Professional Documents
Culture Documents
Tokoh Tokoh Fikih
Tokoh Tokoh Fikih
Fakhrurrazi Ismail
fakhrurrazi@stit-rh.ac.id
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Ar-Raudlatul Hasanah, Medan
Abstrak
Ilmu fikih menjadi satu lingkup studi Islam yang menarik ilmuwan atau cendekiawan
Timur dan Barat. Tulisan ini bermaksud memperkenalkan ilmu tersebut dari sisi
sejarah, tokoh dan mazhabnya. Dari penelusuran terhadap pustaka yang ada, sejarah
ilmu fikih membentang dari periode Rasul, sahabat, tadwīn, dan taqlīd. Periode Rasul
bisa dibagi kepada periode Makkah, Madinah. Periode sahabat adalah periode
lengkapnya sumber hukum dengan keberadaan ijmā’ dan qiyās. Periode tadwīn, ilmu
fikih dikumpulkan dan disistematisasi hingga dihafal. Periode taqlīd menjadi periode
akhir perkembangan ilmu fikih. Tokoh dan mazhab utamanya, sebagaimana populer
adalah, Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit (80 H-150 H), Imam Malik bin Anas (93
H-179 H), Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i (150 H-204 H) dan Imam Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal (164 H-241 H). Empat tokoh tersebut yang menjadi imam dari
Mazhab-Mazhab utama yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
Kata kunci: Ilmu Fikih, Sejarah, Tokoh, Mazhab Utama.
A. Pendahuluan
S
atu di antara ragam kajian yang menjadi lingkup studi Islam, baik di Timur
maupun Barat adalah ilmu fikih atau hukum Islam. Arif menuturkan bahwa
perbedaan mendasar yang dilakukan masyarakat dari dua wilayah tersebut
adalah pendekatan yang digunakan. Jika di Timur, dilakukan pendekatan dengan
menguasai substansi materi dan penguasaan atas khazanah keislaman klasik, maka di
Barat, kajiannya diorientasikan terhadap realitas atau fenomena sosial Islam sehingga
ranah diskusi atasnya berada pada kawasan yang menyejarah, meruang dan
mewaktu.1
Tulisan ini bertujuan untuk mengelaborasi secara sederhana mengenai ilmu fikih
yang dikaji tersebut di atas. Elaborasi diarahkan pada sejarah, tokoh dan mazhab-
mazhab utama yang terdapat padanya. Sebagai pendahuluan, fikih yang dimaksud
dalam tulisan ini adalah jurisprudence atau islamic doctrine2, dengan definisi berbunyi
ilmu mengenai hukum syariah –baik yang bersifat pembebanan (taklifi) maupun
1Mohammad Arif, Studi Islam dalam Dinamika Global (Kediri: STAIN Kediri Press, 2017), h.26
2 Qutb Mushtafa Sanu, Mu’jam Mushtalahat Usul Fiqh: ‘Arabi: Injilizi (Damaskus: Darul Fikr,
2000), 323
70 | Fakhrurrazi Ismail
pertimbangan (wad’i), -yang bersifat amali dan digali dari dalil-dalil yang terperinci (al-
tafshili).3 Bagi kalangan muslim, kedudukannya memiliki peranan yang signifikan. Itu
karena ia merupakan instrumen hukum yang mengatur tata kehidupan masyarakat
secara menyeluruh.4 Tidak meragukan bila kemudian dalam pembagiannya, Ulama
menyebutkan empat pembahasan utama, yaitu:5
1. Fiqh Ibadah, yang meliputi hukum-hukum tentang ibadah seperti thaharah,
shalat, puasa, zakat dan haji.
2. Fiqh Muamalat, yang meliputi hubungan timbal-balik yang ditangani
seseorang dalam kehidupannya, seperti kontrak jual beli (‘aqd al-bai’),
penyewaan (ijarah), agensi (wakalah), jaminan (kafalah), peminjaman (qord), gadai
(rahn), produksi (istishna’), perdamaian (salam), kerjasama (syarikah), kontrak
(muqawalat) atau spekulasi (mudharabah).
3. Fiqh Ahwal al-Syakhsiyah, yang meliputi hukum pernikahan (zuwaj),
perceraian (thalaq), pembatalan pernikahan (fasakh), gugat (khulu’), hukum
kewarisan (faraidh), pengasuhan (hadhanah) dan lain sebagainya.
4. Fiqh ‘Uqūbah, yaitu fiqh yang membahas mengenai aturan hukum pidana baik
itu hudūd, qishās, ta’zīr, dan hal terkait dengannya.
3 Majduddin al-Fairuz Abadi, al-Qāmūs al-Muhīth (Kairo: Darul Hadis, 2005), h.1250.
4 Joseph Schacht, An Introduction to Islamic Law, (Oxford: University Press, 1996), h.1
5 Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Khatib al-Syarbaini al-Syafi’i, Mughni al-Muhtaj Ila
Ma’any Alfazh al-Minhaj, Juz I (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 1994 M/ 1415 H), h.114
6 Abdul Wahhab Khallaf, Khulashah Tarikh al-Tasyri’ al-Islami, (Kuwait: Dar al-Qalam, 1971), h.8
7 Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, h.32-33.
bagi perkembangan hukum islam dan masa yang kulli yang bersifat keseluruhan dan
dasar-dasar yang umum yang universal untuk dasar penetapan hukum bagi masalah
dan peristiwa yang tidak ada nash-nya.8
Periode Rasul ini dapat pula dipahami dalam dua periode yang masing-masing
mempunyai corak tersendiri. Yaitu periode Makkah dan Periode Madinah.
Periode Mekkah
Periode Makkah, yakni masa menetap dan berkedudukannya Rasul di Makkah,
yang lamanya 12 tahun dan beberapa bulan, semenjak beliau diangkat menjadi Nabi
hingga beliau berhijrah ke Madinah. Dalam masa ini, umat Islam masih sedikit dan
masih lemah, belum dapat membentuk dirinya sebagai suatu umat yang mempunyai
kedaulatan, kekuasaan yang kuat. Nabi telah mencurahkan Tauhid ke dalam jiwa
masing-masing individu dalam masyarakat Arab sehingga memalingkan mereka dari
penghambaan diri kepada berhala. Di samping itu, beliau Yang Mulia juga menjaga
diri dari aneka rupa gangguan bangsanya. Masa ini belum banyak hal-hal yang
mendorong Nabi saw untuk mengadakan hukum atau undang-undang. Karena itu
tidak ada di dalam surat Makkiyah ayat-ayat hukum seperti surat Yunus, Ar Ra’du, Ya
sin dan Al Furqon. Kebanyakan ayat-ayat Makkiyah berbicara mengenai aqidah
kepercayaan, akhlak dan sejarah.9
Periode Madinah
Periode Madinah diawali dari peristiwa hijrah Nabi ke Madinah, dan
berlangsung selama Ia menetapkan di Madinah selama 10 tahun sampai wafatnya.
Dalam masa inilah umat Islam berkembang dengan pesatnya dan pengikutnya terus
menerus bertambah. Sejak itu, Nabi membentuk suatu masyarakat Islam yang
berkedaulatan. Karena itu, diperlukan pengadaan syari’at dan peraturan untuk
mengatur perhubungan antara anggota masyarakat satu dengan lainnya dan
perhubungan mereka dengan umat yang lainnya, baik dalam masa damai ataupun
dalam masa perang.10
Dalam hubungan ini, disyari’atkan hukum-hukum perkawinan, thalaq, wasiat,
jual beli, sewa, hutang-piutang, dan sermua transaksi. Demikian juga yang
berhubungan dengan pemeliharaan keamanan dalam masyarakat, dengan adanya
hukum kriminil dan lain sebagainya individu dan sebagai masyarakat dalam
hubungannya dengan masyarakat yang lebih luas, antara seantero manusia di dunia.
Karena itulah surat-surat Madaniyah, seperti Surat Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa’,
Al-Maidah, Al-Anfal, At-Taubah, An-Nur, Al-Ahzab, banyak mengandung ayat-ayat
hukum di samping mengandung ayat-ayat aqidah, akhlak, sejarah dan lain-lain.11
8 Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Semarang: PT Pustaka Rizki
Putra,1999), h.31
9 Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, h.33
10 Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, h.34
11 Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, h.34
hukum Islam. Diantaranya : Imam Malik, Abu Hanifah, Imam Syaf’i, Ahmad Bin
Hambal.15
Faktor utama yang mendorong perkembangan hukum Islam adalah
berkembanganya ilmu pengetahuan di dunia Islam. Berkembangnya ilmu
pengetahuan di dunia Islam disebabkan oleh hal-hal berikut. Pertama, adanya
penterjemahan buku-buku Yunani, persia, Romawi, dan sebagainya, ke dalam bahasa
Arab. Faktor lain yang mempengaruhi berkembanganya pemikiran adalah luasnya
ilmu pengetahuan. Faktor lainnya adalah adanya upaya umat Islam untuk
melestarikan al-Qur’an, baik yang dicatat, termasuk yang dikumpulkan dalam satu
mushaf, maupun yang dihafal.
Periode Taqlid
Sejak akhir pemerintahan Abbasiah, tampaknya kemunduran berijtihad sehingga
sikap taklid berangsur-angsur tumbuh merata di kalangan umat Islam. Yang di
maksud dengan masa taklid adalah masa ketika semangat (himmah) para ulama untuk
melakukan ijtihad mutlak mulai melemah dan mereka kembali kepada dasar tasyri’
yang asasi dalam peng-istinbath-an hukum dari nash al-Qur’an dan al-Sunnah.
Sebab-Sebab Taqlid
Secara umum, sikap taklid disebabkan oleh keterbelangguan akal pikiran sebagai
akibat hilangnya kebebasan berfikir. Sikap taklid disebabkan pula oleh adanya para
ulama saat itu yang kehilangan kepercayaan diri untuk berijtihad secara mandiri.
Mereka menganggap para pendiri mazhab lebih cerdas ketimbang dirinya. Sikap
taklid juga disebabkan oleh banyaknya kitab fikih dan berkembangnya sikap
berlebihan dalam melakukan kitab-kitab fikih. Hilangnya kecerdasan individu dan
merajalelanya hidup materialistik turut mempertajam munculnya sikap taklid.16
Aktifitas Ulama di Masa Taqlid
Masa taklid disebut juga masa para fuqaha mempropagandakan mazhab dan
aliran mereka masing-masing. Mereka menulis kitab-kitab yang menjelaskan
keistimewaan imam mereka masing-masing dan memberi fatwa pula bahwa orang
yang bertaklid (muqalli) tidak boleh pindah dari mazhab satu ke mazhab lainnya.
Pada masa ini kitab-kitab para ulama mazhab dapat dikategorikan kepada tiga
kelompok, yaitu matan, syarh, dan hasyiyah. Matan adalah kumpulan masalah-
masalah pokok yang disusun dengan bahasa yang sederhana dan mudah. Syarh
merupakan komentar dari kitab matan. Adapun hasyiyah adalah komentar dari syarh.
2001), h. 14
20 Abdurrahman Kasdi, Metode Ijtihad dan Karakteristik Fiqh Abu Hanifah dalam Yudisia, Vol. 5,
21 Imam Malik Ibn Annas, Al-Muwatta’, terj. Dwi Surya Atmaja, (Jakarta: Raja Grafndo Persada,
1992), h. vi
22 Danu Aris Setiyanto, Pemikiran Hukum Islam Imam Malik bin Anas; Pendekatan Sejarah Sosial
dalam Al-Ahkam; Jurnal Ilmu Syariah dan Hukum, Vol. 1, No. 2, 2016, h. 103-114
23 Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada 1996), h.151
24 Khairul Akhyar, Qoul Qodim wa Qoul Jadid Imam Syafi’i: Kemunculan dan Refleksinya di Indonesia
berdampak pada studi fiqh yang dilakukannya, maupun usul fiqhnya sehingga
mazhabnya dijuluki dengan mazhab fiqh al-sunnah. Selain itu, kebijakannya melarang
pencatatan fatwa-fatwanya mengakibatkan kurang berkembangya mazhab fiqhnya.26
Pendekatan ijtihad Imam Ahmad bin Hanbal adalah Alquran dan
Hadis/Sunnah (marfu'ah), fatwa sahabat yang tidak ada perselisihan di antara mereka,
fatwa sahabat yang diperselisihkan di antara mereka, Hadis/Sunnah Mursal dan
Hadis/Sunnah dha'if, dan Qiyas.27
D. Kesimpulan
Dari keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah ilmu fikih
membentang dari periode Rasul, sahabat, tadwīn, dan taqlīd. Periode Rasul bisa dibagi
kepada periode Makkah, Madinah. Periode sahabat adalah periode lengkapnya
sumber hukum dengan keberadaan ijmā’ dan qiyās. Periode tadwīn, ilmu fikih
dikumpulkan dan disistematisasi hingga dihafal. Periode taqlīd menjadi periode akhir
perkembangan ilmu fikih. Tokoh dan mazhab utamanya, sebagaimana populer adalah,
Imam Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit (80 H-150 H), Imam Malik bin Anas (93 H-179
H), Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’i (150 H-204 H) dan Imam Ahmad bin
Muhammad bin Hanbal (164 H-241 H). Empat tokoh tersebut yang menjadi imam dari
Mazhab-Mazhab utama yaitu Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali.
E. Referensi
Mohammad Arif, Studi Islam dalam Dinamika Global (Kediri: STAIN Kediri Press, 2017)
Qutb Mushtafa Sanu, Mu’jam Mushtalahat Usul Fiqh: ‘Arabi: Injilizi (Damaskus: Darul
Fikr, 2000)
Majduddin al-Fairuz Abadi, al-Qāmūs al-Muhīth (Kairo: Darul Hadis, 2005).
Joseph Schacht, An Introduction to Islamic Law, (Oxford: University Press, 1996)
Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Khatib al-Syarbaini al-Syafi’i, Mughni al-Muhtaj
Ila Ma’any Alfazh al-Minhaj, Juz I (Beirut: Darul Kutub al-Ilmiyah, 1994 M/ 1415
H)
Abdul Wahhab Khallaf, Khulashah Tarikh al-Tasyri’ al-Islami, (Kuwait: Dar al-Qalam,
1971)
Teuku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Ilmu Fiqh, (Semarang: PT Pustaka
Rizki Putra,1999)
Ali Sodiqin, Fiqh Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Beranda Publishing, 2012)
Muhammad Yusuf, dkk, Fiqih dan Ushul Fiqh, (Yogyakarta: Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga,2005)
Mun’im A. Sirry, Sejarah Fiqh Islam, Sebuah Pengantar, (Jakarta: Risalah Gusti 1995)
26 Marzuki, Ahmad bin Hanbal; Pemikiran Fiqh dan Usul Fiqhnya dalam Jurnal Hunafa, Vol. 2, No.
2, Agustus 2005, h. 107-118
27 Marzuki, Ahmad bin Hanbal..., h. 107-118