You are on page 1of 18

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN MANDI CAIR YANG

DIFORMULASIKAN DARI EKSTRAK DAUN EUCALYPTUS


PELLITA DENGAN PELARUT ETANOL

Proposal Skripsi

Disusun Oleh:
RISKI PUSPITA SARI
NPM. 20310100

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2023
AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN MANDI CAIR YANG
DIFORMULASIKAN DARI DAUN EUCALYPTUS PELLITA DENGAN
PELARUT ETANOL

Proposal Skripsi

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Kedokteran

Oleh:

Riski Puspita Sari


NPM.20310100

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul
“Aktivitas Antibakteri Sabun Mandi Cair Yang Diformulasikan Dari Daun Eucalyptus
Pellita Dengan Pelarut Etanol “. Karya Tulis ini diajukan untuk memenuhi persyaratan
kelulusan pada program studi S1 Kedokteran Umum Universitas Malahayati. Proses
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan atas bantuan berbagai pihak, maka
dengan selesainya proposal ini penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada:

1. Dr.dr. Achmad Farich,M.M., selaku Rektor Universitas Malahayati


2. Dr.Toni Prasetia, Sp.PD., FINASIM., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Malahayati .
3. dr. Sri Maria Puji Lestari, M.Pd.Ked., selaku Ketua Prodi Kedokteran
Universitas Malahayati.
4. Dwi Marlina Syukri, S.Si., M.BSc., PhD, selaku dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi arahan serta
masukkannya dalam penyusunan skripsi dengan sabar dan penuh keikhlasan.
5. Dr. Mala Kurniati, S.Si., M.Biomed, selaku dosen Pembimbing II yang banyak
memberikan kemudahan, nasihat, semangat dan bimbingannya yang tulus
sehingga skripsi ini lancar terselesaikan.
6. ……………………………….selaku penguji yang telah memberikan nasehat-
nasehat serta meluangkan waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7. Seluruh dosen pengajar, tim skripsi dan pegawai staf akademik Fakultas
Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung yang telah banyak
memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menuntut ilmu di Fakultas
Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung.
8. Ayah Sukamto dan Ibu Fitria, yang selalu mendoakan dan memberi
dukungannya.
9. Adikku Dwi Rahmat Agung Gumilar dan seluruh keluarga serta sahabat penulis
yang memberikan do’a dan dukungannya.
10. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan proposal ini
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Di dalam penulisan proposal ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
serta kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak untuk membangun hasil yang lebih baik lagi dimasa
yang akan datang. Semoga proposal ini data memberikan manfaat kepada pihak-pihak
yang membutuhkan.

Bandar Lampung………………2023

(Riski Puspita Sari)


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu upaya di Indonesia untuk mencegah timbulnya penyakit terutama pada

kulit tubuh manusia adalah dengan membersihkan kulit tubuh dari bakteri, virus

atau radikal bebas lainnya yaitu dengan mandi. Mandi menggunakan sabun

merupakan langkah terpenting untuk menghindari munculnya mikroorganisme

berbahaya. Kehadiran sabun memiliki kemampuan untuk menghilangkan atau

membunuh mikroorganisme, sehingga mencegah penularannya ke orang lain.

Menggunakan air saja tidak akan efektif untuk membersihkan kulit, karena air tidak

dapat menghilangkan lemak dan protein yang merupakan komponen utama bakteri

(Nurrosyidah, Asri and FM, 2019). Oleh karena itu, menghilangkan bakteri dari

kulit memerlukan penggunaan sabun dengan bahan aktif tertentu yang mampu

membuat sabun sebagai antibakteri dalam membersihkan kulit. Bahan aktif yang

mempunyai peran sebagai antibakteri saat ini sangatlah banyak, namun umumnya

yang paling banyak digunakan pada pembutan sabun adalah bahan kimia sebagai

bahan utamanya. Bahan kimia ini dapat menimbulkan iritasi pada kulit sehingga

berbahaya untuk digunakan. Adanya bahan yang berbahaya ini maka perlu solusi

atau alternatif lain untuk menghindari terjadinya iritasi kulit dengan menggunakan

bahan yang lebih alami dan ramah lingkungan (Nurrosyidah, Asri and FM, 2019).

Menurut National Geographic Indonesia (2019), Indonesia merupakan negara yang

berposisi di urutan kedua sebagai negara yang memiliki kekayaan alam terbesar di

dunia setelah brazil. Jumlah tanaman yang berada di negara khatulistiwa ini
membentuk keanekaragaman hayati. Keanekaragaman tersebut banyak digunakan di

Indonesia sebagai bahan obat-obatan, selain digunakan sebagai obat juga

dimanfaatkan sebagai campuran kimia, bahan pembersih atau sebagai bahan

lainnya. Banyak masyarakat indonesia terutama di pedesaan, masih menggunakan

tanaman obat tradisional untuk menyembuhkan penyakit dan gejalanya. Eucalyptus

merupakan salah satu tanaman yang ada di Indonesia.

Eucalyptus termasuk ke dalam famili myrtaceae yang memiliki 140 genus dan lebih

dari 3800 speseis yang tumbuh di seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun

subtropis. Di Indonesia, pemanfaatan tanaman ini umumnya hanya digunakan untuk

memproduksi minyak esensial. Eucalyptus memiliki kemampuan bioaktivitas yang

berfungsi sebagai pelindung tubuh hal ini disebabkan karena senyawa-senyawa

metabolit sekunder (Moon et al., 2014). Berdasarkan penelitian-penelitian

sebelumnya Eucalyptus memiliki aktivitas antibakteri, antivirus, antioksidan, dan

antiinflamasi. Aktivitas tersebut dikarenakan Eucalyptus memiliki senyawa-

senyawa bioaktif antara lain 1,8-sineol, α-terpineol, α-pinen, ß-pinen, flavonoid,

tanin, total fenolik, saponin dan lainnya (Siregar, 2010). Senyawa tersebut mampu

menghentikan pertumbuhan bakteri dengan menghentikan pembentukan dinding sel,

merusak membran sel, menghentikan aktivitas enzim, dan menghancurkan materi

genetik yang ada pada bakteri sebagai agen antibakteri, menyebabkan denaturasi

protein sel, yang mengubah permeabilitas dinding sel dan membran sitoplasma serta

menginaktivasi adhesi mikroba, enzim, transportasi protein pembungkus sel, dan

pembentukan kompleks dengan polisakarida, serta menginaktivasi adhesi mikroba,

enzim, transportasi protein pembungkus sel, dan pembentukan kompleks dengan

polisakarida (Joen, 2020).


Berdasarkan latar belakang masalah ini peneliti ingin melakukan penelitian

mengenai aktivitas antibakteri sabun mandi cair yang diformulasikan dari daun

Eucalyptus pellita dengan pelarut etanol.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang sudah diuraikan, maka masalah

yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah bagaimana aktivitas antibakteri pada

sabun mandi cair yang diformulasikan dari daun Eucalyptus pellita yang diekstrak

menggunakan pelarut etanol ?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui aktivitas antibakteri sabun mandi yang berbahan aktif etanol

menggunakan Eucalyptus pellita.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritik

Penelitian ini dapat memberikan referensi dan pemahaman khususnya para

tenaga kesehatan mengenai aktivitas antibakteri dari sabun mandi cair yang

diformulasikan dari daun Eucalyptus pellita dengan pelarut etanol. Serta agar

dapat digunakan dan dikembangkan lebih lanjut oleh masyarakat.

1.4.2 Manfaat Praktisi

1. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan bagi peneliti mengenai manfaat dari daun

Eucalyptus pellita sebagai bahan yang diformulasikan pada sabun mandi

cair.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi untuk pustaka

ilmiah Universitas, serta dapat dijadikan sebagai referensi selanjutnya.

3. Manfaat Teoritis

Hasil Penelitian ini dapat menjadi sumber pengetahuan secara medis dan

eksperimen mengenai aktivitas antibakteri yang terdapat pada sabun mandi

cair yang diformulasikan dari daun Eucalyptus pellita dengan pelarut etanol.

4. Bagi Peneliti Lain

Untuk mengembangkan penelitian yang terbaru dan dapat digunakan sebagai

salah satu bahan acuan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian

mengenai aktivitas antibakteri sabun mandi cair yang diformulasikan dari

daun Eucalyptus pellita dengan pelarut etanol.

1.5 Ruang Lingkup

1.5.1 Judul

Judul pada penelitian ini adalah Aktivitas Antibakteri Sabun Mandi Cair Yang

Diformulasikan Dari Daun Eucalyptus Pellita Dengan Pelarut Etanol.

1.5.2 Jenis Penelitian

Penelitian dilakukan secara eksperimen dan pengumpulan data dilakukan secara

langsung di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Malahayati. Pengambilan

sample yang dilakukan menggunakan Random Purposive Sampling.


1.5.3 Lingkup Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara langsung di Laboratorium Mikrobiologi

Universitas Malahayati, pada bulan juni tahun 2023.

1.5.4 Subjek Penelitian

Subjek yang dituju pada penelitian ini adalah ekstrak daun Eucalyptus pellita.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Eucalyptus

2.1.1 Pengertian Eucalyptus

Eucalyptus merupakan salah satu spesies eksotik yang banyak digunakan dalam

pembangunan HTI karena kemampuannya untuk tumbuh secara cepat dalam

berbagai kondisi lingkungan, tanaman ini juga dapat ditemukan di berbagai

wilayah di mana ia tumbuh secara alami Tanaman Eukalyptus merupakan salah

satu jenis tanaman hutan yang diprioritaskan untuk dikembangkan dalam

program Hutan Tanaman Industri (HTI), mengingatkan bahwa jenis ini adalah

fast growing, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap iklim dan tempat

tumbuh, sifat kayu yang cukup baik dan memiliki daur hidup yang cepat/pendek

yaitu 5-6 tahun (Sugeng et al., 2023). Eucalyptus juga merupakan tanaman yang

memiliki banyak manfaat, dan mudah di kembangkan. Hal ini karena

Eucalyptus dapat tumbuh di tanah yang dangkal, berbatu, lembah, berawa, dan

bahkan di tanah yang kurang hara. Menurut Badan Pusat Statistik (2020)

Produksi eukaliptus Indonesia pada tahun 2018 sebesar 7,9 juta ton meningkat

sekitar 9,25% menjadi 8,7 juta ton pada tahun 2019 dan naik lagi sekitar 53%

menjadi 13,3 juta ton pada tahun 2020 (Sugeng et al., 2023).

Hampir semua jenis Eukalyptus beradaptasi dengan iklim basah, beberapa jenis

bahkan dapat bertahan hidup di musim yang sangat kering, pada ketinggian

hingga 1800 mdpl, dengan curah hujan tahunan 2500-5000 mm, suhu minimum
rata-rata 23° dan maksimum 31° di dataran rendah, dan suhu minimum rata-rata

13° dan maksimum 29° di pegunungan (Pelawi, 2023).

Gambar 1. Pohon Eucalyptus pellita.

Eucalyptus merupakan famili dari Myrtaceae yang memiliki 140 genus dan

sekitar 3800 spesies yang terdistribusi di belahan dunia daerah tropis dan sub-

tropis. Daerah penyebaran alami Eucalyptus terdapat disebelah timur garis

Walace, mulai dari 7° LU – 43°39’ LS sebagian besar tumbuh di Australia dan

pulau-pulau sekitarnya. Beberapa jenis tumbuh luas di Papua Nugini dan jenis-

jenis tertentu terdapat di Sulawesi, Papua, Philipina, Nusa Tenggara Timur

(Pelawi, 2023).

2.1.2 Klasifikasi Eucalyptus

Gambar 2. Bunga Eucalyptus pellita.


Kingdom : Plantae

Divisi : Angiospermae

Kelas : Dikotiledonae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Eucalyptus

Spesies : Eucalyptus urophylla, Eucalyptus alba, Eucalyptus brassiana,

Eucalyptus deglupta, Eucalyptus pellita, Eucalyptus torelliana, Eucalyptus

tereticornis dan 500 jenis lainnya (Yusrizal, 2022).

Eucalyptus merupakan famili dari Myrtaceae yang memiliki 140 genus dan

sekitar 3800 spesies yang terdistribusi di belahan dunia daerah tropis dan sub-

tropis. Daerah penyebaran alami Eucalyptus terdapat disebelah timur garis

Walace, mulai dari 7° LU – 43°39’ LS sebagian besar tumbuh di Australia dan

pulau-pulau sekitarnya. Beberapa jenis tumbuh luas di Papua Nugini dan jenis-

jenis tertentu terdapat di Sulawesi, Papua, Philipina, Nusa Tenggara Timur

(Pelawi, 2023).

2.1.3 Manfaat Eucalyptus

Daun Eucalyptus memiliki beberapa manfaat yang cukup signifikan antara lain

pada sektor olahan makanan yaitu sebagai produk olahan makanan, minuman

ringan, permen, makanan kaleng, dan tembakau. Pada sektor industri farmasi

yaitu dapat digunakan sebagai produk perawatan Kesehatan homoeopati dan

aromaterapi. Sedangkan pada sektor bidang lainnya dapat digunakan sebagai

bahan obat-obatan, balsem, sabun, obat kumur, obat batuk, emulsi antiseptik,
salep, dan pereda sakit gigi. Pemanfaatan daun Eucalyptus untuk membuat

minyak atsiri dilakukan dengan cara penyulingan pada bunga, daun, kulit dan

batang Eucalyptus (Jati et al., 2022).

2.1.4 Morfologi Eucalyptus

Eucaylptus pada umumnya berupa pohon kecil hingga besar, tingginya berkisar

60-70 m. batang utamanya berbentuk lurus dengan diameter hingga 200 cm.

permukaan pepagan licin, serat berbentuk papan catur, daun dewasa umumnya

berseling kadang-kadang berhadapan, tungga, tulang tengah jelas, pertulangan

sekunder menyirip atau sejajar, berbau harum bila diremas. Perbungaan

berbentuk payung yang rapat, kadang-kadang berupa malai rata di ujung ranting.

Buah berbentuk kapsul, kering dan berdinding tipis, biji berwarna cokelat.

Pohon Eukaliptus pada umumnya bertajuk sedikit ramping, ringan dan banyak

meloloskan sinar matahari. Percabangannya lebih banyak membuat sudut ke

atas, jarang-jarang dan daunnya tidak begitu lebat. Ciri khas lainnya adalah

sebagian atau seluruh kulitnya mengelupas dengan bentuk kulit bermacam-

macam mulai dari kasar dan berserabut halus bersisik, tebal bergaris- garis.

Warna kulit batang mulai dari putih kelabu, abu-abu muda, hijau kelabu sampai

cokelat, merah, sawo matang sampai coklat. Eukalyptus merupakan jenis yang

tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat

tumbuhnya. Jenis Eukaliptus dapat berupa semak atau perdu sampai mencapai

ketinggian 100 m umumnya berbatang bulat, lurus, tidak berbanir dan sedikit

bercabang. Sistem perakarannya yang masih muda cepat sekali memanjang

menembus ke dalam tanah (Pelawi, 2023).


Gambar 4. Daun, batang, bunga dan biji Eucalyptus pellita

2.1.5 Kandungan pada Eucalyptus

Eucalyptus memiliki senyawa-senyawa bioaktif antara lain 1,8-sineol, α-

terpineol, α-pinen, , flavonoid, tanin, total fenolik, saponin dan kandungan

lainnya yang terdapat pada tanaman ini. Kandungan tersebut membuat tanaman

ini memiliki antibakteri yang mampu melindungi kulit.

1. 1,8-Sineol

1,8-Sineol merupakan eter siklik dengan rumus empiris C 10H18O dan nama

sistematik 1,3,3-trimethyl-2-oxabicyclooctane yang termasuk ke dalam

kelompok komponen hidrokarbon teroksigenasi monoterpen yang

diketahui memiliki aktivitas antibakteri yang kuat dengan mekanisme

mengganggu metabolime karbohidrat dan membran sel bakteri (Irvan, Putra

B. Manday and Januar Sasmitra, 2015). 1,8-sineol Banyak terdapat di

beberapa tumbuhan seperti minyak atsiri, termasuk Eucalyptus, kardamomi,

lavender, jahe, rosemary, dan daun sage.. Senyawa 1,8-Sineol memiliki

banyak manfaat, seperti digunakan sebagai obat penggunaan luar, semprot

hidung, disinfectant, analgesik, atau penyedap makanan, kosmetik, obat


batuk, nyeri otot, asma, batu kemih, neurosis, dan rematik.. Karakteristiknya

yang segar dan aroma menyengat dan rasa tajam sangat bermanfaat dan

menjadi ciri khas dari 1,8-Sineol (Rosmalina, Sri Endah and Susanto

Ridwan, 2020).

Gambar 5. struktur 1,8-cineole

2. α-Terpineol

α-Terpineol adalah alkohol monosiklik dan merupakan salah satu dari

golongan senyawa monoterpena. Senyawa ini dapat dihasilkan dari hidrasi

α-pinene dalam kondisi asam menghasilkan campuran kompleks berupa

monoterpen, alkohol, dan hidrokarbon (Khikmah and Utami, 2019).

Senyawa terpineol (C10H18O) merupakan senyawa monoterpena monosiklis.

Nama lain dari senyawa (+) α -terpineol adalah (R) -p-menth-1-en-8-ol; (R)-

2-(4 metil-3-sikloheksenil) isopropanol; atau terpena alkohol. Sifat fisik dari

(+) α -terpineol berwujud cair, warna jernih, bau lilac, berat jenis 20oC 0,94

(g/cm3), indeks bias + 84 ± 10o dan larut dalam air. Terpineol adalah produk

yang banyak digunakan dalam industri kosmetik sebagai parfum dan

pengusir serangga, di industri farmasi sebagai anti jamur dan desinfektan,

dalam industri pembersih sebagai penghilang bau dan desinfektan


(digunakan dalam sabun, deterjen, dan berbagai formula parfum) dan dalam

industri mineral sebagai agen flotasi logam. Senyawa alpa-terpineol pada

minyak kayu putih memiliki aktivitas antibakteri dengan cara merusak

bagian dinding sel dan membran sel bakteri sehingga terjadinya penurunan

ukuran sel yang menyebakan pecahnya membran sel (Wibowo et al., 2023).

Gambar 6. Struktur α-terpineol.

3. -Pinene

Senyawa ɑ-pinena atau 2,6,6-trimetilbisiklo[3,1,1]-2-heptena dengan rumus

molekul C10H16 adalah cairan yang tidak berwarna dengan bau karateristik

seperti terpentin. Rumus struktur ɑ-pinene terdiri atas dua cincin yaitu

siklobutana dan sikloheksana. Monoterpena digunakan secara luas dalam

industri parfum karena baunya menarik, berat molekulnya rendah dan

volatilitasnya tinggi. α-Pinene merupakan suatu senyawa yang digunakan

untuk sintesis senyawa parfum, resin, obat atau lainnya. Senyawa α-Pinene

mempunya aktivitas farmakologis, misalnya, antimikroba, antivirus,

antispasmodik, antijamur, antikanker, antimalaria, antioksidan, dan efek

anti-inflamasi (Efruan, Martosupono and Rondonuwu, 2015).


Gambar 7. Struktur  Pinene.

4. Flavonoid

Flavonoid merupakan salah satu golongan senyawa fenol alam yang terbesar

dalam tanaman. dan tersusun oleh 15 atom karbon sebagai inti dasarnya.

Tersusun dari konfigurasi C6- C3 - C6 yaitu 2 cincin aromatik dan

dihubungkan oleh tiga atom karbon yang dapat atau tidak dapat membentuk

cincin ketiga (Parwata, 2016). Salah satu metabolit sekunder yang penting

pada tumbuhan adalah flavonoid yang merupakan turunan dari 2-phenyl-

benzyl-γ-pyrone dengan biosintesis menggunakan jalur fenilpropanoid.

Flavonoid pada tumbuhan berperan memberi warna, rasa pada biji, bunga,

dan buah serta aroma (Alfaridz and Amalia, 2019). Aktivitas farmakologi

yang terdapat pada flavonoid diantaranya adalah sebagai anti-inflamasi, anti-

oksidan, anti-diabetes, anti-bakteri serta memiliki kemampuan untuk

perpindahan elektron menuju radikal bebas dan memecah radikal bebas

(Alfaridz and Amalia, 2019).

Gambar 8. Struktur Flavonoid.


5. Tanin

Tanin merupakan senyawa organik yang terdiri dari campuran senyawa

polifenol kompleks, dibangun unsur C, H, dan O serta sering membentuk

molekul besar dengan berat molekul lebih besar. Struktur kimianya dapat

digolongkan menjadi dua macam yaitu tanin terhidrolisis dan tanin

terkondensasi (Nofita, 2022).tanin juga memiliki berpotensi sebagai aktivitas

antibakteri terhadap bakteri S. aureus dan E. Coli (Makatambah, Fatimawali

and Rundengan, 2020).

Gambar 8. Struktur Tanin.

6. Total fenolik

7. Saponin

You might also like