Professional Documents
Culture Documents
Askep Ansietas Kel 1
Askep Ansietas Kel 1
S (33 TAHUN)
DENGAN ANSIETAS KEMATIAN
diajukan sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan
Terminal Islam dengan dosen pengampu Popy Siti Aisyah., S.Kep.,Ners.,M.Kep
disusun oleh
KELOMPOK 1
A. Definisi Ansietas
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), ansietas
merupakan kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
(SDKI DPP PPNI, 2017).
Ansietas atau kecemasan adalah perasaan tidak tenang dengan kondisi
yang samar-samar akibat dari ketidaknyamanan atau rasa takut yang
disertai dengan suatu respon yang penyebabnya tidak diketahui oleh
individu (Yusuf, dkk, 2019).
Menurut Anggi (2019), ansietas merupakan suatu respon perasaan
yang tidak terkendali terhadap ancaman yang sumbernya tidak diketahui.
ansietas berbeda dengan rasa takut yang merupakan respon dari suatu
ancaman yang penyebabnya diketahui dengan jelas.
Ansietas dapat terbagi menjadi beberapa tingkatan, antara lain:
Subjektif
1. merasa bingung
2. merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
3. sulit berkonsentrasi
Objektif
1. tampak gelisah
2. tampak tegang
3. sulit tidur
Subjektif
1. mengeluh pusing
2. anoreksia
3. palpitasi
4. merasa tidak berdaya
Objektif
1. frekuensi napas meningkat
2. frekuensi nadi meningkat
3. tekanan darah meningkat
4. diaforesis
5. tremor
6. muka tampak pucat
7. suara bergetar
8. kontak mata buruk
9. sering berkemih
10. berorientasi pada masa lalu
C. Faktor Penyebab
Menurut Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), faktor
penyebab ansietas adalah sebagai berikut:
1. krisis situasional
2. kebutuhan tidak terpenuhi
3. krisis maturasional
4. ancaman terhadap konsep diri
5. ancaman terhadap kematian
6. kekhawatiran mengalami kegagalan
7. disfungsi sistem keluarga
8. hubungan orang tua - anak tidak memuaskan
9. faktor keturunan (temperamen mudah teragitasi sejak lahir)
10. penyalahgunaan zat
11. terpapar bahaya lingkungan (toksin, polutan, dan lain lain)
12. kurang terpapar informasi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Genetik: Penelitian menunjukkan bahwa ada
kecenderungan genetik dalam mengembangkan gangguan
kecemasan. Studi pada saudara kandung dan kembar identik
menunjukkan bahwa ada risiko yang lebih tinggi untuk
mengembangkan gangguan kecemasan jika ada riwayat
keluarga dengan kondisi serupa. Beberapa penelitian juga telah
mengidentifikasi beberapa gen yang terkait dengan risiko
ansietas.
b. Kondisi Neurologis: Gangguan kecemasan dapat terkait
dengan ketidakseimbangan zat kimia di otak, seperti serotonin,
dopamin, dan norepinefrin. Ketidakseimbangan ini dapat
mempengaruhi regulasi emosi dan respons terhadap stres.
Selain itu, struktur otak seperti amigdala (yang terlibat dalam
respons emosional) juga dapat berperan dalam ansietas.
c. Pengalaman Traumatis: Pengalaman traumatis seperti
kekerasan fisik atau seksual, kehilangan orang terdekat, atau
bencana alam dapat meningkatkan risiko ansietas. Trauma
tersebut dapat menyebabkan perubahan neurobiologis dan
mengganggu kemampuan individu untuk mengatur emosi dan
merespons stres.
d. Stres Lingkungan: Stres kronis atau berkepanjangan dalam
kehidupan sehari-hari dapat menjadi faktor predisposisi
ansietas. Beban kerja yang tinggi, masalah keuangan, konflik
interpersonal, atau perubahan hidup yang signifikan dapat
meningkatkan risiko ansietas.
e. Kepribadian: Beberapa tipe kepribadian memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami ansietas.
Misalnya, individu yang cenderung perfeksionis, memiliki
kekhawatiran berlebihan, atau memiliki tingkat neurotisisme
yang tinggi mungkin lebih rentan terhadap ansietas.
f. Riwayat Penyakit Mental: Orang dengan riwayat penyakit
mental lain seperti depresi, gangguan bipolar, atau gangguan
makan juga memiliki risiko lebih tinggi untuk
mengembangkan ansietas.
g. Penggunaan Zat: Penggunaan zat seperti alkohol, obat-obatan
terlarang, atau obat-obatan tertentu juga dapat meningkatkan
risiko ansietas. Penggunaan jangka panjang atau
penyalahgunaan zat ini dapat mempengaruhi fungsi otak dan
memicu gejala ansietas.
h. Faktor Sosial dan Budaya: Faktor sosial dan budaya juga dapat
mempengaruhi risiko ansietas. Misalnya, tekanan sosial untuk
mencapai standar yang tinggi, diskriminasi rasial atau etnis,
atau ketidakstabilan politik dapat menyebabkan stres kronis
yang dapat berkontribusi pada ansietas.
2. faktor presipitasi
Menurut istri pasien selama 1 minggu ini, pasien sering menangis sebelum tidur,
dan mengungkapkan pada istrinya “ saya akan mati, saya takut ...” ungkapan itu
sering diungkapkan berulang ulang.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Tn.S
Umur : 33 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Tidak terkaji
Pekerjaan : Tidak terkaji
Islam : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Nomor RM : Tidak terkaji
Diagnosa Medis : Leukimia Myeloid
Tanggal Masuk RS : Tidak terkaji
Tanggal Pengkajian : Tidak terkaji
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tidak terkaji
Jenis Kelamin : Tidak terkaji
Pendidikan : Tidak terkaji
Hubungan Dengan Pasien : Tidak terkaji
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan khawatir dengan kondisinya.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke UGD karena merasa dadanya berdebar dan
berkeringat disertai sesak. Keluhan ini dimulai sejak 1 minggu yang lalu.
Menurut istrinya sebelumnya terdapat tetangga pasien yang meninggal
karena serangan jantung yang membuat pasien takut meninggal seperti
tetangganya.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien sering melakukan check up karena pasien terdiagnosa akut
leukemia Myeloid sejak 1 bulan yang lalu.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang
sama dan tidak ada yang memiliki riwayat hipertensi, DM, Penyakit
jantung.
4. Riwayat Psikososial Spiritual
a. Data Psikologis
Pasien mengatakan ; ‘’ Saya khawatir dengan kondisi saya suster,
berat badan makin naik, sering sesak, harus Hd berasa tidak ada perkembangan
yang baik, apakah saya akan cepat mati suster?’’. Dan menurut istri pasien
selama 1 minggu ini, pasien sering menangis sebelum tidur, dan mengungkapkan
pada istrinya ‘’saya akan mati, saya takut….’’ ungkapan itu sering diungkapkan
berulang-ulang
b. Data Sosial
Tidak terkaji
c. Data Spiritual
Tidak terkaji
Makan
● Jenis
● Frekuensi
● Porsi
● Keluhan
Minum
● Jenis
● Frekuensi
● Jumlah
● Keluhan
BAB
● Frekuensi
● Warna
● Konsistensi
● Keluhan
BAK
● Frekuensi
● Warna
● Jumlah
● Keluhan
- Malam
- siang
● Lama
● Keluhan
● Perawatan kuku
● Gosok gigi
● Keramas
● Ketergantungan
● Keluhan
6. Pemeriksaan Fisik
a. Status Kesehatan
Keadaan umum: compos mentis
TTV:
TD: 120/80 mmHg
N: 98 x/ menit
RR: 20x/ menit
S: 36, 8
Antropometri
BB saat ini : 45 kg
BB 3 bulan sebelumnya: 60 kg
TB : tidak terkaji
b. Sistem pernapasan
RR: 20x/menit
c. Sistem kardiovaskuler
Tidak tampak pulsasi jantung abnormal, hasil EKG menunjukan sinus
rythm.
d. Sistem pencernaan
Tidak terkaji
e. Sistem endokrin
Tidak terkaji
f. Sistem perkemihan
Tidak terkaji
g. Sistem persarafan
Tidak terkaji
h. Sistem muskuloskeletal
Tidak terkaji
i. Sistem integumen
Tidak terkaji
j. Sistem reproduksi
Tidak terkaji
7. Pemeriksaan Diagnostik
-
B. ANALISA DATA
No
Pengelompokan Data Etiologi Masalah/diagnosa
.
- Pasien (Kematian
mengatakan : “ tetangga)
saya khawatir
dengan kondisi ↓
saya suster, berat Pasien penderita
badan turun terus, Leukemia
merasa tidak ada Myeloid
perkembangan
yang baik, apakah ↓
saya akan cepat
mati suster?”. Merasa takut
akan kematian
- Istri pasien
mengatakan selama
1 minggu ini, ↓
pasien sering
menangis sebelum Dada
tidur, dan berdebar,berkering
mengungkapkan at disertai sesak
pada istrinya “ ↓
saya akan mati,
saya takut ...” Ansietas
ungkapan itu sering
diungkapkan
berulang ulang.
DO:
Diagnosa
NO Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
Kolaborasi
Putri, M., Ningsih, R., & Bachri, Y. (2021). Penyuluhan Kesehatan Dan
Terapi Generalis (Teknik Relaksasi) Mengurangi Kecemasan Pada
Masyarakat Terhadap Covid-19. Jurnal Salingka Abdimas, 1(1), 22–25.