You are on page 1of 28

HIDROLOGI

dan
PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

CHAY ASDAK
Untuk:
Ario (“Oki”) Priyataro
Farhan Taufik Rahman
Prakata

Kurang tersedianya buku teks tentang hidrologi, terutama dalam kaitannya


dengan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), mendorong penulis untuk
menyusun buku Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Sesuai
dengan judul buku, buku ini berisi uraian prinsip-prinsip hidrologi dan
bagaimana mengaplikasikan prinsip-prinsip hidrologi untuk memahami
keterkaitan komponen-komponen ekosistem DAS sehingga pengelolaan
sumber daya alam termasuk manusia dalam skala DAS dapat dilaksanakan
secara logis, sistematis, dan rasional.
Topik hidrologi dan topik pengelolaan DAS secara terpisah merupakan
kajian yang cukup luas. Apalagi kalau kedua topik tersebut dijadikan
satu topik bahasan yang (diharapkan) komprehensif dan terintegrasi,
sungguh suatu pekerjaan yang tidak mudah, dan oleh karenanya terbuka
terhadap kekurangan-kekurangan. Buku Hidrologi dan Pengelolaan DAS
merupakan kajian yang bersifat multiaspek dan saling terkait sehingga
masing-masing aspek memiliki format yang sedikit berbeda dari buku
yang fokusnya hanya pada salah satu aspek saja. Demikian juga, karena
luasnya topik-topik yang dijadikan bahasan, uraian masing-masing topik
dalam buku ini dibatasi pada hal-hal yang secara langsung berkaitan
dengan tujuan penulisan buku seperti telah dikemukakan di muka.
Apabila uraian untuk masing-masing topik dianggap kurang lengkap,
pembaca dipersilakan mempelajari lebih lanjut topik yang dimaksud

vii
melalui buku atau makalah rujukan yang tercantum pada bagian akhir
masing-masing topik.
Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan rasa terima
kasih kepada Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran yang
telah memberi kesempatan menyelesaikan program pascasarjana sehingga
waktu yang tersedia memungkinkan penulis merampungkan buku ini.
Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada Prof. Otto Soemarwoto
atas tugas-tugas menantang yang dibebankan kepada penulis selama
menjadi Staf Peneliti pada Lembaga Ekologi, Unpad yang dipimpinnya.
Sebagian besar ilustrasi permasalahan yang dikemukakan dalam buku
ini berasal dari pengalaman penulis ketika bertugas di lembaga tersebut.
Dalam hal ini penulis mengucapkan terima kasih atas saran, komentar,
dan kritik yang selama ini penulis terima dari Staf Peneliti Lembaga
Ekologi. Ide awal penulisan buku ini, antara lain, ialah karena dorongan
dan inspirasi dari Prof. Kenneth N. Brooks (Universitas Minnesota, USA)
ketika penulis menjadi mahasiswanya. Untuk itu, penulis mengucapkan
terima kasih. Ucapan terima kasih selanjutnya diarahkan masing-masing
kepada Balai Penelitian Kehutanan Samarinda dan Dr. Alastair Fraser
(program co-ordinator UK-Indonesia Tropical Forest Management Project)
yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk memanfaatkan
fasilitas di Wanariset Sangai sehingga memungkinkan penulisan akhir
buku ini. Pada akhirnya, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
Gadjah Mada University Press atas partisipasinya dalam mengubah
kesempatan menjadi prestasi.

Camp 48, Sangai


Kalimantan Tengah
Februari, 1995

Chay Asdak

viii
Pengantar Edisi Revisi

Setelah beredar cukup lama dan atas permintaan berbagai kalangan, Buku
Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dicetak ulang dalam bentuk
edisi revisi. Selain untuk mengoreksi beberapa kesalahan redaksional dan
sekuens buku, revisi diperlukan berdasarkan mempertimbangkan bahwa
perkembangan ilmu bersifat dinamis sejalan dengan dinamika pemikiran
manusia. Bagian terbesar revisi dilakukan pada topik “Statistika dalam
Hidrologi” (Bab VI), “Pengelolaan Vegetasi dan Hasil Air” (Bab VIII),
dan “Pengelolaan Daerah Aliran Sungai” (Bab X, sebelumnya Bab
VII). Selain bersifat tekstual, revisi juga meliputi perubahan tabel dan
penambahan foto sebagai ilustrasi. Penulis mengucapkan terima kasih
atas saran dan kritik yang disampaikan oleh kawan-kawan peneliti di
PPSDAL/Lembaga Ekologi, Universitas Padjadjaran, terutama kepada Dr.
Oekan S. Abdoellah, atas tugas-tugas dan kelonggaran yang diberikan
sehingga memungkinkan penulis melakukan revisi buku Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Pada akhirnya, penulis sampaikan
apresiasi dan rasa terima kasih kepada Oom Komariah atas pengorbanan
waktu dan perhatiannya selama proses revisi berlangsung sehingga dapat
berjalan dengan lancar dan menyenangkan.

Chay Asdak

ix
Daftar Isi

PRAKATA........................................................................................... vii
PENGANTAR EDISI REVISI........................................................... ix
DAFTAR ISI....................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................... xxiii
PENDAHULUAN.............................................................................. 1
I. DAUR HIDROLOGI DAN EKOSISTEM DAS...................... 7
1.1 Daur Hidrologi................................................................ 7
1.2 Ekosistem Daerah Aliran Sungai..................................... 10
1.3 Komponen- komponen Ekosistem DAS.......................... 14
1.4 Sistem Hidrologi dalam Ekosistem DAS........................ 16
1.5 Pola Drainase dan Urutan Sub- DAS............................... 21
1.6 Kerapatan Drainase DAS................................................ 24
Rujukan..................................................................................... 27
II. PRESIPITASI........................................................................... 29
2.1 Kelembapan Udara.......................................................... 31
2.2 Presipitasi........................................................................ 38
2.2.1 Mekanisme Presipitasi....................................... 39
2.2.2 Pengukuran Presipitasi....................................... 44
2.2.3 Perhitungan Presipitasi....................................... 51
2.2.4 Intensitas dan Lama Waktu Hujan..................... 57
2.3 Analisis Data Presipitasi.................................................. 60

xi
2.4 Data Pengamatan yang Hilang........................................ 67
2.5 Konsistensi Data Presipitasi............................................ 70
2.6 Analisis Hubungan Intensitas- Durasi -Frekuensi Hujan.. 71
Rujukan..................................................................................... 74
III INTERSEPSI DAN EVAPOTRANSPIRASI........................... 77
3.1 Intersepsi......................................................................... 78
3.1.1 Faktor- faktor Penentu dan Hasil Penelitian
Intersepsi............................................................ 79
3.1.2 Pengukuran Intersepsi........................................ 86
3.1.3 Intersepsi dan Neraca Air................................... 92
3.2 Evaporasi dan Transpirasi............................................... 98
3.2.1 Evaporasi............................................................ 99
3.2.2 Transpirasi (T).................................................... 110
3.2.3 Evapotranspirasi (ET)........................................ 116
Rujukan..................................................................................... 144
IV. AIR PERMUKAAN................................................................. 151
4.1 Air Larian ....................................................................... 152
4.1.1 Faktor- faktor Penentu Air Larian....................... 154
4.1.2 Koefisien Air Larian........................................... 158
4.1.3 Prakiraan Air Larian........................................... 161
4.1.4 Pengukuran Air Larian....................................... 177
4.1.5 Volume Air Larian.............................................. 183
4.2 Debit Aliran..................................................................... 191
4.2.1 Pengukuran Debit............................................... 193
4.2.2 Bangunan Pengukur Debit Aliran...................... 200
4.2.3 Prakiraan Debit Empiris..................................... 203
4.3 Hidrograf Aliran.............................................................. 206
4.4 Pemanenan Air Hujan...................................................... 214
Rujukan..................................................................................... 225
V. AIR BAWAH PERMUKAAN.................................................. 229
5.1 Infiltrasi .......................................................................... 229
5.1.1 Proses Terjadinya Infiltrasi................................. 230

xii
5.1.2 Faktor - faktor Penentu Infiltrasi......................... 231
5.1.3 Pengukuran Infiltrasi.......................................... 232
5.1.4 Aplikasi Praktis Infiltrasi................................... 235
5.2 Kelembapan Tanah.......................................................... 237
5.2.1 Karakteristik Kurva Kelembapan Tanah............ 242
5.2.2 Pengukuran Kelembapan Tanah......................... 243
5.3 Air Tanah......................................................................... 245
5.3.1 Karakteristik Akifer........................................... 251
5.3.2 Gerakan Air Tanah............................................. 256
5.3.3 Pengambilan Air Tanah...................................... 262
5.3.4 Dampak Lingkungan Pengambilan Air Tanah... 269
5.3.5 Fluktuasi Tinggi Muka Air Tanah dan Pasokan
Air Tanah............................................................ 274
5.4 Daerah Resapan Buatan.................................................. 278
Rujukan..................................................................................... 286
VI STATISTIKA DALAM HIDROLOGI..................................... 289
6.1 Perhitungan dalam Statistika........................................... 291
6.1.1 Nilai Tengah (Central Tendency)....................... 291
6.1.2 Hubungan antara Median, Mean, dan Mode...... 293
6.1.3 Variabilitas......................................................... 294
6.2 Penentuan Sampel........................................................... 303
6.3 Regresi dan Korelasi....................................................... 306
6.3.1 Regresi Linier Sederhana................................... 307
6.3.2 Regresi Ganda.................................................... 318
6.4 Transformasi Data........................................................... 321
6.5 Konsep Probabilitas......................................................... 323
6.6 Periode Ulang (Return Period)....................................... 326
6.7 Analisis Frekuensi........................................................... 329
Rujukan..................................................................................... 336
VII. EROSI DAN SEDIMENTASI.................................................. 339
7.1 Proses Terjadinya Erosi................................................... 339
7.2 Faktor - faktor Penentu Erosi........................................... 345

xiii
7.3
Prakiraan Besarnya Erosi................................................ 354
7.3.1 Prakiraan Erosi Metode USLE........................... 355
7.3.2 Keterbatasan dan Modifikasi USLE................... 377
7.3.3 Prakiraan Erosi Metode SDR............................. 383
7.4 Pencegahan Erosi............................................................ 385
7.5 Sedimentasi..................................................................... 392
7.5.1 Sedimen dan Transpor Sedimen......................... 393
7.5.2 Pengukuran Sedimen......................................... 398
7.6 Konservasi Tanah............................................................ 410
7.6.1 Pola Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah. 413
7.6.2 Prakiraan Bahaya Erosi...................................... 420
Rujukan..................................................................................... 424
VIII. PENGELOLAAN VEGETASI DAN HASIL AIR................... 429
8.1 Pengelolaan Vegetasi dan Aliran Air............................... 430
8.2 Kasus di Daerah Tropis................................................... 435
8.2.1 Perubahan Vegetasi dan Curah Hujan................ 437
8.2.2 Pembalakan Hutan dan Aliran Air..................... 449
8.3 Hutan di Daerah Berkabut............................................... 459
8.4 Prakiraan Perubahan Aliran Air....................................... 461
8.4.1 Persamaan Matematis........................................ 462
8.4.2 Analisis Neraca Air............................................ 462
8.5 Hubungan Hutan, Iklim, dan Banjir................................ 468
8.5.1 Hutan dan Banjir................................................ 469
8.5.2 Hutan dan Kekeringan ...................................... 481
8.5.3 Hutan dan Mata Air............................................ 484
8.6 Aliran Air Lambat (Lowflows)......................................... 486
Rujukan..................................................................................... 491
IX. KUALITAS AIR....................................................................... 497
9.1 Karakteristik Fisik Perairan............................................. 500
9.2 Kualitas Air Alamiah....................................................... 510
9.3 Kualitas Air Permukaan.................................................. 513
9.4 Unsur Hara dan Daur Hidrologi...................................... 514

xiv
9.5 Dampak Pemanfaatan Lahan terhadap Kualitas Air........ 517
9.6 Pemantauan Kualitas Air................................................. 525
Rujukan..................................................................................... 532
X. PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI................... 535
10.1 Permasalahan Pengelolaan DAS .................................... 538
10.2 Konsep Pengelolaan DAS............................................... 541
10.2.1 Pengelolaan DAS sebagai Sistem Perencanaan. 545
10.2.2 Kegiatan Pengelolaan DAS................................ 550
10.2.3 Sasaran dan Tujuan Pengelolaan DAS............... 552
10.2.4 Peraturan Pemerintah No. 37/2012 Tentang
Pengelolaan DAS............................................... 561
10.3 Pengelolaan Das dalam Konsep Multiguna.................... 564
10.4 Perencanaan Pengelolaan Das......................................... 567
10.4.1 Isu- Isu Strategis Pengelolaan DAS ................... 575
10.4.2 Prinsip- prinsip Pengelolaan DAS Lintas
Wilayah.............................................................. 578
10.4.3 Model Konseptual Pengelolaan DAS Terpadu.. 580
10.4.4 Kerangka Kerja dan Mekanisme Kelembagaan
Pengelolaan DAS Terpadu................................. 585
10.5 Prinsip- Prinsip Dasar Perencanaan Pengelolaan DAS.... 589
10.5.1 Menentukan Sasaran Proyek Secara Jelas............ 589
10.5.2 Prinsip “Dengan” dan “Tanpa” Proyek ............. 590
10.5.3 Ketidakpastian dalam Perencanaan.................... 593
10.6 Ekosistem dan Pendekatan Ekosistemik......................... 596
10.7 KLHS dalam Pengelolaan Ekosistem DAS Terpadu....... 604
10.8 DAS sebagai Satuan Pemantauan dan Evaluasi.............. 609
10.8.1 Indikator Hidrologis dalam Evaluasi DAS........ 613
10.8.2 Teknik- teknik Hidrologi dalam Evaluasi DAS.. 616
10.8.3 Prakiraan Debit Aliran....................................... 617
10.8.4 Metode Sederhana Prakiraan Debit dan Air
Larian................................................................. 618
10.8.5 Prakiraan Muatan Sedimen................................ 621

xv
10.8.6 Prakiraan Keterkaitan Erosi dan Sedimentasi.... 623
10.8.7 Kriteria dan Indikator Pengelolaan DAS........... 625
10.9 Keterkaitan Aspek- Aspek Biofisik dalam Evaluasi
Proyek DAS..................................................................... 630
Rujukan..................................................................................... 643
INDEKS.............................................................................................. 649

xvi
Daftar Tabel

Tabel 2.1 Perhitungan curah hujan rata-rata sub-DAS Citarik


dengan menggunakan metode Poligon (Thiessen
Polygon)........................................................................ 55
Tabel 2.2 Hubungan intensitas dan lama waktu hujan selama
berlangsungnya kejadian hujan seperti tersebut pada
Gambar 2.5. (a) Tabulasi data hujan. (b) Tabulasi
intensitas hujan maksimum untuk lama waktu hujan
yang berbeda ................................................................ 59
Tabel 2.3 Tipe hujan dan parameternya........................................ 60
Tabel 2.4 Perhitungan periode ulang untuk presipitasi dengan
lama waktu hujan 5 menit (data hujan bersifat hipotetis,
untuk tujuan ilustrasi).................................................... 65
Tabel 3.1 Perbandingan antara curah hujan total, Pg, air lolos,
Tf, air aliran batang, Sf, dan intersepsi hujan, I (mm) di
hutan tidak terganggu dan hutan bekas tebangan TPTI
di Kalimantan Tengah................................................... 82
Tabel 3.2 Besarnya intersepsi hujan dari berbagai jenis tanaman. 85
Tabel 3.3 Radiasi matahari rata-rata yang diterima bidang
horizontal pada lapisan atas atmosfer (kal/cm2/hari).... 108
Tabel 3.4 Neraca air rata-rata bulanan (mm) di daerah Kamojang,
Jawa Barat (perhitungan oleh penulis).......................... 124
Tabel 3.5 Besarnya harga SM yang umum digunakan (mm)........ 125

xvii
Tabel 3.6 Faktor pertanaman empiris (k) untuk rumus Blaney-
Criddle. Untuk wilayah hemisfer selatan, angka
koefisien bulanan tanaman tahunan harus disesuaikan
dengan waktu permulaan masa pertumbuhan............... 130
Tabel 3.7 Fraksi bulanan panjang hari/penyinaran dalam satu
tahun (untuk persamaan Blaney-Criddle)..................... 131
Tabel 3.8 Koefisien musiman untuk tanaman pertanian (untuk
persamaan Blaney-Criddle)........................................... 132
Tabel 3.9 Angka tetapan akar dalam bentuk kedalaman
kelembapan tanah ......................................................... 138
Tabel 3.10 Perhitungan keadaan kekurangan air dalam tanah dan
evapotranspirasi aktual suatu daerah tangkapan air
dalam satuan mm........................................................... 139
Tabel 3.11 Penurunan nilai SMD aktual dari SMD potensial untuk
daerah kajian seperti pada Tabel 3.10........................... 139
Tabel 3.12 Angka tetapan akar dalam bentuk kedalaman
kelembapan tanah.......................................................... 141
Tabel 3.13 Beberapa angka albedo harian rata-rata untuk
bermacam-macam tipe permukaan................................ 143
Tabel 4.1 Perhitungan jumlah air yang mengalir melalui outlet... 159
Tabel 4.2 Perhitungan jumlah air yang mengalir melalui outlet... 160
Tabel 4.3 Angka koefisien air larian C untuk DAS dengan tanah
kelompok B................................................................... 163
Tabel 4.4 Faktor-faktor konversi kelompok tanah dalam suatu
DAS............................................................................... 163
Tabel 4.5 Nilai koefisien air larian, C, untuk persamaan rasional. 165
Tabel 4.6 Waktu konsentrasi, Tc, untuk DAS dengan ukuran
kecil............................................................................... 168
Tabel 4.7 Bilangan kurva air larian (CN) untuk kondisi hujan awal
II (U.S. SCS, 1972)....................................................... 184

xviii
Tabel 4.8 Kedalaman air larian (mm) menurut besarnya curah
hujan dan bilangan kurva (CN) menurut metode Soil
Conservation Service..................................................... 187
Tabel 4.9 Laju air larian puncak (m3/dt/mm) menurut luas daerah
tangkapan air dan nilai CN menurut metode Soil
Conservation Service..................................................... 188
Tabel 4.10 Penampang melintang sungai dan persamaan untuk Wp,
r, dan lebar permukaan sungai...................................... 197
Tabel 4.11 Koefisien kekasaran Manning “n”................................. 204
Tabel 4.12 Pemakaian UHG............................................................ 211
Tabel 5.1 Laju resapan air tanah tahunan per kabupaten di Jawa
Barat.............................................................................. 236
Tabel 5.2 Klasifikasi tanah menurut sistem perhimpunan tanah
internasional.................................................................. 239
Tabel 5.3 Pengambilan air tanah dalam di Cekungan Bandung.... 263
Tabel 5.4 Penurunan tinggi muka air tanah di daerah Kota
Bandung dan sekitarnya (1890–990)............................. 270
Tabel 6.1 Perubahan koefisien varians air lolos (throughfall)
terhadap curah hujan..................................................... 297
Tabel 6.2 Besarnya variabilitas presipitasi antaralat penakar hujan
di Camp 48, Sangai, Kalimantan Tengah...................... 300
Tabel 6.3 ANOVA hasil pengukuran presipitasi dengan alat
penakar hujan berbeda................................................... 303
Tabel 6.4 Hubungan debit dan aliran sedimen Sungai Cimanuk
di pos duga air Bojongloa, Jawa Barat.......................... 319
Tabel 6.5 Debit puncak, peringkat, dan kedudukan plot (plotting
position) untuk pos duga air Eretan, sungai Cimanuk,
Jawa Barat..................................................................... 327
Tabel 6.6 Angka faktor frekuensi (K) untuk Log Pearson Type
III................................................................................... 331
Tabel 6.7 Data yang diperlukan dalam penentuan kurva
frekuensi........................................................................ 333

xix
Tabel 7.1 Pengaruh tumbuhan bawah dan serasah terhadap
besarnya erosi................................................................ 351
Tabel 7.2 Energi kinetik hujan dalam metrik ton-meter per hektar
per cm hujan.................................................................. 359
Tabel 7.3 Nilai M untuk beberapa kelas tekstur tanah.................. 362
Tabel 7.4 Prakiraan besarnya nilai K untuk jenis tanah di daerah
tangkapan air Jatiluhur, Jawa Barat............................... 365
Tabel 7.5 Nilai LS berdasarkan panjang dan gradien kemiringan
lereng............................................................................. 367
Tabel 7.6 Nilai C untuk berbagai jenis tanaman dan pengelolaan
tanaman......................................................................... 372
Tabel 7.7 Nilai faktor P pada berbagai aktivitas konservasi tanah
di Jawa........................................................................... 374
Tabel 7.8 Perkiraan nilai faktor CP berbagai jenis penggunaan
lahan di Jawa................................................................. 375
Tabel 7.9 Faktor P untuk pertanaman menurut kontur dan tanaman
dalam teras..................................................................... 376
Tabel 7.10 Faktor VM untuk beberapa tipe vegetasi penutup
tanah.............................................................................. 379
Tabel 7.11 Faktor “VM” untuk daerah berhutan yang tidak
terganggu....................................................................... 381
Tabel 7.12 Prakiraan besarnya erosi di DAS Cimanuk (stasiun
Eretan), Jawa Barat....................................................... 384
Tabel 7.13 Parameter-parameter untuk penilaian efek vegetasi
terhadap erosi dan stabilitas tebing............................... 389
Tabel 7.14 Contoh arahan RLKT untuk masing-masing kawasan.. 419
Tabel 8.1 Perubahan aliran air sebagai akibat perubahan vegetasi
penutup tanah pada daerah selain daerah hutan berkabut
(cloud forest)................................................................. 432
Tabel 8.2 Neraca air DAS Congo, Afrika..................................... 439
Tabel 8.3 Neraca air rata-rata dari hasil penelitian pengaruh
perubahan vegetasi di hutan hujan tropis Amazon........ 443

xx
Tabel 8.4 Pengaruh penebangan hutan terhadap evapotranspirasi,
curah hujan, dan aliran air di DAS Amazon.................. 445
Tabel 8.5 Perubahan hasil air dan respons hidrologi lainnya yang
diakibatkan oleh pembalakan hutan dengan intensitas
berbeda.......................................................................... 455
Tabel 8.6 Neraca air DAS sebelum tebang habis hutan campuran
berdaun lebar................................................................. 466
Tabel 8.7 Neraca air DAS setelah tebang habis............................ 467
Tabel 8.8 Perubahan aliran air setelah penebangan hutan............. 473
Tabel 9.1 Angka-angka indeks BOD yang ditentukan dalam waktu
lima hari dari bermacam sumber pencemar.................. 505
Tabel 9.2 Konsentrasi BOD5 di beberapa lokasi di sepanjang sungai
Citarum dan skala prioritas penurunan konsentrasi
BOD5 yang harus dilakukan.......................................... 506
Tabel 9.3 Pemanfaatan air permukaan menurut standar kualitas
air................................................................................... 513
Tabel 10.1 Pengelolaan DAS sebagai suatu sistem perencanaan
pengelolaan sumber daya alam..................................... 545
Tabel 10.2 Tiga kegiatan utama pengelolaan DAS......................... 551
Tabel 10.3 Pendekatan dalam pengelolaan ekosistem DAS
terpadu........................................................................... 603
Tabel 10.4 Hasil pengukuran debit aliran dan muatan sedimen ..... 622
Tabel 10.5 Perhitungan muatan sedimen total ............................... 623
Tabel 10.6 Kriteria pengelolaan DAS ............................................ 628
Tabel 10.7 Program pemanfaatan lahan yang sedang berjalan dan
yang akan diusulkan dalam pengelolaan DAS.............. 634
Tabel 10.8 Besarnya erosi tahunan pada keadaan “tanpa” kegiatan
proyek (ton/ha).............................................................. 635
Tabel 10.9 Besarnya erosi tahunan pada keadaan “dengan” kegiatan
proyek (ton/ha).............................................................. 636
Tabel 10.10 Kehilangan tanah (erosi) total pada keadaan “tanpa”
kegiatan proyek............................................................. 637

xxi
Tabel 10.11 Kehilangan tanah (erosi) total pada keadaan “dengan”
kegiatan proyek............................................................. 637
Tabel 10.12 Laju sedimentasi tahunan menurut sekuen kegiatan yang
diusulkan....................................................................... 639
Tabel 10.13 Hubungan laju sedimentasi dan kapasitas tampung
waduk dalam kaitannya dengan perubahan waktu pada
keadaan “dengan” proyek.............................................. 640
Tabel 10.14 Kehilangan kumulatif lahan irigasi sebagai akibat
kenaikan kapasitas tampung yang berkurang................ 642

xxii
Daftar Gambar

Gambar 1.1 Daur hidrologi............................................................. 9


Gambar 1.2 Hubungan biofisik antara daerah hulu dan hilir suatu
DAS............................................................................. 14
Gambar 1.3 Komponen-komponen ekosistem DAS hulu............... 16
Gambar 1.4 Fungsi ekosistem DAS................................................ 18
Gambar 1.5 Cara bercocok tanam yang tidak selaras dengan kaidah-
kaidah konservasi tanah dan air. Tampak, teknik
penanaman tidak mengikuti garis kontur melainkan
dengan cara up and down the slope. Penanaman juga
tidak dilakukan pada bidang tanam yang dilengkapi
dengan teras................................................................. 18
Gambar 1.6 Pendangkalan saluran irigasi akibat proses sedimentasi
di waduk/sungai yang mengalirkan air ke saluran
irigasi tersebut. Pendangkalan pada saluran tersebut
terjadi akibat besarnya erosi karena cara bercocok
tanam yang mengabaikan kaidah-kaidah konservasi
seperti tersebut pada Gambar 1.5 ............................... 19
Gambar 1.7 Sistem pertanaman yang sesuai dengan kaidah-kaidah
konservasi tanah dan air (teknik penanaman menurut
garis kontur dan dilengkapi dengan pembuatan
teras)............................................................................ 21

xxiii
Gambar 1.8 Pola percabangan jaringan sungai (kerapatan
drainase)...................................................................... 22
Gambar 1.9 Klasifikasi geologi terhadap sistem aliran sungai....... 23
Gambar 1.10 Urutan sub-DAS menurut sistem klasifikasi Horton.
Nomor 1,2,3, dan 4 menunjukkan urutan/orde sub-
DAS pertama, kedua, ketiga, dan keempat................. 24
Gambar 1.11 Peta DAS (A) dan UHG setiap sub-DAS (B) dalam
DAS seluas 15.540 ha. Gambar 1.11A adalah
DAS dengan beberapa sub-DAS. Gambar 1.11B
menunjukkan hidrograf untuk sub-DAS a, b, dan c... 26
Gambar 2.1 Stasiun pengukur cuaca otomatis (CR10, Campbell
Scientific Ltd., Leiscester, UK). Alat ukur curah
hujan berada di sebelah kiri depan (putih). Sementara
itu, data logger terletak di bagian bawah dari alat
pengukur cuaca otomatis ............................................ 30
Gambar 2.2 Beberapa mekanisme terjadinya hujan........................ 42
Gambar 2.3 Arus udara di kepulauan Indonesia............................. 43
Gambar 2.4 Lokasi alat ukur presipitasi dengan batas naungan
maksimal yang disarankan.......................................... 47
Gambar 2.5 Akumulasi data hujan selama berlangsungnya satu
kejadian hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan
tipe weighing bucket ................................................... 58
Gambar 2.6 Grafik periode ulang untuk presipitasi dengan lama
waktu 5 menit (hasil plot data dari Tabel 2.4 di atas
kertas Gumbel extreme-value)..................................... 66
Gambar 2.7 Analisis kurva ganda (double mass analysis) curah
hujan tahunan untuk menentukan tingkat konsistensi
data curah hujan yang dikumpulkan di stasiun A........ 70
Gambar 3.1 Hubungan antara air lolos, Tf, dan curah hujan, Pg,
untuk kondisi penutupan tajuk yang berbeda di lokasi
pembalakan hutan. Persamaan-persamaan regresi
untuk ........................................................................... 84

xxiv
Gambar 3.2 Kemungkinan kesalahan baku dari harga rata-rata air
lolos untuk hutan hujan tropis Amazon, Brasil. Grafik
dapat dimanfaatkan untuk menentukan jumlah alat
ukur air lolos yang diperlukan untuk tingkat kesalahan
baku yang diinginkan.................................................. 90
Gambar 3.3 Pengukuran intersepsi tajuk (Ic) dan intersepsi lantai
hutan (If). Pg = curah hujan total, Tf = air lolos, dan Sf
= aliran batang, RG = kedudukan alat penakar hujan,
Pn = net precipitation................................................... 91
Gambar 3.4 Perbandingan antara proporsi energi radiasi dan energi
adveksi yang digunakan untuk proses evaporasi air
hujan yang tertahan di permukaan tajuk vegetasi di
hutan tidak terganggu di Kalimantan Tengah.............. 97
Gambar 3.5 Penyerapan, perjalanan, dan penguapan air dari suatu
vegetasi........................................................................ 111
Gambar 3.6 Skema tipe-tipe Lysimeter: (a) tipe drainase dan (b)
tipe timbang................................................................. 121
Gambar 3.7 Prakiraan kenaikan dan penurunan ET dalam kaitannya
dengan pertumbuhan dan penebangan hutan dari 75
plot percobaan di beberapa negara.............................. 127
Gambar 3.8 Bentuk umum perbandingan ET aktual dan ET
potensial (ETR)............................................................ 137
Gambar 4.1 Beberapa macam aliran air dalam suatu DAS dan
bentuk hidrograf yang dihasilkannya.......................... 154
Gambar 4.2 Pengaruh morfometri DAS pada hidrograf aliran....... 157
Gambar 4.3 Nomograf waktu aliran air permukaan (overland flow
time). Dimulai dari sebelah kiri (panjang lereng), ke
kanan (kemiringan lereng) dan ke bawah (nilai C).
Waktu yang diperlukan ada di pinggir kanan kurva.... 170
Gambar 4.4 Hubungan curah hujan dan debit pada metode
persamaan rasional...................................................... 172

xxv
Gambar 4.5 Skema plot air larian yang banyak digunakan dalam
penelitian..................................................................... 182
Gambar 4.6 Grafik laju air larian puncak berdasarkan nilai CN =
80, curah hujan, dan luas daerah tangkapan air.......... 191
Gambar 4.7 Grafik laju air larian puncak berdasarkan nilai CN =
85, curah hujan, dan luas daerah tangkapan air.......... 192
Gambar 4.8 Diagram menunjukkan aliran air dalam sungai dan
cara pengukurannya.................................................... 198
Gambar 4.9 Contoh weir tipe V-notch dengan ujung tajam; (a)
gambar tampak samping dan (b) gambar tampak
depan. Hmax adalah kedalaman maksimum melalui
notch, sedangkan H adalah kedalaman air dari dasar
“V”............................................................................... 201
Gambar 4.10 Kedudukan bangunan pengukur debit (weir tipe
V-notch) pada sebuah anak sungai. Pada latar belakang,
bagian bawah dari alat pengukur debit otomatis......... 202
Gambar 4.11 Penampang vertikal sungai yang menunjukkan sisa-
sisa sampah tertinggal di tebing sungai....................... 206
Gambar 4.12 Pembentukan UHG dengan pendekatan curah hujan
tunggal......................................................................... 208
Gambar 4.13 UHG dengan metode hujan tunggal............................ 209
Gambar 4.14 Perubahan satuan waktu UHG dengan teknik tumpang
tindih........................................................................... 212
Gambar 4.15 Atap penampung air hujan dan bak penyimpan air yang
dipanen........................................................................ 216
Gambar 4.16 Tangki penyimpan air hujan dengan sistem dua pipa
dan dua talang............................................................. 217
Gambar 4.17 Skema bentuk sarana pemanenan air hujan di atas
permukaan tanah......................................................... 219
Gambar 4.18 Pemanenan air hujan di atas daerah tangkapan air dan
menggunakan tangki-tangki yang disimpan di dalam
tanah............................................................................ 221

xxvi
Gambar 5.1 Kurva infiltrasi dan curah hujan untuk menghitung air
larian............................................................................ 233
Gambar 5.2 Kurva hubungan air larian dan infiltrasi pada hujan buatan
dengan intensitas tetap................................................ 234
Gambar 5.3 Klasifikasi lapisan tanah menurut ilmu tanah dan ilmu
hidrologi...................................................................... 238
Gambar 5.4 Persediaan air dalam tanah dan hubungannya dengan
tekstur tanah ............................................................... 242
Gambar 5.5 Akifer bebas dan akifer terkekang.............................. 247
Gambar 5.6 Alat pemantau otomatis fluktuasi tinggi muka air
tanah............................................................................ 249
Gambar 5.7 Karakteristik air tanah dan perubahan tinggi muka air
tanah............................................................................ 250
Gambar 5.8 Ilustrasi diagram kedudukan air tanah........................ 258
Gambar 5.9 Perubahan tinggi permukaan air sebagai akibat
kegiatan pemompaan air tanah.................................... 260
Gambar 5.10 Pengaruh pembuangan air terhadap penurunan tinggi
permukaan air tanah.................................................... 260
Gambar 5.11 Teknik “pembuangan” kelebihan air tanah................. 261
Gambar 5.12 A. Daerah dekat laut, air tanah tawar berkedudukan di
atas air asin/laut. Ketinggian lapisan air tanah tawar di
atas permukaan air asin sama dengan seper-empat puluh
dari kedalaman air tanah tawar. B. Pengambilan-lebih
air tanah tawar akan mengakibatkan melengkungnya
muka air tanah di kedua batas air tanah (atas dan
bawah), dan pada gilirannya dapat mengakibatkan
intrusi air laut ke sumur-sumur pengambilan air
tanah............................................................................ 273
Gambar 5.13 Skema daerah resapan buatan..................................... 280
Gambar 5.14 Pemasokan air tanah pada akifer dangkal dengan cara
pembuatan saluran terbuka dan saluran pembuangan
(drains) ....................................................................... 282

xxvii
Gambar 5.15 Pemasokan air tanah pada akifer dalam dengan cara
kolam infiltrasi............................................................ 283
Gambar 6.1 Bentuk penyebaran data: a) simetris, dan b) condong
(skew).......................................................................... 293
Gambar 6.2 Analisis regresi linier untuk data presipitasi, Pg, versus
aliran batang, Sf. Garis terputus merupakan batas
keyakinan pada tingkat 95 %...................................... 310
Gambar 6.3 Besarnya angka r dan implikasi hubungan
antarvariabel................................................................ 314
Gambar 6.4 Gambar kurva frekuensi banjir sungai Cimanuk di
stasiun Eretan, Jawa Barat........................................... 329
Gambar 7.1 Hubungan antara besarnya curah hujan terhadap erosi
percikan untuk kebun bambu, kebun campuran (talun),
dan tanah terbuka di Jatiluhur, Jawa Barat.......................... 348
Gambar 7.2 Erosi meningkat di bawah tegakan pohon yang tidak
disertai tumbuhan bawah dan serasah......................... 350
Gambar 7.3 Tegakan hutan monokultur seumur. Tampak bahwa
penutupan tajuk oleh tumbuhan bawah sangat rapat.
Pada kondisi tersebut, fungsi hidrologi hutan dapat
sangat efektif............................................................... 350
Gambar 7.4 Nomograf untuk menentukan nilai erodibilitas K
seperti tersebut dalam persamaan USLE (United
States Environmental Protection Agency, 1980)......... 364
Gambar 7.5 Transpor sedimen dalam aliran air sungai................... 397
Gambar 7.6 Contoh alat ukur sedimen yang biasa dimanfaatkan
di lapangan: a) alat ukur sedimen standar (depth-
integrating sediment sampler USDH-48) dan b)
modifikasi alat standar (lebih sederhana) dengan
prinsip pengukuran sama dengan alat ukur sedimen
standar......................................................................... 399

xxviii
Gambar 7.7 Beberapa tipe alat pengumpul sedimen merayap: a) tipe
Pit, b) tipe keranjang, dan c) tipe alat ukur sedimen
yang memanfaatkan beda tekanan Helley-Smith........ 402
Gambar 7.8 Besarnya angka SDR yang ditentukan berdasarkan luas
DAS ............................................................................ 409
Gambar 8.1 Bentuk hubungan vegetasi-hasil air untuk beberapa
jenis vegetasi............................................................... 433
Gambar 8.2 Perubahan lingkungan fisik sebagai akibat pembalakan
hutan hujan tropis di Kalimantan................................ 450
Gambar 8.3 Pola penurunan kelembapan tanah selama musim
kemarau pada hutan hujan tropis yang tidak ditebang,
hutan bekas tebangan (6 tahun), dan hutan yang baru
saja ditebang................................................................ 452
Gambar 8.4 Melalui bidang penampung air alamiah, hutan
berperan melindungi tanah dari tenaga kinetis hujan
dan “mengatur” aliran air tersebut ke sungai. Tiga
tipe bidang penampung air adalah bidang penampung
berupa lapisan “film” di permukaan daun (S1); bidang
penampung air berupa serasah hutan (S2); dan bidang
penampung air berupa pori-pori dalam tanah (S3) .... 478
Gambar 8.5 Grafik aliran lambat harian (Gumbel) sungai U. Nyiro,
Kenya untuk periode ulang yang berbeda................... 489
Gambar 8.6 Kurva frekuensi aliran air lambat sungai Pago untuk
periode ulang yang berbeda....................................... 490
Gambar 9.1 Contoh kurva BOD yang menunjukkan fase proses
karbonisasi dan fase nitrifikasi.................................... 504
Gambar 9.2 Ilustrasi daur unsur hara (nutrient cycle) dalam
ekosistem hutan........................................................... 515
Gambar 9.3 Kebakaran yang terjadi di hutan dengan tegakan
berumur muda. Kerusakan yang diakibatkan kebaran
tersebut terjadi pada tumbuhan bawah dan lantai hutan.
Tegakan hutan tidak mengalami kematian total.......... 521

xxix
Gambar 9.4 Contoh lokasi pemantauan (tipe hubungan sebab-
akibat); tampak lokasi “perlakuan” terisolasi dari
wilayah di sekitarnya................................................... 528
Gambar 10.1 Sistem pengelolaan DAS dan keluaran yang
dihasilkan (skema di atas dapat dimanfaatkan untuk
menggambarkan kerangka sistem dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pemantauan).................................... 548
Gambar 10.2 Perlindungan sungai pada wilayah bervegetasi
(riparian zone)............................................................ 557
Gambar 10.3 Implikasi/pengaruh proporsi tutupan vegetasi
(vegetation cover) terhadap laju produksi sedimen.... 560
Gambar 10.4 Unit pengelolaan ekosistem DAS versus unit
administrasi/politik...................................................... 562
Gambar 10.5 Pendekatan dalam perencanaan, implementasi dan
monev pengelolaan DAS terpadu. FKPDAS adalah
Forum Koordinasi Pengelolaan DAS.......................... 573
Gambar 10.6 Keterkaitan pengelolaan DAS, dampak fisik, dan
perubahan lingkungan hidup serta keuntungan yang
diperoleh di hilir DAS. Keadaan sebaliknya akan
terjadi apabila pengelolaan hulu DAS tidak sesuai
dengan kaidah-kaidah konservasi lanskap. Bagan alir
keterkaitan ini juga dapat dijadikan sebagai kerangka
kerja imbal jasa ekosistem antara daerah hulu dan hilir
DAS............................................................................. 584
Gambar 10.7 Pola umum pengelolaan DAS versi PP No. 32/2012
tentang Pengelolaan DAS........................................... 588
Gambar 10.8 Hubungan hipotetis antara produktivitas dan waktu
“dengan” dan “tanpa” proyek pengelolaan DAS. ...... 592
Gambar 10.9 Hubungan hipotetis antara sedimentasi dan kapasitas
tampung waduk “dengan” dan “tanpa” proyek........... 592
Gambar 10.10 Pendekatan ekosistem dalam pengelolaan sumber daya
dalam DAS.................................................................. 599

xxx
Gambar 10.11 Sekuens evaluasi dan program aksi dalam sistem
evaluasi dan perencanaan yang bersifat sekuensial
dalam kerangka pengelolaan DAS Citarum untuk
sumber daya air (kajian simulatif). Terlihat, hierarki
kewenangan dari tingkat nasional ke lokal dan hierarki
proses pengambilan keputusan dari kebijakan ke
proyek.......................................................................... 607

xxxi

You might also like