You are on page 1of 1

Hukum Adat Pati Nyawa Sub Suku Dayak Hibun

Dayak Hibun merupakan salah satu sub suku Dayak yang masih patuh dengan aturan adat dan
tradisi asli yang telah diwariskan nenek moyangnya. Ini terbukti pada 17 Oktober 2006 lalu
Dayak Hibun yang bermukim di Bodok, Kec. Parindu Kab. Sanggau telah menghukum adat
suku Melayu. Hukum adat yang dimaksudkan adalah Pati Nyawo (Pati Nyawa). Berdasarkan
aturan adat Dayak Hibun, untuk hukum adat Pati Nyawo besarnya tuntutan mencapai 18 tael
dengan pokok-pokok adat beserta rincian-nya sebagai berikut:

1.) Dahaso Pati Nyawo (adat kesalahan) :


Merupakan induk dari adat Pati Nyawo, perlengkapan adat yang harus disediakan:
1 buah tempayan simpong sebagai booking adat, 1 buah talam sebagai penutup simpong,
18 buah tempayan takah sebagai batang adat, 1 tempayan Budu tuak, 450 singka’
mangkok amas, 90 kg janek, 2 ekor siap selaki- bini, 2 ayao beras/100 kg, 2 kabung
kain putih. Adat ini oleh pihak keluarga korban harus diserahkan kepada pengurus adat,
setelah itu dibagi sama rata antara pengurus adat dan disesuaikan dengan tingkat
jabatan. Pihak yang dihukum adat juga mendapatkan bagian adat tersebut dan itu
dinamakan dengan bawa adat.
Pati Nyawo, tujuannya untuk menggantikan seluruh organ tubuh dan nyawa manusia yang telah
meninggal. Adapun rincian perlengkapannya :
1 buah tempayan tajau siam (menggantikan badan), 2 buah par tembaga (menggantikan telinga),
1 buah bokor tembaga (ganti tengkorak), 1 depa’ rantai perak (ganti nyawa), 1 rol benang hitam
(ganti rambut), 1 rol kawat dawai tembaga (ganti urat), 1 batang besi (ganti tulang), 2 buah uang
ringgit perak (ganti mata), 1 tajau tuak (ganti darah), 1 buah tawak (gong, Red.) (ganti suara), 2
buah beliung (ganti gigi), 4 buah serampang (ganti kedua jari kaki dan jari tangan), 1 buah
kelipak (ganti alat kelamin), 1 tempayan takah tempoyak (ganti otak), 2 buah pemadung perak
(ganti tulang pelipis), 1 untai ringgit perak (ganti akar perut), 1 pucuk senjata api (ganti batang
tangan),1 entagan tembaga (ganti jantung/hati), 2 buah entagan (ganti payudara).

2.) Tata Cara Adat:


ini merupakan adat yang dikeluarkan untuk membiayai acara penguburan korban. Adapun perlengkapan
adat yang harus disediakan, seperti peti jenazah dan salib, kain putih serta perlengkapan lain
sebagaimana layaknya menguburkan seseorang yang meninggal.

• Adat Penyangga Parang =


Dengan tujuan agar emosi pihak keluarga korban dapat teratasi. Perlengkapan Adat penyangga perang
yakni :
1 ikat daun yang biasa digunakan untuk membungkus nasi, 1 buah kelapa muda, 1 batang Hatal Kunyieh,1
tempayan tuak, 1 ekor janek (babi), siap selaki bini (ayam jantan dan betina), 2 biji telur siap, 2 mangkok
beras, sedikit uang pengkeras, 1 buah tombak, 1 pokok daun sabang, 2 meter kain putih, 1 batang besi, 1
buah tempayan kecil. Benda adat Penyangga Parang ini, harus disiapkan dan diletakkan di depan rumah.

• Adat Besopa =
Tujuannya agar arwah yang telah meninggal tidak mengganggu orang yang masih hidup. Rincian
perlengkapan yang harus disediakan:
5 tokah janek, 2 ekor siap selaki bini, 1 ekor siap panggang, 2 botol tuak, 2 butir telur, 1 kg beras untuk
tepung seluang, 2 kg pulut untuk membuat buluh bamboo (sebangkang), dan sedikit uang sebagai
pengkaras pomang (pengkeras pembaca doa).

Selain memiliki pokok-pokok adat di atas, ada juga beberapa adat tambahan seperti:
• Adat Lepas Mahabo, artinya arwah yang meninggal baru sadar bahwa ia telah mati.

• Adat Tolak Mala, tujuannya agar kejadian serupa tidak terulang.

“Dengan melihat rumitnya hukum adat Pati Nyawo Dayak Hibun ini, maka tingkat
kriminal yang dilakukan oleh orang Dayak Hibun sendiri sangat jarang terjadi karena
takut dengan adat. Sehingga ke depan diharapkan masalah-masalah adat seperti ini
terus dilestarikan dan dijaga dengan baik,”
Ungkap M. Sila sebagai pengurus adat.

You might also like