Professional Documents
Culture Documents
KLP 6. Studi Kelayakan Bisnis
KLP 6. Studi Kelayakan Bisnis
OLEH:
KELOMPOK 6
NT 1= X 0 ¿
Dimana M menunjukan berapa kali bunga dibagikan. Berikut contoh soal dari bunga
majemuk, indra mempunyai uang 100 dan ingin di investasikan dengan tingkat bunga 10%
selama 2 tahun dimana setiap tahunnya bunganya dibagikan sebanyak 12 kali. Berapakan
nilai investasi dari indra selama 2 tahun beserta bunganya?
0 ,10 2.12
NT 2=100 (1+ )❑ =
12
NT 2=100 ¿ = 122,04
Indra akan memiliki uang sebesar 122,04 di akhir tahun kedua dengan bunga yang diberikan
sebesar 10% dan bunga dibagikan sebulan sekali dalam 2 tahun.
Contoh soal :
Andi mempunyai uang sebesar 10 jt, dia akan mendepositokan uang selama setahun dengan
tingkat bunga 12% per tahun. bunga dibagikan setiap bulannya. Berapakah uang yang
dimiliki andi di akhir tahun?
r m .n
NT1 = X 0 (1 + )
m
0,12 12.1
NT1 = 10.000.000 (1 + )
12
NT1 = 10.000.000 (1 + 0,01)12
NT1 = 10.000.000 (1,1268)
NT1 = 11.268.000
PV =
(1+ K ) n
A1 = Nilai yang ditargetkan / goals
PV = Present value / nilai sekarang
K = Tingkat Bunga
n = Jumlah Periode
Rumus diatas digunakan jika bunga yang diberikan setahun sekali, namun ada juga
cara untuk menghitung jika bunga yang diberikan setahun lebih dari sekali seperti berikut :
An
¿¿
Dimana m menunjukan berapa kali bunga dibagikan setiap tahunnya. Andi ingin
memiliki uang 100 di akhir tahun ketiga dan tingkat bunga adalah 15%/tahun dan dibagikan
setiap 3 bulan sekali, maka present valuenya adalah :
100
¿¿
= 64,29 adalah uang yang harus dipunya andi sekarang jika ingin mempunyai
uang sebesar 100 di akhir tahun ketiga dengan tingkat bunga 15 %
Contoh Soal :
Andi ingin mempunyai uang sebesar 10 jt dalam setahun kedepan, dia akan mendepositokan
uang selama setahun dengan tingkat bunga 12% per tahun. bunga dibagikan setiap bulannya.
Berapakah uang yang diperlukan oleh andi di awal tahun?
10.000.000
PV =
0,12
(1 + 12 )12,1
10.000.000
PV =
1,1268
PV = 8.874.689
Annuity ini sering dipergunakan untuk menghitung angsuran yang sama (pokok
maupun bunga pinjaman) dari suatu pinjaman. Misalkan nara meminjam uang 100.000 dan
mengangsung dalam 3 tahun dengan tingkat bunga 15%/tahun, dan mengangsur dengan
jumlah yang sama setiap tahunnya.
¿x
100.000 = 2,28323 X
100.000
X =
2,28323
=43.798 (pokok dan bunga yang harus dibayarkan andi setiap tahunnya)
Deskripsi:
I0 = Nilai Investasi / capital outlays
A+ = Aliran kas masuk bersih
r = tingkat bunga
n = Periode/ umur ekonomis
Contoh soal
Proyek A membutuhkan dana sebesar 200.000.000,- umur ekonomisnya 5 tahun, aktiva
tidak memiliki nilai sisa dan disesuaikan dengan metode garis lurus. Aliran kas masuk bersih
(Proceed) diperkirakan 50jt/tahun selama 5 tahun. Diketahui discount rate 10%
Kalau kita dihadapkan pada pemilihan ini, maka berarti kita mempunyai dana
minimal Rp800 juta (kalau tidak, kita tidak bisa memilih proyek bisnis A) meskipun kita
tidak mempersoalkan dari mana dana tersebut berasal. Dan kalau memang hanya ada dua
usulan investasi tersebut, maka usulan mana yang harus diambil?
Metode PI akan memilih proyek bisnis B, karena memberikan Pl yang lebih tinggi
(1,15 dibandingkan dengan hanya 1,08). Tetapi kalau kita menggunakan metode NPV, kita
akan memilih proyek bisnis A dan bukan 8, karena memberikan NPV yang lebih besar
(yaitu Rp64 juta dibandingkan dengan Rp45 juta). Kalau seperti ini seharusnya kita memilih
yang mana?
Untuk menjawab persoalan ini kita perlu berpegang pada asumsi yang kita gunakan.
Asumsi tadi adalah bahwa kita mempunyai Rp800 juta, dan hanya ada dua kesempatan
investasi. Kalau seperti ini, mana yang kita pilih? Jelas kita akan memilih proyek bisnis A,
karena kekayaan riil kita akan meningkat dengan Rp64 juta, sedangkan kalau kita memilih
proyek bisnis B, kekayaan riil lota hanya meningkat dengan Rp45 juta karena yang Rp500
juta tidak bisa kita manfaatkan.
Sekarang kalau kita bandingkan antara NPV dan IRR, mana yang lebih baik di antara
kedua metode tersebut? Untuk itu kita akan menempuh prosedur perbandingan yang sama
dengan di atas. Kalau kita bandingkan antara metode NPV dan IRR untuk menilai suatu
usulan investasi yang sama, maka hasilnya umumnya akan sama, meskipun mungkin bisa
tidak selalu sama. Hal ini terutama untuk pola aliran kas yang tidak normal.
Kesimpulan dari semua perbandingan ini adalah bahwa metode y seharusnya
dipergunakan adalah metode NPV.
20 ,5 20 ,5 20 ,5 20 , 5
NVP = -40 + + + +
1 ,3 1 , 32 1 , 33 1 , 34
Rj = Rf + (Rm – Rf) βj
Keterangan:
Rj = Tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk saham j
Rf = Tingkat keuntungan yang bebas resiko
Rm = Tingkat keuntungan portofolio pasar
Βj = Beta saham j
Misal bahwa suatu saham mempunyai beta 1,2. Tingkat keuntungan investasi bebas
resiko 18% dan tingkat keuntungan portofolio pasar 25%. Dengan demikian maka tingkat
keuntungan yang disyaratkan untuk saham tersebut adalah
Rj = Rf + (Rm – Rf) βj
Rj = 18% + (25% - 18%) 1,2 = 26,4%
Konsep CAPM dapat digunakan untuk menentukan tingkat bunga yang layak dari
usulan investasi, dengan penyesuaian perhitungan beta karena struktur modal dari
perusahaan. Tingkat keuntungan yang diukur dengan CAPM adalah tingkat keuntungan
saham biasa, yang berarti merupakan tingkat keuntungan modal sendiri. Jika perusahaan
menggunakan utang yang makin besar, perusahaan akan menanggung resiko finansial yang
semakin besar. Karena itu tingkat keuntungan yang disyaratkan dan juga dengan sendirinya
betanya menjadi semakin besar. Dalam menghitung beta industri hanya dihitung beta
aktivanya saja untuk mencerminkan resiko usahanya saja.
Jadi resiko yang akan ditanggung oleh pemilik modal sendiri adalah terdiri dari
resiko usaha plus resiko finansial. Bagi perusahaan yang tidak menggunakan utang, maka
resiko yang ditanggung adalah hanya resiko usaha saja, tetapi juga perusahaan menggunakan
utang, resiko yang ditanggung adalah resiko usaha plus resiko finansial. Maka beta modal
sendiri dari perusahaan yang menggunakan utang haruslah lebih besar daripada beta modal
sendiri dari perusahaan yang tidak menggunakan utang.
utang
β aktiva = β utang + β modal sendiri
utang+¿ modal sendiri
modal sendiri
utang+¿ modal sendiri
Misal suatu perusahaan mempunyai beta sebesar 1,5. Dan suatu perusahaan tersebut
menggunakan utang 30% dan modal sendiri 70%. Dengan demikian maka beta aktivanya
adalah:
β aktiva = 0 (0,30) + 1,5 (0,70)
= 1,05
Pada perhitungan tersebut beta utang diberi angka 0 (nol) karena tingkat keuntungan
yang diperoleh dari pemberi pinjaman besarnya tetap, meskipun tingkat keuntungan
portofolio pasar mengalami perubahan. Dengan kata lain, bahwa investasi tersebut semata-
mata hanya dibelanjai dengan modal sendiri. Maka secara formal metode ini bisa dinyatakan
dalam bentuk formula sebagai berikut:
n
At
NPV = -A0 + ∑
t =1 (1+r )ᵗ
Keterangan:
-A0 = Pengeluaran investasi pada tahun ke-0
At = Aliran kas masuk bersih pada tahun ke-t
r = Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh para pemilik modal sendiri dengan
hanya memperhatikan resiko usaha
n = Jumlah tahun (usia ekonomis) proyek bisnis
Karena cara tersebut yang disesuaikan adalah tingkat bunganya (yaitu disesuaikan
dengan resiko usaha), maka metode ini disebut juga sebagai metode risk adjusted discount
rate.
+ (1.850 – 1.350)2o,10]1/2
= 274 (dibulatkan)
= +1.301,70
Deviasi standar dari proyek bisnis ini adalah:
√
n
Ϭ
∑ ¿ ¿¿t ¿ ¿
2
Ϭ=
t=0
Keterangan:
Ϭt = Deviasi standar aliran kas pada tahun ke-1
Rt = Tingkat bunga bebas risiko
t = Jumlah periode (tahun)
2) Korelasi Moderat
Pada umumnya aliran kas memang saling mempengaruhi meskipun tidak sempurna.
Maka dari itu diperlukan identifikasi bagaimana hubungan kas antar periode
2. Analisis Sensitivitas
Widaningsih (2017) menyatakan bahwa analisis sensitivitas merupakan pendekatan
yang biasa dilakukan untuk memilih alternatif dalam mengukur konsistensi dan stabilitas
hasil perhitungan, seperti perubahan bobot atau urutan prioritas akibat adanya perubahan
pengambilan keputusan.
Keterbatasan Analisa Sensitivitas
a. Apa yang dimaksud taksiran pesimis dan optimal? Setiap orang bisa mempunyai
taksiran yang berbeda. Misalnya penulis pernah memperoleh informasi taksiran pesimis
adalah probabilitas untuk tidak bisa mencapai angka tersebut 10%. Daam penelitian
lain, salesman mengatakan probabiitas ini hanya 5%.
b. Sangat mungkin antara variabel-variabel ternyata berkaitan, terdapat asumsi variabel
dalam nilai pesimis, sedangkan lainnya dalam keadaan diharapkan mungkin sekali tidak
tepat.
b) Menentukan probabilitas
Untuk memperoleh nilai tertentu dari faktor yang digunakan ataupun kombinasinya,
untuk bisa melakukan simulasi. Probabilitas bisa didasarkan atas judgement manajemen atau
kombinasi antara pengalaman dan judgement.
c) Melakukan simulasi
Dapat dilakukan untuk menghitung aliran kas setiap periode, sehingga diketahui
taksiran mesn aliran kas setiap hari setiap tahun. Dapat menghitung NPV yang diharapkan
dari proyek dan bisa melakukan simulasi menghitung NPV. Apabila menempuh cara ini,
maka perhitungan NOC nya menggunakan tingkat bunga bebas risiko.
Keuntungan dan kekurangan teknik simulasi bila dibandingkan dengan teknik analitis adalah
sebagai berikut:
a) Waktu yang diperlukan untuk solusi secara analitis umumnya relative lebih singkat
sedangkan untuk simulasi relative lebih lama.
b) Permodelan secara analitis akan selalu memberikan hasil numeric yang sama untuk
system, model, dan satu set data yang sama, sedangkan hasil dari simulasi tergantung
dari random number generator yang dipakai dan jumlah simulasi yang dilakukan.
c) Model yang dipergunakan untuk pendekatan secara analitis biasanya merupakan
penyederhanaan dari sebuah system dan terkadang terlalu disederhanakan sehingga
menjadi tidak realistic. Sedangkan teknik simulasi dapat melibatkan dan
menyimulasikan semua karakteristik system yang diketahui.
d) Teknik simulasi dapat memberikan output parameter dengan range yang sangat luas
termasuk semua momen dan probability density function yang lengkap, sedangkan
output dan metode analitis biasanya terbatas hanya pada expected value.
Studi Kasus
Suatu proyek bisnis yang memerlukan dana sebesar Rp. 100 juta. Taksiran EBIT
proyek bisnis tersebut adalah Rp. 25 juta setiap tahunnya. Perusahaan harus menanggung
pajak dengan tariff 20 %. Untuk membelanjai investasi tersebut ada dua aternatif, yaitu:
a. Dibelanjai 100% modal sendiri
b. 50% dibelanjai dengan uang dan 50% ddengan modal sendiri (jika utang diperkirakan
bunga yang ditanggung adalah 20% pertahun.
Alternatif I Alternatif II
EBIT Rp. 25,00 juta Rp. 25,00 juta
Bunga -- (10,00 juta)
Laba Sebelum Rp. 25,00 juta Rp. 15,00 juta
Pajak
Pajak 20% (5,00 juta) (3,00 juta)
EAT Rp. 20,00 juta Rp. 12,00 juta
RMS 20% 24%
RE 25% 25%
Dikarenakan EBIT sebesar Rp. 25 juta hanya merupakan angka taksiran dan tidak
ada kepastian untuk memperoleh angka ini. Karena ini sering dicari seberapa jauh EBIT
boleh berkurang, tetapi penggunaan utang masih menguntungkan. Untuk ini biasa dihitung
titik indifferencenya yaitu RE yang membuat RMS antara kedua alternative pembelanjaan
tersebut sama.
Titik yang kita cari misalnya RMS = 0.
1. Apabila RMS = 0, maka EBIT = 0.
2. Apabila RMS = 0, maka EBIT = 10 juta. Dengan kata lain RE 10%
Untuk mencari titik potong antara garis alternatif I dan garis alternatif II yaitu yang
menunjukkan RE yang memberikan RMS yang sama baik untuk alternative I maupun II, jika
tempuh cara seperti pada break event dalam artian NPV = 0.
Persamaan umumnya adalah
Y = a + bX
Y = RMS
X = RE
Untuk alternative I, dari gambar titik indifference dapat mengetahui bahwa:
a=0
b = 20/25 = 0,80
Y = 0,80x
Untuk alternative II, nilai a adalah pada RE = 0%. Dengan demikian, EBIT juga = 0. Karena
itu, kalau EBIT = 0, maka EAT = -8 juta. Karena itu RMS = -8/50 x 100% = 16%. Dengan
kata lain,
a = -16
b = 24/(25-10)= 1,6
Y – 16 + 1,60X
1) Apabila kedua persamaan diselisihkan, maka nilai X = 20 (RE=20%). Saat perusahaan
mencapai RE = 20%, maka RMS kedua alternative pembelanjaan adalah sama yaitu
16%.
2) Apabila perusahaan yakin RE yang diperoleh lebih besar dari 20%, pandangan RMS
penggunaan utang bisa dibenarkan. Untuk mengetahui seberapa pasti usaha bisa
memperoleh RE 20% lebih maka dapat menggunakan metode certainty equivalent
Misalkan manajer perusahaan menaksir RE yang diharapkan 25% dengan deviasi
standar 15%. Untuk mengetahui berapa besar probabilitas untuk memperoleh RE sama atau
lebih dari 20%.
20−25
S=
15
S = -0,333
Dengan melihat pada table luas area dibawah kurva normal, kita mendapatkan bahwa
0,33 deviasi standar, mempunyai luas wilayah sekitar 37%. Dengan demikian, probabilitas
untuk memperoleh RE sama atau lebih besar dari 20% adalah sekitar 37%. Apakah angka ini
dianggap cukup aman atau tidak tergantung dari pendapat manajemen.
Tahun Ke-
Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8
Kas Masuk
2
Rp. 25 25 25 25 25 25 25
EBIT 5
Penyusuta 1
10 10 10 10 10 10 10
n 0
3
Rp. 35 35 35 35 35 35 35
Jumlah 5
Kas Keluar
Bunga Rp. 10 8 6 4 2 - - -
Pajak 3 3,4 3,8 4,2 4,6 5 5 5
Angsuran
Pokok 10 10 10 10 10 - - -
Pinjaman
Jumlah Rp. 23 21,4 19,8 18,2 16,6 5 5 5
Surplus 3
Rp. 12 13,6 15,2 16,8 18,4 30 30
(Defisit) 0
f. Proyek Kontijensi
Proyek bisnis disebut memiliki hubungan kontijensi jika dipilihnya satu proyek
penyebabnya harus diikutsertakannya proyek yang lain. Dipilihnya, misalnya satu sistem
transportasi barang tertentu menyebabkan harus juga dipilihnya sistem transportasi
pelengkap lainnya.
Dalam situasi yang demikian, sesungguhnya tidak diperlukan modifikasi yang terlalu
canggih. Hal yang diperlukan yakni hanya menggabungkan data kas keluar dan kas masuk
dari kedua atau lebih dari proyek-proyek tersebut, sebelum menggunakan salah satu atau
beberapa kriteria investasi yang tersedia. Dengan kata lain, jika misalnya hendak digunakan
metode NPV, PI, IRR, maka perlu dihitung besarnya NPV, PI, dan IRR gabungan
(integrasi). Dengan demikian, nilai NPV,PI,dan IRR dari masing-masing proyek menjadi
tidak relevan untuk dasar pengambilan keputusan manajemen. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada kasus berikut ini yang mencoba menilai kelayakan usulan proyek melalui
kriteria investasi PI gabungan.
Jika misalnya dijumpai dua usulan proyek A dan B, masing-masing memiliki PI
sebesar 1,25 dan 0,90 serta memerlukan dana sebersar Rp.20juta dan Rp.10juta, maka jika
keduan proyek itu memiliki hubungan kontijensi maka data dari masing-masing proyek
tersebut tidak relevan untuk pengambilan keputusan. Dalam situasi demikian, manajemen
tidak dapat mengatakan bahwa proyek A lebih layak dibanding proyek B karena mempunyai
PI jauh lebih besar dari satu, sementara PI proyek B justru lebih kecil dibanding satu.
Dalam kasus yang demikan, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mencari
PI gabungan dari kedua proyek tersebut sama dengan 1,13 berasal dari jumlah keseluruhan
aliran kas masuk kedua proyek tersebut (Rp34juta = Rp25juta + Rp9juta) dibagi dengan
dana yang dibutuhkan oleh kedua proyek tersebut (Rp30juta = Rp20juta + Rp10juta).
Karena PI gabungan bernilai lebih besar daripada satu, maka kedua proyek tersebut dapat
dinyatakan sebagai proyek yang layak, sekalipun salah satu proyek tersebut memiliki nilai
PI lebih kecil dari satu (NPV negatif). Cara yang sama perlu juga diterapkan jika digunakan
kriteria investasi yang lain.
g. Proyek Yang Saling Meniadakan
Dua atau lebih proyek bisnis disebut memiliki hubungan saling meniadakan
(mutually exclusive) jika terpilihnya salah satu usulan proyek bisnis yang tersedia
menyebabkan tidak dapat dipilihnya sisa usulan proyek bisnis yang lain. Misalnya,
manajemen dihadapkan pada pilihan untuk memilih salah satu dari kedua usulan proyek
bisnis yang lebih memberikan tekanan pada proyek yang lebih melibatkan teknelogi canggih
dan pada modal atau proyek bisnis yang lebih menggunakan kriteria padat karya. Dalam
situasi yang seperti itu, manajemen dipaksa untuk memilih salah satu. Memilih keduanya
hanya berarti pemborosan dana.
Pada situasi seperti ini, jika tidak ada persoalan keterbatasan dana pada tingkat biaya
modal yang konstan, maka kriteria NPV ini selalu mengarah pada proses maksimalisasi nilai
perusahaan, perusahaan yang memilki NPV terbesar merupakan proyek yang dipilih.
Namun demikian, ini tidak berarti bahwa metode IRR tidak dapat digunakan sebagai
alat analisa pengembalian keputusan. Dengan sedikit melakukan modifikasi, yakni dengan
menghitung besarnya marginal internal rate of return-nya (MIRR), keputusan akhir yang
sama juga akan diperoleh. Dan untuk keperluan tersebut dapat digunakan prosedur sebagai
berikut:
1) Hitung besarnya IRR untuk semua proyek bisnis. Pisahkan antara proyek bisnis mana
yang memiliki IRR yang lebih besar disbanding biaya modal (cost of capital / k) dan
proyek yang memiliki IRR lebih kecil dibanding k. proyek yang memilki IRR yang
lebih kecil daripada k tidak relevan.
2) Urutkan proyek-proyek yang memilki IRR lebih besar dari k berdasarkan besarnya dana
yang dibutuhkan (capital outlays) dan berilah nomor urut 1, 2, 3,...dan seterusnya
sampai dengan n.
3) Anggap, untuk sementara waktu, proyek yang bernomor satu, yakni proyek yang
memiliki kebutuhan dana yang terkecil, sebagai proyek pilihan yang paling layak.
4) Hitung besarnya IRR atas dasar besarnya kebutuhgan dana marginal untuk proyek ke-2.
Jika MIRR ini lebih besar daripada k, maka anggaplah kemudian proyek ke-2 ini
menjadi proyek yang paling layak. Proyek nomor 1 tidak relevan lagi. Jika MIRR ini
lebih kecil disbanding k, maka proyek yang nomor 1 masih tetap merupakan pilihan dan
proyek nomor 1 masih relevan.
5) Hitung besarnya MIRR untuk proyek ke-3 atas dasar besarnya kebutuhan dana marginal
dibanding (vis-à-vis) proyek bisnis yang masih dianggap sebagai proyek bisnis yang
layak dari tahapan perhitungan sebelumnya. Terus lakukan analisa seperti ini sampai
akhirnya ditemukan proyek yang benar benar layak, bukan lagi untuk sementara.
Untuk memperjelas prosedur yang telah diuraikan tersebut, lihatlah contoh
perhitungan dibawah ini. Tersedia empat usulan proyek bisnis yang memiliki hubungan
saling meniadakan dan diketahui bahwa besarnya k sama dengan 10%. Keempat usulan
proyek bisnis tersebut memilki karakteristik sebagai berikut:
Jika hendak digunakan metode NPV, maka dengan jelas dapat diketahui bahwa
proyek bisnis ke-4 merupakan proyek bisnis yang paling layak, karena memilki nilai NPV
positif terbesar. Namun demikian, jika digunakan metode IRR, manajemen tidak dapat
begitu saja memilih proyek bisnis 1, sekalipun proyek bisnis tersebut memiliki IRR terbesar.
Pertama, karena semua proyek bisnis tersebut memiliki IRR yang lebih besar daripada k.
Dan kedua, proyek bisnis tersebut memerlukan kebutuhan dana yang berbeda. Untuk itu,
jika hendak digunakan metode IRR, maka diperlukan menghitung besar MIRR nya dengan
hasil perhitungan sebagai berikut.
Pertama, Bandingkan proyek 2 dan 1, maka akan didapat besarnya kebutuhan dana
marginal sebesar Rp 1.000,- (Rp 2.000 dikurangi Rp 1.000) dan akan didapat aliran kas
masuk marginal sebesar Rp 1.150 untuk masa satu tahun pertama usia proyek (Rp2.350
dikurangi Rp 1.200) MIRR dari aliran kas marginal ini (kas keluar dan kas masuk) sama
dengan 15% karena MIRR ini lebih besar daripada k (yang hanya10%), maka proyek 2 lebih
layak dibanding proyek bisnis 1, dan proyek bisnis 2 untuk sementara dianggap sebagai
pilihan, peroyek bisnis ini tidak relevan lagi.
Kedua, Bandingkan proyek bisnis 3 dan 2, maka akan didapat dana marginal sebesar
Rp 1.000 dan aliran kas masuk marginal sebesar Rp 1.070 MIRR untuk aliran kas marginal
ini sebesar 7%. Karena MIRR lebih kecil dibanding k, maka proyek bisnis 2 masih dianggap
lebih layak dibanding proyek bisnis 3. proyek bisnis 2 masih relevan.
Ketiga, Bandingkan proyek bisnis 4 dan 2, maka akan didapat aliran kas keluar
sebesar Rp 2.250 MIRR untuk aliran kas marginal ini ditemukan sebesar 11,5%. Karena
MIRR ini lebih besar daripada k, maka proyek bisnis 4 dapat ditetapkan sebagai proyek
bisnis yang lebih layak dibanding proyek bisnis 2. Oleh karena itu, proyek bisnis 4
merupakan pilihan akhir. Proyek bisnis 4 merupakan proyek bisnis yang paling layak
dibanding usulan proyek bisnis yang lainnya.
Jika dibandingkan dengan metode NPV, keduanya menghasilkan keputusan yang
sama, yakni proyek bisnis 4, hanya sedikit saja metode IRR memerlukan tahapan
perhitungan yang sedikit lebih kompleks.
h. Keterbatasan Dana
Keterbatasan dana muncul ke permukaan ketika manajemen perusahaan menjumpai
situasi bahwa tidak semua usulan proyek yang memiliki NPV positif, IRR lebih kecil
daripada k dapat diambil untuk dilaksanakan karena ketidak cukupan dana yang tersedia
(capital budget constrain).
Dalam situasi demikian, sesungguhnya manajemen tidak dihadapkan pada persoalan
yang teramat pelik. Pertama, pertimbangkan berbagai kombinasi yang mungkin dari proyek
bisnis yang ada sesuai dengan batasan dana yang tersedia dengan berpedoman pada prinsip
modal menganggur terkecil, kemudian criteria investasi NPV (atau yang lain, jika mungkin)
untuk memilih berbagai alternative kombinasi yang tersedia. Kombinasi usulan proyek
bisnis yang memilki NPV terbesar diperlikan sebagai kombinasi proyek bisnis yang paling
layak.
Jika tersedia kemungkinan untuk menunda pelaksanaan proyek bisnis, maka tundalah
usulan proyek bisnis yang memilki penurunan PI terkecil. Proyek bisnis yang memilki selain
antara PI tahun sekarang dan PI tahun yang akan datang adalah proyek bisnis yang memiliki
peluang terbesar untuk ditunda. Jika diperlukan penundaan lebih dari satu proyek bisnis,
maka selisih PI terbesar berikutnya yang mendapat giliran. Demikianlah prosesnya, sampai
dana yang tersedia cukup untuk melaksanakan proyek bisnis yang hendak dikerjakan untuk
tahun ini saja.
Ekshibit 1
Proyek Bisnis Aliran Kas
Mesin Pemotong Besi
(dalam Jutaan Rupiah)
MPH MPK
Penghasilan tahunan Rp 800 Rp 500
Minus biaya operasi 480 250
Minus penjualan 24 20
Keuntungan sebelum pajak Rp 296 Rp 230
Pajak (50%) 148 115
Laba setelah pajak Rp 148 Rp 115
Plus penyusutan 24 20
Aliran kas masuk bersih Rp 172 Rp 135
(dianggap konstan selama 20 tahun)
Setelah itu Ali menunjuk pada ekshibit 2 yang merupakan perhitungan IRR kedua mesin itu.
Ekshibit 2
Internal Rate of Return
Mesin pemotong besi
Analisa MPH
Aliran kas PV Annulity selama 20 tahun, PV Aliran Kas
bersih dengan 35% & 36%
490.217−480.000
Interpolasi = = 0,76%
490.217−476.750
Analisa MPK
IPPMPH = 33,65%
Ekshibit 3
Net Present Value, Profitability Index dan Payback Period
Mesin Pemotong Besi
(Perhitungan Tidak Dicantumkan)
MPH MPK
NPV (dalam jutaan Rp) Rp 659,173 Rp 494,119
Profitability Index 2,37 2,24
Payback Period (dalam tahun) 2,79 2,296
DAFTAR PUSTAKA