You are on page 1of 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut UU no. 1 tahun 2009 Bandar Udara adalah kawasan di

daratan dan/atau perairan dengan batasan batasan tertentu yang digunakan

sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun

penumpang, bongkar muatan barang, dan tempat perpindahan intra dan

antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan

keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang

lainnya.

Dalam hal pelayanan penumpang khusus, para penumpang berhak

mendapatkan pelayanan baik passengger handling dan penumpang khusus.

Terkadang timbul kekhawatiran tersendiri bagi para penumpang khusus

seperti penumpang disabilitas, ibu hamil, lansia, dan penumpang yang

sakit dan tidak mampu berjalan ketika sedang melakukan perjalanan.

Menekankan pentingnya aksebilitas dan pelayanan yang baik dalam

penerbangan.

Saat ini, peningkatan kesadaran tentang hak-hak penumpang dengan

kebutuhan khusus telah mendorong perusahaan penerbangan untuk lebih

memperhatikan layanan dan fasilitas yang disediakan. Dengan adanya

peningkatan dalam pelayanan di Bandar Udara Internasional Yogyakarta

1
2

maka PT. Kokapura Avia memfasilitaskan wheel chair bagi para

penumpang khusus sehingga para penumpang dapat bepergian dengan

lebih mudah dan nyaman.

Melalui tugas akhir ini, diharapkan dapat ditemukan solusi-solusi

inovatif untuk memastikan bahwa PT. Kokapura Avia mampu memberikan

layanan terbaik bagi penumpang khusus dengan wheel chair, sehingga

dapat mengikuti standar keselamatan yang ada serta tetap memprioritaskan

kenyamanan dan pengalaman positif bagi para penumpang. Berdasarkan

uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan mengemukakan

dalam bentuk tugas akhir dengan judul “Kelaikan Persyaratan Bagi

Penumpang Khusus Dengan Wheel Chair Dalam Penerbangan Oleh PT.

Kokapura Avia”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka merumuskan masalah adalah

sebagai berikut ini :

1. Apa sajakah persyaratan bagi penumpang khusus wheel chair?

2. Apa sajakah masalah yang dihadapi penumpang wheel chair?

3. Apa sajakah upaya PT. Kokapura Avia dalam mengantisipasi penumpang

khusus yang tidak layak terbang?


3

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penulisan Tugas Akhir ini penulishanya

membatasi mengenai :

1. Pengguna wheel chair dengan riwayat sakit.

1.4 Pengguna wheel chair yang ditangani oleh PT. Kokapura Avia untuk
maskapai Lion Air di Bandar Udara Internasional Yogyakarta
4

1.5 Tujuan Praktik Kerja Lapangan

Berdasarkan batasan masalah di atas, tujuan penulisan adalah sebagaiberikut

ini :

1. Untuk mengetahui persyaratan bagi penumpang khusus dengan

wheelchair dalam penerbangan

2. Untuk mengetahui masalah apa saja yang ada pada penumpang khusus

dalam penerbangan.

3. Untuk mengetahui upaya apa yang diambil oleh PT. Kokapura dalam

mengantisipasi penumpang khusus yang tidak layak terbang

1.6 Manfaat Praktik Kerja Lapangan

Manfaat yang diharapkan dari penulisan Laporan Tugas Akhir adalah

sebagai berikut :

1. Bagi Bandar Udara Internasional Yogyakarta.

Penulisan Laporan Tugas Akhir ini diharapkan dapat

memberikan manfaat dan dijadikan masukan untuk PT.

Kokapura Avia di Bandar Udara Internasional Yogyakarta.

2. Bagi Penulis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan bekal serta

tambahan pengetahuan untuk melaksanakan penulisan dimasa

yang akan datang.

1.7 Sistematika Penuisan

Dalam penulisan ini, pembahasan dan penyajian hasil penulisan akan

disusun dengan materi sebagai berikut :


5

BAB I PENDAHULUAN

Pada BAB ini penulisan menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan praktik kerja lapangan, batasan masalah, manfaat praktik kerja

lapangan, dan sistematika penulisan.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN/ORGANISASI

Pada BAB ini menguraikan tentang sejarah PT. Kokapura Avia dan ruang

lingkup kerja perusahaan, arah pengembangan perusahaan, struktur perusahaan.

BAB III LANDASAN TEORI

Pada BAB ini menguraikan Pengertian Bandar Udara Internasional Yogyakarta,


kelaikan persyaratan, penumpang khusus dalam penerbangan, dan penumpang
khusus dengan wheel chair.

BAB IV PEMBAHASAN

Pada BAB ini berisi tentang gambaran objek perusahaan, permasalahan, dan
pembahasan yang di angkat oleh penulis, serta menjelaskan mengenai
Standart Operating Procedure (SOP) unit Check in.

BAB V PENUTUP

Penulisan Laporan Tugas Akhir pada BAB ini penulisan membahas tentang

kesimpulan dari hasil Laporan Tugas Akhir di PT. Kokapura Avia di Bandar

Udara Internasional Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA
BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perusahaan

Koperasi Karyawan AngkasaPura (Kokapura II) merupakan sebuah

organisasi yang berasal dari karyawan, dikelola oleh karyawan, dan bertujuan

untuk memberikan manfaat kepada karyawan. Pada tanggal 21 Maret 1988,

Koperasi ini diresmikan oleh Badan Hukum dengan nomor: 4660/BH/III,

berlokasi awalnya di Bandar Udara Polonia Medan dengan nama Karyawan

Perum Angkasa Pura I Bandar Udara Polonia Medan (Kokapura I Bandar

Polonia Medan). Inisiatif ini berasal dari beberapa perwakilan Karyawan

Angkasa Pura, di antaranya: Gatot Pudjo Martono, Danas Dalimunthe, Herbet

Hutagalung, Koesnady Redhayana, Salon Situmorang, Momon Sumarno,

Wagirun Suriadi, dan Bahder Djaya.

Pada tahun 1996, Koperasi Karyawan Angkasa Pura II (Persero)

mengubah namanya dari Karyawan Perum Angkasa Pura I Bandar Udara

Polonia Medan (Kokapura I Bandar Polonia Medan) menjadi Koperasi

Karyawan Angkasa Pura II (KOKAPURA II). Perubahan ini resmi tercatat

dalam buku daftar Umum Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha

Kecil Republik Indonesia pada tanggal 01 Juli 1996 dengan Badan Hukum No.

410/PAD/KWK.2/VII/1996.

6
7

Pada tanggal 25 Juli 2013, seiring dengan relokasi Bandar Udara Polonia

ke area yang lebih luas di Daerah Kualanamu Deli Serdang, Koperasi

Karyawan juga memindahkan lokasinya ke area bandara baru tersebut. Saat

ini, alamat Koperasi Karyawan berada di Desa Psr VI, Kecamatan Beringin,

Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan

Berikut merupakan Visi dan Misi dari perusahaan Kokapura Avia Bandar

Udara Internasional Yogyakarta :

1. Perusahaan Kokapura Avia memiliki visi untuk mencapai pelayanan

yang optimal dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan anggota, sambil

memberikan layanan terbaik kepada pengguna jasa di Area Bandar Udara

dan lingkungan sekitarnya.

2. Misi dari perusahaan Kokapura Avia yaitu

Meningkatkan perfosionalisme pengelolaan oleh pengurus,

pengawasan, dan karyawan koperasi. Meningkatkan mutu manajemen

dalam tata kelola yang transparan danaccount table.

1. Meningkatkan partisipasi setiap anggota wajib aktif sebagai

pemilik sertapengguna jasa.

2. Memiliki jiwa yang kreatif, inovativ dan berdaya saing dalam

persainganusaha.
8

2.3 Ruang Lingkup Kerja Perusahaan

Ruang lingkup kerja perusahaan pelayanan jasa pada PT. Kokapura

BandarUdara Internasional Yogyakarta, yaitu:

a. Pre Flight
Merupakan service yang diberikan langsung oleh ground handling atau

pelayanan jasa pada saat penumpang sedang berada di ground seperti

reservasi, penerbitan tiket, proses check-in, dan boarding gate.

b. In Flight
Merupakan service yang diberikan langsung dengan pramugari-

pramugara lebih tepatnya pelayanan dalam pesawat atau sebuah

penerbangan seperti pemberian snack dan pelayanan saat dalam

pesawat.

c. Post Flight

Merupakan service yang diberikan oleh ground handling atau

pelayanan jasa pada saat pintu pesawat dibuka sampai penumpang turun

dan mengambil bagasinya.


9

2.4 Struktur Perusahaan/Organisasi

Tabel 2. 1 Struktur Perusahaan

KETUA

Ruliaw an Halim

WAKIL KETUA

Moh Arif Wahyulianto

SENIOR
BENDAHARA SEKRETARIS
MANAGER
Danang Agung Haeful Mury Ardhianto
Wijayano

MANAGER MANAGER MANAGER


KEUANGAN PUM PENGADAAN
Putri Handayani Prima Ristawati Erlangga

MANAGER
MANAGER RETAIL
GROUND
NON AERO
HANDLING
Yopie Kumala Sakti Wulandari Kissa Pravita

Sumber: PT. Kokapura


Avia Service, 2023
BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Bandar Udara

Berdasarkan Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation

Organization), bandar udara adalah suatu wilayah di darat atau di perairan

yang mencakup bangunan, fasilitas, dan perlengkapan, yang digunakan baik

seluruhnya maupun sebagian untuk proses kedatangan, keberangkatan, dan

pergerakan pesawat.

Warsito (2017) menjelaskan bahwa bandar udara adalah suatu wilayah

dengan batasan yang jelas di daratan atau perairan yang digunakan untuk

berbagai keperluan, termasuk tempat untuk pesawat udara mendarat dan

lepas landas, pengambilan dan pelepasan penumpang, pengangkutan dan

pengiriman barang, serta sebagai titik perpindahan antar moda transportasi.

Bandar udara juga harus dilengkapi dengan fasilitas keamanan dan

keselamatan penerbangan, serta fasilitas dasar dan dukungan lainnya.

1. 2 Bandar Udara Internasional Yogyakarta

Pada tanggal 28 Agustus 2020, Yogyakarta International Airport secara

resmi diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo. Peristiwa

ini terjadi di tengah pandemi COVID-19 yang saat itu menghambat sebagian

besar kegiatan manusia, termasuk sektor transportasi udara. Sampai saat ini,

Bandar Udara Internasional Yogyakarta belum dapat beroperasi selama 24 jam

dan mobilitas penerbangan di sana juga belum mencapai kapasitas maksimal

10
11

(Hasna, 2022).

Yogyakarta International Airport telah mengambil alih peran yang

sebelumnya diemban oleh Bandar Udara Internasional Adisutjipto Yogyakarta.

Alasan utamanya adalah karena Adisutjipto tidak lagi mampu menampung

jumlah penumpang dan pesawat yang terus meningkat dalam beberapa tahun

terakhir. Yogyakarta International Airport berperan penting dalam mendukung

pertumbuhan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta dan memperluas

aktivitas penerbangan di Bandar Udara Internasional Adisutjipto. Pasca-

inaugurasi, bandar udara tersebut telah menjadi daya tarik bagi para wisatawan,

yang banyak datang untuk berwisata dan mengagumi keindahan bangunan di

Yogyakarta International Airport.

Angkasa Pura 1 telah mewujudkan konsep ini dengan memperkenalkan

Program Wisata Edukasi Keliling Bandar Udara Internasional Yogyakarta atau

Discovery YIA pada tanggal 12 April 2021. Program ini merupakan hasil kerja

sama antara Angkasa Pura 1 dan PT. Natra Abadi Nugrahautama Aircraft

Support, yang bertindak sebagai pengelola program Discovery YIA. Program

ini dirancang untuk memberi kesempatan kepada masyarakat umum yang ingin

berwisata di Yogyakarta International Airport. Dengan Program Wisata

Edukasi Discovery YIA, para pengunjung tidak hanya bisa mengunjungi area

depan bandara, tetapi juga dapat menjelajahi ruang check-in, ruang tunggu,

bahkan area landasan pacu pesawat, dan berinteraksi dengan petugas pemadam

kebakaran di Yogyakarta International Airport


12

3.2 Kelaikan

Studi kelaikan merupakan sebuah evaluasi yang menilai sejauh mana

sebuah perusahaan dapat mencapai keberhasilan dalam menyelesaikan suatu

proyek. Evaluasi ini mempertimbangkan berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi hasilnya, termasuk faktor ekonomi, teknologi, hukum, dan

penjadwalan. Manajer perusahaan menggunakan studi kelaikan ini untuk

menilai potensi hasil positif dan negatif dari proyek sebelum mereka

mengalokasikan waktu dan sumber daya yang signifikan ke dalamnya

(Investopedia, 2017)

Studi kelaikan telah menjadi praktek umum di kalangan masyarakat,

terutama di kalangan pelaku bisnis. Dalam lingkungan bisnis yang penuh

dengan berbagai peluang, penilaian terhadap potensi manfaat yang dapat

diperoleh dari usaha tersebut adalah suatu hal yang penting. Hal ini

membantu calon pengusaha untuk memahami sejauh mana suatu kegiatan

atau peluang dapat memberikan manfaat (benefit) bagi mereka (Rochmat

Aldy Purnomo Riawan La Ode Sugianto, 2017).

3.3 Penumpang

Pengertian penumpang, menurut Soeprapto, merujuk kepada pengguna jasa

dalam bisnis penerbangan yang melakukan perjalanan dari titik

keberangkatan ke tujuan akhir. Kategori ini memerlukan perhatian khusus

karena berkaitan dengan aspek keselamatan dan keamanan penerbangan

(Sutarwati, Hardiyana, Karolina, 2016). Lebih lanjut, menurut PM 38 tahun

2015, seorang penumpang adalah individu yang menggunakan layanan


13

angkutan udara, dengan namanya tercantum dalam tiket dan dibuktikan

melalui dokumen identitas yang sah, serta memiliki akses ke pesawat

(boarding pass).

Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap

penumpang yang hendak melakukan perjalanan udara harus memiliki tiket

yang sah. Informasi yang terdapat di tiket, termasuk nama dan data identitas

lainnya, harus sesuai dengan yang ada pada dokumen identitas resmi yang

dimiliki oleh penumpang tersebut.

3.4 Penumpang Khusus

Penumpang khusus meliputi individu-individu yang menggunakan

layanan angkutan udara dan memerlukan perhatian khusus, seperti VIP, CIP,

penumpang yang menggunakan kursi roda, wanita hamil, penumpang yang

masih anak-anak (UM), bayi, anak-anak, dan kasus-kasus yang memerlukan

perawatan dengan tandu. Dalam upaya memberikan layanan kepada

penumpang ini, peraturan terkait keamanan dan keselamatan telah tersedia

dalam tiga tingkatan, yaitu internasional (ICAO/IATA), nasional (melibatkan

Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Perhubungan, dan

Direktur Jendral Perhubungan Udara), serta peraturan lokal yang ditetapkan

oleh badan usaha angkutan udara niaga (digilib.sttkd.ac.id, 2020).

Penumpang khusus dalam dunia penerbangan merujuk pada individu

dengan kebutuhan khusus atau kondisi khusus yang memerlukan perhatian

ekstra atau pengaturan tertentu selama perjalanan udara. Kategori


14

penumpang khusus dapat mencakup beberapa kondisi, seperti

penumpang lansia, anak-anak yang bepergian sendiri, ibu hamil,

penumpang dengan kondisi medis khusus. Penting bagi maskapai

penerbangan untuk memastikan bahwa penumpang khusus diberikan

perhatian dan layanan yang memadai selama perjalanan agar mereka

dapat merasa nyaman dan aman.

Dalam mengatasi kebutuhan penumpang khusus, biasanya maskapai

penerbangan akan menyerahkan tanggung jawab tersebut kepada layanan

ground handling, sementara mereka sendiri bertindak sebagai pihak yang

mengoperasionalisasikan penerbangan. Contoh konkretnya adalah

penanganan penumpang yang membutuhkan perhatian khusus, seperti ibu

hamil, lansia, dan penumpang anak yang bepergian

sendirian (Unaccompanied Minor). Dalam hal ini, penanganan mereka

memerlukan tingkat kehati-hatian, termasuk pengurusan dokumen,

persiapan sarana yang diperlukan, dan penerapan prosedur penanganan

manual yang sesuai dengan standar operasional yang telah ditetapkan.

Penanganan Penumpang Khusus mulai dari :

1. Reservasi Tiket Penerbangan

Proses reservasi tiket penerbangan merupakan langkah untuk memesan

salah satu produk yang disediakan oleh maskapai penerbangan. Proses ini

berfungsi untuk menegaskan bahwa pemegang tiket tersebut memiliki

hak atas layanan pengangkutan dari satu lokasi ke lokasi lainnya.


15

2. Check-in counter

Check-in adalah langkah pelaporan diri yang diperlukan oleh penumpang

sebelum melakukan perjalanan. Ini juga merupakan lokasi di mana

penumpang mendapatkan boarding pass yang mencantumkan nomor

tempat duduk dan tanda bagasi. Boarding pass ini berfungsi sebagai tanda

untuk memberikan informasi yang mengonfirmasi bahwa penumpang telah

melaporkan diri dan siap untuk melakukan perjalanan.

3. Boarding Gate

Boarding gate adalah lokasi di mana penumpang menunggu sebelum naik

pesawat, dan ini merupakan tahap terakhir dalam proses keberangkatan.

3.3 Wheel Chair

Wheel chair passenger adalah istilah yang digunakan untuk merujuk

pada penumpang yang menggunakan kursi roda atau alat bantu mobilitas

lainnya karena memiliki keterbatasan mobilitas. Ini mencakup indivdu

yang sulit atau tidak mampu berjalan atau berdiri dalam jangka waktu

tertentu karena keterbatasan fisik atau kondisi medis.

(https://jurnal.sttkd.ac.id 2018)

Maskapai penerbangan dan bandar udara memiliki prosedur dan layanan

khusus untuk melayani penumpang kursi roda. Ini termasuk fasilitas

aksesibilitas, bantuan khusus, dan pengaturan untuk memastikan bahwa

penumpang tersebut dapat merasa nyaman dan aman selama perjalanan.


16

Permintaan kursi roda dapat dikategorikan dalam tiga kelompok berikut:

1. Penumpang yang mampu naik dan turun pesawat serta berjalan sendiri,

tetapi memerlukan kursi roda saat di dalam kabin pesawat, misalnya untuk

perpindahan dari terminal ke pesawat. Kelompok ini dikenal dengan istilah

"Wheel Chair" (penumpang yang memerlukan kursi roda dalam kabin).

2. Penumpang yang tidak dapat naik dan turun pesawat sendiri, namun masih

bisa berjalan dari tempat duduk ke pesawat dengan keterbatasan dan

perlahan. Kelompok ini juga dikenal dengan istilah "Wheel Chair"

(penumpang yang tidak dapat menggunakan tangga atau tangga pesawat).

3. Penumpang yang tidak mampu naik dan turun pesawat sendiri ke tempat

duduk, dan juga tidak dapat berjalan jauh, seperti di atas rambu. Kelompok

ini juga disebut "Wheel Chair."

Untuk penumpang dalam kelompok kedua dan ketiga, pihak bandara harus

menyediakan kursi roda dan bantuan oleh petugas bandara dari titik

keberangkatan hingga tujuan. Jika tidak ada pendamping yang tersedia,

penumpang dapat meminta bantuan dari awak kabin atau staf bandara lainnya.

(help.batikair.com, 2023)

Layanan tambahan tersebut disediakan untuk seluruh rute Domestik dan

Internasional pada maskapai Lion Air, Batik Air, dan Wings Air dengan

ketentuan sebagai berikut :

1. Wheel Chair rute Domestik Indonesia tidak dikenakan biaya (Free of

Charge).
17

2. Wheel Chair rute Internasional dikenakan biaya sebagai berikut :

a. Indonesia - Malaysia IDR 150,000,- (2023)

b. Indonesia – Singapura SGD 30.00/jam (2023)

c. Malaysia – Indonesia MYR 46.00 (2023)

d. Malaysia – Singapura SGD 30.00/jam (2023)

e. Singapura – Indonesia SGD 30.00/jam (2023)

f. Singapura – Malaysia SGD 30.00/jam (2023)

3. Wheel Chair rute Internasional tidak dikenakan biaya (Free of

Charge) khusus penumpang Stroke yang dapat dibuktikan dengan surat

keterangan dari dokter/port health.

4. Khusus rute transit melalui SIN yang membutuhkan wheelchair atau

penanganan UM maka dikenakan handling fee sebesar SGD 30.00/jam.

5. Handling Fee rute transit Internasional dikenakan 1 (satu) kali pada saat

keberangkatan dari orgin hingga final destination.

6. Handling Fee dapat di Exchange apabila tiket dilakukan perubahan


jadwal.

7. Handling Fee hanya dapat di Refund bersamaan dengan tiket.


BAB IV

PEMBAHASA

4.1 Standar Pelayanan Penumpang Berkebutuhan Khusus Wheel Chair

Penumpang dapat diberi status "special passenger" karena berbagai

alasan, seperti kondisi fisik dan mental mereka, status sosial dan ekonomi,

posisi atau jabatan, pengaruh latar belakang mereka, atau atas pertimbangan

khusus dari perusahaan penerbangan. Kategori penumpang "special

passenger" termasuk penumpang yang membutuhkan perawatan atau

penanganan khusus, seperti penumpang yang memerlukan kursi roda. Berikut

adalah standar pelayanan untuk penumpang "special passenger" yang

memerlukan kursi roda:

a. Di seluruh stasiun di Indonesia, tersedia standar kursi roda yang dapat

digunakan oleh penumpang saat keberangkatan, transit, dan kedatangan.

b. Penumpang dapat menggunakan kursi rodanya sendiri, dan kursi roda

tersebut akan ditempatkan atau dimuat dalam kompartemen pesawat

dengan perlakuan khusus.

c. Semua kursi roda dengan baterai, baik yang mengandung cairan

(spillage) atau baterai kering (non-spillage), termasuk dalam kategori

barang berbahaya (dangerous goods) dan akan dimuat dalam

kompartemen.

d. Departemen Kontrol (DEPCO) bekerja sama dengan staf penumpang


18
19

untuk mengidentifikasi keberadaan penumpang yang menggunakan kursi

roda pada suatu penerbangan.

e. Sebelum proses pemberangkatan, staf akan memberikan surat pernyataan

kepada penumpang yang menggunakan kursi roda.

f. Staf akan mendampingi penumpang yang menggunakan kursi roda dari

gerbang hingga ke pintu pesawat.

g. Jika penumpang yang menggunakan kursi roda membawa kursi rodanya

sendiri, staf akan memasang label "sweeping" pada kursi roda tersebut.

Standar Pelayanan Penerbitan Surat Keterangan Layak Terbang :

1. Persyaratan

a. Mengisis Permohonan Surat Keterangan Laik Terbang

b. Membawa Surat Pengantar atau Rujukan dari Rumah Sakit

2. Jangka Waktu Pelayanan: 30 Menit

3. Biaya

Tidak ada biaya (Rp. 0,-)

4. Alur Pelayanan

a. Permohonan,

b. Verifikasi dokumen,

c. Pemeriksaan kesehatan,

d. Penentuan laik / tidak laik terbang,

e. Penerbitan dokumen,
20

f. Penyerahan dokumen,

g. Penginputan dan rekap dokumen

4.2 Masalah Yang Dihadapi Penumpang Khusus Wheel Chair

Selama penulis menjalankan OJT (On Job Training) di PT.

Kokapura Avia cabang Bandar Udara Internasional Yogyakarta, Penulis

menemukan beberapa permasalahan yang terjadi pada penumpang

khusus yang mana salah satunya adalah penumpang khusus wheel

chair. Permasalahan yang muncul ketika seorang penumpang khusus

wheel chair tersebut dinyatakan tidak layak terbang dikarenakan

kondisi kesehatan yang melewati batas wajar dan tidak memasuki

ketentuan syarat sebagai penumpang yang layak terbang Persyaratan

untuk penumpang yang memiliki risiko fatal selama perjalanan udara

adalah melampirkan surat keterangan medis yang diterbitkan oleh dokter

yang memeriksa penumpang tersebut. Berikut adalah prosedur

pemeriksaan dan penerbitan surat keterangan laik terbang:

1. Orang yang sakit, ibu hamil, atau bayi yang akan melakukan

perjalanan udara atau laut harus mendaftarkan diri di ruang pelayanan.

2. Dokter atau paramedis akan memeriksa surat pengantar dan

melakukan pemeriksaan fisik untuk menentukan apakah orang yang

sakit, ibu hamil, atau bayi tersebut dapat dinyatakan layak untuk

terbang atau berlayar.

3. Jika mereka memenuhi syarat untuk terbang atau berlayar, surat


21

keterangan laik terbang akan diterbitkan.

4. Petugas akan menyerahkan surat izin laik terbang kepada pemohon.

5. Jika mereka tidak memenuhi syarat untuk terbang atau berlayar,

mereka akan dirujuk sesuai dengan permintaan keluarga.

6. Petugas akan membuat laporan dan menginput data ke sistem

kesehatan pelayanan udara online.

4.3 Upaya PT. Kokapura Avia Dalam Mengantisipasi Penumpang Khusus

yang Tidak Layak Terbang

Perlu kita ketahui, PT. Kokapura Avia memiliki penanganan tersendiri

terhadap penumpang khusus, mengikuti SOP (Standart Operational

Procedure) yang ada sering dilakukan tiap kali mendapatkan penumpang

khusus. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membawa

penumpang tersebut ke balai kesehatan yang sudah difasilitasi oleh pihak

Bandar Udara Internasional Yogyakarta, kemudian memberikan dokumen

penumpang kepada petugas kesehatan untuk memasukkan daftar

penumpang yang memerlukan penanganan khusus.

Kemudian Dokter / Paramedis melakukan pemeriksaan fisik terhadap

penumpang tersebut agar ketika sudah dalam penerbangan dan berada di

ketinggian tertentu tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan. Penanganan

yang dilakukan oleh balai kesehatan setempat berupa pengecekan tekanan

darah terlebih dahulu terhadap penumpang tersebut, bilamana hasil tes tidak

memenuhi ketentuan yang sudah tertera maka penumpang tersebut harus

dirujuk ke Rumah Sakit agar mendapatkan penanganan yang lebih baik


22

Penumpang khusus dinyatakan tidak layak terbang dikarenakan alasan

kesehatan. Tiket penumpang tersebut harus dibatalkan, maka dari itu

PT. Kokapura Avia menyarankan untuk melakukan refund tiket agar pihak

penumpang tersebut tidak mendapatkan kerugian.

Upaya yang dilakukan oleh petugas PT. Kokapura Avia dalam

mengantisipasi penumpang khusus yang tidak layak terbang pada maskapai

Lion Air salah satunya melakukan pembatalan perjalanan dan pengembalian

dana tiket. Syarat danketentuan pembatalan tiket lion air sebagai berikut :

Tabel 4.1 Ketentuan Refund

WAKTU PENALTY CATATAN

PEMBATALAN

>72 Jam (sebelum Refund Fee 25% dari Airport Tax, PPN, Iuran

jam keberangkatan) harga dasar Wajib Jasa Raharja:

dikembalikan

72 Jam – 4 Jam Refund Fee 50% dari Airport Tax, PPN, Iuran

harga dasar Wajib Jasa Raharja:

dikembalikan

< 4 Jam Refund Fee 90% Dari Airport Tax, PPN, Iuran

harga dasar Wajib Jasa Raharja:

dikembalikan

Sumber : Lion Air Group, 2022


23

Jika penumpang Lion Air ingin mengajukan permintaan pengembalian

dana (refund), harap melampirkan dokumen-dokumen berikut sebagai

pendukung:

1. Identitas (KTP/Passport) salah satu penumpang yang namanya

tercantum dalam reservasi.

2. Nomor rekening (nama pada nomor rekening harus sesuai dengan

identitas yang dilampirkan).

3. Surat kuasa (jika diajukan oleh perwakilan) yang harus diisi oleh

pihak yang memberikan kuasa dan pihak yang menerima kuasa,

mencakup:

a. Nama sesuai dengan identitas.

b. Foto identitas (KTP/Passport) pemberi kuasa dan penerima kuasa.

c. Tanda tangan pemberi kuasa di atas materai.

4. Surat keterangan tidak layak terbang atau dokumen kesehatan yang

terkait dengan larangan perjalanan (jika diperlukan)


BAB V

KESIMPULA

5.1 Kesimpulan

Dalam mengatasi kebutuhan penumpang khusus yang disebabkan

oleh kondisi fisik atau permintaan spesifik, seperti penyandang

disabilitas, lansia, anak-anak, ibu hamil, bayi, dan orang sakit, para

petugas harus memastikan apakah ada keluhan terkait kondisi

penumpang tersebut. Jika ada keluhan, maka perlu dilakukan

pemeriksaan awal di Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) yang

terletak di Bandar Udara Internasional Yogyakarta.

Jika KKP (Kantor Kesehatan Pelabuhan) setempat

mengeluarkan surat tidak layak terbang karena alasan kesehatan

maka jangan pernah memaksakan untuk tetap mengikuti

penerbangan, karna akan beresiko. Kondisi ini terkait dengan

penurunan kadar oksigen yang terjadi ketika pesawat beroperasi di

ketinggian tertentu. Akibat rendahnya kadar oksigen ini, penumpang

yang menderita masalah kesehatan tertentu dapat mengalami

gangguan peredaran darah. Salah satu komplikasi yang mungkin

terjadi adalah serangan jantung.


24
25

5.2 Saran

Sebelum Anda melakukan perjalanan, sangat disarankan untuk

berkonsultasi dengan dokter jika Anda memiliki kondisi kesehatan yang

memerlukan perhatian khusus. Tindakan ini dilakukan dengan tujuan

untuk menjaga keamanan Anda sendiri dan juga penumpang lainnya.

Jangan sampai, hanya karena ingin tiba cepat di tujuan, Anda

mengabaikan faktor-faktor kesehatan dan keselamatan. Jadi, penting

untuk selalu memprioritaskan kesehatan Anda sebelum memulai

perjalanan.
DAFTAR PUSTAKA

Aldy, Rochmat, Purnomo Riawan, La Ode Sugianto. 2017. “Studi Kelayakan


Bisnis.” Ponorogo : Unmuh Ponorogo Press.
Chandra Pratiwi, Hasna. 2022. “Upaya Peningkatan Fungsi Yogyakarta
International Airport Di Masa Pandemi Covid-19 Melalui Kegiatan Wisata
Bandar Udara.” Skripsi Thesis, Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan
Yogyakarta.
Depala, M. R. (2019). Analisis Pengawasan Pengujian Kelaikan Oplet Di Dinas
Perhubungan Kota Pekanbaru (Doctoral Dissertation, Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau).
Djoko Warsito. 2017. “Manajemen Bandar Udara.” Erlangga. Jakarta.
Investopedia. 2017. “Feasibility Study. Retrieved From.”
Https://Www.Investopedia.Com/Terms/F/Feasibility-Study.Asp.
Kaban, M. T. (2023). Analisis Penangan Petugas Check-In Terhadap Penumpang
Khusus Dibandar Udara Adi Soemarmo Surakarta. Jurnal Kajian Dan
Penelitian Umum, 1(4), 84-94.
“Peraturan Menteri No 38 Tahun 2015 Tanggal 15 Februari 2015 Tentang Standar
Pelayanan Penumpang Angkutan Udara Dalam Negeri.”
Sri Sutarwati, Hardiyana, Novita Karolina. 2016. “Tanggung Jawab Pengusaha
Angkutan Udara Terhadap Penumpang Maskapai Garuda Indonesia Yang
Mengalami Keterlambatan Penerbangan Di Bandara Udara Internasional Adi
Soemarmo Solo.” Jurnal Ground Handling Dirgantara Vol. 3, No.1

You might also like