You are on page 1of 24

MAKALAH

BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS)


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Lembaga dan Instrumen Keuangan
Syariah
Dosen Pengampu : Hj. Norvadewi, M. Ag

Disusun Oleh
Kelompok 2

Anis Nuraini 1831811120


Halimatussa’diah 1831811131
Putri Dewi Rahmawati 1831811156

PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SAMARINDA
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahiirahmanirrahim
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Ta’ala atas limpahan berkah, rahmat,
dan hidayah Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ini dengan baik,
sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi besar
Baginda Muhammad Shalallahu A’laihi Wasallam. Yang telah menjadi suri
teladan bagi umat di seluruh alam.

Adapun kami selaku pemakalah berterima kasih yang sebesar-besarnya


kepada siapa pun yang berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini dan kami
pun menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu
kami mohon maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun untuk
pembuatan makalah yang akan datang.

Samarinda, 26 Maret 2021


Pemakalah

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................... 3
A. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah..............................................3
B. Konsep Bank Pembiayaan Rakyat Syariah...................................................5
C. Aqad Dan Sistem Pengembangan Produk Bank Syariah..............................7
1. Prinsip Bagi Hasil/Mudharabah..............................................................8
2. Prinsip Syarikah/Musyarakah............................................................... 11
3. Prinsip Jual Beli ( Murabahah)............................................................. 12
4. Prinsip al-Wadiah (Simpanan/Titipan)................................................. 16
5. Prinsip Sewa (ijarah).............................................................................17
6. Produk BPR Syariah: Al Hawalah........................................................18
BAB III KESIMPULAN........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan dan fungsi perbankan syariah dalam perekonomian adalah


kemakmuran ekonomi yang meluas, tingkat kerja penuh dan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang optimum, keadilan sosial ekonomi dan distribusi
pendapatan serta kekayaan yang merata, stabilitas nilai uang, mobilisasi dan
investasi tabungan yang menjamin adanya pengembalian yang adil dan
pelayanan yang efektif. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk
mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah
dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang
terkait.
Menurut Undang-Undang Perbankan No 10 Tahun 1998, jenis perbankan
terdiri dari Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). sedangkan pada
perbankan syariah, BPR yang dimaksud yaitu Bank pembiayaan Rakyat Syariah
(BPRS). Perbankan syariah di Indonesia terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS),
Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Pada umumnya BUS, UUS, dan BPRS merupakan bank alternatif yang
diperuntukkan bagi masyarakat yang menjalankan usaha mikro kecil menengah
dan yang menginginkan perbankan benar-benar syariah. kehadiran BPRS di
Indonesia semakin menambah daftar nama perbankan syariah, karena Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah dalam sistem perbankan di Indonesia merupakan
sebuah lembaga keuangan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat atas
transaksi pembiayaan yang tidak berbasis riba.1

1
Elsahada Zachray, “Potensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Dalam
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 2010-2016”, Dalam Skripsi, (Jakarta:
FEBI UIN Syarif Hidayatullah, 2017)

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian BPRS?


2. Bagaimana Konsep BPRS?
3. Bagaimana Aqad dan Sistem Pengembangan Produk BPRS?

C. Tujuan

Tujuan pembahasan ini adalah untuk mengetahui serta memahami lebih


dalam tentang BPRS, sebagaimana yang sudah kami sebutkan dalam rumusan
masalah di atas.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

Menurut Undang-undang (UU) Perbankan No. 7 tahun 1992, BPR


adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan uang hanya dalam
bentuk deposito berjangka tabungan, dan atau bentuk lainnya yang
dipersamakan dalam bentuk itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.
Pada UU Perbankan No. 10 tahun 1998, disebutkan bahwa BPR adalah
lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara
konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Pada UU No. 21 tahun 2008
tentang Perbankan Syariah disebutkan bahwa Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak dapat dikonversi
menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
tidak diizinkan untuk membuka Kantor Cabang, kantor perwakilan, dan
jenis kantor lainnya di luar negeri. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah hanya
dapat didirikan dan atau dimiliki oleh warga negera Indonesia dan atau
badan Hukum Indonesia, pemerintah daerah, dua pihak atau lebih warga
Negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia yang seluruh
pemiliknya warna Negara Indonesia dan pemerintah daerah.
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah selain memiliki kantor pusat juga
diperbolehkan membuka kantor cabang, kantor kas dan kantor kas di luar
kantor. Sedangkan bentuk Badan Hukum Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
adalah Perseroan Terbatas (PT). Dalam struktur organisasi Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) terdapat Dewan Pengawas yang

3
bertugas memberikan nasihat dan saran kepada serta mengawasi kegiatan
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) agar selalu sesuai dengan prinsip
syariah.2
Menurut pasal 2 PBI No. 6/24/PBI/2004, Bentuk hukum suatu bank
dapat berupa perseroan terbatas, koperasi, atau perusahaan daerah. Pasal 3
menjelaskan, bahwa bank hanya dapat didirikan dengan izin Bank
Indonesia dalam dua tahap :
1. Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan persiapan
pendirian bank.
2. Izin usaha, yaitu yaitu izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan
usaha bank setelah persiapan pendirian bankl selesai dilakukan.
3. Permohonan untuk mendapatkan persetujuan prinsip tersebut, pada
Bank Islam dan BPRS harus memenuhi berbagai persyaratan
administrasi yang yang cukup ketat, antara lain harus menyerahkan
dokumen-dokumen berikut ini :
a. Rancangan akta pendirian badan hukum, termasuk rancangan
anggaran dasar.
b. Data kepemilikan.
c. Daftar calon anggota direksi, dewan komisaris, dan Dewan
Pengawas Syariah.
d. Rencana susunan dan struktur organisasi, serta personalita.
e. Rencana kerja (business plan) untuk tahun pertama.
f. Rencana strategis jangka menengah dan panjang (corporate
plan).
g. Pedoman manajemen risiko, rencana sistem pengendalian intern,
rencana sistem teknologi informasi yang digunakan, dan skala
kewenangan.
h. Sistem dan prosedur kerja

2
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang: Empat Dua, 2016), h.
89.

4
i. Bukti setoran modal sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh
perseratus) dari modal disetor.
j. Surat pernyataan dari calon pemegang saham bagi bank yang
berbentuk hukum perseroan terbatas / perusahaan daerah atau
dari calon anggota bagi bank yang berbentuk hukum koperasi,
bahwa setoran modal tersebut :
1) Tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam
bentuk apapun dari bank atau pihak lain.
2) Tidak berasal dari sumber dana yang diharamkan menurut
prinsip syariah termasuk dari/dan/untuk tujuan pencucian
uang (money laundering).3

B. Konsep Bank Pembiayaan Rakyat Syariah

1. Tujuan dan Strategi Operasional Bank Pembiayaan Rakyat Syariah


Tujuan didirikannya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah
sebagai berikut :
a. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama
masyarakat golongan ekonomi lemah yang pada umumnya di daerah
pedesaan.
b. Menambah lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan sehingga
dapat mengurangi arus urbanisasi.
c. Membina semangat ukhuwah islamiyyah melalui kegiatan ekonomi
dalam rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas
hidup yang memadai.

Untuk mencapai tujuan operasional Bank Pembiayaan Rakyat


Syariah (BPRS) tersebut, diperlukan strategi operasional sebagai berikut :
a. BPRS tidak bersifat menunggu terhadap datangnya permintaan
fasilitas melainkan bersifat aktif dengan melakukan

3
Wirdyaningsih, Bank dan Asuransi Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2005), h. 66-67.

5
sosialisasi/penelitian kepada usaha-usaha berskala kecil yang perlu
dibantu tambahan modal, sehingga memiliki prospek bisnis yang baik.
b. BPRS memiliki jenis usaha yang waktu perputaran uangnya jangka
pendek dengan mengutamakan usaha skala menengah dan kecil.
c. BPRS mengkaji pangsa pasar, tingkat kejenuhan serta tingkat
kompetitifnya produk yang akan diberi pembiayaan.4
2. Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Kegiatan usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah menurut Pasal 21
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah meliputi :
a. Menghimpun dana dari masyarakat
1) Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan prinsip syariah.
2) Investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk lainnya
yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk :
1) Pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah atau
musyarakah.
2) Pembiayaan berdasarkan akad mudharabah, salam atau istishna.
3) Pembiayaan berdasarkan akad qardh.
4) Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak bergerak
kepada nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik.
5) Pengambilalihan utang berdasarkan akad hawalah.
c. Menempatkan dana pada Bank Syariah lain dalam bentuk :
1) Titipan berdasarkan akad wadi’ah.
2) Investasi berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

4
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang: Empat Dua, 2016), h.
90

6
d. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan nasabah melalui rekening Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah yang ada di Bank Umum Syariah, Bank Umum Konvensional,
dan UUS.
e. Menyediakan produk atau melakukan kegiatan usaha Bank Syariah
lainnya yang sesuai dengan Prinsip Syariah berdasarkan persetujuan
Bank Indonesia.
3. Pelarangan untuk Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Berdasarkan UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, maka
BPR Syariah dilarang :
a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah.
b. Menerima simpanan berupa Giro dan ikut serta dalam lalu lintas
pembayaran.
c. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing, kecuali penukaran
uang asing dengan izin Bank Indonesia.
d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagai agen
pemasaran produk asuransi syariah.
e. Melakukan penyertaan modal, kecuali pada lembaga yang dibentuk
untuk menanggulangi kesulitan likuiditas Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah, dan
f. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha.5

C. Aqad Dan Sistem Pengembangan Produk Bank Syariah

Berdasarkan lima prinsip pengembangan produk tersebut, maka produk-


produk BPR syariah sangat bervariasi, tergantung pada prinsip apa yang
dijadikan rujukan dalam pengembangan produk.

5
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga ..., h. 92.

7
1. Prinsip Bagi Hasil/Mudharabah

Berdasarkan prinsip ini, BPR Syariah akan berfungsi sebagai mitra


baik dengan penabung maupun dengan pengusaha yang meminjam dana.
Dengan penabung, BPR Syariah akan bertindak sebagai
mudharib/pengelola, sedangkan penabung betindak sebagai shahibul
maal/penyandang dana. Antara keduanya diadakan mudharabah yang
menyatakan pembagian keuntungan masing-masing. Tujuan dari
Mudharabah kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal) dan
pengelola dana (mudharib), dalam hal ini BPR Syariah, dan pemilik
dana tidak boleh mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari.
Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan
perbandingan (nisbah) yang telah disepakati sebelumya. Kerugian
finansial menjadi beban pemilik dana, sedangkan pengelola tidak
memperoleh imbalan atas usaha yang dilakukan.
a. BPR Syariah sebagai Pengelola
BPR Syariah menghimpun dana pihak ketiga diterapkan pada :
1) Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimasudkan untuk
tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan qurban, dan
sebagainya.
2) Deposito special, dimana dana yang dititipkan nasabah khusus
untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah saja atau ijarah saja.6

b. BPR Syariah sebagai Penyandang Dana


BPR Syariah dapat mempergunakan dana pihak ketiga (Bungan
dan deposito) atas dasar prinsip mudharabah baik dalam bentuk equity
(dengan anak perusahaan nya) maupun dalam bentuk pembiayaan.
Pembiayaan mudharabah dapat dipergunakan oleh bank untuk hal-hal
yang sangat beragam sekali diantaranya:
1) Investasi

6
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang: Empat Dua, 2016), h.
92-93

8
2) Membiayai nasabah yang telah diketahui kredibilitas dan
bonafiditasnya serta diharapkan usaha yang dikelolanya cukup
feasible dan profitable

c. Aspek Teknis
Dalam melaksanakan pembiayaan mudharabah, langkah-
langkah yang harus diperhatikan dapat dibedakan ke dalam
pembiayaan usaha dan pembiayaan proyek.
1) Pembiayaan Badan Usaha
a) Identifikasi proyek atau bisnis yang akan dibiayaai
b) Melakukan feasibility study dengan tujuan untuk
mengetahui sejauh mana profitabilitas dan kelayakan usaha
c) Melakukan persiapan-persiapan dari segi legal
d) Menunjuk anggota-anggota direksi yang akan mengelola
jalannya perusahaan 7

2) Pembiayaan Proyek/Kontrak
a) Pembiayaan usaha atau kontrak yang timbul manakala
nasabah membutuhkan dana di muka untuk modal kerja
proyek yang telah didapatnya
b) Keberhasilan pembiayaan ini sangat tergantung kepada
kinerja nasabah dalam menjalankan usaha dengan kontrak
dan kemampuannya untuk membayar tepat pada waktunya
c) Melakukan analisa kredit dan evaluasi terhadap proposal
yang diajukan
d) Menerbitkan offering letter manakala proposal telah
disetujui dan diutarakan pula di dalam nya syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh nasabah dalam rangka
mendapatkan kan mendapatkan fasilitas pembiayaan.

7
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga..., h. 93

9
d. Syarat-syarat Permohonan Pembiayaan
Syarat-syarat kelayakan:
1) Nasabah harus memiliki status kelayakan hukum untuk
melakukan kontrak
a) Berumur minimal 21 tahun dan maksimal 55 tahun
b) Berakal sehat
c) Tidak dalam keadaan bangkrut
d) Dalam hal nasabah adalah sebuah PT atau badan usaha
maka badan usaha tersebut haruslah sesuai dengan syariah
baik secara organisasi maupun segenap aktivitasnya.
2) Kemampuan membayar
a) Dari segi usaha, kemampuan untuk melakukan pembayaran
sangat tergantung kepada faktor-faktor yang memengaruhi
volume penjualan, harga jual, biaya, dan pengeluaran. Hal
ini semua tergantung kepada kualitas produk dan layanan,
efektifitas tenaga kerja, harga dan tersedianya bahan baku
serta kualitas manajemen.
b) Mengingat kemampuan membayar merupakan pendapatan
dari hasil usaha yang didapatkan dari nasabah, bank harus
sampai kepada suatu keyakinan bahwa berdasarkan usaha
tersebut nasabah dapat memenuhi kewajiban finansialnya.
c) Integritas nasabah yang baik.
d) Nasabah yang bersangkutan haruslah pemegang rekening di
BPR Syariah, baik tabungan, deposito minimal dalam waktu
enam bulan terakhir. Jumlah yang tersimpan hendaklah
memadai sesuai dengan besarnya pembiayaan yang di
nikmatinya. Unruk individu dan perusahaan yang
mempunyai reputasi yang baik dapat dikecualikan dari
syariat ini.8

8
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga..., h.94

10
e. Margin Pembiayaan
1) Nisbah bagi hasil antara nasabah dan BPR Syarih harus
ditetapkan sebelum penanatanganan pembiayaan, nisbah dapat
ditentukan seperti 70:30, 60:40 atau berapasaja sesuai dengan
kesepakatan bersama.
2) BPR Syariah dalam menentukan besarnya nisbah bagi hasil
yang akan diterimanya hedaklah memperhitungkan besar biaya
dana (keuntungan bagi hasil untuk deposan dan penabungan)
serta biaya operasional bank lainnya.
3) Dalam menentukan jumlah keuntungan yang akan dibagikan
seandainnya perjanjian merupakan kerja sama murni dalam
bentuk proyek , maka hendaklah mempergnakan perhitungan
keuntungan sebelum dikenakan pajak. Sandainya nasabah
merupakan suatu PT, maka kebiaksanaan perusahaan dalam
membagikan deviden hendaklah dijadikan sebagai salah satu
pertimbangan.

f. Agunan
1) Secara prinsip, dalm konsep mudharabah, tidak ada jaminan
yang diambil sebagai agunan
2) Jaminan dapat diambil untuk menjaga agar nasabah benar-benar
melaksanakan usaha dengan baik. Jaminan baru dapat dicairkan
setelah terbukti bahwa nasabah benar-benar menyalahi
persetujuan yang menjadi sebab utama kerugian.

2. Prinsip Syarikah/Musyarakah

a. pembiayaan proyek

Al-Musyarakah biasanya di aplikasikan untuk pembiayaan


proyek dimana nasabah dan BPR Syariah sama-sama menyediakan
dana untuk membiayaai proyek tersebut. Setelah proyek ini selesai,

11
nasabah mengembalikan dana tersebut bersam bagi hasil yang telah
disepakati untuk bank.
b. Modal Ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang boleh melakukan investasi
dalam kepemilikan perusahaan, Musyarakah diterapkan dalam skema
modal venura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu
tertentu dan setelah itu bank melakukan divestasi atau menjual bagian
sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap.
Sebagai contoh Syarikah diterapkan dalam:
1) Perseroan terbatas (PT) atau limited Company, dimana bank,
koperasi, leasing merupakan bentuk-bentuk dari padanya.
2) Usaha-usaha patungan /joint Venture/
3) penyertaan saham atau modal Equity Participation
4) pembiayaan proyek khusus special investement, hal ini dapat
dilakukan antara lembaga keuangan degan nasabah.
5) Pembiayaan proyek atau usaha secara kredit, dimana pihak-
pihak terkait secara berangsur mengembalikan kredit tersebut
dan sebagai konsekuensinya bankmundur secara teratur. Usaha
ini dinamakan decreasing participation atau Musyarakah
mutanaqisah.

3. Prinsip Jual Beli ( Murabahah)

BPR Syariah dengan menggunakan fasilitas jual beli/ murabahah


dapat membiayaai nasabahnya untuk keperluan modal kerja atas
pembiayaan perdagangan.
Tujuan Pembiayaan:9
a. BPR Syariah dapat membiayai keperluan modal kerja nasabahnya
b. BPR Syariah dapat pula membiayai penjualan barang atau jasa yang
dilakukan

9
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga..., h. 96

12
c. Nasabah dapat pula meminta BPR syariah untuk membiayai stok dan
persediaan mereka . Keperluan pembiayan mereka ditentukan
besarnya stok dan persediannya. Pembiayaan juga meliputi biaya
bahan mentah, Tenaga kerja dan overhead.
d. Nasabah yang telah mendapatkan kontrak, Baik kontrak kerja
maupun kontrak pemasukan barang dapat pula meminta pembayaran
dari bank. Bank dpat membiayai keperluan ini dengan prinsip
murabahah dan untuk itu bank dapat meminta surat perintah kerja
(SPK) dari nasabah yang bersangkutan.

a. Aspek Teknis
Dengan prinsip murabahah, BPR syariah akan membeli
barang/jasa lalu menjualnya kepada nasabahnya dengan mengambil
margin keuntungan. BPR syariah memberikan waktu tangguh bayar
kepada nsabahnya selama 30 hari,60 hari, 90 hari atau jangka waktu
lain yang disepakati bersama.
b. Outright Purchase
1) BPR syariah menunjuk nasabahnya sebagai agen pembelian
barang dimaksud atas nama bank dan bank membayar harga beli
hanya sah bila dilengkapi invoice, Draft/bill,Convirmed delivery
order atau dokumen-dokumen sejenis. BPR syariah harus
memastikan bahwa :
a) Daft/bill tidak boleh kadaluwarsa(biasanya tidak lebih dari
14 hari setelah tanggal tulis)
2) BPR syariah selanjutnya menjual barang ke nasabahnya pada
harga yang telah disepakati bersama, Yaitu harga pembelian
ditambah margin kenutungan, Dan menerbitkan suatu
murabahah note bernomilan sebesar harga jual untuk dilunasi
dengan tangguh tempo 30 hari, 60 hari, 90 hari, atau jangka
waktu lain yang disepakati bersama.

13
3) Pada saat murabahah note jatuh tempo, Nasabah membayar bank
dengan mendebit rekening di bank yang bersangkutan.10

c. Penjualan Barang Atau Jasa


1) BPR syariah membiayai pembuatan barang, Dan selanjutnya
menjual barang kepada nasabahnya pada harga yang telah
disepakati bersama, Yaitu biaya ditambah margin keuntungan
bank.
2) Pembayaran dilakukan dengan tangguh dalam tempo 30 hari, 60
hari, 90 hari, atau jangka waktu yang telah disepakati bersama.
3) Nasabah melunasi pembayaran kepada BPR syariah pada saat
jatuh tempo.

d. Pembiayaan Kontrak Murabahah


1) Nasabah menyiapakan rincian biaya dari kontrak yang telah
diberikan kepada nasabahnya, Termaksud biaya bahan, Tenaga
kerja, overhed
2) BPR syariah membeli kontrak dimaksud senilai biayanya, Dan
mencairkan dana pembiayaan sesuai dengan prestasi penyelesain
kontrak.
3) BPR syariah dapat mengawasi atau menggunakan pihak ke tiga,
Yaitu konsultan atau propesional untuk mengawasi pekerjaan
nasabah dengan persetujuan nasabah.
4) Hasil pembayaraan kontrak dibayarkan kepda BPR syariah
menjual kepada nasabahnya pada harga yang telah disepakati
bersma, Yaitu harga beli ditambah margin keuntungan BPR
syariah

10
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga..., h. 96-97

14
5) Hasil pembayaran kontrak dibayarkan kepada BPR syariah dan
digunakan untuk melunasi kepada BPR syariah. JIka ada
kelebihan, Bank mngembalikannya kepada nasabah.11

e. Tern Of Condition
Semua permohonan untuk murabahah harus memenuhi tern of
condition sebagai berikut :
Syarat pengajuan permohonan :
1) Indivudu
a) Minimal berusia 21 tahun
b) Berakal sehat
c) Tidak dalam keadaan pailit
d) Mempunyai intergeritas diri yang baik
2) Perusahaan
Badan hukum yang tidak bertentangan dengan syariah lebih
disukai bila pemohon mempunyai rekening bank di BPR syariah
atau bank syariah dari cabang-cabangnya.
3) Margin pembiayaan
BPR syariah dapat menyediakan pembiayaan sampai dengan
100% berdasarkan biaya barang yang akan di beli atau biaya
kontrak yang didapat nasabah.
4) Penetapan Harga
Harga jual kepada nasabah adalah harga beli ditambah margin
keuntungan BPR syariah. Margin keuntungan akan ditentukan BPR
syariah dari waktu kewaktu. Harga jual dapat ditentukan oleh BPR
syariah pada saat permohonan pembiayaan disetujui atau pada saat
setiap kali mencairkan dana pembiayaan (untuk modal kerja)

11
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga..., h. 97-98

15
5) Jangka waktu pengembalian
Waktu pengembalian setiap pembiayaan murabahah tidak
kurang dari 30 hari dan tidak lebih dari 1 tahun. Waktu kurang dari
1bulan dianggap 1 bulan.
6) Cara Pengembalian
Pada saat jatuh tempo, Nasabah memberikan wewenang
kepada BPR syariah untuk mendebit kewajibannya dari rekening
bank.
7) Agunan
Selai dari agunan barang yang mendapat pembiayaan, Bank
jika dirasa perlu untuk dapat meminta agunan atau garansi. Jenis
dan nilainya akan ditentukan oleh bank pada saat menyetujui
permohonan pembiayaan.12

4. Prinsip al-Wadiah (Simpanan/Titipan)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan dari satu pihak ke pihak


lain, baik individu, maupun badan hukum yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penyimpan menghendakinya. Aplikasi
BPRS Syariah yang sesuai dengan akad ini adalah save account
(tabungan berjangka). semua keuntungan yang dihasilkan dari dana
titipan tersebut adalah milik bank demikian juga menanggung kerugian
sebagai imbalan penyimpanan mendapat jaminan keamanan akan
hartanya. BPRS syariah bisa memberikan semacam incentive berupa
bonus dengan catatan tidak di syarat kan sebelumnya dan jumlah nya
tidak ditetapkan dalam nominal atau presentase. Jasa simpanan
tabungan wadiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Menggunakan buku (passbook).
b. Besarnya setoran awal dan saldo minimal yang mengendap
tergantung kebijakan BPR Syariah.

12
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang: Empat Dua, 2016), h.
98-99

16
c. Penarikan tidak dibatasi, berapa saja dan kapan saja.
d. Tipe rekening; rekening perorangan, rekening pemilik tunggal,
rekening bersama organisasi atau perkumpulan yang tidak
berbadan hukum, rekening perwakilan, rekening jaminan (untuk
menjamin pembiayaan).
e. Pembayaran bonus (hibah) dilakukan dengan cara
mengkreditkan rekening tabungan.13

5. Prinsip Sewa (ijarah)

Ijarah adalah akad pemindahan hak guna barang atau jasa, melalui
pembayaran upah, sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
atas barang itu sendiri. Adapun aplikasi produk dengan prinsip ijarah
pada BPR Syariah adalah ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT). IMBT
adalah produk pembiayaan BPR Syariah berdasarkan akad sewa-
menyewa terdiri dari sewa murni dan sewa yang diakhiri dengan
pemindahan hak kepemilikan atau dikenal dengan ijarah Muntahiya Bit
Tamlik.

a. Teknis ijarah Muntahiya Bit Tamlik (IMBT)

1) Adanya permintaan untuk menyewa beli barang tertentu dengan


spesifikasi yang jelas, oleh nasabah kepada BPR Syariah;

2) Wa’ad antara BPR Syariah dan nasabah untuk menyewa beli


barang dengan harga sewa dan waktu sewa yang disepakati;

3) BPR Syariah mencari barang yang diinginkan untuk disewa beli


oleh nasabah;

4) BPR Syariah membeli barang tersebut dari pemilik barang;

5) BPR Syariah membayar tunai barang tersebut;

13
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang: Empat Dua, 2016), h.
99

17
6) Barang diserahterimakan dari pemilik barang kepada BPR
Syariah;

7) Akad antara BPR Syariah dengan nasabah untuk sewa beli;

8) Nasabah membayar sewa d belakang secara angsuran;

9) Barang diserahterimakan dari BPR Syariah kepada nasabah;

10) Pada akhir periode, dilakukan jual beli antara BPR Syariah dan
nasabah.

Pada BPR Syariah, ijarah adalah produk pembiayaan yang


ditawarkan kepada nasabah berupa jasa untuk pembiayaan dana
talangan pendidikan dan haji. Bank memberikan dana talangan
terlebih dahulu kepada lebaga pendidikan dan haji, dengan syarat
lembaga tersebut harus bekerja sama dengan BPR Syariah, kemudian
nasabah dikenakan ujroh (upah sewa) dengan cara mencicilnya
setiap bulan. Ijarah hampir sama dengan cicilan, tapi tidak
mensyaratkan jaminan apapun. Selain angsuran poko/ ujroh yang
harus dibayar, nasabah juga dikenakan biaya-biaya lain saat
mengajukan permohonan pembiayaan ijarah, yaitu:

1) Biaya notaris (1% dari plafon);

2) Asuransi jiwa;

3) Biaya Administrasi (1% dari plafon);

4) Biaya materai untuk akad (6 sampai 7 materai).14

6. Produk BPR Syariah: Al Hawalah

Dalam mempertahankan eksistensi BPR Syariah, selain dari


prinsip-prinsip yang telah dijabarkan diata, BPR Syariah juga memiliki

14
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang: Empat Dua, 2016), h.
99

18
produk. Produk-produk tersebut berkaitan dengan jasa yang diberikan
Bank Syari’ah pada nasabah ( fee based service) yaitu Al-Hawalah, Al-
Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya. Misalnya : factoring15

15
Jeni susyanti, Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah, (Malang: Empat Dua, 2016), h.
101

19
BAB III

KESIMPULAN

Menurut Undang-undang (UU) Perbankan No. 7 tahun 1992, BPR adalah


lembaga keuangan yang menerima simpanan uang hanya dalam bentuk deposito
berjangka tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dalam bentuk itu
dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR. Pada UU Perbankan No. 10 tahun
1998, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan
kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Tujuan didirikannya Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah sebagai
berikut meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama masyarakat
golongan ekonomi lemah yang pada umumnya di daerah pedesaan, menambah
lapangan kerja terutama di tingkat kecamatan sehingga dapat mengurangi arus
urbanisasi, membina semangat ukhuwah islamiyyah melalui kegiatan ekonomi
dalam rangka meningkatkan pendapatan per kapita menuju kualitas hidup yang
memadai.
Kegiatan Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah berupa menghimpun dana
dari masyarakat Simpanan berupa Tabungan atau yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad wadi’ah, investasi berupa Deposito atau Tabungan atau bentuk
lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad mudharabah atau akad
lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Menyalurkan dana kepada
masyarakat dalam bentuk pembiayaan bagi hasil berdasarkan akad mudharabah
atau musyarakah, pembiayaan berdasarkan akad mudharabah, salam atau istishna,
pembiayaan berdasarkan akad qardh, pembiayaan penyewaan barang bergerak
atau tidak bergerak kepada nasabah berdasarkan akad ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bittamlik, pengambilalihan utang berdasarkan akad
hawalah.

20
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
Susyanti, Jeni. Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah. Malang: Empat Dua.
2016.
Wirdyaningsih. Bank dan Asuransi Islam di Indonesia. Jakarta: Kencana. 2005.

SKRIPSI
Zachray, Elsahada. “Potensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Dalam
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Periode 2010-2016”.
Dalam Skripsi. Jakarta: FEBI UIN Syarif Hidayatullah. 2017.

21

You might also like