You are on page 1of 286

BUKU AJAR

ASUHAN KEBIDANAN
PADA PERSALINAN

Irfana Tri Wijayanti, S.SiT., M.Kes., M.Keb.


Baharika Suci Dwi Aningsih, S.Keb., Bd., M.Keb.
Naomi Parmila Hesti S, S.Si.T., M.Keb.
Syahrida Wahyu Utami, S.ST., M.Keb.
Wiwit Desi Intarti, S.SiT., M.Keb.
Bd. Ulin Nafiah, S.ST., M.Kes.
Putri Wijaya, S.SiT., M.Kes.
Nur Cahyani Ari Lestari, S.SiT., M.Kes.
Amanda Via Maulinda, S.Tr.Keb, MKM.
Rosmala Kurnia Dewi, S.Si.T., M.Kes.

Penerbit K-Media
Yogyakarta, 2022
BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN
viii + 276 hlm.; 15,5 x 23 cm

ISBN: 978-623-174-060-1

Penulis : Irfana Tri Wijayanti, Baharika Suci Dwi Aningsih,


Naomi Parmila Hesti S, Syahrida Wahyu Utami,
Wiwit Desi Intarti, … [dan 5 penulis lainyya]
Tata Letak : Uki
Desain Sampul : Uki

Cetakan 1 : Desember 2022

Copyright © 2022 by Penerbit K-Media


All rights reserved

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang No 19 Tahun 2002.

Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku


ini dalam bentuk apapun, baik secara elektris maupun mekanis, termasuk
memfotocopy, merekam atau dengan sistem penyimpanan lainnya, tanpa
izin tertulis dari Penulis dan Penerbit.

Isi di luar tanggung jawab percetakan

Penerbit K-Media
Anggota IKAPI No.106/DIY/2018
Banguntapan, Bantul, Yogyakarta.
e-mail: kmedia.cv@gmail.com

ii
Alhamdulillah, Puji syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, berkah, karunia, dan hidayah-
Nya kepada penulis sehingga dengan izin-Nya penulis dapat
menyusun Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Persalinan.
Penulisan Buku ajar ini bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan pembelajaran baik bagi dosen maupun mahasiswa.
Adanya Buku Ajar ini diharapkan dapat menjadi referensi,
meningkatkan motivasi dan suasana akademik yang
menyenangkan bagi mahasiswa karena sistematika yang
terstruktur sesuai dengan tujuan pembelajaran. Disamping itu
Penyusunan dan pembahasan buku ini mengacu pada
kurikulum, Rencana Pembelajaran Semester (RPS) mata kuliah
Asuhan Kebidanan pada Persalinan di Program Studi
Kebidanan. Buku ini berisi materi- materi khusus tentang
konsep dasar yang berhubungan dengan persalinan dan
disusun bagi praktisi dan akademisi. Penulis berharap buku ini
dapat menambah wacana buku ilmu pengetahuan pada bidang
kebidanan, khususnya persalinan dan membantu dalam
pembelajaran yang menunjang terbentuknya tenaga bidan yang
kompeten. Output bidan yang kompeten akan membantu
menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi serta meningkatkan
kesejahteraan Ibu.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu, serta
dukungan luar biasa yang diberikan kepada penulis sehingga
buku ajar ini dapat terselesaikan. Penulis berharap semoga
buku ajar ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis
menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna, oleh

iii
karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun dari pembaca dan semua pihak sehingga
buku ini kelak menjadi lebih sempurna dan bermanfaat.

Penulis

iv
Asuhan Kebidanan Pada Persalinan, adalah mata kuliah
yang harus dipelajari oleh mahasiswa di Prodi Kebidanan.
Mahasiswa yang mengikuti pembelajaran pada mata kuliah ini
memberi kesempatan mahasiswa untuk memahami tentang
Konsep Dasar Persalinan Normal, Kebutuhan Ibu Bersalin baik
Fisik maupun Psikologis, asuhan dan pendekatan pada
persalinan normal, peran bidan dalam persalinan, kesiapan dan
ketahanan emosi dalam persalinan, konsep dan penilaian
kemajuan persalinan, faktor yang berpengaruh pada
persalinan, manajemen nyeri, mekanisme persalinan,
ketrampilan menolong persalinan normal, Asuhan Kebidanan
Kala I, Asuhan kebidanan Kala II, Asuhan Kebidanan Kala III,
Asuhan Kebidanan Kala IV dan Bayi Baru Lahir.
Harapan kepada mahasiswa tentang pemahamannya
terhadap konsep Mata kuliah ini memberi kesempatan
mahasiswa untuk memahami Konsep Dasar Persalinan
Normal, Kebutuhan Ibu Bersalin baik Fisik maupun Psikologis,
asuhan dan pendekatan pada persalinan normal, peran bidan
dalam persalinan, kesiapan dan ketahanan emosi dalam
persalinan, konsep dan penilaian kemajuan persalinan, faktor
yang berpengaruh pada persalinan, manajemen nyeri,
mekanisme persalinan, ketrampilan menolong persalinan
normal, Asuhan Kebidanan Kala I, Asuhan kebidanan Kala II,
Asuhan Kebidanan Kala III, Asuhan Kebidanan Kala IV dan
Bayi Baru Lahir.
Oleh karena itu, penguasaan materi adalah penting, akan
menjadi memberikan bekal bagi mahasiswa untuk memberikan
asuhan kebidanan pada persalinan nantinya. Pembelajaran

v
dipersiapkan berupa perkuliahan oleh pakar pada bidang yang
sesuai, diskusi tutorial, latihan keterampilan klinik di
laboratorium, diskusi `dan seminar. Buku Ajar—Asuhan
Kebidanan pada Persalinan melaksanakan latihan keterampilan
klinik yang dibimbing oleh seorang instruktur dan tiap
topiknya akan diadakan ujian keterampilan. Kemudian
mahasiswa juga dibekali kegiatan diskusi dengan topik yang
disesuaikan antara perkuliahan dan bahan tutorial. Pada akhir
pembelajaran, mahasiswa akan mengikuti evaluasi
pembelajaran berupa ujian tulis.

vi
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep Dasar
Persalinan Normal
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Kebutuhan Ibu Bersalin
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Peran bidan dalam
persalinan
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Kesiapan dan ketahanan
emosi dalam persalinan
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Konsep dan penilaian
kemajuan persalinan
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Faktor yang
berpengaruh pada persalinan
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Nyeri
8. Mahasiswa mampu menjelaskan Mekanisme Persalinan
9. Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Kebidanan Kala
I Persalinan
10. Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Kebidanan Kala
II Persalinan
11. Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Kebidanan Kala
III dan IV Persalinan
12. Mahasiswa mampu menjelaskan Bayi Baru Lahir

vii
KATA PENGANTAR .................................................................... iii
DESKRIPSI SINGKAT MATA KULIAH .................................... v
TUJUAN UMUM PEMBELAJARAN ........................................ vii
DAFTAR ISI .................................................................................. viii
BAB I KONSEP DASAR PERSALINAN NORMAL ........ 1
BAB II KEBUTUHAN IBU BERSALIN .............................. 39
BAB III PERAN BIDAN DALAM PERSALINAN ............. 73
BAB IV KESIAPAN DAN KETAHANAN EMOSI
DALAM PERSALINAN ........................................... 87
BAB V KONSEP DAN PENILAIAN KEMAJUAN
PERSALINAN ............................................................ 98
BAB VI FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA
PERSALINAN .......................................................... 120
BAB VII MANAJEMEN NYERI ............................................ 133
BAB VIII MEKANISME PERSALINAN ............................... 166
BAB IX ASUHAN PERSALINAN KALA I........................ 185
BAB X ASUHAN PERSALINAN KALA II ...................... 202
BAB XI ASUHAN PERSALINAN KALA III DAN
KALA IV .................................................................... 218
BAB XII ASUHAN BAYI BARU LAHIR ............................. 238

DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 268


BIODATA PENULIS ................................................................... 269

viii
BAB I

KONSEP DASAR PERSALINAN NORMAL

A. PENDAHULUAN
Deskripsi Bab
Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
dapat menguasai tentang konsep dasar persalinan normal.
Mahasiswa memiliki kompetensi untuk memberikan asuhan
kebidanan pada persalinan normal sehingga mahasiswa harus
memahami konsep tentang Pengertian persalinan, Sebab sebab
mulainya persalinan, Tahapan persalinan, Tujuan asuhan
persalinan, Tanda tanda persalinan, Lima benang merah dalam
asuhan persalinan, Pencegahan infeksi/PI, Faktor - faktor yang
mempengaruhi persalinan. Dengan menguasai Bab ini
mahasiswa dapat mengetahui konsep dasar persalinan normal.

Tujuan dan Sasaran Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan Pengertian persalinan
2. Menjelaskan Sebab sebab mulainya persalinan
3. Menjelaskan Tujuan asuhan persalinan
4. Menjelaskan Tanda tanda persalinan
5. Menjelaskan Lima benang merah dalam asuhan
persalinan
6. Menjelaskan Pencegahan infeksi/PI
7. Menjelaskan Faktor - faktor yang mempengaruhi
persalinan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 1


Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa adalah memiliki sikap, keterampilan umum,
keterampilan khusus dan pengetahuan dalam capaian
pembelajaran sebagai pemberi pelayanan kebidanan bagian
persalinan normal (care provider), communicator, serta mitra
perempuan. Memberikan Asuhan Kebidanan dan pelayanan
kebidanan yang tepat sasaran, berhasil guna dan efisien.

B. PENYAJIAN
1.1 Pengertian Persalinan
Beberapa pengertian dari persalinan adalah sebagai
berikut :
1. Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan
serangkaian kejadian pengeluaran bayi yang sudah
cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan
selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau
tanpa bantuan (kekuatan ibu sendiri). (Ari Kurniarum,
S.SiT., 2016)
2. Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan
selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan
dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak uterus
berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. (Sondakh, 2015)
3. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui
jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

2 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


sendiri). Proses ini dimulai dengan adanya kontraksi
persalinan sejati, yang ditandai dengan perubahan serviks
secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta
(Sulistyawati, 2013)
4. Persalinan merupakan proses keluarnya bayi, plasenta
dan selaput ketuban dari rahim ibu dengan usia
kehamilan yang cukup bulan yaitu setelah 37 minggu
tanpa adanya penyulit persalinan. Persalinan dikatakan
normal apabila pengeluaran hasil konsepsi dapat hidup
diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain
dengan atau tanpa bantuan. (Reeder S J,2011)
5. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya
serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran
adalah proses di mana janin dan ketuban didorong keluar
melalui jalan lahir (Sarwono, 2008).
6. Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, dan
ketuban keluar dari uterus (JNPK-KR, 2008).
7. Persalinan adalah kontraksi uterus yang menyebabkan
dilatasi serviks dan mendorong janin melalui jalan lahir
(Canningham, F. Gary, 2006).
8. Persalinan adalah kontraksi uterus yang teratur yang
menyebabkan penipisan dan dilatasi serviks sehingga
hasil konsepsi dapat dikeluarkan (Heffne, 2006).
9. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Prawirohardjo, 2002)
10. Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang
memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada
ibu untuk dapat melahirkan janinnya melaui jalan lahir

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 3


(Moore,2001)

Beberapa pengertian-pengertian tersebut, dapat


disimpulkan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran
(kelahiran) hasil konsepsi yang dapat hidup di luar uterus
melalui vagina ke dunia luar. Proses tersebut dapat dikatakan
normal atau spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada
posisi letak belakang kepala dan berlangsung tanpa bantuan
alat-alat atau pertolongan, serta tidak melukai ibu dan bayi.
Pada umumnya proses ini berlangsung dalam waktu kurang
dari 24 jam.

1.2 Teori Sebab Terjadinya Persalinan


Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat
dua hormon yang dominan yaitu esterogen dan progesteron.
Hormon esterogen berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas
otot rahim serta memudahkan penerimaan rangsangan dari
luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan mekanis.
Sedangkan, hormon progesteron berfungsi 8 untuk
menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat rangsangan
dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan
mekanis serta menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi
(Sulistyawati, dkk,2013). Sampai saat ini hal yang
menyebabkan mulainya proses persalinan belum diketahui
sehingga hanya ada teori-teori antara lain disebabkan oleh
hormon, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan
pada saraf, dan nutrisi. Dengan demikian dapat disebutkan
beberapa teori yang dapat menyebabkan persalinan menurut
Rohani (2013) sebagai berikut :

4 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


a. Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam
batas tertentu. Setelah batas waktu tersebut terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan
uterus terus membesar dan menjadi tegang yang
mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Ukuran uterus
yang makin membesar dan mengalami penegangan akan
mengakibatkan otot-otot uterus mengalami iskemia
sehingga mungkin dapat menjadi faktor yang
mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

b. Teori Penurunan Progesteron


Teori ini mengatakan bahwa hormon estrogen dan
progesteron yang berfungsi sebagai penenang dalam
miometrium selama kehamilan akan mengalami
penurunan 1 hingga 2 minggu sebelum memasuki masa
inpartu. Sedangkan hormon prostagladin mengalami
peningkatan pada minggu ke 15 sampai kehamilan aterm.
Dengan demikian, kadar estrogen dan progesteron
menurun dalam siklus maternal, maka kontraksi uterus
terjadi sebagai awitan persalinan. Proses penuaan
plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat sehingga
pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga
otot rahim lebih sensitive terhadap oksitosin. Akibatnya,
otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat
penurunan progesteron tertentu. Progesterone bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim, jika kadar
progesteron turun akan menyebabkan tegangnya
pembuluh darah dan menimbulkan his. Terjadi kontraksi
otot polos uterus pada persalinan akan menyebabkan rasa

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 5


nyeri yang hebat yang belum diketahui secara pasti
penyebabnya, tetapi terdapat beberapa kemungkinan,
yaitu :
- Hipoksia pada myometrium yang sedang
berkontraksi.
- Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus
bagian bawah otot-otot yang saling bertautan.
- Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran
serviks, yaitu pemendekan saluran serviks dari
panjang sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara
melingkar dengan tepi hamper setipis kertas.
- Peritoneum yang berada di atas fundus mengalami
peregangan.

c. Teori Oksitosin Internal


Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior.
Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone
dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering
terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi
progesterone karena matangnya usia kehamilan
menyebabkan oksitosin meningkatkan aktivitasnya
dalam merangsang otot rahim untuk berkontraksi, dan
akhirnya persalinan dimulai. Dalam teori oksitosin
mengatakan bahwa oksitosin merangsang secara
langsung pada uterus melalui reseptor yang ada pada
myometrium secara tidak langsung meningkatkan
produksi hormon prostaglandin didalam decidua. Uterus
mengalami peningkatan sensitivitasnya terhadap
hormone oksitosin sejak awal kehamilan. Oksitosin
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior.
Perubahan keseimbangan esterogen dan progesteron
dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering

6 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


terjadi kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi
progesteron akibat tuanya usia kehamilan menyebabkan
oksitosin meningkatkan aktifitas sehingga persalinan
dimulai karena itu makin matang usia kehamilan maka
frekuensi kontraksi ini akan semakin sering.

d. Teori Menuanya Plasenta


Teori ini menjelaskan bahwa dengan tuanya plasenta,
arteri spiralis dan plasenta mengalami proses pengapuran
yang berakibatkan menurunnya sirkulasi uteroplasenter
sehingga fetus mengalami devisiensi nutrisi dan O2
(oksigen) sehingga secara alamiah uterus berkompensasi
untuk mengeluarkan isinya. Tuanya plasenta juga
menyebabkan menurunnya kadar estrogen dan
progesterone yang menyebabkan kekejangan pembuluh
daarah, hal ini akan menimbulkan kontraksi rahim.

e. Teori Prostaglandin.
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur
kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan oleh desidua.
Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat
dikeluarkan. Prostaglandin dianggap sebagai pemicu
terjadinya persalinan. Prostaglandin yang dihasilkan oleh
desidua disangka sebagai salah satu penyebab permulaan
persalinan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena
menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap usia
kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar
prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketiban maupun
darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau
selama proses persalinan.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 7


f. Teori Berkurangnya Nutrisi Janin
Teori ini berbeda dengan teori sebelumnya, pada teori ini
menjelaskan bahwa bila nutrisi ibu berkurang sehingga
nutrisi 9 tidak cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan vetus maka vetus akan segera
dikeluarkan. (Wagiyo,2016).

g. Teori Hipotalamus – Pituitari dan Glandula


Suprarenalis.
Glandula suprarenalis merupakan pemicu
terjadinya persalinan. Teori ini menunjukkan pada
kehamilan dengan bayi anansephalus sering terjadi
kelambatan persalinan karena tidak terbentuknya
hipotalamus.

h. Fetal Endocrine Control Theory


Teori ini mengemukakan bahwa saat fetus telah mencapai
usia aterm, system endokrin pada fetus seperti kelenjar
adrenal mensekresikan hormone corticosteroid yang
diduga merangsang disekresinya hormone prostaglandin
yang menstimulasi terjadinya persalinan.

1.3 Klasifikasi atau Jenis Persalinan


Ada 3 klasifikasi persalinan menurut Asrinah dkk
(2010:2) berdasarkan cara dan usia kehamilan.
- Persalinan Normal (Spontan) adalah proses lahirnya
bayi pada Letak Belakang Kepala (LBK) dengan tenaga
ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam.
- Persalinan Buatan adalah persalinan dengan tenaga
dari luar dengan ekstrak siforceps, ekstraksi vakum
dan sectio cesaria.

8 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


- Persalinan Anjuran adalah bila kekuatan yang
diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar
dengan jalan rangsangan.
Persalinan sesungguhnya Persalinan semu
Serviks menipis dan membuka Tidak ada perubahan pada
serviks
Rasa nyeri dan interval teratur Rasa nyeri tidak teratur
Interval antara rasa nyeri yang Tidak ada perubahan interval
secara perlahan semakin pendek antara rasa nyeri yang satu
dengan yang lain
Waktu dan kekuatan kontraksi Tidak ada perubahan pada
semakin bertambah waktu dan kekuatan kontraksi
Rasa nyeri terasa dibagian Kebanyakan rasa nyeri di bagian
belakang dan menyebar ke depan
depan
Dengan berjalan bertambah Tidak ada perubahan rasa nyeri
intensitas dengan berjalan
Ada hubungan antara tingkat Tidak ada hubungan antara
kekuatan kontraksi dengan tingkat kekuatan kontraksi
intensitas nyeri uterus dengan intensitas nyeri
Lendir darah sering tampak Tidak ada lendir darah
Ada penurunan bagian kepala Tidak ada kemajuan penurunan
janin bagian terendah janin
Kepala janin sudah terfiksasi di Kepala belum masuk PAP walau
PAP diantara kontraksi ada kontraksi
Pemberian obat penenang tidak Pemberian obat penenang yang
menghentikan proses persalinan efisien menghentikan rasa nyeri
sesungguhnya pada persalinan semu

1.4 Tujuan Asuhan Persalinan


Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai
derajad kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya
melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap
serta intervensi minimal dengan asuhan kebidanan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 9


persalinan yang adekuat sesuai dengan tahapan
persalinan sehingga prinsip keamanan dan kualitas
pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. (Ari
Kurniarum, S.SiT., 2016). Melalui pendekatan ini maka
setiap intervensi yang diaplikasikan dalam Asuhan
Persalinan Normal (APN) harus mempunyai alasan dan
bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi
tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses
persalinan (JNPK-KR, 2008)

1.5 Tanda-Tanda Persalinan


Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi
penurunan fundus uterus karena kepala bayi sudah
masuk ke dalam pintu atas panggul (PAP). Gambaran
lightening pada primigravida menunjukkan hubungan
normal antara power (his) ; passage (jalan lahir ) ;
passanger (penumpang). Pada multipara gambarannya
menjadi tidak jelas seperti primigravida, karena
masuknya kepala janin ke dalam panggul terjadi
bersamaan dengan proses persalinan (Sulistyawati, 2013).
Berikut adalah tanda-tanda dimulainya persalinan
menurut Jenny J.S Sondakh (2013) :
- Terjadinya his persalinan saat terjadi his ini pinggang
terasa sakit dan menjalar kedepan, sifatnya teratur,
interval lebih pendek, dan kekuatan makin besar, serta
semakin beraktivitas (jalan) kekuatan akan makin
bertambah.
- Pengeluaran lendir dengan darah. Terjadinya his
persalinan mengakibatkan terjadinya perubahan pada
serviks yang akan menimbulakan pendataran dan
pembukaan. Hal tersebut menyebabkan lendir yang
terdapat pada kanalis servikalis lepas dan pembuluh

10 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


darah pecah sehingga terjadi pendarahan.
- Pada beberapa kasus persalinan akan terjadi pecah
ketuban. Sebagian besar, keadaan ini terjadi menjelang
pembukaan lengkap. Setelah adanya pecah ketuban,
diharapkan proses persalinan akan berlangsung
kurang dari 24 jam.
- Hasil-hasil yang di dapatkan dari pemeriksaan dalam
yakni pelunakan serviks, pendarahan serviks, dan
pembukaan serviks.

Untuk mendukung deskripsi tentang tanda dan gejala


persalinan, akan dibahas materi sebagai berikut:
Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
 Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu
merasa bahwa keadaannya menjadi lebih enteng. Ia
merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa
bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota
bawah.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)
 Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari
pada kedudukannya dan kepala janin sudah mulai
masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini
menyebabkan kandung kencing tertekan sehingga
merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut
Pollakisuria.(Ari Kurniarum, S.SiT., 2016)
 False labor
Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan,
calon ibu diganggu oleh his pendahuluan yang
sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 11


kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
a) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah b)
Tidak teratur c) Lamanya his pendek, tidak bertambah
kuat dengan majunya waktu dan bila dibawa jalan
malah sering berkurang d) Tidak ada pengaruh pada
pendataran atau pembukaan cervix. (Ari Kurniarum,
S.SiT., 2016)
 Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan cervix
menunjukkan bahwa cervix yang tadinya tertutup,
panjang dan kurang lunak, kemudian menjadi lebih
lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi
pembukaan dan penipisan. Perubahan ini berbeda
untuk masing- masing ibu, misalnya pada multipara
sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara
sebagian besar masih dalam keadaan tertutup.(Ari
Kurniarum, S.SiT., 2016)
 Energy Sport
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi
kira-kira 24-28 jam sebelum persalinan mulai. Setelah
beberapa hari sebelumnya merasa kelelahan fisik
karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu
hari sebelum persalinan dengan energi yang penuh.
Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktifitas yang
dilakukannya seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan
rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga
menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi
panjang dan sulit. (Ari Kurniarum, 12 S.SiT., 2016)
 Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda
seperti diare, obstipasi, mual dan muntah karena efek

12 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.(Ari
Kurniarum, S.SiT., 2016)

Yang merupakan Tanda Pasti dari persalinan adalah:


 Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his
pembukaan yang mempunyai sifat sebagai berikut: a)
Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut
bagian depan. b) Pinggang terasa sakit dan menjalar
kedepan. c) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin
pendek dan kekuatannya makin besar. d) Mempunyai
pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan
serviks. e) Makin beraktifitas ibu akan menambah
kekuatan kontraksi. Kontraksi uterus yang
mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi
minimal 2 kali dalam 10 menit). Kontraksi yang terjadi
dapat menyebabkan pendataran, penipisan dan
pembukaan serviks. Ada 2 macam kontraksi yang
pertama kontraksi palsu (Braxton hicks) dan kontraksi
yang sebenarnya. Pada kontraksi palsu berlangsung
sebentar, tidak terlalu sering dan tidak teratur,
semakin lama tidak ada peningkatan kekuatan
kontraksi. Sedangkan kontraksi yang sebenarnya bila
ibu hamil merasakan kenceng-kenceng makin sering,
waktunya semakin lama, dan makin kuat terasa,
diserta mulas atau nyeri seperti kram perut. Perut
bumil juga terasa kencang. Kontraksi bersifat fundal
recumbent/nyeri yang dirasakan terjadi pada bagian
atas atau bagian tengah perut atas atau puncak
kehamilan (fundus), pinggang dan panggul serta perut
bagian bawah. Tidak semua ibu hamil mengalami
kontraksi (His) palsu. Kontraksi ini merupakan hal

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 13


normal untuk mempersiapkan rahim untuk bersiap
mengadapi persalinan.
 Penipisan dan pembukaan serviks
Biasanya pada bumil dengan kehamilan pertama,
terjadinya pembukaan ini disertai nyeri perut.
Sedangkan pada kehamilan anak kedua dan
selanjutnya, pembukaan biasanya tanpa diiringi nyeri.
Rasa nyeri terjadi karena adanya tekanan panggul saat
kepala janin turun ke area tulang panggul sebagai
akibat melunaknya rahim. Untuk memastikan telah
terjadi pembukaan, tenaga medis biasanya akan
melakukan pemeriksaan dalam (vaginal toucher).
Penipisan dan pembukaan serviks ditandai dengan
adanya pengeluaran lendir dan darah sebagai tanda
pemula.
 Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dalam bahasa medis disebut bloody show karena lendir
ini bercampur darah. Itu terjadi karena pada saat
menjelang persalinan terjadi pelunakan, pelebaran,
dan penipisan mulut rahim. Bloody show seperti
lendir yang kental dan bercampur darah. Menjelang
persalinan terlihat lendir bercampur darah yang ada di
leher rahim tsb akan keluar sebagai akibat terpisahnya
membran selaput yang menegelilingi janin dan cairan
ketuban mulai memisah dari dinding rahim. Tanda
selanjutnya pecahnya ketuban, di dalam selaput
ketuban (korioamnion) yang membungkus janin,
terdapat cairan ketuban sebagai bantalan bagi janin
agar terlindungi, bisa bergerak bebas dan terhindar
dari trauma luar. Terkadang ibu tidak sadar saat sudah
mengeluarkan cairan ketuban dan terkadang
menganggap bahwa yang keluar adalah air pipisnya.

14 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Cairan ketuban umumnya berwarna bening, tidak
berbau, dan akan terus keluar sampai ibu akan
melahirkan. Keluarnya cairan ketuban dari jalan lahir
ini bisa terjadi secara normal namun bias juga karena
ibu hamil mengalami trauma, infeksi, atau bagian
ketuban yang tipis (locus minoris) berlubang dan
pecah. Setelah ketuban pecah ibu akan mengalami
kontraksi atau nyeri yang lebih intensif. Terjadinya
pecah ketuban merupakan tanda terhubungnya
dengan dunia luar dan membuka potensi
kuman/bakteri untuk masuk. Karena itulah harus
segera dilakukan penanganan dan dalam waktu
kurang dari 24 jam bayi harus lahir apabila belum lahir
dalam waktu kurang dari 24 jam maka dilakukan
penangana selanjutnya misalnya caesar. Dengan
pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis
cervicalis keluar disertai dengan sedikit darah.
Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena 13
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen
bawah rahim hingga beberapa capillair darah terputus.
 Premature Rupture of Membrane
Keluarnya cairan banyak secara mendadak dari jalan
lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput
janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan
lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini
keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat sekali.
Tetapi kadang-kadang ketuban pecah pada
pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput
janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian
persalinan diharapkan akan mulai dalam 24 jam
setelah air ketuban keluar. (Ari Kurniarum, S.SiT.,
2016)

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 15


Yang merupakan Tanda-tanda palsu dari persalinan
adalah
- His dengan interval tidak teratur
- Frekuensi semakin lama tidak mengalami peningkatan
- Rasa nyeri saat kontraksi hanya pada bagian depan
- Jika dibawa jalan-jalan, frekuensi dan intensitas his
tidak mengalami peningkatan
- Tidak ada hubungan antara derajat pengerasan uterus
saat his dengan intensitas rasa nyeri
- Tidak keluar lendir dan darah
- Tidak ada perubahan servik uteri
- Bagian presentasi janin tidak mengalami penurunan
- Bila diberi obat sedative, his menghilang

1.6 Lima Benang Merah dalam asuhan persalinan


Lima aspek dasar lima benang merah yang penting dan
saling terkait dalam asuhan persalinan menurut (JNPK-
KR, 2017).
a. Membuat keputusan klinik
Membuat keputusan merupakan proses yang
menentukan untuk menyelesaikan masalah dan
menentukan asuhan yang diperlukan oleh pasien.
Keputusan ini harus akurat, komprehemsif dan aman,
baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas
yang memberikan pertolongan.
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai
budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu.
Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah
dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama
proses persalinan dan kelahiran bayi. Yang dimaksud
asuhan sayang ibu dalam proses persalinan adalah :

16 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


- Membolehkan keluarga mendampingi ibu selama
proses persalinan.
- Memperhatikan kebersihan sesuai standar
- Melakukan IMD ( Inisiasi Menyusu Dini ).
- Sikap yang sopan dan penuh pengertian.
- Memberikan informasi yang lengkap kepada
keluarga pada setiap tindakan yang dilakukan.
- Bidan harus penuh empati.
- Memberikan keleluasaan pada ibu untuk
mengambil posisi melahirkan yang sesuai kemauan
ibu.
- Tindakan-tindakan yang secara tradisional sering
dilakukan dan sudah terbukti tidak berbahaya
harus diperbolehkan bila dilakukan.
- Menjaga privasi dari ibu bersalin.
- Menghindari tindakan yang tidak perlu yang
mengganggu kenyamanan pasien
c. Pencegahan infeksi
Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari
komponenkomponen lain dalam asuhan selama
persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan ini harus
diterapkan dalam setiap aspek asuhan untuk
melindungi ibu, bayi baru lahir, keluarga, penolong
persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan
mengurangi infeksi karena bakteri, virus dan jamur.
Dilakukan pula upaya untuk menurunkan risiko
penularan penyakit-penyakit berbahaya yang hingga
kini belum ditemukan pengobatannya, seperti
HIV/AIDS dan Hepatitis. Adapun pencegahan infeksi
bisa dilakukan dengan cara berikut :
- Cuci tangan Prosedur utama dalam pencegahan
penyebaran infeksi yang dapat menyebabkan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 17


kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lagir
adalah cuci tangan Beberapa waktu mencuci tangan
yang dianjurkan adalah segera setelah tiba ditempat
kerja, sebelum dan sesudah melakukan kontak fisik
dengan pasien, sebelum dan sesudah memakai
sarung tangan, setelah menyentuh benda yang
terkontaminasi seperti
http://repository.unimus.ac.id 19 darah, cairan
tubuh ataupun selaput mukos, setelah kekamar
mandi dan sebelum pulang kerja.
- Prosedur mencuci tangan dalam APN : Semua
perhiasan yang ada ditangan dilepaskan,
Membasahi tangan dengan air mengalir,
Menggosok tangan dengan sabun antiseptik selama
10 – 15 detik, kemudian menggosok sela – sela jari,
kuku – kuku jari, Bilas tangan dengan air bersih
yang mengalir e. Biarkan kering dengan cara
dianginkan atau keringkan dengan tissue atau
handuk yang bersih dan kering.
- Pakai sarung tangan
- Penggunaan Cairan Antiseptik
- Pemrosesan alat bekas
- Pencucian dan pembilasan
- Dekontaminasi
- Sterilisasi atau Desinfeksi Tingkat Tinggi
- Pembuangan sampah
d. Pencatatan/dokumentasi
Pencatatan adalah bagian penting dari proses
pembuatan keputusan klinik karena memungkinkan
penolong persalinan untuk terus memperhatikan
asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Catat semua asuhan yang diberikan

18 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


kepada ibu atau bayinya. Jika asuhan tidak dicatat,
dapat diangggap bahwa hal tersebut tidak dilakukan.
Mengkaji ulang catatan memungkinkan untuk
menganalisa data yang telah dikumpulkan dan dapat
lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis dan
membuat rencana asuhan bagi ibu dan bayinya. Hal
yang penting diingat yaitu identitas ibu, hasil
pemeriksaan, diagnosis, dan obat– obatan yang
diberikan dan partograf adalah bagian terpenting dari
proses pencatatan selama persalinan (JNPK-KR, 2017).
e. Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke
fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana
lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan
jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian
besar ibu akan menjalani persalinan normal namun
sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah
selama proses persalinan dan kelahiran bayi sehingga
perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangat
sulit menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga
kesiapan untuk merujuk ibu dan bayi ke fasilitas
rujukan secara optimal dan tepat waktu menjadi syarat
bagi keberhasilan upaya penyelamatan. Setiap
penolong persalinan harus mengetahui fasilitas
rujukan yang mampu untuk menatalaksana kasus
gawatdarurat obstetri dan bayi baru lahir.

1.7 Penerapan Pencegahan Infeksi dalam 17 Langkah APN


Infeksi adalah invasi dari mikroorganisme patogen yang
masuk dan berkembang biak di dalam tubuh dan
menyebabkan sakit, dapat menimbulkan gejala klinis
maupun tidak (asymptomatis). Upaya pencegahan infeksi

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 19


adalah usaha yang dilakukan untuk menghindari
masuknya mikrooganisme ke dalam jaringan tubuh,
sehingga dapat terhindar dari penyakit infeksi.

Tujuan tindakan pencegahan infeksi antara lain:


 Mencegah terjadinya infeksi silang antara pasien dan
petugas.
 Menangani peralatan / instrumen medis yang dipakai
pada saat tindakan dengan prosedur yang benar
 Mengelola sampah dan limbah yang dihasilkan saat
proses persalinan dengan tepat.

Definisi – definisi dalam pencegahan infeksi. Beberapa


definisi yang digunakan dalam pencegahan infeksi:
 Aseptik / teknik antiseptik adalah semua usaha yang
dilakukan untuk menghindari miroorganisme masuk
ke tubuh dan dapat menimbulkan infeksi dengan cara
eradikasi microorganisme pada kulit, jaringan,
peralatan sampai pada keadaan yang aman.
 Antisepsis adalah pencegahan infeksi dengan cara
mematikan dan mencegah tumbuhnya
mikroorganisme di tubuh dan kulit.
 Dekontaminasi tindakan pencegahan infeksi terhadap
instrumen medis, tempat persalinan, sarung tangan
dan celemek yang terpapar cairan tubuh dan darah.
 Cuci dan bilas adalah tindakan untuk menghilangkan
semua cemaran yang menempel pada instrumen
medis atau kulit.
 Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT) tindakan yang
dilakukan untuk menghilangkan semua
microorgamisme kecuali endospora bakteri dengan
cara merebus maupun kimiawi

20 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


 Sterilisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
menghilangkan semuaa mikroorganisme termasuk
endospora bakteri pada instrumen.

Tindakan Pencegahan Infeksi


- Penggunaan APD
Alat Perlindungan Diri (APD) merupakan hal penting
dalam pencegahan infeksi, pada saat melakukan
pertolongan persalinan berikut adalah APD yang
harus disediakan di ruang persalinan dan harus
digunakan :
a. Celemek
Digunakan untuk melindungi pakaian petugas dari
percikan darah dan cairan tubuh lainnya, biasanya
berbahan plastik dan berbentuk seperti rompi
terbalik.
b. Sepatu Boot
Sepatu yang digunakan umumnya berbahan karet
atau plastik yang kedap air dan mudah dibersihkan.
Digunakan dari ujung sampai setinggi betis.
Digunakan untuk melindungi kaki dari darah atau
cairan tubuh yang tercecer di lantai, atau benda
tajam yang terjatuh. Tidak disarankan
menggunakan sandal karena tidak menutup
seluruh kaki.
c. Sarung Tangan
Petugas diharuskan menggunakan sarung tangan
yaitu sebelum kontak dengan cairan tubuh pasien,
sebelum melakukan pemeriksaan dalam,
membersihkan sampah yang terkontaminasi.
d. Kacamata
Digunakan untuk melindungi mata dari percikan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 21


darah atau cairan tubuh. Umumnya terbuat dari
bahan plastik yang jernih. Ada bentuk kacamata
yang menyatu dengan pelindung muka.
e. Masker
Digunakan untuk menghindari penularan
mikroorganisme melalui udara saat berbicara
dengan pasien, batuk maupun bersin. Selain itu
dapat mencegah percikan darah atau cairan tubuh
masuk ke mulut dan hidung. Saat menggunakan
masker harus menutupi hidung, mulut dan dagu.
f. Penutup Kepala
Digunakan untuk mencegah jatuhnya
mikroorganisme dari rambut atau kepala petugas
ke area yang steril. Selain itu mencegah percikan
darah ataupun cairan tubuh ke wilayah kepala. Kap
atau penutup kepala digunakan menutup seluruh
kepala.

Tindakan Aseptik
- Perlakuan Terhadap Alat
Dengan dekontaminasi semua peralatan/ instrumen
medis, sarung tangan yang sudah digunakan
menggunakan larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
Kemudian cuci bilas dan lakukan sterilisasi maupun
Desinfeksi Tingkat Tinggi ( DTT)
o Sebelum melepas celemek di lap dulu
menggunakan larutan klorin 0,5% dan memastikan
tidak ada percikan darah yang tersisa, melepas
dengan melipatnya ke arah luar (bagian luar yg
dipakai) setelah itu diletakkan ke wadah khusus
pakaian kotor.

22 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


o Memakai sarung tangan yang berbeda untuk setiap
tindakan, seperti sarung tangan steril untuk
pemeriksaan dalam, menolong persalinan sampai
mengeluarkan placenta. Sarung tangan bersih
untuk menangani sisa darah maupun cairan tubuh,
sedangkan sarung tangan rumah tangga dipakai
saat mencuci peralatan dan menangani sampah.
- Perlakuan Terhadap Tempat
o Membersihkan ruangan persalinan, tempat periksa
dan tempat tindakan setiap hari
o Mensteril ruangan minimal 1 jam setelah dipakai
untuk tindakan.
- Perlakuan Terhadap Penolong
o Mencuci tangan sebelum memakai sarung tangan
steril atau DTT, setelah melepas sarung tangan,
setelah menyentuh benda yang terkontaminasi,
sebelum dan sesudah kontak fisik dengan ibu atau
bayi baru lahir dengan menggunakan 7 langkah
cuci tangan. http://repository.unimus.ac.id 11
o Menggunakan APD lengkap saat melakukan
pertolongan persalinan.
- Perwadahan Sampah dan Limbah
1) Sampah
o Memasukkan sampah terkontaminasi seperti
(kassa, gulungan kapas, perban dll) ke dalam
tempat sampah yang tahan air/ plastik
kemudian di bakar
o Sampah yang tidak terkontaminasi misal sisa
makanan dibuang ke tempat sampah rumah
tangga.
o Sampah dari benda tajam seperti jarum suntuk
dimasukka ke dalam safety box, sementara sisa

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 23


ampul, bisturi dimasukkan ke wadah tahan
bocor (misalkan: botol plastik bekas air mineral)
o Placenta di tempatkan di kantung plastik atau
tembikar, ajarkan keluarga untuk memberihkan
dan menguburkan.
o Linen yang terkontaminasi di cuci terpisah dan
dijemur di terik matahari.
2) Limbah
o Limbah cair seperti darah dan cairan tubuh
ditampung di wadah yang tidak bocor, misal
ember, under pad.
o Membuang limbah cair ke saluran pembuangan
air limbah medis. Pewadahan sampah dan
limbah yang tidak sesuai akan menyebabkan
tersebarnya mikroorganisme dari sampah dan
limbah ke tempat lain. Sampah tajam yang tidak
dimasukkan ke dalam safety box akan bisa
menyebabkan luka tusuk bagi penolong maupun
orang lain. Ceceran darah, cairan manusia yang
tidak dikelola dengan baik akan meningkatkan
resiko terjadinya infeksi nasokomial, kain bekas
pasien yang tidak diganti akan menimbulkan
bau yang tidak sedap, bbegitu juga sampah
basah yang tidak diletakkan ke dalam wadah
tahan air akan menyebabkan kebocoran dan
tetesaan cairaan kemaana – mana yang dapat
meningkatkan resiko penularaan infeksi.
Asuhan Persalinan Normal memiliki 58 langkah
standar yang harus dipatuhi oleh Bidan pada saat
melakukan pertolongan persalinan. Dari 58 langkah
APN ada 17 langkah APN yang berhubungan dengan
tindakan pencegahan infeksi, yaitu diantaranya :

24 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


No Langkah Uraian
APN
1. Langkah ke Mengenakan baju penutup atau
3 celemek plastik yang bersih
2. Langkah ke a) Melepaskan semua perhiasan
4 yang dipakai, b) Mencuci kedua
tangan dengan sabun dan air bersih
yang mengalir dan
c) Mengeringkan tangan dengan
handuk satu kali pakai/pribadi
yang bersih
3. Langkah ke Memakai satu sarung dengan DTT
5 atau steril untuk semua
pemeriksaan dalam
4. Langkah ke d) Membersihkan vulva dan
7 perineum, menyekanya dari depan
ke belakang dengan menggunakan
kapas atau kasa yang sudah
dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi.
e) Jika introitus vagina, perineum
atau anus terkontaminasi oleh
kotoran ibu, bersihkan dengan
seksama dengan cara menyeka dari
depan ke belakang.
f) Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang
benar.
g) Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi
5. Langkah ke Dengan menggunakan teknik
8 aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa
pembukaan serviks sudah lengkap
6. Langkah ke h) Mendekontaminasi sarung
9 tangan dengan cara mencelupkan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 25


No Langkah Uraian
APN
tangan yang masih memakai sarung
tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5%
i) Melepaskan sarung tangan dalam
keadaan terbalik serta
merendamnya di dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
j) Mencuci kedua tangan (dengan 7
langkah cuci tangan).
7. Langkah ke Memakai sarung tangan DTT atau
17 steril pada kedua tangan.
8. Langkah ke k) Setelah plasenta lahir, tempatkan
38 plasenta pada
http://repository.unimus.ac.id 21
No Langkah APN Uraian wadah
yang sudah disediakan,
l) Jika selaput ketuban robek,
memakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril dan
memeriksa vagina dan serviks ibu
dengan seksama.
m) Menggunakan jari-jari tangan
atau klem atau forseps disinfeksi
tingkat tinggi atau steril untuk
melepaskan bagian selapuk yang
tertinggal. 9 Langkah ke 43

9. Langkah ke n) Mencelupkan kedua tangan yang


43 memakai sarung tangan ke dalam
larutan klorin 0,5 %, o) Membilas
kedua tangan yang masih bersarung
tangan dengan air disinfeksi tingkat

26 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


No Langkah Uraian
APN
tinggi dan
p) Mengeringkan dengan kain yang
bersih dan kering.
10. Langkah ke Menempatkan klem tali pusat
44 disinfeksi tingkat tinggi atau steril
atau mengikatkan tali disinfeksi
tingkat tinggi dengan simpul mati
sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari
pusat.
11. Langkah ke Melepaskan klem bedah dan
46 meletakkannya ke dalam larutan
klorin 0,5 %.
12. Langkah ke Menempatkan semua peralatan di
53 dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi (10 menit). Mencuci
dan membilas peralatan setelah
dekontaminasi
13. Langkah ke Membuang bahan-bahan yang
54 terkontaminasi ke dalam tempat
sampah yang sesuai
14. Langkah ke Membersihkan ibu dengan
55 menggunakan air disinfeksi tingkat
tinggi. Membersihkan cairan
ketuban, lendir dan darah.
Membantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering
15. Langkah ke Mendekontaminasi daerah yang
57 digunakan untuk melahirkan
dengan larutan klorin 0,5% dan
membilas dengan air bersih
16. Langkah ke Mencelupkan sarung tangan kotor
58 ke dalam larutan klorin 0,5%,
membalikkan bagian dalam ke luar

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 27


No Langkah Uraian
APN
dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5% selama 10 menit.
17. Langkah ke Mencuci kedua tangan dengan
59 sabun dan air mengalir

1.8 Faktor yang mempengaruhi Persalinan


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses
persalinan normal yang dikenal dengan istilah 5P, yaitu:
Power, Passage, Passenger, Psikis ibu bersalin, dan
Penolong persalinan yang dijelaskan dalam uraian
berikut:
1. Power (tenaga)
Power (tenaga) merupakan kekuatan yang mendorong
janin untuk lahir. Dalam proses kelahiran bayi terdiri
dari 2 jenis tenaga, yaitu primer dan sekunder.
a. Primer: berasal dari kekuatan kontraksi uterus (his)
yang berlangsung sejak muncul tanda-tanda
persalinan hingga pembukaan lengkap.
b. Sekunder: usaha ibu untuk mengejan yang
dibutuhkan setelah pembukaan lengkap.
Kekuatan meliputi his, kontraksi otot-otot perut,
kontraksi diafragma dan aksi dari ligament, dengan
kerjasama yang sempurna.
1) His (kontraksi uterus) Adalah kekuatan kontraksi
uterus karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik
adalah kontraksi simetris, fundus dominan,
terkoordinasi dan relaksasi.
a) Pembagian his dan sifat-sifatnya:
(1) His pendahuluan: his tidak kuat,
datangnya tidak teratur, menyebabkan

28 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


keluarnya lender darah atau bloody show.
(2) His pembukaan (kala I): menyebabkan
pembukaan serviks, semakin kuat, teratur
dan sakit.
(3) His pengeluaran (kala II): untuk
mengeluarkan janin, sangat kuat, teratur,
simetris, terkoordinasi.
(4) His pelepasan uri (kal III): terkoordinasi
sedang untuk melepaskan dan melahirkan
plasenta.
(5) His pengiring (kala IV): kontraksi lemah,
masih sedikit nyeri, terjadi pengecilan
rahim setelah beberapa jam atau hari.
b) Tenaga mengejan
(1) Setelah pembukaan lengkap dan ketuban
pecah, tenaga yang mendorng anak keluar
selain his, terutama disebabkan oleh
kontraksi otot-otot dinding perut, yang
mengakibatkan peninggian tekanan
intraabdominal.
(2) Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan
waktu kita buang air besar, tapi jauh lebih
kuat lagi.
(3) Saat kepala sampai kedasar panggul,
timbul reflex yang mengakibatkan ibu
menutup glottisnya, mengkontraksikan
otot-otot perut dan menekan diafragmanya
ke bawah.
(4) Tenaga mengejan ini hanya dpat berhasil
bila pembukaan sudah lengkap, dan paing
efektif sewaktu ada his.
(5) Tanpa tenaga mengejan, anak tidak dapat

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 29


lahir. Misalnya pada penderita yang
lumpuh otot-otot perutnya, persalinan
harus dibantu dengan forceps.
(6) Tenaga mengejan ini juga melahirkan
plasenta setelah terlepas dari dinding
rahim.
2. Passenger (janin)
Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan
adalah faktor janin, yang meliputi berat janin, letak
janin, posisi sikap janin (habilitus), serta jumlah janin.
Pada persalinan normal yang berkaitan dengan
passenger antara lain: janin bersikap fleksi dimana
kepala, tulang punggung, dan kaki berada dalam
keadaan fleksi, dan lengan bersilang di dada. Taksiran
berat janin normal adalah 2500-3500 gram dan DJJ
normal yaitu 120-160x/menit.
3. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang
padat, dasar panggul, vagina dan introitus vagina
(lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak,
khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut
menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh
lebih berperan dalam proses persalinan. Oleh karena
itu, ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan
sebelum persalinan dimulai.
4. Psikis ibu bersalin
Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis
yang menyertai kehidupan hampir setiap wanita. Pada
umumnya persalinan dianggap hal yang menakutkan
karena disertai nyeri hebat, bahkan terkadang
menimbulkan kondisi fisik dan mental yang
mengancam jiwa. Nyeri merupakan fenomena yang

30 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


subjektif, sehingga keluhan nyeri persalinan setiap
wanita tidak akan sama, bahkan pada wanita yang
samapun tingkat nyeri persalinannya tidak akan sama
dengan nyeri persalinan yang sebelumnya. Sehingga
persiapan psikologis sangat penting dalam menjalani
persalinan. Jika seorang ibu sudah siap dan
memahami proses persalinan maka ibu akan mudah
bekerjsama dengan petugas kesehatan yang akan
menolong persalinannya. Dalam proses persalinan
normal, pemeran utamanya adalah ibu yang disertai
dengan perjuangan dan upayanya. Sehingga ibu harus
meyakini bahwa ia mampu menjalani proses
persalinan dengan lancar. Karena jika ibu sudah
mempunyai keyakinan positif maka keyakinan
tersebut akan menjadi kekuatan yang sangat besar saat
berjuang mengeluarkan bayi. Sebaliknya, jika ibu tidak
semangat atau mengalami ketakutan yang berlebih
maka akan membuat proses persalinan menjadi sulit.
Keadaan psikologi ibu mempengaruhi proses
persalinan. Ibu bersalin yang didampingi oleh suami
dan orang-orang yang dicintainya cenderung
mengalami proses persalinan yang lebih lancer
dibandingkan dengan ibu bersalin yang tanpa
didampingi oleh suami atau orang-orang yang
dicintainya. Ini menunjukkan bahwa dukungan mental
berdampak positif bagi keadaan psikis ibu, yang
berpengaruh pada kelancaran proses persalinan.
5. Penolong persalinan
Orang yang berperan sebagai penolong persalinan
adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas
dalam menolong persalinan, antara lain: dokter, bidan,
perawat maternitas dan petugas kesehatan yang

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 31


mempunyai kompetensi dalam pertolongan
persalinan, menangani kegawataruratan serta
melakukan rujukan jika diperlukan. Petugas kesehatan
yang memberi 15 pertolongan persalinan dapat
menggunakan alat pelindung diri, serta melakukan
cuci tangan untuk mencegah terjadinya penularan
infeksi dari pasien. Kompetensi yang dimiliki
penolong sangat bermanfaat untuk memperlancar
proses persalinan dan mencegah kematian maternal
neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang
baik diharapkan kesalahan maupun malpraktek dalam
memberikan asuhan tidak terjad

Latihan
Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada
Bab I secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan
sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap
Bab tentang konsep dasar persalinan normal ini. Adapun soal
yang digunakan untuk latihan adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan yang dimaksud dengan persalinan normal
2. Jelaskan tentang tanda dan gejala persalinan normal
3. Jelaskan tahapan persalinan normal dan mekanisme
persalinan normal
4. Jelaskan tentang faktor yang mempegaruhi persalinan
normal
5. Sebutkan evidence based midwifery dalam persalinan
normal
6. Jelaskan asuhan sayang ibu dalam proses persalinan
normal.

32 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


SOAL LATIHAN
1. Seorang perempuan, usia 24 tahun, melahirkan anak ke 2,
ditolong dukun, setelah 15 menit uri belum lahir
kemudian memanggil bidan di PKM, dilakukan
pemeriksaan TD 100/60 mmHg, tanda vital dalam batas
normal, keadaan umum baik, TFU setinggi pusat
kontraksi uterus baik, perdarahan normal. Apakah
diagnosa kebidanan yang tepat?
a. Persalinan kala II Plasenta belum lahir
b. Persalinan kala III Plasenta belum lahir
c. Persalinan kala II Plasenta adesiva
d. Persalinan kala II Plasenta akreta
e. Persalinan kala II Plasenta inkreta

2. Seorang perempuan, usia 24 tahun, melahirkan anak ke 2,


ditolong dukun, setelah 15 menit uri belum lahir
kemudian memanggil bidan di PKM, dilakukan
pemeriksaan TD 100/60 mmHg, tanda vital dalam batas
normal, keadaan umum baik, TFU setinggi pusat
kontraksi uterus baik, perdarahan normal. Apakah
tindakan asuhan kebidanan yang tepat?
a. Manual plasenta
b. Manajemen aktif kala III
c. Manajemen kala II
d. Massase uterus
e. Lahirkan plasenta

3. Seorang perempuan, usia 24 tahun, melahirkan anak ke 2,


ditolong dukun, setelah 15 menit uri belum lahir
kemudian memanggil bidan di PKM, dilakukan
pemeriksaan TD 100/60 mmHg, tanda vital dalam batas
normal, keadaan umum baik, TFU setinggi pusat

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 33


kontraksi uterus baik, perdarahan normal. Apa rencana
asuhan kebidanan pada kasus tersebut?
a. Lakukan MAK III
b. Lakukan Kompresi bimanual
c. Lakukan Manual plasenta
d. Lakukan Massase Plasenta
e. Lakukan Pengeluaran plasenta

4. Seorang perempuan hamil, usia 28 tahun, datang ke PMB


pada tanggal 02 juni 2019, untuk memeriksakan
kehamilannya. Hamil yang ketiga kali, pernah keguguran
satu kali, haid terakir 21 Oktober 2018, dia mengeluh
sering kram pada kaki. Hasil pemeriksaan keadaan
umum baik, TD 120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu
360C, respirasi 24 x/menit, tinggi fundus uteri 30 cm,
punggung kanan, presentasu kepala, bagian terendah
belum masuk PAP, DJJ (+) 130 x/menit. Apakah
penyebab keluhan yang dialami ibu tersebut :
a. Kadar kalsium yang kurang
b. Kadar darah yang kurang
c. Kadar kalium yang rendah
d. Kadar protein yang rendah
e. Kadar protein yang tinggi

5. Seorang Ibu hamil usia 27 tahun, G II, PI, A0, hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Apakah tindakan yang

34 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


diberikan pada kasus tersebut ?
a. Observasi kemajuan persalinan dengan lembar
partograf
b. Observasi kemajuan persalinan dengan Pemasangan
infuse
c. Observasi his dan DJJ dengan induksi persalinan
d. Observasi kemajuan persalinan dengan catatan
khusus
e. Observasi air ketuban dengan pemeriksaan
laoratorium

6. Seorang Ibu hamil usia 27 tahun, G II, PI, A0, hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Apakah asuhan saying
ibu yang diberikan ?
a. Menganjurkan banyak istirahat
b. Menganjurkan ibu berbaring terlentang
c. Menganjurkan ibu mengedan
d. Menganjurkan ibu jalan-jalan sampai pembukaan
lengkap
e. Menganjurkan ibu posisi setengah duduk

7. Seorang ibu hamil usia 27 tahun, GII, P I, A0 hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 35


pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Kapankah dilakukan
pemeriksaan VT kembali?
a. Setiap 4 jam
b. Setiap 5 jam
c. Setiap 6 jam
d. Setiap 7 jam
e. Setiap 8 jam

8. Bayi Ny. R lahir pukul 10.00 WITA di Rumah Sakit


menangis lambat, bernapas megap-megap. Hasil
pengukuran antropometri BB 2000 gram, PB 45 cm, Hasil
Pemeriksaan tangan dan kaki teraba dingin dan bayi sulit
bernapas. Apa tindakan yang tepat sesuai kasus di atas?
a. VTP
b. Merujuk
c. HAIKAP
d. Resusitasi
e. Metode kanguru

9. Ny. C sudah menginap di Rs selama 2 hari untuk


menunggu proses kelahiran anak pertamanya, G,PoAo, ia
merasakan pinggangnya panas dan pegal menjalar mulai
dari perut ke belakang dari pukul 6 pagi,keluar lendir
dari kemaluan, terasa ada bagian yang menekan atas
kemaluan ke bawah dengan HPHT 19-8-17 dan TP : 26-5-
18. Termasuk contoh data apakah diatas ?
a. Data objektif.
b. Data subjektif.
c. Data operasional.
d. Data administrative.
e. Data regular.

36 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


10. Seorang ibu hamil usia 27 tahun, GII, P I, A0 hamil 39
minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Bagaimana konseling
yang paling tepat diberikan ibu tersebut?
a. Menjelaskan proses persalinan
b. Menjelaskan cara persalinan
c. Menjelaskan resiko persalinan
d. Menjelaskan tanda persalinan
e. Menjelaskan sebab persalinan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 37


Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Dosen memberikan penilaian dari hasil latihan dan diskusi dan
menindaklanjuti dengan memberikan masukan kepada
mahasiswa terkait capaian pembelajaran yang harus dikuasai
dalam bab ini.

Daftar Pustaka
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui
Dini. Jakarta: Jhplego.
Marmi, S.ST. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rohani, S.ST., dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta : Salemba Medika
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Penerbit Erlangga.
Sujiyatini, S.SiT, M.Keb, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II
(Persalinan). Yogyakarta: Rohima Press
Yanti, S.ST, M.Keb. 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan
Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama

38 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


BAB II

KEBUTUHAN IBU BERSALIN

A. PENDAHULUAN
Deskripsi BAB
Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
dapat menguasai materi konsep kebutuhan ibu bersalin dan
peran bidan dalam kebijakan maupun program asuhan
kebidanan untuk kebutuhan ibu saat bersalin.

Tujuan atau Sasaran Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan Kebutuhan fisik ibu bersalin (eliminasi,
nutrisi, cairan, personal hygine, mobilisasi, dan mekanik).
2. Menjelaskan Patient safety pada persalinan.
3. Menjelaskan Kebutuhan psikologi ibu bersalin (keluarga,
bidan, suami).
4. Menjelaskan Persiapan-persiapan persalinan.
5. Menjelaskan Asuhan persalinan mengenai pengurangan
rasa nyeri.

Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa adalah memahami tentang konsep konsep
kebutuhan ibu bersalin dan peran bidan dalam kebijakan
maupun program asuhan kebidanan untuk kebutuhan ibu saat
bersalin.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 39


B. PENYAJIAN
2.1 Kebutuhan Fisik Ibu Bersalin
1. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
World Health Organization (WHO) merekomendasikan
bahwa dikarenakan kebutuhan energi yang begitu besar
pada Ibu melahirkan dan untuk memastikan
kesejahteraan ibu dan anak, tenaga kesehatan tidak boleh
menghalangi keinganan Ibu yang melahirkan untuk
makan atau minum selama persalinan. Persatuan dokter
kandungan dan ginekologi Kanada merekomendasikan
kepada tenaga kesehatan untuk menawarkan Ibu bersalin
diet makanan ringan dan cairan selama persalinan.

2. Makanan yang Dianjurkan Selama Persalinan


Makanan yang disarankan dikonsumsi pada kelompok
Ibu yang makan saat persalinan adalah roti, biskuit,
sayuran dan buah-buahan, yogurt rendah lemak, sup,
minuman isotonik dan jus buah-buahan. Nutrisi dan
hidrasi sangat penting selama proses persalinan untuk
memastikan kecukupan energi dan mempertahankan
kesimbangan normal cairan dan elektrolit bagi Ibu dan
bayi. Cairan isotonik dan makanan ringan yang
mempermudah pengosongan lambung cocok untuk awal
persalinan. Jenis makanan dan cairan yang dianjurkan
dikonsumsi pada Ibu bersalin adalah sebagai berikut :

Makanan:
Apa saja yang harus diperhatikan jika Ibu ingin makan
selama proses persalian.
a. Makan dalam porsi kecil atau mengemil setiap jam
sekali saat ibu masih dalam tahap awal persalinan
(KALA 1). Ibu disarankan makan beberapa kali dalam

40 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


porsi kecil karena lebih mudah dicerna daripada
hanya makan satu kali tapi porsi besar.
b. Pilih makanan yang mudah dicerna, seperti crackers,
agar-agar, atau sup. Saat persalinan proses pencernaan
jadi lebih lambat sehingga ibu perlu menghindari
makanan yang butuh waktu lama untuk dicerna.
c. Selain mudah dicerna, pilih makanan yang berenergi.
Buah, sup dan madu memberikan energi cepat. Untuk
menyimpan cadangan energi, ibu bisa pilih gandum
atau pasta.
d. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak,
goreng-gorengan atau makanan yang menimbulkan
gas.

Makanan yang dianjurkan:


1. Roti atau roti panggang (rendah serat) yang rendah
lemak baik diberi selai ataupun madu.
2. Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu.
3. Nasi tim.
4. Biskuit
5. Yogurt rendah lemak.
6. Buah segar atau buah kaleng.

Minuman:
Selama proses persalinan jaga tubuh agar tidak
kekurangan cairan. Dehidrasi bisa mengakibatkan ibu
menjadi lemah, tidak berenergi dan bisa memperlambat
persalinan. Pilihan minumannya adalah:
1. Minuman yogurt rendah lemak.
2. Kaldu jernih.
3. Air mineral.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 41


4. Minuman isotonik, mudah diserap dan memberikan
energi yang dibutuhkan saat persalinan. Atau, Ibu bisa
membuat sendiri dengan mencampurkan air putih
dengan sedikit perasan lemon.
5. Jus buah atau smoothie buah, campurkan dengan
yogurt atau pisang ke dalam smoothie untuk
menambah energi.
6. Hindari minuman bersoda karena bisa membuat Ibu
mual.

Ibu melahirkan harus dimotivasi untuk minum sesuai


kebutuhan atau tingkat kehausannya. Jika asupan cairan
Ibu tidak adekuat atau mengalami muntah, dia akan
menjadi dehidrasi, terutama ketika melahirkan
menjadikannya banyak berkeringat. Salah satu gejala
dehidrasi adalah kelelahan dan itu dapat mengganggu
kemajuan persalinan dan menyulitkan bagi Ibu untuk
lebih termotivasi dan aktif selama persalinan. Jika Ibu
dapat mengikuti kecenderungannya untuk minum, maka
mereka tidak mungkin mengalami dehidrasi.

Pembatasan makan dan minum pada Ibu melahirkan


memberikan rasa ketidaknyaman pada Ibu. Selain itu,
kondisi gizi buruk berpengaruh terhadap lama persalinan
dan tingkat kesakitan yang diakibatkannya, dan puasa
tidak menjamin perut kosong atau berkurang
keasamannya. Lima penelitian yang melibatkan 3130 Ibu
bersalin. Pertama penelitian membandingkan Ibu dengan
pembatasan makan dan minum dengan Ibu yang diberi
kebebasan makan dan minum. Kedua penelitian
membandingkan antara Ibu yang hanya minum dengan
Ibu yang makan dan minum tertentu. Dua penelitian lagi

42 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


membandingkan Ibu yang hanya minum air mineral
dengan minuman karbohidrat. Hasil penelitian
menunjukkant idak adanya kerugian atau dampak
terhadap persalinan pada Ibu yang diberi kebebasan
makan dan minum. Dengan demikian, Ibu melahirkan
diberikan kebebasan untuk makan dan minum sesuai
yang mereka kehendaki.

Pemenuhan kebutuhan eliminai selama persalinan perlu


difasilitasi oleh bidan, untuk membantu kemajuan
persalinan dan meningkatkan kenyamanan pasien.
Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering
mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama
persalinan. Kandung kemih yang penuh, dapat
mengakibatkan:
1. Menghambat proses penurunan bagian terendah janin
ke dalam rongga panggul, terutama apabila berada di
atas spina isciadika
2. Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his
3. Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali
ibu karena bersama dengan munculnya kontraksi
uterus
4. Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala
II
5. Memperlambat kelahiran plasenta
6. Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena
kandung kemih yang penuh menghambat kontraksi
uterus.

Apabila masih memungkinkan, anjurkan ibu untuk


berkemih di kamar mandi, namun apabila sudah tidak
memungkinkan, bidan dapat membantu ibu untuk

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 43


berkemih dengan wadah penampung urin. Bidan tidak
dianjurkan untuk melakukan kateterisasi kandung kemih
secara rutin sebelum ataupun setelah kelahiran bayi dan
placenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan
apabila terjadi retensi urin, dan ibu tidak mampu untuk
berkemih secara mandiri. Kateterisasi akan meningkatkan
resiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada saluran
kemih ibu. Sebelum memasuki proses persalinan,
sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah BAB. Rektum yang
penuh dapat mengganggu dalam proses kelahiran janin.
Namun apabila pada kala I fase aktif ibu mengatakan
ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan
adanya tanda dan gejala kala II. Apabila diperlukan
sesuai indikasi, dapat dilakukan lavement pada saat ibu
masih berada pada kala I fase latent.

3. Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)


Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu
diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada ibu
bersalin, karena personal hygiene yang baik dapat
membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi
kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan
sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada jaringan
dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis. Tindakan
personal hygiene pada ibu bersalin yang dapat dilakukan
bidan diantaranya: membersihkan daerah genetalia
(vulva-vagina, anus), dan memfasilitasi ibu untuk
menjaga kebersihan badan dengan mandi. Mandi pada
saat persalinan tidak dilarang. Pada sebagian budaya,
mandi sebelum proses kelahiran bayi merupakan suatu
hal yang harus dilakukan untuk mensucikan badan,
karena proses kelahiran bayi merupakan suatu proses

44 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


yang suci dan mengandung makna spiritual yang dalam.
Secara ilmiah, selain dapat membersihkan seluruh bagian
tubuh, mandi juga dapat meningkatkan sirkulasi darah,
sehingga meningkatkan kenyamanan pada ibu, dan dapat
mengurangi rasa sakit. Selama proses persalinan apabila
memungkinkan ibu dapat diijinkan mandi di kamar
mandi dengan pengawasan dari bidan.

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan


bloodyshow dan ibu sudah tidak mampu untuk mobilisasi,
maka bidan harus membantu ibu untuk menjaga
kebersihan genetalianya untuk menghindari terjadinya
infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan
kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan daerah
genetalia dapat dilakukan dengan melakukan vulva
hygiene menggunakan kapas bersih yang telah dibasahi
dengan air Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), hindari
penggunaan air yang bercampur antiseptik maupun
lissol. Bersihkan dari atas (vestibulum), ke bawah (arah
anus). Tindakan ini dilakukan apabila diperlukan, misal
setelah ibu BAK, setelah ibu BAB, maupun setelah
ketuban pecah spontan. Pada kala II dan kala III, untuk
membantu menjaga kebersihan diri ibu bersalin, maka
ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad) yang dapat
menyerap cairan tubuh (lendir darah, darah, air ketuban)
dengan baik. Apabila saat mengejan diikuti dengan
faeses, maka bidan harus segera membersihkannya, dan
meletakkannya di wadah yang seharusnya. Sebaiknya
hindari menutupi bagian tinja dengan tissu atau kapas
ataupun melipat undarpad.

Pada kala IV setelah janin dan placenta dilahirkan, selama

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 45


2 jam observasi, maka pastikan keadaan ibu sudah
bersih.Ibu dapat dimandikan atau dibersihkan di atas
tempat tidur. Pastikan bahwa ibu sudah mengenakan
pakaian bersih dan penampung darah (pembalut bersalin,
underpad) dengan baik. Hindari menggunakan pot kala,
karena hal ini mengakibatkan ketidaknyamanan pada ibu
bersalin. Untuk memudahkan bidan dalam melakukan
observasi, maka celana dalam sebaiknya tidak digunakan
terlebih dahulu, pembalut ataupun underpad dapat
dilipat disela-sela paha.

4. Kebutuhan Istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan
istirahat pada ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat
selama proses persalinan (kala I, II, III maupun IV) yang
dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada
ibu untuk mencoba relax tanpa adanya tekanan
emosional dan fisik. Hal ini dilakukan selama tidak ada
his (disela- sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk
melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau
melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas
lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur.
Namun pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk
tidak mengantuk.
Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil
melakukan observasi, bidan dapat mengizinkan ibu
untuk tidur apabila sangat kelelahan. Namun sebagai
bidan, memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini harus
tetap dilakukan. Istirahat yang cukup setelah proses
persalinan dapat membantu ibu untuk memulihkan
fungsi alat-alat reproduksi dan meminimalisasi trauma
pada saat persalinan.

46 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


5. Posisi dan Ambulasi
Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi
persalinan pada kala I dan posisi meneran pada kala II.
Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu yang
dilakukan pada kala I. Persalinan merupakan suatu
peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus
berlangsung/progresif. Bidan dapat membantu ibu agar
tetap tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya tidak
mengatur posisi persalinan dan posisi meneran ibu. Bidan
harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi
persalinan dan posisi meneran, serta menjelaskan
alternatif-alternatif posisi persalinan dan posisi meneran
bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif.

Bidan harus memahami posisi-posisi melahirkan,


bertujuan untuk menjaga agar proses kelahiran bayi
dapat berjalan senormal mungkin. Dengan memahami
posisi persalinan yang tepat, maka diharapkan dapat
menghindari intervensi yang tidak perlu, sehingga
meningkatkan persalinan normal. Semakin normal proses
kelahiran, semakin aman kelahiran bayi itu sendiri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan


posisi melahirkan:
1. Klien/ibu bebas memilih, hal ini dapat meningkatkan
kepuasan, menimbulkan perasaan sejahtera secara
emosional, dan ibu dapat mengendalikan
persalinannya secara alamiah.
2. Peran bidan adalah membantu/memfasilitasi ibu agar
merasa nyaman.
3. Secara umum, pilihan posisi melahirkan secara
alami/naluri bukanlah posisi berbaring.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 47


4. Sejarah: posisi berbaring diciptakan agar penolong
lebih nyaman dalam bekerja. Sedangkan posisi tegak,
merupakan cara yang umum digunakan dari sejarah
penciptaan manusia sampai abad ke-18.

Pada awal persalinan, sambil menunggu pembukaan


lengkap, ibu masih diperbolehkan untuk melakukan
mobilisasi/aktivitas. Hal ini tentunya disesuaikan dengan
kesanggupan ibu. Mobilisasi yang tepat dapat membantu
dalam meningkatkan kemajuan persalinan, dapat juga
mengurangi rasa jenuh dan kecemasan yang dihadapi ibu
menjelang kelahiran janin. Pada kala I, posisi persalinan
dimaksudkan untuk membantu mengurangi rasa sakit
akibat his dan membantu dalam meningkatkan kemajuan
persalinan (penipisan cerviks, pembukaan cerviks dan
penurunan bagian terendah). Ibu dapat mencoba
berbagai posisi yang nyaman dan aman. Peran
suami/anggota keluarga sangat bermakna, karena
perubahan posisi yang aman dan nyaman selama
persalinan dan kelahiran tidak bisa dilkukan sendiri olah
bidan. Pada kala I ini, ibu diperbolehkan untuk berjalan,
berdiri, posisi berdansa, duduk, berbaring miring
ataupun merangkak. Hindari posisi jongkok, ataupun
dorsal recumbent maupun lithotomi, hal ini akan
merangsang kekuatan meneran. Posisi terlentang selama
persalinan (kala I dan II) juga sebaiknya dihindari, sebab
saat ibu berbaring telentang maka berat uterus, janin,
cairan ketuban, dan placenta akan menekan vena cava
inferior. Penekanan ini akan menyebabkan turunnya
suply oksigen utero-placenta. Hal ini akan menyebabkan
hipoksia. Posisi telentang juga dapat menghambat
lemajuan persalinan.

48 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Macam-macam posisi meneran diantaranya:
1. Duduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan
bidan dalam membantu kelahiran kepala janin dan
memperhatikan keadaan perineum.
2. Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk
persalinan dengan rasa sakit pada punggung,
mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta
peregangan pada perineum berkurang.
3. Jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri
memudahkan penurunan kepala janin, memperluas
panggul sebesar 28% lebih besar pada pintu bawah
panggul, dan memperkuat dorongan meneran. Namun
posisi ini beresiko memperbesar terjadinya laserasi
(perlukaan) jalan lahir.
4. Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat
mengurangi penekanan pada vena cava inverior,
sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
hipoksia janin karena suply oksigen tidak terganggu,
dapat memberi suasana rileks bagi ibu yang
mengalami kecapekan, dan dapat mencegah terjadinya
robekan jalan lahir.
5. Hindari posisi telentang (dorsal recumbent), posisi ini
dapat mengakibatkan: hipotensi (beresiko terjadinya
syok dan berkurangnya supply oksigen dalam
sirkulasi uteroplacenter, sehingga mengakibatkan
hipoksia bagi janin), rasa nyeri yang bertambah,
kemajuan persalinan bertambah lama, ibu mangalami
gangguan untuk bernafas, buang air kecil terganggu,
mobilisasi ibu kurang bebas, ibu kurang semangat, dan
dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan
punggung.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 49


Berdasarkan posisi meneran di atas, maka secara umum
posisi melahirkan dibagi menjadi 2, yaitu posisi tegak
lurus dan posisi berbaring. Secara anatomi, posisi tegak
lurus (berdiri, jongkok, duduk) merupakan posisi yang
paling sesuai untuk melahirkan, kerena sumbu panggul
dan posisi janin berada pada arah gravitasi.

Adapun keuntungan dari posisi tegak lurus adalah:


1. Kekuatan daya tarik, meningkatkan efektivitas
kontraksi dan tekanan pada leher rahim dan
mengurangi lamanya proses persalinan.

Pada Kala 1
1) Kontraksi, dengan berdiri uterus terangkat berdiri
pada sumbu aksis pintu masuk panggul dan kepala
mendorong cerviks, sehingga intensitas kontraksi
meningkat.
2) Pada posisi tegak tidak ada hambatan dari gerakan
uterus.
3) Sedangkan pada posisi berbaring, otot uterus lebih
banyak bekerja dan proses persalinan berlangsung
lebih lama.

Pada Kala 2
1) Posisi tegak lurus mengakibatkan kepala menekan
dengan kekuatan yang lebih besar, sehingga
keinginan untuk mendorong lebih kuat dan
mempersingkat kala 2.
2) Posisi tegak lurus dengan berjongkok,
mengakibatkan lebih banyak ruang di sekitar otot
dasar panggul untuk menarik syaraf penerima
dasar panggul yang ditekan, sehingga kadar

50 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


oksitosin meningkat.
3) Posisi tegak lurus pada kala 2 dapat mendorong
janin sesuai dengan anatomi dasar panggul,
sehingga mengurangi hambatan dalam meneran.
4) Sedangkan pada posisi berbaring, leher rahim
menekuk ke atas, sehingga meningkatkan
hambatan dalam meneran.

2. Meningkatkan dimensi panggul


1) Perubahan hormone kehamilan, menjadikan
struktur panggul dinamis/ fleksibel.
2) Pergantian posisi, meningkatkan derajat mobilitas
panggul.
3) Posisi jongkok, sudut arkus pubis melebar
mengakibatkan pintu atas panggul sedikit melebar,
sehingga memudahkan rotasi kepala janin.
4) Sendi sakroiliaka, meningkatkan fleksibilitas
sacrum (bergerak ke belakang).
5) Pintu bawah panggul menjadi lentur maksimum.
6) Pada posisi tegak, sacrum bergerak ke dapan
mangakibatkan tulang ekor tertarik ke belakang.
7) Sedangkan pada posisi berbaring, tulang ekor tidak
bergerak ke belakang tetapi ke depan (tekanan yang
berlawanan).

3. Gambaran jantung janin abnormal lebih sedikit


dengan kecilnya tekanan pada pembuluh vena cava
inferior
1) Pada posisi berbaring, berat uterus/cairan
amnion/janin mengakibatkan adanya tekanan pada
vena cava inferior, dan dapat menurunkan tekanan
darah ibu. Serta perbaikan aliran darah berkurang

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 51


setelah adanya kontraksi.
2) Pada posisi tegak, aliran darah tidak terganggu,
sehingga aliran oksigen ke janin lebih baik.

4. Kesejahteraan secara psikologis


1) Pada posisi berbaring, ibu/klien menjadi lebih pasif
dan menjadi kurang kooperatif, ibu lebih banyak
mengeluarkan tenaga pada posisi ini.
2) Pada posisi tegak, ibu/klien secara fisik menjadi
lebih aktif, meneran lebih alami, menjadi lebih
fleksibel untuk segera dilakukan ‗bounding‘ (setelah
bayi lahir dapat langsung dilihat, dipegang ibu, dan
disusui).

Beberapa kerugian yang mungkin ditimbulkan dari


persalinan dengan posisi tegak, diantaranya adalah:
1. Meningkatkan kehilangan darah
a) Gaya gravitasi mengakibatkan keluarnya darah
sekaligus dari jalan lahir setelah kelahiran janin,
dan kontraksi meningkat sehingga placenta segera
lahir.
b) Meningkatkan terjadinya odema vulva, dapat
dicegah dengan mengganti-ganti posisi.
2. Meningkatkan terjadinya perlukaan/laserasi pada
jalan lahir
c) Odema vulva, dapat dicegah dengan mengganti
posisi (darah mengalir ke bagian tubuh yang lebih
rendah).
d) Luka kecil pada labia meningkat, tetapi luka akan
cepat sembuh.
e) Berat janin mendorong ke arah simfisis,
mengakibatkan tekanan pada perineum meningkat,
sehingga resiko rupture perineum meningkat.

52 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Untuk memudahkan proses kelahiran bayi pada kala II,
maka ibu dianjurkan untuk meneran dengan benar, yaitu:
1. Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dorongan
alamiah selama kontraksi berlangsung.
2. Hindari menahan nafas pada saat meneran. Menahan
nafas saat meneran mengakibatkan supply oksigen
berkurang.
3. Menganjurkan ibu untuk berhenti meneran dan
istirahat saat tidak ada kontraksi/ his
4. Apabila ibu memilih meneran dengan posisi berbaring
miring atau setengah duduk, maka menarik lutut ke
arah dada dan menempelkan dagu ke dada akan
memudahkan proses meneran
5. Menganjurkan ibu untuk tidak menggerakkan anggota
badannya (terutama pantat) saat meneran. Hal ini
bertujuan agar ibu fokus pada proses ekspulsi janin.
6. Bidan sangat tidak dianjurkan untuk melakukan
dorongan pada fundus untuk membantu kelahiran
janin, karena dorongan pada fundus dapat
meningkatkan distosia bahu dan ruptur uteri.

2.2 Patient Safety pada Persalinan


1. Pelajari Proses Persalinan
Seperti jaman bersekolah, belajar untuk menghadapi
ujian adalah hal yang penting untuk menuntun
kemudahan mengerjakan ujian tersebut. Persiapan
melahirkan normal utama yang harus dilakukan para
ibu adalah mempelajari proses persalinan yang akan
Anda lewati. Mungkin banyak ibu-ibu yang justru
menghindari mempelajari hal ini karena takut menjadi
gentar melakukan persalinan secara normal. Namun
dokter kandungan mengatakan ibu yang mengerti

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 53


mengenai proses persalinan biasanya akan lebih aktif
dalam proses melahirkan dan akan memberi hasil
akhir yang lebih memuaskan. Mengambil kelas untuk
ibu melahirkan atau membaca buku panduan
mengenai proses persalinan merupakan langkah
konkrit yang dapat Anda lakukan.
2. Pilihlah Dokter Kandungan dan Dokter Anak yang
Cocok
Mengingat pilihan Anda untuk melahirkan secara
normal, memilih tenaga kesehatan yang proaktif
dengan pilihan Anda merupakan persiapan
melahirkan normal yang penting. Ketika Anda
melahirkan, dokter pendamping persalinan Anda akan
berperan sebagai orang yang memimpin persalinan,
sehingga pilihlah dokter yang dapat bekerjasama
dengan Anda. Pilihlah tenaga kesehatan dimana Anda
nyaman bersamanya. Selain itu, Anda juga dapat
mulai memilih dokter anak yang akan memeriksa atau
merawat anak Anda setelah persalinan.
3. Bergurulah dengan Ibu yang Telah Melalui Masa
Persalinan
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Bagi Anda
yang belum pernah melahirkan tentunya belum
memiliki pengalaman yang dapat Anda jadikan
panduan. Maka, mempelajari pengalaman orang lain
merupakan persiapan melahirkan normal yang
penting. Selain menjadi panduan dalam proses
melahirkan, ibu yang berpengalaman juga dapat
membantu Anda dalam mendiskusikan masa setelah
melahirkan seperti cara merawat bayi, stressnya
menghadapi keadaan baru dan cara menyusui.
Pastikan Anda memilih ibu yang jujur dan tidak

54 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


banyak mengeluh atau melebih-lebihkan
pengalamannya.
4. Persiapkan Tubuh
Proses melahirkan perlu persiapan, baik yang Caesar
maupun yang normal. Maka persiapan melahirkan
normal yang tak kalah penting adalah menjaga
kesehatan tubuh Anda.Makanlah makanan yang
bergizi dan seimbang serta jangan kurang tidur.
Menjaga kebersihan tubuh, organ intim dan
kebersihan makanan merupakan hal yang tidak dapat
Anda sepelekan menjelang proses persalinan.

2.3 Kebutuhan Psikologi Ibu Bersalin (Keluarga, Bidan,


Suami)
Secara umum
1. Kebutuhan Rasa Aman
Disebut juga dengan “safety needs”. Rasa aman dalam
bentuk lingkungan psikologis yaitu terbebas dari
gangguan dan ancaman serta permasalahan yang
dapat mengganggu ketenangan hidup seseorang.
2. Kebutuhan akan Rasa Cinta dan memiliki atau
Kebutuhan Sosial
Disebut juga dengan “love and belongingnext needs”.
Pemenuhan kebutuhan ini cenderung pada terciptanya
hubungan social yang harmonis dan kepemilikan.
3. Kebutuhan Harga diri
Disebut juga dengan “self esteem needs”. Setiap manusia
membutuhkan pengakuan secara layak atas
keberadaannya bagi orang lain. Hak dan martabatnya
sebagai manusia tidak dilecehkan oleh orang lain,
bilamana terjadi pelecehan harga diri maka setiap
orang akan marah atau tersinggung.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 55


4. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Disebut juga “self actualization needs”. Setiap orang
memiliki potensi dan itu perlu pengembangan dan
pengaktualisasian. Orang akan menjadi puas dan
bahagia bilamana dapat mewujudkan peran dan
tanggungjawab dengan baik.

Dari bidan
Dukungan Bidan
1) Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan
memperlakukannya dengan baik.
2) Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan
keluarganya.
3) Mengajurkan ibu untuk bertanya dan
membicarakan rasa takut atau khawatir.
4) Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan
kekhawatiran ibu.
5) Mengatur posisi yang nyaman bagi ibu
6) Pendampingan anggota keluarga selama proses
persalinan sampai kelahiran bayinya.
7) Menghargai keinginan ibu untuk memilih
pendamping selama persalinan.
8) Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur
yang akan dilakukan
9) Mengajarkan suami dan anggota keluarga
mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu
selama persalinan dan kelahiran bayinya seperti:
a) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati
dan memuji ibu.
b) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan
lembut.

56 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


c) Menyeka wajah ibu dengan lembut
menggunakan kain.
d) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa
aman.

Dari Suami dan Keluarga


Salah satu yang dapat mempengaruhi psikis ibu
adalah dukungan dari suami atau keluarga. Dukungan
minimal berupa sentuhan dan kata-kata pujian yang
membuat nyaman serta memberi penguatan pada saat
proses menuju persalinan berlangsung hasilnya akan
mengurangi durasi kelahiran.

Pendampingan
Pendamping merupakan keberadaan seseorang yang
mendampingi atau terlibat langsung sebagai pemandu
persalinan, dimana yang terpenting adalah dukungan
yang diberikan pendamping persalinan selama
kehamilan, persalinan, dan nifas, agar proses
persalinan yang dilaluinya berjalan dengan lancar dan
memberi kenyamanan bagi ibu. Selama masa
kehamilan, suami juga sudah harus diajak menyiapkan
diri menyambut kedatangan sikecil, karena tidak
semua suami siap mental untuk menunggui istrinya
yang sedang kesakitan. Pendampingan persalinan
yang tepat harus memahami peran apa yang
dilakukan dalam proses persalinan nanti. Peran suami
yang ideal diharapkan dapat menjadi pendamping
secara aktif dalam proses persalinan. Harapan
terhadap peran suami ini tidak terjadi pada semua
suami, tergantung dari tingkat kesiapan suami
menghadapi proses kelahiran secara langsung. Ada

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 57


tiga jenis peran yang dapat dilakukan oleh suami
selama proses persalinan yaitu peran sebagai pelatih,
teman satu tim, dan peran sebagai saksi.
Peran sebagai pelatih diperlihatkan suami secara aktif
dalam membantu proses persalinan istri, pada saat
kontraksi hingga selesai persalinan. Ibu menunjukkan
keinginan yang kuat agar ayah terlibat secara fisik
dalam proses persalinan. Peran sebagai pelatih
ditunjukkan dengan keinginan yang kuat dari suami
untuk mengendalikan diri dan ikut mengontrol proses
persalinan. Beberapa dukungan yang diberikan suami
dalam perannya sebagai pelatih antara lain
memberikan bantuan teknik pernafasan yang efektif
dan memberikan pijatan di daerah punggung. Suami
juga memiliki inisiatif untuk lebih peka dalam
merespon nyeri yang dialami oleh ibu, dalam hal ini
ikut membantu memantau atau mengontrol
peningkatan nyeri. Selain itu suami juga dapat
memberikan dorongan spiritual dengan ikut berdoa.
Hasil penelitian Kainz & Eliasson 2010 terhadap 67 ibu
primipara di Swedia menunjukkan bahwa peran aktif
suami yaitu membantu bidan untuk memantau
peningkatan rasa nyeri, mengontrol adanya
pengurangan nyeri, dan mengontrol kontraksi. Selain
peran tersebut, para suami juga memberikan bantuan
untuk menjadi advokat ketika ibu ingin berkomunikasi
dengan bidan selama proses persalinan. Pada
persalinan tahap satu dan tahap dua, sering kali fokus
bidan ditujukan kepada bayi, sehingga ibu merasa
kesulitan untuk berbicara dengan bidan. Dalam
kondisi ini, kehadiran suami akan sangat membantu
jika suami peka dengan apa yang ingin dikatakan

58 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


istrinya dan berusaha menyampaikannya kepada
bidan.
Tingkatan peran yang kedua adalah peran sebagai
teman satu tim, ditunjukkan dengan tindakan suami
yang membantu memenuhi permintaan ibu selama
proses persalinan dan melahirkan. Dalam peran ini
suami akan berespon terhadap permintaan ibu untuk
mendapat dukungan fisik, dukungan emosi, atau
keduanya. Peran suami sebagai teman satu tim
biasanya sebagai pembantu dan pendamping ibu, dan
biasanya suami dingatkan atau diberitahukan tentang
perannya oleh bidan. Bentuk dukungan fisik yang
dapat diberikan yaitu dukungan secara umum seperti
memberi posisi yang nyaman, memberikan minum,
menemani ibu ketika pergi ke kamar kecil, memegang
tangan dan kaki, atau menyeka keringat yang ada di
dahi ibu, dan membantu ibu dalam pemilihan posisi
yang nyaman saat persalinan. Bentuk dukungan fisik
yang menggunakan sentuhan, menunjukkan ekspresi
psikologis dan emosional suami yaitu rasa peduli,
empati, dan simpati terhadap kondisi ibu yang sedang
merasakan nyeri hebat dalam proses persalinan.
Sementara itu, dukungan emosional yang dapat
diberikan oleh suami antara lain membantu
menenangkan ibu dengan kata-kata yang memberikan
penguatan (reinforcement) positif seperti memberi
dorongan semangat mengedan saat kontraksi serta
memberikan pujian atas kemampuan ibu saat
mengedan. Ibu dapat merasakan ketenangan dan
mendapat kekuatan yang hebat ketika suaminya
menggenggam tangannya. Pengaruh psikologis inilah
yang menjadi salah satu nilai lebih yang mampu

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 59


diberikan oleh suami kepada istrinya. Oleh karena itu,
kehadiran suami dalam proses persalinan perlu
diberikan penghargaan yang tinggi dan perlu
mendapat dukungan dari bidan yang menolong
persalinan.
Suami yang hanya berperan sebagai saksi
menunjukkan keterlibatan yang kurang dibandingkan
peran sebagai pelatih atau teman satu tim. Dalam
berperan sebagai saksi, suami hanya memberi
dukungan emosi dan moral saja. Biasanya suami tetap
memperhatikan kondisi ibu bersalin, tetapi sering kali
suami hanya menunggu istri di luar ruang persalinan,
dan melakukan aktivitas lain seperti tertidur,
menonton tv, atau meninggalkan ruangan dalam
waktu yang agak lama. Perilaku ini ditunjukkan suami
karena mereka yakin tidak banyak yang dapat mereka
lakukan, sehinga menyerahkan sepenuhnya pada
penolong persalinan. Alasan suami memilih peran
hanya sebagai saksi karena kurangnya kepercayaan
diri atau memang kehadirannya kurang diinginkan
oleh istri.
Ketiga peran suami dalam proses persalinan dapat
diidentifikasi dari keinginan dan pengetahuan suami
tentang peran utamanya sebagai pendamping
persalinan. Sikap suami untuk menjadi pendamping
persalinan dapat ditunjukkan dengan tindakannya
dalam antisipasi persalinan. Suami dapat
mempersiapkan sendiri sebelum hari persalinan,
seperti mempersiapkan segala kebutuhan selama
mendampingi istri di rumah sakit atau tempat
bersalin. Suami dapat meminta informasi atau
mengajukan pertanyaan kepada dokter, bidan, atau

60 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


perawat untuk mengatahui apa yang dapat diterima,
dipertimbangkan atau ditolak.

2.4 Persiapan-Persiapan Persalinan


Persiapan persalinan terbagi menjadi dua, antara lain:
1. Persiapan Persalinan bagi Ibu
a. Pemilihan metode persalinan. Dalam hal ini penting
adanya komunikasi antara dokter atau bidan dan
pasangan suami-istri. Sesuaikan dengan kebutuhan
dan kemampuan. Pertimbangkan juga segi resiko
dan efek yang terjadi setelahnya. Misalnya dengan
melahirkan normal, operasi caesar maupun
waterbirth.
b. Tempat melahirkan
Tempat melahirkan hendaknya disesuaikan dengan
jarak tempuh dari rumah untuk memperkirakan
waktu sampai ke rumah sakit atau PMB. Perhatikan
kepadatan lalu lintas pada jam jam tertentu
sehingga dapat mempersiapkan jalur alternatif
untuk sampai ke rumah sakit atau PMB tersebut.
c. Tenaga medis penolong persalinan
Dokter kandungan maupun bidan yang sekiranya
akan menangani proses persalinan sebaiknya
ditentukan dari jauh-jauh hari. Ada baiknya
menciptakan kesinambungan antara tenaga medis
yang memantau kehamilan ibu sedari awal,
sehingga dapat tahu betul perihal perkembangan
ibu dan janin.
d. Persiapan mental ibu
Menghindari kepanikan dan ketakutan,
menyiapkan diri mengingat bahwa setelah semua
ini ibu akan mendapatkan buah hati yang

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 61


didambakan. Menyimpan tenaga untuk melahirkan,
tenaga akan terkuras jika berteriak-teriak dan
bersikap gelisah. Dengan bersikap tenang, ibu
dapat melalui saat persalinan dengan baik dan lebih
siap.Dukungan dari orang-orang terdekat,
perhatian dan kasih sayang tentu akan membantu
memberikan semangat untuk ibu yang akan
melahirkan.
e. Persiapan kebutuhan
1) Persiapan yang harus dibawa untuk ibu selama
persalinan:
a) Sikat gigi (untuk ibu hamil) serta pasta gigi
b) Minum dan makan untuk ibu
c) Sarung bersih
d) Celana dalam bersih
e) Pembalut
f) Handuk
g) Sabun
h) Kaos kaki
i) Baju ganti
j) Bra untuk menyusui
k) Barang-barang pribadi lainnya
2) Persiapan untuk bayi yang sudah lahir:
a) Popok
b) Handuk bersih
c) Kantong plastik atau pot tanah liat untuk ari-
ari (plasenta)
d) Baju atau stelan
e) Topi dan selimut bayi

62 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


2. Persiapan Persalinan bagi Bidan (Tenaga Kesehatan)
a. Alat pertolongan persalinan/set partus (di dalam
wadah stenlis tertutup)
1) 2 buah klem kelly atau kocher
2) Gunting tali pusat
3) Pengikat tali pusat DTT
4) Kateter Nelaton
5) Gunting Episiotomi
6) Klem ½ kocher atau kelly
7) 2 buah sarung tangan DTT kanan
8) 1 buah sarung tangan GTT kiri
9) Kain Kasa DTT
10) Kapas Basah DTT
11) Alat suntik sekali pakai 2,5 ml yang berisi
oksitosin 10 U
12) Kateter penghisap lendir DeLee
b. Bahan-bahan untuk penjahitan episiotomi:
1) 1 buah alat suntik sekali pakai 10 ml beserta
jarumnya
2) 20 ml larutan Lidokain 1 %
3) Pemegang jarum
4) Pinset
5) Jarum jahit
6) Benang catgut 3.0
7) 1 pasang sarung tangan DTT (total disediakan 5
pasang sarung tangan)
c. Persediaan obat-obatan untuk komplikasi
1) 3 botol larutan Ringer laktat 500 ml
2) Set infus
3) 2 kateter intra vena ukuran 16-18 G
4) 2 ampul metil egrometrin maleat 0,2 mg
5) 3 Ampul oksitosin 10 U

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 63


6) 10 tablet misoprostol (cytotec)
7) 2 Vial larutan magnesium sulfat 40 % (10 gr
dalam 25 ml)
8) 2 buah alat suntik sekali pakai ukuran 2,5 ml
(total disediakan 3 buah)
9) 2 buah alat suntik sekali pakai ukuran 5 ml
10) 10 kapsul/kaplet amoksilin/ampisilin 500 mg
atau penisilin prokain injeksi 3 juta unit/vial 10
ml

2.5 Asuhan Persalinan Mengurangi Rasa Nyeri


Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif
tentang sensasi fisik yang terkait dengan kontraksi uterus,
dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan janin selama
persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi:
peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, keringat,
diameter pupil, dan ketegangan otot. Rasa nyeri ini apabila
tidak diatasi dengan tepat, dapat meningkatkan rasa khawatir,
tegang, takut dan stres, yang pada akhirnya dapat
menyebabkan terjadinya persalinan lama.
Rasa nyeri selama persalinan akan berbeda antara satu
dengan lainnya. Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi
rasa nyeri, diantaranya: jumlah kelahiran sebelumnya
(pengalaman persalinan), budaya melahirkan, emosi,
dukungan keluarga, persiapan persalinan, posisi saat
melahirkan, presentasi janin, tingkat beta-endorphin, kontraksi
rahim yang intens selama persalinan dan ambang nyeri alami.
Beberapa ibu melaporkan sensasi nyeri sebagai sesuatu yang
menyakitkan. Meskipun tingkat nyeri bervariasi bagi setiap ibu
bersalin, diperlukan teknik yang dapat membuat ibu merasa
nyaman saat melahirkan.

64 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Tubuh memiliki metode mengontrol rasa nyeri persalinan
dalam bentuk beta- endorphin. Sebagai opiat alami, beta-
endorphin memiliki sifat mirip petidin, morfin dan heroin serta
telah terbukti bekerja pada reseptor yang sama di otak. Seperti
oksitosin, beta-endorphin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis
dan kadarnya tinggi saat berhubungan seks, kehamilan dan
kelahiran serta menyusui. Hormon ini dapat menimbulkan
perasaan senang dan euphoria pada saat melahirkan. Berbagai
cara menghilangkan nyeri diantaranya: teknik self-help,
hidroterapi, pemberian entonox (gas dan udara) melalui
masker, stimulasi menggunakan TENS (Transcutaneus Electrical
Nerve Stimulation), pemberian analgesik sistemik atau regional.
Beberapa cara untuk mengurangi nyeri persalinan adalah:
mengurangi rasa sakit dari sumbernya, memberikan
rangsangan alternatif yang kuat, serta mengurangi reaksi
mental/emosional yang negatif dan reaksi fisik ibu terhadap
rasa sakit. Adapun pendekatan-pendekatan yang dilakukan
bidan untuk mengurangi rasa sakit pada persalinan menurut
Hellen Varney adalah: pendamping persalinan, pengaturan
posisi, relaksasi dan latihan pernafasan, istirahat dan privasi,
penjelasan tentang kemajuan persalinan, asuhan diri, dan
sentuhan.
Bidan dapat membantu ibu bersalin dalam mengurangi
nyeri persalinan dengan teknik self-help. Teknik ini merupakan
teknik pengurangan nyeri persalinan yang dapat dilakukan
sendiri oleh ibu bersalin, melalui pernafasan dan relaksasi
maupun stimulasi yang dilakukan oleh bidan. Teknik self-help
dapat dimulai sebelum ibu memasuki tahapan persalinan, yaitu
dimulai dengan mempelajari tentang proses persalinan,
dilanjutkan dengan mempelajari cara bersantai dan tetap
tenang, dan mempelajari cara menarik nafas dalam.
Stimulasi yang dapat dilakukan oleh bidan dalam

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 65


mengurangi nyeri persalinan dapat berupa kontak fisik
maupun pijatan.Pijatan dapat berupa pijatan/massage di daerah
lombo-sacral, pijatan ganda pada pinggul, penekanan pada
lutut, dan counterpressure. Cara lain yang dapat dilakukan bidan
diantaranya adalah: memberikan kompres hangat dan dingin,
mempersilahkan ibu untuk mandi atau berada di air
(berendam).
Pada saat ibu memasuki tahapan persalinan, bidan dapat
membimbing ibu untuk melakukan teknik self-help, terutama
saat terjadi his/kontraksi. Untuk mendukung teknik ini, dapat
juga dilakukan perubahan posisi: berjalan, berlutut, goyang ke
depan/ belakang dengan bersandar pada suami atau balon
besar. Dalam memberikan asuhan kebidanan, bidan dapat
dibantu dan didukung oleh suami, anggota keluarga ataupun
sahabat ibu. Usaha yang dilakukan bidan agar ibu tetap tenang
dan santai selama proses persalinan berlangsung adalah
dengan membiarkan ibu untuk mendengarkan musik,
membimbing ibu untuk mengeluarkan suara saat merasakan
kontraksi, serta visualisasi dan pemusatan perhatian.
Kontak fisik yang dilakukan pemberi asuhan/bidan dan
pendamping persalinan memberi pengaruh besar bagi ibu.
Kontak fisik berupa sentuhan, belaian maupun pijatan dapat
memberikan rasa nyaman, yang pada akhirnya dapat
mengurangi rasa nyeri saat persalinan. Bidan mengajak
pendamping persalinan untuk terus memegang tangan ibu,
terutama saat kontraksi, menggosok punggung dan pinggang,
menyeka wajahnya, mengelus rambutnya atau mungkin
dengan mendekapnya.

66 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Latihan
Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada
Bab II secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan
sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap
Bab tentang konsep dasar kebutuhan pada persalinan normal
ini. Adapun soal yang digunakan untuk latihan adalah sebagai
berikut:
1. Jelaskan tentang kebutuhan fisik pada ibu bersalin
2. Jelaskan tentang patient safety pada persalinan normal
3. Jelaskan tentang kebutuhan psikologis pada persalinan
normal
4. Jelaskan tentang persiapan persalinan normal
5. Jelaskan tentang asuhan kebidanan untuk mengurangi
rasa nyeri

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 67


Soal Latihan
1. Seorang perempuan usia 26 tahun G2P1A0, datang ke
PMB mengeluh sudah 2 bulan tidak menstruasi, perut
bagian bawah nyeri dan mengeluarkan bercak darah
berwarna coklat. Hasil pemeriksaan dalam belum ada
pembukaan portio, nyeri goyang, PP test (+). Apa
tindakan yang dilakukan?
a. Beri infuse
b. Dilakukan digital
c. Pasang infuse rujuk ke RS
d. Amjurkan ibu untuk bed rest total
e. Pasang infuse dan lakukan digital

2. Seorang perempuandatang ke puskesmas Napan dengan


keluhan keluar lendir bercampur darah, mules sejak jam
05.00 WITA dan perempuanjuga mengatakan timbul
rasa ingin BAB. Setelah melakukan pemeriksaan bidan
menemukan tanda-tanda persalinan dan bidan
langsung memimpin perempuanuntuk mengedan dan
membantu proses persalinan. Setelah bayi lahir bidan
melakukan pemeriksaan pada BBL dan tidak menemukan
adanya tanda-tanda asfiksia. Apakah asuhan awal yang
diberikan kepada bayi baru lahir tersebut?
a. Melakukan pemantauan kepada BBL
b. Melakukan pemeriksaan fisik
c. Melakukan IMD
d. Pijat bayi
e. Menjaga kehangatan bayi

3. Seorang bayi laki-laki di PMB 1 jam yang lalu saat bayi


lahir, bidan tidak menghilangkan verniks yang ada pada
bayi, lalu menutupi kepala bayi dengan topi. Bidan

68 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


melakukan pemeriksaan fisik terhadap bayi baru lahir
tersebut, hasil pemeriksaan TTV yang didapat yaitu S:
32°C, N: 100×/m, BB: 3000 gr, PB: 49 cm. Bidan
menemukan tanda-tanda hipotermi.Yang merupakan
tanda-tanda awal hipotermi, kecuali?
a. Kaki teraba dingin
b. Kemampuan menghisap lemah
c. Letargi
d. Tangisan lemah
e. Bibir dan kuku kebiruan

4. Seorang perempuan, usia 23 tahun, G1P1A0, hamil 39


minggu, datang ke PMB mengeluh sakit di perut sejak
kemarin. Hasil pemeriksaan : tinggi fundus uteri 28 cm,
di fundus teraba lunak tidak melenting, bagian terbawah
janin masih dapat diraba 1/5 bagian diatas sympisis. DJJ
120 x/menit. Bagaimana sifat sakit yang diidentifikasi
sebagai tanda persalinan?
a. Sakit terjadi diperut bagian bawah
b. Interval sakit tidak teratur
c. Intensitas sakit secara bertahap meningkat
d. Sakit akan hilang dengan sedasi
e. Interval sakit tetap lama

5. Seorang perempuan umur 32 tahun, baru melahirkan


anak kedua 4 jam yang lalu di PMB. Apakah asuhan
kebidanan yang tepat untuk kasus tersebut?
a. Pemantauan perdarahan
b. Pemberian ASI on demand
c. Tanda bahaya masa nifas
d. Konseling KB
e. Perawatan bayi

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 69


6. Bayi baru lahir berjenis kelamin perempuan pukul 02.45
WITA , bayi baru lahir merintih,tonus otot lemah dan
ekstremitas kebiruan,bidan sudah melakukan langkah
awal resuisitasi.ternyata bayi masihbernafas megap-
megap,apakah langkah selanjutnya yang tepat dalam
penanganan kasus di atas?
a. segera lakukan rujukan dan terus lanjut VTP
b. lakukan VTP 1x lagi 20x selama 30 detik
c. lakukan VTP 1x lagi 30x selama 20 detik
d. lakukan asuhan pasca resusitasi
e. lakukan penilaian

7. Seorang perempuan, usia 24 tahun, melahirkan anak ke 2,


ditolong dukun, setelah 15 menit uri belum lahir
kemudian memanggil bidan di PKM, dilakukan
pemeriksaan TD 100/60 mmHg, tanda vital dalam batas
normal, keadaan umum baik, TFU setinggi pusat
kontraksi uterus baik, perdarahan normal. Apa langkah-
langkah dalam melaksanakan MAK III yang tepat?
a. Lakukan PTT, lahirkan plasenta, massase uterus,
berikan oxcytoxcin
b. Berikan suntikan oxcytoxcin, PPT, lahirkan plasenta,
massase uterus
c. Lahirkan plasenta dan massase uterus kemudian
suntik oxcytoxcin
d. Lahirkan plasenta dan suntik oxcytoxcin, kemudian
massase uterus
e. Lahirkan plasenta dengan manual, massase uterus

8. Seorang perempuan, usia 24 tahun, melahirkan anak ke 2,


ditolong dukun, setelah 15 menit uri belum lahir
kemudian memanggil bidan di PKM, dilakukan

70 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


pemeriksaan TD 100/60 mmHg, tanda vital dalam batas
normal, keadaan umum baik, TFU setinggi pusat
kontraksi uterus baik, perdarahan normal. Apa tindakan
yang tepat setelah dilakukan MAK III?
a. Suntik antibiotika
b. Suntik analgetik
c. Suntik antiperetik
d. Suntik ocxytoxin
e. Suntik uterus tonica

9. Seorang perempuan usia 30 tahun GIV, PIII, A0, hamil 9


bulan, mengeluh mules dan keluar darah bercampur
lender. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, TD
180/110 mmHg, ekstrimitas oedem, palpasi TFU 33 cm,
punggung kiri, presentasi kepala 3/5, his 3x10‘ 40‖, VT :
pemeriksaan serviks 4 cm, ketuban (+) , denyut jantung
janin 140 x/menit, hasil lab protein urine (++). Apa
asuhan kebidanan yang tepat untuk kasus tersebut ?
a. Melakukan pemasangan infuse
b. Melakukan pemberian MgSO4
c. Melakukan pemasangan cateter menetap
d. Melakukan rujukan ke Rumah sakit
e. Melakukan pemantauan dengan partograf

10. Seorang perempuan usia 23 tahun, G1POA0 hamil 3


bulan, datang ke PMB, mengeluh perasaan mual dan
kadang muntah, nafsu makan kurang, dilakukan
pemeriksaan hasil test PPT (+), keadaan umum baik dan
palpasi TFU palpasi teraba 3 jari diatas simphysis, denyut
jantung belum terdengar. Apa asuhan kebidanan yang
tepat pada kasus tersebut?
a. Menjelaskan pola makan dalam porsi kecil dan sering

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 71


b. Menjelaskan pola makan dalam porsi yang
diinginkan
c. Menjelaskan pola makan yang banyak dan sering
d. Menjelaskan pola makan yang mengandung kalori
e. Menjelaskan pola makan dalam porsi secukupnya

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Dosen memberikan penilaian dari hasil latihan dan diskusi dan
menindaklanjuti dengan memberikan masukan kepada
mahasiswa terkait capaian pembelajaran yang harus dikuasai
dalam bab ini.

Daftar Pustaka
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui
Dini. Jakarta: Jhplego.
Marmi, S.ST. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rohani, S.ST., dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta : Salemba Medika
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Penerbit Erlangga.
Sujiyatini, S.SiT, M.Keb, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II
(Persalinan). Yogyakarta: Rohima Press
Yanti, S.ST, M.Keb. 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan
Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama

72 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


BAB III

PERAN BIDAN DALAM PERSALINAN

A. PENDAHULUAN
Deskripsi BAB
Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
dapat menguasai materi Peran bidan dalam persalinan.

Tujuan atau Sasaran Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan pengertian peran bidan.
b. Menjelaskan macam-macam peran bidan.

Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa adalah memahami tentang peran bidan dalam
persalinan.

B. PENYAJIAN
3.1 Pengertian Peran Bidan
Pengertian Peran adalah perilaku individu yang
diharapkan sesuai dengan posisi yang dimiliki. Peran yaitu
suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai dan sikap yang
diharapkan dapat menggambarkan perilaku yang seharusnya
diperlihatkan oleh individu pemegang peran tersebut dalam
situasi yang umumnya terjadi. Peran merupakan suatu
kegiatan yang bermanfaat untuk mempelajari interaksi anatara

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 73


individu sebagai pelaku (actors) yang menjalankan berbagai
macam peranan di dalam hidupnya, seperti dokter, perawat
bidan dan petugas kesehatan lainnya yang mempunyai
kewajiban untuk menjalankan tugas atau kegiatan yang sesuai
dengan peranannya masing-masing.
Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui pemerintah
dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang telah berlaku,
dicatat (registrasi), diberi izin secara sah untuk menjalankan
praktek (Sari dan Rury, 2012). Bidan mempunyai tugas penting
dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan baik bagi wanita
sebagai pusat keluarga maupun masyarakat umumnya, tugas
ini meliputi antenatal, intranatal,postnatal, asuhan bayi baru
lahir, persiapan menjadi orang tua, gangguan kehamilan dan
reproduksi serta keluarga Berencana. Bidan juga dapat
melakukan praktek kebidanan pada Puskesmas, Rumah sakit,
klinik bersalin dan unit-unit kesehatan lainnya di masyarakat.
Tenaga kesehatan berdasarkan Undang-undang Republik
Indonesia Tentang Kesehatan No 36 tahun 2014 merupakan
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan untuk jenis tertentu yang
memerlukan kewenangan dalam melakukan upaya kesehatan.
Tenaga kesehatan juga memiliki peranan penting untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal
kepada masyarakat agar masyarakat mampu meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat sehingga
mampu mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya sebagai investasi bagi pembangaunan sumber daya
manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi. tenaga
kesehatan memiliki beberapa petugas yang dalam kerjanya
saling barkaitan yaitu dokter, dokter gigi, perawat, bidan dan

74 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


tenaga kesehatan medis lainnya. Perilaku tenaga kesehatan
mempengaruhi kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet Fe.
Kepatuhan ibu hamil dapat lebih ditingkatkan lagi apabila
petugas kesehatan mampu memberikan penyuluhan,
khususnya mengenai manfaat tablet besi dan kesehatan ibu
selama kehamilan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Putri
(2016), dengan hasil terdapat hubungan bermakna antara faktor
pelayanan petugas kesehatan (seperti pemeriksaan khusus
anemia, konseling dan pemberian tablet Fe) dengan kepatuhan
konsumsi tablet Fe.

3.2 Ruang Lingkup Pelayanan Kebidanan


Pelayanan kebidanan berfokus pada upaya pencegahan,
promosi kesehatan, pertolongan persalinan normal, deteksi
komplikasi pada ibu dan anak, melaksanakan tindakan asuhan
sesuai dengan kewenangan atau bantuan lain jika diperlukan,
serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan. Bidan
mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada
keluarga dan masyarakat.Kegiatan ini harus mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua serta
dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan seksual
atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak.
Ruang lingkup promosi kesehatan dalam praktik
kebidanan bagi PUS dan WUS Pasangan Usia Subur
merupakan salah satu penentu jumlah penduduk di Indonesia,
apabila mereka tidak mendapat asuhan kebidanan yang tepat
maka tidak menutup kemungkinan jumlah penduduk akan
semakin bertambah. Oleh karena itu, sebagai tenaga kesehatan
bidan harus memberikan masukan yang tepat terhadap
pasangan tersebut, seperti berikut:
1. Penjelasan mengenai kontrasepsi yang tepat susuai

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 75


dengan usia dan kebutuhan.
2. Penyuluhan mengenai kesehatan reproduksi
3. Penyuluhan mengenai PMS, seperti: HIV/AIDS
4. Pengetahuan gangguan organ reproduksi

3.3 Macam-macam peran bidan


Peran bidan sebagai petugas kesehatan yaitu sebagai
komunikator, motivator, fasilitator, dan konselor bagi
masyarakat. Macam-macam peran tersebut yaitu:
a. Komunikator
Komunikator adalah orang yang memberikan informasi
kepada orang yang menerimanya. Komunikator
merupakan orang ataupun kelompok yang menyampikan
pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan
diharapkan pihak lain yang menerima pesan
(komunikan) tesebut memberikan respon terhadap pesan
yang diberikan. Proses dari interaksi komunikator ke
komunikan disebut juga dengan komunikasi. Selama
proses komunikasi, tenaga kesehatan secara fisik dan
psikologis harus hadir secara utuh, karena tidak cukup
hanya dengan mengetahui teknik komunikasi dan isi
komunikasi saja tetapi juga penting untuk mengetahui
sikap, perhatian, dan penampilan dalam berkomunikasi.
Seorang komunikator, tenaga kesehatan seharusnya
memberikan informasi secara jelas kepada pasien,
pemberian informasi sangat diperlukan karena
komunikasi bermanfaat untuk memperbaiki kurangnya
pengetahuan dan sikap masyarakt yang salah terhadap
kesehatan dan penyakit. komunikasi dikatakan efektif
jika dari tenaga kesehatan mampu memberikan informasi
secara jelas kepada pasien, sehingga dalam penanganan
selama kehamilan diharapkan tenaga kesehatan bersikap

76 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


ramah, dan sopan pada setiap kunjungan ibu hamil.
Tenaga kesehatan jugaharus mengevaluasi pemahaman
ibu tentang informasi yag diberikan dan juga
memberikan pesan kepada ibu hamil apabila terjadi efek
samping yang tidak bisa ditanggulagi sendiri segera
datang kembali dan komunikasi ke tenaga kesehatan.
b. Sebagai motivator
Motivator adalah orang yang memberikan motivasi
kepada orang lain. Sementara motivasi diartikan sebagai
dorongan untuk bertindak agar mencapai suatu tujuan
tertentu dan hasil dari dorongan tersebut diwujudkan
dalam bentuk perilaku yang dilakukan. Motivasi adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu,
sedangkan motif adalah kebutuhan, keinginan, dan
dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran tenaga
kesehatan sebagai motivasi tidak kalah penting dari
peran lainnya. Seorang tenaga kesehatan harus mampu
memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam
meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi agar
tumbuh kearah pencapaian tujuan yang diinginkan.
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya sebagai
motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu
melakukan pendampingan, menyadarkan, dan
mendorong kelompok untuk mengenali masalah yang
dihadapai, dan dapat mengembangkan potendinya untuk
memecahkan masalah tersebut. Tenaga kesehatan sudah
seharusnya memberikan dorongan kepada ibu hamil
untuk patuh dalam melakukan pemeriksaa kehamilan
dan menanyakan apakah ibu sudah memahami isi dari
buku KIA. Tenaga kesehatan juga harus mendengarkan
keluhan yang disampaikan ibu hamil dengan penuh
minat, dan yang perlu diingat adalah semua ibu hamil

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 77


memerlukan dukungan moril selama kehamilannya
sehingga dorongan juga sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan tumbuhnya motivasi
c. Sebagai Fasilitator
Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan
kemudahan dalam menyediakan fasilitas bagi orang lain
yang membutuhkan. Tenaga Kesehatan dilengkapi
dengan buku KIA dengan tujuan agar mampu
memberikan penyuluhan mengenai kesehatan ibu dan
anak Tenaga kesehatan juga harus membantu klien untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal agar sesuai
dengan tujuan yang diharapkan. Peran sebagai fasilitator
dalam pemanfaatan buku KIA kepada ibu hamil juga
harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan pada setiap
kunjungan ke pusat kesehatan. fasilitator harus terampil
mengintegritaskan tiga hal penting yakni optimalisasi
fasilitas, waktu yang disediakan, dan optimalisasi
partisipasi, sehingga pada saat menjelang batas waktu
yang sudah ditetapkan ibu hamil harus diberi
kesempatan agar siap melanjutkan cara menjaga
kesehatan kehamilan secara mandiri dengan keluarga.
Tenaga kesehatan harus mampu menjadi seorang
pendamping dalam suatu forum dan memberikan
kesemapatan pada pasien untuk bertanya mengenai
penjelasan yang kurang dimengerti. menjadi seorang
fasilitator tidak hanya di waktu pertemuan atau proses
penyuluhan saja. tetapi seorang teanga kesehatan juga
harus mampu menjadi seorang fasilitator secara khusus,
seperti menyediakan waktu dan tempat ketika pasien
ingin bertanya secara lebih mendalam dan tertutup
(Simatupang, 2008).

78 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


d. Sebagai konselor
Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada
orang lain dalam membuat keputusan atau memecahkan
suatu masalah melalui pemahaman tehadap fakta-fakta,
harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien. Proses
dari pemberian bantuan tersebut disebut juga konseling.
Tujuan umum dari pelaksanaan konseling adalah
membantu ibu hamil agar mencapai perkembangan yang
optimal dalam menentukan batasan-batasan potensi yang
dimiliki, sedangkan secara khusus konseling bertujuan
untuk mengarahkan perilaku tidak sehat menjadi
perilaku sehat, membimbing ibu hamil belajar membuat
keputusan dan membimbingn ibu hamil mencegah
timbulnya masalah selama proses kehamilan.
Konselor yang baik harus memiliki sifat peduli dan mau
mengajarkan melalui pengalaman, mampu menerima
orang lain, mau mendengarkan dengan sabar, optimis,
terbuka terhadap pandangan interaksi yang berbeda,
tidak menghakimi, dan menyimpan rahasia, mendorong
pengambilan keputusan, memberikan dukungan,
membentuk dukungan atas dasar kepecayaan, mampu
berkomunikasi, mengerti perasaan dan kekhawatiran
klien, serta mengerti keterbatasan yang dimiliki oleh
klien. Konseling yang dilakukan antara tenaga kesehatan
dan ibu hamil memiliki beberapa unsur. Proses dari
konseling terdiri dari empat unsur kegiatan yaitu
pembinaan hubungan baik antara tenaga kesehatan
dengan ibu hamil, penggalian informasi (identifikasi
masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dan
sebagainya) dan pemberian informasi mengenai
kesehatan ibu dan anak, pengambilan keputusan
mengenai perencanaan persalinan, pemecahan masalah

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 79


yang mungkin nantinya akan dialami, serta perencanaan
dalam menindak lanjuti pertemuan yang telah dilakukan
sebelumnya.

Peran bidan dalam promosi kesehatan:


a. Bidan sebagai advocator
Tujuan advokasi adalah diperolehnya komitmen dan
dukungan dalam upaya kesehatan, baik berupa
kebijakan, tenaga, sarana, kemudahan, keikutsertaan
dalam kegiatan, maupun bentuk lainnya sesuai dengan
keadaan dan suasana. Salah satu tantangan yang terus
menerus dihadapi bidan yang mengupayakan safe
motherhood adalah bagaimana menangani isu-isu dalam
masyarakat dengan lebih baik. Bidan harus menguasai
keterampilan advokasi, menggerakkan massa, dan
metodologi pembelajaran yang meningkatkan partisipasi
anggota, serta pendekatan penyimpangan positif (positive
deviance). Peran bidan sebagai advokator adalah
melakukan advokasi terhadap pengambil keputusan dari
kategori program ataupun sektor yang terkait dengan
kesehatan maternal dan neonatal. Melakukan advokasi
bearti melakukan upaya-upaya agar pembuat keputusan
atau penentu kebijakan tersebut mempercayai dan
meyakini bahwa program yang ditawarkan perlu
mendapat dukungan melalui kebijakan-kebijakan atau
keputusan-keputusan politik. Metode yang digunakan
oleh bidan harus mampu meyakinkan bahwa program
membawa perbaikan ataupun perubahan positif bagi
pertumbuhan bangsa yang pada akhirnya dalah
pertumbuhan negara (menyangkut nasib banyak orang).
Agar proses advokasi berhasil dengan baik, bidan perlu
menyiapkan data masalah dan perencanaan yang akan

80 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


diambil sebagai solusi dan harus mampu memanfaatkan
data-data tersebut sehingga sesuai harapan pimpinan
sehingga pimpinan dapat memberi dukungan.
Beberapa peran bidan sebagai advokator adalah
 Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita dalam
mempromosikan hak-haknya yang di perlukan
untuk mencapai kesehatan yang optimal (kesetaraan
dalam memperoleh pelayanan kebidanan).
 Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan aman.
 Advokasi terhadap pilihan ibu dalam tatanan
pelayanan

b. Bidan sebagai edukator


Bidan sebagai seorang pendidik harus memastikan
bahwa informasi yang diberikan mudah dipahami,
memberikan waktu untuk bertanya, dan peka terhadap
tanda-tanda non verbal dari pasien (contoh: raut wajah
yang menggambarkan bahwa klien masih kurang paham
dengan penjelasan yang diberikan oleh bidan, atau
gerakan-gerakan (bahasa tubuh) klien yang menyatakan
agar bidan tidak terburu-buru dalam memberikan
penjelasan, dan bahasa tubuh yang lainnya yang
diungkapkan oleh klien).

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 81


Latihan
Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada
Bab III secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan
sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap
Bab tentang Peran bidan dalam persalinan. Adapun soal yang
digunakan untuk latihan adalah sebagai berikut:
1. Jelaskan tentang pengertian peran
2. Jelaskan tentang pengertian bidan
3. Jelaskan tentang macam-macam peran bidan
4. Jelaskan tentang pengertian konselor
5. Jelaskan tentang pengertian fasilitator

Soal Latihan
1. Seorang perempuan umur 24 tahun, melahirkan bayi
pertama 3 hari yang lalu. Datang ke PMB mengatakan
malas meneteki bayinya karena payudara terasa bengkak
dan sakit. Apa tindakan yang tepat pada kasus di atas ?
a. Bayi diberi PASI saja
b. Bayi tidak perlu berlatih menetek
c. Kelaurkan ASI sebagian
d. Menganjurkan tetap menyusui bayinya on demand
e. Ibu dianjurkan periksa ke dokter

2. Seorang perempuan, umur 23 tahun, G1POA0, di PMB


mengatakan merasa ingin mengedan. Hasil Pemeriksaan
pembukaan 10 cm, selaput ketuban belum pecah. His 3x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. DJJ 124 x/menit.
Tampak selaput putih menonjol di vulva saat ibu
mengedan. Apa tindakan awal yang tepat pada kasus
diatas ?
a. Memberikan rehidrasi
b. Memimpin mengedan

82 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


c. Amniotomi
d. Episiotomi
e. Mendokumentasikan di partograf

3. Seorang perempuan usia 23 tahun, P1A0, mengatakan


bahwa 6 jam yang lalu melahirkan anak pertama normal
BB 2800 gram, PB 47 cm. mengeluh kelelahan, perut
mules dan belum BAK, tampak pasif. Hasil pemeriksaan :
TTV normal, lochea berisi darah segar, sisa selaput
ketuban. Berapa lama periode adaptasi psikosasi terjadi ?
a. 1-2 hari
b. 2-4 hari
c. 6 hari
d. 10 hari
e. 14 hari

4. Seorang perempuan, umur 23 tahun, G1POA0, sudah


dipimpin mengedan 30 menit yang lalu. Hasil
pemeriksaan taksiran berat janin 3500 gram, DJJ 130
x/menit. Kontraksi 5 kali 10 menit dan lamanya 40 detik.,
tetapi keadaan umum ibu sudah tampak lelah. Bidan
ingin melakukan episiotomy untuk mempersingkat kala
II. Kapan waktu yang tepat untuk bidan melakukan
episiotomi?
a. Presentasi kepala
b. Penurunan kepala sudah di Hoodge III
c. Perineum sudah berwarna merah muda
d. Kepala sudah mengadakan putaran paksi dalam
e. Saat perineum sudah menipis dan pucat

5. Seorang perempuan, usia 30 tahun, GV PIVA0, hamil 9


bulan, mengeluh perut mules dan keluar darah
bercampur lender. Hasil pemeriksaan keadaan umum

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 83


baik, TD 180/100 mmHg, ekstrimitas oedem, palpasi TFU
34 cm, punggung kanan, presentasi kepala 3/5, His
3x10‘40‖, VT : pembukaan serviks 3 cm, ketuban (+0,
denyut jantung janin (+) 136 kl/menit, hasil lab urine
protein (+). Apa asuhan kebidanan yang tepat?
a. Pemberian Anti biotika dan segera rujuk ke RS
b. Pemberian MgSO4 dan segera rujuk ke RS
c. Pemberian Uterus tonika dan segera rujuk ke RS
d. Pemberian Nutrisi dan segera rujuk ke RS
e. Pemberian massase dan segera rujuk ke RS

6. Seorang perempuan, usia 30 tahun, GV PIVA0, hamil 9


bulan, mengeluh perut mules dan keluar darah
bercampur lender. Hasil pemeriksaan keadaan umum
baik, TD 180/100 mmHg, ekstrimitas oedem, palpasi TFU
34 cm, punggung kanan, presentasi kepala 3/5, His
3x10‘40‖, VT : pembukaan serviks 3 cm, ketuban (+0,
denyut jantung janin (+) 136 kl/menit, hasil lab urine
protein (+). Apakah syarat pemberian MgSO4?
a. Reflek patella (+) jumlah urine > 400 cc
b. Reflek patella (-) jumlah urine < 400 cc
c. Reflek ginjal (+) jumlah urine > 200 cc
d. Reflek isap (+) jumlah urine < 300 cc
e. Reflek ginjal (-) jumlah urine > 100 cc

7. Bayi Ny.A baru lahir 20 menit yang lalu. Bidan


kemudian membantu perempuan untuk segera
menyusui bayinya. Saat puting susu menyentuh
langit–langit mulut bayi, bayi secara spontan
melakukan gerakan menghisap. Apakah nama refleks
bayi yang secara spontan menghisap tersebut?
a. Swallowing reflex

84 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


b. Tonic neck reflex
c. Sucking reflex
d. Reflex morrow
e. Rooting reflex

8. Seorang perempuan, umur 23 tahun, telah melahirkan


anak ketiga 2 hari yang lalu, datang ke PMB, mengeluh
merasa mules dan masih mengeluarkan darah berwarna
merah segar. Apa yang terjadi berdasarkan keluhan yang
dialami oleh ibu ?
a. Proses involusio uteri
b. Proses Sub involusio
c. Proses involusio plasenta
d. Proses emosional
e. Proses puerferium

9. Seorang perempuan, usia 30 tahun, GV PIVA0, hamil 9


bulan, mengeluh perut mules dan keluar darah
bercampur lender. Hasil pemeriksaan keadaan umum
baik, TD 180/100 mmHg, ekstrimitas oedem, palpasi TFU
34 cm, punggung kanan, presentasi kepala 3/5, His
3x10‘40‖, VT : pembukaan serviks 3 cm, ketuban (+0,
denyut jantung janin (+) 136 kl/menit, hasil lab urine
protein (+). Apa rencana asuhan kebidanan yang tepat
pada kasus tersebut?
a. Melakukan rujukan ke RS
b. Melakukan rujukanke PKM
c. Melakukan rujukan ke PMB
d. Melakukan rujukan ke klinik bersalin
e. Melakukan rujukan ke dokter SpOG

10. Seorang perempuan, usia 30 tahun, GV PIVA0, hamil 9


bulan, mengeluh perut mules dan keluar darah

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 85


bercampur lender. Hasil pemeriksaan keadaan umum
baik, TD 180/100 mmHg, ekstrimitas oedem, palpasi TFU
34 cm, punggung kanan, presentasi kepala 3/5, His
3x10‘40‖, VT : pembukaan serviks 3 cm, ketuban (+0,
denyut jantung janin (+) 136 kl/menit, hasil lab urine
protein (+). Apa tujuan penatalaksanaan asuhan
kebidanan ?
a. Mencegah komplikasi terjadinya kejang
b. Mencegah komplikasi terjadinya anemia
c. Mencegah komplikasi terjadinya perdarahan
d. Mencegah komplikasi terjadinya infeksi
e. Mencegah komplikasi terjadinya gagal ginjal.

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Dosen memberikan penilaian dari hasil latihan dan diskusi dan
menindaklanjuti dengan memberikan masukan kepada
mahasiswa terkait capaian pembelajaran yang harus dikuasai
dalam bab ini.

Daftar Pustaka
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui
Dini. Jakarta: Jhpleg
Marmi, S.ST. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rohani, S.ST., dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta : Salemba Medika
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Penerbit Erlangga.
Sujiyatini, S.SiT, M.Keb, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II
(Persalinan). Yogyakarta: Rohima Press
Yanti, S.ST, M.Keb. 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan
Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama

86 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


BAB IV

KESIAPAN DAN KETAHANAN EMOSI


DALAM PERSALINAN

A. PENDAHULUAN
Deskripsi Bab
Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
dapat menguasai materi kesiapan dan ketahanan emosi dalam
persalinan untuk kebutuhan ibu saat bersalin.

Tujuan atau Sasaran Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan kesiapan fisik dalam persalinan.
b. Menjelaskan kesiapan psikologis dalam persalinan.
c. Menjelaskan kesiapan finansial dalam persalinan.
d. Menjelaskan kesiapan kultural dalam persalinan.

Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa adalah memahami tentang materi kesiapan dan
ketahanan emosi dalam persalinan untuk kebutuhan ibu saat
bersalin.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 87


B. PENYAJIAN
Kesiapan persalinan ada 4 hal yaitu : kesiapan fisik,
psikologis, finansial,dan kultural.
1. Kesiapan Fisik
Kesiapan fisik berkaitan dengan masalah kondisi
kesehatan ibu, dimana ibu perlu menyiapkan kondisi
fisik sebelum hamil. Ibu memahami berupa adanya
perubahan fisiologi sebelum terjadi persalinan kira-kira 2
minggu, dimana ibu akan lebih mudah bernafas karena
fundus uteri agak menurun berhubung kepala janin
mulai masuk ke dalam pintu atas pinggul (PAP), Ibu akan
sering buang air kecil (BAK) karena turunnya kepala
janin ke dalam PAP yang menekan vesika urinaria serta
ibu merasakan adanya gambaran his palsu yaitu kadang-
kadang perut mengejang. Status gizi yang diperoleh ibu
hamil merupakan asupan gizi seimbang yang cukup
sesuai dengan kebutuhan dan tidak menderita penyakit
infeksi maupun penyakit kronis lainnya yang dapat
berpenaruh pada kondisi tubuh lainnya pada ibu hamil,
sehingga saat hamil seorang ibu lebih banyak daripada
sebelum hamil. Kesiapan fisik lain yang perlu
diperhatikan adalah dengan melakukan olahraga
misalnya senam hamil, karena seorang ibu hamil
memerlukan fisik yang fit untuk melahirkan. Kondisi fit
ini ada hubungannya juga dengan ada atau tidaknya
penyakit berat yang diidap oleh calon ibu. Jika ditemukan
riwayat darah tinggi atau asma berat, misalnya, berarti
tidak bisa dilakukan persalinan normal. Sehingga sejak
awal kehamilan, sudah harus direncanakan kelahiran
dengan operasi. Fungsi utama senam hamil untuk
membantu kelancaran proses persalinan, gerakan-
gerakan pada senam hamil juga berfungsi untuk

88 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


menghindari posisi bayi sungsang. Adapun upaya untuk
mendukung kesiapan fisik ibu hamil, pemerintah
menerapkan Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K). Program Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) adalah
suatu kegiatan dalam rangka peningkatan peran aktif
suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan
persalinan yang aman dan persiapan menghadapi
komplikasi yang mungkin terjadi, termasuk perencanaan
penggunaan KB pasca persalinan guna meningkatkan
cakupandan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
dan bayi baru lahir. Hasil yang diharapkan dalam
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi yaitu
mendapat pelayanan antenatal sesuai standar, ibu hamil
dan keluarga mempunyai rencana persalinan termasuk
KB, mendapat pertolongan persalinan sesuai standar,
mendapat pelayanan nifas sesuai standar, keluarga dapat
menyiapkan biaya persalinan, kebersihan dan kesehatan
lingkungan (sosial-budaya) ibu mendapat pelayanan
kontrasepsi pasca persalinan dan adanya kerjasama
antara petugas pelayanan kesehatan yang berkaitan
dengan persalinan ibu. Adapun kegiatan dalam program
P4K ini meliputi pemeriksaan antenatal care, penyuluhan
dan konseling KIA serta pencatatan pada buku KIA.
2. Kesiapan Psikologis
Ibu primigravida umumnya belum mempunyai bayangan
mengenai kejadiankejadian yang akan dialami pada akhir
kehamilannya saat persalinan terjadi. Salah satu yang
harus dipersiapkan ibu menjelang persalinan yaitu
hindari kepanikan dan ketakutan dan bersikap tenang,
dimana ibu hamil dapat melalui saat-saat persalinan
dengan baik dan lebih siap serta meminta dukungan dari

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 89


orang-orang terdekat, perhatian dan kasih sayang tentu
akan membantu memberikan semangat untuk ibu yang
akan melahirkan. Keluarga baik dari orang tua maupun
suami merupakan bagian terdekat bagi calon ibu yang
dapat memberikan pertimbangan serta bantuan sehingga
bagi ibu yang akan melahirkan merupakan motivasi
tersendiri sehingga lebih tabah dan lebih siap dalam
menghadapi persalinan. Dukungan dari suami dan
keluarga untuk membantu pemahaman seorang ibu
hamil mendapat pengalaman sehingga ibu hamil dapat
mengantisipasi dan lebih baik dalam menghadapi
kebutuhan ibu. Kebutuhan komunikasi dan harapan
suami dan anggota keluarga yang lain menjadi sumber
dukungan yang dibutuhkan ibu hamil untuk mendukung
fungsi kesehatan keluarga.
3. Kesiapan finansial
Kesiapan finansial bagi ibu yang akan melahirkan
merupakan suatu kebutuhan yang mutlak harus
disiapkan, dimana kesiapan finansial atau yang berkaitan
dengan penghasilan atau keuangan yang dimiliki untuk
mencukupi kebutuhan selama kehamilan berlangsung
sampai persalinan. Kondisi ekonomi berkaitan dengan
kemampuan ibu untuk menyiapkan biaya persalinan,
menyiapkan popok bayi dan perlengkapan lainnya,
persalinan memerlukan biaya yang tidak sedikit.Untuk
itu, sebaiknya ibu sudah menganggarkan biaya untuk
persalinan. Biaya bisa ibu atau keluarga anggarkan
disesuaikan dengan tarif persalinan di tempat di mana
rencana persalinan akan berlangsung. Selain anggaran
biaya persalinan perlu juga menentukan tempat kelahiran
sesuai kemampuan kita, misalnya rumah bersalin atau di
rumah dengan mendatangkan bidan.Perencanaan yang

90 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


adekuat meliputi penentuan tempat yang tepat dengan
pertimbangan dalam memilih tempat bersalin dengan
mempertimbangkan jarak tempat bersalin dengan rumah,
kualitas pelayanannya, ketersediaan tenaga penolong,
fasilitas yang dimiliki, kemampuan pembiayaan dimana
setiap klinik atau rumah sakit memiliki ketentuan tarif
yang beragam. Kesiapan psikologis seperti menghindari
stress, menghilangkan rasa khawatir, dan
mempersiapkan mental suami. Untuk menghindari rasa
khawatir atau was-was, hal yang paling penting
dilakukan oleh ibu hamil yaitu rutin memeriksakan
kandungan. Selain itu persiapan untuk suami juga
penting dalam bekerjasama untuk merawat bayi.
4. Kesiapan budaya
Masalah budaya termasuk menangani masalah praktik
dan keyakinan bahwa mungkin akan berbeda dari yang
dilakukan petugas kesehatan, namun penting untuk
keluarga ibu hamil. Ibu harus mengetahui adat istiadat,
kebiasaan, tradisi dan tingkat hidup yang kurang baik
terhadap kehamilan, dan berusaha mencegah akibat
itu.Persiapan yang berhubungan dengan kebiasaan yang
tidak baik sebelum kehamilan untuk dihindari selama
kehamilan terjadi. Faktor budaya sangat penting dimana
terdapat tradisi untuk membawa plasenta ke rumah, cara
berperilaku yang benar selama kehamilan dengan
menjaga sikap dan perilaku.
5. Kesiapan Materi
Menurut ibu dan suami maupun anggota keluarga harus
menyiapkan perlengkapan yang diperlukan untuk
dibawa saat persalinan antara lain:
a. Kesiapan untuk ibu
 Meliputi peralatan mandi (seperti handuk besar,

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 91


handuk kecil, sabun, pasta gigi, sikat gigi, sisir
dan pembalut).
 Pakaian biasa yang mudah dicuci dan mudah
digunakan untuk menyusui
 Beberapa set piyama (atasan berkancing)
 Bra menyusui dan bantalan menyusui
 Celana dalam secukupnya
 Kaos kaki dan gurita perekat/tali
 Setelan baju untuk pulang
b. Kesiapan untuk bayi
 Peralatan mandi dan perawatan bayi seperti
handuk bayi, sabun bayi, sampo bayi, minyak
telon, lotion dan bedak bayi.
 Pakaian bayi meliputi beberapa set baju bayi,
topi/penutup kepala, kaos kaki dan sarung
tangan, popok, gurita bayi, selimut, bedongan
dan gendongan bayi.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesiapan Persalinan


Faktor-faktor yang memengaruhi kesiapan persalinan
meliputi :
 Usia
Usia ibu menjadi indikator dalam kedewasaan dalam
setiap pengambilan keputusan yang mengacu pada
setiap pengalamannya. Usia yang cukup dalam
mengawali atau memasuki masa perkawinan dan
kehamilan akan membantu seseorang dalam
kematangan dalam menghadapi persoalan atau
masalah, dalam hal ini menghadapi kehamilan dan
perubahan selama hamil. Demikian sebaliknya
dengan usia kurang dari 16 tahun kemungkinan
kematangan pikiran dan perilaku juga kurang

92 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


terlebih dalam kesiapan ibu menghadapi perubahan
dan adaptasi selama kehamilan.
 Pendidikan
Tingkat pendidikan turut menentukan mudah atau
tidaknya seseorang memahami pengetahuan tentang
persiapan menghadapi persalinan yang mereka
peroleh .Dari kepentingan keluarga pendidikan
diperlukan seseorang agar lebih tanggap bila ada
indikasi persalinan yang bermasalah atau terjadi
insiden selama proses persalinan dan keluarga dapat
segera dalam mengambil keputusan
 Ekonomi
Pendapatan dapat mempengaruhi kesiapan keluarga
dalam mempersiapakan semua kebutuhan selama
kehamilan dan persiapan persalinan.Pendapatan
menjadi salah satu faktor yang paling menentukan
kuantitas maupun kualitas persiapan selama
kehamilan seperti menyiapkan biaya persalinan,
menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan
menjelang persalinan serta menjaga asupan nutrisi
selama kehamilan.
 Dukungan suami, keluarga dan teman
Dukungan suami, keluarga dan teman merupakan
dorongan terhadap ibu baik secara moral maupun
material, dimana dukungan tersebut sangat
mempengaruhi ibu dalam menghadapi persalinan,
adapun dukungan suami perhatian, dimana
perhatian yang diberikan sangat membantu ibu
menghadapi persalinan dan memberikan rasa
nyaman dan percaya diri dalam menghadapi
masalah selama menghadapi persalinan. Dukungan
yang diberikan oleh keluarga maupun teman

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 93


merupakan salah satu dukungan yang dibutuhkan
oleh ibu menjelang persalinan, dimana ibu saat
melahirkan membutuhkan bantuan untuk
menyediakan perawatan selama kehamilan maupun
menunggu proses persalinan.
 Dukungan tenaga kesehatan
Selama masa kehamilan dan persalinan terjadi, ibu
primigravida trimester III mendapat dukungan dari
tenaga kesehatan, dimana ibu primigravida trimester
III diberikan berbagai informasi yang berkaitan
dengan perawatan prenatal, dan kebutuhan apa saja
selama kehamilan dan persalinan nantinya misalnya
cara merawat payudara, cara menyusui serta
memantau status kesehatan ibu primigravida
trimester III.

Latihan
Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada
Bab III secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan
sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap
Bab tentang Peran bidan dalam persalinan. Adapun soal yang
digunakan untuk latihan adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan tentang kesiapan psikologis dalam persalinan.
b. Jelaskan tentang kesiapan finansial dalam persalinan.
c. Jelaskan tentang kesiapan kultural dalam persalinan.
d. Jelaskan tentang pengertian kesiapan fisik dalam
persalinan

94 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Soal Latihan
1. Seorang perempuan hamil, usia 25 tahun, datang ke PMB
pada tanggal 02 juni 2019, untuk memeriksakan
kehamilannya. Hamil yang ketiga kali, pernah keguguran
satu kali, haid terakir 21 Oktober 2018, dia mengeluh
sering kram pada kaki. Hasil pemeriksaan keadaan
umum baik, TD 120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu
360C, respirasi 24 x/menit, tinggi fundus uteri 30 cm,
punggung kanan, presentasu kepala, bagian terendah
belum masuk PAP, DJJ (+) 130 x/menit. Apa rencana
asuhan kebidanan yang diberikan ?
a. Berikan protein
b. Berikan kalsium
c. Berikan karbohidrat
d. Berikan kalium
e. Berikan vitamin

2. Seorang ibu hamil usia 27 tahun GII, P1, A0, hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
WITA dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam
yang lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Apa diagnosa yang
tepat pada kasus tersebut?
a. Inpartu kala I fase laten
b. Inpartu kala I fase aktif
c. Inpartu kala I fase maksimal
d. Inpartu kala I fase akselerasi
e. Inpartu kala I fase deselarasi

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 95


3. Seorang perempuan usia 28 tahun, G1 hamil 36 minggu
datang ke PMB dengan keluhan sering kencing, banyak
makan, banyak minum. Hasil pemeriksaan TFU 36 cm,
presentasi kepala, sudah masuk PAP, DJJ 132 x/menit,
tanda vital dalam batas normal. Apa asuhan yang
diberikan ?
a. Rujk ke dokter SPOG
b. Pasang infuse NaCl 0,9%
c. Konseling persiapan persalinan
d. Konseling persalinan di rumah sakit
e. Diet rendah karbohidrat, tinggi garam

4. Seorang perempuan usia 28 tahun, G1 hamil 36 minggu


datang ke PMB dengan keluhan sering kencing, banyak
makan, banyak minum. Hasil pemeriksaan TFU 36 cm,
presentasi kepala, sudah masuk PAP, DJJ 132 x/menit,
tanda vital dalam batas normal. Apa pemeriksaan urine
untuk menegakkan diagnosenya?
a. Rutin
b. Protein
c. Reduksi
d. Acepton
e. Sedimen

5. Seorang perempuan, usia 30 tahun, GV PIVA0, hamil 9


bulan, mengeluh perut mules dan keluar darah
bercampur lender. Hasil pemeriksaan keadaan umum
baik, TD 180/100 mmHg, ekstrimitas oedem, palpasi TFU
34 cm, punggung kanan, presentasi kepala 3/5, His
3x10‘40‖, VT : pembukaan serviks 3 cm, ketuban (+0,
denyut jantung janin (+) 136 kl/menit, hasil lab urine
protein (+). Apa rencana asuhan kebidanan yang tepat

96 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


pada kasus tersebut?
a. Melakukan rujukan ke RS
b. Melakukan rujukanke PKM
c. Melakukan rujukan ke PMB
d. Melakukan rujukan ke klinik bersalin
e. Melakukan rujukan ke dokter SpOG

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Dosen memberikan penilaian dari hasil latihan dan diskusi dan
menindaklanjuti dengan memberikan masukan kepada
mahasiswa terkait capaian pembelajaran yang harus dikuasai
dalam bab ini.

Daftar Pustaka
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui
Dini. Jakarta: Jhplego.
Marmi, S.ST. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rohani, S.ST., dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta : Salemba Medika
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Penerbit Erlangga.
Sujiyatini, S.SiT, M.Keb, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II
(Persalinan). Yogyakarta: Rohima Press
Yanti, S.ST, M.Keb. 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan
Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 97


BAB V

KONSEP DAN PENILAIAN KEMAJUAN PERSALINAN

A. PENDAHULUAN
Deskripsi BAB
Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
dapat menguasai materi kemajuan dalam persalinan.

Tujuan atau Sasaran Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan kesiapan fisik dalam persalinan.
b. Menjelaskan kesiapan psikologis dalam persalinan.
c. Menjelaskan kesiapan finansial dalam persalinan.
d. Menjelaskan kesiapan kultural dalam persalinan.

Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa adalah memahami tentang materi kemajuan
persalimam baik di fase laten dan fase aktif serta
mendokumentasikan dalam Partograf.

B. PENYAJIAN
5.1 Kemajuan Persalinan
Tahapan dari persalinan terdiri atas kala I (kala
pembukaan), kala II (kala pengeluaran janin), kala III
(pelepasan plasenta), dan kala IV (kala pengawasan /
observasi/ pemulihan). Tahapan persalinan dibagi

98 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


menjadi 4 kala yaitu:
1. Kala I (Kala Pembukaan).
Pasien dikatakan dalam tahap persalinan kala I, jika
sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi
terjadi teratur minimal 2 kali dalam 10 menit selama
40 detik. Pada kala I serviks membuka sampai terjadi
pembukaan 10 cm, disebut juga kala pembukaan.
Secara klinis partus dimulai bila timbul his dan
wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bersemu
darah (bloody show). Lendir yang bersemu darah ini
berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks
mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya
berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang
berada di sekitar kanalis sevikalis itu pecah karena
pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka.
Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi
dalam 2 fase :
a. Fase laten : berlangsung selama 8 jam sampai
pembukaan 3 cm his masih lemah dengan
frekuensi jarang, pembukaan terjadi sangat
lambat.
 Dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan
serviks secara bertahap
 Dimulai dari adanya pembukaan sampai
pembukaan serviks mencapai 3 cm atau
serviks membuka kurang dari 4 cm
 Pada umumnya, fase laten berlangsung
hamper atau hingga 8 jam
b. Fase aktif : berlangsung selama 7 jam, dibagi
menjadi 3, yaitu :
 Fase akselerasi lamanya 2 jam pembukaan 3

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 99


cm tadi menjadi 4 cm.
 Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4
menjadi 9 cm.
 Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat
sekali. Dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9
cm menjadi 10 cm. his tiap 3-4 menit selama
45 detik. Fase-fase tersebut dijumpai pada
primigravida, pada multigravida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif dan
fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme membukanya serviks berbeda
antara pada primigravida dan multigravida.
Pada primigravida ostium uteri internum
akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks
akan mendatar dan menipis. Pada
multigravida ostium uteri internum sudah
sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan
eksternum serta penipisan dan pendataran
serviks terjadi dalam saat yang sama. Ketuban
akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan
hampir lengkap atau telah lengkap. Tidak
jarang ketuban harus dipecahkan ketika
pembukaan hampir lengkap atau telah
lengkap. Kala I selesai apabila pembukaan
serviks uteri telah lengkap. Pada primigravida
kala I berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan multigravida kira-kira 7 jam.
Berdasarkan Kurve Friedman, diperhitungkan
pembukaan primigravida 1 cm per jam dan
pembukaan multigravida 2 cm per jam.
Dengan perhitungan tersebut maka waktu

100 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


pembukaan lengkap dapat diperkirakan.
Kontraksi lebih kuat dan sering terjadi selama
fase aktif. Pada permulaan his, kala
pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturient (ibu yang sedang
bersalin) masih dapat berjalan-jalan.

2. Kala II (Kala Pengeluaran Janin).


Kala II adalah kala pengeluaran bayi. Kala atau fase
yang dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm)
sampai dengan pengeluaran bayi. Setelah serviks
membuka lengkap, janin akan segera keluar. His 2-3
x/menit lamanya 60-90 detik. His sempurna dan
efektif bila koordinasi gelombang kontraksi sehingga
kontraksi simetris dengan dominasi di fundus,
mempunyai amplitude 40-60 mm air raksa
berlangsung 60-90 detik dengan jangka waktu 2-4
menit dan tonus uterus saat relaksasi kurang dari 12
mm air raksa. Karena biasanya dalam hal ini kepala
janin sudah masuk ke dalam panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul,
yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan.
Juga dirasakan tekanan pada rectum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum menonjol dan
menjadi lebar dengan anus membuka. Labia mulai
membuka dan tidak lama kemudian kepala janin
tampak dalam vulva pada waktu his. Diagnosis
persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan
pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan
sudah lengkap dan kepala janin sudah tampak di
vulva dengan diameter 5-6 cm.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 101


Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
 His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3
menit, dengan durasi 50 sampai 100 detik.
 Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang
ditandai dengan pengeluaran cairan secara
mendadak.
 Ketuban pecah pada pembukaan mendekati
lengkap diikuti keinginan mengejan akibat
tertekannya pleksus Frankenhauser.
 Kedua kekuatan his dan mengejan lebih
mendorong kepala bayi sehingga terjadi :
 Kepala membuka pintu.
 Subocciput bertindak sebagai hipomoglion,
kemudian secara berturut-turut lahir ubun-ubun
besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala
seluruhnya.
 Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar
paksi luar, yaitu penyesuaian kepala pada
punggung.
 Setelah putar paksi kuar berlangsung, maka
persalinan bayi ditolong dengan cara :
 Kepala dipegang pada os occiput dan di bawah
dagu, kemudian ditarik dengan menggunakan
cunam ke bawah untuk melahirkan bahu depan
dan ke atas untuk melahirkan bahu belakang.
 Setelah kedua bahu lahir, melahirkan sisa badan
bayi.
 Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
 Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 – 2 jam
dan multigravida 1,5 – 1 jam.

102 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


3. Kala III (Pelepasan Plasenta).
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan
pengeluaran plasenta. Disebut juga dengan kala uri
(kala pengeluaran plasenta dan selaput ketuban).
Setelah kala II yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit, kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit.
Setelah bayi lahir dan proses retraksi uterus, uterus
teraba keras dengan fundus uteri sedikit di atas
pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi
lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit
setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta
disertai dengan pengeluaran darah.
Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan
mempertahankan tanda-tanda di bawah ini :
 Uterus menjadi bundar.
 Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas
ke segmen bawah rahim.
 Tali pusat bertambah panjang.
 Terjadi semburan darah tiba-tiba.

Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan


teknik dorsokranial.
Sebab – sebab Terlepasnya Plasenta :
 Saat bayi dilahirkan, rahim sangat mengecil dan
setelah bayi lahir uterus merupakan organ
dengan dinding yang tebal dan rongganya
hampir tidak ada. Posisi fundus uterus turun
sedikit dibawah pusat, karena terjadi pengecilan
uterus, maka tempat perlekatan plasenta juga
sangat mengecil. Plasenta harus mengikuti

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 103


proses pengecilan ini hingga tebalnya menjadi
dua kali lipat daripada permulaan persalinan,
dan karena pengecilan tempat perlekatannya
maka plasenta menjadi berlipat-lipat pada
bagian yang terlepas dari dinding rahim karena
tidak dapat mengikuti pengecilan dari dasarnya.
Jadi faktor yang paling penting dalam pelepasan
plasenta adalah retraksi dan kontraksi uterus
setelah anak lahir.
 Di tempat pelepasan plasenta yaitu antara
plasenta dan desidua basalis terjadi perdarahan,
karena hematom ini membesar maka seolah-olah
plasenta terangkat dari dasarnya oleh hematom
tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
 Pengeluaran Selaput Ketuban. Selaput janin
biasanya lahir dengan mudah, namun kadang-
kadang masih ada bagian plasenta yang
tertinggal. Bagian tertinggal tersebut dapat
dikeluarkan dengan cara :
 Menarik pelan-pelan.
 Memutar atau memilinnya seperti tali.
 Memutar pada klem.
 Manual atau digital.
 Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa
secara teliti setelah dilahirkan. Apakah setiap
bagian plasenta lengkap atau tidak lengkap.
Bagian plasenta yang diperiksa yaitu permukaan
maternal yang pada normalnya memiliki 6-20
kotiledon, permukaan feotal, dan apakah
terdapat tanda-tanda plasenta suksenturia. Jika
plasenta tidak lengkap, maka disebut ada sisa
plasenta. Keadaan ini dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak dan infeksi.

104 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Kala III terdiri dari dua fase, yaitu :
1. Fase Pelepasan Plasenta
Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain :
o Schultze
Proses lepasnya plasenta seperti menutup
paying. Cara ini merupakan cara yang
paling sering terjadi (80%). Bagian yang
lepas terlebih dulu adalah bagian tengah,
lalu terjadi retroplasental hematoma yang
menolak plasenta mula-mula bagian tengah,
kemudian seluruhnya. Menurut cara ini,
perdarahan biasanya tidak ada sebelum
plasenta lahir dan berjumlah banyak setelah
plasenta lahir.
o Duncan
Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini
lepasnya plasenta mulai dari pinggir 20%.
Darah akan mengalir keluar antara selaput
ketuban. Pengeluarannya juga serempak
dari tengah dan pinggir plasenta.
2. Fase Pengeluaran Plasenta
Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya
plasenta adalah :
o Kustner.
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan
di atas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka
bila tali pusat masuk berarti belum lepas.
Jika diam atau maju berarti sudah lepas.
o Klein.
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit.
Bila tali pusat kembali berarti belum lepas,
diam atau turun berarti lepas. (Cara ini

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 105


digunakan lagi).
o Strassman .
Tegangkan tali pusat dan ketok pada
fundus, bila tali pusat bergetar berarti
plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti
sudah lepas. Tanda-tanda plasenta telah
lepas adalah rahim menonjol di atas simfisis,
tali pusat bertambah panjang, rahim bundar
dan keras, serta keluar darah secara tiba-tiba.

4. Kala IV
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta selama 1-2 jam
atau kala/fase setelah plasenta dan selaput ketuban
dilahirkan sampai dengan 2 jam post partum. Kala ini
terutama bertujuan untuk melakukan observasi
karena perdarahan postpartum paling sering terjadi
pada 2 jam pertama. Darah yang keluar selama
perdarahan harus ditakar sebaik-baiknya. Kehilangan
darah pada persalinan biasanya disebabkan oleh luka
pada saat pelepasan plasenta dan robekan pada
serviks dan perineum. Rata- rata jumlah perdarahan
yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-
300 cc. jika perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah
dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari
penyebabnya. Penting untuk diingat : Jangan
meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi
dan plasenta lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu
yang baru melahirkan, periksa ulang terlebih dulu
dan perhatikan 7 pokok penting berikut :
 Kontraksi rahim : baik atau tidaknya diketahui
dengan pemeriksaan palpasi. Jika perlu
dilakukan massase dan berikan uterotonika,

106 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


seperti methergin, atau ermetrin dan oksitosin.
 Perdarahan : ada atau tidak, banyak atau biasa.
 Kandung kemih : harus kosong, jika penuh, ibu
dianjurkan berkemih dan kalau tidak bisa,
lakukan kateter.
 Luka – luka : jahitannya baik atau tidak, ada
perdarahan atau tidak.
 Plasenta atau selaput ketuban harus lengkap.
 Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi,
pernapasan, dan masalah lain.
 Bayi dalam keadaan baik.

5.2 Partograf
1. Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk membuat keputusan
klinik, memantau, mengevaluasi dan menatalaksana
persalinan. Partograf dapat dipakai untuk memberikan
peringatan awal bahwa suatu persalinan berlangsung
lama, adanya gawat ibu dan janin, serta perlunya
rujukan. Waktu pengisian partograf. Waktu yang tepat
untuk pengisian partograf adalah saat proses persalinan
telah berada dalam kala I fase aktif yaitu saat pembukaan
serviks dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada
pemantauan kala IV.

2. Isi Partograf
Isi partograf Partograf dikatakan sebagai data yang
lengkap bila seluruh informasi ibu, kondisi janin,
kemajuan persalinan, waktu dan jam, kontraksi uterus,
kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, keputusan klinik dan asuhan atau tindakan
yang diberikan dicatat secara rinci sesuai cara pencatatan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 107


partograf . Isi partograf antara lain:
1) Informasi tentang ibu
a) Nama dan umur;
b) Gravida, para, abortus.;
c) Nomor catatan medik/nomor puskesmas;
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat;
e) Waktu pecahnya selaput ketuban.
2) Kondisi janin:
a) Denyut jantung janin;
b) Warna dan adanya air ketuban;
c) Penyusupan (molase) kepala janin.
3) Kemajuan persalinan
a) Pembukaan serviks;
b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin;
c) Garis waspada dan garis bertindak.
4) Waktu dan jam
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan.
b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian.
5) Kontraksi uterus
a) Frekuensi kontraksi dalam waktu 10 menit.
b) Lama kontraksi (dalam detik).
6) Obat-obatan yang diberikan
a) Oksitosin.
b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan.
7) Kondisi ibu
a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh.
b) Urin (volume, aseton atau protein).

3. Cara pengisian partograf.


Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu pembukaan
serviks 4 cm dan berakhir titik dimana pembukaan
lengkap. Pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju

108 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan selama fase
aktif persalinan harus dimulai di garis waspada.
Kondisi ibu dan janin dinilai dan dicatat dengan cara:
1) Denyut jantung janin : setiap 30 menit.
2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30
menit.
3) Nadi : setiap 30 menit.
4) Pembukaan serviks : setiap 4 jam.
5) Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam.
6) Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4
jam30.
7) Produksi urin (2 – 4 Jam), aseton dan protein : sekali

Cara pengisian partograf adalah sebagai berikut:


1) Lembar depan partograf.
a) Informasi ibu ditulis sesuai identitas ibu. Waktu
kedatangan ditulis sebagai jam. Catat waktu
pecahnya selaput ketuban, dan catat waktu
merasakan mules .
b) Kondisi janin.
 Denyut Jantung Janin. Nilai dan catat denyut
jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih
sering jika terdapat tanda-tanda gawat janin).
Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit.
Kisaran normal DJJ tertera diantara garis tebal
angka 180 dan 100. Bidan harus waspada jika
DJJ mengarah di bawah 120 per menit
(bradicardi) atau diatas 160 permenit
(tachikardi). Beri tanda ‗•‘ (tanda titik) pada
kisaran angka 180 dan 100. Hubungkan satu
titik dengan titik yang lainnya.
 Warna dan adanya air ketuban. Catat warna

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 109


air ketuban setiap melakukan pemeriksaan
vagina, menggunakan lambang-lambang
berikut:
U : Selaput ketuban Utuh.
J : Selaput ketuban pecah, dan air ketuban
Jernih.
M : Air ketuban bercampur Mekonium.
D : Air ketuban bernoda Darah.
K : Tidak ada cairan ketuban/Kering

4. Penyusupan/molase tulang kepala janin.


Setiap kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan
antar tulang (molase) kepala janin. Catat temuan yang
ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut:
0 : Sutura terpisah.
1 : Tulang-tulang kepala janin hanya saling bersentuhan.
2 : Sutura tumpang tindih tetapi masih dapat diperbaiki.
3 : Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
Sutura/tulang kepala saling tumpang tindih
menandakan kemungkinan adanya CPD ( cephalo
pelvic disproportion).

5. Kemajuan persalinan.
Angka 0-10 di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi
serviks.
1) Pembukaan serviks. Saat ibu berada dalam fase aktif
persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari
setiap pemeriksaan. Nilai dan catat pembukaan
serviks setiap 4 jam. Menyantumkan tanda ‗X‘ di
garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya
pembukaan serviks.

110 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


2) Penurunan bagian terbawah janin. Untuk
menentukan penurunan kepala janin tercantum
angka 1-5 yang sesuai dengan metode perlimaan.
Menuliskan turunnya kepala janin dengan garis tidak
terputus dari 0-5. Berikan tanda ‗0‘ pada garis waktu
yang sesuai.
3) Garis waspada dan garis bertindak.
(a) Garis waspada, dimulai pada pembukaan serviks
4 cm (jam ke 0), dan berakhir pada titik di mana
pembukaan lengkap (6 jam). Pencatatan dimulai
pada garis waspada. Jika pembukaan serviks
mengarah ke sebelah kanan garis waspada, maka
harus dipertimbangkan adanya penyulit.
(b) Garis bertindak, tertera sejajar dan disebelah
kanan (berjarak 4 jam) pada garis waspada. Jika
pembukaan serviks telah melampaui dan berada di
sebelah kanan garis bertindak maka menunjukkan
perlu dilakukan tindakan untuk menyelasaikan
persalinan. Sebaiknya ibu harus berada di tempat
rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.

6. Jam dan waktu.


(1) Waktu mulainya fase aktif persalinan. Setiap kotak
menyatakan satu jam sejak dimulainya fase aktif
persalinan.
(2) Waktu aktual saat pemeriksaan atau persalinan.
Menyantumkan tanda ‗x‘ di garis waspada, saat ibu
masuk dalam fase aktif persalinan.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 111


7. Kontraksi uterus.
Terdapat lima kotak kontraksi per 10 menit. Nyatakan
lama kontraksi dengan:
(1) :titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya < 20 detik.
(2) : garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan
kontraksi yang lamanya 20-40 detik. (3) :Arsir penuh
kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang
lamanya > 40 detik.

8. Obat-obatan dan cairan yang diberikan.


(1) Oksitosin. Jika tetesan drip sudah dimulai,
dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit
oksitosin yang diberikan per volume cairan dan
dalam satuan tetes per menit.
(2) Obat lain dan caira IV. Mencatat semua dalam kotak
yang sesuai dengan kolom waktunya.

9. Kondisi ibu.
(1) Nadi, tekanan darah dan suhu tubuh.
(a) Nadi, dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (•)
pada kolom yang sesuai.
(b) Tekanan darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih
sering jika diduga ada penyulit. Memberi tanda
panah pada partograf pada kolom waktu yang
sesuai.
(c) Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2 jam atau
lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak
atau diduga ada infeksi. Mencatat suhu tubuh
pada kotak yang sesuai.

112 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


(2) Volume urine, protein dan aseton.
Mengukur dan mencatat jumlah produksi urine
setiap 2 jam (setiap ibu berkemih). Jika
memungkinkan, lakukan pemeriksaan aseton dan
protein dalam urine.

10. Lembar belakang partograf.


Lembar belakang partograf merupakan catatan persalinan
yang berguna untuk mencatat proses persalinan yaitu
data dasar, kala I, kala II, kala III, kala IV, bayi baru lahir.
a) Data dasar. Data dasar terdiri dari tanggal, nama
bidan, tempat persalinan, alamat tempat persalinan,
catatan, alasan merujuk, tempat merujuk,
pendamping saat merujuk dan masalah dalam
kehamilan/ persalinan.
b) Kala I. Terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang
partograf saat melewati garis waspada, masalah lain
yang timbul, penatalaksanaan, dan hasil
penatalaksanaannya.
c) Kala II. Kala II terdiri dari episiotomi, pendamping
persalinan, gawat janin, distosia bahu dan masalah
dan penatalaksanaannya.
d) Kala III. Kala III berisi informasi tentang inisiasi
menyusu dini, lama kala III, pemberian oksitosin,
penegangan tali pusat terkendali, masase fundus
uteri, kelengkapan plasenta, retensio plasenta > 30
menit, laserasi, atonia uteri, jumlah perdarahan,
masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya. e) Kala
IV. Kala IV berisi tentang data tekanan darah, nadi,
suhu tubuh, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus,
kandung kemih, dan perdarahan. f) Bayi baru lahir.
Bayi baru lahir berisi tentang berat badan, panjang

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 113


badan, jenis kelamin, penilaian bayi baru lahir,
pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.

11. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengisian


Partograf
Hal – hal yang mempengaruhi penggunaan partograf
antara lain adalah pengetahuan dan pengalaman kerja.
Hal yang mempengaruhi antara lain adalah sikap, lama
bekerja ,pendidikan dan pengetahuan . Hal – hal yang
mempengaruhi penggunaan partograf adalah
pengetahuan, sarana prasarana, supervisi dan evaluasi .
Berikut faktor – faktor yang mempengaruhi penggunaan
partograf sesuai survey penelitian yang telah terbukti:
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.
Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang . Pengetahuan
secara rinci tentang penggunaan partograf
merupakan syarat mutlak bagi penolong persalinan.
Seperti hasil – hasil penelitian yang pernah dilakukan
menyatakan bahwa pengetahuan provider kesehatan
tentang partograf berhubungan dalam proses
pencatatan dan kepatuhan mengisi partograf.
b. Pendidikan
Perbedaan pendidikan tenaga kesehatan
mempengaruhi proses pengisian partograf serta

114 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


outcomes dari persalinan. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka semakin dalam pemahaman serta
pengetahuan yang diperoleh.
c. Kompetensi dan Ketrampilan
Perilaku dalam bentuk praktik yang sudah konkrit
berupa perbuatan terhadap situasi atau rangsangan
dari luar . Kompetnsi dan ketrampilan bidan terbukti
berpengaruh terhadap proses pengisian partograf .
d. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan segala sesuatu
yang dapat di pakai sebagai alat dan bahan untuk
mencapai maksud dan tujuan dari suatu proses.
Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
merupakan penunjang utama terselenggaranya
proses. Sumber daya yang dimaksud adalah
termasuk ketersediaan kertas grafik partograf,
peralatan untuk melaksanakan observasi tanda-tanda
vital alat tulis .
e. Sikap
Perilaku dalam bentuk sikap / tanggapan atau
rangsangan dari luar diri seseorang untuk melakukan
pencatatan dengan baik .
f. Dukungan sosial dan pujian
Peran serta pemimpin (stakeholder) sangat
berpengaruh dalam hal ini. Pemimpin memberikan
perhatian terhadap apa yang diinginkan pegawai
(provider kesehatan) , akan memotivasi pegawai
untuk melakukan apa yang diinginkan oleh
pemimpin.
g. Pengawasan
Supervisi dan evaluasi penting dilakukan untuk
memutuskan tindakan apa yang seharusnya

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 115


dilakukan serta perencanaan menejemen apa yang
akan dilakukan setelah dievaluasi. Ketika seorang
tenaga kesehatan dilatih kemudian dilakukan
pencatatan pelaporan partograf ternyata masih
banyak yeng belum lengkap terutama pada alur
pelaporan ke tingkatan pelayanan kesehatan yang
lebih tinggi . Petugas kesehatan tidak melakukan
pengawasan dan tindak lanjut pada ranah yang lebih
tinggi.

Latihan
Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada
Bab III secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan
sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap
Bab tentang kemajuan persalinan. Adapun soal yang
digunakan untuk latihan adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan tentang kesiapan fisik dalam persalinan.
b. Jelaskan tentang kesiapan psikologis dalam persalinan.
c. Jelaskan tentang kesiapan finansial dalam persalinan.
d. Jelaskan tentang kesiapan kultural dalam persalinan

Soal Latihan
1. Seorang perempuan usia 33 tahun telah melahirkan anak
ke-3 secara spontan pada jam 03.30 di PMB. Bidan telah
memberikan dosis ulangan suntikan oksitosin 10 IU/IM
pada jam 03.45 WITA, kemudian dicoba melakukan PTT
tetapi plasenta belum lepas. Pada pukul 04.00 WITA
plasenta masih belum lepas dan tampak adanya
perdarahan pervaginam. Apa tindakan yang harus
dilakukan pada kasus tersebut?
a. Reposisi Uteri
b. Plasenta Manual

116 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


c. Kompresi Bimanual Interna
d. Kompresi Bimanual Eksterna
e. Melakukan masase fundus uteri

2. Seorang perempuan hamil, usia 28 tahun, datang ke PMB


pada tanggal 02 juni 2019, untuk memeriksakan
kehamilannya. Hamil yang ketiga kali, pernah keguguran
satu kali, haid terakir 21 Oktober 2018, dia mengeluh
sering kram pada kaki. Hasil pemeriksaan keadaan
umum baik, TD 120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu
360C, respirasi 24 x/menit, tinggi fundus uteri 30 cm,
punggung kanan, presentasu kepala, bagian terendah
belum masuk PAP, DJJ (+) 130 x/menit. Apakah
penyebab keluhan yang dialami ibu tersebut :
a. Kadar kalsium yang kurang
b. Kadar darah yang kurang
c. Kadar kalium yang rendah
d. Kadar protein yang rendah
e. Kadar protein yang tinggi

3. Seorang Ibu hamil usia 27 tahun, G II, PI, A0, hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Apakah tindakan yang
diberikan pada kasus tersebut ?
a. Observasi kemajuan persalinan dengan lembar
partograf
b. Observasi kemajuan persalinan dengan Pemasangan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 117


infuse
c. Observasi his dan DJJ dengan induksi persalinan
d. Observasi kemajuan persalinan dengan catatan
khusus
e. Observasi air ketuban dengan pemeriksaan
laoratorium

4. Seorang Ibu hamil usia 27 tahun, G II, PI, A0, hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Apakah asuhan saying
ibu yang diberikan ?
a. Menganjurkan banyak istirahat
b. Menganjurkan ibu berbaring terlentang
c. Menganjurkan ibu mengedan
d. Menganjurkan ibu jalan-jalan sampai pembukaan
lengkap
e. Menganjurkan ibu posisi setengah duduk

5. Seorang ibu hamil usia 27 tahun, GII, P I, A0 hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Kapankah dilakukan
pemeriksaan VT kembali?

118 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


a. Setiap 4 jam
b. Setiap 5 jam
c. Setiap 6 jam
d. Setiap 7 jam
e. Setiap 8 jam

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Dosen memberikan penilaian dari hasil latihan dan diskusi dan
menindaklanjuti dengan memberikan masukan kepada
mahasiswa terkait capaian pembelajaran yang harus dikuasai
dalam bab ini.

Daftar Pustaka
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui
Dini. Jakarta: Jhplego.
Marmi, S.ST. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rohani, S.ST., dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta : Salemba Medika
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Penerbit Erlangga.
Sujiyatini, S.SiT, M.Keb, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II
(Persalinan). Yogyakarta: Rohima Press
Yanti, S.ST, M.Keb. 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan
Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 119


BAB VI

FAKTOR YANG BERPENGARUH PADA PERSALINAN

A. PENDAHULUAN
Deskripsi BAB
Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
dapat menguasai faktor yang mempengaruhi persalinan.

Tujuan atau Sasaran Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan tentang faktor Power.
b. Menjelaskan tentang faktor Passage.
c. Menjelaskan tentang faktor Passanger.
d. Menjelaskan tentang faktor psikis ibu bersalin.
e. Menjelaskan tentang faktor penolong persalinan

Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa adalah memahami tentang materi faktor yang
mempengaruhi persalinan.

120 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


B. PENYAJIAN
1. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah
 Power (Kekuatan Ibu)
 His (kontraksi uterus) Adalah kekuatan kontraksi
uterus karena otot-otot polos rahim bekerja
dengan baik dan sempurna. Sifat his yang baik
adalah kontraksi simetris, fundus dominan,
terkoordinasi dan relaksasi.
a) Pembagian his dan sifat-sifatnya:
 His pendahuluan: his tidak kuat, datangnya
tidak teratur, menyebabkan keluarnya
lender darah atau bloody show.
 His pembukaan (kala I): menyebabkan
pembukaan serviks, semakin kuat, teratur
dan sakit.
 His pengeluaran (kala II): untuk
mengeluarkan janin, sangat kuat, teratur,
simetris, terkoordinasi.
 His pelepasan uri (kal III): terkoordinasi
sedang untuk melepaskan dan melahirkan
plasenta.
 His pengiring (kala IV): kontraksi lemah,
masih sedikit nyeri, terjadi pengecilan rahim
setelah beberapa jam atau hari.
b) Tenaga mengejan
 Setelah pembukaan lengkap dan ketuban
pecah, tenaga yang mendorng anak keluar
selain his, terutama disebabkan oleh
kontraksi otot-otot dinding perut, yang
mengakibatkan peninggian tekanan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 121


intraabdominal.
 Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan
waktu kita buang air besar, tapi jauh lebih
kuat lagi.
 Saat kepala sampai kedasar panggul, timbul
reflex yang mengakibatkan ibu menutup
glottisnya, mengkontraksikan otot-otot perut
dan menekan diafragmanya ke bawah.
 Tenaga mengejan ini hanya dpat berhasil
bila pembukaan sudah lengkap, dan paing
efektif sewaktu ada his.
 Tanpa tenaga mengejan, anak tidak dapat
lahir. Misalnya pada penderita yang lumpuh
otot-otot perutnya, persalinan harus dibantu
dengan forceps.
 Tenaga mengejan ini juga melahirkan
plasenta setelah terlepas dari dinding rahim.

Kekuatan yang mendorong janin dalam persalinan


adalah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi
diafragma, dan aksi dari ligamen. Kekuatan primer
yang diperlukan dalam persalinan adalah his,
sedangkan sebagai kekuatan sekundernya adalah
tenaga meneran ibu. His atau kontraksi uterus adalah
kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. His
dibedakan menjadi dua yakni his pendahuluan dan
his persalinan. His pendahuluan atau his palsu (false
labor pains), yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi braxton hicks. His ini
bersifat tidak teratur dan menyebabkan nyeri di
perut bagian bawah dan lipat paha, tidak
menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang

122 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


ke perut bagian bawah. His pendahuluan tidak
mempunyai pengaruh terhadap serviks. His
persalinan merupakan suatu kontraksi dari otot-otot
rahim yang fisiologis, akan tetapi bertentangan
dengan kontraksi fisiologis lainnya dan bersifat nyeri.
Kontraksi rahim bersifat otonom yang artinya tidak
dipengaruhi oleh kemauan, namun dapat dipengarui
dari luar misalnya rangsangan oleh jari-jari tangan.
Tenaga meneran ini serupa dengan tenaga meneran
saat buang air besar, tetapi jauh lebih kuat lagi.
Ketika kepala sampai pada dasar panggul, timbul
suatu reflek yang mengakibatkan pasien menekan
diafragmanya kebawah. Tenaga meneran pasien akan
menambah kekuatan kontraksi uterus. Pada saat
pasien meneran, diafragma dan otot- otot dinding
abdomen akan berkontraksi. Kombinasi antara his
dan tenaga meneran pasien akan meningkatkan
tekanan intrauterus sehingga janin akan semakin
terdorong keluar. Kekuatan sekunder tidak
mempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi
serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting untuk
mendorong janin keluar. Apabila dalam persalinan
melakukan valsava maneuver (meneran) terlalu dini,
dilatasi serviks akan terhambat. Meneran akan
menyebabkan ibu lelah dan menimbulkan trauma
serviks.

 Passage (Jalan Lahir)


Jalan lahir terdiri dari panggul ibu yakni bagian
tulang yang padat, dasar panggul, vagina, dan
introitus (lubang vagina). Janin harus berhasil
menyesuikan dirinya dengan jalan lahir yang relatif

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 123


kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul
harus ditentukan sebelum persalinan dimulai. Tulang
panggul dibentuk oleh gabungan tulang ilium, tulang
iskium, tulang pubis, dan tulang-tulang sakrum.
Tulang ilium atau tulang usus merupakan tulang
terbesar dari panggul yang membentuk bagian atas
dan belakang panggul. Bagian atas merupakan
penebalan tulang yang disebut krista iliaka. Ujung
depan dan belakang krista iliaka yang menonjol
yakni spina iliaka anterosuperior dan spina iliaka
postesuperior. Terdapat benjolan tulang mamanjang
di bagian dalam tulang ilium yang membagi pelvis
mayor dan minor, disebut linea inominata atau linea
terminalis yang merupakan bagian dari pintu atas
panggul. Tulang isikum atau tulang duduk terdapat
di sebelah bawah tulang usus, sebelah samping
belakang menonjol yang disebut spina ichiadika.
Pinggir bawah tulang duduk sangat tebal (tuber
ichiadika) yang berfungsi menopang badan saat
duduk. Tulang pubis atau tulang kemaluan terdapat
di sebelah bawah dan depan tulang ilium dengan
tulang duduk dibatasi oleh formen obturatorium.
Tangkai tulang kemaluan yang berhubungan dengan
tulang usus disebut ramus superior tulang pubis. Di
depan kedua tulang ini berhubungan melalui
artikulasi atau sambungan yang disebut simfisis.
Tulang sakrum atau tulang kelangkangan yang
terletak diantara kedua tulang pangkal paha. Tulang
ini berbentuk segitiga dengan lebar di bagian atas
dan mengecil di bagian bawah. Tulang sakrum terdiri
dari 5 ruas tulang yang berhubungan erat.
Permukaan depan licin dengan lengkungan dari atas

124 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


ke bawah dan dari kanan ke kiri. Pada sisi kanan dan
kiri di garis tengah terdapat lubang yang dilalui oleh
saraf yang disebut foramen sakralia anterior. Tulang
kelangkang yang paling atas mempunyai tonjolan
besar ke depan yang disebut promontorium. Bagian
samping tulang kelangkang berhubungan dengan
tulang pangkal paha melalui artikulasi sarco-illiaca.
Ke bawah tulang kelangkang berhubungan dengan
tulang tungging atau tulang koksigis. Tulang
koksigis atau tulang tungging merupakan tulang
yang berbentuk segitiga dengan ruas 3 sampai 5 buah
yang menyatu. Pada tulang ini terdapat hubungan
antara tulang sakrum dengan tulang koksigis yang
disebut artikulasi sarco-koksigis. Diluar kehamilan
artikulasi hanya memungkinkan mengalami sedikit
pergeseran, tetapi pada kehamilan dan persalinan
dapat mengalami pergeseran yang cukup longgar
bahkan ujung tulang koksigis dapat bergerak ke
belakang sampai sejauh 2,5 cm pada proses
persalinan. Panggul memiliki empat bidang yang
menjadi ciri khas dari jalan lahir yakni pintu atas
panggul (PAP), bidang terluas panggul, bidang
tersempit panggul, dan pintu bawah panggul. Jalan
lahir merupakan corong yang melengkung ke depan
panjangnya 4,5 cm dan belakang 12,5 cm. Pintu atas
panggul menjadi pintu bawah panggul seolah-olah
berputar 90 derajat terjadi pada bidang tersempit
panggul. Pintu bawah panggul bukan merupakan
satu bidang tetapi dua bidang segitiga. Pintu atas
panggul (PAP) merupakan bagian dari pelvis minor
yang terbentuk dari promontorium, tulang sakrii,
linea terminalis, dan pinggir atas simfisis. Jarak

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 125


antara simfisis dan promontorium sekitar 11 cm.
Yang disebut konjungata vera. Jarak terjauh garis
melintang pada PAP adalah 12,5 sampai 13 cm yang
disebut diameter transvera. Bidang dengan ukuran
terbesar atau bidang terluas panggul merupakan
bagian yang terluas dan berbentuk seperti lingkaran.
Bidang ini memiliki batas anterior yakni pada titik
tengah permukaan belakang tulang pubis. Pada
lateral sepertiga bagian atas dan tengah foramen
obturatorium, sedangkan batas posterior pada
hubungan antara vertebra sakralis kedua dan ketiga.
Bidang dengan ukuran terkecil atau bidang tersempit
panggul merupakan bidang terpenting dalam
panggul yang memiliki ruang yang paling sempit
dan di tempat ini paling sering terjadi macetnya
persalinan. Bidang ini terbentang dari apeks sampai
arkus subpubis melalui spina ichiadika ke sakrum,
biasanya dekat dengan perhubungan antara vertebra
sakralis ke 4 dan ke 5. Bidang tersempit panggul
memiliki batas-batas yakni pada tepi bawah simfisis
pubis, garis putih pada fasia yang menutupi foramen
obturatorium, spina ischiadika, ligamentum
sacrospinosum, dan tulang sakrum. Pintu bawah
panggul ialah batas bawah panggul sejati. Dilihat
dari bawah, struktur ini berbentuk lonjong, seperti
intan, di bagian anterior dibatasi oleh lengkung
pubis, di bagian lateral dibatasi oleh tuberosita
isikum, dan dibagian posterior dibatasi oleh ujung
koksigeum.
Bidang hodge berfungsi untuk menentukan sampai
dimana bagian terendah janin turun ke panggul pada
proses persalinan. Bidang hodge tersebut antara lain:

126 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


1) Hodge I merupakan bidang yang dibentuk pada
lingkaran PAP dengan bagian atas simfisis dan
promontorium
2) Hodge II yakni bidang yang sejajar Hodge I
setinggi bagian bawah simfisis
3) Hodge III yakni bidang yang sejajar Hodge I
setinggi spina ischiadika
4) Hodge IV merupakan bidang yang sejajar Hodge I
setinggi tulang koksigis

 Passanger (Janin dan Plasenta)


Perubahan mengenai janin sebagai passenger
sebagian besar dalah mengenai ukuran kepala janin,
karena kepala merupakan bagian terbesar dari janin
dan paling sulit untuk dilahirkan. Adanya celah
antara bagian- bagian tulang kepala janin
memungkinkan adanya penyisipan antara bagian
tulang sehingga kepala janin dapat mengalami
perubahan bentuk dan ukuran, proses ini disebut
molase. Faktor lain yang berpengaruh terhadap
persalinan adalah faktor janin, yang meliputi berat
janin, letak janin, posisi sikap janin (habilitus), serta
jumlah janin. Pada persalinan normal yang berkaitan
dengan passenger antara lain: janin bersikap fleksi
dimana kepala, tulang punggung, dan kaki berada
dalam keadaan fleksi, dan lengan bersilang di dada.
Taksiran berat janin normal adalah 2500-3500 gram
dan DJJ normal yaitu 120-160x/menit.

 Psikis ibu bersalin


Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis
yang menyertai kehidupan hampir setiap wanita.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 127


Pada umumnya persalinan dianggap hal yang
menakutkan karena disertai nyeri hebat, bahkan
terkadang menimbulkan kondisi fisik dan mental
yang mengancam jiwa. Nyeri merupakan fenomena
yang subjektif, sehingga keluhan nyeri persalinan
setiap wanita tidak akan sama, bahkan pada wanita
yang samapun tingkat nyeri persalinannya tidak
akan sama dengan nyeri persalinan yang
sebelumnya. Sehingga persiapan psikologis sangat
penting dalam menjalani persalinan. Jika seorang ibu
sudah siap dan memahami proses persalinan maka
ibu akan mudah bekerjsama dengan petugas
kesehatan yang akan menolong persalinannya.
Dalam proses persalinan normal, pemeran utamanya
adalah ibu yang disertai dengan perjuangan dan
upayanya. Sehingga ibu harus meyakini bahwa ia
mampu menjalani proses persalinan dengan lancar.
Karena jika ibu sudah mempunyai keyakinan positif
maka keyakinan tersebut akan menjadi kekuatan
yang sangat besar saat berjuang mengeluarkan bayi.
Sebaliknya, jika ibu tidak semangat atau mengalami
ketakutan yang berlebih maka akan membuat proses
persalinan menjadi sulit.

 Penolong persalinan
Orang yang berperan sebagai penolong persalinan
adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas
dalam menolong persalinan, antara lain: dokter,
bidan, perawat maternitas dan petugas kesehatan
yang mempunyai kompetensi dalam pertolongan
persalinan, menangani kegawataruratan serta
melakukan rujukan jika diperlukan. Petugas

128 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


kesehatan yang memberi pertolongan persalinan
dapat menggunakan alat pelindung diri, serta
melakukan cuci tangan untuk mencegah terjadinya
penularan infeksi dari pasien. Pemanfaatan
pertolongan persalinan oleh tenaga professional di
masyarakat masih sangat rendah dibandingkan
dengan target yang diharapkan. Pemilihan penolong
persalinan merupakan faktor yang menentukan
terlaksananya proses persalinan yang aman.

Latihan
Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada
Bab ini secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan
sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap
Bab tentang Faktor yang mempengaruhi persalinan. Adapun
soal yang digunakan untuk latihan adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan tentang tentang faktor Power.
b. Jelaskan tentang faktor Passage.
c. Jelaskan tentang faktor Passanger.
d. Jelaskan tentang faktor psikis ibu bersalin.
e. Jelaskan tentang faktor penolong persalinan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 129


Soal Latihan
1. Seorang Ibu hamil usia 27 tahun, G II, PI, A0, hamil 39
minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Apakah asuhan saying
ibu yang diberikan ?
a. Menganjurkan banyak istirahat
b. Menganjurkan ibu berbaring terlentang
c. Menganjurkan ibu mengedan
d. Menganjurkan ibu jalan-jalan sampai pembukaan
lengkap
e. Menganjurkan ibu posisi setengah duduk

2. Seorang ibu hamil usia 27 tahun, GII, P I, A0 hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Apa tanda inpartu
pada kala I fase aktif yang tepat?
a. His adekuat disertai dengan adanya keluar lender
serviks
b. His adekuat disertai dengan adanya pembukaan
serviks
c. His adekuat disertai dengan adanya penipisan
serviks

130 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


d. His adekuat disertai dengan adanya pendataran
serviks
e. His adekuat disertai dengan adanya keluar darah
serviks

3. Seorang ibu hamil usia 27 tahun, GII, P I, A0 hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Bagaimana konseling
yang paling tepat diberikan ibu tersebut?
a. Menjelaskan proses persalinan
b. Menjelaskan cara persalinan
c. Menjelaskan resiko persalinan
d. Menjelaskan tanda persalinan
e. Menjelaskan sebab persalinan

4. Seorang perempuan usia 28 tahun telah melahirkan bayi


sehat dan normal di PMB, TTV ibu normal, saat ini bidan
sedang melakukan pemeriksaan pengeluaran plasenta
dengan cara meletakkan tangan disertai tekanan pada
atas simfisis, tali pusat di tegangkan maka bila tali pusat
masuk (belum lepas), jika diam atau maju (sudah lepas).
Apa metode pengeluaran plasenta yang dilakukan oleh
bidan ?
a. Kustner
b. Klein
c. Strassman
d. Duncan
e. Schultze

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 131


5. Seorang wanita usia 23 tahun, P1 A0 mengatakan bahwa
6 jam yang lalu melahirkan anak pertama normal, BB 2800
gram, PB 47 cm. mengeluh kelelahan, perut mules dan
belum BAK, tampak pasif. Hasil pemeriksaan TTV
normal, Lochea berisi darah segar, sisa selaput ketuban.
Berapa berat uterus pada kasus tersebut ?
a. 50 gram
b. 250 gram
c. 350 gram
d. 500 gram
e. 750 gram

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Dosen memberikan penilaian dari hasil latihan dan diskusi dan
menindaklanjuti dengan memberikan masukan kepada
mahasiswa terkait capaian pembelajaran yang harus dikuasai
dalam bab ini.

Daftar Pustaka
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui
Dini. Jakarta: Jhplego.
Marmi, S.ST. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rohani, S.ST., dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta : Salemba Medika
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Penerbit Erlangga.
Sujiyatini, S.SiT, M.Keb, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II
(Persalinan). Yogyakarta: Rohima Press
Yanti, S.ST, M.Keb. 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan
Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama

132 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


BAB VII

MANAJEMEN NYERI

A. PENDAHULUAN
Deskripsi BAB
Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
dapat menguasai manajemen nyeri dalam persalinan.

Tujuan atau Sasaran Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan tentang definisi nyeri persalinan dengan
benar
b. Menjelaskan penyebab nyeri persalinan dengan benar
c. Menjelaskan tingkat nyeri persalinan dengan benar
d. Menjelaskan fisiologi nyeri persalinan dengan benar
e. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi rasa nyeri
persalinan dengan benar

Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa adalah memahami tentang materi konsep dasar
nyeri dalam persalinan.

B. PENYAJIAN
1. Definisi Nyeri
Nyeri merupakan suatu pengalaman pribadi, subjektif,
yang dipengaruhi oleh budaya, persepsi seseorang,

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 133


perhatian dan variabel-variabel psikologis lain, yang
mengganggu perilaku berkelanjutan dan memotivasi
setiap untuk mencoba untuk menghentikan rasa sakit
tersebut. Nyeri juga merupakan suatu pengalaman secara
emosional dan berhubungan dengan perasaan yang tidak
enak yang dihubungkan dengan kerusakan jaringan
secara nyata atau potensial.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial. Nyeri merupakan alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.
Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau
pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan
lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun.
Nyeri merupakan pengalaman perasaan tidak enak/tidak
menyenangkan dari sensori maupun emosional seseorang
yang disebabkan adanya stimulus yang berhubungan
dengan resiko dan aktualnya kerusakan jaringan tubuh,
bersifat subyektif dan sangat individual, dipengaruhi oleh
budaya, persepsi seseorang, perhatian dan variabel-
variabel psikologis lain, yang mengganggu perilaku
berkelanjutan serta memotivasi setiap orang yaang
mangalami nyeri untuk mencoba untuk menghentikan
rasa sakit tersebut.
2. Persepsi Nyeri
Persepsi nyeri merupakan proses dimana stimulus nyeri
disalurkan dari tempat terjadinya stimulus menuju sistem
saraf pusat. Proses tersebut biasanya dimulai dari sebagai
berikut:
o Kontak dengan stimulus yang dapat berupa rasa
tekan, rasa tusuk, teriris, kimia dan luka bakar.

134 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


o Penerimaan rangsang (reception) dimana ujung saraf
menerima stimulus.
o Proses tranmisi (transmission) dimana saraf akan
menghantarkan sinyal nyeri menuju susunan saraf
pusat. Penghantaran informasi selalu melibatkan
beberapa neuron pada susunan saraf pusat,
kemudian penerimaan rangsang nyeri pada pusat
nyeri susunan saraf pusat ,selanjutnya otak
menerima informasi(sinyal) dan memerintahkan
organ untuk bereaksi.

Persepsi individu terhadap nyeri tergantung pada dua


faktor yaitu faktor fisiologis dan faktor psikososial.
o Faktor fisiologis
Nyeri yang dialami oleh seseorang dapat terjadi atau
dirasakan melalui beberapa tahapan. Ujung saraf
(reseptor) di tempat terjadinya kerusakan jaringan
menuju lintasan serabut aferen saraf spinal, ganglion
spinalis pada radik posterior medulla spinalis,
kemudian dihantarkan dengan jaras/traktus asenden
hingga ke pusat nyeri ke susunan saraf pusat.
o Faktor psikososial
Pengalaman masa lalu, sistem nilai berkaitan dengan
nyeri, harapan keluarga, lingkungan, emosi, serta
budaya yang ada.

3. Bentuk-bentuk nyeri
Rasa nyeri akan dirasakan oleh seseorang dalam beberapa
bentuk. Terdapat dua bentuk sindrom nyeri yaitu Nyeri
Akut dan Nyeri kronis.
o Nyeri akut (Nyeri Nosiseftif)
Nyeri akut sering juga disebut nyeri nosiseftif adalah

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 135


nyeri yang berlangsung bersamaan dengan masih
adanya kerusakan jaringan. Nyeri akut adalah nyeri
yang berlangsung secara singkat misal: Nyeri yang
diakibatkan oleh pembedahan abdomen, rasa nyeri
ini tidak melebihi enam bulan. Serangan mendadak
dari sebab yang sudah diketahui dan daerah yang
nyeri biasanya dapat diketahui. Nyeri akut biasanya
ditandai dengan peningkatan tegangan otot, cemas
yang keduanya meningkatkan persepsi nyeri.
o Nyeri kronis
Nyeri yang berlangsung lebih dari enam bulan
biasanya diklasifikasikan sebagai nyeri kronis, baik
sumber nyeri itu diketahui atau tidak, atau nyeri itu
tidak bisa disembuhkan, penginderaan nyeri menjadi
lebih dalam sehingga sukar bagi penderita untuk
menunjukkan lokasinya.

4. Pengkajian persepsi nyeri


Nyeri atau rasa sakit merupakan suatu pengalaman
sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan,
biasanya berkaitan dengan adanya kerusakan jaringan
atau yang berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan
tubuh. Nyeri merupakan kondisi yang membuat
seseorang merasa tidak nyaman bahkan bisa berlanjut
menimbulkan gangguan rasa aman atau terancam
kehidupan. Rasa nyeri sangat individual, banyak faktor
yang mempengaruhi sehingga menimbulkan pressepsi
yang berbeda-beda antara individu satu dengan lainya.
Sehingga penengkajian bisa berbeda-beeda pula
tergantung siapa yang akan kita kaji, berapa umur, apa
ras dan dalam kondisi yang bagaimana. Ada beberapa
cara pengkajian nyeri

136 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


o Pengkajian Nyeri berdasakan PQRST
o skala Wong-Baker FACES Pain Rating Scale
o Skala Nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale).
o Self-report measure
o Verbal Rating Scale (VRS)
o Numeral rating scale (NRS)

Akronim PQRST ini digunakan untuk mengkaji keluhan


nyeri pada pasien yang meliputi:
o Provokes/palliates : Pengkajian provokatif/paliatif
dapat dikaji dengan menanyakan apa yang
menyebabkan nyeri? Apa yang membuat nyerinya
lebih baik? apa yang menyebabkan nyerinya lebih
buruk? apa yang anda lakukan saat nyeri? apakah
rasa nyeri itu membuat anda terbangun saat tidur?.
o Quality : Mengkaji Qualitas/ quantitas rasa nyeri
dapat dilakukan dengan mengkaji Seberapa berat
keluhan nyeri yang dirasakan pasien? bisakah anda
menggambarkan rasa nyerinya? apakah seperti diiris,
tajam, ditekan, ditusuk tusuk, rasa terbakar, kram,
kolik, diremas? (biarkan pasien mengatakan dengan
kata-katanya sendiri.
o Region and Radiates: Region atau radiasi merupakan
lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan atau
ditemukan. Radiasi diilihat dengan menanykan
apakah nyeri juga dirasakanmenyebar ke daerah lain,
atau menyebar kedaerah yang lebih luas apakah
nyerinya menyebar? Menyebar kemana? Apakah
nyeri terlokalisasi di satu titik atau bergerak?
o Scale / Severity : Skala Severity dartikan sebagai skala
kegawatan yang dapat dilihat menggunakan CPOT
untuk gangguan kesadaran atau skala nyeri ukuran

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 137


lain yang berkaitan dengan keluhan pasien seberapa
parah nyerinya? Dari rentang skala 0-10 dengan 0
tidak ada nyeri dan 10 adalah nyeri hebat
o Time : Timing merupakan catatan waktu dimana kita
akan menayakan kapan keluhan nyeri tersebut mulai
ditemukan / dirasakan, seberapa sering keluhan
nyeri tersebut dirasakan / terjadi. Ditanyakan juga
apakah terjadi secara mendadak atau bertahapkapan
nyeri itu timbul? apakah onsetnya cepat atau lambat?
berapa lama nyeri itu timbul? apakah terus menerus
atau hilang timbul? apakah pernah merasakan nyeri
ini sebelumnya?apakah nyerinya sama dengan nyeri
sebelumnya atau berbeda?

5. Skala Wong-Baker FACES Pain Rating Scale


Wong-Baker FACES Pain Rating Scale adalah cara
mengkaji tingkat nyeri dengan melihat ekspresi wajah
saat nyeri dirasakan. Skala nyeri yang satu ini tergolong
mudah untuk dilakukan karena hanya dengan melihat
ekspresi wajah pasien pada saat bertatap muka tanpa kita
menanyakan keluhannya. Penilaian skala nyeri ini
dianjurkan untuk usia 3 tahun ke atas.
Berikut skala nyeri yang kita nilai berdasarkan ekspresi
wajah: skala nyeri Skala nyeri berdasarkan ekspresi wajah
Penilaian Skala nyeri dari kiri ke kanan:
1) Wajah Pertama : Sangat senang karena ia tidak
merasa sakit sama sekali.
2) Wajah Kedua : Sakit hanya sedikit.
3) Wajah ketiga : Sedikit lebih sakit.
4) Wajah Keempat : Jauh lebih sakit.
5) Wajah Kelima : Jauh lebih sakit banget.
6) Wajah Keenam : Sangat sakit luar biasa sampai-

138 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


sampai menangis

6. Comparative Pain Scale (Skala Nyeri 0-10)


Rasa nyeri seseorang berbeda-beda antar satu dengan
lainya. Nyeri yang dirasakan seseorang memiliki
tingkatan, yaitu nyeri ringan, nyeri sedang, atau nyeri
berat. Lebih lanjut kita istilahkan sebagai Skala Nyeri.
Praktisi kesehatan harus dapat mengetahui tingkat nyeri
atau seberapa besar nyeri dirasakan oleh pasein. Skala
nyeri ini akan membantu praktisi kesehatan dalam
menentukan sebserapa besar nyeri dirasakan oleh pasien,
membedakan tingkat beratnya suatu penyakit sehingga
dapat membantu menegakkan diagnosis yang akurat,
membantu merencanakan intervensi keperawatan atau
pengobatan yang tepat, dan mengevaluasi
efektivitasintervensi keperawatan dan pengobatan yang
telah diberikan. Penilaian tingkat nyeri dengan
menggunakan Skala Nyeri 0-10 (Comparative Pain Scale).
1) 0 = Tidak ada rasa sakit. Merasa normal.
2) 1 nyeri hampir tak terasa (sangat ringan) = Sangat
ringan, seperti gigitan nyamuk. Sebagian besar waktu
Anda tidak pernah berpikir tentang rasa sakit. 2
(tidak menyenangkan) = nyeri ringan, seperti cubitan
ringan pada kulit.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 139


3) 3 (bisa ditoleransi) = nyeri Sangat terasa, seperti
pukulan ke hidung menyebabkan hidung berdarah,
atau suntikan oleh dokter.
4) 4 (menyedihkan) = Kuat, nyeri yang dalam, seperti
sakit gigi atau rasa sakit dari sengatan lebah.
5) 5 (sangat menyedihkan) = Kuat, dalam, nyeri yang
menusuk, seperti pergelangan kaki terkilir
6) 6 (intens) = Kuat, dalam, nyeri yang menusuk begitu
kuat sehingga tampaknya sebagian mempengaruhi
sebagian indra Anda, menyebabkan tidak fokus,
komunikasi terganggu.
7) 7 (sangat intens) = Sama seperti 6 kecuali bahwa rasa
sakit benarbenar mendominasi indra pasien. Hal ini
menyebabkan pasien tidak dapat berkomunikasi
dengan baik dan tak mampu melakukan perawatan
diri.
8) 8 (benar-benar mengerikan) = Nyeri begitu kuat
sehingga Anda tidak lagi dapat berpikir jernih, dan
sering mengalami perubahan kepribadian yang
parah jika sakit datang dan berlangsung lama.
9) 9 (menyiksa tak tertahankan) = Nyeri begitu kuat
sehingga Anda tidak bisa mentolerirnya dan sampai-
sampai menuntut untuk segera menghilangkan rasa
sakit apapun caranya, tidak peduli apa efek samping
atau risikonya.
10) 10 (sakit tak terbayangkan tak dapat diungkapkan) =
Nyeri begitu kuat tak sadarkan diri. Kebanyakan
pasien tidak pernah mengalami skala rasa sakit ini.
Karena biasanya pasien sudah keburu pingsan.
Sebagai contoh pada pasien yang mengalami
kecelakaan parah, tangan hancur, dan kesadaran
akan hilang sebagai akibat dari rasa sakit yang luar

140 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


biasa parah. Untuk kemudahan penilaian dapat
dilakukan dengan Pengelompokan, yaitu
 Skala nyeri 1-3 berarti Nyeri Ringan (masih bisa
ditahan, aktifitas tak terganggu)
 Skala nyeri 4-6 berarti Nyeri Sedang (menganggu
aktifitas fisik)
 Skala nyeri 7-10 berarti Nyeri Berat. Biasanya
pasien tidak dapat melakukan aktifitas secara
mandiri.

7. Verbal Rating Scale (VRS)


Verbal Rating Scale (VRS) merupakan cara pemeriksaan
intensitas nyeri dengan menggunakan angka pada setiap
kata yang sesuai. Umumnya penilaian diberikan dengan
angka pada setiap kata sifat sesuai dengan intensitas
nyeri yang dirasakan oleh pasien. VRS juga merupakan
alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk
menggambarkan tingkat rasa nyeri pada setiap intensitas
yang berbeda. Cara penilaian yaitu dari range dari
―none/no pain‖ hingga‖extrem pain/nyeri hebat/very
severe‖. Cara penilaian dengan menggunakan skala 5
point, sebagai berikut
Kelemahan/keterbatasan dari VRS yaitu adanya ketidak
mampuan pasien utnuk menghubungkan kata sifat yang
tepat untuk menilai rasa nyerinya. Selain itu juga apabila
pasein buta huruf/mengenali angka yang dapat
digunakan untuk mewakili rasa nyeri.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 141


8. Visual Analogue Scale (VAS)
Visual Analogue Scale (VAS) merupakan alat pengukuran
rasa nyeri yaitu untuk mengukur intensitas/tingkat nyeri
yang dirasakan pasien. VAS dilakukan dengan cara
khusus yaitu membuat 10-15 cm garis, dimana ssetiap
ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri. Ujung
sebelah kiri diberi tanda tidak ada nyeri/ ―no pain‖ dan
ujung kanan diberi tanda nyeri hebat/ ―bad pain‖. Pasien
diminta untuk menandai garis tersebut sesuai dengan
level nyeri yang dirasakan. Selanjutnya jarak penandaan
diukur dari batas kiri hingga pada tanda yang dibuat oleh
pasien (ukuran mm), dan ini merupakan score yang
menunjukkan level nyeri yang dirasakan oleh pasien.

9. Numeral Rating Scale (NRS)


Numerik Rating Scale (NRS) adalah alat ukur tingkat
nyeri dimana cara penilaian dengan meminta pasien
untuk menilai rasa nyeri yang dirasakan sesuai dengan
level/tingkatan rasa nyerinya. Pada metode ini intensitas
nyeri akan ditanyakan kepada pasien, kemudian pasien
diminta untuk menunjuk angka sesuai dengan
derajat/tingkat nyeri yang dirasakan. Derajat nyeri
diukur dengan skala 0-10 (Loretz, 2005). Tingkat nyeri

142 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


diukur atas dasar: tidak nyeri (none: 0), sedikit nyeri
(mild: 1-3), nyeri sedang (moderate: 4-6) dan nyeri hebat
(severe: 7-10).

10. Cara Menilai Tingkat Nyeri


Ada 3 jenis pengukuran tingkat nyeri yaitu :
a. Self-report measure
Pengukuran tingkat nyeri dengan metose Self-report
measure adalah dengan cara pasien diminta untuk
menilai sendiri rasa nyeri yang dirasakan apakan
nyeri yang berat (sangat nyeri), kurang nyeri & nyeri
sedang., kemudian dicatat sendiri sebagai cataqtan
harian rasa nyeri. Menggunakan buku harian
merupakan cara lain untuk mendapati informasi baru
mengenai nyerinya apabila rasa nyerinya tetap
menerus atau menetap atau kronik. Cara ini amat
sangat membantu buat mengukur pengaruh nyeri
pada kehidupan pasien tersebut. Penilaian terhadap
intensitas nyeri, kondisi psikologi dan emosional atau
kondisi affektif nyeri juga dapat dicatat
b. Observational measure (Pengukuran secara
observasi)
Observasional measure merupakan jenis metode lain
dari pengukuran tingkat nyeri. Pengukuran jenis ini
relatif membutuhkan biaya yang agak besar karena

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 143


memerlukan waktu yang agak lama. Pada umumnya
bentuk pengukuran tingkat nyeri ini mengandalkan
pada tenaga terapis untuk mencapai
kelengkapan/kesempurnaan dalam pengukuran dari
berbagai faktor pengalaman nyeri dan kebanyakan
berkaitan dengan perilaku penderita. Pengukuran ini
dimungkinkan kurang sensitif terhadap komponen
subyektif dan affektif dari rasa nyeri.
c. Pengukuran fisiologis
Perubahan biologis dapat digunakan sebagai
pengukuran tidak langsung dari nyeri yang
dirasakan pasien. Pada dasarnya tubuh mempunyai
kemampuan homeostatis sehingga respon biologis
pada 26 Buku ajar Manajemen Nyeri Dalam Proses
Persalinan (Non Farmaka) nyeri akut dapat
distabilkan dalam waktu beberapa waktu karena
tubuh berusaha mejbuat pemulihan. Sebagai contoh,
pernafasan, denyut nadi dapat menunjukkan
beberapa perubahan yang kecil pada awal migrain
apabila terjadi serangan yang tiba-tiba dan keras,
tetapi beberapa waktu setalah kejadian perubahan
tersebut akan kembali seperti sebelum penderta
mengalami migrain. Pengukuran fisiologis
bermanfaat dalam keadaan dimana pengukuran
secara observasi lebih sulit untuk dilakukan.

144 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


11. Hal-hal yang harus diperhatikan tentang nyeri
Hal-hal yang harus diperhatikan tentang nyeri adalah
sebagai berikut:
o Karakteristik nyeri, termasuk letak, durasi (menit,
jam, hari, bulan, dan sebagainya), irama (misal, terus
menerus, hilang timbul, periode bertambah dan
kurangnya itensitas atau keberadaan dari nyeri) dan
kualitas (misal nyeri seperti ditusuk, seperti terbakar,
sakit, nyeri seperti digencet).
o Faktor-faktor yang meredakan nyeri (misal gerakan,
kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-
obat bebas dan sebagainya.
o Efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari-hari
(misal tidur, nafsu makan, berkonsentrasi, interaksi
dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja dan
aktifitas-aktifitas santai).
o Kekhawatiran individu tentang nyeri dapat meliputi
berbagai masalah yang luas seperti beban ekonomi,
prognosis, pengaruh terhadap peran dan perubahan
citra diri.
o Mengkaji respon fisiologis dan perilaku terhadap
nyeri

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 145


12. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan reaksi
terhadap nyeri
Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain: usia,
jenis kelamin, budaya, pemahaman nyeri, perhatian,
kecemasan, kelelahan, pengalaman masa lalu, pola
koping, keluarga dan dukungan social.
a. Umur
Umur/usia adalah lamanya seseorang dapat hidup
didunia, makin bertambah umur kemampuan panca
indera seseorang terjadi penurunan. Pengaruh usia
pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak
diketahui secara luas. Pengkajian nyeri pada lansia
mungkin sulit karena perubahan fisiologis dan
psikologis yang menyertai proses penuaan. Anak
yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam
memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang
dapat menyebabkan nyeri, pada pasien lansia sering
kali memiliki sumber nyeri lebih dari satu.
b. Jenis Kelamin Secara umum pria dan wanita tidak
berbeda signifikan dalam berespon terhadap nyeri,
hanya beberapa budaya yang menganggap bahwa
seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak
boleh menangis dibandingkan anak perempuan
dalam situasi yang sama ketika merasakan nyeri.
c. Pendidikan: Makin tinggi pendidikan seseorang
makin banyak pula kemampuan yang dimiliki.
Sebaliknya pendidikan yang kurang akan
menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan.
d. Paritas Paritas merupakan jumlah anak yang
dilahirkan oleh ibu. Pada ibu bersalin yang memiliki
anak lebih dari satu akan lebih dapat mempersiapkan

146 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


diri pada saat menghadapi persalinan berdasarkan
pada pengalaman nyeri terdahulu.
e. Pengalaman Masa Lalu Adalah menarik untuk
berharap dimana individu yang mempunyai
pengalaman multipel dan berkepanjangan dengan
nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran
terhadap nyeri dibanding orang yang mengalami
sedikit nyeri. Seseorang yang terbiasa merasakanan
nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi
nyeri daripada individu yangmempunyai
pengalaman sedikit tentang nyeri.
f. Kecemasan (ansietas) Meskipun umum diyakini
bahwa kecemasan akan meningkatkan nyeri,
mungkin tidak seluruhnya benar dalam semua
keadaan. Hubungan antara nyeri dan ansietas
bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan seseorang
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, akan tetapi
nyeri juga dapat menimbulkan perasaan ansietas.
g. Budaya Orang belajar dari budayanya, bagaimana
seharusnya mereka berespon terhadap nyeri. Budaya
dan etniksitas mempunyai pengaruh pada
bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri.
h. Makna Nyeri Makna nyeri pada seseorang
mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang
beradaptasi terhadap nyeri.
i. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri.
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan
tingkat keparahan pada masing-masing individu.
Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri.
j. Perhatian Tingkat perhatian seseorang terhadap
nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian
yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 147


respon nyeri sedangkan upaya pengalihan (distraksi)
dihubungkan dengan penurunan respon.
k. Keletihan Keletihan dan kelelahan yang dirasakan
seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan
menurunkan kemampuan koping individu.
l. Dukungan Keluarga dan Sosial Individu yang
mengalami nyeri seringkali membutuhkan
dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota
keluarga lain dan orang terdekat, walaupun nyeri
masih dirasakan oleh klien, kehadiran orang terdekat
akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.

13. Penatalaksanaan Nyeri


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang
aktual atau potensial. Nyeri merupakan alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.
Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau
pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan
lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun.
Perawat menghabiskan lebih banyak waktunya bersama
pasien yang mengalami nyeri dibanding tenaga kesehatan
lainnya. Perawat berperan dalam mengidentifikasi dan
mengatasi penyebab nyeri serta memberikan intervensi
yang tepat untuk mengurangi nyeri sehingga sangat
penting bagi perawat untuk mengetahui intervensi yang
tepat dalam mengurangi nyeri. Secara umum,
penatalaksanaan nyeri dikelompokkan menjadi dua, yaitu
penatalaksanaan nyeri secara farmakologi dan non
farmakologi.

148 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


o Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan
penggunaan opiat (narkotik), nonopiat/ obat AINS
(anti inflamasi nonsteroid), obat-obat adjuvans atau
koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat
opium, seperti morfin dan kodein. Narkotik
meredakan nyeri dan memberikan perasaan euforia.
Semua opiat menimbulkan sedikit rasa kantuk pada
awalnya ketika pertama kali diberikan, tetapi dengan
pemberian yang teratur, efek samping ini cenderung
menurun. Opiat juga menimbulkan mual, muntah,
konstipasi, dan depresi pernapasan serta harus
digunakan secara hatihati pada klien yang
mengalami gangguan pernapasan. Non opiat
(analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS seperti
aspirin dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri
dengan cara bekerja di ujung saraf perifer pada
daerah luka dan menurunkan tingkat mediator
inflamasi yang dihasilkan di daerah luka. Analgesik
adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk
tujuan selain penghilang nyeri tetapi obat ini dapat
mengurangi nyeri kronis tipe tertentu selain
melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat
penenang, sebagai contoh, dapat membantu
mengurangi spasme otot yang menyakitkan,
kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga klien
dapat tidur nyenyak. Antidepresan digunakan untuk
mengatasi depresi dan gangguan alam perasaan yang
mendasarinya, tetapi dapat juga menguatkan strategi
nyeri lainnya.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 149


o Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi
1) Stimulasi dan masase kutaneus.
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara
umum, sering dipusatkan pada punggung dan
bahu. Masase tidak secara spesifik menstimulasi
reseptor tidak nyeri pada bagian yang sama
seperti reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai
dampak melalui sistem kontrol desenden. Masase
dapat membuat pasien lebih nyaman karena
menyebabkan relaksasi otot.
2) Terapi es dan panas
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang
memperkuat sensitivitas reseptor nyeri dan
subkutan lain pada tempat cedera dengan
menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas
mempunyai keuntungan meningkatkan aliran
darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat
penyembuhan. Baik terapi es maupun terapi panas
harus digunakan dengan hati-hati dan dipantau
dengan cermat untuk menghindari cedera kulit.
3) Trancutaneus electric nerve stimulation
Trancutaneus electric nerve stimulation (TENS)
menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai
dengan elektroda yang dipasang pada kulit untuk
menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau
mendengung pada area nyeri. TENS dapat
digunakan baik untuk nyeri akut maupun nyeri
kronis.
4) Distraksi
Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian
pasien pada sesuatu selain pada nyeri dapat

150 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


menjadi strategi yang berhasil dan mungkin
merupakan mekanisme yang bertanggung jawab
terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Seseorang
yang kurang menyadari adanya nyeri atau
memberikan sedikit perhatian pada nyeri akan
sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi
terhadap nyeri. Distraksi diduga dapat
menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi
sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan
lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke
otak.
5) Teknik relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat
menurunkan nyeri dengan merilekskan
ketegangan otot yang menunjang nyeri. Hampir
semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan
manfaat dari metode relaksasi. Periode relaksasi
yang teratur dapat membantu untuk melawan
keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan
nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri.
6) Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah mengggunakan
imajinasi seseorang dalam suatu cara yang
dirancang secara khusus untuk mencapai efek
positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi
terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri
dapat terdiri atas menggabungkan napas berirama
lambat dengan suatu bayangan mental relaksasi
dan kenyamanan.
7) Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau
menurunkan jumlah analgesik yang dibutuhkan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 151


pada nyeri akut dan kronis. Keefektifan hipnosis
tergantung pada kemudahan hipnotik individu.

14. Definisi Nyeri persalinan


Persalinan adalah proses keluarnya bayi dan placenta
dari rahim ibu dengan masa gestasi yang cukup yaitu 38
sampai dengan 42 minggu. Persalinan normal adalah
proses pengeluaran fetus yang dapat hidup (viable),
plasenta, dan selaput membrane ke dunia luar melalui
jalan lahir. Persalinan normal adalah lahirnya fetus
tunggal yang aterm, persalinan spontan tanpa induksi
dan alat bantu yang terjadi dalam waktu 4-24 jam, serta
tidak mengalami komplikasi yang diikuti dengan
persalinan plasenta secara spontan. Persalinan
merupakan proses pengeluaran janin, plasenta dan
selaput janin dari rahim ibu. Proses persalinan ditandai
dengan adanya rasa nyeri akibat kontraksi dari rahim
yang secara fisiologis terjadi .
Proses persalinan diawali dengan kontraksi rahim yang
menimbulkan rasa nyeri dan tidak nyaman pada ibu yang
akan bersalin. Sebagian besar perempuan akan
mengalami nyeri selama persalinan. Rasa nyeri
persalinan bersifat individual, setiap individu akan
mempersepsikan rasa nyeri yang berbeda terhadap
stimulus yang sama tergantung pada ambang nyeri yang
dimilikinya. Nyeri merupakan sensasi yang tidak
menyenangkan yang diakibatkan oleh saraf sensorik yang
terdiri dari dua komponen fisiologis dan psikologis.
Komponen fisiologis merupakan proses penerimaan
impuls oleh saraf sensorik dan menyalurkan ke saraf
pusat. Sedangkan komponen psikologis meliputi
rekognisi sensasi, interpretasi rasa nyeri dan reaksi

152 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


terhadap hasil interpretasi rasa nyeri tersebut. Nyeri
persalinan adalah kontraksi miometrium merupakan
proses fisiologis dengan intensitas yang berbeda pada
masing-masing individu. Rasa nyeri yang dialami selama
persalinan bersifat unik pada setiap ibu dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain budaya,
takut, kecemasan, pengalaman persalinan sebelumnya,
persiapan persalinan dan dukungan. Rasa nyeri pada
persalinan adalah manaifestasi dari adanya kontraksi
(pemendekan) otot rahim. Kontraksi inilah yang
menimbulkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan
menjalar ke arah paha. Kontraksi ini menyebabkan
adanya pembukaan mulut rahim (serviks). Dengan
adanya pembukaan servik ini maka akan terjadi
persalinan.

15. Penyebab Nyeri Persalinan


Sebagaimana proses terjadinya nyeri yaitu adanya
kerudakan jaringan yang diakibatkan oleh beberapa
penyebab, maka nyeri persalinan juga terjadi diakibatkan
oleh adanya:
o Penekanan pada ujung-ujung saraf antara serabut
otot dari korpus fundus uterus
o Adanya iskemik miomerium dan serviks karena
kontraksi sebagai konsekuensi dari pengeluaran
darah dari uterus atau karena adanya vasokontriksi
akibat aktivitas berlebihan dari saraf simpatis
o Adanya proses peradangan pada otot uterus
o Kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim
menyebabkan rasa takut yang memacu aktivitas
berlebih dari system saraf simpatis.
o Adanya dilatasi dari serviks dan segmen bawah

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 153


rahim. Banyak data yang mendukung hipotesis nyeri
persalinan kala I terutama disebabkan karena dilatasi
serviks dan segmen bawah rahim oleh karena adanya
dilatasi, peregangan dan kemungkinan robekan
jaringan selama kontraksi.

16. Tingkat Nyeri Persalinan


Setiap proses persalinan berakibat rasa nyeri. Rasa nyeri
dari seseorang dalam proses persalinan sangat bervariasi,
tergantung dari bagaimana individu dan bagaimana ia
menggambarkan rasa nyeri tersebut.
o Nyeri merupakan pengalaman subyektif: Nyeri
dalam proses persalinan merupakan pengalaman
subyektif yang taimbul dari akibat perubahan fungsi
organ tubuh yang terlihat dalam menentukan
kemajuan proses persalinan melalui jalan lahir.
o Intensitas rasa nyeri yang dipersepsikan: Tingkat
nyeri persalinan digambarkan dengan intensitas
nyeri yang dipersepsikan olah ibu saat proses
persalinan. Intensitas nyeri tergantung dari sensasi
keparahan dari nyeri itu sendiri.
o Intensitas nyeri yang diukur dengan skala nyeri yang
dirasakan oleh seseorang: Intensitas rasa nyeri
persalinan dapat ditentukan dengan cara
menanyakan kepada pasien tentang tingkatan
intensitas atau merajuk pada skala nyeri. Hal ini
dilakukan ketika ibu tidak dapat menggambarkan
rasa nyeri. Contohnya, skala 0-10 (skala numeric),
skala deskriptif yang menggambarkan intensitas
tidak nyeri sampai nyeri yang tidak tertahankan,
skala dengan gambar kartun profil wajah dan
sebagainya.

154 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


o Intensitas nyeri rata-rata ibu bersalin kala I fase aktif
digambarkan dengan skala VAS sebesar 6,7 sejajar
dengan intensitas berat pada skala deskriptif.

17. Fisiologi Nyeri Persalinan


Pada dasarnya Rasa nyeri pada proses persalinan berbeda
dengan rasa nyeri yang dialami individu pada umumnya.
Perbedaan tersebut terletak pada :
o Proses fisiologis: Nyeri persalinan adalah proses
fisiologis, dimana ini terjadi karena adanya kontraksi
akibat proses hormonal dalam persalinan seperti
naiknya kadar oksitoksin, naiknya kadar
prostaglandin dan turunya kadar progresteron
o Perempuan dapat mengetahui bahwa ia akan
mengalami nyeri saat bersalin apalagi bila seseorang
telah mengalami atau berpengalaman sebelumnya,
sehingga hal tersebut dapat diantisipasi,
o Pengetahuan yang cukup tentang proses persalinan
akan membantu perempuan untuk mengatasi nyeri
persalinan yang bersifat intermiten (sementara),
o Konsentrasi perempuan pada bayi yang akan
dilahirkan akan membuat lebih toleran terhadap
nyeri yang dirasakan saat persalinan, karena ia lebih
berfokus pada harapan kelahiran bayinya.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 155


Nyeri yang dialami oleh perempuan dalam persalinan
diakibatkan oleh kontraksi uterus, dilatasi serviks; dan
pada akhir kala I dan pada kala II oleh peregangan vagina
dan dasar pelvis untuk menampung bagian presentasi.
Rasa tidak nyaman (nyeri) selama persalinan kala I
disebabkan oleh dilatasi dan penipisan serviks serta
iskemia uterus hal ini dikarenakan penurunan aliran
darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit akibat
kontraksi arteri miometrium, nyeri ini disebut nyeri
viseral. Sedangkan pada akhir kala I dan kala II, nyeri
yang dirasakan pada daerah perineum yang terjadi akibat
peregangan perineum, tarikan peritonium dan daerah
uteroservikal saat kontraksi, penekanan vesika urinaria,
usus dan struktur sensitif panggul oleh bagian terendah
janin, nyeri ini disebut nyeri somatic.

156 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Impuls rasa nyeri pada tahap pertama (Kala I) persalinan
ditransmisikan melalui segmen saraf spinalis T11-12 dan
saraf-saraf asesori torakal bawah serta saraf simpatik
lumbar atas. Saraf-saraf ini berasal dari korpus uterus dan
serviks. Rasa tidak nyaman akibat perubahan serviks dan
iskemia rahim disebut nyeri viseral. Nyeri ini berasal dari
bagian bawah abdomen dan menyebar kedaerah lumbar
punggung dan menurun ke femur. Impuls nyeri yang
berasal dari serviks dan korpus uteri ditransmisikan oleh
serabut saraf aferen melalui pleksus uterus, pleksus
pelviks, pleksus hipogastrik inferior, midle, posterior dan
masuk ke lumbal yang kemudian masuk ke spinal melaui
L1, T12, T11 dan T10. Biasanya ibu mengalami rasa nyeri
ini hanya selama kontraksi dan bebas dari rasa nyeri pada
interval antar kontraksi.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 157


Tahap kedua persalinan (Kala II) yakni tahap
pengeluaran bayi, ibu mengalami nyeri somatik atau
nyeri pada perineum. Rasa tidak nyaman pada perineum
ini timbul akibat peregangan jaringan perineum akibat
tekanan bagaian terendah janin, kandung kemih, usus
atau strukstur sensitif panggul yang lain. Impuls nyeri
pada tahap kedua persalinan (kala II) dihantar melalui
saraf pudendal menuju S1-4 dan sistem parasimpatis
jaringan perineum. Nyeri yang dirasakan terutama pada
daerah vulva dan sekitarnya serta pinggang. Nyeri tahap
ketiga (kala III) adalah nyeri lokal yang disertai kram dan
sensasi robekan akibat distensi dan laserasi serviks,
vagina atau jaringan perineum.

158 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Rasa nyeri pada alat-alat tubuh didaerah pelvis, terutama
pada daerah traktus genitalia interna disalurkan melalui
susunan saraf simpatik menyebabkan kontraksi dan
vasokonstriksi. Sebaliknya saraf parasimpatik mencegah
kontraksi dan menyebabkan vasodilatasi. Oleh karena itu
efeknya terhadap uterus yaitu bahwa simpatik menjaga
tonus uterus, sedangkan saraf parasimpatik mencegah
kontraksi uterus, jadi menghambat tonus uterus.
Pengaruh dari kedua jenis persarafan ini menyebabkan
terjadinya kontraksi uterus yang intermiten. Rangkaian
susunan saraf simpatik daerah pelvik terdiri dari tiga
rangkaian, yaitu rantai sakralis, plexsus haemorhoidalis
superior, dan pleksus hipogastrika superior.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 159


18. Faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan
Faktor yang mempengaruhi persalinan antara lain
budaya, respon psikologis (cemas, takut), pengalaman
persalinan, support system dan persiapan persalinan.
o Budaya
Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada
bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri.
o Respon psikologis (cemas, takut)
Respon psikologis seperti cemas dan takut akan
meningkatkan hormon katekolamin dan adrenalin.
Efeknya aliran darah akan berkurang dan oksigenasi
ke dalam otot uterus akan berkurang. Sebagai
konsekwensinya arteri akan mengecil dan
menyempit sehingga dapat meningkatkan rasa nyeri.

160 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


o Pengalaman persalinan
Individu yang mempunyai pengalaman persalinan
sebelumna lebih toleran terhadap nyeri dibanding
orang yang mengalami belum pernah bersalin dan
belum pernah merasakan nyeri persalinan. Seseorang
yang terbiasa merasakanan nyeri akan lebih siap dan
mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang
mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri
persalinan.
o Support system
Individu yang mengalami nyeri seringkali
membutuhkan dukungan (Support sistem), bantuan,
perlindungan dari anggota keluarga lain dan orang
terdekat. Walaupun nyeri masih dirasakan oleh klien,
kehadiran orang terdekat akan meminimalkan
kesepian dan ketakutan.
o Persiapan persalinan
Persiapan persalinan yang baik akan mempengaruhi
respon seseorang terhadap nyeri. Persiapan
persalinan yang baik diperlukan agar tidak terjadi
permasalahan psikologis seperti cemas dan takut
yang akan meningkatkan respon nyeri.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 161


Latihan
Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada
Bab ini secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan
sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap
Bab tentang manajemen nyeri dalam persalinan. Adapun soal
yang digunakan untuk latihan adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan tentang definisi nyeri persalinan dengan benar
b. Jelaskan tentang penyebab nyeri persalinan dengan benar
c. Jelaskan tentang tingkat nyeri persalinan dengan benar
d. Jelaskan tentang fisiologi nyeri persalinan dengan benar
e. Jelaskan tentang faktor yang mempengaruhi rasa nyeri
persalinan dengan benar

Soal Latihan
1) Seorang Ibu hamil usia 27 tahun, G II, PI, A0, hamil 39
minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Apakah asuhan saying
ibu yang diberikan ?
a. Menganjurkan banyak istirahat
b. Menganjurkan ibu berbaring terlentang
c. Menganjurkan ibu mengedan
d. Menganjurkan ibu jalan-jalan sampai pembukaan
lengkap
e. Menganjurkan ibu posisi setengah duduk

162 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


2) Seorang ibu hamil usia 27 tahun, GII, P I, A0 hamil 39
minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Apa tanda inpartu
pada kala I fase aktif yang tepat?
a. His adekuat disertai dengan adanya keluar lender
serviks
b. His adekuat disertai dengan adanya pembukaan
serviks
c. His adekuat disertai dengan adanya penipisan
serviks
d. His adekuat disertai dengan adanya pendataran
serviks
e. His adekuat disertai dengan adanya keluar darah
serviks

3) Seorang ibu hamil usia 27 tahun, GII, P I, A0 hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Bagaimana konseling
yang paling tepat diberikan ibu tersebut?
a. Menjelaskan proses persalinan
b. Menjelaskan cara persalinan
c. Menjelaskan resiko persalinan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 163


d. Menjelaskan tanda persalinan
e. Menjelaskan sebab persalinan

4) Seorang perempuan usia 28 tahun telah melahirkan bayi


sehat dan normal di PMB, TTV ibu normal, saat ini bidan
sedang melakukan pemeriksaan pengeluaran plasenta
dengan cara meletakkan tangan disertai tekanan pada
atas simfisis, tali pusat di tegangkan maka bila tali pusat
masuk (belum lepas), jika diam atau maju (sudah lepas).
Apa metode pengeluaran plasenta yang dilakukan oleh
bidan ?
a. Kustner
b. Klein
c. Strassman
d. Duncan
e. Schultze

5) Seorang wanita usia 23 tahun, P1 A0 mengatakan bahwa


6 jam yang lalu melahirkan anak pertama normal, BB
2800 gram, PB 47 cm. mengeluh kelelahan, perut mules
dan belum BAK, tampak pasif. Hasil pemeriksaan TTV
normal, Lochea berisi darah segar, sisa selaput ketuban.
Berapa berat uterus pada kasus tersebut ?
a. 50 gram
b. 250 gram
c. 350 gram
d. 500 gram
e. 750 gram

164 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Dosen memberikan penilaian dari hasil latihan dan diskusi dan
menindaklanjuti dengan memberikan masukan kepada
mahasiswa terkait capaian pembelajaran yang harus dikuasai
dalam bab ini.

Daftar Pustaka
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui
Dini. Jakarta: Jhplego.
Marmi, S.ST. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rohani, S.ST., dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta : Salemba Medika
Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Penerbit Erlangga.
Sujiyatini, S.SiT, M.Keb, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II
(Persalinan). Yogyakarta: Rohima Press
Yanti, S.ST, M.Keb. 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan
Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 165


BAB VIII

MEKANISME PERSALINAN

A. PENDAHULUAN
Deskripsi BAB
Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
dapat menguasai materi mekanisme persalinan.

Tujuan atau Sasaran Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan tentang tanda – tanda permulaan persalinan
b. Menjelaskan tentang tanda-tanda npartu
c. Menjelaskan tentang tahapan persalinan
d. Menjelaskan tentang proses terjadinya persalinan
e. Menjelaskan tentang pimpinan persalinan

Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa adalah memahami tentang materi mekanisme
dalam persalinan.

B. PENYAJIAN
1. Pengertian
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 -42 minggu) lahir
spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik ibu

166 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


maupun janin.
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil
konsepsi yang dapat hidup di dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar. Beberapa istilah yang dipakai
adalah:
1. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil
2. Primigravida adalah seorang wanita yang baru
pertama kali hamil
3. Multigravida adalah wanita yang sudah berkali-kali
hamil
4. Nulipara adalah wanita yang belum pernah
melahirkan bayi yang dapat hidup di dunia luar
(viable)
5. Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan
bayi
6. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan satu
kali
7. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan
beberapa kali bayi
8. Grandemultipara adalah wanita yang telah
melahirkan 6 kali atau lebih.
9. Paritas adalah jumlah kelahiran bayi yang lalu yang
dapat hidup di dunia luar
10. Parturient adalah seorang wanita yang sedang dalam
persalinan atau dalam inpartu
11. Peurpura adalah seorang wanita yang baru saja
selesai melahirkan bayi.
12. Abortus adalah pengeluaran kehamilan sebelum
janin dapat hidup di dunia luar

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 167


2. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan
Tanda-tanda permulaan persalinan sebelum terjadi
persalinan yang sebenarnya, beberapa minggu
sebelumnya, wanita memasuki ―bulan-nya‖ atau
―minggu-nya‖ atau hari-nya. Yang disebut kala
pendahuluan. Kala pendahuluan memberikan tanda-
tanda sebagai berikut:
o Lightening atau settling atau dropping, yaitu kepala
turun memasuki pintu atas panggul, terutama pada
primigravida. Pada multipara, hal tersebut tidak
begitu jelas.
o Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
o Sering buang air kecil atau sulit berkemih
(polakisuria) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian bawah janin.
o Perasaan nyeri di perut dan dipinggang oleh adanya
kontraksi-kontraksi lemah uterus, kadang-kadang
disebut ‖false labor pains‖.
o Serviks menjadi lembek; mulai mendatar, dan
sekresinya bertambah, mungkin bercampur darah
(bloody show).

3. Tanda-tanda Inpartu
o Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat,
sering dan teratur.
o Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak
karena robekanrobekan kecil pada pada serviks.
o Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya
o Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah
ada pembukaan.

168 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


4. Tahap Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu :
o Kala I (kala pembukaan) Kala satu persalinan adalah
permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai
oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri
dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara
kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada
multipara kira-kira 7 jam.
Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu :
1) Fase laten Merupakan periode waktu dari
awal persalinan hingga ke titik ketika
pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang
umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul
hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter
atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8
jam. Selama fase ini presentasi mengalami
penurunan sedikit hi ngga tidak sama sekali.
2) Fase aktif Merupakan periode waktu dari awal
kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan
mencakup fase transisi, pembukaan pada
umumnya dimulai dari 3 -4 cm hingga 10 cm dan
berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian
presentasi janin yang progresif terjadi selama
akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan.
Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :
 Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam
pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
 Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam
pembukaan sangat cepat, dari 4 cm menjadi
9 cm
 Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi
lamban kembali dalam waktu 2 jam

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 169


pembukaan 9 cm menjadi. Pada kala I tugas
penolong adalah mengawasi dan
menanamkan semangat kepada ibu bahwa
proses persalinan adalah fisiologis tanamkan
rasa percaya diri dan percaya pada
penolong. Pemberian obat atau tindakan
hanya dilakukan apabila perlu dan ada
indikasi. Apabila ketuban belum pecah,
wanita inpartu boleh duduk atau
berjalanjalan. Jika berbaring, sebaiknya ke
sisi terletaknya punggung janin. Jika
ketuban sudah pecah, wanita tersebut
dilarang berjalan-jalan harus berbaring.
Periksa dalam pervaginam dilarang, kecuali
ada indiksi, karena setiap pemeriksaan akan
membawa infeksi, apalagi jika dilakukan
tanpa memperhatikan sterilitas. Pada kala
pembukaan dilarang mengedan karena
belum waktunya dan hanya akan
menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I
berakhir apabila pembukaan sudah lengkap
sampai 10 cm.

o Kala II (kala pengeluaran janin), beberapa tanda dan


gejala persalinan kala II adalah Ibu merasakan ingin
meneran bersamaan terjadinya kontraksi, Ibu
merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau
vaginanya, perineum terlihat menonjol , vulva vagina
dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan
pengeluaran lendir darah. Pada kala II his
terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3
menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang

170 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


panggul sehingga terjadi tekanan pada otot -otot
dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa
mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu seperti
ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka.
Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva
membuka dan perenium meregang. Dengan his
mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala
dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada
primi : 1½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam. Pada
permulaan kala II, umumnya kepala janin telah
masuk P.A.P ketuban yang menonjol biasanya akan
pecah sendiri. Apabila belum pecah, ketuban harus
dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat,
lalu timbulla his mengedan. Penolong harus telah
siap untuk memimpin persalinan.
Ada 2 cara ibu mengedan:
 Posisi berbaring sambil merangkul merangkul
kedua pahanya dengan kedua lengan sampai
batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu
mengenai dada. Mulut dikatup.
 Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring
ke arah terdapatnya punggung janin dan hanya
satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah
atas.
Apabila kepala janin telah sampai di dasar
panggul, vulva mulai terbuka (membuka pintu),
rambut kepala kelihatan. Setiap kali his, kepala
lebih maju, anus terbuka, perinium meregang.
Penolong harus menahan perinium dengan
tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain
doek steril supaya tidak terjadi robekan (ruptur
perinei). Pada primigravida, dianjurkan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 171


melakukan episiotomi. Episiotomi dilakukan jika
perinium menipis dan kepala janin tidak masuk
lagi ke dalam vagina, yaitu dengan jalan
mengiris atau menggunting perinium. Ada 3
arah irisan, yaitu medialis, mediolateralis dan
lateralis. Tujuan episiotomy adalah supaya tidak
terjadi robekan perinium yang tidak teratur dan
robekan pada m. spinchter ani yang jika tidak
dijahit dan dirawat dengan baik akan
menyebabkan inkontinensia alvi. Selanjutnya
yaitu Ekspresi Kristeller dengan mendorong
fundus uteri sewaktu ibu mengedan, tujuanya
membantu tenaga ibu untuk melahirkan kepala
(jarang digunakan karena dapat menyebabkan
ruptur uteri, atonia uteri, trauma organ-organ
dalam perut, dan solusio plasenta. Ketika
perinium meregang dan menipis, tangan kiri
penolong menekan bagian belakang kepala janin
ke arah anus, tangan kanan di perinium. Dengan
ujung-ujung jari tangan kanan, dicoba mengait
dagu janin untuk di dorong pelanpelan ke arah
simfisis. Dengan pimpinan yang baik dan sabar,
lahirlah kepala dengan ubun-ubun kecil
(suboksiput) di bawah simfisis sebagai
hipomoklion, kemudian secara berturut-turut
tampaklah bregma (ubun-ubun besar), dahi,
muka dan dagu. Perhatikan apakah tali pusat
melilit leher, kalau ada, lepaskan. Kepala akan
mengadakan putaran ke salah satu paha ibu.
Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala ke
arah anus (bawah), lalu bahu belakang dengan
menarik pelanpelan ke arah simfisis (atas).

172 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih
mudah, yaitu dengan mengait kedua ketiak
janin. Bayi baru lahir yang sehat dan normal
akan segera menangis, menggerakkan kaki dan
tanganya. Bayi diletakkan dengan kepala lebih
rendah, kira-kira membuat sudut 30 derajat
dengan bidang datar. Mulut dan hidung
dibersihkan, dan lendir diisap dengan pengisap
lendir, tali pusat di klem pada 2 tempat: 5 dan 10
cm dari umbilikus, lalu digunting diantaranya.
Ujung tali pusat pada bayi diikat dengan pita
atau benang atau klem plastik sehingga tidak ada
pendarahan. Lakukan pemeriksaan ulang pada
ibu: kontraksi atau palpasi rahim, kandung
kemih penuh atau tidak. Kalau penuh, kandung
kemih harus dikosongkan sebab dapat
menghalangi kontraksi rahim dan menyulitkan
kelahiran uri.

o Kala III (pengeluaran plasenta ),


Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa
atau semua hal dibawah ini: Perubahan bentuk dan
tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah
tiba-tiba. Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat
sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus
setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal
2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul
his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-
10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam
vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari
atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses
biasanya berlangsung 5 -30 menit setelah bayi lahir.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 173


Pengeluaran plasenta disertai pe ngeluaran darah
kira-kira 100-200 cc. Manajemen aktif kala III meliputi
pemberian oksitosin dengan segera, pengendalian
tarikan pada tali pusat, dan pemijatan uterus segera
setelah plasenta lahir. Jika menggunakan manajemen
aktif dan plasenta belum lahir juga dalam waktu 30
menit, periksa kandung kemih dan lakukan
kateterisasi, periksa adanya tanda pelepasan
plasenta, berikan oksitosin 10 unit (intramuskular)
dosis ketiga, dan periksa si ibu dengan seksama dan
jahit semua robekan pada serviks dan vagina
kemudian perbaiki episiotomy.

o Kala IV
Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta
sampai 1 jam. Periksa fundus uteri setiap 15 menit
pad jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam
kedua. Jika kontraksi tidak kuat massase uterus
sampai menjadi keras. Periksa tekanan darah, nadi,
kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada
jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua.
Selain itu perawat juga menganjurkan untuk minum
agar mencegah dehidrasi. Higene juga perlu
diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi berada pada
ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi.
Sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena
menyusui dapat membantu uterus berkontraksi..

174 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


5. Proses Terjadinya Persalinan
Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan adalah:
o Teori penurunan hormon Pada saat 1-2 minggu
sebelum partus, mulai terjadi penurunan kadar
hormon esterogen dan progesteron. Progesteron
bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim.
Karena itu, akan terjadi kekejangan pembuluh darah
yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun.
o Teori plasenta menjadi tua Penuaan plasenta akan
menyebabkan turunnya kadar esterogen dan
progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh
darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi
rahim.
o Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks, terletak ganglion servikale
(pleksus Frankenhauser). Apabila ganglion tersebut
digeser dan ditekan, misalnya oleh kepala janin, akan
timbul kontraksi uterus.
o Teori distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan meregang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga
mengganggu sirkulasi uteroplasenta.
o Induksi partus (induction of labour).
Partus dapat pula ditimbulkan dengan:
1) Gagang laminaria: beberapa laminaria
dimasukan dalam kanalis serviks dengan tujuan
merangsang pleksus Frankenhauser.
2) Amniotomi: pemecahan ketuban.
3) Tetesan oksitosin: pemberian oksitosin melalui
tetesan per infus.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 175


6. Pimpinan persalinan
Memimpin persalinan adalah suatu seni, walaupun
memerlukan ilmu obstetri yang harus diketahui
penolong. Pertanyaan yang sering diajukan oleh ibu
hamil adalah, ―bolehkan bersalin di rumah atau harus di
rumah sakit?‖ walaupun 85% persalinan berjalan normal,
tetapi 15% sisanya terdapat komplikasi yang memerlukan
penanganan khusus. Di negara-negara maju, keadaan-
keadaan berikut memerlukan penanganan spesialistis.
o Primigravida dengan umur di atas 30 tahun, tinggi
kurang dari 150 cm (5 kaki), Penyakit-penyakit
tertentu, komplikasi medis dan obstetris, kelainan
panggul, kelainan letak janin dan lain-lain.
o Multigravida dengan umur di atas 35 tahun, anak
lebih dari 4, riwayat kehamilan dan persalinan yang
buruk.
Untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia,
yang dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit
adalah
 Ibu-ibu dengan riwayat kehamilan dan
persalinan yang buruk
 Semua primigravida
 Ibu yang telah hamil lebih dari 5 kali
 Ibu-ibu dengan resiko tinggi lainnya

Posisi ibu dalam persalinan:


o Posisi litotomi, wanita berbaring terlentang dengan
lutut ditekuk, kedua paha diangkat kesamping kanan
dan kiri.
o Posisi duduk (squating position)
o Cara berbaring Pemeriksaan wanita yang ingin
bersalin: Seperti telah dibicarakan di atas

176 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


pemeriksaan wanita hamil atau akan melahirkan
meliputi pemeriksaan seluruh tubuh, yaitu sebagai
berikut:
o Pemeriksaan umum: TD, nadi, pernapasan, refleks,
jantung paru-paru, berat badan, tinggi badan, dan
sebagainnya.
o Pemeriksaan status obstetri: letak dan posisi janin,
taksiran BB janin, DJJ, his dan lain-lain.
o Pemeriksaan dalam (vagina atau rektal): pembukaan
serviks dalam cm atau jari, turunnya kepala diukur
menurut bidang Hodge, ketuban sudah pecah atau
belum, menonjol atau tidak.
o Pemeriksaan laboratorium: pemeriksaan urin
(protein dan gula), pemeriksaan darah (Hb, golongan
darah).
o Persiapan bagi ibu: bersihkan dan cukur daerah
genitalia eksterna, ibu hamil diminta buang air kecil
atau dikateterisasi guna mengosongkan kandung
kemih, pemakaian klisma supaya rektum kosong,
pakaian diganti longgar
o Persiapan semua alat untuk persalinan biasa:
beberapa pasang sarung tangan steril, gunting
siebold, gunting tali pusat, beberapa klem tali pusat
dan klem lainnya, benang atau plastik klem untuk
tali pusat, alat pengisap lendir bayi, iodium tinctur
dengan kapas lidinya, alat-alat untuk menjahit luka,
obatobatan dan jarum suntiknya, kain kassa steril
dan sebagainya.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 177


7. Keuntungan dan Kerugian Persalinan Normal
1) Keuntungan
Keuntungan melahirkan normal yaitu:
o Pemulihan Lebih Cepat Saat akan melahirkan,
perjuangan calon ibu yang akan melahirkan
normal mungkin saja lebih berat dibandingkan
mereka yang melahirkan melalui jalan operasi.
Namun, saat proses persalinan selesai, ibu yang
melahirkan normal akan menjalani proses
pemulihan yang jauh lebih cepat. Enam jam
setelah melahirkan, ibu sudah mampu berjalan
sendiri ke mana-mana. Menurut cerita para
perempuan yang melahirkan normal, proses
pemulihan pasca persalinan jauh lebih cepat.
o Cepat Bebas Bergerak
Sehari setelah melahirkan, ibu yang melahirkan
normal sudah bisa berjalan dan bergerak bebas
tanpa perlu merasakan sakit akibat jahitan dari
operasi yang belum kering. Keuntungannya
adalah ibu jadi bisa lebih cepat mengurus bayinya
sendiri dan menjalin bonding yang lebih kuat
dengan newborn baby.
o Memiliki Ikatan Batin Lebih Kuat Selama proses
persalinan, ibu dan bayi di dalam kandungan
sama-sama berjuang. Karena itulah, ibu yang
melahirkan secara normal memiliki ikatan batin
yang lebih kuat dengan anaknya. Melalui tes MRI,
ditemukan fakta bahwa sensitivitas yang
mengatur emosi dan motivasi di daerah otak pada
ibu yang melahirkan normal, angkanya ternyata
lebih tinggi. Sebab inilah yang membuat ibu yang
melahirkan secara normal jadi lebih responsif

178 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


terhadap tangisan bayi.
o Lebih Mudah IMD Berkaitan dengan ikatan batin,
bayi yang dilahirkan secara normal lebih tertarik
untuk melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD).
Karena ikatan batin yang sudah terjalin dengan
kuat antara ibu baru dan bayinya, mereka jadi
mudah bekerja sama melakukan kegiatan
menyusui untuk pertama kalinya. Seperti yang
sudah diketahui, kegiatan menyusui pertama kali
bagi ibu dan bayi tidak semudah yang terlihat dan
membutuhkan kesabaran serta kerja sama dari
kedua belah pihak.
o Bayi Lebih Sehat Selain bermanfaat untuk ibu,
persalinan normal juga memiliki banyak sekali
manfaat untuk bayi. Banyak penelitian yang
menjelaskan mengenai hal ini, salah satunya
adalah bayi akan memiliki paru-paru yang lebih
kuat karena saat lahir melewati vagina, ada proses
pengangkutan oksigen ke jaringan-jaringan tubuh
bayi. Itulah yang menyebabkan bayi yang
dilahirkan melalui proses normal memiliki risiko
gangguan yang lebih rendah dan bayi yang lahir
secara normal akan memiliki daya juang yang
lebih tinggi karena sudah pernah berjuang untuk
lahir dari rahim ibunya.

2) Kerugian
Kerugian persalinan normal adalah:
o Ketakutan persalinan dapat menyebabkan
kecemasan pada beberapa ibu
o Meskipun jarang, komplikasi perdarahan maternal
dapat terjadi

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 179


o Risiko terjadinya robekan perinium, bervariasi
dari laserasi ringan hingga derajat 3-4
o Risiko bayi mengalami deprivasi oksigen jika
persalinan menemui masalah
o Kemungkinan trauma fisik pada bayi, seperti
bengkak dan memar. Risiko ini meningkat pada
assisted vaginal delivery (persalinan dengan
bantuan forcep atau vacuum extraction)
o Dapat meningkatkan kecenderungan prolaps
organ pelvis
o Pada kasus yang jarang, dapat terjadi inversi uteri.
Ini merupaka kondisi yang serius dan jika tidak
ditangani segera dapat menyebabkan kematian
pada ibu
o Episiotomi dapat menyebabkan rasa nyeri saat
intercourse dalam tiga bulan pertama setelah
persalinan
o Risiko inkontinensia urin lebih besar. Risiko ini
meningkat pada assisted vaginal delivery,
persalinan lama dan bayi besar.

Latihan
Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada
Bab ini secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan
sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap
Bab tentang mekanisme dalam persalinan. Adapun soal yang
digunakan untuk latihan adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan tentang tanda – tanda permulaan persalinan
b. Jelaskan tentang tanda-tanda npartu
c. Jelaskan tentang tahapan persalinan
d. Jelaskan tentang proses terjadinya persalinan
e. Jelaskan tentang pimpinan persalinan

180 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Soal Latihan
1. Seorang perempuan umur 27 tahun, hamil pertama dan
pernah keguguran dua kali, hamil 39 minggu datang ke
tempat Puskesmas dengan keluhan merasakan kenceng
dari bagian pinggang sampai ke perut. Dari hasil
pemeriksaan terlihat KU baik, TD 120/80mmHg, S 370C,
N 88 x/menit, Rr 24 x/menit. Djj 146x/menit. Hasil
pemeriksaan dalam pada jam 09.00 WIB pembukaan 5
cm, KK utuh, presbelkep, penurunan H I-II. Apakah
diagnosa yang tepat pada kasus tersebut?
a. kala I fase aktif
b. kala I fase laten
c. kala I fase aktif tahap deselerasi
d. kala I fase aktif tahap akselerasi
e. kala I fase aktif tahap dilatasi maksimal

2. Seorang ibu hamil usia 29 tahun, GII, P I, A0 hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 6 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Apa tanda inpartu
pada kala I fase aktif yang tepat?
a. His adekuat disertai dengan adanya keluar lender
serviks
b. His adekuat disertai dengan adanya pembukaan
serviks
c. His adekuat disertai dengan adanya penipisan
serviks
d. His adekuat disertai dengan adanya pendataran

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 181


serviks
e. His adekuat disertai dengan adanya keluar darah
serviks

3. Seorang ibu hamil usia 26 tahun, GII, P I, A0 hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam yang
lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3 x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Bagaimana konseling
yang paling tepat diberikan ibu tersebut?
a. Menjelaskan proses persalinan
b. Menjelaskan cara persalinan
c. Menjelaskan resiko persalinan
d. Menjelaskan tanda persalinan
e. Menjelaskan sebab persalinan

4. Seorang perempuan usia 30 tahun telah melahirkan bayi


sehat dan normal di PMB, TTV ibu normal, saat ini bidan
sedang melakukan pemeriksaan pengeluaran plasenta
dengan cara meletakkan tangan disertai tekanan pada
atas simfisis, tali pusat di tegangkan maka bila tali pusat
masuk (belum lepas), jika diam atau maju (sudah lepas).
Apa metode pengeluaran plasenta yang dilakukan oleh
bidan ?
a. Kustner
b. Klein
c. Strassman
d. Duncan
e. Schultze

182 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


5. Seorang wanita usia 26 tahun, P1 A0 mengatakan bahwa
6 jam yang lalu melahirkan anak pertama normal, BB
2800 gram, PB 47 cm. mengeluh kelelahan, perut mules
dan belum BAK, tampak pasif. Hasil pemeriksaan TTV
normal, Lochea berisi darah segar, sisa selaput ketuban.
Berapa berat uterus pada kasus tersebut ?
a. 50 gram
b. 250 gram
c. 350 gram
d. 500 gram
e. 750 gram

Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Dosen memberikan penilaian dari hasil latihan dan diskusi dan
menindaklanjuti dengan memberikan masukan kepada
mahasiswa terkait capaian pembelajaran yang harus dikuasai
dalam bab ini.

Daftar Pustaka
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusui
Dini. Jakarta: Jhplego.
Marmi, S.ST. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Prawirohardjo, S. 2002. Perdarahan Pascapersalinan. Dalam: Buku
Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Rohani, S.ST., dkk. 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta : Salemba Medika
Sarwono Prawirohardjo (YBP-SP).Sastrawinata, S. 2005. Obstetri
Patologi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Sheris, J. 2002. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. Edisi khusus.
Seatlle: PATH.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 183


Sondakh, Jenny J.S. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi
Baru Lahir. Penerbit Erlangga.
Sujiyatini, S.SiT, M.Keb, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II
(Persalinan). Yogyakarta: Rohima Press
Yanti, S.ST, M.Keb. 2010. Penuntun Belajar Kompetensi Asuhan
Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihama

184 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


BAB IX

ASUHAN PERSALINAN KALA I

A. PENDAHULUAN
Deskripsi BAB
Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
dapat menguasai materi Asuhan Persalinan Kala I.

Tujuan atau Sasaran Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan tentang perubahan fisiologis
b. Menjelaskan tentang perubahan psikologis
c. Menjelaskan tentang persiapan persalinan
d. Menjelaskan tentang Pemenuhan Kebutuhan Psikologis
Pasien dan Keluarga

Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa adalah memahami tentang materi Asuhan Kala I.

B. PENYAJIAN
1. Asuhan Persalinan Kala I
Pada persalinan kala I terjadi perubahan fisiologis dan
psikologis seperti berikut :
 Perubahan Fisiologis Kala I
1) Tekanan Darah
Tekanan darah meningkat selama kontraksi

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 185


uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata 10
sampai 20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-
rata sampai 10 mmHg. Diantara kontraksi-
kontraksi uterus, tekanan darah akan turun
seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik
lagi bila terjadi kontraksi.
2) Metabolisme
Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat
aerobik maupun anarobik akan naik secara
perlahan. Kenaikan ini disebabkan oleh
kecemasan serta Suhu Badan. Suhu badan
sedikit meningkat selama persalinan dan suhu
akan mencapai tertinggi selama persalinan
maupun setelah persalinan. Kenaikan normal
selama tidak melebihi 0,5 hingga 1 derajat
celcius.
3) Denyut Jantung
Denyut jantung diantara kontraksi sedikit lebih
tinggi dibanding selama periode persalinan atau
sebelum masuk persalinan. Denyut jantung yang
sedikit naik merupakan kenaikan yang normal,
meskipun demikian perlu pemeriksaan secara
berkala untuk mengidentifikasi adanya infeksi
4) Pernafasan
Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibanding
dengan sebelum persalinan yang disebabkan
adanya rasa nyeri, kekhawatiran serta
penggunaan teknik pernafasan yang salah.
5) Perubahan Renal
Poliuri sering terjadi selama persalinan, hal ini
disebabkan oleh kardiak output yang meningkat,
serta disebabkan karena filtrasi glomelurus serta

186 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


aliran plasma ke renal. Protein urine (+1) selama
persalinan adalah hal yang fisiologis namun
proteinuri (+2) merupakan hal yang tidak wajar.
6) Perubahan Gastrointestinal
Kemampuan pergerakan gastrik serta
penyerapan makanan padat berkurang akan
menyebabkan pencernaan hampir berhenti
selama persalinan dan menyebabkan konstipasi.
7) Perubahan Hematologis
Hemoglobin akan meningkat 1,2 gram/100 ml
selama persalinan dan kembali ketingkat pra
persalinan pada hari pertama setelah persalinan
apabila tidak terjadi kehilangan darah selama
persalinan. Jumlah sel- sel darah putih
meningkat secara progresif selama kala satu
persalinan sebesar 5000 sampai 15.000 WBC
hingga akhir pembukaan lengkap, hal ini tidak
berindikasi adanya infeksi. Setelah itu turun
kembali keadaan semula.
8) Kontraksi Uterus
Kontraksi uterus terjadi karena adanya
rangsangan pada otot polos uterus dan
penurunan hormon progresteron yang
menyebabkan keluarnya hormon okstosin.
Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri
menjalar ke bawah dan bekerja kuat serta lama
untuk mendorong janin ke bawah. Sedangkan
uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti
tarikan dengan segmen atas rahim, akhirnya
menyebabkan serviks menjadi lembek dan
membuka. Kerjasama antara uterus bagian atas
dan bagian bawah disebut polaritas.kegiatan otot

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 187


kerangka tubuh.
9) Pembentukan Segmen Atas Rahim dan Segmen
Bawah Rahim Segmen atas rahim (SAR)
terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat
otot yang lebih tebal dan kontraksi. Pada bagian
ini terdapat banyak otot serong dan memanjang.
SAR terbentuk dari fundus sampai ishmus uteri.
Segmen bawah rahim (SBR) terbentang di uterus
bagian bawah antara ishmus dengan serviks,
dengan sifat otot yang tipis dan elastis, pada
bagian ini banyak terdapat otot yang melingkar
dan memanjang.
10) Perkembangan Retraksi Ring
Retraksi ring adalah batas pinggiran antara SAR
dan SBR, dalam keadaaan persalinan normal
tidak nampak dan akan kelihatan pada
persalinan abnormal, karena kontraksi uterus
yang berlebihan, retraksi ring akan tampak
sebagai garis atau batas yang menonjol di atas
simpisis yang merupakan tanda dan ancaman
ruptur uteris.
11) Penarikan Serviks
Pada akhir kehamilan otot yang melindungi
ostium uteri internum (OUI) ditarik SAR yang
menyebabkan serviks menjadi pendek dan
menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR.
Bentuk serviks menghilang karena kanalis
servikalis membesar dan atas membentuk
ostium uteri eksterna (OUE) sebagai ujung dan
bentuknya menjadi sempit.

188 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


12) Pembentukan Ostium Uteri Interna dan Ostium
Uteri Eksterna
Pembukaan serviks disebabkan oleh karena
membesarnya OUE karena otot yang melingkar
disekitar ostium meregang untuk dapat dilewati
kepala. Pembukaan uteri tidak saja karena
penarikan SAR akan tetapi juga karena tekanan
isi uterus yaitu kepala dan kantong amnion.
Pada primigravida dimulai dari OUI terbuka
terlebih dahulu baru OUE membuka pada saat
persalinan terjadi. Sedangkan pada multigravida
ostium uteri internum dan eksternum membuka
secara bersama-sama pada saat persalinan
terjadi.
13) Show
Show adalah pengeluaran dari vagina yang
terdiri dan sedikit lendir yang bercampur darah,
lendir ini berasal dan ekstruksi lendir yang
menyumbat kanalis servikalis sepanjang
kehamilan sedangkan darah berasal dan desidua
vera yang lepas.
14) Tonjolan Kantong Ketuban
Tonjolan kantong ketuban ini disebabkan oleh
adanya regangan SBR yang menyebabkan
terlepasnya selaput korion yang menempel pada
uterus, dengan adanya tekanan maka akan
terlihat kantong yang berisi cairan yang
menonjol ke ostium uteri internum yang terbuka.
Cairan ini terbagi dua yaitu fore water dan hind
water yang berfungsi untuk melindungi selaput
amnion agar tidak terlepas seluruhnya. Tekanan
yang diarahkan ke cairan sama dengan tekanan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 189


ke uterus sehingga akan timbul generasi fluid
pressure. Bila selaput ketuban pecah maka cairan
tersebut akan keluar, sehingga plasenta akan
tertekan dan menyebabkan fungsi plasenta
terganggu. Hal ini akan menyebabkan fetus
kekurangan oksigen.
15) Pemecahan Kantong Ketuban
Pada akhir kala satu bila pembukaan sudah
lengkap dan tidak ada tahanan lagi, ditambah
dengan kontraksi yang kuat serta desakan janin
yang menyebabkan kantong ketuban pecah,
diikuti dengan proses kelahiran bayi.

 Perubahan Psikologis Kala I


Pada setiap tahap persalinan, pasien akan mengalami
perubahan psikologis dan perilaku yang cukup
spesifik sebagai respond dari apa yang ia rasakan
dari proses persalinannya. Perubahan psikologis
pasien dapat dicermati dalam rincian berikut:
1) Kala I Fase Laten
Pada awal persalinan, kadang pasien belum
cukup yakin bahwa ia akan benar-benar
melahirkan meskipun tanda persalinan sudah
cukup jelas. Pada tahap ini penting bagi orang
terdekat dan bidan untuk meyakinkan dan
memberikan support mental terhadap kemajuan
perkembangan persalinan. Seiring dengan
kemajuan proses persalinan dan intensitas rasa
sakit akibat his yang meningkat, pasien akan
mulai merasakan putus asa dan lelah. Ia akan
selalu menanyakan apakah ini sudah hampir
lahir? Pasien akan senang setiap kali dilakukan

190 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


pemeriksaan dalam (vaginal touchѐ) dan berharap
bahwa hasil pemeriksaan mengindikasikan
bahwa proses persalinan akan segera berakhir.
2) Kala I Fase Aktif
Memasuki kala I fase aktif, sebagian besar pasien
akan mengalami penurunan stamina dan sudah
tidak mampu lagi untuk turun dari tempat tidur,
terutama pada primipara. Pada fase ini pasien
sangat tidak suka jika diajak bicara atau diberi
nasehat mengenai apa yang seharusnya ia
lakukan. Ia lebih fokus untuk berjuangan
mengendalikan rasa sakit dan keinginan untuk
meneran. Hal yang paling tepat untuk dilakukan
adalah membiarkan pasien mengatasi
keadaannya sendiri namun tidak
meninggalkannya. Pada beberapa kasus akan
sangat membantu apabila suami ada disisinya
sambil membisikan doa di telinganya.
3) Kala I Akhir
Menjelang kala II pasien sudah dapat mengatasi
kembali rasa sakit akibat his dan kepercyaan
dirinya mulai tumbuh. Pada fase ini akan
kembali bersemangat untuk menghadapi
persalinannya. Ia akan fokus dengan instruksi
yang diberikan oleh bidan. Pada fase ini ia
sangat membutuhkan dukungan mental untuk
tahap persalinan berikutnya dan apresiasi
terhadap keberhasilannya dalam melawati
tahap-tahap sebelumnya.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 191


 Penggunaan Partograf
1) Pemantauan partograf
Partograf merupakan alat bantu yang digunakan
untuk memantau kemajuan kala I persalinan dan
informasi untuk membuat keputusan klinik.
2) Fungsi partograf
a) Mengamati dan mencacat informasi
kemajuan persalinan dengan memeriksa
dilatasi serviks selama pemeriksaan dalam.
b) Mendeteksi secara dini terhadap
kemungkinan adanya penyulit persalinan
sehingga bidan dapat membuat keputusan
tindakan dengan tepat.
c) Sebagai alat komunikasi yang unik namun
praktis antar bidan atau antara bidan
dengan dokter mengenai perjalanan
persalinan pasien.
d) Alat dokumentasi riwayat persalinan pasien
beserta data pemberian medika mentosa
yang diberikan selama proses persalinan.
3) Kriteria pasien yang dipantau menggunakan
partograf
a) Persalinan diperkirakan spontan.
b) Janin tunggal.
c) Usia kehamilan 36-42 minggu.
d) Presentasi kepala.
e) Tidak ada penyulit persalinan.
f) Persalinan sudah masuk dalam kala I fase
aktif.

192 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


4) Kriteria pasien yang tidak perlu pantauan
menggunakan partograf
a) Tinggi badan pasien kurang dari 145 cm.
b) Ada perdarahan antepartum.
c) Mengalami pre eklamsi atau eklamsi.
d) Anemia.
e) Adanya kelainan letak janin.
f) Persalinan prematur
g) Adanya induksi persalinan.
h) Gemeli.
i) Adanya rencana persalinan SC, misalkan
sudah diketahui adanya panggul sempit.
5) Pemeriksaan kala I
a) Kemajuan persalinan Pembukaan serviks,
Penurunan kepala janin dan Kontraksi
uterus.
b) Keadaan janin yaitu DJJ, Warna jumlah air
ketuban, Molase tulang kepala janin.
c) Keadaan ibu yaitu Nadi, tekanan darah, dan
suhu, Urine, yaitu volume dan protein,
Obat-obatan dan cairan IV.

 Persiapan Persalinan
1) Hal yang harus diperhatikan saat persiapan
persalinan adalah tempat yang aman, tenang,
dan menyenangkan.
2) Penerangan secukupnya.
3) Tersedia alat pertolongan pertama bagi pasien
dan bayi.
4) Memiliki persiapan untuk melakukan rujukan.
5) Persiapan alat bersalin, legeartis, steril, dan siap
untuk dipakai, terdiri dari

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 193


 Dua buah koher untuk mengklem tali pusat.
 Satu gunting episiotomi.
 Gunting tali pusat.
 Alat untuk memecahkan tetuban.
 Beberapa pasang sarung tangan steril.
 Penghisap lendir manual atau mekanis
(elektrik)
 Dua kain pembungkus bayi.
 Desinfektan.
6) Persiapan untuk pertolongan bayi baru lahir
normal
 Handuk pembungkus bayi.
 Pakaian bayi.
7) Persiapan obat untuk pertolongan pertama
 Untuk bayi
 Natrium Bikarbonat.
 Tabung O2 dan masker.
 Penhisap lendir.
 Bagi ibu
 Uterotonika.
 Set infus dan cairannya.
 Tabung O2 dan masker.
8) Alat penjahitan luka perinoneum
 Catgut.
 Anatesi lokal.
 Spuit.
9) Penjelasan mengenai apa yang sebaiknya
dilakuakan oleh ibu :
 Posisi pada kala I.
 Ambulasi.
 Latihan nafas.
 Latihan relaksasi.

194 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


 Posisi melahirkan.
 Intake cairan.
 Kerja sama dalam upaya perawatan tubuh
selama persalinan.
10) Penjelasan mengenai apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh pendamping.
11) Pengawalan dan pemilihan pola komunikasi
yang tepat antara bidan dengan pasien dan
keluarga.

 Pemenuhan Kebutuhan Psikologis Pasien dan


Keluarga
1) Aman, sesuai dengan evidanced based dan
memberikan sumbangan pada keselamatan jiwa
pasien.
2) Memunginkan pasien merasa aman, nyaman,
secara psikologis merasa didukung dan
didengar.
3) Menghormati praktik-praktik budaya, keyakinan
agama, serta hak pasien atau keluarganya
sebagai pengambil keputusan.
4) Menggunakan cara pengobatan yang sederhana
sebelum memakai teknologi canggih.
5) Memastikan bahwa informasi yang diberikan
adekuat serta dpat dipahami oleh pasien.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 195


 Tanda Bahaya Kala I
Tanda Bahaya Persalinan kala I dan Tindakan yang
Dilakukan
No Parameter Temuan Tindakan tanpa Tindakan
abnormal dokter dengan dokter

1 Tekanan >140/90 a. rujuk pasien Panggil dokter


darah mmHg dengan
dengan posisi miring
sedikit-nya b. pasang infus
satu tanda
lain/gejala
pre eklamsi
2 Suhu >38°C Hidrasi dan Panggil dokter
rujuk pasien dan hidrasi

3 Nadi >100 kali per Hidrasi dan Panggil dokter


menit rujuk dan hidrasi

4 DJJ <120 atau a. Hidrasi a. Tindakan


>160 kali per b. Ganti posisi sama dengan
menit pasien ke jika tidak ada
posisi miring dokter
kiri b. Periksa
c. setelah 1 kontraksi
menit:
1) DJJ normal, c. Jika oksitosin
lanjutkan berjalan,
pengamatan hentikan
dengan aliran
partograf
2) DJJ tidak
normal, rujuk
dengan posisi
miring

196 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


5 Kontraksi < 2 kali dalam a. Ambulasi
10 menit, b. Rubah posisi
durasi c. Kosongkkan
< 40 detik, kandung
lemah untuk kemih
dipalpasi
d. Stimulasi
puting susu
e. Berikan
makan dan
minum
f. Rujuk jika
partograf
melewati
garis
waspada
6 Serviks Partograf Hidrasi dan Panggil dokter,
melewati rujuk hidrasi
garis waspada
pada
fase aktif
7 Cairan a. Mekonium a. Monitoring
a. Beritahu dokter
amnion b. Darah DJJ, antisipasi Panggil dokter
c. Bau menghisap
b. Panggil dokter
saat lahir
b. Hidrasi, rujuk
dengan posisi
miring kiri
c. Rujuk setelah
memberikan
antibiotik

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 197


8 Urine Volume tidak a. Hidrasi Tindakan sama
cukup dan b.Jika tidak ada dengan jika
kental kemajuan tidak ada doker
setelah 4 jam,
selidiki dan
tatalaksanan
secara tepat
(hidrasi,
katerisasi)

Latihan
Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada
Bab ini secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan
sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap
Bab tentang mekanisme dalam persalinan. Adapun soal yang
digunakan untuk latihan adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan tentang perubahan fisiologis
b. Jelaskan tentang perubahan psikologis
c. Jelaskan tentang persiapan persalinan
d. Jelaskan tentang Pemenuhan Kebutuhan Psikologis
Pasien dan Keluarga

198 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Soal Latihan
1. Seorang perempuan, usia 30 tahun, GV PIVA0, hamil 9
bulan, mengeluh perut mules dan keluar darah
bercampur lender. Hasil pemeriksaan keadaan umum
baik, TD 180/100 mmHg, ekstrimitas oedem, palpasi TFU
34 cm, punggung kanan, presentasi kepala 3/5, His
3x10‘40‖, VT : pembukaan serviks 3 cm, ketuban (+0,
denyut jantung janin (+) 136 kl/menit, hasil lab urine
protein (+). Apa asuhan kebidanan yang tepat?
a. Pemberian Anti biotika dan segera rujuk ke RS
b. Pemberian MgSO4 dan segera rujuk ke RS
c. Pemberian Uterus tonika dan segera rujuk ke RS
d. Pemberian Nutrisi dan segera rujuk ke RS
e. Pemberian massase dan segera rujuk ke RS

2. Seorang perempuan, usia 30 tahun, GV PIVA0, hamil 9


bulan, mengeluh perut mules dan keluar darah
bercampur lender. Hasil pemeriksaan keadaan umum
baik, TD 180/100 mmHg, ekstrimitas oedem, palpasi TFU
34 cm, punggung kanan, presentasi kepala 3/5, His
3x10‘40‖, VT : pembukaan serviks 3 cm, ketuban (+0,
denyut jantung janin (+) 136 kl/menit, hasil lab urine
protein (+). Apakah syarat pemberian MgSO4?
a. Reflek patella (+) jumlah urine > 400 cc
b. Reflek patella (-) jumlah urine < 400 cc
c. Reflek ginjal (+) jumlah urine > 200 cc
d. Reflek isap (+) jumlah urine < 300 cc
e. Reflek ginjal (-) jumlah urine > 100 cc

3. Seorang perempuan, umur 25 tahun, mengaku 4 hari


yang lalu melahirkan bayi perempuan, bidan dating ke
rumahnya, ibu merasa senang dengan kehadiran bayi dan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 199


sudah mulai memandikan sendiri setiap pagi dan sore.
Hasil pemeriksaan pada ibunya TD : 110/80 mmHg, suhu
370C, fundus teraba 4 jari dibawah pusat, jahitan belum
kering, lochea rubra. Apakah tahapan post partum yang
dialami ibu?
a. Taking in
b. Taking on
c. Taking hold
d. Letting go
e. Letting in

4. Seorang perempuan, umur 23 tahun, telah melahirkan


anak ketiga 2 hari yang lalu, datang ke PMB, mengeluh
merasa mules dan masih mengeluarkan darah berwarna
merah segar. Apa yang terjadi berdasarkan keluhan yang
dialami oleh ibu ?
a. Proses involusio uteri
b. Proses Sub involusio
c. Proses involusio plasenta
d. Proses emosional
e. Proses puerferium

5. Seorang perempuan, usia 30 tahun, GV PIVA0, hamil 9


bulan, mengeluh perut mules dan keluar darah
bercampur lender. Hasil pemeriksaan keadaan umum
baik, TD 180/100 mmHg, ekstrimitas oedem, palpasi TFU
34 cm, punggung kanan, presentasi kepala 3/5, His
3x10‘40‖, VT : pembukaan serviks 3 cm, ketuban (+0,
denyut jantung janin (+) 136 kl/menit, hasil lab urine
protein (+). Apa rencana asuhan kebidanan yang tepat
pada kasus tersebut?
a. Melakukan rujukan ke RS

200 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


b. Melakukan rujukanke PKM
c. Melakukan rujukan ke PMB
d. Melakukan rujukan ke klinik bersalin
e. Melakukan rujukan ke dokter SpOG

Daftar Pustaka
Abdul Bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.
American College of Obstetrican and Gynecologist: Shoulder
Dystocia. Practice Bulletin. No. 40/November 2002.
Ari, S. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika.
Bobak, I. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta: ECG.
Campbel, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L. G. 2004. Biologi, Edisi
kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Christina, Y. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: ECG.
Chumbley, Jane. 2003. Tips Soal ASI dan Menyusui. Jakarta:
Erlangga.
Cunningham, F.G., et al. 2005. William Obstetrics, 22nd ed.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 201


BAB X

ASUHAN PERSALINAN KALA II

A. PENDAHULUAN
Deskripsi BAB
Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
dapat menguasai materi Asuhan Persalinan Kala I.

Tujuan atau Sasaran Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan tentang perubahan fisiologis
b. Menjelaskan tentang perubahan psikologis
c. Menjelaskan tentang persiapan persalinan
d. Menjelaskan tentang Pemenuhan Kebutuhan Psikologis
Pasien dan Keluarga

Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa adalah memahami tentang materi Asuhan Kala I.

B. PENYAJIAN DATA
1. Persalinan Kala II
 Perubahan Fisiologis Kala II
1) Uterus
Saat ada his, uterus teraba saat keras karena
seluruh otot berkontraksi.

202 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


2) Serviks
Pada kala II, serviks sudah menipis dan dilatasi
maksimal. Saat dilakukan pemeriksaan dalam
porsio sudah tidak teraba pada pembukaan 10
cm.
3) Pergeseran organ dasar panggul
Tekanan otot dasar panggul oleh kepala janin
akan menyebabkan pasien ingin meneran, sert
diikuti dengan perineum yang menonjol dan
menjadi lebar dengan anus membuka.
4) Ekspulsi janin
Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi,
kepala janin sudah tidak masuk lagi diluar his.
Dengan his serta kekuatan meneran maksimal,
kepala janin dilahirkan dengan suboksiput
dibawah simfisis, kemudian dahi, muka dan
dagu melewati perineum.
5) Tekanan Darah
Tekanan darah dapat meningkat lagi 15-25
mmHg selama kala II persalinan. Upaya
meneran juga akan memengaruhi tekanan darah,
dapat meningkat kemudian menurun kemudian
akhirnya kembalilagi sedikit di atas normal.
6) Metabolisme
Peningkatan metabolisme terus berlanjut hingga
kala II persalinan. Upaya meneran dapat
menambah aktivitas otot-otot rangka sehingga
meningkatkan metabolisme.
7) Denyut Nadi
Frekuensi denyut nadi bervariasi tiap kali pasien
meneran. Secara keseluruhan frekuensi nadi
meningkat selama kala II disertai takikardi yang

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 203


nyata ketika mencapai puncak menjelang
kelahiran.
8) Suhu
Peningkatan suhu tertinggi terjadi saat proses
persalinan dan segera setelahnya , peningkatan
suhu normal yaitu 0,5°-1° C.
9) Pernapasan
Pernapasan sama seperti pada saat kala I
persalinan.
10) Perubahan Gastrointestinal
Penurunan motilitas lambung dan absorbsi yang
hebat terlanjur sampai kala II. Biasanya mual
dan muntah pada saat transisi akan mereda
selama kala II persalinan, tetapi bisa terus ada
pada beberapa pasien. Muntah dan konstan
selama persalinan merupakan hal yang abnormal
dan mungkin merupakan indikasi dari
komplikasi obsterik, seperti ruptur uterus atau
toksemia.
11) Perubahan Ginjal
Perubahan pada organ ini sama seperti pada
kalaI persalinan.
12) Perubahan Hematologi
Perubahan pada sistem hemarologi sama
dengan pada kala Ipersalinan.

204 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


 Posisi Meneran
Macam-macam Posisi Meneran dan Keuntungannya
Posisi Keuntungan
meneran
Miring a. Peredaran darah balik ibu menjadi lancar
b. Kontraksi uterus akan lebih lancar
c. Memudahkan bidan dalam menolong persalinan
d. Persalinan berlangsung labih nyaman
Jongkok a. Memperluas rongga panggul
b. Proses persalinan lebih mudah
c. Menggunakan gaya gravitasi
d. Mengurangi trauma pada perineum
Merangkak a. Posisi yang paling baik bagi ibu yang mengalami
nyeri punggung
b. Dapat mengurangi rasa sakit
c. Mengurangi keluhan haemoroid
Setengah a. Memudahkan melahirkan kepala bayi
duduk b. Membuat ib nyaman
c. Jika merasa lelah, ibu bisa beristirahat dengan
mudah
Duduk a. Memanfaatkan gaya gravitasi
b. Memberikan kesempatan untuk istirahat
c. Memudahkan melahirkan kepala
Berdiri a. Memanfaatkan gaya gravitasi
b. Memudahkan melahirkan kepala
c. Memperbesar dorongan untuk meneran

 Mekanisme Persalinan Normal yakni :


1) Penurunan kepala
Terjadi selama proses persalinan karena daya
dorong dari kontraksi uterus yang efektif, posisi,
serta kekuatan meneran dari pasien.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 205


2) Penguncian (engagement)
Tahap penurunan pada waktu diameter
biparietal dari kepala janin telah melalui lubang
masuk panggul pasien.
3) Fleksi
Dalam proses masuknya kepala janin ke dalam
panggul, fleksi menjadi hal yang sangat penting
karena dengan fleksi diameter kepala janin
terkecil dapat bergerak melalui panggul dan
terus menuju dasar panggul. Pada saat kepala
bertemu dengan dasar panggul, tahanannya
akan meningkatkan fleksi menjadi bertambah
besar yang sangat diperlukan agar saat sampai
di dasar panggul kepala janin sudah dalam
keadaan fleksi maksimal.
4) Putaran paksi dalam (rotasi dalam)
Putaran paksi dalam merupakan pemutaran dari
bagian depan sedemikian rupa sehingga bagian
terendah dari bagian depan janin memutar ke
depan ke bawah simfisis. Pada presentasi
belakang kepala, bagian yang terendah ialah
daerah ubun-ubun kecil dan bagian inilah yang
akan memutar ke depan arah simfisis. Rotasi
dalam penting untuk menyelesaikan persalinan
karena merupakan suatu usaha untuk
menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan
lahir khususnya bidang tengah dan pintu bawah
panggul.
5) Lahirnya kepala secara ekstensi
Proses ini terjadi karena gaya tahanan dari dasar
panggul, dimana gaya tersebut membentuk
lengkungan carus yang mengarahkan kepala ke

206 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


atas menuju lorong vulva. Bagian leher belakang
di bawah oksiput akan bergeser ke bawah simfisi
pubis dan bekerja sebagai titik poros
(hipomoklion). Uetrus yang berkontraksi
memberikan tekanan tambahan dikepala yang
menyebabkan ekstensi lebih lanjut saat lubang
vulva-vagina membuka lebar.
6) Restitusi
Restitusi merupakan perputaran kepala sebesar
45 derajat baik ke kanan atau ke kiri, bergantung
pada arah mengikuti perputaran menuju posisi
oksiput anterior.
7) Putaran paksi luar
Putaran ini terjadi secara bersamaan dengan
putaran internal dari bahu. Pada saat kepala
janin mencapai dasar pangggul, bahu akan
mengalami perputaran dalam arah yang sama
dengan kepala janin agar terletak dalam
diameter yang besar dari rongga panggul. Bahu
anterior akan terlihat pada lubang vulva-vagina
dan bergeser dibawah simfisis pubis.
8) Lahirnya bahu dan seluruh anggota badan bayi
Bahu posterior akan menggembungkan
perineum dan kemudian dilahirkan dengan cara
fleksi lateral. Setelah bahu dilahirkan, seluruh
tubuh janin lainnya akan dilahirkan mengikuti
sumbu carus.
Pemantauan ibu meliputi :
1. Kontraksi
a) Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit.
b) Intensitas kontraksi kuat.
c) Durasi lebih dari 40 detik.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 207


2. Tanda-tanda kala II
a) Ibu merasa ingin meneran seiring
bertambahnya kontraksi.
b) Perineum menonjol.
c) Merasa seperti ingin buang air besar.
d) Lubang vagina dan sfingter ani membuka.
e) Jumlah pengeluaran air ketuban meningkat
(jika ketuban sudah pecah).
3. Tanda vital
Pemeriksaan tanda vital pasien sangat perlu
dilakukan dengan frekuensi pemeriksaan yang
meningkat jika dibandingkan pada kala I
persalinan. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah
untuk mendeteksi adanya penyulit persalinan.
Tekanan darah diperiks setiap 15 menit diperiksa
antara dua kontraksi, suhu, nadi, dan
pernapasan dipriksa setiap jam.
4. Kandung kemih
Pemantauan kandung kemih pada kala II
merupakan lanjutan dari kala I. Pada kala I
pasien harus berkemih secara alamiah.
5. Hidrasi
Pemberian hidrasi pada kala II didasarkan pada
peningkatan suhu sehingga mengeluarkan
banyak keringat.
6. Kemajuan persalinan
a) Penonjolan perineum.
b) Pembukaan anus.
c) Mekanisme persalinan.
d) Pada tahap selanjutnya terlihat bagian
terbawah janin dijalanlahir.

208 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


7. Integritas perineum
Dalam pemantauan perineum, mengidentifikasi
elastisitas perineum beserta kondisi pasien serta
taksiran berat janin (TBJ) untuk membuat
keputusan episiotomi.
Pemantauan Janin:
1) Sebelum bayi lahir
a) Frekuensi denyut janin
Denyut jantung janin diperiksa setiap 30
menit dan hasil ditulis dalam partograf.
b) Bagian terendah janin.
c) Penurunan bagian terendah janin.
2) Setelah bayi lahir
a) Penilaian sekilas sesaat setelah bayi lahir.
b) Aspek yang dinilai adalah warna kulit dan
tangis bayi.

 Cara meneran sebagai berikut :


1) Menganjurkan ibu meneran mengikuti dorongan
alamiah selama kontraksi.
2) Beritahu ibu untuk tidak menahan napas saat
meneran.
3) Minta untuk berhenti meneran dan beristirahat
diantara kontraksi.
4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk,
akan lebih mudah untuk meneran apabila lutut
ditarik ke arah dada dan dagu ditempelkan di
dada.
5) Minta ibu untuk mengangkat bokong saat
meneran.
6) Tidak dianjurkan melakukan dorongan pada
fundus.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 209


 Asuhan Persalinan Normal
Manuver Tangan dalam Persalinan Normal
No Manuver tangan Alasan
1 Letakkan telapak tangan pada jari tangan didalam vagina dapat
bagian Verteks yang terlihat, membawa organisme masuk dan
jangan membiarkan jari meningkatkan resiko robekan
tangan masuk ke dalam perineum.
vagina. Lakukan penekanan Tekanan terhadap kepala pada
terkendali dan tidak saat ini akan membatu kepala
menghambat kepala janin agar fleksi, sehingga Daerah
untuk keluar. suboksipital menyentuh pinggir
bawah simfisis pubis dan proses
ekstensi dimulai.
2 Dengan tangan lainnya Gerakan ke bawah dan ke dalam
topang perineum untuk ini melibatkan jaringan yang
mencegah kepala terdorong cukup dalam Aksi tersebut, dan
keluar terlalu cepat karena Mendistribusikan jaringan
bisa merusak perineum. Tambahan kearah bagian tengah
Tutupilah tangan yang dari perineum yaitu daerah yang
menopang perineum dengan paling besar Kemungkinan
duk. Letakkan ibu jari anda mengalami laserasi. Duk akan
dipertengahan dari salah satu mencegah tangan terkena
sisi Perineum dengan jari kontaminasi secara tidak sengaja.
telunjuk Dipertengahan sisi
perineum yang berlawanan.
Secara perlahan tekanlah ibu
jari dan jari telunjuk ke arah
bawah dan dalam untuk
mengendalikan peregangan
perineum.

210 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


No Manuver tangan Alasan
3 Perhatikan perineum saat Garis putih dan tipis akan
kepala janin terus muncul tampak sebelum terjadinya
dan lahir. Usap mulut bayi robekan pada perineum.
dengan jari yang dibungkus Kassadigunakan untuk
kassa. menghapus lendir yang
mungkin terhisap pada saat
bayi mulai bernafas untuk
pertama kali.
4 Saat kepala lahir,luncurkan Meluncurkan jari tangan ke
jari tangan ke leher guna leher hingga puncak punggung
memeriksaadanya lilitan tali bayi akan memungkinkan
pusat dileher janin. untukmengetahui dimana letak
tali pusat.

5 a. Jika tali pusat melilit Tali pusat yang ketat bisa


leher bayi dengan menyebabkan terjadinya
longgar, upayakan agar hipoksia pada bayi.Meminta
tali pusat tersebut dapat pasien bernafas pendek-pendek
dilepas lewat kepalanya. akanmencegah lilitannya
b. Jika tali pusat tersebut menjadi lebih ketat.
terlalu ketatuntuk dilepas
lewat kepala bayi,tetapi
tidak terlalu ketat melilit
leher bayi, lepaskan lewat
bahunya saat bayi lahir.
c. jika tali pusat tersebut
melilit leherbayi dengan
ketat, paang dua buah
klem pada tali pusat
tersebut dengan segera
lalu gunting.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 211


No Manuver tangan Alasan
6 Tunggu sampai terjadi rotasi Menunggu dan tidakmelakukan
eksternal dari kepala bayi. manuver tangan hingga
Setelah kepala bayi restitusi kepala selesai untuk
menghadap ke paha pasien, keselamatan kelahiran tersebut.
letakkan tangan pada kedua Dalam kelahiran normal, tidak
sisi kepala bayi lalu tarik perlu melakukan intervensi agar
perlahan ke bawah untuk kepala bayi berputar, sambil
melahirkan bahu anterior, menunggu berikan
kemudian tariklagike atas dukungan pada pasien.
untuk melahirkan bahu
posterior.
7 Setelah bayi lahir, letakkan Badan bayi harus meluncur
salah satu tangan dibawah keluar dengan dituntun oleh
leher bayi untuk menopang tangan sepanjang kurve
kepala, eher, dan jalan lahir (carus), da
bahunya. Sedangkan
empat jari
tangan yang lain menopang ditopang dri tekanan yang
lengan dan bahu anterior. berlebihan dari perineum.
Sementara melakukan hal
tersebut, bungkukkan badan
untuk melihat perineum dan
memastikan tidak ada
tekanan
berlebihan pada perineum.
8 Pada saat bayi dilahirkan, Bagaimana licinnya bayi, cara
luncurkan tangan atas ke seperti ini akan menghasilkan
bawah badan bayi dan pegangan yang aman.
selipkan jari telunjuk
diantara kaki bayi dan terus
kebawah hingga
menggengam kadua
pergelangan kaki bayi

212 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


No Manuver tangan Alasan
9 Lahirkan tubuh bayi dalam Hal ini akan membuat posisi
gerak lengkung yang rata bayi berada dalam ketinggian
agar kepala bayi dpat yang sama dengan plasenta dan
ditopang oleh tangan yang dapat mencegah bayi terlepas
lain. Tangan yang menopang ata terkena tekanan yang
kepala hendaknya lebih berlebihan terhadap
rendah dari kepala bayi. jaringan bayi. Merendahkan
posisi kepala bayi akan
mendorong pengeluaran lendir
semntara bayi
dikeringkan.

10 Sementara mengevaluasi Bayi pada saat ini harus sudah


kondisi bayi, keringkan lalu mulai bernafas, keringkan bayi
letakkan bayi diatas dan fasilitasi untuk kontak
abdomen pasien. dengan kulit ibu sedapat
mungkin untuk mencegah
hipotermia dan mendorong
terciptanya ikatan batin serta
pemberian
ASI.

 Kebutuhan Ibu dalam Kala II meliputi :


1) Cahaya yang redup dan privasi. Hindari
mengarahkan atau memusatan cahaya pada
perineum ibu saat ibu meneran karena akan
memberikan tekanan dan pemusatan pada
perineum bukan pada ibu sehingga membuat
ibu merasa malu dan tidak menyenangkan
terutama kepada wanita yang mengalam
pelecehan seksual.
2) Pada saat verteks sudah terlihat akan membuat
ibu yakin bahwa ibu dapat melakukannya

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 213


sehingga dapat menghilangkan kecemasan.
Terangkan bahwa akan ada sedikit kegaduhan
saat membuka set persalinan atau sarung tangan.
3) Analgesia. Ibu yang menggunakan etonoks
harus terus menggunakannya karena dapat
mengurangi kemampuannya untuk meneran.
4) Dukungan keluarga atau orang-orang terdekat
ibu dapat membantu dalam persalinan sehingga
dapat memberikan ibu ketenangan secara
psikologis dengan mengetahui ada
pendampingnya.
5) Memberikan dukungan dan semangat kepada
ibu dan keluarganya dengan menjelaskan
tahapan dan kemajuan persalinan atau kelairan
bayi pada mereka.
6) Bidan menganjurkan dan membantu ibu dalam
memperoleh posisi yang nyaman dan aman
untuk persalinan serta meneran sehingga dapat
mempermudah proses persalinan.
7) Bimbingan dalam roses meneran merupakan
salah satu kebutuhan ibu pada kala II persalinan.
8) Anjurkan ibu untuk minum selama kala II
persalinan.
9) Kebutuhan rasa aman dan ketentraman
merupakan hal yang dapat meningkatkan
ketenangan ibu dalam proses persalinan.

214 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Latihan
Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada
Bab ini secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan
sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap
Bab tentang Asuhan Persalinan Kala I. Adapun soal yang
digunakan untuk latihan adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan tentang perubahan fisiologis
b. Jelaskan tentang perubahan psikologis
c. Jelaskan tentang persiapan persalinan
d. Jelaskan tentang Pemenuhan Kebutuhan Psikologis
Pasien dan Keluarga

Soal Latihan
1. Seorang perempuan usia 23 tahun, G1POA0 hamil 3
bulan, datang ke PMB, mengeluh perasaan mual dan
kadang muntah, nafsu makan kurang, dilakukan
pemeriksaan hasil test PPT (+), keadaan umum baik dan
palpasi TFU palpasi teraba 3 jari diatas simphysis, denyut
jantung belum terdengar. Apakah diagnosa yang paling
tepat?
a. G1 P0 A0 hamil 12 minggu
b. G1 P0 A0 hamil dengan muntah
c. G1 P0 A0 mungkin hamil 12 minggu
d. G1 P0 A0 hamil dengan fisiologis
e. G1 P0 A0 mungkin hsmil 4 minggu

2. Seorang perempuan, usia 24 tahun, melahirkan anak ke 2,


ditolong dukun, setelah 15 menit uri belum lahir
kemudian memanggil bidan di PKM, dilakukan
pemeriksaan TD 100/60 mmHg, tanda vital dalam batas
normal, keadaan umum baik, TFU setinggi pusat
kontraksi uterus baik, perdarahan normal. Apa langkah-

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 215


langkah dalam melaksanakan MAK III yang tepat?
a. Lakukan PTT, lahirkan plasenta, massase uterus,
berikan oxcytoxcin
b. Berikan suntikan oxcytoxcin, PPT, lahirkan plasenta,
massase uterus
c. Lahirkan plasenta dan massase uterus kemudian
suntik oxcytoxcin
d. Lahirkan plasenta dan suntik oxcytoxcin, kemudian
massase uterus
e. Lahirkan plasenta dengan manual, massase uterus

3. Seorang perempuan, usia 24 tahun, melahirkan anak ke 2,


ditolong dukun, setelah 15 menit uri belum lahir
kemudian memanggil bidan di PKM, dilakukan
pemeriksaan TD 100/60 mmHg, tanda vital dalam batas
normal, keadaan umum baik, TFU setinggi pusat
kontraksi uterus baik, perdarahan normal. Apa tindakan
yang tepat setelah dilakukan MAK III?
a. Suntik antibiotika
b. Suntik analgetik
c. Suntik antiperetik
d. Suntik ocxytoxin
e. Suntik uterus tonica

4. Seorang perempuan usia 30 tahun GIV, PIII, A0, hamil 9


bulan, mengeluh mules dan keluar darah bercampur
lender. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik, TD
180/110 mmHg, ekstrimitas oedem, palpasi TFU 33 cm,
punggung kiri, presentasi kepala 3/5, his 3x10‘ 40‖, VT :
pemeriksaan serviks 4 cm, ketuban (+) , denyut jantung
janin 140 x/menit, hasil lab protein urine (++). Apa
asuhan kebidanan yang tepat untuk kasus tersebut ?

216 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


a. Melakukan pemasangan infuse
b. Melakukan pemberian MgSO4
c. Melakukan pemasangan cateter menetap
d. Melakukan rujukan ke Rumah sakit
e. Melakukan pemantauan dengan partograf

5. Seorang perempuan, usia 24 tahun, melahirkan anak ke 2,


ditolong dukun, setelah 15 menit uri belum lahir
kemudian memanggil bidan di PKM, dilakukan
pemeriksaan TD 100/60 mmHg, tanda vital dalam batas
normal, keadaan umum baik, TFU setinggi pusat
kontraksi uterus baik, perdarahan normal. Apakah
diagnosa kebidanan yang tepat?
a. Persalinan kala II Plasenta belum lahir
b. Persalinan kala III Plasenta belum lahir
c. Persalinan kala II Plasenta adesiva
d. Persalinan kala II Plasenta akreta
e. Persalinan kala II Plasenta inkreta

Daftar Pustaka
Abdul Bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.
American College of Obstetrican and Gynecologist: Shoulder
Dystocia. Practice Bulletin. No. 40/November 2002.
Ari, S. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika.
Bobak, I. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta: ECG.
Campbel, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L. G. 2004. Biologi, Edisi
kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Christina, Y. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: ECG.
Chumbley, Jane. 2003. Tips Soal ASI dan Menyusui. Jakarta:
Erlangga.
Cunningham, F.G., et al. 2005. William Obstetrics, 22nd ed.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 217


BAB XI

ASUHAN PERSALINAN KALA III DAN KALA IV

A. PENDAHULUAN
Deskripsi BAB
Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
dapat menguasai materi Asuhan Persalinan Kala III dan Kala
IV.

Tujuan atau Sasaran Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu:
a. Menjelaskan tentang fisiologi Kala III
b. Menjelaskan tentang Fisiologi Kala IV
c. Menjelaskan tentang tanda-tanda pelepasan plasenta
d. Menjelaskan tentang Pemantauan Kala IV

Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa adalah memahami tentang materi Asuhan
Persalinan Kala III dan Kala IV

B. PENYAJIAN DATA
 Fisiologi Kala III
Kala III merupakan periode penyusutan volume rongga
uterus setelah kelahiran bayi. Penyusustan ukuran ini
menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan
plasenta. Karena tempat perlengkapan menjadi kecil,

218 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


sedangkan ukuran lasenta tidak berubah, maka plasenta
menjadi berlipat, menebal, dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas plasenta akan turun ke
bawah bagian bawah uterus atau kedalam vagina.
 Macam-macam Pelepasan Plasenta :
1) Mekanisme Schultz
Pelepasan plasenta yang dimulai dari bagian tengah
sehingga terjadi bekuan retroplasenta.
2) Mekanisme Duncan
Terjadi pelepasan plasenta dari pinggir atau
bersamaan dari pinggir dan tengah plasenta. Hal ini
mengakibatkan terjadi semburan darah sebelum
plasenta lahir.
 Tanda-tanda Pelepasan Plasenta
1) Perubahan bentuk uterus dari diskoid menjadi
globuler akibat darikontraksi uterus.
2) Semburan darah tiba-tiba.
3) Tali pusat memanjang.
Perubahan posisi uterus, setelah plasenta lepas dan
menempati segmen bawah rahim, maka uterus muncul
pada rongga abdomen.
 Pengeluaran Plasenta
Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen
bawah rahim, kemudian melalui serviks, vagina dan
dikeluarkan ke intruitus vagina.
 Pemeriksaan Pelepasan Plasenta :
1) Perasat Kustner
Tangan kanan meregangkan atau menarik sedikit tali
pusat, sementara kanan kiri menekan atas simfisis.
Bila tali pusat masuk kembali kedalam vagina berarti
plasenta belum lepas, bila plasenta tetap atau tidak
masuk kembali ke dalam vagina berarti plasenta

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 219


belum lepas.
2) Perasat Strassman
Perasat ini dilakukan dengan mengetok-ngetok
fundus uterus dengan tangan kiri dan tangan kanan
meregangkan tali pusat sambil sambil merasakan
apakah ada getaran yang diimbulkan dari gerakan
tangan kiri. Jika terasa ada getaran, maka plasenta
belum lepas dari dinding uterus, jika tidak terasa
getaran berarti plasenta sudah lepas.
3) Perasat Klein
Untuk melakukan perasat ini, minta pasien untuk
meneran, jika tali pusat tampak turun atau
bertambah panjang berarti plasenta telah lepas,
begitu juga sebaliknya.
 Manajemen Aktif kala III adalah :
1) Definisi
Manajemen aktif kala III adalah mengupayakan kala
III selesai secepat mungkin dengan melakukan
langkah-langkah yang memungkinkan plasenta lepas
dan lahir lebih cepat.
2) Tujuan
a) Mengurangi kejadian perdarahan pasca
melahirkan.
b) Mengurangi lamanya kala III.
c) Mengurangi penggunaan tranfusi darah.
d) Mengurangi penggunaan oksitosin.
3) Komponen Manajemen Aktif Kala III
a) Pemberian oksitosin IM (Intramuskular) segera
setelah bayilahir maksimal 2 menit.
b) Tali pusat diklem.
c) Plasenta dilahirkan melalui peregangan tali
pusat terkendali dengan menahan fundus uterus

220 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


secara dorsokranial (arah ke atas dan ke
belakang).
d) Setelah plasenta dilahirkan, lakukan masase
pada fundus uterus secara sirkular agar uterus
tetap berkontraksi dengan baik serta untuk
mendorong ke luar setiap gumpalan darah yang
adadalam uterus.
4) Langkah Manajemen Aktif Kala:
a) Pemberian suntikan oksitosin 10 IU secara IM
dalam 1 menitpertama setelah bayi lahir.
b) Penegangan tali pusat terkendali.
c) Rangsangan taktil (masase) fundus uteri.
d) Memeriksa plasenta, selaput ketuban, dan tali
pusat.
5) Pemeriksaan Plasenta :
a) Selaput ketuban utuh atau tidak.
b) Plasenta : ukuran plasenta
(1) Bagian maternal : jumlah kotiledon,
keutuhan pinggirkotiledon.
(2) Bagian fetal : utuh atau tidak.
c) Pengawasan perdarahan
(1) Selama hamil aliran darah ke uterus 500 ml
sampai 800 mlper menit.
(2) Uterus tidak berkontraksi dapat
menyebabkan kehilangan darah sebanyak
350 ml sampai 500 ml.
(3) Kontraksi uterus akan menekan pembuluh
darah uterus di antara anyaman
miometrium.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 221


 Kebutuhan Ibu Bersalin Kala III :
1) Dukungan mental dari bidan dan keluarga atau
pendamping.
2) Penghargaan terhadap proses kelahiran janin yang
telah dilalui.
3) Informasi yang jelas mengenai keadaan pasien
sekarang atau tindakan yang akan dilakukan.
4) Penjelasan mengenai tindakan yang harus dilakukan
ibu untuk membantu mempercepat kelahiran
plasenta, yaitu kapan saat meneran dan posisi yang
mendukung untuk pelepasan dan kelahiran
plasenta.
5) Bebas dari rasa tidak nyaman akibat bagian bawah
yang basah olehdarah dan air ketuban.
6) Hidrasi.

 Asuhan Persalinan Kala IV


 Fisiologi Kala IV yaitu :
1) Tanda Vital
Dalam dua jam pertama setelah persalinan,
tekanan darah, nadi, dan pernapasan akan
berangsur kembali normal.
2) Gemetar
Gemetar terjadi akibat hilangnya ketegangan dan
sejumlah energi selama melahirkan dan
merupakan respon fisiologis terhadap
penurunan volume intraabdominal serta
pergeseran hematologi.
3) Sistem Gastrointestinal
Selama dua jam pascapersalinan kadang pasien
merasa mual dan muntah, atasi hal ini dengan
posisi tubuh yang memungkinkan dapat

222 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


mencegah terjadinya aspirasi corpus aleanum ke
saluran pernapsan dengan setengah duduk atau
duduk di tempat tidur.
4) Sistem Renal
Selama 2-4 jam pascapersalinan kandung kemih
masih dalam keadaan hipotonik akibat adanya
alostaktis, sehingga sering dijumpai kandung
kemih dalam keadaan penuh dan mengalami
pembesaran. Hal ini disebabkan adanya tekanan
pada kandung kemih dan uretra selama
persalinan.
5) Sistem Kardiovaskular
Selama kehamilan, volume darah normal
digunakan untuk menampung aliran darah yang
meningkat yang diperlukan oleh plasenta dan
pembuluh darah uterus. Pada persalinan per
vagina kehilangan darah sekitar 200 ml – 500 ml,
sedangkan pada persalinan SC pengeluaran dua
kali lipat. Perubahan terdiri dari volume darah
dan kadar Hematokrit.
6) Serviks
Perubahan pada serviks terjadi setelah bayi lahir,
bentuk serviks menganga seperti corong. Bentuk
ini disebabkan oleh korpus uterus yang dapat
berkontraksi, sedangkan serviks tidak
berkontraksi sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks terbentuk
seperti cincin.
7) Perineum
Setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan bayi
yang bergerak maju. Pada hari ke lima

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 223


pascamelahirkan, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian tonusnya sekalipun tetap lebih
kendur dibandingkan keadaan sebelum hamil.
8) Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan, dan dalam beberapa hari pertama
sesudah proses tersebut kedua organ ini tetap
dalam keadaan kendur. Selama 3 minggu vulva
dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil.
9) Pengeluaran ASI
Dengan menurunnya hormon esterogen,
progesteron, dan Human Placenta Lactogen
Hormon setelah plasenta lahir, prolaktin dapat
berfungsi membentuk Air Susu Ibu (ASI) dan
mengeluarkannya ke dalam alveoli bahkan
sampai duktus kelenjar ASI.
 Evaluasi Uterus
1) Konsistensi
Setelah plasenta lahir, dilakukan
evaluasi konsistensi uterus sambil
melakukan masase untuk
mempertahankan kontraksinya.
2) Atonia
a) Konsistensi uterus.
b) Hal yang perlu diperhatikan
terhadap kemungkinan relaksasi
uterus
 Riwayat atonia pada persalinan
sebelumnya.
 Status pasien sebagai grande
multipara.

224 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


 Distensi berlebihan pada
uterus misalnya pada
kehamilan kembar,
polihidramnion, atau
makrosomia.
 Induksi persalinan.
 Persalinan memanjang.
c) Kelengkapan plasenta dan
membran.
d) Status kandung kemih.

 Pemeriksaan Kala IV yaitu :


1) Serviks
 Aliran menetap atau sedikit aliran
perdarahan per vaginam berwarna merah
terang, dari bagian atas tiap laserasi yang
diamati, setelah kontraksi uterus dipastikan.
 Persalinan cepat atau presipitatus.
 Manipulasi serviks selama persalinan.
 Dorongan maternal (meneran) sebelum
dilatasi serviks lengkap.
 Kelahiran per vaginam dengan tindakan.
 Persalinan traumatik.
2) Vagina
Pengkajian kemungkinan robekan atau laserasi
pada vagina dilakukan setelah pemeriksaan
robekan pada serviks.
3) Perineum
Berat ringannya robekan perineum terbagi
dalam empat derajat, yaitu :
 Derajat satu : mukosa vagina,
komisura posterior, dankulit.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 225


 Derajat dua : derajat satu dan otot
perineum.
 Derajat tiga : derajat dua dan otot
sfingter ani.
 Derajat empat : derajat tiga dan dinding
depan perineum.

 Pemantuan Kala IV
Pemantauan kala IV meliputi :
1) Tanda vital
a) Tekanan darah dan nadi
Selama satu jam pertama pemantauan
tekanan darah dan nadi setiap 15 menit dan
pada pada satu jam kedua setiap 30 menit.
b) Respirasi dan suhu
Pemantauan respirasi dan suhu setiap jam
selama dua jampertama pascapersalinan.
2) Tinggi fundus uterus (TFU).
3) Lokia dipantau bersamaan dengan masase
uterus.
4) Kandung kemih dipantau setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan 30
menit dalam satu jam kedua.

 Penjahitan Episiotomi dan Laserasi


Penjahitan episiotomi dan laserasi memerlukan
pengetahuan anatomi perineum, tipe jahitan,
hemostasis, pembedahan asepsis, dan penyembuhan
luka.
1) Penjahitan Perineum
a) Ibu dalam posisi litotomi.
b) Penggunaan cahaya yang cukup terang.

226 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


c) Anatomi dapat dilihat dengan jelas.
d) Tindakan cepat.
e) Teknik yang steril.
f) Bekerja hati-hati.
g) Jangan meninggalkan kasa atau kapas dalam
vagina.
h) Penjelasan dan pendekatan yang peka
terhadap perasaan ibuselama tindakan.
i) Tindak lanjut jangka panjang untuk menilai
teknik danpemilihan bahan untuk
penjahitan.

 Memperkirakan Kehilangan Darah


Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah
dengan melihat volume darah yang terkumpul dan
memperkirakan berapa banyak botol 500 ml yang
dapat menampung semua darah tersebut. Jika darah
dapar mengisi dua botol, maka dikatakan ibu telah
kehilangan 1 liter darah. Apabila perdarahan
menyebabkan ibu lemas, pusing, kesadaran
menurun, serta tekanan darah sistolik turun lebih
dari 10 mmHg dari kondisi sebelumnya, maka telah
terjadi perdarahan lebih dari 500 ml.

 Standar Pelayanan Kebidanan pada Persalinan


a. Standar 8 Persiapan Persalinan
1) Tujuan
Tujuan dari standar 8 tentang persiapan
persalinan adalah Untuk memastikan bahwa
persalinan direncanakan dalam lingkungan yang
aman dan memadai dengan pertolongan bidan
terampil.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 227


2) Pernyataan Standar
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu
hamil, suami/ keluarganya pada trimester III
memastikan bahwa persiapan persalinan bersih
dan aman dan suasana yang menyenangkan
akan direncanakan dengan baik, disamping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk,
bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat.
Bidan mengusahakan untuk melakukan
kunjungan ke setiap rumah ibu hamil untuk hal
ini.
3) Prasyarat
 Semua ibu hamil harus melakukan 2 kali
kunjungan antenatal pada rimester terakhir
kehamilannya.
 Adanya kebijaksanaan dan protocol nasional/
setempat tentang indikasi persalinan yang
harus dirujuk dan berlangsung di rumah sakit
 Bidan terlatih dan terampil dalam melakukan
pertoongan persalinan yang aman dan bersih
 Peralatan penting untuk melakukan
pemeriksaan antenatal tersedia dan dlam
keadaan berfungsi, termasuk : air mengalir,
sabun, handuk bersih untuk mengeringkan
tangan, ,beberapa pasang sarung tangan
bersih dan DTT/ steril, fetoskop/ Doppler,
pita pengukur yang bersih, stetoskop dan
tensimeter
 Perlengkapan penting yang dibutuhkan untuk
pertolongan persalinan yang bersih dan aman
tersedia dalam keadaan desinfeksi tingkat

228 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


tinggi ( termasuk partus set DTT/ steril,
sarung tanagn DTT/ Steril, peralatan yang
memadai untuk merawat bayi baru lahir, lihat
standar 9, 10, dan 13 )
 Adanya persiapan transportasi untuk
merujuk ibu hamil dengan cepat jika terjadi
kegawatdaruratan ibu dan janin
 Menggunakan KMS Ibu Hamil/buku KIA,
Kartu Ibu, dan partograf
 Sistem rujukan yang efektif ntuk ibu hamil
yang mengalami komplikasi selama
kehamilan.
4) Hasil
 Ibu hamil, suami dan keluarga tergerak untuk
merencanakan persalinan yang bersih dan
aman
 Persalinan direncanakan di tempat yang aman
dan memadai dengan pertolongan bidan
terampil
 Adanya persiapan sarana transportasi
untuk merujuk ibu bersalin, jika
perlu
 Rujukan tepat waktu telah dipersiapkan bila
diperlukan

b. Standar 9 Asuhan Persalinan Kala I


1) Tujuan
Memberikan pelayanan kebidanan yang
memadai dalam mendukung pertolongan
persalinan yang bersih dan aman untuk ibu dan
bayi

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 229


2) Pernyataan Standar
a) Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan
sudah mulai, memberikan asuhan dan
pemantauan yang memadai, memperhatikan
kebutuhan ibu, melakukan pertolongan
proses persalinan dan kelahiran yang bersih
dan aman, bersikap sopan, dan penghargaan
terhadap hak pribadi ibu, serta
memperhatikan tradisi setempat.
b) Ibu diijinkan memilih orang yang akan
mendampinginya selama proses persalinan
3) Prasyarat
a) Mengijinkan ibu memilih orang yang akan
mendampingi selama proses persalinan dan
kelahiran.
b) Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai
mules/ ketuban pecah.
c) Bidan telah terlatih dan terampil
d) Ada alat untuk pertolongan persalinan
termasuk beberapa sarung tangan DTT/
steril.
e) Adanya perlengkapan untuk pertolongan
persalinan yang bersih dan aman.
f) Tersedia ruangan yg hangat, bersih dan
sehat untuk persalinan.
g) Mengggunakan KMS ibu hamil/ buku KIA,
partograf dan kartu ibu.
h) Sistem rujukan untuk perawatan kegawat
daruratan obstetri yang efektif.

230 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


4) Hasil
a) Ibu bersalin mendapat pertolongan darurat
yang memadai dan tepat waktu, bila
diperlukan.
b) Meningkatnya cakupan persalinan dan
komplikasi persalinan dan komplikasi
lainnya yang ditolong tenaga kesehatan
terlatih.
c) Berkurangnya kematian/ kesakitan ibu/
bayi akibat partus lama.

c. Standar 10 Asuhan Persalinan Kala II yang Aman


1) Tujuan
Memastikan persalinan yang bersih dan aman
bagi ibu dan bayi
2) Pernyataan Standar
Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi
dan plasenta yang bersih dan aman, dengan
sikap sopan dan penghargaan terhadap hak
pribadi ibu serta memperhatikan tradisi
setempat. Disamping itu, ibu diijinkan memilih
orang yang akan mendampinginya selama
proses persalinan
3) Prasyarat
a) Bidan dipanggil jika ibu sudah mulai
mules/ketuban pecah.
b) Bidan sudah terlatih dan terampil dalam
menolong persalinan secara bersiih dan
aman.
c) Tersedianya alat untuk pertolongan
persalinan termasuk sarung tangan dalam
keadaan DTT dan atau steril.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 231


d) Tersedianya perlengkapan untuk
pertolongan persalinan yang bersih dan
aman. Bidan sedapat mungkin
menggunakan sarung tangan yang bersih.
e) Tersedia ruangan yang hangat, bersih, dan
sehat untuk persalinan.
f) Menggunakan KMS ibu hamil/buku KIA,
kartu ibu, partograf.
g) Sistem rujukan untuk perawatan
kegawatdaruratan obstetrik yang efektif.
4) Hasil
a) Persalinan yang bersih dan aman.
b) Meningkatnya kepercayaan terhadap bidan.
c) Meningkatnya jumlah persalinan yang
ditolong oleh bidan.
d) Menurunnya komplikasi seperti perdarahan
postpartum, asfiksia neonatorum, trauma
kelahiran.
e) Menurunnya angka sepsis puerpuralis.

d. Standar 11 Penatalaksaan Aktif Kala III


1) Tujuan
Membantu secara aktif pengeluaran plasenta dan
selaput ketuban secara lengkap untuk
mengurangi kejadian perdarahan pasca
persalinan, memperpendek waktu persalinan
kala III, mencegah terjadinya atonia uteri dan
retensio plasenta
2) Pernyataan Standar
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan
benar untuk membantu pengeluaran plasenta
dan selaput ketuban secara lengkap

232 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


3) Prasyarat
a) Bidan sudah terlatih dan terampil dalam
melahirkan plasenta secara lengkap dengan
melakukan penatalakanaan aktif persalinan
kala III secara benar.
b) Tersedianya peralatan dan perlengkapan
untuk melahirkan plasenta,termasuk air
bersih, larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi, sabun dan handuk yang
bersih untuk cuci tangan, juga tempat untuk
plasenta. Bidan seharusnya menggunakan
sarung tangan DTT/steril.
c) Tersedia obat-obat oksitosika dan metode
yang efektif untuk penyimpanan dan
pengirimannya yang dijalankan dengan
baik.
d) Sistem rujukan untuk perawatan
kegawatdaruratan obstetric yang efektif.
4) Hasil
a) Menurunkan terjadinya perdarahan yang
terjadi pala persalinankala III.
b) Menurunkan terjadinya atonia uteri.
c) Menurunkan terjadinya retensio plasenta.
d) Memperpendek waktu persalinanan kala III.
e) Menurunkan terjadinya perdarahan post
partum akibat salahpenanganan kala III.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 233


Latihan
Latihan diberikan kepada setiap mahasiswa sesuai materi pada
Bab ini secara terstruktur dan sistematis pada akhir pertemuan
sehingga mahasiswa memiliki penguasaan yang baik terhadap
Bab tentang Asuhan Persalinan Kala I. Adapun soal yang
digunakan untuk latihan adalah sebagai berikut:
a. Jelaskan tentang fisiologi Kala III
b. Jelaskan tentang Fisiologi Kala IV
c. Jelaskan tentang tanda-tanda pelepasan plasenta
d. Jelaskan tentang Pemantauan Kala IV

Soal Latihan
1. Seorang perempuan, usia 24 tahun, melahirkan anak ke 2,
ditolong dukun, setelah 15 menit uri belum lahir
kemudian memanggil bidan di PKM, dilakukan
pemeriksaan TD 100/60 mmHg, tanda vital dalam batas
normal, keadaan umum baik, TFU setinggi pusat kontraksi
uterus baik, perdarahan normal. Apakah tindakan asuhan
kebidanan yang tepat?
a. Manual plasenta
b. Manajemen aktif kala III
c. Manajemen kala II
d. Massase uterus
e. Lahirkan plasenta

2. Seorang perempuan, usia 24 tahun, melahirkan anak ke 2,


ditolong dukun, setelah 15 menit uri belum lahir
kemudian memanggil bidan di PKM, dilakukan
pemeriksaan TD 100/60 mmHg, tanda vital dalam batas
normal, keadaan umum baik, TFU setinggi pusat kontraksi
uterus baik, perdarahan normal. Apa rencana asuhan
kebidanan pada kasus tersebut?

234 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


a. Lakukan MAK III
b. Lakukan Kompresi bimanual
c. Lakukan Manual plasenta
d. Lakukan Massase Plasenta
e. Lakukan Pengeluaran plasenta

3. Seorang perempuan usia 28 tahun, G1 hamil 36 minggu


datang ke PMB dengan keluhan sering kencing, banyak
makan, banyak minum. Hasil pemeriksaan TFU 36 cm,
presentasi kepala, sudah masuk PAP, DJJ 132 x/menit,
tanda vital dalam batas normal. Apa kemungkinan kondisi
yang terjadi pada janinnya ?
a. BBLR
b. Normal
c. Obesitas
d. Mikrosomia
e. Makrosomia

4. Seorang perempuan hamil, usia 25 tahun, datang ke PMB


pada tanggal 02 juni 2019, untuk memeriksakan
kehamilannya. Hamil yang ketiga kali, pernah keguguran
satu kali, haid terakir 21 Oktober 2018, dia mengeluh sering
kram pada kaki. Hasil pemeriksaan keadaan umum baik,
TD 120/80 mmHg, nadi 88 x/menit, suhu 360C, respirasi 24
x/menit, tinggi fundus uteri 30 cm, punggung kanan,
presentasu kepala, bagian terendah belum masuk PAP, DJJ
(+) 130 x/menit. Apa rencana asuhan kebidanan yang
diberikan ?
a. Berikan protein
b. Berikan kalsium
c. Berikan karbohidrat
d. Berikan kalium

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 235


e. Berikan vitamin

5. Seorang ibu hamil usia 27 tahun GII, P1, A0, hamil 39


minggu fisiologis, datang ke Puskesmas pada jam 08.00
WITA dengan keluhan perutnya mules-mules sejak 7 jam
yang lalu. Ibu mengatakan keluar cairan dari jalan lahir
bercampur darah, pada pemeriksaan VT didapatkan
pembukaan 4 cm, ketuban masih utuh, presentasi kepala,
penurunan kepala 3/5, kesan panggul normal. His 3x
dalam 10 menit, lamanya 40 detik. Apa diagnosa yang
tepat pada kasus tersebut?
a. Inpartu kala I fase laten
b. Inpartu kala I fase aktif
c. Inpartu kala I fase maksimal
d. Inpartu kala I fase akselerasi
e. Inpartu kala I fase deselarasi

6. Seorang perempuan usia 28 tahun, G1 hamil 36 minggu


datang ke PMB dengan keluhan sering kencing, banyak
makan, banyak minum. Hasil pemeriksaan TFU 36 cm,
presentasi kepala, sudah masuk PAP, DJJ 132 x/menit,
tanda vital dalam batas normal. Apa asuhan yang
diberikan ?
a. Rujuk ke dokter SPOG
b. Pasang infuse NaCl 0,9%
c. Konseling persiapan persalinan
d. Konseling persalinan di rumah sakit
e. Diet rendah karbohidrat, tinggi garam

236 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Daftar Pustaka
Abdul Bari, Saifuddin. 2002. Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : YBPSP.
American College of Obstetrican and Gynecologist: Shoulder
Dystocia. Practice Bulletin. No. 40/November 2002.
Ari, S. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta:
Salemba Medika.
Bobak, I. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta: ECG.
Campbel, N.A., Reece, J.B., Mitchell, L. G. 2004. Biologi, Edisi
kelima Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Christina, Y. 2001. Esensial Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: ECG.
Chumbley, Jane. 2003. Tips Soal ASI dan Menyusui. Jakarta:
Erlangga.
Cunningham, F.G., et al. 2005. William Obstetrics, 22nd ed.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 237


BAB XII

ASUHAN BAYI BARU LAHIR

A. PENDAHULUAN
Deskripsi BAB
Bab ini memberikan bekal kepada mahasiswa untuk
dapat menguasai materi Asuhan Persalinan Kala I.

Tujuan atau Sasaran Pembelajaran


Pada akhir pembelajaran, mahasiswa mampu:
1. Menjelaskan tentang perubahan fisiologis
2. Menjelaskan tentang perubahan psikologis
3. Menjelaskan tentang persiapan persalinan
4. Menjelaskan tentang Pemenuhan Kebutuhan Psikologis
Pasien dan Keluarga

Kompetensi Khusus
Kompetensi khusus yang diharapkan dapat dicapai oleh
mahasiswa adalah memahami tentang materi Asuhan Kala I.

B. PENYAJIAN
a. Perubahan Sistem Pernapasan/Respirasi
Kaitannya dengan Fungsi Kardiovaskuler Pemahaman
dasar mengenai adaptasi bayi baru lahir sangat penting
sebagai landasan rencana perawatan yang tepat. Setelah
lahir, bayi harus dapat beradaptasi dari keadaan yang
sangat bergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Hal

238 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


ini dicapai melalui pemahaman menyeluruh mengenai
fungsi normal tubuh bayi baru lahir sehingga bidan dapat
membantu bayi baru lahir sehat untuk tetap sehat dan
memulihkan kondisi tubuh bayi baru lahir yang sakit.
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim
disebut periode transisi. Periode ini dapat berlangsung
hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk
beberapa sistem tubuh bayi. Transisi yang paling nyata
dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan
sirkulasi, sistem termoregulasi dan dalam kemampuan
mengambil dan menggunakan glukosa. Saat ini bayi
tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi
pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi
oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang
cukup, mengatur suhu tubuh, dan melawan setiap
penyakit atau infeksi dimana semua fungsi ini
sebelumnya dilakukan oleh plasenta. Adalah tanggung
jawab bidan untuk memfasilitasi proses adaptasi di luar
rahim ini. Pada setiap kelahiran, bidan harus memikirkan
tentang faktor-faktor antepartum dan intrapartum yang
dapat menimbulkan masalah pada jam jam pertama
kehidupan luar rahim. Dengan mengetahui bagaimana
tubuh bayi baru lahir bekerja akan membantu bidan
mengetahui bagaimana tubuh bayi baru lahir bekerja
akan membantu mengetahui kenapa bidan perlu
mengambil tindakan yang dilakukan untuk melahirkan
bayi baru lahir yang sehat.

b. Perubahan Sistem Pernapasan


Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam
waktu 30 detik pertama sesudah lahir. Usaha bayi
pertama kali untuk mempertahankan tekanan alveoli,

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 239


selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya
tarikan nafas dan pengeluaran napas dengan merintih
sehingga udara bisa tertahan di dalam. Cara neonatus
bernapas dengan cara bernapas difragmatik dan
abdominal, sedangkan untuk frekuensi dan dalamnya
bernapas belum teratur. Apabila surfaktan berkurang,
maka alveoli akan kolaps dan paru-paru kaku, sehingga
terjadi atelektasis. Dalan kondisi seperti ini (anoksia),
neonatus masih mempertahankan hidupnya karena
adanya kelanjutan metabolism anaerobic
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dengan:
a. Perkembangan paru-paru Paru-paru berasal dari titik
tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang
dan kemudian bercabang kembali membentuk
struktur percabangan bronkus. Proses ini terus
berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah
bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang,
walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan
napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang
tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup
BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak
tercukupinya jumlah surfaktan.
b. Awal timbulnya pernapasan Faktor-faktor yang
berperan pada rangsangan napas pertama bayi :
o Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan
fisik lingkungan luar rahim yang merangsang
pusat pernafasan di otak.
o Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi
karena kompresi paru - paru selama persalinan,
yang merangsang masuknya udara ke dalam

240 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


paru - paru secara mekanis. Interaksi antara
system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan
saraf pusat menimbulkan pernapasan yang
teratur dan berkesinambungan serta denyut
yang diperlukan untuk kehidupan.
o Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi
lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan
akan merangsang pernafasan. Berkurangnya O2
akan mengurangi gerakan pernafasan janin,
tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah
frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
o Perubahan suhu. Keadaan dingin akan
merangsang pernapasan. Interaksi antara sistem
pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf
pusat menimbulkan pernapasan yang teratur
dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan. Jadi sistem-sistem
harus berfungsi secara normal.
Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas Upaya
pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:
1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk
pertama kali Agar alveolus dapat berfungsi, harus
terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah ke
paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20
minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat
sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu
kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan
permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir
pernapasan. Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps
setiap saat setelah akhir setiap pernapasan, yang

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 241


menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan
energi ini memerlukan penggunaan lebih banyak
oksigen dan glukosa. Peningkatan kebutuhan energi
ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen
dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan
stress pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.
Surfaktan dan Efek Respirasi Upaya nafas pertama
bayi berfungsi untuk:  Mengeluarkan cairan dalam
paru-paru  Mengembangkan cairan alveoli paru-
paru untuk pertama kali Untuk mendapatkan fungsi
alveoli, harus terdapat surfaktan yang cukup dan
aliran darah melalui paru-paru. Produksi surfaktan
dimulai pada 20 minggu kehamilan dan meningkat
hingga paru-paru matang yaitu usia 30-34 minggu.
Fungsi Surfaktan: Mengurangi tekanan permukaan
dan membantu menstabilkan dinding alveol
sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.

c. Perubahan Sistem Pernafasan Yang Terjadi Saat Bayi


Lahir
o Saat cukup bulan, terdapat cairan dalam paru-paru
bayi. Pada persalinan, bayi melaui jalan lahir yang
menyebabkan 1/3 cairan terperas keluar dari paru-
paru.
o Pada beberapa kali tarikan napas pertama setelah
lahir, udara ruangan memenuhi trakea dan bronkus
bayi baru lahir. Sisa cairan di dalam paru-paru
dikeluarkan dan diserap oleh pembuluh limfe dan
darah. Semua alveol akan berkembang terisi udara
dan pernapasan bayi tergantung sepenuhnya pada
paru-parunya sendiri Dari cairan menuju udara Bayi
cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-

242 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


parunya.
Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan,
sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-
paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui seksio
sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga
dada ini dan dapat menderita paru-paru basah dalam
jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali
tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan
trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa
cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan
diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua
alveolus paru-paru akan berkembang terisi udara
sesuai dengan perjalanan waktu.
o Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan
fungsi kardiovaskuler Denyut jantung janin (DJJ)
diatur oleh pengaruh divisi simpatis dan
parasimpatis sistem saraf otonom dan kemoreseptor
serta baroresptor. Rentang normal DJJ adalah 120 -
160 kali permenit. Irama DJJ cukup stabil dan
fluktuasi beragam antara 5 sampai 10 menit per
menit. Perubahan antar denyut (keragaman jangka
pendek) diperantai oleh refleks vagal (sistem saraf
parasimpatis). Apabila refleks vagal distimulasi, DJJ
menurun. Apabila sistem simpatis distimulusasi, DJJ
meningkat. Sistem saraf otonom menerima informasi
mengenai status oksigen dari kemoreseptor (sel saraf
sensori dalam lengkung aorta, badan carotid dan
otak yang dapat memicu sistem saraf simpatis untuk
meningktkan DJJ guna meningkatkan perfusi pada
area yang terkait. Baroreseptor (ujung saraf yang
sensitif) terhadap tekanan dalam dinding arteri
carotid internal dan eksternal) memberikan input

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 243


mengenai tekanan darah. Peningkatan tekanan darah
baroreseptor memberi tanda kepada sistem saraf
parasimpatis untuk menurunkan curah jantung dan
tekanan darah secara cepat, sehingga memperlambat
DJJ. Selama kontraksi uterus, DJJ biasanya tidak
berubah secara bermakna jika fungsi placenta
adekuat. Aliran darah ke ruang intervilli berhenti
ketika ketegangan uterus mencapai 50 mm Hg. Janin
yang sehat mampu bergantung pada cadangan
oksigen di dalam ruang intervilli dalam kondisi
normal. DJJ dapat turun selama kontraksi jika
terdapat kompresi tali pusat, peregangan atau
tekanan pada kepala janin (menyebabkan stimulasi
saraf vagus dan menurunkan aliran darah). Jika
fungsi uteroplasenta tidak adekuat, DJJ dapat turun
sesudah awal kontraksi dan tidak kembali ke garis
dasar sampai setelah kontraksi selesai (deselerasi
lambat). Hipoksia ringan menyebabkan peningkatan
DJJ, namun hipoksia yang parah menyebabkan
penurunan DJJ. Oksigenasi yang memadai
merupakan faktor yang sangat penting dalam
mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika
terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini
berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna
menerima oksigen yang berada dalam alveoli,
sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi
jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran
darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya

244 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


peningkatan sirkulasi limfe dan membantu
menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang
perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar
rahim.
o Perubahan pada sistem peredaran darah Setelah
lahir, darah bayi harus melewati paru untuk
mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi
melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke
jaringan. Ada 2 perubahan besar yang harus terjadi
dalam sistem sirkulasi:
• Penutupan foramen ovale atrium jantung
 Saat tali pusat dipotong, resistensi
pembuluh sistemik meningkat dan tekanan
atrium kanan menurun. Hal ini membantu
darah dengan kandungan oksigen sedikit
mengalir ke paru-paru untuk proses
oksigenisasi ulang
 Pernapasan pertama, resistensi pembuluh
turun, tekanan atrium kanan naik. Oksigen
mengalir ke dalam paru, dan menurunkan
tekanan atrium kiri. Akibatnya foramen
ovale menutup secara fungsional
• Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-
paru dan aorta
 Dengan adanya pernapasan kadar oksigen
darah meningkat, sehingga duktus
arteriosus mengalami kontriksi dan
menutup
 Selanjutnya sistem sirkulasi bayi dapat
menjalankan fungsinya sendiri Perubahan
sirkulasi ini terjadi akibat perubahan
tekanan darah pada seluruh sistem

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 245


pembuluh tubuh. Ingat hukum yang
menyatakan bahwa darah akan mengalir
pada daerah yang mempunyai resistensi
yang kecil. Jadi perubahan-perubahan
tekanan langsung berpengaruh pada aliran
darah. Oksigen menyebabkan sistem
pembuluh mengubah tekanan dengan cara
mengurangi atau meningkatkan
resistensinya sehingga mengubah aliran
darah. Hal ini terutama penting kalau kita
ingat bahwa sebagian besar kematian dini
bayi baru lahir berkaitan dengan oksigen
(asfiksia). Dua peristiwa penting yang
mengubah tekanan dalam sistem pembuluh
darah:
• Pada saat tali pusat dipotong, resistensi
pembuluh sistemik meningkat dan tekanan
atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan
menurun karena berkurangnya aliran darah ke
atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan
penurunan volume dan tekanan atrium kanan
itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah
dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke
paru paru untuk menjalani proses oksigenasi
ulang.
• Pernafasan pertama menurunkan resistensi
pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan
tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernafasan
pertama ini menimbulkan relaksasi dan
terbukanya sistem pembuluh darah paru-paru
(menurunkan resistensi pembuluh darah paru
paru). Peningkatan sirkulasi ke paru paru

246 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


mengakibatkan peningkatan volume darah dan
tekanan atrium kanan. Dengan peningkatan
tekanan atrium kanan ini dan penurunan
tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara
fungsional akan menutup.

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di
atas, kerjakanlah latihan berikut!
1) Sebutkan apa saja yang terjadi pada pernafasan pertama
pada bayi normal ?
2) Bagaimana perubahan sistem pernafasan yang terjadi
pada saat bayi lahir?
3) Apakah fungsi sistem pernafasan dan kaitannya dengan
fungsi kardiovaskuler?
4) Perubahan apa yang terjadi dalam sistem sirkulasi
peredaran darah pada bayi baru lahir ?

Petunjuk Jawaban Latihan


1) Hal-hal yang terjadi pada pernapasan pertama pada bayi
normal adalah:
 Perkembangan paru-paru
 timbulnya pernafasan
2) Perubahan sistem
 Saat cukup bulan, terdapat cairan dalam paru-paru
bayi. Pada persalinan, bayi melalui jalan lahir yang
menyebabkan 1/3 cairan terperas keluar dari paru-
paru.
 Pada beberapa kali tarikan napas pertama setelah
lahir, udara ruangan memenuhi trakea dan bronkus
bayi baru lahir. Sisa cairan di dalam paru-paru
dikeluarkan dan diserap oleh pembuluh limfe dan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 247


darah. Semua alveol akan berkembang terisi udara
dan pernapasan bayi tergantung sepenuhnya pada
paru-parunya sendiri.
3) Keterkaitan sistem pernafasan dengan fungsi
kardiovaskuler adalah Fungsi sistem pernapasan dan
kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler adalah
peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar
pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan
paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan
mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan
membantu menghilangkan cairan paru-paru dan
merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi
luar rahim.
4) Perubahan yang terjadi dalm sistem sirkulasi peredaran
darah pada bayi baru lahir
 Penutupan foramen ovale atrium jantung
 Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru
dan aorta

Ringkasan
Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam
waktu 30 detik pertama sesudah lahir, terjadi dengan adanya
perkembangan paru-paru, Hipoksia pada akhir persalinan dan
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang
pusat pernafasan di otak, penimbunan karbondioksida (CO2).
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah. Fungsi
sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi
kardiovaskuler adalah Peningkatan aliran darah paru-paru
akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke
paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi
limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan

248 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar
rahim. Perubahan pada sistem peredaran darah terjadi karena
adanya Penutupan foramen ovale atrium jantung dan
Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat
penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.
Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan
mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti
tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima
oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan
penurunan oksigenasi jaringan. Ada 2 perubahan besar yang
harus terjadi dalam sistem sirkulasi yaitu:
o Penutupan foramen ovale atrium jantung. Saat tali pusat
dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan
tekanan atrium kanan menurun. Hal ini membantu darah
dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-
paru untuk proses oksigenisasi ulang, pernapasan
pertama, resistensi pembuluh turun, tekanan atrium
kanan naik. Oksigen mengalir ke dalam paru, dan
menurunkan tekanan atrium kiri. Akibatnya foramen
ovale menutup secara fungsionil.
o Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan
aorta Dengan adanya pernapasan kadar oksigen darah
meningkat, sehingga duktus arteriosus mengalami
kontraksi dan menutup. Selanjutnya sistem sirkulasi bayi
dapat menjalankan fungsinya sendiri. Perubahan
sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan darah pada
seluruh sistem pembuluh tubuh. Ingat hukum yang
menyatakan bahwa darah akan mengalir pada daerah
daerah yang mempunyai resistensi yang kecil. Jadi
perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh
pada aliran darah. Oksigen menyebabkan sistem

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 249


pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi
atau meningkatkan resistensinya sehingga mengubah
aliran darah. Hal ini terutama penting kalau kita ingat
bahwa sebagian besar kematian dini bayi baru lahir
berkaitan dengan oksigen (asfiksia). Peristiwa penting
yang mengubah tekanan dalam sistem pembuluh darah
yaitu pada saat tali pusat pusat dipotong, resistensi
pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan
menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena
berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal
ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium
kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah
dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-
paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang dan
Pernafasan pertama menurunkan resistensi pembuluh
darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium
kanan. Oksigen pada pernafasan pertama ini
menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh
darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah
paru paru). Peningkatan sirkulasi ke paru-paru
mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan
atrium kanan. Dengan peningkatan tekanan atrium kanan
ini dan penurunan tekanan pada atrium kiri, foramen
ovale secara fungsional akan menutup.

TES
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1) Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi karena
adanya ?
a. Pematangan surfaktan
b. Perkembangan paru-paru
c. Retensi oksigen di atrium kanan

250 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


d. Penutupan foramen ovale atrium jantung
e. Sistem pernapasan
2) Peningkatan aliran darah paru-paru adalah
memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan
menghilangkan cairan paru-paru adalah merupakan
fungsi dari ?
a. Sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi
kardiovaskuler
b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru
dan aorta
c. Penutupan foramen ovale atrium jantung
d. Perubahan pada sistem peredaran darah
e. Sistem pengaturan suhu
3) Peningkatan aliran darah ke paru-paru berfungsi untuk?
a. Mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe
dan membantu menghilangkan cairan paru-paru
b. Mempercepat penutupan duktus arteriosus antara
arteri paru-paru dan aorta
c. Mempercepat penutupan foramen ovale atrium
jantung
d. Memperlancar pertukaran gas dalam alveolus
e. Memperlancar sistem pernapsan
4) Terjadinya peningkatan resistensi pembuluh sistemik dan
tekanan atrium kanan menurun menyebabkan terjadinya

a. Pematangan surfaktan
b. Perkembangan paru-paru
c. Retensi oksigen di atrium kanan
d. Penutupan foramen ovale atrium jantung
e. Pertukaran gas
5) Secara fisiologis pada saat bayi melalui jalan lahir selama
persalinan mendapat keuntungan ?

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 251


a. Keluarnya CO2 dari Paru
b. Segera mendapatkan oksigen
c. Cairan yang ada di dalam paru diperas keluar
d. lahir yang dilalui sesuai dengan besarnya bayi
e. sistem pernapasan

d. Pengaturan Suhu, Metabolisme Glukosa, Perubahan


Sistem Gastrointestinal
• Perubahan Pengaturan Suhu
Suhu tubuh bayi baru lahir harus dipertahankan
antara 36,5oC dan 37oC. Hipotermia pada bayi baru
lahir didefinisikan sebagai suhu kurang dari 35oC.
• Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu
tubuhnya, suhu dikendalikan dari pusat penurun
panas dan pusat peningkatan panas di hipotalamus,
area otak di dekat kelenjar hipofisis, sehingga bayi
akan mengalami stress dengan adanya perubahan
perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan
lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar
yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini
menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas
tubuhnya.
• Pembentukan suhu pada bayi baru lahir tanpa
disertai menggigil adalah merupakan hasil
penggunaan lemak coklat untuk produksi panas.
• Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh
dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai
100%.
• Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus

252 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


menggunakan glukosa guna mendapatkan energi
yang akan mengubah lemak menjadi panas.
• Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
seorang Bayi Baru Lahir.
a. Lemak coklat ditemukan di sekitar leher dan
antara skapula, melintasi garis klavikula dan
sternum.
b. Lemak coklat juga mengelilingi pembuluh darah
torax mayor dan bantalan ginjal.
c. Sel-sel mengandung nukleus, glikogen,
mitokondria (yang melepas energi) dan vakuola
lemak multiple di dalam sitoplasma (suatu
sumber energi)
d. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin.
Semakin lama usia kehamilan semakin banyak
persediaan lemak coklat bayi.
• Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai
mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.
Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas
merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban
untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL
Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas untuk
berkeringat dan menggigil. Termogenesis non
menggigil (non shivering thermogenesis, NST)
digunakan oleh bayi baru lahir untuk tetap hangat,
dan dimulai dengan:
 Oksigenasi
 Pelepasan dari plasenta , memotong tali pusat
memaksimalkan NST
 Pendinginan kutaneus: reseptor dingin di kuit
menstimulasi pelepasan noradrenalin dan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 253


tiroksin yang menstimulasi lemak coklat.
• Mekanisme Kehilangan Panas Panas hilang selama
kelahiran, resusitasi dan transportasi
 Evaporasi Kehilangan panas akibat bayi tidak
segera dikeringkan. Akibatnya cairan ketuban
pada permukaan tubuh menguap.
 Konduksi Kehilangan panas akibat kontak
langsung antara tubuh bayi dengan permukaan
yang dingin.
 Konveksi Kehilangan panas akibat bayi terpapar
dengan udara sekitar yang lebih dingin.
 Radiasi Kehilangan panas akibat bayi
ditempatkan di dekat benda yang temperaturnya
lebih rendah dari temperatur tubuh bayi.
• Upaya Mencegah Kehilangan Panas:
 Keringkan bayi secara seksama
 Lakukan IMD
 Selimuti bayi dengan selimut bersih, kering dan
hangat
 Tutupi kepala bayi
 Anjurkan ibu memeluk dan memberikan ASI
 Jangan segera menimbang atau memandikan
bayi
 Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
o Efek hipotermia
a. Peningkatan resistensi/tahanan vaskuler
pulmonal, mengurangi oksigenase.
b. Penurunan produksi surfaktan dan
efisiensi surfaktant, meningkatkan
atelektasis yang memperburuk asidosis.
c. Asidosis meningkatkan tekanan arteri
pulmonal, mengurangi jumlah aliran darah

254 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


melalui paru, menyebabkan hipoksia.
d. Peningkatan asidosis juga menyebabkan
pergeseran bilirubin tak terkonjugasi dari
tempat pengikatannya, menimbulkan
resiko hiperbilirubinemi.
e. Peningkatan penggunaan glukosa, karena
peningkatan metabolisme memicu
hipoglikemia dan mengurangi energi yang
tersedia untuk pertumbuhan
f. Curah jantung yang buruk dan penurunan
aliran darah ke saluran gastrointestinal
menyebabkan iskemia yang dapat
menyebabkan enterokolitis nekrotik
(necrotizing enterocolitis, NEC).
g. Hemoragi pulmonal dapat juga terjadi
akibat kegagalan ventrikel kiri dan
kerusakan pada kapiler pulmonal,
menyebabkan kebocoran cairan dan sel
dari alveoli.
• Perawatan bayi saat lahir
 Suhu minimal janin satu derajad lebih tinggi
dibandingkan suhu ibu karena pertukaran panas
melalui plasenta
 Penurunan suhu lingkungan saat kelahiran bayi
terlahir dengan kondisi basah dilahirkan ke
lingkungan yang dingin
 Bayi cukup bulan yang sehat akan berespon
dengan meningkatkan produksi panas.
 Mengeringkan dan membedong bayi dengan
handuk hangat akan mempertahankan suhu
tubuh bayi.
 Perawatan Kanguru membantu

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 255


mempertahankan bayi tetap hangat.
Menempatkan bayi kontak langsung ke dada ibu
menstimuasi ibu untuk mengubah suhu
tubuhnya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
• Bayi Premature Perawatan pada bayi prematur:
 Ruang kelahiran dapat dingin dan berangin yang
meningkatkan kehilangan panas Konvektif.
 Suhu tubuh bayi dengan berat badan 1 kg dapat
berkurang sebesar 1 derajat Celcius setiap 5
menit.
 Atur penghangat radian ke nilai maksimum dan
sediakan handuk hangat.
 Ingat kepala merupakan permukaan yang besar
untuk kehilangan panas, jadi pakaikan topi ke
kepala bayi jika ia memerlukan resusitasi
ekstensif dan dipindahkan ke NICU.
 Selama resusitasi dan transportasi ke NICU
gunakan kantong plastik untuk membungkus
tubuh bayi. Plastik di dekat kulit membantu
mengurangi kehilangan cairan transepidermal
melalui kulit bayi prematur yang belum matang.
 Setelah bayi berada di lingkungan inkubator
dengan 7% kelembaban juga akan membantu
tetap hangat.
 Perlengkapan yang digunakan untuk
mempertahankan suhu badan bayi baru lahir
adalah sebagai berikut:
o Pemanas Radian  memberikan panas kering
secara langsung ke kulit digunakan terutama
saat pelahiran atau selama intervensi 
meningkatkan kehilangan panas yang tidak
dirasakan, kehilangan panas evaporatif dan

256 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


konvektif Bayi akan meningkatkan laju
metaboliknya saat pemanas berupaya
memproduksi kondisi suhu yang netral.
Pemanas radian tidak digunakan pada bayi
prematur atau bayi sakit.
o Inkubator  memberikan ruang tertutup yang
terlindung  Sebagai hasil dari rancangan
lapisan kaca ganda, inkubator mengurangi
kehilangan panas radiasi, mengelilingi bayi
dengan gorgen panas bahkan ketika pintu
jendela terbuka  memungkinkan pemberian
kelembapan untuk memutuskan kehilangan
panas melalui evaporasi (tidak dirasakan) dan
kehilangan cairan.  memungkinkan
pemberian oksigen  mengurangi suara
bising karena lubang kecil dan pintu
diberikan bantalan.

e. Perubahan Metabolisme Glukosa


1. Selama dalam kandungan kebutuhan glukosa bayi
dipenuhi oleh ibu. Saat bayi lahir dan tali pusat
dipotong, bayi harus mempertahankan kadar
glukosanya sendiri.
2. Kadar glukosa bayi akan turun dengan cepat (1-2 jam
pertama kelahiran) yang sebagian digunakan untuk
menghasilkan panas dan mencegah hipotermia.
3. Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa
dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan
tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi
harus mulai mempertahankan kadar glukosa
darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir,
glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 257


sampai 2 jam).
4. Jika cadangan glukosa tubuh habis digunakan,
sementara bayi tidak mendapat asupan dari luar,
beresiko terjadinya hipoglisemia dengan gejala
kejang, sianosis, apnoe, tangis lemah, letargi dan
menolak makan. Akibat jangka panjang dapat
merusak sel-sel otak
5. Pencegahan Penurunan Kadar Glukosa Darah:
a. Melalui penggunaan ASI
b. Melalui penggunaan cadangan glikogen
(glikogenolisis)
c. Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain
terutama lemak (glikoneogenesis):
o BBL yang tidak mampu mencerna makanan
dengan jumlah yang cukup, akan membuat
glukosa dari glikogen (glikogenisasi).
o Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai
persediaan glikogen yang cukup.
o Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa
dalam bentuk glikogen terutama di hati,
selama bulan-bulan terakhir dalam rahim.
o Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat
lahir yang mengakibatkan hipoksia akan
menggunakan cadangan glikogen dalam
jam-jam pertama kelahiran.
o Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya
tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran
pada bayi cukup bulan.
o Jika semua persediaan glikogen digunakan
pada jam pertama, maka otak dalam
keadaan berisiko.
o Bayi yang lahir kurang bulan (prematur),

258 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


lewat bulan (post matur), bayi yang
mengalami hambatan pertumbuhan dalam
rahim dan stres janin merupakan risiko
utama, karena simpanan energi berkurang
(digunakan sebelum lahir)
o Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan
tidak khas meliputi : kejang-kejang halus,
sianosis, apneu, tangis lemah, letargi, lunglai
dan menolak makanan. Hipoglikemi juga
dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat
jangka panjang hipoglikemi adalah
kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel
otak.

f. Perubahan Sistem Gastrointestinal


a. Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai
menghisap dan menelan.
b. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah
terbentuk baik pada saat lair. 3. Kemampuan bayi
baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna
makanan (selain susu) masih terbatas.
c. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung
masih belum sempurna yang mengakibatkan
―gumoh‖ pada bayi baru lahir dan neonatus
d. Kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30cc
untuk bayi baru lahir cukup bulan.
e. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat
bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir.
f. Pengaturan makanan yang diatur bayi sendiri
penting contohnya memberi ASI on demand.

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 259


g. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh/Imun
Pada kehamilan 8 minggu telah ditemukan limfosit,
dengan tuanya kehamilan maka limfosit juga banyak di
temukan dalam ferifer dan terdapat pula limfe. Sel-sel
limfoid membentuk molekul immunoglobulin gamma G
yang merupakan gabungan immunoglobulin gamma A
dan gamma M. Gamma G dibentuk paling banyak setelah
2 bulan bayi dilahirkan. Gamma G globulin janin di dapat
dari ibu melalui plasenta. Bila terjadi infeksi maka janin
mengadakan reaksi dengan plasmasitosis, penambahan
penambahan folikel limfoid dan sintesis gamma M
immunoglobulin. Gamma A immunoglobulin telah dapat
dibentuk pada kehamilan 2 bulan dan banyak ditemukan
segera setelah lahir, khususnya sekret dari traktus
digestifus, respiratorus, kelenjar ludah, pancreas dan
traktus urogenital. Gamma M immunoglobulin
meningkat segera setelah bayi dilahirkan setara dengan
keadaan flora normal dalam saluran pencernaan. Akan
tetapi bayi hanya dilindungi oleh Gamma G
immunoglobulin dari ibu dan terbatas kadarnya juga
kurangnya Gamma A immunoglobulin yang
menyebabkan neonatus berkemungkinan besar rentan
infeksi dan sepsis. Sistem imunitas bayi baru lahir masih
belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan
terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas
yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun
yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
1. Perlindungan oleh kulit membran mukosa
2. Fungsi saringan saluran napas
3. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
4. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung

260 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu
oleh sel darah yang membantu BBL membunuh
mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini
masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu
melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL
dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam
tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap
antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal
kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa
bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan
tubuh. Bayi memiliki imunoglobulin waktu lahir, namun
keberadaannya dalam rahim terlindung membatasi
kebutuhan untuk bereaksi pada kekebalan terhadap
antigen tertentu. Ada tiga macam imunoglobulin (Ig) atau
antibodi (huruf menunjukan masing-masing golongan),
yaitu IgG, igA, dan IgM. Hanya IgG yang cukup kecil
melewati pembatas plasenta , IgG merupakan golongan
antibodi yang sangat penting dan kira-kira 75% dari
seluruh antibodi. IgG mempunyai kekebalan terhadap
infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir, tingkat
IgG bayi sama dengan atau sedikit lebih banyak daripada
ibu. Tingkat Ig ini memberikan kekebalan pasif selama
beberapa bulan kehidupan. IgM dan IgA tidak melintasi
pembatas plasenta, namun dibuat oleh janin. Tingkat IgM
pada periode kehamilan besarnya 20% dari IgM orang
bisa dan diperlukan waktu 2 tahun untuk dapat
menyamai tingkat orang dewasa. Tingkat IgM yang
relatif rendah membuat bayi rentan terkena infeksi. IgM
juga penting sebab sebagian besar antibodi yang
terbentuk pada sewaktu terjadi respons primer adalah
golongan ini. Tingkat IgA sangat rendah dan diproduksi

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 261


dalam waktu yang lama walaupun tingkat salive sekresi
mencapai tingkat orang dewasa dalam kurun waktu 2
bulan. IgA melindungi dari infeksi saluran pernafasan,
saluran usus lambung, dan mata. Sedangkan
imunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE, tidak
begitu berkembang pada masa awal bayi/neonatus.

Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di
atas, kerjakanlah latihan berikut!
1. Apa akibat dari sistem imunitas bayi baru lahir belum
matang?
2. Apakah gejala-gejala terjadinya hipoglikemia pada bayi
baru lahir ?
3. Apakah akibat dari Hubungan antara esofagus bawah
dan lambung masih belum sempurna pada bayi baru
lahir ?
4. Apa akibat dari sistem imunitas bayi baru lahir masih
belum matang ?
5. Apakah keuntungan dari sistem imunitas yang matang

Petunjuk Jawaban Latihan


1. Dampak dari Bayi baru lahir yang belum dapat mengatur
suhu tubuhnya adalah akan mengalami stress dengan
adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin
ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada
lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa
mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang
bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
2. Gejala gejala terjadinya hipoglikemia pada BBL adalah
kejang kejang halus, sianosis, apnoe, tangis lemah, letargi,

262 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


lunglai, dan menolak makan.
3. Akibat dari Hubungan antara esofagus bawah dan
lambung masih belum sempurna adalah terjadinya
―gumoh‖ pada bayi baru lahir dan neonatus
4. Akibat dari sistem imunitas bayi baru lahir masih belum
matang adalah neonatus rentan terhadap berbagai infeksi
dan alergi.
5. Keuntungan dari sistem imunitas bayi baru lahir yang
matang adalah memberikan kekebalan alami maupun
yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur
pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi.

Ringkasan
1) Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya,
sehingga akan mengalami stress dengan adanya
perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke
lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Pembentukan
suhu pada bayi baru lahir tanpa disertai menggigil adalah
merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas.
2) Selama dalam kandungan kebutuhan glukosa bayi
dipenuhi oleh ibu. Saat bayi lahir dan tali pusat dipotong,
bayi harus mempertahankan kadar glukosanya sendiri.
Kadar glukosa bayi akan turun dengan cepat (1-2 jam
pertama kelahiran) yang sebagian digunakan untuk
menghasilkan panas dan mencegah hipotermia. Jika
cadangan glukosa tubuh habis digunakan, sementara bayi
tidak mendapat asupan dari luar, beresiko terjadinya
hipoglisemia.
3) Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap
dan menelan. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 263


untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu)
masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan
lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan
―gumoh‖ pada bayi baru lahir dan neonatus 4) Sistem
imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga
menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi
dan alergi.
4) Sistem imunitas yang matang akan memberikan
kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami
terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah
atau meminimalkan infeksi.

TES 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Seorang Perempuan post partum hari ke 3 membawa
bayinya ke Klinik dengan keluhan bayi tiba-tiba demam,
sulit menyusui dan mulut mencucu seperti mulut ikan.
Hasil pemeriksaan S:360C, N: 130x/menit, R:56x/menit,
BB lahir: 2600 gram, PB: 50 cm, terdapat kaku kuduk.
Apakah diagnosa yang tepat untuk kasus diatas?
a. Bayi dengan tetanus neonatorum
b. Bayi dengan oftalmia neonatorum
c. Bayi dengan sindrom TORC
d. Bayi dengan hidrosefalus
e. Bayi dengan asfiksia

2. Seorang perempuan datang ke Puskesmas dengan


anaknya Usia 3 tahun dengan keluhan BAB > 6x sehari,
nafsu makan menurun, susah tidur sejak 3 hari yang lalu.
Hasil pemeriksaan S:360C, N: 130x/menit, R:56x/menit,
turgor kulit baik, anak masih mau minum dengan lahap,
tidak ada tanda – tanda dehidrasi. Apakah diagnosis

264 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


yang tepat untuk kasus diatas?
a. Diare
b. Malaria
c. Tifoid
d. Hepatitis
e. Marasmus

3. Seorang perempuan usia 35 tahun G1P0A0. Hasil


pemeriksaan antropometri BB 2300 gram, PB 50 cm, LD
33 cm, LK 32 cm. Apakah diagnosis yang tepat sesuai
kasus di atas?
a. BBLR
b. BBLSR
c. Bayi Prematur
d. Bayi Cukup Bulan
e. Bayi Kurang Bulan

4. Bayi Ny. R lahir pukul 10.00 WITA di Rumah Sakit


menangis lambat, bernapas megap-megap. Hasil
pengukuran antropometri BB 2000 gram, PB 45 cm, Hasil
Pemeriksaan tangan dan kaki teraba dingin dan bayi sulit
bernapas. Apa tindakan yang tepat sesuai kasus di atas?
a. VTP
b. Merujuk
c. HAIKAP
d. Resusitasi
e. Metode kanguru

5. Seorang perempuan umur 30 tahun G1P0A0 di PMB. Bayi


bernapas megap-megap, tonus otot lemas, tangisan
lemah, warna kulit biru. Hasil pemeriksaan denyut
jantung 60x/menit. Apakah diagnosis yang tepat sesuai
kasus di atas?

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 265


a. Hipotermi
b. Hipertermi
c. Asfiksia
d. Sianosis
e. BBLR

6. Seorang perempuan dengan bayinya berusia 5 hari ke


Klinik, dengan keluhan badan panas, malas menyusu dan
rewel. Hasil pemeriksaan S 380C, R 50x/menit, tali pusat
tampak basah, memerah dan berbau. Apakah diagnosis
yang tepat sesuai kasus di atas?
a. Tetanus neonatorum
b. Infeksi tali pusat
c. Hepatitis
d. Ikterus
e. Difteri

7. Bayi Ny. K lahir pukul 13.00 WITA di Klinik. Bayi lahir


spontan, menangis kuat, gerak aktif. Hasil pemeriksaan
TTV dalam batas normal. Setelah 6 jam perempuan dan
bayi diperbolehkan untuk pulang. Selama di klinik Ibu
belum bisa menyusui dengan benar. Apakah rencana
asuhan yang tepat pada kasus di atas?
a. Konseling tentang teknik menyusui
b. Konseling tentang perawatan tali pusat
c. Konseling tentang perawatan payudara
d. Konseling tentang tanda bahaya pada bayi
e. Konseling tentang perawatan bayi sehari-hari

8. Bayi Ny. T lahir spontan 1 jam yang lalu, gerakan aktif,


berat badan 2400 gram, panjang badan 48 cm, pernapasan
40 x/menit, dengan usia kehamilan saat lahir 36 minggu.
Dari hasil pemeriksaan tidak di temukan kelainan.

266 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Apakah Asuhan yang tepat yang diberikan pada kasus
diatas?
a. Dimandikan
b. Pemberian Oksigen
c. Pemberian Antibiotik‘
d. Dirawat dalam incubator
e. Rawat Gabung dengan Ibunya

9. Seorang bayi lahir spontan di PMB. Berat badan 3500


gram, panjang badan 51 cm, pernapasan 45 x/menit. Bayi
menetek kuat, tali pusat tidak ada tanda- tanda infeksi.
KIE apa yang harus diberikan pada kasus diatas?
a. Pemberian asi setiap 3 jam
b. Pemberian PASI setisp saat
c. Pemberian antibiotik secara rutin agar tidak terjadi
infeksi
d. Pemberian makanan tambahan agar bayi cepat besar
e. Mempertahankan kehangatan tubuh bayi agar bayi
tidak kedinginan

10. Seorang perempuan melahirkan 1 jam yang lalu di PMB,


usia kehamilan 40 minggu, BB: 2.800 gram PB: 48 cm,
bergerak aktif, warna kulit kemerahan, RR: 40 x /menit,
Nadi: 130 x/menit, suhu: 360C. Apakah Diagnosa yang
tepat untuk kasus diatas?
a. BBL Normal
b. BBL dengan asfiksia
c. BBL dengan Hipotermia
d. BBL dengan lebih bulan
e. BBL dengan infeksi

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 267


Adrian. (2018). Buku Ajar Bayi Baru Lahir. Jakarta: EGC.
Asrinah, dkk. (2010). Asuhan Kebidanan Masa Persalinan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dewi dan Sunarsih. (2011). Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika. Dewi, V. N.L. (2013). Asuhan
Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika.
Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010). Asuhan Neonatus Bayi
dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika. Ekasari, &
Natalia. (2019). Deteksi Preeklamsi Dengan Antenatal Care.
Sulawesi Selatan: Yayasan Ahmar Cendekia Indonesia.
Fourianalistyawati, E., & Caninsti, R. (2017). Kualitas Hidup Pada
Ibu Dengan Kehamilan Risiko Tinggi.
Irianti, B., dkk. (2014). Asuhan Kehamilan Berdasarkan Bukti.
Jakarta: Sagung Seto. Irmawati. (2015). Bayi dan Balita
Sehat. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

268 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Irfana Tri Wijayanti, S.Si.T., M.Kes., M.Keb.
Lahir di Kudus, 25 Agustus 1983. Penulis telah
menyelesaikan pendidikan D4 di Program
Studi Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran lulus tahun 2008, menyelesaikan
pendidikan S2 Kesehatan di Program Studi
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro lulus Tahun
2011 kemudian menyelesaikan Pendidikan S2 Kebidanan di
Universitas ‗Aisyiyah Yogyakarta lulus tahun 2019. Saat ini
adalah Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti
Utama Pati dan menjabat sebagai Ketua STIKes. Mengampu
mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan, Asuhan Kebidanan
Persalinan, Kebugaran dalam praktik Kebidanan, Asuhan Pada
Perempuan dan Anak dengan kondisi rentan,
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal, Farmakologi dalam
Kebidanan, Profesionalisme Kebidanan. Penulis adalah Dosen
Tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan STIKes Bakti Utama
Pati sejak 2008 hingga sekarang. Penulis mengajar mata kuliah
Asuhan Kebidanan Kehamilan, Asuhan Kebidanan Persalinan,
Kebugaran dalam praktik Kebidanan, Asuhan Pada Perempuan
dan Anak dengan kondisi rentan, Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal, Farmakologi dalam Kebidanan, Profesionalisme
Kebidanan. Penulis juga telah menghasilkan beberapa
publikasi ilmiah yang diterbitkan pada Jurnal Nasional. Berikut
link google scholar‘s sitasi:
https://scholar.google.co.id/citations?user=iYlQVdEAAAAJ&
hl=id serta menulis buku yang telah diterbitkan oleh EGC, PT
Kanisius, Yayasan Barcode. Selain itu penulis juga telah
menciptakan aplikasi ―IrFa Contraction‖ dan memperoleh

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 269


HaKI. Penulis dapat dihubungi di irfanawijayanti@gmail.com
atau irfana_tri@yahoo.co.id

Baharika Suci Dwi Aningsih, S.Keb., Bd., M.Keb.


Penulis memulai Pendidikan Kebidanan pada
program Diploma III di STIK Sint Carolus
pada tahun 2004 dan lulus pada tahun 2007.
Setelah lulus penulis kemudian bekerja
menjadi tenaga pengajar di Program Studi
Kebidanan STIK Sint carolus hingga saat ini.
Pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan Sarjana dan
Profesi Bidan di Universitas Airlangga dan lulus pada tahun
2011. Pada tahun 2014 penulis melanjutkan pendidikan
Magister kebidanan di Universitas Brawijaya dan lulus tahun
2016. Sebagai tenaga pengajar penulis melakukan Tridharma
Perguruan Tinggi diantaranya penelitian, pengajaran dan
pengabdian masyarakat. Beberapa mata kuliah yang telah
diampu antara lain Konsep Kebidanan, Asuhan Kebidanan
Persalinan, Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita, Biologi
Reproduksi serta Fisiologi dalam Kehamilan, Persalinan, Nifas
dan BBL. Selain melaksanakan pengajaran penulis juga
melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
sesuai kepakaran dalam bidang kebidanan dengan harapan
dapat memberikan dampak positif bagi pendidikan kebidanan
di Indonesia.
Email Penulis : baharika.suci@gmail.com

270 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Naomi Parmila Hesti Savitri, S.Si.T., M.Keb.
Lahir di Banyuwangi 9 Februari 1979. Penulis
telah menyelesaikan pendidikan D4 Kebidanan
di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun
2002, kemudian menyelesaikan pendidikan S2
Kebidanan di Universitas Padjajaraan Bandung
Tahun 2010. Sejak tahun 2001 penulis mulai aktif mengajar
sebagai Dosen Kebidanan di AKBID Pemda Cilacap dan sejak
tahun 2021 hingga saat ini penulis aktif mengajar di STIKES
Bakti Utama Pati. Penulis mengajar mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan, Asuhan Kebidanan Persalinan, Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Penulis juga telah
menghasilkan beberapa publikasi ilmiah yang diterbitkan pada
Jurnal Nasional. Penulis dapat dihubungi melalui email
naomisavitri@gmail.com.

Syahrida Wahyu Utami, S.S.T., M.Keb/


Lahir di Banjarmamasin 01 September 1986.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan D4
Bidan Pendidik di Poltekkes Kemenkes
Banjarmasin tahun 2010, kemudian
menyelesaikan pendidikan S2 Kebidanan di
Universitas Brawijaya Malang Tahun 2016. Saat
ini adalah Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi
Persada Banjarmasin dan menjabat sebagai Ketua Unit
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. Mengampu mata
kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita, Asuhan
Kebidanan Kehamilan, Asuhan Kebidanan Komunitas, Konsep
Kebidanan, Dokumentasi Kebidanan, Kesehatan Reproduksi
dan KB. Penulis adalah Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Abdi Persada Banjarmasin sejak 2008 hingga
sekarang. Penulis juga telah menghasilkan beberapa publikasi

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 271


ilmiah yang diterbitkan pada Jurnal Nasional dan Jurnal
Internasional.

Wiwit Desi Intarti, S.Si.T., M.Keb.


Lahir di Cilacap 08 Desember 1982. Penulis
telah menyelesaikan pendidikan D4 di
Program Studi Kebidanan STIKES Ngudi
Waluyo Ungaran tahun 2006, kemudian
menyelesaikan pendidikan S2 Kebidanan di
Program Pascasarjana Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran Bandung. Penulis mulai meniti karier sebagai
Dosen Tetap di STIKES Graha Mandiri Cilacap Jawa Tengah
sejak tahun 2005 sampai dengan Agustus 2022. Saat ini
merupakan Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Medistra Indonesia Bekasi Jawa Barat. Selama bekerja
mengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan Kehamilan,
Asuhan Kebidanan Persalinan dan BBL, Konsep Kebidanan,
Gizi Kesehatan Reproduksi, Kesehatan Reproduksi dan KB,
Asuhan Neonatus Bayi dan Balita dan Asuhan Kebidanan
Komplementer. Penulis juga telah menghasilkan beberapa
publikasi ilmiah yang diterbitkan pada Jurnal Nasional. Berikut
link google scholar‘s sitasi:
https://scholar.google.com/citations?authuser=1&user=6rbK6J
cAAAAJ dan Orchid ID https://orchid.org/0000-0003-2553-
3287 Penulis dapat dihubungi di wiwit.desti1982@gmail.com

272 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Ulin Nafiah, S.ST., M.Kes.
Lahir di Pati. Penulis telah menyelesaikan
pendidikan Program Studi Kebidanan
Diploma IV di Jurusan Kebidanan Poltekkes
KemenKes Semarang, setelah lulus dari
program pendidikan Diploma IV, penulis
melanjutkan studi magister pada jarusan
Magister Kesehatan Masyarakat peminatan Kesehatan Ibu dan
Anak di Universitas Diponegoro Semarang dan lulus tahun
2012. Sekarang menyelesaikan Profesi Bidan. Sambil menyusun
buku ini, penulis memiliki kesibukan lain sebagai Dosen Tetap
di Universitas Karya Husada Semarang. Penulis mengampu
mata kuliah Pengantar Asuhan Kebidanan, Asuhan Kebidanan
Kehamilan, Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal
Neonatal, Asuhan Neo, Bayi, dan Balita, Konsep Kebidanan,
Pendidikan Anti Korupsi (PAK), Etika dan Hukum Kesehatan,
Sosial Budaya, Manajemen Organisasi Kepemimpinan, Mutu
layanan Kebidanan, Kewirausahaan, Kesehatan Masyarakat,
Asuhan Kebidanan Komplementer, Pemberdayaan Keluarga
dan juga sebagai pembimbing Praktek klinik kebidanan.
Penulis menjadi Dosen Tetap sejak tahun 2009 sampai
sekarang. Selain menulis, penulis juga telah menghasilkan
beberapa publikasi ilmiah yang diterbitkan pada Jurnal
Nasional. Penulis juga aktif di Organisasi IBI Cabang
Kabupaten Pati sebagai pengurus IBI Cabang.
Berikut ini adalah link google scholar‘s sitasi Penulis:
https://scholar.google.com/citations?user=cf8m6jEAAAAJ&hl
=id.
Penulis dapat dihubungi melalui email;
ulinnafiah20@gmail.com

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 273


Putri Wijaya, S.SiT., M.Kes.
Lahir di Demak 25 Agustus 1989. Penulis telah
menyelesaikan pendidikan D4 di Program
Studi Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran lulus pada tahun 2012. Setelah lulus,
penulis melanjutkan pendidikan S2 Kesehatan
di Program Studi Kesehatan Masyarakat
STIKIM Jakarta lulus pada tahun 2016. Saat ini penulis sebagai
Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Pelita Ilmu
Depok. Penulis mengajar mata kuliah Asuhan Kebidanan
Neonataus, Bayi Balita, Anak Pra Sekolah dan Asuhan
Kebidanan Nifas dan Menyusui. Penulis juga telah
menghasilkan publikasi ilmiah yang diterbitkan pada Jurnal
Nasional. Berikut link google scholar‘s sitasi:
https://doi.org/10.37430/jen.v2i1.15 Penulis dapat dihubungi
di putriwijaya787@gmail.com

Nur Cahyani Ari Lestari, S.SiT., M.Kes.


Lahir di Pati 21 Januari 1991. Penulis telah
menyelesaikan pendidikan D4 di Program
Studi Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran tahun 2012, kemudian
menyelesaikan pendidikan S2 Kesehatan di
Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKIM
Jakarta Tahun 2017. Saat ini adalah Dosen
Tetap di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Abdi Persada
Banjarmasin. Penulis mengampu mata kuliah Asuhan
Kebidanan Kehamilan, Konsep Kebidanan, Kesehatan
Reproduksi dan KB, Asuhan Kebidanan Komunitas, Asuhan
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal, Asuhan Persalinan
dan BBL, Asuhan Bayi, Balita dan Anak Prasekolah, Pelayanan
KB. Penulis adalah Dosen Tetap di Sekolah Tinggi Ilmu

274 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan


Kesehatan Abdi Persada Banjarmasin sejak 2013 hingga
sekarang. Penulis juga telah menghasilkan beberapa publikasi
ilmiah yang diterbitkan pada Jurnal Nasional. Berikut link
google scholar‘s sitasi:
https://scholar.google.com/citations?user=ZfjOrpUAAAAJ&h
l=id Penulis dapat dihubungi di
nurcahyaniarilestari@gmail.com

Amanda Via Maulinda, S.Tr.Keb., M.K.M.


Lahir di Pekalongan, 17 Juli 1997. Penulis telah
menyelesaikan pendidikan D4 Kebidanan di
Poltekkes Kemenkes Semarang tahun 2019,
kemudian menyelesaikan pendidikan S2
Kesehatan Masyarakat di Universitas Sebelas
Maret tahun 2022. Sejak tahun 2022 penulis
mulai aktif mengajar sebagai Dosen Kebidanan di STIKES Bakti
Utama Pati. Penulis mengajar mata kuliah Asuhan Persalinan
dan BBL, Pemeriksaan fisik ibu dan bayi, Asuhan Kebidanan
Keluarga dan Masyarakat, KB dan Pelayanan Kontrasepsi.
Penulis dapat dihubungi melalui email
viaamanda80@gmail.com

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan 275


Rosmala Kurnia Dewi, S.Si.T., M.Kes.
Lahir di Grobogan, 20 Mei 1985, Penulis telah
menyelesaikan pendidikan D4 di Program
Studi kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran
tahun 2009, kemudian menyelesaikan
pendidikan S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat di
Universitas Diponegoro Semarang Tahun
2015. Saat ini adalah dosen tetap di Program
Studi Pendidikan Profesi Bidan Universitas
An Nuur. Mengampu mata kuliah
Humaniora, Sosiologi dan Antropologi
Kesehatan, Asuhan Kebidanan Bersalin dan
BBL, Gizi dalam Kebidanan, Komunikasi Efektif dalam Praktik
Kebidanan, dan Komunitas dalam Pelayanan Kebidanan

276 Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

You might also like