Professional Documents
Culture Documents
Panduan Praktikum Farmasetika Simupha
Panduan Praktikum Farmasetika Simupha
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas izin dan karunia nya, saya
dapat menyelesaikan penyusunuan buku penuntun praktikum Farmasi bagi siswa SMK
Muhammadiyah 4 Cileungsi Jurusan Farmasi Klinis dan Komunitas. Buku ini saya susun dengan
maksud agar Siswa dapat melaksanakan praktikum dengan baik dan mudah
Praktikum Farmasi Dasar ini di berikan dengan maksud agar Siswa memiliki kemampuan
dalam memberikan pelayanan resep kepada pasien, mulai dari skrining resep, hingga pelayanan
informasi obat.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan dalam buku ini, kritik dan saran
yang membangun sangat penulis harapkan dan semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
1 | PAGE
KETENTUAN DAN TATA CARA PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2 | PAGE
TATA CARA PENIMBANGAN
3 | PAGE
7. Bahan yang akan ditimbang diletakkan di daun timbangan sebelah kanan, dan anak timbangan
diletakkan di daun timbangan sebelah kiri.
8. Bahan obat yang beratnya lebih dari 1g, hendaknya ditimbang di timbangan gram. Daya
beban 250 gram – 1000 gram dengan kepekaan sebesar 200 mg. Bobot yang boleh
ditimbang : 1 gram – 500 gram
9. Bahan obat yang beratnya kurang dari 1 g, di timbangan milligram. Daya beban 25 mg – 50
mg dengan kepekaan sebesar 5 mg. Bobot yang boleh ditimbang : 50 mg - < 1 gram.
10. Setelah selesai menimbang, bahan obat terus dimasukkan ke dalam tempat (mortir, beker
glass, labu takar, atau lainnya) untuk siap dikerjakan. Sedangkan botol tempat bahan obat
segera dikembalikan ke tempat semula. t idak boleh menimbang obat kalau belum akan
dikerjakan.
4 | PAGE
FORMAT PENULISAN JURNAL PRAKTIKUM FARMASI
7. Perhitungan Dosis
- Jika ada
8. Perhitungan Bahan
9. Penimbangan Bahan
10. Cara Kerja
11. Penyerahan :
a. Wadah :
b. Etiket :
c. Label :
d. Signa :
5 | PAGE
PRAKTIKUM SERI I
PENGENALAN PERALATAN & PENIMBANGAN DASAR
A. Tujuan Umum
Siswa mengenal alat alat di laboratorium dasar kefarmasian dan mengetahui fungsi nya
B. Tujuan Khusus
- Mengetahui jenis timbangan dan cara penimbangan
- Mengetahui alat alat ukur volume dan alat-alat peracikan
- Menganalisis alat-alat di laboratorium dasar kefarmasian
- Menggunakan alat-alat di laboratorium dasar kefarmasian
NO ALAT GAMBAR
1 Timbangan gram
Fungsi :
2 Timbangan miligram
6 | PAGE
4 Sendok Tanduk
5 Ayakan
6 Spatel Logam
7 Kertas Perkamen
8 Sudip
9 Cawan Uap
10 Gelas Arloji
7 | PAGE
11 Pot Salep
12 Water bath
13 Gelas Ukur
14 Corong
15 Beaker glass
16 Labu Erlenmeyer
8 | PAGE
17 Pipet Tetes
18 Pipet Obat
19 Batang Pengaduk
20 Capsul Filler
22 Anak Timbangan
Miligram
9 | PAGE
PRAKTIKUM SERI II
A. Tujuan Umum
Siswa Mampu memembuat sediaan Pulveres, Pulvis, Kapsul dan Sediaan Semi solid
B. Tujuan Khusus
- Siswa mampu membaca Resep dan menganalisa kelengkapan resep
- Siswa mampu mengitung jumlah kebutuhan obat, menghitung dosis, membuat etiket
dan copy resep
C. Landasan Teori
1. Resep
Resep adalah Permintaan tertulis seorang dokter, dokter gigi, atau dokter hewan yang
diberi izin berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku kepada apoteker,
untuk menyediakan dan menyerahkan obat – obatan bagi penderita.
2. Pulvis (serbuk)
Pulvis( Serbuk) adalah campuran kering bahan obat atau zat kimia yang di haluskan,
ditujukan untuk pemakain oral atau untuk pemakaian luar. Pulvis (serbuk) di bagi menjadi
2, yaitu :
- Pulveres ( serbuk terbagi)
- Pulvis ( serbuk tidak terbagi)
A. Pulveres
a) Obat atau bahan obat yang berbentuk kristal/bpngkahan besar hendaknya di gerus
halus terlebih dahulu
b) Obat yang berkhasiat keras dan jumlahnya sedikit di campur dengan zat tambahan
(konstituen) dalam mortir
c) Obat yang berlainan warna diaduk bersamaan agar tampak sudah merata
10 | PAGE
d) Obat yang jumlahnya sedikit dimasukan terlebih dahulu
a) Camphora, menthol, thymol, acid benzoic, acid salicylic : ditetesi etanol (spiritus
fortior) kemudian dikeringkan dengan SL.
Catatan: asetosal tidak perlu ditetesi etanol. Campuran eutektik (campuran camphor
dan menthol atau dengan thymol): masing-masing ditetesi etanol, dikeringkan
dengan SL, baru dicampurkan.
b) Garam berair Kristal : diganti dengan eksikatusnya.
c) Tingtur dan ekstrak cair : bila kurang dari 2 gram digerus di mortir panas dengan SL
sampai kering. Bila lebih dari 2 gram diuapkan sampai seperti tingtur banyak, dapat
diuapkan lagi secukupnya sampai kira-kira sama banyak dengan SL-nya.
d) Ekstrak kental : ditetesi etanol dilutes (etanol 70%), keringkan dengan SL di mortir
panas.
e) Sulfur, stibii pentasulfida atau rifampisin (warna merah kuning, susah hilang dari
mortir) : digerus diantara bahan tambahan/inert seperti SL.
f) Bila dalam pulveres ada tablet : tablet digerus halus kemudian dicampurkan dengan
bahan lain.
g) Elaeosacchara : elaeosacchara lactis dalam pulveres : terdiri dari 2 gram SL dan 1
tetes minyak atsiri.
h) Obat-obat paten yang di “loco” (diganti) : usulkan pergantiannya kecuali sudah
dianggap sinonim.
i) Dosis Maksimum (DM) lebih dari 80% dan 100% : penimbangan satu persatu, jika
diberi tanda seru dan paraf, yang dituliskan tepat dibelakang nama bahannya pada
resep.
j) Pengenceran : dengan SL dan carmin
k) Bila mengandung tablet salut : tabletnya ditumbuk halus kemudian diayak yang
halusnya dicampur yang lainnya.
11 | PAGE
B. PULVIS
Serbuk tabur harus bebas dari butiran kasar dan dimaksudkan untuk obat luar.
3. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat juga terbuat dari pat atau
bahan lain yang sesuai.
Kapsul dibedakan menjadi 2 ,yaitu kapsul keras ( hard capsul ) dan kapsul lunak ( soft
capsul)
Ukuran kapsul menunjukan isi volume dari kapsul dan dikenal 8 macam ukuran yang
dinyatakan dalam nomer kode. 000 adalahukuran terbesar dan 5 ukuran terkecil ( untuk
manusia ). Ukuran 12,11,10 ( untuk hewan )
Ketepatan dan kecepatan memilih ukuran kapsul tergantung dari pengalaman. Biasa nya
12 | PAGE
dikerjakan secara ekperimental, dan sebagai gambaran hubungan jumlah obat dengan
ukuran kapsul dapat dilihat dalam table di bawah ini
4. Sediaan Semisolid
Menurut FI.IV, salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topical
pada kulit atau selaput lendir. Berdasarkan konsistensi nya, salep di bagi menjadi :
a. Unguenta
b. Cream
c. Pasta
d. Cerata
e. Gelones spumae (jelly)
Bahan-bahan yang dapat larut dalam air, jika tidak ada peraturan-
peraturan lain dilarutkan lebih dahulu dalam air, asalkan air yang
digunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep. Jumlah air yang
dipakai dikurangi dari basis.
13 | PAGE
3. Peraturan Salep Ketiga.
Bahan-bahan yang sukar atau hanya sebagian dapat larut dalam lemak
dan air, harus diserbuk lebih dahulu kemudian diayak dengan pengayak
B40.
14 | PAGE
RESEP SERI I
R/ Paracetamol
Lactosa
m.f. pulv. dtd. No.X S.t.dd p.1
Pro: An. Amelia ( 6 tahun)
2 Dr. Hadi. S Pengenceran CTM
SIP : 057/133/2020
Alamat : Jl. Anggrek No.10
R/Aminophyllin 150 mg
Ephedrin Hcl 50 mg
Prednison 5 mg
GG
M f pulv dtd no VI, da
in caps
S. prn. t. dd. Caps. 1
15 | PAGE
4 Dr. Bimo
SIP: 2387/2022 Aturan pakai tidak spesifik, maksimal
Perum PTSC, Cileungsi penggunaan dalam 1 hari ?
Pro : Ines
Alamat : Jl.Narogong no 7
R/Menthol 0,5
Camphor 0,5
Adeps lanae 0,5
ZnO 5
Amylum 4
Acid Salicyl 1
Bals. Peruv 1
Talcum ad 25
m.f. pulv. Adps
S. pulv. Adps
16 | PAGE
Pro : Ny. Lina ( 37 tahun)
R/ Acid Salicil 2%
Acid Boric 3%
Sulfur pp 1%
M f pulv adsp 30
SUE
17 | PAGE
Pro : Jasson ( 18 tahun)
Perum PTSC, no 7
10 Dr. Raka
SIP : 2978/2021
Jl. Surya kencana No.8, Bogor
R/ Ol.iecoris Aseli 5
Cera alba 0,5
Vaseil Flavum ad 20gr
Adde
Neomycin 0,1
M f ungt
S.U.E
R/ Zinci Pasta 20 gr
S. U. E
18 | PAGE
S. U. E
R/ Tanin 1,5
Parafin Liquid 0,75
Cetyl Alkohol 1,75
Vaselin Album ad 15
M f ungt
S t dd ue
Pro : Tn. Agung
15 Dr. Raka
SIP : 2978/2021 Resep Narkotika
Jl. Surya kencana No.8, Bogor Perhitungan dan pembuatan
Elaeosacch MP
Bogor, 28 Oktober 2022
19 | PAGE
PRAKTIKUM SERI II
BENTUK SEDIAAN CAIR, SEMISOLID
A. TUJUAN UMUM
B. TUJUAN KHUSUS
- Dapat menganalisa resep obat sediaan cair
- Dapat menghitung kebutuhan bahan dari resep yang akan di buat
- Dapat menghitung dosis obat
- Dapat membuat etiket dan copy resep
C. LANDASAN TEORI
Bentuk sediaan cair umumnya dapat berupa sediaan larutan seperti : solution, mixture, emulsa,
saturationes, sirup, dan suspensi.
20 | PAGE
Beberapa zat padat umumnya bertambah larut jika temperaturnya dinaikkan, dan dikatakan zat
tersebut bersifat eksoterm. Pada beberapa zat lain, kenaikkan temperatur justru menyebabkan
zat tersebut tidak larut, zat ini dikatakan bersifat endoterm.
2. Ukuran partikel.
Makin halus zat terlarut, makin kecil ukuran partikel, makin luas permukaannya yang kontak
dengan pelarut sehingga zat terlarut makin cepat larut.
3. Pengadukan.
2. EMULSI
Emulsi adalah sediaan yang mengandung obat cair atau larutan obat yang terdispersi
dalam cairan pembawa dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi biasa distabilkan dengan zat
pengemulsi/emulgator. Emulgator diperlukan untuk mencegah penyatuan tetesan-tetesan kecil
(fase yang terdispersi) menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase yang akan
memisah. Sediaan farmasi maupun kosmetika dalam bentuk emulsi banyak dijumpai baik
untuk pemakaian topical maupun sistemik.
Emulgator dikelompokkan menjadi
1. Surfaktan
2. Hidrokoloid (gom, sellulose, collagen, dll)
3. Zat padat halus terdispersi
Ada dua tipe emulsi :
1. Emulsi o/w, fase dispersnya minyak dengan medium dispersnya air.
2. Emulsi w/o, fase dispersnya air dan medium dispersnya minyak.
Cara membedakan tipe emulsi ada beberapa cara antara lain :
1. Dengan pengenceran.
2. Dengan kertas saring.
3. Dengan pemberian zat warna, missal : sudan III, metilen blue.
4. Metode konduktivitas listrik.
3. SUSPENSI
Suspensi adalah suatu bentuk sediaan cair yang mengandung bahan obat padat dalam
bentuk halus dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi halus tidak
boleh cepat mengendap, jika digojog perlahan endapan harus segera terdispersi kembali.
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas suspense antara lain :
1. Ukuran partikel
21 | PAGE
2. Banyak sedikitnya partikel bergerak
3. Tolak menolak antar partikel (muatan listrik)
4. Konsentrasi suspensoid
4. SIRUPI
Sirupi atau sirup adalah bentuk sediaan cair yang mengandung sacharosa atau gula.
Konsistensi sirup mengandung konsistensi yang kental. Sirup banyak digunakan dalam
pengobatan baik sebagai corigens rasa atau sebagai obat.
Terdapat pula sediaan sirup dalam bentuk dry sirup (sirup kering). Sirup ini merupakan
campuran obat dengan sacharose dimana dalam penggunaannya harus dilarutkan dalam
jumlah air tertentu sebelum digunakan.
5. ELIXIR
Eliksir atau elixir adalah sediaan farmasi yang berbentuk cair yang mengandung air dan
alkohol (hidroalkohol), definisi lainnya menyebutkan eliksir adalah sediaan cair hidroalkohol,
jernih dan manis, untuk penggunaan oral.
Menurut Farmakope Indonesia edisi III, eliksir adalah sediaan berupa larutan yang
mempunyai rasa dan bau yang sedap, mengandung obat dan selain obat seperti pemanis,
pewangi dan pengawet, digunakan secara oral. Pelarut utama biasanya etanol, bisa juga
ditambahkan gliserol, sorbitol, dan propilenglikol.
6. PREPARAT GALENIKA
Sediaan ini dibuat dengan menyari/mengekstraksi simplisia dengan penyari yang sesuai.
Secara garis besar cara pembuatan preparat galenika dibagi :
1. Penyarian dengan pemanasan (suhu 90⁰C) dengan pelarut air : infusa, decocta.
2. Penyarian dengan perkolasi, maserasi, dengan berbagai pelarut yang sesuai : tinctura,
extractum.
7. OBAT TETES ORAL
Obat tetes (Guttae) adalah sediaan cair berupa larutan-larutan, emulsi, atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan, dengan
menggunakan alat penetes yang menghasilkan tetesan setara dengan tetesan baku yang
berlaku. Tetes Oral (guttae orales ) adalah obat tetes yang digunakan dengan meneteskan ke
dalam minuman atau makanan untuk ditelan.
22 | PAGE
RESEP SERI II
NO RESEP KETENTUAN
1 Dr. Hadi. S - Pengerjaan Succus liquiritae
SIP : 057/133/2020 - Perhitungan dosis sediaan cair
Alamat : Jl. Anggrek No.10
- Kaliberasi botol
Jakarta, 15 Mei 2021
R/ Succus Liquritae 5
Amonium Chloride 5
S.A.S.A 3
Aquadest ad 150 ml
M f mixtura
S 3 dd 1 C
R/ Hidrocortison acetat 1%
Chloramfenicol 2%
Propylenglykol 1%
Emulgid Cream 20
M f cream
S.3 dd u e
23 | PAGE
Pro : Ny. Gita
Alamat : kp.melayu no 7
6 Dr. Dimas
SIP : 057/133/2022
Alamat : Jl. Cileungsi Hijau, No.13
24 | PAGE
25 | PAGE