You are on page 1of 15

MAKALAH

SHALAT SUNAH BERJAMA’AH


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktik Ibadah
Dosen Pengampu : Zaenal Abidin, Lc. M.A

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Intan Risky Azkia (2281010100)

2. Ollga Viollasari (2281010104)

3. M.Ihsan Septian Zaenal. M (2281010098)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Praktik Ibadah tentang
“Shalat Sunah Berjama’ah” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas sebagai
seorang mahasiswa. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
pemikiran madzhab malikiyah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zaenal Abidin Lc, MA. selaku
dosen Mata Kuliah Praktek Ibadah yang telah memberikan beberapa sumber informasi,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Cirebon, 13 Oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 4

C. Tujuan ............................................................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 5


A. Pengertian Shalat Sunah Berjama’ah .............................................................................. 5

B. Hikmah Dari Shalat Sunah Berjama’ah ........................................................................ 12

BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 14


A. Kesimpulan ................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 15

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang mempunyai aturan dan ajaran-ajaran yang
lengkap dan sempurna. Kelengkapan dan kesempurnaan ajaran-ajarannya dapat dilihat
dalam berbagai aspek kehidupan. Aspek-aspek kehidupan yang menjadi perhatian
Islam tidak hanya aspek kehidupan yang berhubungan langsung dengan Allah
Subhanahu wa Ta‟ala sebagai Dzat Pencipta dan satu satunya Dzat yang wajib
disembah (habl min Allah); akan tetapi aspek kehidupan itu juga meliputi hubungan
sesama manusia (habl min al-nas) maupun hubungan dengan makhluk lainnya, seperti
tumbuh-tumbuhan dan hewan (habl min al-„alam).
Dalam hubungan secara langsung dengan Allah, Islam telah memberikan tata
cara khusus yang harus dilakukan oleh umat Islam. Tata cara yang mengatur hubungan
langsung dengan Allah secara khusus adalah shalat. Sebagai ibadah madhah, shalat
merupakan satu-satunya ibadah langsung yang dapat menjembatani hubungan batin
manusia dengan Allah, yaitu hubungan makhluk dengan penciptanya. Dan bahkan
karena urgensinya, sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‟Alaihi wa Sallam dalam
menerima titah shalat ini harus di isra‟ mi‟rajkan, Rasulullah secara langsung bertemu
dengan Allah, beliau diperintah oleh Allah untuk mendirikan shalat. Shalat berjamaah
dikatakan syiar Islam yang sangat agung, dandiwajibkan secara khusus bagi laki-laki
Muslim yang terkena kewajiban melaksanakan shalat.
Dengan adanya kewajiban shalat berjamaah ini, ajaran Islam terlihat lebih
hidup dan eksis, kerukunan umat Islam lebih mudah tercipta dan tampak indah, bisa
saling ta‟awun dalam kebaikan dan ketakwaan. Sehingga tepatlah, jika syariat
memberikan banyak pahala bagi mereka yang menghidupkan syiar ini, di samping
memberikan ancaman berat bagi yang meninggalkannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja macam-macam shalat sunah berjama’ah ?
2. Bagaimana aturan dan tata cara shalat sunah berjama’ah ?

C. Tujuan
1. Mengetahui macam-macam shalat sunah berjama’ah.
2. Mengetahui aturan dan tata cara shalat sunah berjama’ah.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat Sunah Berjama’ah


Shalat sunah berjama’ah adalah shalat yang dikerjakan diluar shalat yang
difardhukan. Apabila dikerjakan mendapat pahala, tetapi bila tidak ikerjakan tidak akan
berdosa dan dilakukan secara bersama salah satu menjadi imam dan yang lain menjadi
makmum dengan syarat yang telah ditentukan. Shalat sunnah berjamaah adalah shalat
Idain, Shalat Tarawih, Shalat Witir, Shalat Istisqa’ (minta hujan), shalat Gerhana
Matahari (Kusuf) dan shalat Gerhana Bulan (Khusuf).
1. Shalat Idain
a. Pengertian Dan Hukum
Idain artinya dua hari raya. Yang dimaksud shalat Idain adalah shalat pada
waktu dua hari raya yakni Hari Raya Idul fitri (1 syawal) dan Hari Raya Idul Adha
(10 Dzulhijjah). Adapun hukum melaksanakannya adalah sunah muakkad yaitu
sunnah yang sangat dianjurkan. Rasulullah SAW bersabda:

‫ض أَ ْن‬
َ َّ‫ُور َوأَ َم َر ا ْل ُحي‬ ِ ‫ق َوذَ َوا‬
ِ ‫ت ا ْل ُخد‬ َ ‫ أ َ ْن نُ ْخ ِر‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫أ َ َم َرنَا – ت َ ْعنِى النَّبِ َّى‬
َ ِ‫ج فِى ا ْلعِي َدي ِْن ا ْلعَ َوات‬
ْ ‫صلَّى ا ْل ُم‬
َ‫سلِمِ ين‬ َ ‫يَ ْعت َ ِز ْلنَ ُم‬.
Artinya:“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada
saat shalat ‘ied (Idul Fithri ataupun Idul Adha) agar mengeluarkan para gadis
(yang baru beranjak dewasa) dan wanita yang dipingit, begitu pula wanita yang
sedang haidh. Namun beliau memerintahkan pada wanita yang sedang haidh untuk
menjauhi tempat shalat.”
b. Waktu Pelaksanaan
Waktu mengerjakan shalat sunah Idul Fitri adalah setelah terbitnya matahari
dua penggalah (kurang lebih 3 meter) sampai tergelincirnya matahari. Sedangkan
shalat Idul Adha dimulai setelah matahari terbit satu penggalah. Adapun tempatnya
sebaiknya dilakukan di tanah lapang seperti yang dianjurkan oleh Nabi (kecuali ada
halangan), karena shalat Id itu untuk syiar agama. Namun sebagian ulama’
berpendapat lebih baik dikerjakan di Masjid, karena masjid itu tempat yang mulia
dan suci.

5
c. Cara Melaksanakan Sholat ‘Ied
1. Niat dalam hati.
lafal niatnya adalah:

‫ إ َما ًما هلل تعالى‬/ ‫تين َمأ ُمو ًما‬ ِ ‫سنةً لِعي ِد الف‬
ِ َ‫ األضْحى َركع‬/ ‫ِطر‬ ُ ‫صلّى‬
َ ‫ا‬

Artinya: Saya niat sholat sunah Idul Fitri/Adha dua rakaat dengan
menjadimakmum/imam karena Allah Ta’ala.”
2. Takbiratul ihram.
3. Membaca doa iftitah.
4. Takbir 7x pada rakaat pertama dan 5x pada rakaat kedua dan diantara takbir
membaca tasbih:

‫َّللاُ أَ ْكبَ ُر‬


َّ َ ‫َّللاُ َو‬ ِ َّ ِ ‫َّللا َوا ْلح َْم ُد‬
َّ ‫َلِل َو ََل إلَهَ َّإَل‬ ِ َّ َ‫س ْب َحان‬
ُ

5. Membaca ta’awudz
6. Membaca surat al Fatihah
7. Membaca surat al Qur’an. Sebaiknya surat Qaaf pada rakaat pertama dan
surat Iqtarabat pada rakaat kedua. atau surat al A’laa pada rakaat pertama
dan surat al Ghasyiyah pada rakaat kedua.
8. Setelah shalat Id dilanjutkan dengan khutbah.
d. Hal-hal yang disunahkan pada saat hari raya adalah:
1. Memperbanyak Takbir. Pada hari raya ‘Idul Fitri disunahkan memperbanyak
takbir dimulai sejak terbenamnya matahari dan berakhir ketika imam memulai
shalat ‘id. Sedangkan pada hari ‘Idul Adha disunahkan memperbanyak takbir
setiap selesai mengerjakan shalat fardlu, shalat rawatib, shalat sunah mutlak,
dan shalat janazah. dan berakhir sampai waktu Ashar tanggal 13 Dzulhijjah.
Bacaan takbir yang dimaksud adalah:

ِ‫ هللاُ أ َ ْكبَ ُر كبيرا ً َوا ْلح َْم ُد ِهلل‬،ُ‫ اَهللُ ا َ ْكبَ ُر َو ِهللِ ا ْل َح ْمد‬،‫ َوهللاُ ا َ ْكبَ ُر‬،ُ‫ َلَ ا ِٰلهَ اَِلَّ هللا‬،‫ اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬،‫ اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬،‫اَهللُ أ َ ْكبَ ُر‬
‫ َو َه َز َم‬،ُ‫ َوأَع ََّز ُج ْن َده‬،ُ‫ع ْب َده‬
َ ‫ َونَص ََر‬،ُ‫ق َو ْع َده‬ َ ‫ص َد‬ َ ،ْ‫ َلَ إِ ٰلهَ إَِلَّ هللاُ َو ْح َده‬،ً‫س ْب َحانَ هللاِ بُك َْرةً َوأ َ ِص ْيال‬ ُ ‫ َو‬،ً‫َكثِيْرا‬
‫ هللاُ أَ ْكبَ ُر َو ِِهللِ ا ْل َح ْم ُد‬،‫ َلَ إِ ٰلهَ إَِلَّ هللاُ َوهللاُ أ َ ْكبَ ُر‬،ُ‫اب َو ْح َده‬
َ ‫اْألَح َْز‬.

2. Mandi dengan niat untuk melaksanakan shalat hari raya:

‫سنَّةً ِهللِ تَعَ ٰالى‬


ُ ‫ اْألَض ْٰحى‬/ ‫س َل ِل ِع ْي ِد ا ْل ِف ْط ِر‬
ْ ُ‫نَ َويْتُ ا ْلغ‬

6
3. Berangkat pagi-pagi, kecuali bagi imam disunahkan berangkat ketika shalat
hendak dilaksanakan.
4. Berhias diri dengan memakai wangi-wangian, pakaian yang bagus, memotong
kuku, serta menghilangkan bau yang tidak sedap.
5. Menempuh jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang.
6. Makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat ‘Idul Fitri, sedangkan pada
‘Idul Adha, sunah melakukan shalat terlebih dahulu.
7. Tahniah (ungkapan suka cita) atas datangnya hari raya disertai dengan berjabat
tangan. Seperti lafadh:

‫تَقَبَّ َل هللاُ مِ نَّا َومِ ْنك‬

8. Menjawab ucapan suka cita (tahni’ah) dengan bacaan:

‫ ُك َّل ع ٍَام َوأ َ ْنت ُ ْم ِب َخي ٍْر‬،ِ‫ أَحْ يَا ُك ُم هللاُ ِألَ ْمثَا ِله‬،‫تَقَبَّ َل هللاُ مِ ْن ُك ْم‬.

2. Shalat Tarawih
a. Pengertian Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah shalat sunah yang dilaksanakan khusus pada malam hari
bulan Ramadhan. Shalat tarawih merupakan amalan sunah pada bulan Ramadhan
di samping ibadah-ibadah lain seperti memperbanyak tadarus Al Quran, berzikir,
berdoa, mendalami ilmu agama dengan mengikuti pesantren kilat, dan sebagainya.
Kegiatan tersebut bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b. Hukum Shalat Tarawih
Hukum melaksanakannya adalah sunah muakkad, sebagaimana hadis Rasulullah
SAW :
‫غف َِر لَهُ َما تَقَ َّد َم مِ ْن ذَ ْن ِب ِه (رواه البخارى‬ ُ ‫ع َْن أ َ ِب ْي ه َُري َْرةَ َقا َل َر‬
َ ِ‫س ْو ُل هللاِ َم ْن َقا َم َر َمضَانَ اِ ْي َمانًا َوا ْحت‬
ُ ً ‫سابا‬
)‫ومسلم‬
Artinya :“Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa yang
melaksanakan shalat pada malam hari di bulan Ramadhan dengan dilandasi
iman dan semata-mata mengharap ridha Allah SWT maka akan diampuni dosa-
dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ada perbedaan pendapat mengenai jumlah rakaat shalat Tarawih di kalangan
umat Islam. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak penting dan tidak perlu
diperdebatkan. Hal yang penting adalah bagaimana shalat Tarawih tetap
dilaksanakan umat Islam. Bagi yang mengerjakannya 20 rakaat, setiap 2 rakaat

7
salam. Bagi yang mengerjakan 8 rakaat dilakukan 2 kali salam, boleh juga 4 kali
salam.
Waktu pelaksanaannya setelah shalat isya sampai dengan fajar sidiq (menjelang
waktu subuh). Shalat Tarawih ini dikerjakan seperti shalat biasa lainnya baik
mengenai bacaannya maupun gerakan-gerakannya dan pada setiap dua rakaatnya
ditutup dengan salam. hanya niat yang membedakan. yakni ;

‫هلل ت َعالَى‬ ِ ‫سنَّةَ التَّ َرا ِوي‬


ِ ِ ‫ْح َر ْك َعتَي ِْن اِ َما ًما‬ َ ُ‫أ‬
ُ ‫ص ِّلى‬

Niat Shalat Tarawih untuk Imam :

ِ ‫سنَّةَ التَّ َرا ِوي‬


‫ْح َر ْكعَتَي ِْن َمأ ْ ُم ْو ًما ِهللِ تَعَالَى‬ َ ُ‫أ‬
ُ ‫ص ِلّى‬

Setelah selesai shalat Tarawih lalu diteruskan shalat Witir, sekurang-kurangnya


satu rakaat tetapi pada umumnya dikerjakan tiga rakaat dengan dua salam atau satu
salam. Adapun surat yang dibaca sesudah Al-Fatihah pada tiap-tiap rakaat boleh
surat apa saja yang dikehendaki, tetapi di utamakan pada setiap rakaat yang kedua
sesudah membaca surat Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlash.

3. Shalat Witir
a. Pengertian Shalat Witir
Witir artinya ganjil. Shalat Witir artinya shalat sunah yang biasannya
mengiringi shalat tarawih. Dikerjakan pada malam hari setelah shalat Isya’ dengan
bilangan rakaatnya ganjil baik di bulan Ramadan maupun diluar bulan Ramadan.
b. Tata Cara Melaksanaan Shalat Witir

Mengerjakan Shalat witir itu rakaatnya ganjil, minimal 1 rakaat, dan maksimal
11 rakaat. Tata cara pelaksanaan shalat witir sebagai berikut :

1. Waktunya pada malam hari setelah shalat isya’. Pada bulan Ramadan setelah
shalat Tarawih.
2. Dilaksanakan secara berjamaah atau sendirian (munfarid).
3. Jumlah rakaatnya ganjil
4. Dalam pelaksanaannya ada dua macam niat, yakni niat untuk shalat 2 rakaat
dan ditutup dengan niat untuk shalat 1 rakaat.
5. Berniat shalat witir 2 atau 1 rakaat. Bacaan niatnya apabila diucapkan adalah

8
Niat Shalat Witir 2 rakaat untuk Imam

ِ ‫سنَّةَ ا ْل ِوتْ ِر َر ْك َعتَي ِْن اِ َما ًما‬


‫هلل ت َ َعالَى‬ َ ُ‫أ‬
ُ ‫ص ِّلي‬

Niat Shalat Witir 2 rakaat untuk Makmum

‫سنَّةَ ا ْل ِوتْ ِر َر ْكعَتَي ِْن َمأ ْ ُم ْو ًما هللِ تَعَال‬ َ ُ‫أ‬


ُ ‫ص ِلّي‬

Niat Shalat Witir 1 rakaat untuk Imam

‫سنَّةً ا ْل ِوتْ ِر َر ْكعَةَ اِ َما ًما هللِ تَعَالى‬ َ ُ‫أ‬


ُ ‫ص ِّلي‬

Niat Shalat Witir 1 rakaat untuk Makmum

‫سنَّةً ا ْل ِوتْ ِر َر ْكعَةَ َمأ ْ ُم ْو ًما هللِ تَعَالى‬ َ ُ‫أ‬


ُ ‫ص ِلّي‬

6. Takbiratul ihram
7. Shalat 2 rakaat atau 1 rakaat seperti biasa.
8. Salam.
c. Do’a setelah shalat Witir

َ َ‫سأَلُك‬
ً‫ع َمال‬ ْ َ‫ َون‬،‫سأَلُكَ َي ِق ْينًا صَا ِد ًقا‬
ْ َ‫ َون‬،‫سأَلُكَ ِع ْل ًما نَا ِف ًعا‬ ْ َ‫ َون‬،‫ش ًعا‬ ِ ‫سأَلُكَ َق ْل ًبا َخا‬ ْ َ‫ َون‬،‫سأَلُكَ ِإ ْي َمانًا دَا ِئ ًما‬ْ َ‫اَللَّ ُه َّم ِإنَّا ن‬
،ِ‫علَى ا ْلعَا ِفيَة‬
َ ‫شك َْر‬ ُّ ‫سأَلُكَ ال‬ ْ َ‫ َون‬،َ‫سأَلُكَ ا ْلعَ ْف َو َوا ْلعَا ِفيَة‬
ْ َ‫ َون‬،ِ‫سأَلُكَ ت َ َما َم ا ْلعَا ِفيَة‬ ْ َ‫ َون‬،‫سأَلُكَ ِد ْينًا َقيِّ ًما‬ْ َ‫ َون‬،‫صَا ِل ًحا‬
ِ َّ‫سأَلُكَ ا ْل ِغنَى ع َِن الن‬
‫اس‬ ْ َ‫ون‬.
َ

َّ َ ‫ َوتَ ِ ّم ْم ت َ ْق ِصي َْرنَا يَا‬،‫عنَا َوتَعَبُّ َدنَا‬


َّ َ ‫ يَا‬،ُ‫َّللا‬
‫ يَا‬،ُ‫َّللا‬ َ ‫شعَنَا َوتَض َُّر‬
ُّ ‫وصيَا َمنَا َو ِقيَا َمنَا َوتَ َخ‬
ِ ‫صالَتَنَا‬َ ‫اَللَّ ُه َّم َربَّنَا تَقَبَّ ْل مِ نَّا‬
َّ ‫ يَا أ َ ْر َح َم‬،ُ‫َّللا‬.
َ‫الراحِ مِ ْين‬ َّ َ

‫علَى‬ َ ‫ب ا ْلع َِّز ِة‬


َ ‫ َو‬، َ‫ع َّما يَ ِصفُ ْون‬
َ ‫سالَ ٌم‬ ُ ، َ‫علَى آ ِل ِه َوصَحْ ِب ِه أ َ ْج َم ِع ْين‬
ِّ ‫س ْب َحانَ َر ِّبكَ َر‬ َ ‫ َو‬،ٍ‫س ِّي ِدنَا ُم َح َّمد‬ َ ‫علَى‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َو‬
َ‫ب ا ْل َعا َلمِ ْين‬ ِ َّ ِ ‫س ِل ْينَ َوا ْل َح ْم ُد‬
ِّ ‫َلِل َر‬ َ ‫ا ْل ُم ْر‬

Artinya: Ya Allah, ya Tuhan kami, kami memohon kepada-Mu (mohon diberi)


iman yang lenggeng, dan kami mohon kepada-Mu hati kami yang khusyu’, dan
kami mohon kepada-Mu diberi ilmu yang bermanfaat, dan kami mohon
ditetapkannya keyakinan yang benar, dan kami mohon (dapat melaksanakan)
amal yang shalih dan mohon tetap dalam agama islam, dan kami mohon
diberinya kebaikan yang melimpah-limpah, dan kami mohon memperoleh
ampunan dan kesehatan, dan kami mohon kesehatan yang sempurna, dan kami
mohon mensyukuri atas kesehatan kami, dan kami mohon kecukupan. Ya Allah
ya Tuhan kami, terimalah shalat kami, puasa kami, rukuk kami, dan khusyu’
kami, dan pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang kami lakukan

9
selama shalat, ya Allah, yaAllah, ya Allah Dzat yang Maha Pengasih dan
Penyayang, semoga Allah memberi kesejahteraan atas sebaik-baik makhluk-
Nya yaitu Nabi Muhammad, atas keluarga dan semua sahabatnya, dan segala
puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

4. Shalat Istisqa’ (Shalat minta hujan)


Shalat Istisqa’ adalah shalat sunnat 2 rakaat yang dilakukan untuk memohon
turunnya hujan kepada Allah SWT. Shalat Istisqa’ hukumnya sunnah muakkad
(sangat ditekankan) ketika terjadi musim kering,
a. Adab Sebelum Shalat Istisqa
1. Berpuasa 4 hari berturut-turut, karena doa orang berpuasa tidak akan
ditolak.
2. Menjauhkan dari kezaliman dan taubat.
3. Banyak berbuat baik dan bersedekah.
4. Pada hari ke-4 keluar menuju tempat shalat dengan mengajak anak-anak,
orang tua, dan binatang ternak, memakai pakaian sederhana.
b. Tata Cara Melaksanakan Shalat Istisqa’
1. Berniat dalam hati melakukan Shalat Istisqa. Jika diucapkan lafal niatnya
sbb:
‫َلِل ت َ َعالَى‬
ِ َّ ِ ‫س َقاءِ َر ْك َعتَي ِْن‬ ْ ‫سنَّةَ اْ ِإل‬
ْ ‫س ِت‬ َ ُ‫أ‬
ُ ‫ص ِّل ْي‬
2. Shalat dua rakaat, sebagaimana shalat ‘Id, rakaat pertama takbir 7 kali dan
rakaat kedua takbir 5 kali.
3. Rakaat pertama disunnahkan membaca surat Al-A’la dan rakaat kedua
surat Al-Ghasiyah.
4. Setelah shalat, diteruskan dengan khutbah dua kali. Pada khutbah pertama
hendaknya baca istigfar 9 kali dan pada khutbah yang kedua baca istigfar 7
kali. Pelaksanaan khutbah shalat istisqa’ berbeda dengan khutbah lainnya,
yaitu :
a. Khatib disunahkan memakai selendang
b. Isi khutbah menganjurkan banyak istigfar, berkeyakinan bahwa Allah
swt akan mengabulkan permintaan mereka.
c. Saat berdoa hendaknya mengangkat tangan setingi-tingginya.
d. Saat berdoa pada khutbah kedua, Khatib hendaknya menghadap kiblat
membelakangi makmumnya.

10
5. Berdoa menghadap kiblat dan mengangkat dua tangan.
6. Dianjurkan doa Istisqa.
7. Bertawasul dengan amal shalih.
8. Khusus untuk kaum lelaki disunnahkan memindahkan dan membalikkan
selendang atau sorbannya.
9. Dianjurkan imam keluar bersama masyarakat.
5. Shalat Gerhana Matahari (Kusuf) Dan Shalat Gerhana Bulan (Khusuf)
a. Pengertian Shalat Sunah Gerhana

Shalat kusuf atau shalat khusuf adalah shalat yang dikerjakan dengan tata cara
tertentu karena terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan. Hukum shalat
gerhana adalah sunnah mu’akkad sebagaimana shalat gerhana matahari dan
dilakukan secara berjamaah. Nabi SAW bersabda:

َ ‫ص‬
‫ال ِة‬ َّ ‫َف ِإذَا َرأ َ ْيت ُ ُموهُ َما َفا ْف َزعُوا ِإلَى ال‬

Artinya: Jika kalian melihat kedua gerhana yaitu gerhana matahari dan
bulan, bersegeralah menunaikan shalat.” (HR. Bukhari)

b. Tata cara melaksanakan shalat gerhana adalah sebagai berikut:


1. Lafal Niat shalat gerhana matahari (Shalat Kusuf) :

‫َلِل تَعَالَى‬
ِ َّ ِ ‫َّمس َر ْكعَتَي ِْن‬
ِ ‫ف الش‬ ُ ‫سنَّةَ ِل ُك‬
ِ ‫س ْو‬ َ ُ‫أ‬
ُ ‫ص ِّل ْي‬

Lafal Niat shalat gerhana bulan (Shalat Khusuf) :

ِ َّ ِ ‫ف ا ْلقَ َم ِر َر ْكعَتَي ِْن‬


‫َلِل تَعَالَى‬ ُ ‫سنَّةَ ِل ُخ‬
ِ ‫س ْو‬ َ ُ‫أ‬
ُ ‫ص ِلّ ْي‬

2. Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana shalat biasa. Membaca do’a


istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca
surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaharkan (dikeraskan
suaranya) jika itu shalat gerhana bulan tetapi jika shalat gerhana matahari
hendaknya imam dengan suara pelan (tidak keras).
3. Kemudian ruku’ sambil memanjangkannya (menyamai waktu saat berdiri).
4. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
5. Setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca
surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat
dari yang pertama.

11
6. Kemudian ruku’ kembali (ruku’ kedua) yang panjangnya lebih pendek dari
ruku’ sebelumnya.
7. Kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal).
8. Kemudian sujud yang panjangnya sebagaimana ruku’, lalu duduk di antara
dua sujud kemudian sujud kembali.
9. Kemudian bangkit dari sujud lalu mengerjakan raka’at kedua sebagaimana
raka’at pertama hanya saja bacaan dan gerakan-gerakannya lebih singkat dari
sebelumnya.
10. Salam.
11. Setelah itu imam menyampaikan khutbah kepada para jama’ah yang berisi
anjuran untuk berdzikir, berdo’a, beristighfar, sedekah, dan membebaskan
budak.

Apabila gerhana masih berlangsung setelah shalat selesai, maka hendaklah


berdzikir kepada Allah dan berdoa sampai gerhana berakhir, dan tidak mengulang
shalat. Apabila gerhana selesai dan dia masih shalat hendaknya dia sempurnakan
shalatnya dengan khafifah (dipercepat), tidak berhenti shalat begitu saja.

B. Hikmah Dari Shalat Sunah Berjama’ah


Syariat Islam mengandung hikmah yang tinggi dan menakjubkan, tidak ada
untaian kata yang dapat menerangkan dan akal yang bisa mengunggulinya. Bila kita
mengetahui hikmah dari sebuah syari‟at tertentu, kita akan semakin mantap sekalipun
jika kita tidak mengetahuinya kita tetap wajib mematuhinya. Diantara hikmah
disyariatkannya shalat berjamaah :
1. Mengokohkan persaudaraan sesama muslim
Mereka saling mencintai antar sesama, karena kebersamaan dan berkumpulnya
mereka di satu tempat, satu ibadah, satu imam. Mereka akan saling mengenal,
betapa banyak perkenalan dan persahabatan yang terjalin di masjid. Mereka
mempunyai perasaan sama dalam ibadah, tiada perbedaan antara si miskin dan si
kaya, petinggi dan petani dan seterusnya. Mereka saling membantu dan mengetahui
keadaan saudaranya yang fakir atau sakit kemudian berusaha memenuhi dan
meringankannya.
2. Menampakkan syiar Islam dan izzah kaum muslimin. Karena syiar Islam yang
paling utama adalah shalat. Seandainya kaum muslimin shalat di rumahnya masing-

12
masing, mungkinkah syiar Islam akan tampak? Sungguh dibalik keluar masuknya
umat Islam ke masjid terdapat izzah (kemuliaan/kejayaan) yang sangat
dibenci musuh-musuh Islam.
3. Kesempatan menimba ilmu. Betapa banyak orang mendapat hidayah, ilmu dan
cahaya lewat perantara shalat berjamaah.
4. Belajar disiplin (lihat syarh Mumti 4/135-137, Ibnu Utsaimin)

13
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Shalat sunnah berjama’ah adalah ibadah yang terdiri atas perkataan dan
perbuatan yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam yang lebih baik dilakukan
secara berjama’ah dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan yang apabila
dikerjakan mendapatkan pahala, namun bila ditinggalkan tidak mendapatkan siksa
(tidak berdosa).

Macam-macam salat sunnah diantara lain Salat Gerhana adalah Salat ini
dilakukan apabila terjadi gerhana, baik gerhana bulan maupun gerhana matahari.Salat
Istisqa’ adalah Salat Istisqa’ yaitu salat yang dilakukan unutk memohon kepada Allah
SWT. agar diturunkan hujan disaat terjadinya kekeringan tanah atau musim kemarau
yang panjang. Salat Tarawih dan Witir adalah salat malam pada bulan Ramadhan
yang dilaksanakan setelah isya. Shalat Idain adalah shalat pada waktu dua hari raya
yakni Hari Raya Idul fitri (1 syawal) dan Hari Raya Idul Adha (10 Dzulhijjah).

14
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka Setia.


Ahmadi, Abu. 1994. Fiqih Islam Lengkap. Jakarta: Rineka Cipta.
Al-Kumayi, Sulaiman. 2007. Shalat Penyembahan & Penyembuhan. Semarang:Erlangga.
Bisri, Mustofa. 1997. Fiqih Keseharian. Surabaya: Al-Miftah.
Darwis. 1983. Shahih Bukhari. Jakarta: Widjaya.
Qira’ati, Muhsin. 1996. Pancaran Cahaya Shalat. Bandung: Pustaka Hidayah.
Rasjid, Sulaiman. 2009. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suyadi. 2009. Shalat Tarawih. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

15

You might also like