You are on page 1of 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.

S (33 TAHUN)
DENGAN ANSIETAS KEMATIAN
diajukan sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan
Terminal Islam dengan dosen pengampu Popy Siti Aisyah., S.Kep.,Ners.,M.Kep

disusun oleh

KELOMPOK 1

Batita Hudaibiyah 102020048


Gina Wulan Febriani 102021006
Siti Nurlia Utami 102021014
Debby Trianawati 102021016
Chandra Gustian Pratama 102021024
Nabhan Miftah Aziza 102021033
Walid Salman Alwi 102021039
Aulia Khoerunisa 102021040
Fitria Putri Deliawati 102021047

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS `AISYIYAH BANDUNG
Jalan K.H.A Dahlan Dalam No. 6 Bandung
2023
BAB I
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Ansietas
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), ansietas
merupakan kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
(SDKI DPP PPNI, 2017).
Ansietas atau kecemasan adalah perasaan tidak tenang dengan kondisi
yang samar-samar akibat dari ketidaknyamanan atau rasa takut yang
disertai dengan suatu respon yang penyebabnya tidak diketahui oleh
individu (Yusuf, dkk, 2019).
Menurut Anggi (2019), ansietas merupakan suatu respon perasaan
yang tidak terkendali terhadap ancaman yang sumbernya tidak diketahui.
ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan respon dari suatu
ancaman yang penyebabnya diketahui dengan jelas.
Ansietas dapat terbagi menjadi beberapa tingkatan, antara lain:

1. Ansietas Ringan: biasanya berhubungan dengan perasaan tegang


dalam kehidupan sehari-hari yang menyebabkan seseorang menjadi
waspada. individu akan mengalami ketidaknyamanan, mudah
marah, gelisah, atau muncul kebiasaan untuk mengurangi
ketegangan seperti menggigit kuku atau menekan jari-jari.
2. Ansietas Sedang: dapat menyebabkan seseorang memusatkan
sesuatu pada hal penting dan mengesampingkan hal-hal yang lain.
individu akan mengalami penurunan pendengaran, penglihatan,
kurang menangkap informasi dan menunjukan kurangnya perhatian
pada lingkungan. terhambatnya kemampuan untuk berpikir jernih,
namun masih memiliki kemampuan untuk belajar dan
memecahkan masalah walaupun tidak optimal
3. Ansietas Berat: lapang pandang seseorang akan semakin menurun
dan menyempit dan hanya mampu fokus pada satu hal dan
mengalami kesulitan untuk memahami apa yang sedang terjadi.
biasanya seseorang akan mulai linglung dan bingung serta gejala
somatik meningkat, gemetar, hiperventilasi, dan mengalami
ketakutan yang besar.
4. Panik: seseorang akan sulit memahami kejadian di lingkungan
sekitar dan kehilangan rangsangan pada kenyataan. kebiasaan yang
muncul yaitu mondar-mandir, teriak, mengamuk, atau adanya
penarikan diri dari lingkungan sekitar.

B. Tanda dan Gejala


Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), berikut
beberapa tanda dan gejala ansietas:

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif

1. merasa bingung
2. merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3. sulit berkonsentrasi
Objektif
1. tampak gelisah
2. tampak tegang
3. sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif

1. mengeluh pusing
2. anoreksia
3. palpitasi
4. merasa tidak berdaya
Objektif
1. frekuensi napas meningkat
2. frekuensi nadi meningkat
3. tekanan darah meningkat
4. diaforesis
5. tremor
6. muka tampak pucat
7. suara bergetar
8. kontak mata buruk
9. sering berkemih
10. berorientasi pada masa lalu
C. Faktor Penyebab
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), faktor
penyebab ansietas adalah sebagai berikut:

1. krisis situasional
2. kebutuhan tidak terpenuhi
3. krisis maturasional
4. ancaman terhadap konsep diri
5. ancaman terhadap kematian
6. kekhawatiran mengalami kegagalan
7. disfungsi sistem keluarga
8. hubungan orang tua - anak tidak memuaskan
9. faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. penyalahgunaan zat
11. terpapar bahaya lingkungan (toksin, polutan, dan lain lain)
12. kurang terpapar informasi

Terdapat beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan seorang individu


mengalami ansietas, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Genetik: Penelitian menunjukkan bahwa ada
kecenderungan genetik dalam mengembangkan gangguan
kecemasan. Studi pada saudara kandung dan kembar identik
menunjukkan bahwa ada risiko yang lebih tinggi untuk
mengembangkan gangguan kecemasan jika ada riwayat
keluarga dengan kondisi serupa. Beberapa penelitian juga telah
mengidentifikasi beberapa gen yang terkait dengan risiko
ansietas.
b. Kondisi Neurologis: Gangguan kecemasan dapat terkait
dengan ketidakseimbangan zat kimia di otak, seperti serotonin,
dopamin, dan norepinefrin. Ketidakseimbangan ini dapat
mempengaruhi regulasi emosi dan respons terhadap stres.
Selain itu, struktur otak seperti amigdala (yang terlibat dalam
respons emosional) juga dapat berperan dalam ansietas.
c. Pengalaman Traumatis: Pengalaman traumatis seperti
kekerasan fisik atau seksual, kehilangan orang terdekat, atau
bencana alam dapat meningkatkan risiko ansietas. Trauma
tersebut dapat menyebabkan perubahan neurobiologis dan
mengganggu kemampuan individu untuk mengatur emosi dan
merespons stres.
d. Stres Lingkungan: Stres kronis atau berkepanjangan dalam
kehidupan sehari-hari dapat menjadi faktor predisposisi
ansietas. Beban kerja yang tinggi, masalah keuangan, konflik
interpersonal, atau perubahan hidup yang signifikan dapat
meningkatkan risiko ansietas.
e. Kepribadian: Beberapa tipe kepribadian memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami ansietas.
Misalnya, individu yang cenderung perfeksionis, memiliki
kekhawatiran berlebihan, atau memiliki tingkat neurotisisme
yang tinggi mungkin lebih rentan terhadap ansietas.
f. Riwayat Penyakit Mental: Orang dengan riwayat penyakit
mental lain seperti depresi, gangguan bipolar, atau gangguan
makan juga memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengembangkan ansietas.
g. Penggunaan Zat: Penggunaan zat seperti alkohol, obat-obatan
terlarang, atau obat-obatan tertentu juga dapat meningkatkan
risiko ansietas. Penggunaan jangka panjang atau
penyalahgunaan zat ini dapat mempengaruhi fungsi otak dan
memicu gejala ansietas.
h. Faktor Sosial dan Budaya: Faktor sosial dan budaya juga dapat
mempengaruhi risiko ansietas. Misalnya, tekanan sosial untuk
mencapai standar yang tinggi, diskriminasi rasial atau etnis,
atau ketidakstabilan politik dapat menyebabkan stres kronis
yang dapat berkontribusi pada ansietas.

2. faktor presipitasi

a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi


yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

D. Standar Luaran Diagnosa Keperawatan


Standar Luaran Keperawatan adalah aspek – aspek yang dapat dilihat
dan diukur dengan kondisi, perilaku, dan persepsi klien terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan. Luaran keperawatan menunjukan status
diagnosis keperawatan setelah dilakukan intervensi keperawatan, dengan
tujuan untuk menjadi acuan penentuan luaran (outcome) keperawatan,
meningkatkan efektivitas asuhan keperawatan, mengukur pencapaian level
keberhasilan intervensi keperawatan.
Dalam diagnosa keperawatan Ansietas terbagi menjadi dua luaran yaitu:

1. luaran utama: tingkat ansietas


2. luaran tambahan: dukungan sosial, harga diri, kesadaran diri, kontrol
diri, proses informasi, status kognitif, tingkat agitasi dan tingkat
pengetahuan

E. Standar Intervensi Keperawatan


Standar Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan
keputusan awal yang memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal
yang akan dilakukan, termasuk bagaimana, kapan dan siapa yang akan
melakukan tindakan keperawatan. Karenanya, dalam menyusun rencana
tindakan keperawatan untuk pasien, keluarga dan orang terdekat perlu
dilibatkan secara maksimal (Asmadi, 2008). Intervensi keperawatan adalah
segala pengobatan yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan 25 penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)
yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
BAB II
TINJAUAN KASUS

Kasus 1 . ANSIETAS KEMATIAN

Pasien Tn. S, Laki-laki, 33 tahun, dibawa ke UGD karena merasa dadanya


berdebar dan berkeringat disertai sesak. Keluhan ini dimulai sejak 1 minggu yang
lalu. Menurut istrinya sebelumnya terdapat tetangga pasien yang meninggal
karena serangan jantung yang membuat pasien takut meninggal seperti
tetangganya. Pasien sering melakukan check up karena pasien terdiagnosa akut
leukemia Myeloid sejak 1 bulan yang lalu. Pada saat dikaji tanda tanda vital
menunjukkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 98 x/menit, RR : 20 x/menit,
suhu 36,8 C. Tidak tampak pulsasi jantung abnormal, hasil EKG menunjukkan
sinus rhythm. Berat badan saat ini 45 kg, 3 bulan sebelumnya 60 kg. Pasien
mengatakan : “ saya khawatir dengan kondisi saya suster, berat badan turun terus,
berasa tidak ada perkembangan yang baik, apakah saya akan cepat mati suster?”.

Menurut istri pasien selama 1 minggu ini, pasien sering menangis sebelum tidur,
dan mengungkapkan pada istrinya “ saya akan mati, saya takut ...” ungkapan itu
sering diungkapkan berulang ulang.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn.S
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Islam : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Nomor RM : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Leukimia Myeloid
Tanggal Masuk RS : Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Hubungan Dengan Pasien : Tidak terkaji

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke UGD karena merasa dadanya berdebar dan
berkeringat disertai sesak. Keluhan ini dimulai sejak 1 minggu yang lalu.
Menurut istrinya sebelumnya terdapat tetangga pasien yang meninggal
karena serangan jantung yang membuat pasien takut meninggal seperti
tetangganya.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sering melakukan check up karena pasien terdiagnosa akut
leukemia Myeloid sejak 1 bulan yang lalu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang
sama dan tidak ada yang memiliki riwayat hipertensi, DM, Penyakit
jantung.
4. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Data Psikologis
Pasien mengatakan ; ‘’ Saya khawatir dengan kondisi saya suster,
berat badan makin naik, sering sesak, harus Hd berasa tidak ada perkembangan
yang baik, apakah saya akan cepat mati suster?’’. Dan menurut istri pasien
selama 1 minggu ini, pasien sering menangis sebelum tidur, dan mengungkapkan
pada istrinya ‘’saya akan mati, saya takut….’’ ungkapan itu sering diungkapkan
berulang-ulang
b. Data Sosial
Tidak terkaji
c. Data Spiritual
Tidak terkaji

5. Riwayat Activity Daily Living (ADL)

No. Aktivitas Di Rumah Di RS

1. Nutrisi Tidak terkaji Tidak terkaji

Makan

● Jenis

● Frekuensi
● Porsi

● Keluhan

Minum

● Jenis

● Frekuensi

● Jumlah

● Keluhan

2. Eliminasi Tidak terkaji Tidak terkaji

BAB

● Frekuensi

● Warna
● Konsistensi

● Keluhan

BAK

● Frekuensi

● Warna

● Jumlah

● Keluhan

3. Istirahat dan tidur

Tidak terkaji Sering menangis


● Waktu tidur
sebelum tidur

- Malam

- siang

● Lama

● Keluhan

4. Personal hygiene Tidak terkaji Tidak terkaji


● Mandi

● Perawatan kuku

● Gosok gigi

● Keramas

● Ketergantungan

● Keluhan

6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan
Keadaan umum: compos mentis
TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 98 x/ menit
RR: 20x/ menit
S: 36, 8
Antropometri
BB saat ini : 45 kg
BB 3 bulan sebelumnya: 60 kg
TB : tidak terkaji
b. Sistem pernapasan
RR: 20x/menit
c. Sistem kardiovaskuler
Tidak tampak pulsasi jantung abnormal, hasil EKG menunjukan sinus
rythm.
d. Sistem pencernaan
Tidak terkaji
e. Sistem endokrin
Tidak terkaji
f. Sistem perkemihan
Tidak terkaji
g. Sistem persarafan
Tidak terkaji
h. Sistem muskuloskeletal
Tidak terkaji
i. Sistem integumen
Tidak terkaji
j. Sistem reproduksi
Tidak terkaji

7. Pemeriksaan Diagnostik
-

B. ANALISA DATA

No
Pengelompokan Data Etiologi Masalah/diagnosa
.

1. DS: Stressor dari luar Ansietas

- Pasien (Kematian
mengatakan : “ tetangga)
saya khawatir
dengan kondisi ↓
saya suster, berat Pasien penderita
badan turun terus, Leukemia
merasa tidak ada Myeloid
perkembangan
yang baik, apakah ↓
saya akan cepat
mati suster?”. Merasa takut
akan kematian
- Istri pasien
mengatakan selama
1 minggu ini, ↓
pasien sering
menangis sebelum Dada
tidur, dan berdebar,berkering
mengungkapkan at disertai sesak
pada istrinya “ ↓
saya akan mati,
saya takut ...” Ansietas
ungkapan itu sering
diungkapkan
berulang ulang.

DO:

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Ansietas b.d Ancaman terhadap kematian
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan

1. Ansietas kematian b.d Tingkat ansietas Reduksi ansietas


Ancaman terhadap
kematian Setelah dilakukan tindakan Observasi
keperawatan selama 3x24 1. Monitor tanda-tanda ansietas Observasi
jam diharapkan tingkat (verbal dan nonverbal)
1. Tanda dan gejala yang sering
ansietas menurun dengan Terapeutik
dikemukakan oleh orang
kriteria hasil:
1. Berikan terapi murotal Al- yang mengalami gangguan
1. Verbalisasi khawatir Quran untuk mengurangi kecemasan yaitu cemas,
akibat kondisi yang kecemasan pasien. khawatir, memiliki firasat
dihadapi menurun buruk, takut dengan
2. Berikan teknik guided
fikirannya sendiri, dan
imagery mengatasi ansietas
mudah tersinggung, merasa
3. Berikan teknik relaksasi tarik tegang, tidak tenang, gelisah,
nafas daalam dan mudah terkejut, takut
jika sendirian, namun juga
4. Dengarkan dengan penuh merasa takut saat berada di
perhatian keramaian, gangguan pola
tidur dan mengalami mimpi
5.
yang buruk, gangguan
Edukasi konsentrasi dan daya ingat,
keluhan somatik, misalnya
1. Latih teknik teknik guided
rasa sakit pada otot,tulang
imagery
pendengaran berdengung
2. Anjurkan pasien bila terjadi (tinitus), perasaan berdebar-
cemas untuk mendengarkan debar, sesak nafas,
murotal Al-Quran mengalami gangguan
pencernaan, gangguan
3. anjurkan pasien bila terjadi
perkemihan, sakit kepala
cemas untuk melakukan
dan lain sebagainya (Putri
teknik nafas dalam mandiri
et al., 2021).
Kolaborasi
Terapeutik
1. Kolaborasi pemberian obat
1. Mendengarkan murottal
antiansietas, jika perlu
dapat menstabilkan
kekacauan dan ketegangan
dalam tubuh dan
memberikan efek penyegaran
pada sel otak dan jantung
yang dapat dilihat pada
perubahan terhadapt tanda
tanda vital (Al Kahel dalam
Rafsanjani, 2021)

2. Guided Imagery adalah


teknik yang menggunakan
imajinasi seseorang atau
individu dengan imajinasi
yang terarah untuk
menurunkan stres dan
kecemasan. Metode ini
merupakan suatu teknik
untuk mengkaji kekuatan
pikiran sadar maupun tidak
sadar untuk menciptakan
bayangan gambar yang
membawa ketenangan dan
keheningan (Mardiani &
Hermawan, 2019).
Pembentukan imajinasi
yang yang menyenangkan
akan diterima oleh
berbagai panca indera dan
rangsangan tersebut akan
dijalankan ke batang otak
menuju sensor thalamus.
Bayangan imajinasi yang
disukai dan menyenangkan
dianggapsebagai sinyal
penting yang harus di simpan
di dalam otak. Rangsangan
yang disukai oleh memori
akan dianggap sebagai
suatu persepsi dari
pengalaman sensori yang
sebenarnya, pengalaman
sensori tersebut akan
merilekskan pikiran dan
meregangkan otot-otot
sehingga kecemasan yang
dirasakan menjadi berkurang
(Zees, 2021).

3. Terapi relaksasi napas


dalam merupakanteknik
peregangan untuk
mengurangi tanda dan
gejala ketidaknyamanan
seperti nyeri, ketegangan
otot dan
kecemasan(Indriyani &
Ambarwati, 2017
Edukasi

1. agar pasien bisa mengatasi


kecemasan secara mandiri

Kolaborasi

1. Pemberian obat antiasietas


mampu mengatasi
kecemasan berlebih
DAFTAR PUSTAKA

Indriyani, R. M., & Ambarwati. (2017). Terapi Relaksasi Teknik Nafas


Dalam ( Deep Breathing ) Dalam Menurunkan Kadar Gula. Journal
Profesi Keperawatan, 4(2), 59–67

Mardiani, N., & Hermawan, B. (2019). Pengaruh Teknik Distraksi


Guidance Imagery Terhadap Tingkatan Ansietas Pada Pasien Pra Bedah
Di Rsud Linggajati Kabupaten Kuningan. Jurnal Soshum Insentif, 2(1),
136–144.

Nuritasari, R. T., Fathia, N. A., Kurdaningsih, S. V., & Sunarmi, S. (2023).


Penerapan Relaksasi Napas Dalam dan Berdzikir dalam Menurunkan
Ansietas pada Pasien Diabetes Melitus. MAHESA: Malahayati Health
Student Journal, 3(7), 2011-2018

Putri, M., Ningsih, R., & Bachri, Y. (2021). Penyuluhan Kesehatan Dan
Terapi Generalis (Teknik Relaksasi) Mengurangi Kecemasan Pada
Masyarakat Terhadap Covid-19. Jurnal Salingka Abdimas, 1(1), 22–25.

Zees, R. F. (2021). Efektifitas Terapi Guide Imagery Terhadap Kecemasan


Pasien Hemodialisa. JamburaHealth And Sport Journal, 3(1), 32–41.

You might also like