You are on page 1of 15

AKHLAK MAHMUDAH

(TERPUJI)

Disusun oleh : 1. M. Adnan Ghozali


2. Choirun Nisa
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu : Madi Apriadi,M.Pd.I

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Palembang


Tahun Ajaran 2023 – 2024
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Pendidikan Agama
Islam yaitu Akhlak Mahmudah (Terpuji)

Terima kasih kami ucapkan kepada bapak Madi Apriadi,M.Pd.I yang telah
membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga kami
ucapakan kepada teman – teman seperjuangan yang telah mendukung kami
sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, Bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang.

Semoga laporan ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Palembang,9 Oktober 2023

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................1
1.3. Tujuan Masalah........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................3
A. PENGERTIAN AKHLAK MAHMUDAH (TERPUJI)...........3
2.1. HAKEKAT AKHLAK MAHMUDAH....................................3
B. MACAM – MACAM AKHLAK MAHMUDAH...................4
2.2. AL – AMANAH.......................................................................4
2.3. AL - AFWU..............................................................................5
2.4. AL - SHABRU.........................................................................5
2.3. QANA’AH................................................................................6
2.3. AL - NADZAFAH....................................................................8
2.3. SYUKUR..................................................................................8
2.3. SHIDDIQ..................................................................................9
2.3. AL - HAYA..............................................................................9
BAB III PENUTUP..........................................................................10
3.1. KESIMPULAN......................................................................10
3.2. SARAN...................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................11

ii
iii
I. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Akhlak adalahsifat yangtumbuh dan menyatu dalam diri


seseorang. Bagi umat Islam akhlak terpuji (mahmudah) adalah
seperti apa yang terdapat pada diri Nabi Muhammad Saw. Karena,
sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada beliau adalah sifat-sifat
yang terpuji dan merupakan uswatunhasanah(contoh
teladan)terbaik bagi seluruh kaum Muslimin.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam kehidupan
sehari – hari kita sering mendengar kata akhlak. Akhlak yang
dimaksud disini adalah akhlak sebagai tata atau norma dalam
berperilaku dalam kehiddupan sehari- hari. Oleh karena itu,
memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Akhlak
merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati
nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan, yang menyatu dan
membentuk suatu kesatuan t i n d a k a n akhlak yang dihayati dalam
kenyataan hidup seha-ri - hari.
Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral
yang terdapatdalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga
ia mampu membedakan mana yang bermanfaat dan mana yang tidak
bermanfaat, mana yang baik dan mana yang buruk bagi dirinya.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun beberapa rumusan masalah dalam makalah ini antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian Akhlak Mahmudah (Terpuji)?
b. Apa saja macam – macam akhlak mahmudah (terpuji)?

1
1.3. Tujuan Masalah
Adapun beberapa tujuan masalah dari pembuatan Makalah ini
adalah sebagai berikut :
a. Untuk memahami hakekat akhlah mahmudah.
b. Untuk mengetahui dan memahami macam – macam akhlak
mahmudah.
c. Untuk mengetahui dan memahami cara – cara
mengamalkan akhlak mahmudah.

2
II. BAB II
PEMBAHASAN

A . PENGERTIAN AKHLAK MAHMUDAH (TERPUJI)


2.1. HAKEKAT AKHLAK MAHMUDAH

Secara etimologi, akhlak mahmudah adalah akhlak terpuji.


Mahmudah merupakan bentuk dari kata hamida, yang
berarti dipuji. Akhlak mahmudah atau akhlak terpuji disebut pula
dengan akhlak al-karimah (akhlak mulia), atau al-akhlak al-
munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya)(Samsul Munir
Amin: 2016, 180).
Sedangkan pengertian akhlak terpuji atau mahmudah secara
terminologi akan penulis jelaskan berdasarkan pendapat beberapa
ulama seperti yang diungkap oleh Samsul Munir Amin (2016:
180-181), antara lain:
1. Menurut Al-Ghazali, akhlak terpuji (mahmudah) merupakan
sumber ketaatan dan kedekatan kepada Allah Swt., sehingga
mempelajari dan mengamalkannya merupakan kewajiban
individual setiap muslim.
2. Menurut Ibnul Qayyim, pangkal akhlak terpuji adalah
ketundukan dan keinginan yang tinggi. Sifat-sifat terpuji,
menurutnya berpangkal dari kedua hal tersebut. Ia
memberikan gambaran tentang bumi yang tunduk pada
ketentuan Allah Swt. Ketika air turun menimpanya, bumi
merespons dengan kesuburan dan menumbuhkan tanaman-
tanaman yang indah. Demikian pula manusia, tatkala
diliputi rasa ketundukan kepada Allah Swt., kemudian turun
taufik dari Allah Swt.,ia akan meresponnya dengan sifat-sifat
terpuji.
3. Menurut Abu Dawud As-Sijitsani, akhlak terpuji adalah
perbuatan- perbuatan yang disenangi, sedangkan akhlak

3
tercela adalah perbuatan-perbuatan yang harus dihindari.

Jadi, yang dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah perilaku


manusia yang baik dan disenangi menurut individu maupun sosial,
serta sesuai dengan ajaran yang bersumber dari Tuhan.
Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang
terpendam dalam jiwa manusia, demikian pulaakhlak madzmumah,
dilahirkan oleh sifat-sifat madzmumah. Oleh karena itu, sikap dan
tingkah laku yang lahir adalah cermin dari sifat ataukelakuanbatin
dari seseorang (Samsul Munir Amin: 2016, 180-181).

B. MACAM – MACAM AKHLAK MAHMUDAH


(TERPUJI)
2.2. AL – AMANAH (DAPAT DIPERCAYA)

Amanah adalah suatu sifat dan sikap pribadi yang setia, jujur,
dan tulus hati dalam melaksanakan suatu hak yang dipercayakan
kepadanya, baik hak itu milik Allah maupun hak hamba. Oleh karena
itu, dapat disebutkan pula bahwa amanat adalah memelihara dan
melaksanakan h-ak hak Allah dan hak-hak manusia. Amanat dapat
berupa pekerjaan, perkataan, dan kepercayaan hati. (Samsul Munir
Amin: 2015, 203-204).

4
2.3. AL – AFWU (PEMAAF)
Dikatakan bahwa al-afwu dimaknakan dengan
menyembunyikan sesuatu yang pada dirinya. yakni, melenyepkan
segalanya dari keburukan yang sejak awal yang melekat pada dirinya,
kemudian ia memuliakan orang lain secara khusus.Dari sini lahir yang
berarti meninggalkan sanksi terhadap yang bersalah (memaafkan)
bentuk perlindungan Allah dari segala keburukan juga disebut afiat.
Perlindungan memiliki makna ketertutupan. dari sini al - afwu dapat
diartikan menutupi. Bahkan dari ketiga huruf itu juga dirangkai juga
mempunyai makna terhapus atau habis tidak berbekas, karena yang
terhapus dan habis tidak berbekas pasti ditinggalkan.
Kata Al afwu dalam bahasa Indonesia dijumpai dengan arti
maaf dan itu telah menjadi khazanah bahasa Indonesia yang sangat
lazim sehingga sering dipakai dalam bahasa keseharian. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kata maaf memiliki
tiga arti yaitu, pertama bebasnya seseorang dari hukuman karena
kesalahan yang dilakukannya, kedua pernyataan meminta maaf atau
menyesal, ketiga pernyataan meminta izin guna mengerjakansuatu hal.
Dari ketiga arti tersebut, dalam kebiasaan sehari-hari kata maaf
biasanya dipakai untuk menyatakan permintaan akan maaf atau sesal.
Sesungguhnya Allah benar-benar maha pemaaf bagi maha pengampun
(Q.S AL - HAJJ : 60)

2.4. AL – SHABRU (SABAR)

Sabar adalah keadaan jiwa yang kokoh, stabil, dan konsekuen


dalam pendirian.Jiwanya tidak tergoyahkan,pendirianya tidak berubah
bagaimanapun berat tantangan yang dihadapi. (Samsul Munir Amin:
2015, 174).
Dalam pendekatan ilmu Fikih, sabar didefinisikan sebagai tabah,
yaknidapat menahan diri dari melakukan hal-hal yang bertentangan
dengan huum Islam, baik dalam keadaan lapang maupun sulit, mampu
mengendalikan nafsu yang dapatmenggoncangkan iman.

5
Menurut Ibnu Qayyim sabar berarti menahan diri darikelih kesah
dan rasa benci, menahan lisan dari mengadu, dan menahan anggota badan
dari tindakan yang mengganggu dan mengacaukan. Sabar merupakan
perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat dalamQS.2: 153:
"Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah
dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-
orang yang sabar

2.5. QANA’AH (MERASA CUKUP)


Qanâ’ah adalah kekayaan jiwa. Dan kekayaan jiwa lebih
tinggi dan lebih mulia dari kekayaan harta. Kekayaan jiwa
melahirkan sikap menjaga kehormatan diri dan menjaga
kemuliaan diri, sedangkan kekayaan harta dan tamak pada harta
melahirkan kehinaan diri. (Mahmudah dan Noorhayati dan
Farhan,2016).
Rasulullah juga menjelaskan bahwa qanâ’ah adalah harta
yang tidak pernah sirna. Sebagaimana sabdanya:

“Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: Jadilah orang


yang wara’, maka engkau akan menjadi orang yang yang paling
berbakti kepada Allah, jadilah engkau orang yang menerima
pemberian-Nya (qanâ’ah), maka engkau akan menjadi orang yang
paling bersyukur, cintailah manusia sebagaimana kamu mencintai
dirimu sendiri, maka engkau akan menjadi orang yang beriman,
perbaikilah dalam hidup bertetangga dengan tetanggamu, engkau
akan menjadi orang muslim, dan sedikitlah tertawa, karena banyak
tertawa akan mematikan hati.” (HR. Ibnu Mâjah)

Orang yang qanâ’ah bisa saja memiliki harta yang sangat


banyak, bahkan memiliki banyak sekali perusahaan, namun
semua itu bukan untuk menumpuk kekayaan. Kekayaan dan
6
dunia yang dimilikinya ia sikapi dengan rambu-rambu Allah
swt., sehingga apa pun yang dimilikinya tidak pernah
melalaikan dari mengingat Sang Maha Pemberi Rezeki. 9 Hal
demikian terjadi karena qanâ’ah bukanlah persoalan yang
terkait dengan masalah dzahir, namun qanâ’ah merupakan
persoalan batin. Sama halnya dengan orang yang cinta dunia
(hub ad-dunya). Tidak semata-mata orang yang cinta dunia
adalah orang yang banyak harta, namun orang yang hatinya
terikat akan dunia walaupun dia termasuk orang yang tidak
berharta.

Ketika berusaha mencari dunia, orang-orang qanâ’ah


menyikapinya sebagai ibadah yang mulia dihadapan Allah Yang
Maha Kuasa, sehingga ia tidak berani berbuat licik, berbohong,
mengurangi timbangan atau sukatan. Ia yakin, tanpa
menghalalkan segala cara pun ia tetap akan medapatkan rezeki
yang dijanjikan Allah.(Abu Bakar Ibn Muhammad Syata,1997

) Sebagaimana QS. Hud [11]: 6


“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi
melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui
tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis)
dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”

7
2.6. AL – NADZAFAH (KEBERSIHAN)
Menurut Prof .Dr. M. Aburrahman MA bahwa kebersihan
merupakan salah pokok dalam memelihara kelangsungan
eksistensinya, sehingga tidak ada satupun makhluk kecuali berusaha
untuk membersihkan dirinya, walaupun makhluk tersebut dinilai
kotor. Pembersihandiri tersebut, secara fisik misalnya, ada yang
menggunakan air, tanah, air dan tanah. Bagimanusia membersihkan
diri tersebut dengan tanah dan air tidak cukup, tetapi ditambah
denganmenggunakan dedaunan pewangi, malahan pada zaman
modern sekarang menggunakan sabunmandi, bahkan untuk pembersih
wajah ada sabun khusus dan lain sebagainya. Pada manusiakonsep
kebersihan, bukan hanya secara fisik, tetapi juga psikhis, sehingga
dikenal istilahkebersihan jiwa, kebersihan hati, kebersihan spiritual
dan lain sebagaianya. Q.S AL – BAQARAH ;222
“Sesungguhnya allah mencintai orang – orang yang bertaubat
dan orang – orang yang membersihkan diri”

2.7. SYUKUR

Syukur secara etimologi artinya membuka dan menyatakan.


Sedangkan secara terminologi syukur adalah menggunakan nikmat
Allah untuk taat kepada Allah, dan tidak menggunakannya untuk
berbuat maksiat kepada Allah.
Syukur adalah akhlak terpuji dari seorang hamba kepada Allah.
Dengan bersyukur atas apa yang Allah berikan menjadikan hidup
seseorang menjadi lebih damai dan tenang. Dengan demikian, ia
menjalankan kehidupan dengan ketenangan jiwa. (Samsul Munir
Amin: 2015,201).

8
2.8. SHIDDIQ (JUJUR)
Jujur adalah memberitahukan,menuturkan sesuatu dengan sebenarnya,
sesuai dengan fakta kejadiannya. Pemberitahuan ini tidak hanya dalam
ucapan, tetapi juga dalam perbuatan. Dengan demikian, jujur adala
berlaku benar dan jujur,baik dalam perkataan maupun perbuatan.Jika
kebenaran dan kejujuran sudah membudaya dalam suatu
masyarakat,akan terlihat kehidupan yang serasi,aman dan damai
dalam masyarakat itu.(Samsul Munir Amin: 2015, 205).

2.9. AL – HAYA (MALU)

Al-Haya (malu) adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan


keengganan melakukan sesuatu yang tidak baik. Orang yang memiliki
sifat malu apabila melakukan sesuatu yang tidak patut atau tidak baik
akan terlihat gugup, misalnya wajahnya menjadi merah.
Sebaliknya,orang yang tidak memiliki rasa malu akan melakukan hal
tersebut dengan tenang tanpa ada rasa gugup sedikit pun.
Sifat malu adalah akhlak terpuji yang menjadi keistimewaan
ajaran Islam. Islam juga memandang sifat malu perlu dimiliki oleh
seluruh umatnya. Dengan sifat malu, seseorang akan malu kepada diri
sendiri dan kepada orang lain untuk melakukan perbuatan yang tidak
baik.

9
III. BAB III
PENUTUP

2.1. Kesimpulan

Sebagai bagian akhir dari makalah ini dapat penulis simpulkan


bahwa yang dimaksud denganakhlak mahmudah adalah perilaku
manusia yang baik dan disenangi menurut individu maupun sosial,
serta sesuai dengan ajaran yang bersumber dari Tuhan. Akhlak
mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah yang terpendam
dalam jiwa manusia, demikian pula akhlak madzmumah, dilahirkan
oleh sifat-sifat madzmumah.
Macam-macam akhlak terpuji di antaranya akhlak terhadap
Allah Swt. Yakni dengan cara senantiasa bersikap amanah, pemaaf,
sabar, merasa cukup, menjaga kebersihan, bersyukur, jujur dalam
segala hal, dan menanamkan sifat malu dalam diri.

2.2. Saran
Kita sebagai seorang muslim seharusnya menanamkan dan mengamalan
akhlak mahmudah (terpuji) dalam kehidupan sehari – hari kita..
Dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna mulai dari
penulisan maupun materi. Oleh karena itu, penulis meminta kritik dan saran
yang sifatnya membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
selanjutnya. Semoga makalah yang penyusun buat dapat bermanfaat bagi
pembaca khusunya kita sebagai seorang Muslim dan Khususnya Mahasiswa
STIKes Aisyiyah .

10
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir. Ilmu Akhlak. Jakarta: Amzah
Cetakan ke-1 2016.
Amin, Samsul Munir. Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah
Cetakan ke-3 2015.
Mahmudah dan Noerhayati dan Farhan.Konsep qana’ah
dalam
mewujudkan sakinah mawaddah dan rahmah
Jakarta:Vol.7 No.2 2016
Thalib, Muhammad. Dibawah asuhan nabi saw.
Jogjakarta:2003

11

You might also like