Professional Documents
Culture Documents
Model Rekruitmen Pejabat Struktural Esel
Model Rekruitmen Pejabat Struktural Esel
Disampaikan Pada Rapat Tim Ahli Dipenda, Kepala Dinas, Kasubdis dan Kabag Tata
Usaha dalam rangka Persiapan Rekruitmen Pejabat Struktural Eselon III & IV
dilingkungan Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2005
Tanggal 05 Nopember 2005
MODEL REKRUITMEN PEJABAT STRUKTURAL
ESELON III DAN IV DINAS PENDAPATAN
PROVINSI JAWA TIMUR
I. PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang
telah diubah menjadi UU Nomor 43 Tahun 1999 dinyatakan bahwa dalam rangka
mewujudkan masyarakat madani (civil society) yang taat hukum, berperadaban modern,
demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi, maka sangat dibutuhkan Pegawai Negeri
yang mempunyai kemampuan profesional dan bertanggung jawab serta bersih dan
bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Untuk membentuk sosok Pegawai
Negeri yang demikian harus ada upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas manajemen
100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pengawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural,
sebagaimana telah diubah menjadi PP Nomor 13 Tahun 2002 yang secara tegas
menyatakan bahwa dalam era globalisasi yang sarat dengan tantangan, persaingan dan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta untuk mencapai efektifitas dan
kompetitif dan memegang teguh etika birokrasi dalam memberikan pelayanan yang
sesuai dengan tingkat kepuasan dan keinginan masyarakat. Untuk mencapai obyektifitas
dan keadilan dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari
1
keterbukaan dan penetapan persyaratan jabatan yang terukur. Dengan perkataan lain,
Struktural dari eselon yang tertinggi sampai eselon terendah. Tujuannya, adalah sebagai
pedoman untuk mencapai effisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung
organisasi/unit organisasi.
kerja tidak ada alternatif lain selain melakukan berbagai perbaikan dan penyempurnaan
dalam menajemen SDM-nya dengan tujuan membentuk sosok aparatur yang profesional
1.2. Permasalahan
Pemerintah Propinsi Jawa Timur yang sangat strategis, karena mengemban fungsi
Daerah (PAD), terutama dari sektor Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta fungsi
daerah dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Jawa Timur.
pelayanan publik dalam rangka pemungutan PAD maupun sebagai penyedia anggaran
2
Dipenda pada dasarnya bukan hanya sebagai lembaga pelaksana pemungutan sumber-
(SDM), secara kuantitas maupun kualitas menduduki posisi sentral dan sangat
menentukan. Secara kuantitas, karena tugas dan fungsi yang dilaksanakan Dipenda
tidak hanya menyangkut tugas-tugas yang bersifat teknis administratif semata, tetapi
mencakup seluruh wilayah Propinsi Jawa Timur dengan tingkat kesulitan geografis yang
beragam, sehingga SDM yang dibutuhkan juga secara kuantitatif harus cukup memadai
untuk menunjang kelancaran tugas tersebut. Secara kualitas, karena bidang tugas
yang ditangani, menyangkut bidang yang lebih luas yang menuntut kemampuan atau
Dipenda, maka salah satu persoalan yang dapat dianggap sangat krusial karena
mempunyai implikasi yang cukup luas adalah pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
tahun ke depan Dipenda akan kehilangan sekitar 600 personil dari jumlah 1.421 PNS
yang ada sekarang, karena memasuki masa pensiun. Berkurangnya jumlah pegawai
dalam jumlah yang cukup besar akan membawa implikasi yang cukup luas, bukan
kompetensi stretejik.
3
b. Terjadinya distribusi pegawai yang timpang. Indikasi ini dapat diketahui dari
pegawai ini tidak hanya dalam pengertian jumlah (kuantitas) tetapi juga
c. Masih adanya budaya status quo dan resisten terhadap perubahan. Masih
banyak dijumpai dikalangan pegawai yang merasa sudah mapan dengan kondisi
yang ada dan sudah merasa nyaman ditempat (lokasi) yang sama. Ungkapan yang
sering terdengar adalah “lebih baik menjadi staf sampai pensiun ditempat yang
sama, dari pada dipromosikan di daerah lain”. Kondisi ini mempersulit pimpinan
melaksanakan mutasi dan rotasi dalam rangka penyegaran dan promosi. Akibatnya,
terjadi ketimpangan jumlah maupun kualitas pegawai pada suatu Unit Kerja. Selain
itu, masih adanya budaya menolak, baik secara terbuka (manifest), terlebih-lebih
pejabat struktural eselon III dan IV belum sepenuhnya didasarkan pada standar
Hal ini dapat dilihat dari masih belum adanya model dan standarisasi sistem
e. Sistem rekruitmen melalui fit and proper test yang dikembangkan di Badan Diklat
Propinsi selama ini sebagai bagian integral dari sistem rekruitmen pejabat struktural
4
dilingkungan Dipenda. Hal ini terkait dengan instrumen yang dikembangkan masih
kompetensi teknis yang dibutuhkan Dipenda. Demikian juga, kriteria penilaian untuk
promosi Jabatan Struktural Eselon III dan Eselon IV sebagaimana Surat Edaran
administratif yang bersifat umum, seperti kepangkatan, pendidikan formal dan diklat
mengharuskan Dipenda membenahi manajemen SDM-nya kearah yang lebih baik. Salah
satu aspek manajemen SDM aparatur yang dianggap sangat penting dan mendesak
untuk dibenahi adalah menyangkut rekruitmen pejabat struktural eselon III dan IV. Hal
ini terkait dengan semakin beratnya beban tugas yang diemban Dipenda pada tahun-
akan semakin meningkat. Pada saat yang bersamaan Dipenda dihadapkan pada
kualitas serta semakin kuatnya tekanan publik akan peningkatan kualitas pelayanan.
pejabat eselon III dan IV dilingkungan Dipenda berdasarkan sistem penilaian dengan
menggunakan kriteria dan standarisasi yang terstruktur dan terukur, transparan dan
5
agar personil yang menduduki jabatan struktural akan terpilih personil–personil yang
mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan jabatan yang didudukinya. Hal ini dirasakan
sangat penting untuk menghindari adanya unsur KKN dalam proses rekruitmen pejabat
Tidak dapat dipungkiri bahwa Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor
pemerintah untuk mencapai visi dan misinya. Oleh karena itu, pengembangan sumber
daya manusia merupakan faktor strategis yang mutlak dikembangkan pada semua
tingkatan dan kegiatan organisasi. Untuk mengoptimalkan fungsi sumber daya manusia
Pegawai Negeri Sipil (MPNS)” yang dikonsepsikan sebagai keseluruhan upaya untuk
Negeri.
6
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sasaran utama pengembangan
profesionalisme seluruh Pegawai Negeri Sipil pada semua tingkatan pemerintahan agar
kinerja pelayanan dapat meningkat dari waktu ke waktu, sesuai dengan tuntutan
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan
keteraturan kerja, sikap yang rasional dan tidak emosional, dedikasi, loyalitas pada
Dipenda, sehingga mampu melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai aparat pemungut
sumber-sumber pendapatan asli daerah serta aparat yang melayani masyarakat dengan
7
Faktor Kunci Peningkatan Profesionalisme PNS
a. Komitmen terhadap visi, misi, organisasi, tujuan dan konsistensinya dalam
melaksanaan kebijakan negara serta peraturan perundangan yang berlaku ;
b. Wewenang dan tanggung jawab ;
c. Keikhlasan dan kejujuran ;
d. Integritas dan profesionalisme ;
e. Kreativitas dan kepekaan (sensitivitas) terhadap lingkungan tugas ;
f. Kepemimpinan dan keteladanan ;
g. Kebersamaan dan dinamika kelompok/organisasi ;
h. Ketepatan (keakurasian) dan kecepatan ;
i. Rasionalitas dan emosi ;
j. Keteguhan dan ketegasan ;
k. Disiplin dan keteraturan bekerja ;
l. Keberanian dan kearifan dalam mengambil keputusan ;
m. Dedikasi dan loyalitas ;
n. Semangat dan motivasi ;
o. Ketekunan dan kesabaran ;
p. Keadilan dan keterbukaan ;
q. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas atau pekerjaannya.
seseorang terhadap bidang tugas yang ditekuninya. Menurut Usman (2000) kompetensi
dapat didefinisikan sebagai perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
untuk menjadikan seorang pegawai negeri menjadi profesional. Artinya tanpa memiliki
profesionalisme. Berkaitan dengan hal tersebut, Badan Kepegawaian Negara (BKN) telah
dimiliki oleh seorang pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keahlian dan sikap
8
perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya. Standar kompetensi,
dibagi dua, yaitu : (1) Kompetensi Umum, yaitu kemampuan dan karakteristik yang
harus dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan dan perilaku yang
Kompetensi Khusus, yaitu kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang
Pegawai Negeri Sipil berupa keahlian untuk melaksanakan tugas jabatan Struktural yang
dipangkunya.
Oleh karena standar kompetensi yang dibutuhkan dalam jabatan struktural eselon
III berbeda dengan eselon IV, maka dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian
Negara tersebut juga melampirkan standar kompetensi umum dan kompetensi khusus
9
Standar Kompetensi Umum Jabatan Struktural Eselon III
a. Mampu memahami dan mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance)
dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab organisasinya;
b. Mampu memberikan pelayanan-pelayanan yang baik terhadap kepentingan publik
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab unit organisasinya ;
c. Mampu berkomunikasi dalam bahasa inggris ;
d. Mampu melakukan pengorganisasian dalam rangka pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab unit organisasinya ;
e. Mampu melakukan pendelegasian wewenang terhadap bawahannya ;
f. Mampu mengatur/mendayagunakan sumberdaya-sumberdaya untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan tugas unit organisasi ;
g. Mampu membangun jaringan kerja/melakukan kerjasama dengan instansi-instansi
terkait dalam organisasi maupun di luar organisasi untuk meningkatkan kinerja unit
organisasinya ;
h. Mampu melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam unit organisasinya ;
i. Mampu menumbuh-kembangkan inovasi, kreasi dan motivasi pegawai untuk
mengoptimalkan kinerja unit organisasinya ;
j. Mampu menetapkan kegiatan-kegiatan yang tepat dalam rangka peningkatan
kualitas sumber daya manusia dalam unit organisasinya ;
k. Mampu mendayagunakan teknologi informasi yang berkembang dalam menunjang
kelancaran pelaksanaan tugas ;
l. Mampu menetapkan kegiatan-kegiatan pengawasan dan pengendalian dalam unit
organisasinya ;
m. Mampu memberikan akuntabilitas kinerja unit organisasinya ;
n. Mampu melakukan evaluasi kinerja unit organisasinya/unit organisasi dibawahnya
dan menetapkan tindak lanjut yang diperlukan ;
o. Mampu memberikan masukan-masukan tentang perbaikan-perbaikan/
pengembangan program kepada pejabat atasannya tentang kebijakan-kebijakan
maupun pelaksanaannya.
10
Standar Kompetensi Umum Jabatan Struktural Eselon IV
a. Mampu memahami dan mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance)
dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab organisasinya;
b. Mampu memberikan pelayanan prima terhadap publik sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab unit organisasinya ;
c. Mampu melaksanakan pengorganisasian dalam rangka pelaksanaan tugas dan
tanggung jawab unit organisasinya ;
d. Mampu mengatur/mendayagunakan sumberdaya untuk mendukung kelancaran
pelaksanaan tugas unit organisasi ;
e. Mampu mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan kewenangan dan prosedur
yang berlaku di unit kerjanya ;
f. Mampu membangun jaringan kerja/melakukan kerjasama dengan unit-unit terkait baik
dalam organisasi maupun di luar organisasi untuk meningkatkan kinerja unit
organisasinya ;
g. Mampu melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam unit organisasinya ;
h. Mampu menumbuh-kembangkan inovasi, kreasi dan motivasi pegawai untuk
mengoptimalkan kinerja unit organisasinya ;
i. Mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam rangka peningkatan kualitas sumber
daya manusia dalam unit organisasinya ;
j. Mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan pengawasan dan pengendalian dalam unit
organisasinya ;
k. Mampu memberikan akuntabilitas kinerja unit organisasinya ;
l. Mampu melakukan evaluasi kinerja unit organisasi dan para bawahannya dan
menetapkan tindak lanjut yang diperlukan ;
m. Mampu memberikan masukan-masukan tentang perbaikan-perbaikan/ pengembangan-
pengembangan kegiatan kepada pejabat diatasnya
bentuk aslinya, sehingga masih bersifat umum (universal) dan abstrak, sehingga masih
diperlukan modifikasi disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh
Selain itu, karena standar kompetensi tersebut masih bersifat abstrak, maka masih
dianggap sangat relevan dengan tugas pokok dan fungsi Dipenda dapat dibagi menjadi
11
Standar Kompetensi Jabatan Struktural III dan IV dilingkungan Dipenda
1. KOMPETENSI TEKNIS, adalah kemampuan, keahlian dan kecakapan seorang
pegawai negeri sipil dilingkungan Dipenda dalam memahami dan melaksanakan
berbagai aspek menyangkut teknis pemungutan pendapatan asli daerah dan aspek
pelayanan kepada masyarakat, mulai dari landasan hukum dan kebijakan-kebijakan
yang mendasarinya sampai pada mekanisme, sistem dan prosedur yang dituangkan
dalam berbagai bentuk, seperti : Program Kerja (PK), Petunjuk Operasional (PO),
Petunjuk Teknis (Juknis), dan Prosedur Tetap (Protap).
2. KOMPETENSI MANAJERIAL, adalah kemampuan, keahlian dan kecakapan seorang
pegawai negeri dilingkungan Dipenda dalam memahami dan melaksanakan aspek-aspek
manajerial, mulai dari merencanakan, melaksanakan, mengkoordinasikan, sampai
mengevaluasi dan mengawasi sistem pemungutan sumber-sumber pendapatan asli
daerah, sehingga berdampak pada peningkatan kontribusi PAD yang meningkat dari
waktu ke waktu dalam struktur APBD Propinsi Jawa Timur serta mengembangkan
sistem pelayanan pada semua simpul-simpul (unit-unit) pelayanan untuk menciptakan
pelayanan yang terbaik bagi masyarakat (pelayanan prima), sehingga kepuasan relatif
yang diterima dan dirasakan oleh masyarakat terhadap penyelenggaraan pelayanan
akan semakin meningkat.
3. KOMPETENSI SOSIAL, adalah kemampuan, keahlian dan kecakapan seorang pegawai
negeri dilingkungan Dipenda dalam memahami dan merasakan (empati) serta
merespons perkembangan dan dinamika aspirasi masyarakat, khususnya para wajib
pajak dan wajib retribusi dalam memperjuangkan dan menuntut hak-hak mereka pada
lembaga pelayanan publik. Termasuk dalam pengertian ini adalah pertanyaan,
usul/saran, pegaduan, keluhan dan bahkan hujatan dari masyarakat, baik yang
mengatasnamakan individu, kelompok, maupun lembaga formal dan informal yang
disampaikan secara langsung maupun tidak langsung kepada individu/pejabat atau
lembaga yang berada dalam lingkungan Dipenda.
4. KOMPETENSI STRATEJIK, adalah kemampuan, keahlian dan kecakapan seorang
pegawai negeri sipil dilingkungan Dipenda dalam mengembangkan dan menerapkan
ide-ide baru dan inovasi-inovasi baru yang kreatif dan konstruktif yang berdampak pada
peningkatan kinerja lembaga. Termasuk dalam pengertian ini adalah kemampuan untuk
mengindentifikasi dan menganalisis masalah yang strategis yang berpotensi
mengganggu peningkatan kinerja organisasi serta mencari alternatif solusi terbaik
terhadap masalah-masalah tersebut.
12
2.1.4. Rekruitmen Pejabat Struktural Eselon III dan IV
pengembangan kualitas, penempatan, seleksi dan promosi Pegawai Negeri Sipil. Oleh
karena itu, rekruitmen dapat dianggap sebagai bagian penting dalam pengembangan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (MPNS). Mengacu pada beberapa konsep sebagaimana
telah dikemukakan di atas, maka Rekruitmen Pejabat Struktural Eselon III dan
proses rekruitmen pejabat eselon III dan eselon IV dilingkungan Dipenda adalah
menentukan variabel dan indikator yang menjadi dasar penilaian bagi Tim Penilai.
Variabel dan indikator penilaian tersebut harus mengacu pada tugas pokok dan fungsi
dengan menyusun serangkaian pertanyaan tertutup dan terbuka dalam bentuk pilihan
berganda dan esai, diskusi, wawancara, presentasi dan observasi. Jawaban atas
13
a. NILAI, adalah penilaian dari persyaratan administratif, dan hasil test lisan, tertulis,
wawancara, diskusi, presentasi dan observasi yang diberikan oleh Tim Penilai. Tim
Penilai dapat memberikan nilai dalam bentuk huruf, seperti A, B, C, D dan E yang
nantinya akan dikonversikan menjadi nilai atau dengan langsung memberikan nilai
berupa angka. Nilai akhir setiap indikator adalah nilai rata-rata dari hasil test
tertulis dan test lisan.
b. BOBOT, adalah konstanta yang ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama.
Fungsinya sebagai pengganda. Besar kecilnya bobot harus merefleksikan kualitas
dan relevansi dari masing-masing indikator yang akan diuji terhadap tupoksi
jabatan yang akan diduduki.
c. SKOR, adalah hasil perkalian antara nilai dan bobot (konstanta). Skor adalah hasil
akhir yang diperoleh calon pejabat dari serangkaian test yang dilaksanakan.
d. RANKING, adalah pengurutan nilai skor untuk mengetahui nilai dari masing-
masing calon. Ranking teratas secara otomatis menjadi kandidat yang akan
dipromosikan menduduki jabatan struktural.
Daftar variabel dan indikator penilaian secara lengkap dapat dilihat pada lampiran.
sebagai berikut :
Tahap ini merupakan tahap persiapan, ditandai dengan beberapa kondisi dan
a. Adanya lowongan jabatan struktural eselon III dan IV yang kosong yang harus diisi.
Kekosongan jabatan ini disebabkan oleh pejabat yang lama memasuki masa pensiun,
dimutasi atau dipromosikan ke instansi lain, adanya pelanggaran atau kasus berat
mengalami sakit yang permanen atau meninggal dunia. Dalam kasus-kasus tertentu
14
b. Dengan dasar hasil indentifikasi dan inventarisasi terhadap jabatan yang kosong
tersebut, Kepala Dinas mengirimkan surat edaran kepada seluruh Unit Kerja (UPTD,
Sub Dinas dan Bagian Tata Usaha) untuk mengajukan personil-personil yang
dilakukan oleh masing-masing Kepala Unit Kerja dianggap mempunyai kemauan dan
calon pejabat struktural eselon IV, sedangkan untuk calon pejabat struktural eselon
c. Berdasarkan Surat Edaran Kepala Dinas, Kepala Unit Kerja (UPTD, Sub Dinas dan
ditempatkan di seluruh wilayah Propinsi Jawa Timur, dan (b) ditugaskan diseluruh
bagian atau Unit Kerja yang ada dalam struktur organisasi Dipenda.
d. Nama-nama yang diajukan oleh masing-masing Kepala Unit Kerja, oleh Bagian Tata
dengan persyaratan administratif yang bersumber dari data-data historis yang ada,
e. Kepala Dinas mengirimkan Surat Panggilan kepada para calon pejabat struktural
yang telah memenuhi persyaratan melalui Kepala Unit Kerja masing-masing untuk
melaksanakan serangkaian test pada tempat dan waktu yang telah ditentukan.
15
2.3.2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan test terhadap semua calon pejabat
bagian penting, karena menjadi bagian terbesar penilaian dari seluruh rangkaian
rekruitmen. Dalam hal ini ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan.
a. Pelaksanaan test dilakukan secara terulis (cheklist dan essay), dan secara lisan yang
b. Pelaksanaan test untuk calon pejabat eselon III dan IV tidak selalu bersamaan, baik
waktu maupun tempat. Hal ini harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
kebutuhan Dipenda.
c. Pelaksanaan test dapat dilakukan secara manual atau secara interaktif dengan
pengoperasian teknologi komputer masih belum merata, disarankan pada tahap awal
pelaksanaan test dilakukan secara manual. Pada tahap berikutnya pelaksanaan test
sehingga lebih efisien dari segi waktu maupun biaya serta proses perhitungan nilai
d. Seluruh calon pejabat struktural eselon III maupun IV pada dasarnya mengikuti
semua materi test yang sama. Unsur penilaian terletak pada besar atau kecilnya
III lebih ditekankan pada variabel kompetensi manajerial, kompetensi sosial dan
16
komptensi stratejik, untuk eselon IV lebih ditekankan pada variabel kompetensi
teknis.
a. Tahap pertama : Test tertulis yang mencakup materi soal seluruh kompetensi
yang ada.
Penguji. Untuk eselon III tahapan ini bersifat wajib dilaksanakan, sedangkan
untuk eselon IV bersifat pilihan, tergantung dari jumlah peserta dan lamanya
kelompok lain dan Tim Penguji untuk didiskusikan. Tahap ini bersifat wajib
dilaksanakan, bagi seluruh calon pejabat struktural eselon III maupun eselon IV.
e. Tahap kelima : Test Psikologi. Pelaksanaan test ini dilakukan oleh pihak
konsultan psikologi dan wajib diikuti seluruh calon pejabat struktural eselon III
Untuk Eselon III bersifat wajib, sedangkan untuk eselon IV tergantung dari
17
pelaksanaannya dapat dilakukan setelah semua rangkaian test sebelumnya
Tahap ini merupakan finalisasi dari rangkaian proses rekruitmen, ditandai dengan
c. Penilaian oleh Pimpinan (Kepala Dinas), setelah semua nilai dari test sebelumnya
kebijakan pimpinan dan organisasi. Hal-hal lain yang dapat juga dikaitkan
semua nilai dikumpulkan, termasuk penilaian dari Pimpinan (Kepala Dinas). Dalam
Lowongan Dikali Dua. Artinya, kalau lowongan yang akan diisi sebanyak 5
jabatan, maka ranking terbesar yang diambil adalah 10 besar, demikian seterusnya.
masing-masing Kepala Unit Kerja harus melebihi lowongan jabatan yang diisi.
18
e. Proses pengumpulan, pengolahan dan penyajian laporan seluruh hasil test tertulis
dan test lisan dilakukan oleh Bagian Tata Usaha (Sub Bagian Kepegawaian).
Tim Penilai atau Tim Penguji adalah orang atau kelompok orang atas nama
pribadi atau lembaga/unit kerja yang ditugaskan secara resmi berdasarkan Surat
Keputusan Kepala Dinas untuk melaksanakan penilaian dari serangkaian test tertulis dan
test lisan (wawancara, diskusi dan persentasi) terhadap seluruh calon yang
diikutsertakan dalam proses rekruitmen pejabat struktural eselon III dan IV.
diwakili Tim Baperjakat, terdiri dari: (1) Kepala Dinas, (2) Wakil Kepala Dinas, (3)
Kepala Sub Dinas Pembinaan dan Pengawasan, dan (4) Kepala Bagian Tata Usaha.
Sedangkan, yang bersifat Fungsional, diwakili oleh Kepala-kepala Sub Dinas Teknis
b. Tim Penilai/Tim Penguji yang berasal dari luar (eksternal). Tim ini terdiri dari
dua unsur, yaitu unsur yang berasal dari perguruan tinggi (akademisi) dan lembaga
konsultan psikologi. Tim ini, mempunyai hak memberikan nilai sesuai dengan hasil
test, dan membuat catatan-catatan tentang kompetensi yang dimiliki serta kondisi
19
2.3.5. Materi Test.
Semua materi test tertulis dan test lisan harus dipersiapkan secara matang dan
harus mampu mengakomodasi semua variabel dan indikator penilaian yang telah
a. Kumpulan soal test atau bank data (database) soal-soal test merupakan dokumen
maupun penyimpanannya.
b. Materi soal untuk test tertulis dan test lisan bersumber dari berbagai pihak yang
c. Untuk menjaga agar materi soal-soal tetap relevan dengan kondisi kekinian, harus
dilakukan koreksi (updating) dari waktu ke waktu disesuaikan dengan arah kebijakan
pimpinan dan isu-isu aktual dan kontekstual yang berkembang saat itu.
20