
keadaan bank. Ini bisa dipicu oleh berita negatif tentang kesehatan keuangan bank, rumor, atau
kekhawatiran tentang likuiditas dan stabilitas bank tersebut. Nasabah yang khawatir tentang
kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya dapat mulai menarik dana mereka. Hal
tersebut bisa menyebabkan bank-bank mungkin mengalami kekurangan likuiditas yang parah,
yang dapat mengganggu aliran kredit dan kegiatan ekonomi.
b) Pengawasan Keuangan
Pemerintah mengawasi dan mengatur lembaga-lembaga keuangan melalui otoritas
pengawasan keuangan. Mereka memastikan bahwa lembaga-lembaga tersebut mematuhi
peraturan yang berlaku dan menjalankan operasi mereka dengan cara yang stabil dan aman.
Pemerintah juga dapat memberikan pedoman dan pengawasan yang ketat terkait dengan risiko
tertentu seperti kredit, likuiditas, dan pasar.
c) Penanggulangan Krisis
Pemerintah harus siap untuk menghadapi situasi krisis keuangan dan memiliki
mekanisme untuk menangani krisis ketika mereka terjadi. Ini mungkin termasuk penyelamatan
lembaga-lembaga keuangan yang terancam kebangkrutan, penyediaan jaminan simpanan
nasabah, dan langkah-langkah stimulus ekonomi untuk mengatasi penurunan aktivitas ekonomi
selama krisis.
1) Definisi
Deutsche Bundesbank (2003) menggambarkan stabilitas keuangan sebagai keadaan
seimbang sistem keuangan sehingga berfungsi efi sien dalam alokasi sumber dan mengelola
risiko dan menjalankan fungsi pembayaran, mampu mengatasi kejutan ekonomi, kebangkrutan
dan perubahan struktural yang mendasar. Sementara Chant (2003) menyatakan instabilitas
adalah keadaan pasar yang merugikan perekonomian yang mengancam kinerja ekonomi
sehingga melumpuhkan kondisi keuangan rumah tangga, perusahaan dan pemerintah dan
membuat arus dana terbatas. Keadaan juga mengganggu fungsi dan operasi lembaga keuangan.
Crockett (1996) mendefinisikan stabilitas keuangan sebagai ketiadaan instabilitas sebagai
situasi ekonomi yang terganggu karena fluktuasi harga aset keuangan yang besar atau ketika
lembaga keuangan gagal memenuhi kewajiban yang sudah diperjanjikan.
Mishkin (1999) menyatakan instabilitas keuangan terjadi ketika kejutan terhadap
sistem keuangan karena masalah arus informasi sehingga sistem keuangan tidak mampu
menjalankan fungsinya menyalurkan dana ke dalam investasi produktif. Sementara itu,
Schinasi (2006) mendefinisikan stabilitas keuangan sebagai kondisi di mana sistem keuangan:
(1) secara efisien memfasilitasi alokasi sumber daya dari waktu ke waktu, dari deposan ke
investor, dan alokasi sumber daya ekonomi secara keseluruhan; (2) dapat menilai/mengidentifi
kasi dan mengelola risiko-risiko keuangan; (3) dapat dengan baik menyerap gejolak yang
terjadi pada sektor keuangan dan ekonomi. Dari semua definisi di atas dapat diringkas secara
sederhana kestabilan keuangan adalah tidak adanya krisis yang berarti situasi di mana
ketahanan sistem keuangan terhadap guncangan perekonomian, sehingga fungsi intermediasi,
sistem pembayaran dan penyebaran risiko tetap berjalan dengan semestinya.Stabilitas Sistem
Keuangan (SSK) sebenarnya belum memiliki definisi baku yang telah diterima secara
internasional. Oleh karena itu, muncul beberapa definisi mengenai SSK yang pada intinya
mengatakan bahwa suatu sistem keuangan memasuki tahap tidak stabil pada saat sistem
tersebut telah membahayakan dan menghambat kegiatan ekonomi.
Sistem keuangan yang stabil adalah sistem keuangan yang kuat dan tahan terhadap
berbagai gangguan ekonomi sehingga tetap mampu melakukan fungsi intermediasi,
melaksanakan pembayaran dan menyebar risiko secara baik. Stabilitas sistem keuangan adalah
suatu kondisi dimana mekanisme ekonomi dalam penetapan harga, alokasi dana dan
pengelolaan risiko berfungsi secara baik dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Arti stabilitas
sistem keuangan dapat dipahami dengan melakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang
dapat menyebabkan instabilitas di sektor keuangan.
Ketidakstabilan sistem keuangan dapat dipicu oleh berbagai macam penyebab dan
gejolak. Hal ini umumnya merupakan kombinasi antara kegagalan pasar, baik karena faktor
struktural maupun perilaku. Kegagalan pasar itu sendiri dapat bersumber dari eksternal
(internasional) dan internal (domestik). Risiko yang sering menyertai kegiatan dalam sistem
keuangan antara lain risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar dan risiko operasional.
Meningkatnya kecenderungan globalisasi sektor finansial yang didukung oleh
perkembangan teknologi menyebabkan sistem keuangan menjadi semakin terintegrasi tanpa
jeda waktu dan batas wilayah. Selain itu, inovasi produk keuangan semakin dinamis dan
beragam dengan kompleksitas yang semakin tinggi. Berbagai perkembangan tersebut selain
dapat mengakibatkan sumber-sumber pemicu ketidakstabilan sistem keuangan meningkat dan
semakin beragam, juga dapat mengakibatkan semakin sulitnya mengatasi ketidakstabilan
tersebut. Identifikasi terhadap sumber ketidakstabilan sistem keuangan umumnya lebih bersifat
forward looking (melihat kedepan).
Dari keempat alasan tersebut terlihat bahwa stabilitas keuangan makin rawan karena
sistem keuangan berkembang lebih cepat dari ekonomi riil dan bahkan cenderung terjadi
pemisahan (decoupling), terjadinya kenaikan kedalaman keuangan (financial deepening) dan
komposisi aset yang berubah serta pasar yang makin luas dan terkait menyebabkan proses
penularan (contagion) berjalan makin cepat. Sistem keuangan yang stabil akan menjadi
fondasi berjalannya aktivitas ekonomi keuangan yang efisien. Sistem keuangan yang stabil
menciptakan kepercayaan dan lingkungan yang mendukung bagi nasabah penyimpan dan
investor untuk menanamkan dananya pada lembaga keuangan, termasuk menjamin
kepentingan masyarakat terutama nasabah kecil. Pada akhirnya mendorong fungsi
intermediasi keuangan yang efisien sehingga pada akhirnya mendorong investasi dan
pertumbuhan ekonomi. Dari sisi efisiensi alokasi, stabilitas sistem keuangan yang terjaga juga
mendorong beroperasinya pasar dan memperbaiki alokasi sumber daya perekonomian.
Dalam mencapai stabilitas sistem keuangan, MacFarlane (1999) menyatakan ada
beberapa syarat yang harus ada yaitu:
a) Stabilitas lingkungan makroekonomi yang dicirikan dengan rendah dan stabilnya
inflasi, stabilnya suku bunga dan kuatnya keseimbangan internasional;
b) Kesehatan kondisi lembaga keuangan terkait aspek prudensial, efi siensi dan tata kelola;
c) Efisiensi pasar keuangan yang ditandai dengan bekerjanya lembaga keuangan secara
efisien;
d) Pengawasan yang baik dan pruden oleh otoritas pengawas keuangan;
e) Sistem pembayaran yang aman dan akurat.
b. Stabilitas Moneter
1) Definisi
Didefinisikan sebagai stabilitas harga dimana perekonomian mengalami inflasi dalam
jumlah yang relatif kecil yaitu 1-2% setahun. Deflasi juga ancaman terhadap stabilitas moneter
namun karena isu deflasi sangat jarang terjadi maka kurang menjadi perhatian. Tugas Bank
Indonesia yaitu menjaga stabilitas nilai rupiah maka secara singkat merupakan upaya
mengurangi inflasi menjadi dasar bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang
berkelanjutan (sustainable economic growth).
1) Definisi
Hilbers, Kruenger & Moretti (2000) menyatakan macroprudential indicator (MPI)
adalah indikator tentang kesehatan dan stabilitas sistem keuangan sehingga dapat membantu
suatu negara untuk menilai apakah sistem keuangan mereka rawan krisis. Indikator MPI
memberikan nilai objektif kesehatan suatu sistem dan dapat dibandingkan antar negara. Namun
demikian kendala dari penerapan MPI adalah belum seragamnya sistem akuntansi dan statistik,
kualitas data dan inovasi keuangan melalui derivatif dan off balance sheet.
Ryback (2006) menyatakan sebenarnya makroprudensial hanya nama baru untuk
pengelolaan ekonomi yang berhati-hati. Ada beberapa aspek tujuan yang terkait dengan
kebijakan makroprudensial yaitu membatasi distress pada seluruh sistem keuangan bukan
individual bank, berusaha mencegah krisis dan biaya krisis yang besar, mengidentifi kasi risiko
dari sistem bukan lembaga individu dan mengkaji risiko menyeluruh sebagai akibat dari
interaksi lembaga keuangan dan sistem keuangan.
Secara umum, sumber instabilitas dapat dibagi dua yaitu risiko endogen dan risiko
eksogen. Risiko eksogen yaitu risiko yang timbul di luar sektor keuangan, seperti gangguan
karena ekonomi makro atau risiko kejadian seperti adanya bencana alam. Risiko endogen yaitu
risiko yang berada di dalam sektor keuangan itu sendiri seperti dari perbankan seperti risiko
kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Pemantauan dan penilaian terhadap ketahanan
sistem keuangan dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu makroprudensial dan
mikroprudensial.
Linggar. 2023. Memahami Sektor Industri Jasa Keuangan dan Tren 2023.
https://employers.glints.com/id-id/blog/sektor-industri-jasa-
keuangan/#Industri_jasa_keuangan_perbankan. Diakses tanggal 14 Oktober
2023.