You are on page 1of 24

KERAGAMAN HAYATI

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Lingkungan Hidup

Dosen pengampu : Dr. Kudus, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh :

Siti Julaeha Lamanila (151421113)

Nur Afrianti Syawal (151421131)

Shelly Marcelina Gobel (151421108)

Bragas Genta Arya Susilo (151421006)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang pantas dan patut penulis ucapkan, selain
memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan ini dengan
judul “KERAGAMAN HAYATI”.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun para pembaca.

Gorontalo, September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
BAB II PEMBAHASAN 2
BAB III PENUTUP 11
A. Kesimpulan 11
B. Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12

i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekayaan hayati di dunia tidak tersebar seragam, daerah tropis
umumnya merupakantempat hidup berbagai jenis spesies dalam jumlah yang
besar dibandingkan daerah lain. Secara efisien dan efektif diperlukan target
dalam usaha konservasi dengan mengetahui dimana pusat keanekaragaman
hayati yang dijadikan tingkatan prioritas secara nasionalmaupun
internasional. Dalam skala global, secara sederhana dapat diidentifikasi
daerah targetyang dimaksud dengan membuat penilaian (scoring) antar
negara yang memiliki kekayaan spesies yang tinggi.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan
keanekaragaman hayati yang tinggi dan merupakan aset bangsa yang tak
ternilai dan perlu dilestarikan melalui perlindungan dan pemanfaatan secara
berkelanjutan, seperti diamanatkan dalam UU Nomor 5 Tahun 1994 Tentang
Keanekaragaman Hayati, yang meliputi konservasi, pemanfaatan
berkelanjutan atas komponen keanekaragaman hayati, serta akses dan
pembagian keuntungan yang adil.
Sebagai kader bangsa, mahasiswa perlu dibekali dengan
pengetahuan tentang keanekaragaman hayati dan nilai pentingnya bagi
kehidupan manusia. Dengan demikian mahasiswa akan memiliki kepekaan
untuk menjaga, melestarikan, dan memanfaatkan keanekaragaman hayati
Indonesia secara berkelanjutan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan keragaman hayati?
2. Apa pentingnya keanekaragaman hayati?
3. Apa saja spesies-spesies langka dan terancam punah?
4. Apa keanegaragaman hayati dalam ekosistem air, darat, dan hutan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian keanekaragaman hayati
2. Mengetahui pentingnya keanekaragaman hayati
3. Mengetahui spesies-spesies langka, terancaman punah, dan upaya
konservasinya
4. Mengetahui keanegaragaman hayati dalam ekosistem air, darat, dan hutan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati atau biodiversity, adalah semua kehidupan di atas
bumi ini baik tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, serta berbagai materi
genetic yang dikandungannya dan keanekaragaman system ekologi di mana
mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan keanekaragaman
genetic relatif dari organisme-organisme yang berasal dari semua habitat baik
yang ada di darat, laut maupun system-sistem perairan lainnya.
B. Pentingnya Keanekaragaman Hayati
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman makhluk hidup di muka
bumi dan peranan-peranan ekologisnya. Keanekaragaman hayati mempunyai
peranan yang sangat penting bagi stabilitas ekosistem. Lingkungan atau
ekosistem yang terjaga dengan baik dapat memberikan tempat tinggal yang
layak dan nyaman bagi manusia dan seluruh spesies serta makhluk hidup lain
yang ada di bumi. Oleh karena itu pemanfaatan sumber daya hayati harus
dilakukan secara bijaksana. Makin tinggi tingkat keanekaragaman hayati,
akan makin baik dan stabil suatu ekosistem.
Itulah mengapa, penting untuk selalu menjaga keseimbangan
keanekaragaman hayati yang ada di bumi dengan baik. Keanekaragaman
hayati meliputi beberapa tingkatan, yaitu ekosistem, spesies, dan genetik.
Keanekaragaman hayati memiliki banyak manfaat, baik yang secara
langsung dapat dirasakan maupun tidak. Secara umum manfaatnya terbagi ke
dalam tiga kelompok, yaitu jasa ekosistem, sumber daya hayati, dan manfaat
sosial.
Manfaat Keanekaragaman Hayati
1. Sumber daya alam penghasil kebutuhan primer atau sekunder
Kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan dapat terpenuhi dari
berbagai macam sumber daya hayati. Misalnya untuk keperluan sandang,
sumber daya hayati yang dapat dimanfaatkan di antaranya wol, kapas,
serat kepompong ulat sutra, dan masih banyak lagi. Sumber daya hayati
yang dapat memenuhi pangan sangat melimpah, di antaranya tumbuhan
sumber karbohidrat, seperti padi, singkong, dan sagu. Kemudian
tumbuhan sumber protein seperti kacang-kacangan atau berbagai jenis
ikan dan daging. Kebutuhan papan di antaranya diperoleh dari pohon jati,
mahoni, meranti, dan kelapa.
2. Sumber plasma nutfah
Keanekaragaman hayati yang ada menyimpan berbagai macam
genetik yang tersimpan dalam setiap organisme. Keragaman genetik
tersebut akan menjadi sumber bagi manusia untuk pemuliaan berbagai
jenis tumbuhan dan hewan.
3. Manfaat keilmuan
Keanekaragaman hayati dapat menyediakan berbagai objek
penelitian yang berguna bagi kehidupan manusia.
4. Manfaat dalam Ekologi
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang
sangat penting, misalnya hutan hujan tropis. Hutan hujan tropis memiliki
nilai ekologis atau nilai lingkungan yang penting bagi bumi
5. Estetika
Dari segi kebutuhan estetika, banyak berbagai jenis tumbuhan dan
hewan yang dapat dimanfaatkan. Namun, tentunya pemanfaatan ini harus
memperhatikan hukum yang berlaku karena banyak enis-jenis tumbuhan
maupun hewan eksotis yang dilindungi akibat terancam punah.
6. Kestabilan Alam
Keanekaragaman hayati memiliki peran tersendiri bagi alam. Keragaman
ini berperan untuk menjaga kestabilan interaksi dan daur materi yang ada
di alam.
Bayangkan apabila suatu spesies jumlahnya sangat banyak karena tidak ada
yang memangsanya. Makin besar populasi spesies tersebut akan berakibat pada
punahnya spesies yang menjadi makanannya.
Hingga pada akhirnya spesies tersebut dapat punah dengan sendirinya karena
makanannya habis. Begitulah pentingnya peran keragaman hayati untuk
menjaga keseimbangan alam.

C. Spesies-spesies Langka, Terancam Punah, dan Upaya Konservasinya


Indonesia, meskipun luasnya hanya 1.3% dari luas bumi, tetapi merupakan
negara yang kaya akan jenis flora dan fauna, termasuk diantaranya keunikan
dan keanekaragamannya sehingga dinyatakan sebagai salah satu dari sedikit
negara biodiversity di dunia.
Dua hal yang penting menyangkut keanekaragaman hayati, yaitu
keragaman (diversity) dan keendemikan (endemism), dan fakta mengatakan
hutan tropis di Indonesia adalah habitat bagi kurang lebih 38.000 jenis
tumbuhan termasuk 27.500 spesies tumbuhan berbunga (10% dari tumbuhan
berbunga di dunia, yang separuhnya merupakan jenis endemik Indonesia), 515
spesies mamalia (12% dari jenis mamalia dunia, 39% diantaranya merupakan
jenis endemik), 511 spesies reptilian (16% dari jenis reptilia dunia, 29%
merupakan spesies endemik), 270 spesies amphibian (37% jenis endemik),
1.531 jenis burung (17% spesies burung dunia, 26% jenis endemik), 2.827
jenis binatang tak bertulang, serta lebih dari 1400 jenis ikan (25% spesies ikan
air laut dan air tawar di dunia). Disamping itu, Indonesia memiliki tumbuhan
palma sebanyak 477 spesies (47% endemik) dan kurang lebih 3.000 jenis
spesies tumbuhan penghasil bahan berkhasiat obat. Namun demikian
Indonesia juga merupakan Negara dengan tingkat keterancaman terhadap
kepunahan spesies dan genetik yang sangat tinggi.
Mengingat tingkat keterancaman terhadap kepunahan spesies satwa di
Indonesia yang sangat tinggi, maka Kementerian Kehutanan melalui
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam telah
menetapkan 14 (empat belas) spesies yang terancam punah yang dijadikan
spesies prioritas utama untuk peningkatan populasi 3 % pada tahun 2010-
2014. Penentuan 14 (empat belas) spesies tersebut melalui pembahasan yang
panjang dan diikuti oleh berbagai stakeholder yang mempunyai kepedulian
dan tanggung jawab terhadap kelestarian spesies-spesies satwa tersebut.
Penentuan spesies satwa prioritas utama untuk ditingkatkan poulasinya
sebesar 3% merupakan tindak lanjut dari Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Tahun 2010-2014
yang telah ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal PHKA Nomor
SK.181/IV-Set/2010 tanggal 18 November 2010.
Penentuan Spesies Prioritas
Spesies prioritas didefinisikan sebagai spesies yang dinilai penting untuk
dilakukan upaya konservasi jika dibandingkan dengan spesies-spesies lainnya.
Berdasarkan arahan strategis konservasi nasional tahun 2008-2018 yang
disusun oleh Prof. Dr. Ani Mardiastuti dkk, Penentuan spesies prioritas dipilih
dengan memperhatikan 2 (dua) macam kriteria yaitu:
1.Kriteria Generik
kriteria generik adalah kriteria yang diterapkan secara umum kepada semua
kelompok taksa flora dan fauna diantaranya:
a. Endemisitas, indikatornya adalah cakupan penyebarannya yaitu lokal,
regional, nasional dan non endemik.
b. Status Populasi, indikatornya adalah ukuran dan kecenderungannya yaitu
populasi alami kecil, populasi global terbesar di Indonesia, jarang, sedang
menurun drastis dan rentan.
c. Kondisi habitat, indikatornya adalah luas, mutu dan ketersediaannya yaitu
habitat yang sesuai tinggal sedikit, habitat yang sesuai mengalami penurunan,
habitat yang sesuai cukup tersedia dan stabil.
d. Keterancaman, indikatornya adalah jenis dan tingkat ancaman yaitu spesies
mengalami gangguan serius akibat perburuan, spesies mengalami gangguan
serius akibat penangkapan untuk perdagangan, spesies mengalami gangguan
serius akibat penangkapan untuk budaya, spesies mengalami gangguan serius
akibat praktek pertanian/perkebunan yang tidak ramah lingkungan, kebakaran,
konversi lahan dan spesies tidak mengalami gangguan serius di alam.
e. Status Pengelolaan Spesies,pengelolaan adalah ada tidaknya pengelolaan
atau rencana pengelolaan spesies.
2. Kriteria Khusus
Kriteria khusus adalah kriteria yang hanya diterapkan pada taksa tertentu
sesuai dengan karakteristik khas taksa tersebut. Penentuan spesies prioritas
untuk suatu taksa umumnya dilakukan dengan mengikuti 5 kriteria genetik
yang ditetapkan seperti di atas, tetapi dengan modifikasi nilai pembobotan
untuk setiap indikator. Pengujian atas kriteria tersebut juga dapat dilakukan
terhadap beberapa spesies yang terancam punah menurut IUCN serta spesies
yang termasuk dalam Appendiks CITES.
Berdasarkan hasil rapat koordinasi konservasi keanekaragaman hayati
(Rakor KKH) tanggal 19-21 Juni 2011 di Bandung yang berpedoman pada
Arahan Strategis Konservasi Spesies Nasional 2008-2018 (Permenhut Nomor
P.57/Menhut-II/2008), Strategi dan Rencana Aksi Konservasi Jenis,
ketersediaan data dan informasi mengenai penyebaran dan populasi, intensitas
pelaksanaan inventarisasi maka pada RAKOR KKH memilih 14 spesies
terancam punah yang akan ditetapkan sebagai spesies prioritas utama yang
terancam punah, yakni :
1. Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae)
2. Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus)
3. Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus)
4. Banteng (Bos javanicus)
5. Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)
6. Orang Utan Kalimantan (Pongo Pygmaeus)
7. Jalak Bali (Leucopsar rothschildi)
8. Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)
9. Anoa (Bubalus quarfesi)
10. Babi Rusa (Babyrousa babirussa)
11. Komodo (Varanus komodoensis)
12. Maleo (Macrocephalon maleo)
13. Owa Jawa (Hylobates moloch)
14. Bekantan (Nasalis larvatus)
Direktorat Jenderal PHKA dalam hal ini Direktorat Konservasi
Keanekaragaman Hayati (KKH) selaku leading sector dalam upaya
peningkatan populasi spesies prioritas telah menetapkan beberapa langkah
strategis diantaranya:
1. Penyusunan roadmap peningkatan populasi spesies prioritas utama
terancam punah, penyelesaian rencana strategis dan aksi keempat belas spesies
target, intervensi kebijakan/program/aksi terhadap trend populasi, penguatan
strategi pendanaan dan penyusunan baseline informasi tentang deskripsi
spesies prioritas utama terancam punah (based data tahun 2008) dan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan roadmap. Site monitoring untuk tiap-tiap
spesies lokasinya tetap sehingga perkembangan populasi tiap tahun dapat
diketahui.
2. Publikasi dan sosialisasi roadmap dalam rangka peningkatan dukungan para
pihak
3. Penetapan fokus kegiatan utama untuk mendukung indikator kinerja utama
(IKU)
4. Penggalangan pendanaan dan peran serta para pihak

Fokus Kegiatan
Fokus kegiatan utama dalam pencapaian target peningkatan populasi spesies
prioritas utama terancam punah dilakukan melalui 5 (lima) tahapan utama
yaitu :
1. Inventarisasi dan Monitoring
Inventarisasi satwa dilakukan jika belum tersedia data populasi satwa di alam,
inventarisasi satwa dilakukan dengan berbagai macam metode (Jalur,
concentration count, jejak, focal animal, animal survey, dll) yang disesuaikan
dengan jenis satwa yang akan di inventarisasi. Monitoring dilakukan untuk
mengetahui perkembangan satwa setelah dilakukan inventarisasi.
2. Pembinaan Habitat
Bentuk pembinaan habitat antara lain pengembangan feeding ground,
manajemen habitat, pemusnahan tanaman pengganggu, pemberantasan
penyakit, pengkayaan habitat dll.
3. Pembinaan Populasi dan Penyebarannya
Bentuk pembinaan populasi ketika satwa berkembang yaitu dengan
pemanenan dan translokasi. Sedangkan pembinaan populasi pada saat populasi
menurun antara lain dengan reintroduksi/ pelepasliaran, translokasi,
reinforcement (penguatan populasi), introduksi lunak pada kawasan baru yang
mempunyai kesamaan habitat spesies target dan pengembangan anti poaching
unit.
4. Penanggulangan Konflik Manusia dengan Satwa Liar
Dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan ekologi, ekonomi
dan sosial dan harus melibatkan semua pihak terkait secara terbuka dan
partisipatif sesuai dengan amanat Permenhut Nomor: P.48/Menhut-II/2008
tentang pedoman penanggulangan konflik antara manusia dan satwa liar.
5. Penertiban Perburuan dan Perdagangan Ilegal
Beberapa rekomendasi yang harus diterapkan dalam mengatasi perburuan
dan perdagangan illegal yaitu peningkatan kegiatan monitoring perburuan
yang intensif, memperbaiki sistem penegakan hukum, penerapan sanksi yang
jelas dan peningkatan kapasitas aparat penegak hukum, mensosialisasikan
hukum dan perundangan yang berlaku serta membentuk koordinasi lintas
sektoral untuk mengefektifkan proses penegakan hukum, melakukan
kampanye penyadartahuan konservasi
6. Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas
Ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pelaksana
kegiatan dalam melaksanakan monitoring dan inventarisasi spesies terancam
punah
7. Pengembangan Sistem pangkalan Data
System basis data akan didesain dengan mekanisme tahapan arus data dan
tahapan screaning awal dari Unit Pelaksana teknis.
D. Keanekaragaman Hayati dalam Ekosistem Air, Darat dan Hutan
1. Ekosistem Air ( Akuati )
Ekosistem perairan adalah ekosisitem yang faktor lingkungannya
didominasi oleh air sebagai habitat dari berbagai organisme, khususnya
organisme air. Ekosistem air secara garis besar digolongkan menjadi:
a. Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar adalah suatu bentuk menyeluruh atau
tatanan yang ada di dalam air tawar dan sekitarnya yang terdiri dari
makhluk hidup di dalam air tersebut dan lingkungan air tawar itu
sendiri. Ekosistem air tawar sering dikatakan juga sebagai perairan
darat.
Ciri-ciri ekosistem air tawar dapat dijelaskan sebagai berikut :
 Salinitas (kadar garam) rendah, lebih rendah jika dibandingkan
dengan sitoplasma.
 Adanya aliran air (arus), hal ini amat menentukan distribusi gas yang
vital, garam mineral dan organisme kecil.
 Variasi suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar.
 Penetrasi (masuknya) cahaya matahari terbatas/kurang.
 Ekosistem air tawar tetap dipengaruhi oleh iklim dan cuaca, meskipun
pengaruh tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan ekosistem
darat.
 Perubahan ketinggian air terlihat nyata sekali , misalnya pada waktu
musim hujan air sungainya tinggi (berlimpah) dan musim kemarau
terlihat sedikit (kekeringan).
 Kadar oksigen terlarut pada ekosistem air tawar relatif lebih tinggi.
 Intensitas cahaya yang diterima pada ekosistem air tawar cukup tinggi,
walaupun karena berbagai faktor penetrasi cahaya matahari ke dalam
air agak berkurang.
 Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan
lainnya adalah tumbuhan biji.
1) Penggolongan Ekosistem Air Tawar Berdasarkan Gerak Airnya
Berdasarkan gerak airnya, ekosistem air tawar dapat dibedakan
menjadi ekosistem lentik dan lotik :
 Ekosistem Lentik adalah ekosistem yang airnya tenang atau diam,
misalnya: danau, telaga dan rawa.
 Ekosistem Lotik adalah ekosistem yang airnya bergerak mengalir,
misalnya: selokan, parit, atau sungai. Ciri-ciri ekosistem lotik
adalah airnya mengalir, merupakan ekosistem terbuka dari kadar
oksigen terlarut relatif tinggi.
2) Penggolongan Ekosistem Air Tawar Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya ekosistem air tawar dapat digolongkan
menjadi:
Danau
Struktur danau umumnya mirip dengan struktur laut. Bagian
dasar danau yang dangkal disebut zona litoral, sedangkan bagian
danau yang terbuka disebut zona limnetik. Selain dibagi secara
horizontal, sturuktur danau juga di bagi secara vertikal menjadi
zona fotik (cahaya matahari masih bisa berpenetrasi) dan zona
amfotik (cahaya matahari sudah tidak bisa berpenetrasi).
Organisme di danau antara lain tumbuhan air dan ganggang
sebagai organisme fotosintesis, dan juga zooplankton, berbagai
jenis cacing, kerang serangga, dan ikan.
Lahan basah
Lahan basah disebut juga wet land, adalah suatu yang
digenangi oleh air sehingga kondisinya menyokong untuk
kehidupan berbagai jenis organisme akuatik. Lahan basah bisa
dibedakan menjadi rawa (marsh), rawa lumpur (swamp), dan tanah
gambut (bog). Rawa memiliki ciri : tidak terdapat banyak pohon,
airnya mengalir dengan kecepatan sedang, dan terhubung dengan
danau atau aliran sungai. Rawa lumpur memiliki ciri : didominasi
oleh pohon dan semak-semak. Lahan gambut memiliki ciri : airnya
hampir tidak mengalir sama sekali, pH air asam, dan miskin O 2 dan
N2.
Sungai
Sungai adalah badan air yang bergerak terus-menerus menuju
satu arah. Air sungai di bagian hilir terasa lebih hangat
dibandingkan bagian hulu sungai. Organisme fotosintetik jarang
ditemukan pada sungai di bagian hulu. Walaupun kandungan
materi organiknya rendah, kadar oksigen di hulu sungai tinggi.
b. Ekosistem Air laut
Ekosistem air laut merupakan sumber daya hayati dan
non hayati. Lebih kurang 70% dari permukaan bumi tertutup oleh laut.
Wilayah indonesia yang terdiri atas lebih dari 13000 pulau, dikelilingi
oleh laut. Ilmu yang mempelajari ekosistem air laut disebut
oceanologi.
Adapun ciri-ciri dari ekosistem air laut adalah:
 Salinitas tinggi terutama di daerah tropis, sedangkan di daerah dingin
salinitasnya rendah.
 Mineral air laut 75% berupa NaCl (garam dapur).
 Pada kedalaman 200 m, suhu air laut dari kutub sampai khatulistiwa
berkisar 0°C - 20° C.
 Pada bagian yang lebih dalam, hampir tidak ada perbedaan suhu.
 Jumlah energi cahaya yang diterima air laut dipergunakan untuk
fotosintesis organisme autotrofik.
 Aliran air laut menyebarkan senyawa kimia yang diperlukan
organisme yang hidup di laut, serta mempengaruhi suhu dan kadar
garam.
1) Penggolongan Ekosistem Air Laut Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya ekosistem air laut dapat di bedakan menjadi
lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
Lautan
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang
tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik,
karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Didaerah tropik, suhu
laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagianatas dan bawah tinggi. Batas
antara lapisan air yang panas dibagian atas dengan air yang dingin di
bagian bawah disebut daerah termoklin.
Ekosistem air laut dapat dibagi-bagi dalam kelompokmenurut
berbagai cara, salah satu cara adalah denganmembedakan ekosistem
air laut menjadi 3 daerah lautan.
1. Lautan terbuka
2. Kedalaman laut ( laut dalam )
3. Laut lepas pantai
Pantai
Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan dan
lautan. Bentuk-bentuk pantai berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan proses yang ada di wilayah tersebut seperti pengikisan,
pengangkutan dan pengendapan yang disebabkan karena adanya
gelombang, arus dan angin yang berlangsung secara terus menerus
sehingga membentuk daerah pantai.
Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungaidengan
laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpurintertidal yang
luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari
daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus
harian dengan pasang surutainya. Komunitas tumbuhan yang hidup di
estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton.
Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting,
dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang
menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigras iuntuk
menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari
makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas air.
Terumbu karang
Terumbu karang merupakan Ekosistem di dasar laut tropis yang
dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur (CaCO3)
khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur, bersama-sama
dengan biota yang hidup di dasar lainnya seperti jenis-jenis moluska,
crustasea, echinodermata,polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-
biota lain yang hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-
jenis plankton dan jenis-jenis nekton. Pertumbuhan terumbu karang
dibatasi oleh bebera pafaktor seperti suhu, salinitas, cahaya,
kedalaman, gelombangdan arus. Fungsi dari terumbu karang sendiri
adalah untuk tempat asuhan, mencari makan, dan pemijahan ikan.
2. Ekosistem Darat
Ekosistem darat ialah ekosistem yang lingkungan fisiknya berupa
daratan. Ekosistem darat dalam skala luas yang memilki tipe vegetasi
dominan disebut bioma. Bioma adalah ekosistem darat yang khas pada
wilayah tertentu dan dicirikan oleh jenis vegetasi yang dominan pada
wilayah tersebut, yaitu :
a. Bioma Gurun
Bioma gurun terletak dibelahan bumi sekitar 20°-30° Lintang
Utara dan Lintang Selatan. Bioma gurun dan setengah gurun banyak
ditemukan di Amerika Utara, Afrika Utara, Australia dan Asia Barat.
Contoh bioma gurun adalah Gurun Sahara di Afrika, Gurun Gobi di
Asia, Gurun Anzo Borrega di Amerika.
Ciri-ciri;
 Curah hujan sangat rendah, + 25 cm/tahun.
 Kecepatan penguapan air lebih cepat dari presipitasi.
 Kelembaban udara sangat rendah.
 Perbedaan suhu siang hari dengan malam hari sangat tinggi
(siangdapat mencapai 45° C, malam dapat turun sampai 0° C).
 Tanah sangat tandus karena tidak mampu menyimpan air.
Lingkungan biotik;
 Flora: Bentang alam gurun didominasi oleh vegetasi rendah yang
terserak luas, proporsi lahan guldulnya lebih tinggi dibandingkan
dengan bioma darat lain. Vegetasi di daerah gurun di dominasi oleh
tanaman kaktus, sukulen, dan berbagai belukar akasia yang berduri.
 Fauna: hewan besar yang hidup di gurun umumnya yang mampu
menyimpan air, misalnya unta, sedang untuk hewan-hewan kecil
misalnya kadal, ular, tikus, semut, umumnya hanya aktif hidup pada
pagi hari, pada siang hari yang terik mereka hidup pada lubang-
lubang.
b. Bioma Padang Rumput
Bioma padang rumput membentang mulai dari daerah tropis
sampai dengan daerah beriklim sedang, seperti Hongaria, Rusia
Selatan, Asia Tengah, Amerika Selatan, Australia dan Indonesia
( Sumbawa )
Ciri-ciri:
 Curah hujan antara 25 - 50 cm/tahun, di beberapa daerah padang
rumput curah hajannya dapat mencapai 100 cm/tahun.
 Suhu musim dingin bisa turun -10°C, sedangkan pada musim panas
seringkali mendekati 30° dan menyengat.
 Curah hujan yang relatif rendah turun secara tidak teratur.
 Turunnya hujan yang tidak teratur tersebut menyebabkan porositas
dan drainase kurang baik sehingga tumbuh-tumbuhan sukar
mengambil air.
Lingkungan biotik:
 Flora: tumbuhan yang mampu beradaptasi dengan daerah dengan
porositas dan drainase kurang baik adalah rumput, meskipun ada pula
tumbuhan lain yang hidup selain rumput, tetapi karena mereka
merupakan vegetasi yang dominan maka disebut padang rumput.
Nama padang rumput bermacam-macam seperti veldt di Afrika
Selatan, puszta di Hungaria, pampas di Argentina dan
Uruguay, steppe di Rusia, dan prairie di Amerika Utara bagian.
 Fauna: bison dan kuda liar (mustang) di Amerika, gajah dan jerapah di
Afrika, domba dan kanguru diAustralia, zebra, dll. Karnivora: singa,
srigala, anjing liar, cheetah, dll.
c. Bioma Savana
Padang rumput tropis seringkali merujuk kepada saana. Bioma
sabana hangat sepanjang tahun, berkisar 24-29oC, namun dengan
variasi yang lebih musiman daripada di hutan tropis.
Rumput dan pohon yang terpencar-pencar merupakan tumbuhan
yang dominan. Pepohonan yang ditemukan di sabana seringkali
berduri dan berdaun kecil, yang merupakan bentuk adaptasi dari
kondisi yang relatif kering. Pertumbuhan rumput-rumputan
dan forb (tumbuhan kecil berdaun lebar) yang sangat cepat selama
musim hujan menyediakan sumber makanan yang banyak bagi hewan.
Akan tetapi, mamalia pemakan rumput besar harus bermigrasi ke
padang rumput yang lebih hijau dan menyebar mencari sumber air
selama periode musim kemarau. Beberapa jenis hewan yang hidup di
daerah savana diantaranya kuda, zebra, macan tutul, singa, anjing
hutan, dll. Sedangkan tumbuhan yang hidup disini diantaranya rumput
dan eukaliptus. Bioma sabana ini terdapat di Amerika Selatan, Afrika
Timur dan sebagian wilayah Indonesia
d. Bioma Taiga
Bioma ini kebanyakan terdapat di daerah antara subtropika
dengan daerah kutub, seperti di daerah Skandinavia, Rusia, Siberia,
Alaska, Kanada.
Ciri-ciri :
 Perbedaan antara suhu musim panas dan musim dingin cukup tinggi,
pada musim panas suhu tinggi, pada musim dingin suhu sangat
rendah.
 Pertumbuhan tanaman terjadi pada musim panas yang berlangsung
antara 3 sampai 6 bulan.
Lingkungan biotik :
 Flora khasnya adalah pohon berdaun jarum/pohon konifer, contoh
pohon konifer adalah Pinus merkusii (pinus). Keanekaragaman
tumbuhan di bioma taiga rendah, vegetasinya nyaris seragam,
dominan pohon-pohon konifer karena nyaris seragam, hutannya
disebut hutan homogen. Tumbuhannya hijau sepanjang tahun,
meskipun dalam musim dingin dengan suhu sangat rendah.
 Fauna yang terdapat di daerah ini adalah beruang hitam, ajak, serigala
dan burung-burung yang bermigrasi kedaerah tropis bila musim dingin
tiba. Beberapa jenis hewan seperti tupai dan mammalia kecil lainnya
maupun berhibernasi pada saat musim dingin.
e. Bioma Tundra
Bioma ini terletak di kawasan lingkungan Kutub Utara sehingga
iklimnya adalah iklim kutub. Istilah tundra berarti dataran tanpa
pohon, vegetasinya didominasi oleh lumut dan lumut kerak, vegetasi
lainnya adalahrumput-rumputan dan sedikit tumbuhan berbunga
berukuran kecil.
Ciri-ciri:
 Mendapat sedikit energi radiasi matahari, musim dingin sangat
panjang dapat berlangsung selama 9 bulan dengan suasana gelap.
 Musim panas berlangsung selama 3 bulan, pada masa inilah vegetasi
mengalami pertumbuhan.
 Fauna khas bioma tundra adalah "Muskoxem" (bison berhulu tebal)
dan Reindeer/Caribou (rusa kutub), beruang kutub, dan insekta
terutama nyamuk dan lalat hitam.
 Bioma tundra arktik memiliki curah hujan sekitar 20 - 60 cm per
tahun.
 Suhu rata-rata di musim dingi di bawah -30oC, sedangkan di musim
panas hanya mencapai 10oC.
3. Ekosistem Hutan
a. Hutan Hujan Tropis
Bioma hutan hujan tropis terdapat di wilayah khatulistiwa
yang memiliki keanekaragaman jenis tumbuhan dan hewan yang
paling tinggi. Meliputi daerah aliran sungai Amazone-Orinaco,
Amerika Tengah, sebagian besar daerah Asia Tenggara dan Papua
Nugini, dan lembah Kongo di Afrika.
Ciri-ciri:
 Curah hujannya tinggi, merata sepanjang tahun, yaitu antara 200 – 225
cm/tahun.
 Matahari bersinar sepanjang tahun.
 Dari bulan satu ke bulan yang lain perubahan suhunya relatif kecil.
 Di bawah kanopi atau tudung pohon, gelap sepanjang hari, sehingga
tidak ada perubahan suhu antara siang dan malam hari.
Lingkungan biotik :
 Flora: pada biorna hutan tropis terdapat beratus-ratus spesies
tumbuhan. Pohon-pohon utama dapat mencapai ketinggian 20 - 40 m,
dengan cabang-cabang berdaun lebat sehingga membentuk suatu
tudung atau kanopi. Tumbuhan khas yang dijumpai adalah liana dan
epifit. Liana adalah tumbuhan yang menjalar di permukaan hutan,
contoh: rotan. Epifit adalah tumbuhan yang menempel pada batang-
batang pohon, dan tidak merugikan pohon tersebut, contoh: Anggrek,
paku Sarang Burung.
 Fauna: di daerah tudung yang cukup sinar matahari, pada siang hari
hidup hewan-hewan yang bersifat diurnal yaitu hewan yang aktif pada
siang hari, di daerah bawah kanopi dan daerah dasar hidup hewan-
hewan yang bersifat nokfurnal yaitu hewan yang aktif pada malam
hari, misalnya: burung hantu, babi hutan, kucing hutan, macan tutul
dll.

b. Bioma Hutan Gugur


Ciri khas bioma hutan gugur adalah tumbuhannya sewaktu
musim dingin, daun-daunnya meranggas. Bioma ini dapat dijumpai di
Amerika Serikat, Eropa Barat, Asia Timur, dan Chili.
Ciri-ciri:
 Curah hujan merata sepanjang tahun, 75 - 200 cm/tahun.
 Mempunyai 4 musim: musim panas, musim dingin, musim gugur dan
musim semi.
 Keanekaragaman jenis tumbuhan lebih rendah daripada bioma hutan
tropis.
 Suhu di musim dingin berkisar antara 0°C dan di musim panas dengan
suhu maksimal sekitar 35°C, menyengat dan lembab.
Musim panas pada bioma hutan gugur, energi radiasi matahari
yang diterima cukup tinggi, demikian pula dengan presipitasi (curah
hujan) dan kelembaban. Kondisi ini menyebabkan pohon-pohon tinggi
tumbuh dengan baik, tetapi cahaya masih dapat menembus ke dasar,
karena dedaunan tidak begitu lebat tumbuhnya. Konsumen yang ada
di daerah ini adalah serangga, burung, bajing, dan racoon yaitu hewan
sebangsa luwak/musang.
Pada saat menjelang musim dingin, radiasi sinar matahari mulai
berkurang, suhu mulai turun. Tumbuhan mulai sulit mendapatkan air
sehingga daun menjadi merah, coklat akhirnya gugur, sehingga musim
itu disebut musim gugur.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keanekaragamn hayati atau biodiversity, adalah semua kehidupan
di atas bumi ini baik tumbuhan, hewan, jamur dan mikroorganisme, serta
berbagai materi genetik yang dikandungnya dan keanekaragaman sistem
ekologi di mana mereka hidup. Termasuk didalamnya kelimpahan dan
keanekaragaman genetik relatif dari organisme-organisme yang berasal dari
semua habitat baik yang ada di darat, laut maupun sistem-sistem perairan
lainnya.
Keanekaragaman hayati memiliki nilai yang sangat tinggi untuk
keberlangsungankehidupan manusia. Nilai dan pemanfaatan
keanekaragaman hayati antara lain sebagai pemasok makanan (baik hewan
maupun tumbuhan), produk pestisida alami, obat-obatan, pupuk, bahan baku
rumah tangga/industri, dan dapat dimanfaatkan di lingkungan
B. Saran
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kesalahan. Menyadari kekurangan itu kami mohon dengan kerendahan hati
untuk memberikan segala kritik dan saran yang membangun dari pembaca
bagi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Soedjiran Resosoedarmo,dkk. 1985. Pengantar Ekologi. Jakarta: IKIP Jakarta.
Hutagalung RA. 2010. Ekologi Dasar. Jakarta.
Syamsuri Istamar, dkk. 2000. Biologi 1B untuk SMU. Erlangga, Jakarta.
Supeni Tri H., Tobondo SL Mintje, Talumewu Piet Yan. 1995. Biologi untuk
SMU. Erlangga, Jakarta.
Ewuise, J.Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Terjemahan oleh Tanuwijaya U.
Bandung: ITB press

You might also like