You are on page 1of 14

MAKALAH

RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO


STUDI KASUS KASUS GAGAL BAYAR KLAIM NASABAH PT ASURANSI
JIWASRAYA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
• ARDIANSYAH ARDAVI (201010504233)
• ROSNAWATI (201010504095)
• SAHROJA APRILIA (201010504195)
• NUR VICKY AYUSARI (201010504232)
• TONI SUPRIADI (201010504537)
• MUHAMAD RIVAI (181010502255)

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi
Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Pamulang, 15 September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................... Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3
BAB I......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 5
1.3 Tujuan .............................................................................................................................. 5
1.4 Manfaat ............................................................................................................................ 5
BAB II ....................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN........................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Manajemen Resiko ........................................................................................ 6
2.2. Ruang Lingkup Manajemen Resiko ............................................................................... 6
2.3 Hal-hal penting yang harus dipertimbangkan dalam penentuan ruang lingkup
manajemen risiko ................................................................................................................... 7
2.4 Tujuan Manajemen Risiko Dalam Bisnis ........................................................................ 8
BAB III ...................................................................................................................................... 9
STUDI KASUS ......................................................................................................................... 9
BAB IV .................................................................................................................................... 13
PENUTUP ............................................................................................................................... 13
4.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam dunia yang semakin berkembang ini, sudah pastinya kita sudah
sering kalimendengar kata resiko dalam kehidupan sehari-hari kita. Resiko
merupakan bagian darikehidupan kerja individual maupun organisasi. Berbagai
macam resiko, seperti resikokebakaran, tertabrak kendaraan lain di jalan, resiko
terkena banjir di musim hujan dansebagainya, dapat menyebabkan kita
menanggung kerugian jika resiko - resiko tersebuttidak kita antisipasi dari awal.
Resiko dikaitkan dengan kemungkinan kejadian atau keadaanyang dapat
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi. Sebagaimana kitapahami
dan sepakati bersama bahwa tujuan perusahaan adalah membangun
danmemperluas keuntungan kompetitif organisasi.
Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi karena kurang atau
tidaktersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sesuatu yang
tidak pasti (uncertain) dapat berakibat menguntungkan atau merugikan. Menurut
Wideman, ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan menguntungkan
dikenal dengan istilah peluang (opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan disebut dengan istilah risiko (risk). Dalam
beberapa tahun terakhir, manajemen resiko menjadi trend utama baik dalam
perbincangan, praktik, maupun pelatihan kerja. Hal ini secara konkret
menunjukkan pentingnya manajemen resiko dalam bisnis pada masa kini.
Oleh sebab itu resiko sangat perlu diolah karena resiko mengandung
biaya yang tidak sedikit. Bayangkan suatu kejadian di mana suatu perusahaan
sepatu yang mengalami kebakaran. Kerugian langsung dari peristiwa tersebut
adalah kerugian finansial akibat asset yang terbakar (misalnya gedung, material,
sepatu setengah jadi, maupun sepatu yang siapuntuk dijual). Namun juga dilihat
kerugian tidak langsungnya, seperti tidak bisa beroperasinya perusahaan selama
beberapa bulan sehingga menghentikan aruskas. Akibat lainnya adalah macetnya
pembayaran hutang kepada supplier dan kreditorkarena terhentinya arus kas
yang akhirnya akan menurunkan kredibilitas dan hubungan baik perusahaan
dengan partner bisnis tersebut.
Resiko dapat dikurangi dan bahkan dihilangkan melalui manajemen
resiko. Perandari manajemen resiko diharapkan dapat mengantisipasi terjadinya
resiko yang sangat berlebihan yang dapat membuat perusahaan gulung tikar,
oleh sebab itu kita perlu melakukan ha-hal yang lebih terarah, salah satunya
dengan mengukur dimensi resiko yangakan terjadi pada diri sendiri pada
khususnya dan pada perusahaan pada umunya.

4
1.2 Rumusan Masalah

Dalam makalah ini penulis membatasi permasalaha yang akan disajikan


dimanahanya mencakup Tentang
1. Apa pengertian manajemen risiko?
2. Ruang lingkup manajemen risiko?
3. Apa saja tujuan manajemen risiko?

1.3 Tujuan

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari


pelaksanaan sistem manajemen perusahaan organisasi. Proses manajemen risiko
Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya
perbaikan berkelanjutan (continuousimprovement). Proses manajemen risiko
juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi.

1.4 Manfaat

1. Dapat menambah wawasan bagi penulis dan pembaca


2. Menambah pengetahuan mengenai ruang lingkup manajemen risiko
3. Setelah adanya penelitian ini diharapkan penulis dan pembaca mampu
meminimalisir suatu risiko dalam sebuah perusahaan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Resiko

Istilah (risk) Resiko memiliki berbagai definisi. Resiko dikaitkan dengan


kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi. Manajemen resiko juga dapat diartikan sebagai suatu
pendekatan yang terstruktur atau metodologi dalam upaya mengelola
ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman, suatu rangkaian aktivitas
manusia termasuk Penilaian resiko, pengembangan strategi untuk mengelolanya
dan menatasi risiko dengan menggunakan pemberdayaan atau pengelolaan
sumber daya. Dalam manajemen resiko, strategi yang dapat diambil untuk
mengatasi masalah ini antara lain dengan memindahkan resiko kepada pihak
lain, menghindari resiko, mengurangi efek negatif resiko, dan menampung
sebagian atau semua konsekuensi resiko tertentu.

2.2. Ruang Lingkup Manajemen Resiko

Ruang lingkup proses manajemen resiko terdiri dari:


a) Penentuan konteks kegiatan yang akan dikelola resikonya.
Menetapkan strategi, kebijakan organisasi dan ruang lingkup manajemen
risiko yang akan dilakukan.
b) Identifikasi resiko
Mengidentifikasi apa, mengapa dan bagaimana faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya risiko untuk analisis lebih lanjut. Teknik-
teknik yang dapat digunakan dalam identifikasi resiko antara lain:
1) Brainstorming (pengungkapan Pendapat)
2) Survey
3)Wawancara
4) Informasi historis
5) Kelompok kerja

6
c) Analisis resiko
Dilakukan dengan menentukan tingkatan probabilitas dan konsekuensi
yang akan terjadi. Kemudian ditentukan tingkatan risiko yang ada
dengan mengalikan kedua variabeltersebut (probabilitas X konsekuensi).
d) Evaluasi resiko
Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah
dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang
digunakan.
Hasil Evaluasi risiko diantaranya adalah:
1) Gambaran tentang seberapa penting risiko yang ada.
2) Gambaran tentang prioritas risiko yang perlu ditanggulangi.
3) Gambaran tentang kerugian yang mungkin terjadi baik dalam
parameter biaya ataupun parameter lainnya.
4) Masukan informasi untuk pertimbangan tahapan pengendalian.

e) Pengendalian resiko
Melakukan penurunan derajat probabilitas dan konsekuensi yang ada
dengan menggunakan berbagai alternatif metode, bisa dengan transfer
risiko, dan lain-lain.
f) Monitor dan Review
Monitor dan review terhadap hasil sistem manajemen risiko yang
dilakukan serta mengidentifikasi perubahan-perubahan yang perlu
dilakukan.
g) Koordinasi dan komunikasi
Komunikasi dan konsultasi dengan pengambil keputusan internal dan
eksternaluntuk tindak lanjut dari hasil manajemen risiko yang dilakukan.

2.3 Hal-hal penting yang harus dipertimbangkan dalam penentuan ruang


lingkup manajemen risiko

1. Tujuan dan keputusan apa saja yang harus dibuat


2. Hasil yang diharapkan (outcomes expected) dari suatu proses manajemen
risiko
3. Waktu, lokasi, hal-hal spesifik, dan pengecualian
4. Alat dan teknik penilaian risiko secara tepat

7
5. Sumberdaya yang diperlukan, tanggung jawab dan pendokumentasian
(pencatatan).
2.4 Tujuan Manajemen Risiko Dalam Bisnis

Manajemen Risiko dijalankan semata untuk tujuan-tujuan tertentu. Luar


biasanya tujuan-tujuan ini berpotensi merusak perusahaan jika tidak segera
dicapai. Ini dia tujuan-tujuan yang dimaksud:
1. Untuk Melindungi Perusahaan
Tujuan yang pertama adalah untuk melindungi perusahaan dari risiko
bisnis yang berbahaya. Sehinga badan usaha tetap berdiri sekalipun diterpa
berbagai macam masalah dan hal yang negatif. Melindungi perusahaan
dengan manajemen risiko lebih berhasil dibandingkan yang tidak. Karena
sebelum terjadi masalah, jenis problemnya sudah terdeteksi lebih dahulu
2. Membantu Pembuatan Kerangka Kerja
Dengan adanya manajemen risiko tentu solusi atas masalah perusahaan
bisa ditemukan. Nah, untuk aktualisasinya tinggal dibuat saja kerangka kerja
yang sesuai dengan solusi tersebut. Ini alasan mengapa manajemen kerja bisa
membantu pembuatan kerangka kerja. Dengan alasan ini pula kebijakan yang
menyertainya juga bisa diputuskan dengan segera.
3. Sebagai Peringatan Kewaspadaan
Dengan dilakukannya manajemen risiko tentu segala hal buruk yang
bakal muncul akan terdeteksi. Maka dari itu, ini bisa dijadikan bahan untuk
tetap waspada dan hati-hati dalam mengelolanya. Bisa dibayangkan jika tidak
ada manajemen risiko, tentu hal buruk akan terjadi begitu saja. Karena tidak
ada kehati-hatian dalam bekerja dan semua karyawan bekerja tanpa
memperhitungkan risiko yang ada di dalamnya.
4. Meningkatkan Kinerja Perusahaan
Membantu meningkatkan kinerja perusahaan dengan menyediakan
informasi tingkat risiko yangdisebutkan dalam peta risiko/ risk map. Hal ini
juga berguna dalam pengembangan strategi dan perbaikan proses risk
management secara berkesinambungan.
5. Sosialisasi Manajemen Risiko
Membangun kemampuan individu maupun manajemen untuk
mensosialisasikan pemahaman tentangrisiko dan pentingnya risk
management.

8
6. Mendorong Manajemen Agar Proaktif
Mendorong manajemen agar bertindak proaktif dalam mengurangi
potensi risiko, dan menjadikanmanajemen risiko sebagai sumber keunggulan
bersaing dan kinerja perusahaan.

BAB III

STUDI KASUS

KASUS GAGAL BAYAR KLAIM NASABAH PT ASURANSI JIWASRAYA

Gonjang-ganjing PT Asuransi Jiwasraya kembali mencuat pada awal


Februari 2019. Perusahaan yang berdiri sejak zaman kolonial Belanda dan
memiliki sekitar tujuh juta nasabah ini harus menunda pembayaran klaim
asuransi dari nasabah JS Saving Plan mereka senilai Rp 802 miliar.
JS Saving Plan yang diluncurkan lima tahun lalu merupakan produk
asuransi PT Asuransi Jiwasraya yang dibalut dengan investasi. Nasabah cukup
membayar Rp 100 juta di awal dan bisa menarik imbal hasil dengan persentase
tinggi setelah investasi mengendap satu tahun, serta langsung memperoleh
perlindungan asuransi selama lima tahun penuh. Sebanyak 17 ribu nasabah ikut
dalam program JS SavingPlan. Premi asuransi yang diperoleh perusahaan
melejit dalam waktu singkat, tapi menimbulkan permasalahan besar ketika
klaim-nya mulai jatuh tempo di bulan Oktober 2018.
Lampu kuning sebetulnya sudah dinyalakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) lewat laporan hasil pemeriksaan 2016. Saat itu, BPK telah
mendeteksi investasi yang tak wajar, yakni pembelian saham PT Trikomsel Oke
Rp 449, 5 miliar, PT Sugih Energy Rp 318,1 miliar, dan PT Eureka Prima
Jakarta Rp 118 miliar. BPK menilai pembelian saham-saham ini kurang cermat
karena fundamental perusahaan itu sebetulnya kurang bagus. Selain itu,
perusahaan juga berinvestasi hingga Rp 6,3 triliun untuk saham PT Inti Agri
Resources lewat reksa dana. BPK memberikan catatan: investasi pada satu
saham dengan nilai cukup besar ini bisa menimbulkan potensi gelembung
(bubble). Kisruh PT Asuransi Jiwasraya pun terungkap ke publik karena laporan
keuangan perusahaan unaudited tahun 2017 yang awalnya mencatat laba bersih
Rp 2,4 triliun harus direvisi. Dalam hal ini, kantor akuntan publik
Pricewaterhouse Coopers (PwC) merevisi auditnya, sehingga laba bersih
perusahaan menciut menjadi Rp 360 miliar saja.
Temuan Badan Pemeriksa Keuangan. Tiga tahun lalu, BPK telah
mengungkap potensi terjadinya hal di atas. Dalam laporan hasil pemeriksaan
dengan tujuan tertentu atas pengelolaan bisnis asuransi, investasi, pendapatan,
dan biaya operasional 2014 - 2015, terdapat banyak temuan, antara lain:

9
• pengelolaan dan pengawasan properti investasi PT Asuransi Jiwasraya tidak
sesuai dengan ketentuan dan tidak memberikan kontribusi pendapatan yang
optimal;
• pengelolaan dan pengawasan atas aset lain pun dinilai tidak mengikuti
kaidah;
• kerja sama sewa lahan tahun 2001 yang belum memperhitungkan
penyerahan lahan fasilitas sosial dan umum serta kurang memadai;
• adanya denda yang belum dipungut sebesar Rp 211 juta lebih.
Pada saat yang sama, BPK telah menyalakan sinyal lampu kuning dan
menyebutkan bahwa PT Asuransi Jiwasraya berpotensi menghadapi risiko gagal
bayar atas transaksi investasi pembelian surat utang jangka menengah atau
medium term note (MTN) PT Hanson International. BPK mempertanyakan
kebijakan manajemen yang menjadikan perusahaan sebagai investor terbesar
yaitu 97,14 persen di instrumen investasi tersebut dengan melakukan
penempatan saham sebe-sar Rp 680 miliar. Padahal BPK menilai bahwa PT
Hanson International merupakan perusahaan yang tidak berkinerja baik.
Berdasarkan laporan laba-rugi perusahaan, pendapatan dan laba bersih
perusahaan relatif tidak besar, bahkan merugi cukup besar pada tahun 2013.
Achsanul Qosasi (Majalah Berita Mingguan TEMPO 17 Februari 2019),
anggota BPK yang saat itu membawahkan audit tersebut, mengatakan temuan
BPK tersebut sudah sangat tegas. “Kami minta Jiwasraya mengganti
investasinya ke saham-saham bermutu, yakni ke LQ45. Sudah dipindahkan Rp
1,5 triliun” ujar Achsanul.
Dalam kesempatan terpisah, Audit BPK yang dirilis pada Juli 2016
menemukan 16 masalah yang terkait dengan pengelolaan bisnis asuransi,
investasi, pendapatan, dan biaya operasional PT Asuransi Jiwasraya sepanjang
2014-2015. BPK menyebutkan nilai pendapatan dari penyewaan aset properti
milik PT Asuransi Jiwasraya tidak signifikan dibandingkan dengan nilai asetnya.
Setidaknya 471 penyewa pernah menunggak pembayaran. Nilai sewanya tidak
wajar bila dibandingkan dengan nilai aset dan harga sewa setempat.
OJK mengirimkan sinyal senada dengan BPK. Menurut Anton Prabowo
(MBM TEMPO 17 Februari 2019), pengawas IKNB (Industri Keuangan Non
Bank) OJK, lembaganya memperketat pengawasan dengan memperpendek
periode pelaporan. Laporan yang sebelumnya disampaikan lima tahunan
menjadi dua tahunan, ditambah laporan operasional bulanan. Dari situ,
ditemukan indikasi produk investasi PT Asuransi Jiwasraya berpotensi
bermasalah karena menawarkan imbal hasil yang tinggi. Saat itu, belum muncul
kasus gagal bayar klaim karena pembayaran masih bisa ditutup dari setoran
premi nasabah baru. Tapi, menurut Anto Prabowo, OJK sudah memberikan
peringatan. Jiwasraya harus segera menyelesaikan masalah produknya. “Karena
tinggal menunggu waktu bila tidak ditangani dengan baik.”

10
Dalam laporan pengawasan, OJK juga menemukan penempatan dana ke
perusahaan yang merugi, seperti PT Inti Agri Resources Tbk sebesar Rp 546
miliar dan PT Trada Maritime Tbk sebesar Rp 363 miliar.
Hasil audit PwC keluar setelah tiga anggota direksi sebelumnya, yakni
Direktur Utama Hendrisman Rahim, Direktur Keuangan Hary Prasetyo, serta
Direktur Investasi dan Teknologi De Yong Adrian lengser per akhir Januari
2018. Trio ini menjabat dua periode sejak 2008. Direktur Utama PT Asuransi
Jiwasraya sekarang, Hexana Tri Sasongko, menerima bom waktu. Ia baru
diangkat OJK Oktober 2018 menggantikan Asmawi Syam yang belum sampai
setahun memimpin PT Asuransi Jiwasraya. Saat peralihan manajemen, kabar
mengenai keuangan PTAsuransi Jiwasraya belum merebak. Baru setelah
Asmawi dan Hexana menerima laporan PwC, kejanggalan laba perusahaan yang
tercantum dalam laporan keuangan perusahaan 2017 mulai terkuak. Laba
yangtadinya Rp 2,7 triliun menciut menjadi Rp 328,44 miliar karena ada
kenaikan cadangan premi. Menurut Hexana, perubahan laba itu terjadi karena
portofolio keuangan manajemen lama dikelola dengan risiko tinggi untuk
mendapatkan imbal hasil yang tinggi. Sedangkan aset perusahaan yang besar
belum tentu menjanjikan profitabilitas tinggi. “Sehingga dia akan memompa
risiko,” ujar Hexana.
Hexana tidak menampik adanya temuan BPK dan OJK serta semua
permasalahan PT Asuransi Jiwasraya yang terungkap. Namun, beliau enggan
berkomentar dengan alasan masalah itu sedang dalam proses audit investigatif
BPK.“Lebih baik menunggu hasil audit,” ujar beliau. Saat ini, Hexana tengah
sibuk menata kembali Jiwasraya, memilih berkonsentrasi ke depan sembari
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi perusahaan. Beliau memutar ulang
strategi perusahaan, merestrukturisasi pertumbuhan organik dengan mengubah
model bisnis, dan memperbaiki transformasi bisnis korporasi hingga keagenan.
“Perusahaan ini perlu penyesuaian yang fundamental supaya solusinya
berkelanjutan,” katanya.
Ke depan, Hexana berencana memangkas jumlah properti yang terserak
sporadis di mana-mana. Saat ini, perusahaan harus membayar pajak lebih mahal
karena ada penilaian ulang terhadap aset properti perusahaan beberapa tahun
lalu. Akibatnya, nilai aset-aset tersebut menjadi lebih tinggi. Di satu sisi, hal itu
mempercantik laporan keuangan, tapi di sisi lain perusahaan harus menanggung
beban pajak yang lebih mahal. Karena itu, nantinya perusahaan akan lebih
mempertahankan aset yang komersial. “Mungkin akan kami kurangi
propertinya, karena setelah revaluasi, pembayaran PBB naik semua.
Sementara beberapa pandangan meyakini bahwa prahara yang
menghantam Jiwasraya murni akibat risiko investasi, beberapa pandangan lain
meyakini bahwa ada kemungkinan praktik curang atau tata kelola yang buruk di
balik investasi saham berisiko tinggi yang kemudian mencekik perusahaan itu.
Bila menilik kasus ini, dapat dilihat bahwa kemungkinan besar penerapan

11
manajemen risiko di PT Asuransi Jiwasraya belum efektif. Tindakan
pencegahan dini tidak terjadi walau sudah ada indikasi risiko tinggi lewat audit.
Pemegang saham juga terlambat bertindak karena mengandalkan laporan
direksi saja dalam melakukan pemantauan. Dalam hal ini, mereka memahami
konsep ‘fair market value’ tetapi tidak meminta direksi menyajikan laporan
berdasarkan konsep tersebut. Walhasil pemantauan kinerja direksi didasarkan
pada catatan laporan keuangan yang berbasis harga pasar saham-saham investasi
yang sering kali tiba-tiba melonjak harga pasarnya pada saat tanggal tutup buku.
Terkait dengan pernyataan Gatot di atas, di bawah ini adalah kutipan
yang relevan dan merupakan bagian artikel di MBM TEMPO tanggal 17
Februari 2019 halaman 80:
“Seorang petinggi Jiwasraya yang menjabat sejak 2016 membenarkan ini.
Dalam setiap RUPS, kata dia, direksi menutup-nutupi penempatan investasi dan
profil jatuh tempo polis. “Saya lihat labanya besar, tapi kok arus kasnya tidak
ada,” ujarnya. Sebelumnya, ia juga berulang kali menerima informasi yang
menceritakan adanya pengaturan harga saham di emiten-emiten ‘tier 3’ atau
dengan harga saham rendah.” Saat ini audit investigatif BPK masih berlanjut
untuk memastikan akar permasalahan utama dari krisis yang terjadi di PT
Asuransi Jiwasraya dan penetapan status kasus tersebut lebih lanjut.
Sementara itu, praktisi manajemen risiko dapat mengambil
pembelajaran, salah satunya adalah bahwa ‘krisis dapat timbul bagi suatu
organisasi bila risiko fatal danstrategisorganisasi tidak ditangani secara dini,
sehingga merembet pada risiko lainnya, misal operasional, pelaporan, dan
investasi yang berujung menjadi prahara bagi organisasi tersebut. Oleh karena
itu, penerapan manajemen risiko tidak dapat sepotong-sepotong dan perlu
dibangun secara sistematis dan terintegrasi mulai dari budaya pengelolaan risiko
yang sehat, sistem yang efektif, dan sumber daya manusia yang kompeten dan
berintegritas di setiap tingkatan organisasi.

12
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Manajemen risiko adalah suatu cara dalam mengorganisir suatu risiko


yang akan dihadapi baik itu sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau
yang tak terpikirkan yaitu dengan cara memindahkan risiko kepada pihak lain,
menghindari risiko, mengurangiefek negatif risiko.
Manajemen risiko tidak semata berlaku di sektor bisnis, namun semakin
mendesakuntuk diapplikasikan di sektor publik. Banyak argumen pendukung,
dan tampaknya faktorutama adalah perubahan lingkungan dan sumber daya yang
terbatas bagi pencapaiantujaun organisasi.
Risiko memiliki berbagai definisi, dan berkaitan dengan kemungkinan
kejadian ataukeadaan yang dapat mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi. Pada sisi lain, penanganan risiko bahkan dapat memuncul-kan
peluang bagi organisasi. Risiko tidak dapatdihindari oleh organisasi, dan
terdapat pada sumber daya yang dimiliki dan proses operasitermasuk
pengendalian. manajemen risiko diperlukan bagi pencapaian tujuan suatu unit
dantujuan organisasi secara keseluruhan.
Tujuan penetapan ruang lingkup adalah untuk memodifikasi proses
manajemen risiko agar memungkinkan pelaksanaan risk assessment yang efektif
dan pengembangan rencana perlakuan risiko yang tepat.

13
DAFTAR PUSTAKA

http://abhymujahidmuda.blogspot.com/
http://www.speotics.com/2012/09/pengertian-manajemen-risiko.html
http://mbegedut.blogspot.com/2012/06/pengertian-manajemen-resiko-
menurut.html#UYH9GWr74nA
http://hovidintkj.blogspot.com/2011/11/makalah-manajemen-risiko.html
http://gaharuchromeblogspot.wordpress.com/2010/07/19/makalah-manajemen-resiko/
http://ilmu27.blogspot.com/2012/08/makalah-manajemen-resiko.html
https://irmapa.org/ruang-lingkup-konteks-kriteria-manajemen-risiko-ruang-lingkup-
risiko/
https://crmsindonesia.org/wp-content/uploads/2020/09/Buku-Kumpulan-Studi-Kasus-
Manajemen-Risiko-di-Indonesia.pdf

14

You might also like