You are on page 1of 19

USULAN

PENELITIAN PENUGASAN KEPAKARAN


DIPA UNTIDAR TAHUN PELAKSANAAN 2021

Permodelan Business Model Canvas pada Koperasi Syariah

Oleh:

(Dr. Drs. Jaka Isgiyarta, M.Si., CA., Akt.) (Ketua) (0021016803)


(Chaidir Iswanaji, S.E., M.Ak.) (Anggota) (0608037601)
(Supanji Setyawan, S.Pd., M.Si.) (Anggota) (0027059002)
(Erni Puji Astutik, S.E., M.Si.) (Anggota) (0607078401)
(Budi Hartono, S.E., M.Sc.) (Anggota) (0022019202)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS TIDAR
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................i
RINGKASAN...........................................................................................................................................ii
BAB 1. PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................................1
1.2 Target Luaran............................................................................................................................5
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................6
2.1 Model Bisnis..............................................................................................................................6
2.2 Bisnis Islami..............................................................................................................................6
2.3 Business Model Canvas..........................................................................................................8
2.4 Lembaga Syariah......................................................................................................................9
BAB 3. METODE PENELITIAN........................................................................................................11
3.1 Desain Penelitian......................................................................................................................11
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN................................................................................14
4.1 Rencana Anggaran Biaya.......................................................................................................14
4.2 Jadwal Kegiatan........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................15

i
RINGKASAN

Semakin berkembangnya pesatnya lembaga keuangan mikro syariah, ini juga


merupakan peluang bagi koperasi Syariah untuk bisa berkiprah dan memperbaiki
performanya, serta dapat menyelesaikan persoalan-persoalan internal yang sering
dihadapi koperasi Syariah. Harus ada usaha supaya kepercayaan masyarakat meningkat,
memperbaiki sumber daya manusia (SDM), memperbaiki permodalan, kepatuhan
kepada Syariah, penggunaan teknologi serta peningkatan inovasi produk. Untuk
mencapai semua itu tentunya diperlukan perencanaan yang matang. Karena koperasi
Syariah merupakan juga bagian dari bisnis, maka diperlukan perancanaan bisnis yang
matang. Dalam mengevaluasi perencanaan bisnis atau bisnis yang sedang dijalani
diperlukan acuan yang jelas dan utuh terkait model bisnis. Beberapa hasil penelitian
terdahulu mengatakan bahwa pemetaan prospek bisnis yang banyak dilakukan lembaga
keuangan syariah, seperti BMT, koperasi syariah, pegadaian syariah, reksadana syariah
adalah menggunaan metode model bisnis kanvas untuk mengoreksi dan mengevaluasi
adanya kemungkinan kesalahan yang perlu diperbaiki agar proses operasional bisnis
mempunyai model tertentu. Hal ini karna hampir semua lembaga keuangan syariah
termasuk dalam hal ini BMT merupakan entitas bisnis yang memiliki tujuan profit dan
social benefits. Penelitian ini fokus pada penggunaan Business Model Canvas pada BMT.
Hasil dari penelitian diharapkan dapat membantu BMT untuk bertahan pada era persaingan
Lembaga Mikro dengan cara fokus terhadap identifikasi potensi bisnis nya. Dengan begitu,
hasil dari penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pemangku
kepentingan untuk memperbaiki diri.

ii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Munculnya keuangan mikro tidak terlepas dari adanya kebutuhan kelompok


masyarakat miskin dan usaha mikro kecil terhadap layanan jasa keuangan. Melalui
akses terhadap layanan jasa keuangan ini diharapkan dapat membuka peluang usaha
dan menciptakan kesejahteraan. Namun, kebutuhan terhadap layanan keuangan ini
cenderung tidak dapat diberikan oleh lembaga keuangan komersil formal seperti bank,
hal ini disebabkan karakteristik kelompok masyarakat miskin dan usaha mikro kecil
cenderung tidak terpelajar, tata kelola usaha yang buruk, tidak memiliki laporan
keuangan dan lingkungan bisnis yang tidak pasti, sehingga membuat kelompok ini
dinilai memiliki risiko yang tinggi untuk diberikan akses permodalan. Kondisi inilah
yang mendorong masyarakat miskin dan usaha mikro kecil berinovasi dengan
membentuk institusi keuangan mikro secara mandiri guna memenuhi kebutuhan akan
akses layanan keuangan. (KNKS,2019)
Konsep BMT dirancang sebagai lembaga sosial-ekonomi. Dengan menggunakan
sumber daya termasuk dana atau modal komersial serta dana sosial (zakat, infak,
sedekah, dan wakaf) dari masyarakat yang kemudian dikelola dan dimanfaatkan untuk
masyarakat setempat itu sendiri. Konsep BMT menegaskan tentang konsep sebuah
lembaga sosial-ekonomi rakyat, yang secara konsepsi dan nyata lebih fokus kepada
masyarakat kelas bawah, nyaris miskin, miskin sampai masyarakat termiskin (poorest
of the poor) melalui bantuan permodalan dan pemberdayaan untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi, sosial, dan spiritual. Dua aktivitas yang dijalankan secara
harmonis dalam konsep BMT yaitu:
1. Aktivitas sosial (sebagai Baitul Maal), menampung dana zakat, infak, sedekah,
wakaf, dan dana sejenis untuk disalurkan kepada kelompok masyarakat mustahik
dan masyarakat dhuafa secara luas;
2. Aktivitas komersial (sebagai Baitul Tamwil), menampung dana yang berasal dari
modal, simpanan anggota, donor, atau APEX untuk disalurkan berupa
pembiayaan kepada usaha mikro kecil yang menjadi anggota BMT
Implementasi triple bottom line perlu tetap di sosialisasikan dan di revitalisasi
sehingga konsep dan spirit BMT dapat terjaga dan berkembang. Selain itu konsep dan
spirit BMT ini merupakan sebuah pembuktian dari konsep ekonomi syariah yaitu

1
menjaga, menghormati, memperhatikan dan mempertimbangkan kepentingan individu
dan kepentingan publik dan sekaligus membangun keseimbangan secara efektif antara
dua kepentingan tersebut sehingga mampu menciptakan solidaritas sosial (Az- Zuhaili,
2011). Seiring dengan perkembangan regulasi, gerakan untuk mengaplikasikan konsep
dari BMT berkembang pesat di Tanah Air, hampir sebagian besar BMT bertransformasi
berada di bawah payung hukum Kementerian Koperasi dan UKM melalui Undang-
Undang No. 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. BMT yang berada dibawah regulasi
Kementerian Koperasi dan UKM ini dikenal sebagai Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah/Unit Simpan Pinjam Pembiayaan Syariah (KSPPS/USPPS).
Kemudian sebagian kecil lainnya dari BMT berada di bawah payung hukum Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) melalui Undang-Undang No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga
Keuangan Mikro. BMT yang berada dibawah regulasi dan pengawasan dari OJK
dikenal sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS).
Semakin berkembangnya pesatnya lembaga keuangan mikro syariah, ini juga
merupakan peluang bagi koperasi Syariah untuk bisa berkiprah dan memperbaiki
performanya, serta dapat menyelesaikan persoalan-persoalan internal yang sering
dihadapi koperasi Syariah. Harus ada usaha supaya kepercayaan masyarakat meningkat,
memperbaiki sumber daya manusia (SDM), memperbaiki permodalan, kepatuhan
kepada Syariah, penggunaan teknologi serta peningkatan inovasi produk.
Untuk mencapai semua itu tentunya diperlukan perencanaan yang matang. Karena
koperasi Syariah merupakan juga bagian dari bisnis, maka diperlukan perancanaan
bisnis yang matang. Dalam mengevaluasi perencanaan bisnis atau bisnis yang sedang
dijalani diperlukan acuan yang jelas dan utuh terkait model bisnis. Menurut Giorgetti
model bisnis adalah model referensi yang menjadi sebuah dasar bagi sebuah sistem
jenis (type) baru yang mempunyai keunggulan dibandingkan pendekatan sebelumnya
(Ghulam, 2016).
Salah satu alternatif untuk dapat membantu penyelesaian masalah tersebut adalah
dengan inovasi berupa pemanfaatan model bisnis canvas. Penggunaan metode model
bisnis kanvas pada lembaga keuangan syariah yaitu koperasi syariah dirasa penting
untuk mengoreksi suatu kemungkinan tentang adanya kesalahan konsep atau perlunya
perbaikan dalam proses menjalankan model bisnis, karena koperasi syariah merupakan
entitas bisnis yang memiliki tujuan profit dan social benefits. Muslich menyatakan

2
bahwa tercapainya tujuan profit dan sosial dari suatu kegiatan bisnis, secara ideal perlu
adanya dukungan semua pihak, baik secara langsung ataupun tidak langsung
memberikan jasa dalam meraih keuntungan bisnis secara layak (Suparmin, 2019).
Sehingga, peran Koperasi syariah dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi
masyarakat sangat penting dengan adanya produk pembiayaan yang sangat
menguntungkan bagi pihak koperasi syariah juga bagi para nasabah.
Penggunaan metode model bisnis kanvas pada lembaga keuangan syariah yaitu
Koperasi syariah dirasa penting untuk mengoreksi suatu kemungkinan tentang adanya
kesalahan atau perlunya perbaikan dalam salah satu kotak dari proses menjalankan
model bisnis, karena Koperasi merupakan entitas bisnis yang memiliki tujuan profit dan
social benefits. Menurut Muslich (2007) tercapainya tujuan profit dan sosial dari
kegiatan bisnis, secara ideal perlu didukung oleh semua pihak, baik secara langsung
maupun tidak langsung berjasa dalam meraih keuntungan bisnis secara layak. Sehingga,
peran koperasi syariah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sangat penting
dengan produk pembiayaannya yang sangat menguntungkan bagi nasabah juga bagi
pihak koperasi syariah.
Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk mendukung program pemerintah dalam
hal Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebagai dampak akibat Covid-19. Selain itu
Pentingnya manajemen bisnis bagi pelaku bisnis di sektor UMKM dapat dilihat dalam
beberapa bidang penguatan manajemen yaitu pemasaran, SDM, keuangan dan
operasional (Wahyuni, Endang, dan Wibawani, 2020). Di bidang pemasaran, perlu
dikembangkan system pemasaran digital yang tepat sasaran dan dapat menjangkau
masyarakat luas (Tasruddin, 2015). Pada bidang penguatan manajemen sumber daya
manusia, peningkatan pengetahuan, wawasan dan keterampilan sehingga mampu
mengelola usahanya dengan lebih terencana dan terorganisir dengan baik (Sandiasa dan
Widnyani, 2017). Penguatan di bidang manajemen keuangan meliputi pengelolaan
keuangan yang efektif dan efisien berkaitan dengan akses modal dan administrasi
pembukuan/keuangan (Setyawardani et al, 2019). Terakhir, penguatan di bidang
manajemen operasional yang mencakup peningkatan kualitas, efesiensi biaya dan
sasaran distribusi yang tepat.
Koperasi Syariah merupakan salah satu lembaga keuangan yang diperlukan guna
mendukung dan memperkuat sistem keuangan nasional yang terdiversifikasi sehingga

3
dapat memberikan alternatif yang lebih banyak bagi pengembangan sektor usaha. Salah
satu konsep model bisnis yang dapat dipergunakan sebagai sarana untuk
mendiskripsikan dan pencapaian tujuan Koperasi syariah adalah Business Model
Canvas. Sehingga, konsep model kanvas ini bisa mengubah sebuah model bisnis yang
rumit menjadi model yang sederhana, karena kesederhanaannya Business Model Canvas
dapat menjadi motivasi kepada karyawan untuk terlibat dalam pengembangan model
bisnis ini. Sesuai dengan paparan diatas tentang perlunya Business Model Canvas pada
Koperasi Syariah. (Mohammad, 2015).

2021 Model Bisnis Canvas


2022 2023
Analisis Kebutuhan dan
Penyusunan dan ujicoba Pengendalian dan Pada koperasi
Perencanaan model
model bisnis Canvas Evaluasi bisnis Canvas syariah
bisnis Canvas

Gambar 1.1 Peta Jalan Penelitian


Berdasarkan Peta jalan penelitian diatas, diharapkan pada akhir tahun ketiga dapat
dihasilkan sebuah model bisnis canvas pada koperasi syariah. Dengan model bisnis tersebut
diterapkan oleh koperasi syariah dapat mampu menjaga kelangsungan usaha koperasi
syariah.
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana yang selama ini model bisnis koperasi syariah terapkan?
2. Bagaimana rancangan model bisnis canvas pada koperasi syariah?
3. Bagaimana model bisnis canvas diterapkan pada koperasi syariah?
4. Bagaimana evaluasi terhadap model bisnis canvas pada koperasi syariah?
1.2 Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis model bisnis canvas pada koperasi syariah yang selama ini
dilakukan
2. Untuk merancang model bisnis canvas pada koperasi syariah.
3. Untuk menerapkan model bisnis canvas pada koperasi syariah
4. Untuk mengevaluasi model bisnis canvas pada
Tabel 1.1 Rencana Target Luaran Tahunan

No Jenis Luaran Indikator

4
1 Publikasi Jurnal Terakreditasi Sinta 2 Accepted
2 Jurnal Internasional Bereputasi Q3 Submited
2 Rekaman Video hasil penelitian (soft copy) Ada
(Telah ungguh di
sippm.untidar.ac.id)
3 Hak Cipta Rekaman Video hasil penelitian Ada sertifikat HKI
4 Luaran lainnya jika ada(Teknologi Tepat Tidak ada
Guna, Model/ Purworupo/Desain/Karya
seni/ rekayasa social
5 Tingkat kesiapan Teknologi (TKT) 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

5
2.1 Model Bisnis

Bisnis, apakah itu usaha barang atau jasa pastilah mempunyai desain agar
operasionalnya dapat berjalan dengan stabil dan lancar. Desain yang dituangkan dalam
bentuk model bisnis menurut Osterwalder dan Pigneur (2009) telah dijelaskan bahwa
model bisnis merupakan representasi dari organisasi menciptakan omset dalam hal ini
adalah uang. Selain itu , Osterwalder dan Pigner menyampaikan dasar pemikiran
tentang cara entitas bisnis menciptakan (create), menyampaikan (deliver), dan
menangkap (capture) nilai-nilai (value) dapat dilihat melalui 9 elemen generik/pilar
utama (9 building blocks of Business Model). Akan lebih mudah bila melakukan
evaluasi dari setiap komponen pokok walaupun secara satu per satu. Hal ini akan lebih
memudahkan analisa yang kurang tepat dan akhirnya bisa melangkah untuk mencapai
tujuan suatu bisnis (Dewobroto, 2013).
Perusahaan dalam rangka menciptakan sebuah value atau nilai bagi para
custumernya senantiasa menjelaskan desain penciptaan nilai atau menciptakan nilai
sebagai salah satu elemen inti. Model inilah yang akan dipakai perusahaan sebagai
kemasan yang akan diciptakan. Tanpa adanya model akan meyusahkan jenis dan core
bisnis kita, karena taste of respec in business is model’s. Model akan mempermudah
seluruh karyawan dalam mempromosikan entitas bisnis, meambah keperyaan pihak lain
bahwa produk yang tercipta merupakan sebuah pikiran atau ide dari karyawan yang
dimilikinya. Pelanggan memiliki andil dan peran atas barang dan jasa yang dimilikinya.
Mayoritas definisi model bisnis memasukkan penciptaan nilai pelanggan sebagai salah
satu elemen inti (Zott dan Amit, 2003).
2.2 Bisnis Islami
Bisnis merupakan aktifitas ekonomi yang bertujuan memenuhi kebutuhan
masyarakat dengan tujuan mensejahterakan. Aspek sosial yang diterima dengan
terpenuhinya kebutuhan barang/jasa atas hasil operasional bisnis. Sedangkan aspek
ekonomi dilihat dari transaksi jual beli yang syah antara penjual dan pembeli. Laba atau
keuntungan semata sudah biasa dilakukan sebuah entitas bisnis konvensional. Karena
memang itulah pokok dan inti tujuan utama berbisnis. Tetapi hal ini tidak bisa dipakai
atau dianut untuk core business islamic. Keuntungan hanya merupakan efek dan disebut

6
dengan margin bukan tujuan utama dalam bisnis islami. Seluruh aktivitas bisnis
konvensional selalu ditujukan untuk mencari keuntungan semata.
Tujuan-tujuan lain bersifat sosial untuk membantu masyarakat dalam
menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan terkadang dihilangkan. Mestinya
dalam mendirikan sebuah usaha atau bisnis harus dapat merengkuh tujuan untuk kedua-
duanya, yakni disamping memperoleh keuntungan akan lebih baik bila juga
memberikan layanan sosial (Dewobroto, 2013). Islam mengajarkan tentang berbisnis
yang halal dan thoyib. Maksudnya tidak hanya memberikan manfaat saja tetapi
mewujudkan falah atau kebaikan bagi pelanggannya. Aqidah islam lebih mengajarkan
dan menyampaikan tujuan jangka panjang dalam berbisnis yaitu membawa dan
memberikan kehidupan yang abadi di akherat. Bisnis islami memberikan makna ada
kehidupan setelah mati, ini mengingatkan bahwa bisnis tidak hanya mencari
kepentingan dan keuntungan duniawi yang singkat dan menjerumuskan pada sifat
keserakahan. Ketaatan beribadah kepadaNya akan banyak melatar belakangi berdirinya
bisnis berbasis islami adalah karena niat beribadah mu’amalah, berlandaskan tauhid dan
pengabdian kepada Allah melalui usaha yang memberikan manfaat baik bagi
kemaslahatan kehidupan manusia (Muslich, 2007).
Seluruh usaha dagang, jasa merupakan sebuah aktivitas bisnis yang berorientasi
pada sifat komersial atas hasil dari perdagangan tersebut. Anoraga dan Soegiastuti
(1996) berpendapat bahwa Bisnis memilki makna dasar sebagai “The buying and
selling of goods and service”. Alma dan Priansa (2009) menyampaikan bahwa bisnis
menurut Hughes dan Kapoor ialah keterlibatan atas kegiatan individu dan masyarakat
yang terorganisasi dalam menghasilkan dan menjual barang maupun jasa guna
mendapatkan keuntungan atau laba. Hal senada pengertian bisnis dijelaskan oleh Brown
dan Petrello sebagai aktivitas suatu lembaga untuk menciptakan barang dan jasa guna
pemenuhan kebutuhan manusia.
Bisnis dalam Islam menurut Widjajakusuma (2002) mempunyai tujuan untuk
mencapai empat hal utama:
1. Target hasil: keuntungan materiil dan benefit nonmateri, yang mengartikan
bisnis bukan hanya untuk mencari profit (qimah madiyah atau nilai materi)

7
yang maksimal, tetapi memberikan benefit manfaat nonmateri termasuk
kenyamanan dan rasa aman.
2. Growth atau pertumbuhan, bila keuntungan materiil dan nonmateriil telah
didapat, sebagai entitas bisnis sudah sepantasnya menjaga dan berupaya
bertumbuh dan meningkat dalam berbagai hal.
3. Exist atau bertahan lama sesuai prinsip going concern. Artinya usaha tidak boleh
mati atau bangkrut dengan menjaga omset dan target yang dicapai setiap
tahunnya agar dapat exist bertahan dalam jangka waktu yang lama.
4. Keberkahan, atau falah. Semua tujuan yang telah dicapai akan bermakna sia-sia
tida berkah dan manfaat dari seluruh aktivitas bisnisnya. Islam menempatkan
berkah sebagai tujuan inti dalam berbisnis.
2.3 Bisnis Model Canvas
Muslich (2007) banyak lembaga keuangan syariah, seperti BMT, koperasi syariah,
pegadaian syariah, reksadana syariah menggunaan metode model bisnis kanvas untuk
mengoreksi dan mengevaluasi adanya kemungkinan kesalahan yang perlu diperbaiki agar
proses operasional bisnis mempunyai model tertentu. Hal ini karna hampir semua lembaga
keuangan syariah termasuk dalam hal ini BMT merupakan entitas bisnis yang memiliki
tujuan profit dan social benefits.
Perihal kesederhanaan dalam Business Model Canvas yang menjadikan motivasi para
karyawan dan pegawai yang terlibat langsung dalam bisnis yang dijalankan dan
dikembangkan. Ini merupakan salah satu konsep model bisnis yang dapat diterapkan sebagai
sarana untuk mendiskripsikan dan pencapaian tujuan BMT. Model bisnis yang selama ini
dirasakan sulit dan bahkan rumit akan menjadi model yang lebih sederhana hingga dipahami
serta nyaman untuk diterapkan.
Business Model Canvas memberikan potret yang logis tentang bagaimana organisasi
akan menciptakan, menghantarkan dan menangkap sebuah value (Osterwalder & Pigneur,
2010). Model bisnis canvas ini terbagi menjadi sembilan komponen pokok, yang akan
dipisahkan menjadi komponen kanan (sisi kreatif) dan kiri (sisi logik). Persis seperti otak
manusia, yang memiliki otak kanan dan kiri yang masing-masing mempunyai karakter yang
berbeda. Kesembilan komponen itu adalah Customer Segment, Customer Relationship,

8
Customer Channel, Revenue Structure, Value Proposition, Key Activities, Key Resource,
Cost Structure, dan Key Partners.
2.4 Lembaga Syariah
Baitul Maal wat Tamwil yang berbadan hukum koperasi dalam operasionalnya seperti
perbankan pada umumnya, selalu menggunakan prinsip-prinsip: 1) Prinsip Bagi Hasil, 2)
Sistem Jual Beli, 3) Sistem Non Profit, 4) Akad Bersyarikat, 5) Produk Pembiayaan.
Pembeda dari BMT yakni lembaga ini belum/tidak dapat melakukan transaksi transfer,
kliring, dan giro seperti disampaikan Sudarsono (2008:108). Transaksi-transaksi yang
dilarang oleh syariah tidak diperkenankan hadir dalam operasional Baitul Maal wat Tamwil
dan harus selalu berpedoman bersumber pada syariah Islam Al-Qur’an dan Al-Hadits serta
didukung oleh sumber hukum Islam lainnya misalnya Ijma dan Qiyas.
Menurut Undang-undang Perkoperasian No. 25 tahun 1992, penegrtian koperasi yaitu:
“Badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan
berlandaskan kegiatan pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas azas kekeluargaan. Dalam UU No. 25 Bab II Pasal 3 Tahun 1992 menyebutkan
bahwa: “Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945”.
Menurut Undang-undang Perkoperasian Republik Indonesia Nomer 17 tahun 2012,
yang dimaksud koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau
badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk
menjalankan usaha, yang memenuhi dengan nilai dan prinsip koperasi. Chaniago, (1982)
memaparkan bahwa koperasi merupakan kumpulan dari orang-orang atau badan yang
mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama, yang memberikan kebebasan masuk dan
keluar sebagai anggota, yang siap bersama-sama bekerja secara kekeluargaan menjalankan
usaha, dengan prinsip dari, oleh dan untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para
anggotanya . Pengertian koperasi yang serupa dikemukakan oleh Hendrojogi (1999), yang
menyatakan bahwa koperasi adalah kumpulan kelompok manusia yang dengan sadar atas
suka tanpa paksaan hendak bekerja sama untuk memajukan ekonominya.

9
Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) sebelumnya dikenal
dengan sistem Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang usahanya
bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan prinsip syariah yang
kegiatannya dilakukan dengan menghimpun dana dan menyalurkannya melalui jasa
keuangan syariah dari dan untuk anggota koperasi dan calon anggota koperasi.
Kegiatan operasional KSPPS menggunakan prinsip bagi hasil, sistem balas jasa,
sistem profit, akad bersyarikad, dan produk pembiayaan. Berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia No. 10/ 16/ PBI/ 2008 pada pasal 1 ayat 6 disebutkan bahwa: “Prinsip Syariah
adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan
oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang Syariah
sebagaimana dimaksud dalam Undang – Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Berdasarkan pasal 2 ayat 2 disebutkan juga bahwa ”Dalam melaksanakan jasa
perbankan melalui kegiatan penghimpunan dana, penyaluran dana dan pelayanan jasa bank,
bank wajib memenuhi Prinsip Syariah”. Pasal 2 ayat 3 menjelaskan bahwa pemenuhan
Prinsip Syariah harus dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan pokok hukum Islam

10
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Objek penelitian ini adalah Koperasi Syariah di wilayah Jawa Tengah dan.Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY).
3.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif
dilaksanakan dengan mengumpulkan berbagai informasi baik dari pelaku Koperasi Syariah,
pelanggan Koperasi Syariah, maupun berbagai dokumen dan literature. Penelitian akan
dibagi dengan tiga tahapan yaitu:
1. Pada tahun pertama Permodelan Business Model Canvas pada koperasi Syariah
dengan menggunakan Analisis Domain dan Analisis Taksonomi
2. Pada tahun kedua Permodelan Business Model Canvas pada koperasi Syariah
dengan menggunakan Analisis Komponensial
3. Pada tahun ketiga Evaluasi dan pengembangan Business Model Canvas pada
Koperasi Syariah

2021 Model Bisnis Canvas


2022 2023
Analisis Kebutuhan dan
Penyusunan dan ujicoba Pengendalian dan Pada koperasi
Perencanaan model
model bisnis Canvas Evaluasi bisnis Canvas syariah
bisnis Canvas
4.
5.

11
Alternatif model ini disusun dengan menggunakan berbagai data dan informasi dari
beberapa sumber. Survei, wawancara, dan FGD.

INPUT OUTPUT

Business Model Canvas


Customer Segment
Customer Relationship
Informasi dan data dari:
Customer Channel
Pelaku Koperasi Syariah
Revenue Structure
Pelanggan Koperasi
Value Proposition
Syariah
Key Activities
Dokumen dan literatur
Key Resource
Cost Structure
Key Partners

Gambar 3.1 Input dan Output Penelitian

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data


Penelitian pada tahun pertama menggunakan data primer yang diambil melalui Focus
Group Discussion (FGD), kuesioner, dan wawancara baik dengan pelaku Koperasi Syariah,
pelanggan Koperasi Syariah. Teknik yang digunakan untuk menganalisa data menurut
Spraley dalam Sugiyono (2010) ada tiga yaitu analisis domain, taksonomi dan
komponensial. Namun, penelitian pada tahun pertama ini analisis yang digunakan hanya dua
yaitu domain dan taksonomi.
Tabel 3.1
Tahapan Pengumpulan Data
No. Tahapan Pengumpulan Data Data/Output
1 FGD dengan pelaku Koperasi Pemetaan informasi Business Model Canvas
Syariah Koperasi Syariah di wilayah Jawa Tengah
dan DIY. Informasi ini digunakan sebagai
bagian dari bahan untuk menyusun kuesioner
ke pelaku Koperasi Syariah.
2 Distribusi kuesioner ke pelaku Informasi mengenai Business Model Canvas
Koperasi Syariah Koperasi Syariah. Kuesioner ini sekaligus
juga menjadi pre test penerapan business
model canvas.

3 Wawancara dengan pelaku Konfirmasi dan pendalaman informasi dari

12
Koperasi Syariah data yang diperoleh melalui kuesioner
4 FGD dengan pelanggan Informasi mengenai bussines model canvas
Koperasi Syariah yang meliputi 9 komponen.
5 Distribusi kuesioner ke Informasi mengenai Business Model Canvas
pelanggan Koperasi Syariah Koperasi Syariah. Kuesioner ini sekaligus
juga menjadi pre test penerapan business
model canvas.
6 Wawancara dengan pelanggan Konfirmasi dan pendalaman informasi dari
Koperasi Syariah data yang diperoleh melalui kuesioner

BAB 4. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

13
4.1 Rencana Anggaran Biaya Penelitian
No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan
1 Bahan (ATK,BHP, Persediaan) Rp. 10.000.000,-
2 Pengumpulan data Rp. 7.000.000,-
3 Sewa Peralatan Rp. 6.000.000,-
4 Analisis data Rp. 4.500.000,-
5 Pelaporan Luaran Rp. 7.500.000,-
Jumlah Rp. 35.000.000,-

4.2 Jadwal Kegiatan


No Kegiatan Bulan
4 5 6 7 8 9 10 11
1 Penyusunan Proposal
2 Pengumpulan Data awal
3 FGD dengan Koperasi syariah
4 Penyusunan Intrumen Penelitian
5 Penyebaran Instrumen penelitian
6 Analisis Data
7 FGD dengan Dinas koperasi dan
Koperasi syriah
8 Penyusunan artikel
9 Penyusunan laporan penelitian

14
Daftar pustaka
Aziz, Abdul. 2019. Perancangan Model Bisnis Ukm Atelier Prana Dengan Menggunakan
Pendekatan Business Model Canvas. e-Proceeding of Engineering : Vol.5, No.3 Desember

Ghulam, Z. (2016). Implementasi Maqashid Syariah Dalam Koperasi Syariah. Iqtishoduna, 7(1),
90–112.

KNKS. 2019. Strategi Pengembangan Keuangan Mikro Syariah Di Indonesia


Mohammad, RK. 2015. Business Model Canvas Pada BMT Kanindo Syariah. Repository.uinjkt
Muslich, Muhammad. 2007. Bisnis Syariah Perspektif Mu’amalah dan Manajemen.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Sandiasa, G., dan Widnyani, I. A. P. S. (2017). Kebijakan Penguatan Lembaga Pemberdayaan


dalam Meningkatkan Partisipasi Pemberdayaan Masyarakat di Perdesaan. Dalam Locus Majalah
Ilmiah Fisip, 8, 64-78.
.
Setyawardani, T., Widayaka, K., Sularso, K. E., dan Wakhdiati, Y. (2019). Wirausahawan
Muda Mandiri dengan Program Pengembangan Kewirausahaan di Universitas Jenderal
Soedirman. Jurnal Surya Masyarakat, 2(1), 50-57.
Suparmin, A. (2019). MANAJEMEN RESIKO DALAM PERSPEKTIF ISLAM. El-Arbah:
Jurnal Ekonomi, Bisnis Dan Perbankan Syariah, 2(02), 27–47.

Wahyuni, Endang D., dan Wibawani, S. (2020). Pemberdayaan Pengurus Aisyiyah dengan
Penguatan Manajemen Bisnis. Jurnal Pengabdian dan Peningkatan Mutu Masyarakat,
vol 1 no 1, p. 13-17. http://ejournal.umm.ac.id/index.php/janayu.

Alma, Buchari dan Donni Priansa. 2009. Manajemen Bisnis Syariah. Bandung: Alfabeta
Anoraga dan Soegiastuti. 1996. Pengantar Bisnis Modern-kajian dasar manajemen
perusahaan, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.
Arifin Chaniago. (1982). Perkoperasian Indonesia. Bandung: Angkasa.
Dewobroto, Wisnu Sakti. 2013. Penggunaan Business Model Canvas Sebagai Dasar
Untuk Menciptakan Alternatif Strategi Bisnis dan Kelayakan Usaha.
Hendrojogi. (1999). Koperasi, asas-asas teori dan praktek. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Muslich, Muhammad. 2007. Bisnis Syariah Perspektif Mu’amalah dan Manajemen.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Osterwalder, Alexander, and Yves, Pigneur. 2010. Business Model Generation, New
Jersey: John Wiley & Son.
Peraturan Bank Indonesia No. 10/ 16/ PBI/ 2008 menjelaskan tentang Pelaksanaan
Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta
Pelayanan Syariah

15
Sudarsono, Heri. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi.
Yogyakarta: Ekonisia.
Widjajakusuma, Muhammad Karebet dan Muhammad Ismail Yusanto. 2002. Menggagas
Bisnis Islami, Jakarta: Gema Insani Press.
Zott, Christoph and Raphael Amit. 2009. Business Model Design: An Activity System
Perspective. Long Run Planning (LRP).

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta

16

You might also like