You are on page 1of 41

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASMA KRONIK

DENGAN MASALAH BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK


EFEKTIF

KARYA TULIS ILMIAH

APRILIANA

2010701032

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN


JAKARTA

FAKULTAS ILM KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA TIGA

2023
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ASMA KRONIK
DENGAN MASALAH BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK
EFEKTIF

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli


Madya Keperawatan

APRILIANA

2010701032

UNIVERSITAS PEMBANGNAN NASIONAL VETERAN


JAKARTA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN DIPLOMA TIGA

2023
i

KATA PENGANTAR

Segala Puji kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Judul yang dipilih didalam penelitian ini yaitu
“Asuhan Keperawatan Pada Klien Asma Dengan Masalah Bersihan Jalan Nafas
Tidak Efektif” yang dilaksanakan sejak 20 Februari 2023. Terimakasih penulis
ucapkan kepada Bapak Dr. Drg, Wahyusulistiadi, MARS selaku Dekan Fikes
UPNVJ, kepada Ibu Ns. Laksita Barbara, S.Kep M.N sebagai Kepala Program Studi
serta saya ucapkan terimakasih kepada Ibu Ns. Cut Sarida Pompey, S.Kep, MNS
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak saran kepada penulis,
masukan, dan pengarahan kepada penulis. Tidak lupa kepada klien Ny. T yang telah
bersedia untuk dilakukan penelitian pada Karya Tulis Ilmiah penulis

Penulis ucapkan terimakasih juga kepada kedua orang tua saya yaitu Bapak Misdi
dan Ibu Kusmiati serta kakak Lisna yang selalu memberikan dukungan dan doa yang
di panjatkan, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada sahabat saya
dirumah terutama (Ratna, Rafika, Tari) dan teman-teman saya di kampus yang selalu
memberikan support dukungan dan motivasi serta memberikan saran dalam
penyelesaian penelitian ini.

Jakarta, 25 Februari 2023

Apriliana
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………………. i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR TABLE…………………………………………………………………iv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………v
DAFTAR BAGANC………………………………………………………………vi
BAB I……………………………………………………………………………………………………………………………..1
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………………………………..1
I.1. Latar Belakang..........................................................................................1
I.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
I.3. Tujuan Karya Tulis Ilmiah........................................................................2
I.3.1 Tujuan Umum........................................................................................2
I.3.2 Tujuan Khusus.......................................................................................5
I.4. ManfaatKarya Tulis Ilmiah.......................................................................5
I.4.1 Bagi Klien..............................................................................................5
I.4.2 Bagi Perawat..........................................................................................5
I.4.3 Bagi Penulis...........................................................................................6
I.4.4 Bagi Institusi..........................................................................................6
I.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya.......................................................................6
BAB II…………………………………………………………………………………………………………………………..7
TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………………………………………7
II.1. Landasan Teori..........................................................................................7
II.1.1. Pengertian Asma................................................................................7
II.1.2. Etiologi Asma....................................................................................7
II.1.3. Manifestasi Klinis Asma....................................................................8
II.1.4. Klasifikasi Asma................................................................................9
II.1.5. Patofisiologi.......................................................................................9
II.1.6. Komplikasi Asma.............................................................................10
II.1.7. Penatalaksanaan...............................................................................11
II.1.8. Konsep AsuhanKeperawatan Pada Klien Asma .............................13
II.1.9. Konsep Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif....................................19
II.1.10. Posisi Semi Fowler...........................................................................21
II.1.11 Batuk Efektif…………………………………………………...….22
II.2. Kerangka Teori........................................................................................23
II.3. Table Penelitian Terdahulu.....................................................................24
BAB III………………………………………………………………………………………………………….……………29
iii

METODE PENELITIAN………………………………………………………………………………………….29
III. 1 Kerangka Konsep....................................................................................29
III. 2 Desain Penelitian.....................................................................................30
III. 3 Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................30
III.3.1 Lokasi...............................................................................................30
III.3.2 Waktu...............................................................................................30
III. 4 Instrumen Penelitian................................................................................30
III. 5 Metode Pengumpulan Data.....................................................................31
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….32
iv

DAFTAR TABEL
v

DAFTAR GAMBAR
vi

DAFTAR BAGANC
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Asma merupakan suatu penyakit heterogen yang menyerang individu
dari segala usia (Ilmarinen et al., 2021). Menurut Global Initiative for Asthma
GINA (2021), menjelasan bahwa asma adalah suatu penyakit heterogen, yang
biasa ditandai dengan adanya peradangan pada saluran nafas kronis. Asma
merupakan kelainan berupa inflamasi kronik saluran nafas yang dapat
menyebabkan hiperreaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang
dapat menimbulkan gejala seperti mengi, batuk, sesak nafas dan dada terasa
berat terutama pada malam dan dini hari yang umumnya bersifat reversisibel
baik dengan atau tanpa pengobatan (Yulia, 2019).
Menurut Global Initiatif for Atshma (GINA), Asma merupakan
masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara-
negara yang sedang berkembang. Berdasarkan World Health Organization
(WHO) penyakit paru merupakan salah satu penyebab kematian. Asma
menduduki urutan ke lima dari penyakit paru yang dapat menyebabkan
kematian. Sebanyak 235 juta orang penderita dan diperkirakan angka ini akan
meningkat hingga 400 juta orang penderita pada tahun 2025 jika tidak
terkontrol dengan baik (Yulia, 2019).
Penyakit Asma telah menjadi masalah kesehatan global yang diderita
oleh seluruh kelompok usia. Di Indonesia asma masuk dalam sepuluh besar
penyebab kesakitan dan kematian. Kejadian asma dapat terjadi akibat
kemiskinan, kurangnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan fasilitas
pengobatan. Prevalensi nasional untuk penyakit asma sebesar 2,4%
(bedasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Sebanyak 9 provinsi yang
mempunyai prevalensi penyakit asma diatas prevalensi nasional, antara lain
adalah Nangro Aceh Darusalam diurutan pertama, diikuti oleh Jawa Barat,
Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi

1
2

Tengah, Sumatra Selatan, Gorontalo, dan Papua Barat. Sedangkan angka


kejadian asma di Provinsi Sumatera Selatan menurut data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) menunjukkan prevalensi sebesar 1,9 %, berdasarkan jenis
kelamin laki-laki sebanyak 2,3 % dan wanita lebih tinggi mencapai 2,5% dan
tersebar di setiap kabupaten/kota Palembang (RIKESDAS, 2018).
Prevalensi asma berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk semua
umur menurut (Riskesdas, 2018) dengan total prevalensi 2,79 % yaitu sekitar
73.285 penderita. Khusus nya di Kota Depok prevalensi asma mencapai 3,55
% yaitu sekitar 3.491 penderita asma. (Kementerian Kesehatan RI, 2019)
Dampak buruk asma meliputi penurunan kualitas hidup, produktivitas
yang menurun, peningkatan biaya kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit
dan bahkan kematian menurut (Amalia, 2020). Komplikasi asma yaitu
pneumothoraks, atelectasis, aspergilos, gagal nafas, dan bronkitis menurut
(Ambarwati, 2020).
Menurut Global Initiative for Asthma GINA (2021), menjelaskan
bahwa asma adalah suatu penyakit heterogen, yang biasanya ditandai dengan
adanya peradangan pada saluran napas kronis. Hal ini ditentukan oleh riwayat
gejala pernapasan seperti mengi, sesak napas, dada sesak, dan batuk yang
sangat lama dalam intensitas. Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah
ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten. Adapun tanda dan gejala yang
ditimbulkan seperti, batuk tidak efektif, sputum berlebih, suara nafas mengi
atau wheezing dan ronkhi (Tim Pokja PPNI, 2017).
Berdasarkan gejala dan dampak yang ditimbulkan dari asma, maka
perlu dilakukan penanganan dan asuhan keperawatan, termasuk intervensi
untuk mengatasi bersihan jalan nafas antara lain posisi semi fowler dan batuk
efektif.
Posisi semi fowler merupakan posisi dengan setengah duduk, di mana
bagian kepala tempat tidur lebih tinggi . Posisi tidur semi fowler dengan sudut
45˚ menghasilkan kualitas tidur yang lebih baik bagi pasien dengan gangguan
3

jantung karena posisi semi fowler akan mempengaruhi keadaan curah jantung
dan pengembangan rongga paru-paru pasien, sehingga sesak nafas berkurang
dan akan mengoptimalkan kualitas tidur pasien. Pengembangan rongga dada
dan paruparu akan menyebabkan asupan oksigen membaik, sehingga proses
respirasi akan kembali normal. (Asmara et al., 2021)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muzaki & Ani (2020),
menunjukkan hasil bahwa penerapan posisi semi fowler (posisi duduk 45°)
selama 3x24 jam sesuai dengan SOP membantu mengurangi sesak nafas dan
membantu mengoptimalkan RR pada klien sehingga masalah ketidakefektifan
pola nafas dapat teratasi.
Menurut penelitian Satria & Sahrudi (2020), ditemukan bahwa ada
efek penurunan frekuensi napas setelah diberikan posisi semi fowler, yaitu
sebelum diberikan posisi semi fowler rata-rata frekuensi pernapasannya
adalah 28 x/menit. Setelah diberikan posisi semi fowler, rata-rata frekuensi
pernapasan menjadi 21 x/menit yang dikategorikan pernapasan normal.
Menurut penelitian Maria et al., (2019), sebelum diberikan posisi semi
fowler rata-rata frekuensi pernapasan masuk kategori sesak yaitu 29 x/menit,
setelah diberikan posisi semi fowler rata-rata menurun menjadi 21 x/menit.
Batuk efektif adalah cara batuk yang benar. Batuk efektif dicapai
melalui gerakan yang telah direncanakan atau dilatih sebelumnya. Batuk yang
efektif dapat menghilangkan berbagai hambatan yang menghalangi atau
menutup jalan napas, dan cara batuk yang benar dapat menghemat energi,
membuat tidak lelah, dan mudah mengeluarkan dahak. Latihan ini juga
digunakan oleh kalangan medis sebagai terapi untuk mengeluarkan lendir
yang menyumbat saluran pernapasan (Zurimi, 2019). Latihan batuk yang
efektif adalah kegiatan perawat untuk membersihkan sekret jalan napas.
Latihan batuk efektif diberikan terutama pada klien dengan masalah
keperawatan, ketidakmampuan membersihkan jalan nafas secara efektif, dan
resiko tinggi infeksi saluran nafas bawah berhubungan dengan akumulasi
4

sekret jalan nafas yang sering disebabkan oleh penurunan kemampuan batuk
(Puspitasari et al., 2021).
Penelitian yang dilakukan oleh Ren et al., (2020) juga menyebutkan
bahwa latihan batuk efektif memiliki sedikit pengaruh pada pembersihan
secret. Menurut Sulistini et al., (2021) menyebutkan batuk efektif yang
dilakukan secara berkala dapat membuat saluran nafas bersih dari sputum.
Sama halnya dengan (Puspitasari et al., 2021) yang menyatakan bahwa
penerapan teknik batuk efektif dapat mengeluarkan sputum. Respon yang
didapat setelah latihan batuk efektif dari hari pertama sampai hari keempat
mengalami peningkatan yang cukup baik karena pasien mampu
mendemonstrasikannya dan dapat mengeluarkan dahak walau hanya sedikit-
sedikit dan mengalami peningkatan jumlah pengeluaran sputum yang
dikeluarkan perharinya.
Berdasarkan permasalahan yang dialami klien asma, maka perlu
dilakukan asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah bersihan jalan nafas
dan penerapan intervensi untuk mengatasi masalah tersebut. Oleh karena itu,
karya tulis ilmiah ini akan membahas tentang “Asuhan Keperawatan Pada
Klien Asma Kronik Dengan Masalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif”.

I.2 Rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka rumusan
masalah “Bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien asma kronik
dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif?”

I.3 Tujuan Karya Tulis Ilmiah


I.3.1 Tujuan Umum
Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk memperoleh gambaran
penerapan asuhan keperawatan pada klien asma dengan masalah
bersihan jalan nafas tidak efektif melalui proses pendekatan proses
5

keperawatan meliputi tahapan pengkajian, diagnosis keperawatan,


perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

I.3.2 Tujuan Khusus


a. Mampu melaksanakan pengkajian keperawatan pada klien asma
kronik dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.
b. Mampu melakukan analisa data dan menentukan masalah
keperawatan pada klien asma dengan masalah bersihan jalan
nafas tidak efektif.
c. Mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada klien asma
kronik dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.
d. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada klien asma
kronik dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.
e. Mampu melaksanakan impelementasi keperawatan pada klien
asma kronik dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.
f. Mampu mengevaluasi keperawatan pada klien asma kronik
dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.
g. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
asma kronik dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.

I.4 Manfaat Karya Tulia Ilmiah


Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi :
I.4.1 Bagi Klien
Karya tulis ilmiah ini memberikan penerapan asuhan keperawatan
yang dapat membantu klien agar dapat mengatasi masalah bersihan
jalan nafas tidak efektif
I.4.2 Bagi Perawat
a. Karya tulis ilmiah ini diharapkan mampu berkontribusi pada
asuhan keperawatan secara komprehensif untuk perawat
khususnya asuhan keperawatan pada klien asma.
6

b. Karya tulis ilmiah diharapkan mampu membuat perawat berpikir


kritis dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan pada klien
khususnya asuhan keperawatan dengan masalah asma.
I.4.3 Bagi Penulis
Karya tulis ilmiah ini diharapkan bermanfaat kepada penulis dalam
membuat dan menerapkan asuhan keperawatan terkait masalah asma
serta ilmu lainnya yang telah di peroleh selama menempuh pendidikan
di Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
I.4.4 Bagi Institusi
Bagi institusi, karya tulis ilmiah ini diharapkan mampu menjadi acuan
atau bahan referensi intitusi dalam memutuskan kebijakan-kebijakan
tindakan asuhan keperawatan khususnya masalah asma.
I.4.5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Karya tulis ilmiah ini diharapkan mampu menjadi acuan atau bahan
referensi peneliti selanjutnya dalam merumuskan tindakan asuhan
keperawatan kepada pasien khususnya masalah asma.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Landasan Teori

II.1.1 Pengertian

Asma merupakan suatu penyakit kelainan yang menyerang


individu dari segala usia (Ilmarinen et al., 2021). Asma merupakan
kelainan berupa inflamasi kronik saluran nafas yang dapat
menyebabkan hiperreaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
yang dapat menimbulkan gejala seperti mengi, batuk, sesak nafas dan
dada terasa berat terutama pada malam dan dini hari yang umumnya
bersifat reversisibel baik dengan atau tanpa pengobatan (Yulia,2019).

Asma merupakan suatu penyakit obstruksi saluran nafas yang


memberikan gejala-gejala batuk, mengi, dan sesak nafas. Masalah
utama pada pasien asma yang sering dikeluhkan adalah sesak nafas.
(Arifin, 2018).
Sehubung dengan ketiga definisi di atas, asma adalah suatu
kondisi dimana tubuh mengalami peradangan kronik saluran nafas yan
menyebabkan penyempitan saluran nafas, sehingga menyebabkan
gejala mengi (nafas yang berbunyi), sesak nafas, dan batuk.

II.1.2 Etiologi Asma


Adapun penyebab asma menurut Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI, 2022):

Penyebab asma masih belum diketahui secara pasti. Namun, ada


dugaan kondisi ini terkait dengan faktor genetik dan lingkungan.
Adapun pemicu asma itu sendiri dapat berbeda-beda pada tiap
penderita, antara lain:

7
8

1. Infeksi saluran pernapasan.


2. Alergen (zat pemicu alergi), seperti bulu hewan, debu, dan serbuk
bunga.
3. Paparan asap kimia, asap rokok, dan polusi udara.
4. Kondisi cuaca, seperti badai, udara dingin atau panas, cuaca
lembab atau berangin, serta perubahan suhu yang drastis.
5. Kondisi ruangan yang lembab, berjamur, atau berdebu.
6. Stres
7. Emosi yang berlebihan, misalnya kesedihan yang berlarut, marah
tak terkendali, atau tertawa terbahak-bahak.
8. Aktivitas fisik atau olahraga yang terlalu berat.
9. Obat-obatan, misalnya obat pereda nyeri anti-inflamasi non-
steroid dan obat penghambat beta.
10. Makanan atau minuman yang mengandung zat adiktif, misalnya
selai, udang, makanan olahan, makanan siap saji, minuman
kemasan sari buah, bir, dan wine.
11. Alergi makanan, misalnya pada udang atau kacang-kacangan.
12. Penyakit asam lambung (GERD).

II.1.3 Manifestasi Klinis

` Menurut Global Initiative for Asthma GINA (2021),


menjelaskan bahwa asma adalah suatu penyakit kelainan, yang
biasanya ditandai dengan adanya peradangan pada saluran napas
kronis. Hal ini ditentukan oleh riwayat gejala pernapasan seperti
mengi, sesak napas, dada sesak, dan batuk yang sangat lama dalam
intensitas.

Menurut Padila (2018), manifestasi klinis yang dapat ditemui


pada pasien asma diantaranya ialah keluhan sesak nafas mendadak,
disertai inspirasi yang pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi,
9

dan diikuti bunyi mengi (wheezing), batuk yang disertai serangan


nafas yang kumat kumatan. Pada beberapa penderita asma, keluhan
tersebut dapat ringan, sedang, atau berat dan sesak nafas timbul
mendadak, dirasakan makin lama makin meningkat atau tiba tiba
menjadi lebih berat.

II.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi asma juga dapat dinilai berdasarkan derajat


keparahan serangan, yang terbagi menjadi Serangan asma ringan,
Serangan asma sedang, Serangan asma berat, Serangan asma dengan
ancaman henti nafas menurut Haktanir Abul Mehtap, Phipatanakul
Wanda (2019).

II.1.5 Patofisiologi

Pada dua dekade yang lalu, penyakit asma dianggap


merupakan penyakit yang disebabkan karena adanya penyempitan
bronkus saja, sehingga terapi utama pada saat itu adalah suatu
bronkodilator, seperti betaegonis dan golongan metil ksantin saja.
Namun, para ahli mengemukakan konsep baru ayng kemudian
digunakan hingga kini, yaitu bahwa asma merupakan penyakit
inflamasi pada saluran pernafasan, yang ditandai dengan
bronkokonstriksi, inflamasi, dan respon yang berlebihan terhadap
rangsangan (hyperresponsiveness). Selain itu juga terdapat
penghambatan terhadap aliran udara dan penurunan kecepatan aliran
udara akibat penyempitan bronkus. Akibatnya terjadi hiperinflasi
distal, perubahan mekanis paru- paru, dan meningkatnya kesulitan
bernafasan. Selain itu juga dapat terjadi peningkatan sekresi mukus
yang berlebihan (Nelson, 2018).
10

(a) Paru Normal (b) Paru Dalam Serangan


Asma

II.1.6 Komplikasi Asma

a) Pneumothoraks
Suatu kondisi udara pada rongga pleura tercurigai adaya benturan
atau tusukan dada.
b) Atelectasis
Pengecilan paru-paru yang diakibatkan oleh adanya sumbatan
saluran udara ataupun pernafasan yang pendek.
c) Aspergilos
Suatu masalah pernapasan yang diakibatkan oleh jamur
Aspergillus sp.
d) Gagal nafas
Gagal nafas disebabkan oleh adanya perubahan oksigen dengan
karbondioksida pada paru dan tidak bisa mengatur oksigen serta
pembentukan karbondioksida pada sel tubuh.
e) Bronkitis
Keadaan lapisan pada daerah saluran nafas yang kecil dan odem.
(Ambarwati, 2020).
11

II.1.7 Penatalaksanaan

Tujuan utama dalam penatalaksanaan asma yaitu untuk meningkatkan


dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma bisa
melakukan aktivitas tanpa hambatan apapun.
1. Medis/ farmakologis
Obat pengontrol asma jangka panjang umumnya dikonsumsi
setiap hari diantaranya :
a) Inhalasi kortikosteroid, obat ini meliputi fluticasone,
budesonide, flunisolide, ciclesonide, beklometason,
mometasone, dan fluticasone furoate. Efek samping
penggunaan obat ini relative rendah jika digunakan dalam
jangka panjang bila dibandingkan dengan kortikosteroid oral.
b) Leukotriene modifier, obat ini membantu meringankan asma
dalam waktu 24 jam, obat ini meliputi montelukast,
zafirlukast, zileuton. Dalam kasus yang jarang terjadi
obatobatan ini dikaitkan dengan reaksi psikologis seperti
agitasi, halusinasi, depresi, dan pemikiran bunuh diri.
c) Agonis beta long acting. Obat ini meliputi salmeterol,
formoterol yang berfungsi dalam membuka saluran napas.
d) Inhaler kombinasi, dalam obat ini sudah mengandung
kortikosteroid dan aginis beta long acting, obat ini meliputi
fluticasone-salmeterol, budesonide-formoterol, dan
formoterol-mometasone.
e) Teofilin adalah obat rutin yang digunakan untuk membantu
dilatasi bronkus dengan merelaksasi otot-otot disekitar
saluran udara. (Scholastica, 2019) dikutip dari Meigita,
2020).

Obat pengontrol asma untuk kebutuhan pemulihan jangka


pendek yang cepat selama serangan asma terjadi meliputi:
12

f) Bronkodilator kerja cepat (short acting), bekerja dalam


beberapa menit untuk segera mengurangi gejala selama
serangan asma, obat ini meliputi albuterol, levalbuterol. Obat
ini digunakan dengan inhaler atau nebulizer portable.
g) Ipratropium, sering digunakan untuk emfisema dan
bronchitis kronis tetapi bisa juga digunakan untuk serangan
asma bronkiale.
h) Kortikosteroid oral dan intravena, obat-obatan ini meredakan
peradangan saluran napas yang disebabkan asma berat yang
termasuk obat ini antara lain prednisone dan
methylprednisolone. Obat ini dapat menimbulkan efek
samping yang serius bila digunakan dalam jangka panjang.
2. Terapi Non farmakologis
a) Edukasi/ penyuluhan
Dengan memberikan edukasi atau penyuluhan kepada
penderita asma bronchial atau keluarganya maka akan
menurunkan morbidity dan mortality, edukasi bisa
diberikan kepada siapapun termasuk profesi kesehatan dan
sebagainya.
b) Menilai dan memonitor asma secara berkala
Penilaian klinis asma secara berkala 1-6 bulan disebabkan
karena gejala dan derajat asma dapat berubah sehingga
dapat menentukan terapi yang tepat, pajanan pencetus
menyebabkan penderita mengalami perubahan asma.
c) Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
Penderita asma harus diidentifikasi faktor pencetus yang
menyebabkan asma tersebut pada lingkunganya, sehingga
bisa di ajarkan cara menghindari dan mengurangi factor
pencetus termasuk intake cairan yang cukup bagi klien.
d) Melatih teknik pernapasan Buteyko
13

Teknik pernapasan buteyko adalah teknik pernapasan yang


dikembangkan untuk mengontrol asma.
e) Menerapkan pola hidup sehat
Meningkatkan kebugaran fisik dengan olahraga salah
satunya dengan melakukan senam asma karena melatih dan
menguatkan otot-otot pernapasan, dengan menghentikan
pengunaan rokok, kenali lingkungan yang dapat berpotensi
menimbulkan asma
f) Posisi semi fowler
Posisi semi fowler merupakan posisi dengan setengah
duduk, di mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi.
Posisi semi fowler akan mempengaruhi keadaan curah
jantung dan pengembangan rongga paru-paru pasien,
sehingga sesak nafas berkurang dan akan mengoptimalkan
kualitas tidur pasien.
g) Latihan batuk efektif
Batuk efektif adalah cara batuk yang benar. Batuk efektif
ini dapat menghilangkan berbagai hambatan yang
menghalangi atau menutup jalan napas.

II.1.8 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Klien Asma


a. Pengkajian
1. Biodata
Asma baru dapat terjadi meyerang segala usia tetapi lebih
sering dijumpai pada usia dini. Separuh kasus timbul sebelum
10 tahun dan sepertiga kasus lainnya terjadi sebelum usia 40
tahun. Predisposisi lakilaki dan perempuan diusia sebesar 2 : 1
yang kemudian sama pada usia 30 tahun.
2. Riwayat Kesehatan
14

a. Keluhan utama Keluhan utama yang timbul pada klien


dengan asma baru adalah dispnea (sesak napas) sampai
bisa berhari-hari atau berbulan-bulan, batuk, dan mengi
(pada beberapa kasus lebih banyak paroksimal).
b. Riwayat kesehatan dahulu Terdapat data yang menyatakan
adanya factor predisposisi timbulnya penyakit ini, di
antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit
saluran nafas bagian bawah (rhinitis, urtikaria, dan
eskrim).
c. Riwayat kesehatan keluarga Klien dengan asma bronkial
sering kali didapatkan adanya riwayat penyakit keturunan,
tetapi pada beberapa klien lainnyatidak ditemukan adanya
penyakit yang sama pada anggota keluarganya.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Pemeriksaan dada dimulai dari torak posterior, klien
pada posisi duduk.
2) Dada diobservasi dengan membandikan satu sisi
dengan yang lainnya.
3) Tindakan dilakukan dari atas (apeks) sampai kebawah.
4) Ispeksi torak posterior, meliputi warna kulit dan
kondisinya, skar, lesi, massa, dan gangguan tulang
belakang, sperti kifosis, skoliosis, dan lordosis.
5) Catat jumlah,irama, kedalaman pernapasan, dan
kemestrian pergerakakan dada.
6) Observasi tipe pernapsan, seperti pernapasan hidung
pernapasan diafragma, dan penggunaan otot
bantupernapasan.
7) Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase
inspirasi (I) dan fase eksifirasi (E) Rasio pada fase ini
15

normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang


menunjukan adanya obstruksi pada jalan napas dan
sering ditemukan pada klien Chronic Airflow
Limitation (CAL) / Chornic obstructive Pulmonary
Diseases (COPD)
8) Kelainan pada bentuk dada.
9) Observasi kesemetrian pergerakan dada. Gangguan
pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi
dadamengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
10) Observasi trakea obnormal ruang interkostal selama
inspirasi, yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan
nafas.
b. Palpasi
1) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan
dada dan mengobservasi abnormalitas,
mengidentifikasikan keaadaan kulit, dan mengetahui
vocal/tactile premitus (vibrasi).
2) Palpasi toraks untuk mengetahui abnormalitas yang
terkaji saat inspeksi seperti : mata, lesi, bengkak.
3) Vocal premitus, yaitu gerakan dinding dada yang
dihasilkan ketika berbicara
c. Perkusi
a) Suara perkusi normal
1) Resonan (Sonor) : bergaung, nada rendah.
Dihasilkan pada jaringan paru normal.
2) Dullness : bunyi yang pendek serta lemah,
ditemukan diatas bagian jantung, mamae, dan hati
3) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di
atas perut yang berisi udara.
b) Suara perkusi abnormal :
16

1) Hiperrsonan (hipersonor) : berngaung lebih


rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul
pada bagian paru yang berisi darah.
2) Flatness : sangat dullness. Oleh karena itu,
nadanya lebih tinggi.Dapat didengar pada perkusi
daerah hati, di mana areanya seluruhnya berisi
jaringan.
d. Auskultasi
1) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna,
mencakup mendengarkan bunyi nafas normal, bunyi
nafas tambahan (abnormal), dan suara.
2) Suara nafas abnormal dihasilkan dari getaran udara
ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli,
dengan sifat bersih.
3) Suara nafas normal meliputi bronkial, bronkovesikular
dan vesikular.
4) Suara nafas tambahan meliputi wheezing, pleural
friction rub, dan crackles

b. Fokus Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian
klinis mengenai respon klien terhadap asalah kesehatan atau
proses kehidupan yang di alaminya baik yang berlangsung
aktual maupun potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017). Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan pada
klien dengan asma adalah :
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
hipersekresi jalan napas.

c. Fokus Intervensi Keperawatan


17

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang


dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan
dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
atau rencana keperawatan mencakup tindakan keperawatan
yang akan diberikan kepada pasien untuk mengatasi diagnosa
keperawatan dan mencapai hasil yang diharapkan. Rencana
keperawatan yang diberikan pada pasien asma bronkhial
dengan bersihan jalan napas tidak efektif mengacu pada
Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), yaitu :
1) SLKI
Bersihan jalan napas SLKI PPNI 2019 : Ekspektasi
meningkat
a. Batuk efektif meningkat
b. Produksi sputum menurun
c. Mengi (wheezing) menurun
d. Frekuensi napas membaik 16 – 20 kali permenit
e. Dispnea (sesak napas) membaik
f. Ortopnea (rasa tidak nyaman saat bernapas sambil
berbaring) membaik
g. Sianosis membaik
h. Gelisah membaik
i. Sulit bicara membaik
j. Pola napas membaik
2) SIKI
Manejemen jalan napas SIKI PPNI 2018 :
a. Observasi
1) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
18

2) Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling,


mengi, weezing, ronkhi kering)
3) Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
b. Terapeutik
1) Posisikan semi-Fowler atau Fowler
2) Berikan minum hangat
3) Lakukan fisioterapi dada
4) Lakukan hiperoksigenasi sebelum pengisapan
endotrakeal
5) Berikan oksigen
c. Edukasi
1) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari
2) Ajarkan teknik batuk efektif
d. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik

d. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas
spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasikan intervensi keperawatan. Tindakan-
tindakan pada intervensi keperawatan terdiri atas observasi,
terapeutik, edukasi dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP
PPNI, 2018).
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun
pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012 dikutip dari Februanti,
2019). Oleh karena itu, jika intervensi keperawatan yang
telah dibuat dalam perencanaan dilaksanakan atau
19

diaplikasikan pada pasien, maka tindakan tersebut disebut


implementasi keperawatan (Februanti, 2019).

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien
setelah dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang
asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009
dikutip dari Febuanti, 2019). Evaluasi keperawatan adalah
kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana
keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana, atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011 dikutip
dari Februanti 2019).
Perawat yang telah melakukan implementasi keperawatan,
maka tahap selanjutnya dalam proses keperawatan adalah
melakukan evaluasi keperawatan terhadap tindakan yang
telah diberikan. Evaluasi keperawatan merujuk pada tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan sesuai jangka waktu yang
dibuat (Februanti, 2019).

II.1.5 Konsep Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif


Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk
mempertahankan jalan nafas tetap paten. Adapun tanda dan gejala
yang ditimbulkan seperti, batuk tidak efektif, sputum berlebih, suara
nafas mengi atau wheezing dan ronkhi (Tim Pokja PPNI, 2017).
Bersihan jalan nafas tidak efektif merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami ancaman yang nyata atau potensial berhubungan
20

dengan ketidakmampuan untuk batuk secara efektif (Ninla et al.,


2019).

Bersihan jalan tidak efektif adalah obstruksi jalan nafas secara


anatomis atau psikologis pada jalan nafas mengganggu ventilasi
normal dengan di tandai adanya radang pada paru-paru yang
mengenai salah satu atau beberapa di lobus paru-paru karena adanya
bercak-bercak infiltrate yang disebabkan oleh virus, bakteri, jamur
dan benda asing yang masuk ke saluran pernafasan sehingga dengan
adanya infiltrate (virus, bakteri, jamur dan benda asing) menyebabkan
inflamasi pada bronkus, alveolus dan organ lainnya di sekitar jaringan
tersebut (Susilo et al., 2020). Ketika muncul inflamasi pada bronkus
tersebut karena penumpukkan secret akan timbul adanya demam,
batuk produktif, ronchi positif dan perasaan ingin mual disertai
muntah (Susilo et al., 2020).

a. Faktor yang berhubungan


Faktor penyebab dari ketidakefektifan bersihan jalan nafas
menurut (PPNI, 2017). ada dua yaitu : faktor fisiologis dan
faktor situasional.
1. Faktor fisiologis terdiri dari :
a) Spasme jalan nafas
b) Hipersekresi jalan nafas
c) Benda asing dalam jalan nafas
d) Adanya jalan nafas buatan
e) Sekresi tertahan
f) Hiperplasia dinding jalan nafas
2. Faktor situasional terdiri dari :
a) Merokok aktif
b) Merokok pasif
c) Terpajan polutan
21

b. Dampak dari bersihan jalan nafas tidak efektif


Dampak yang terjadi jika ketidakefektifan bersihan jalan nafas
tidak segera diatasi, dapat menimbulkan kekurangan oksigen
dalam sel tubuh .Sel tubuh yang kekurangan oksigen akan sulit
berkonsentrasi karena metabolism terganggu akibat kurangnya
suplai oksigen dalam darah. Otak merupakan organ yang sangat
sensitive terhadap kekurangan oksigen, apabila kekurangan
oksigen lebih dari lima menit dapat terjadi kerusakan sel otak
permanen.

II.1.10 Posisi Semi Fowler


Posisi semi fowler merupakan posisi dengan setengah duduk, di
mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi. Posisi tidur semi fowler
dengan sudut 45˚ menghasilkan kualitas tidur yang lebih baik bagi
pasien dengan gangguan jantung karena posisi semi fowler akan
mempengaruhi keadaan curah jantung dan pengembangan rongga
paru-paru pasien, sehingga sesak nafas berkurang dan akan
mengoptimalkan kualitas tidur pasien. Pengembangan rongga dada
dan paruparu akan menyebabkan asupan oksigen membaik, sehingga
proses respirasi akan kembali normal. (Asmara et al., 2021)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muzaki & Ani, (2020)
menunjukkan hasil bahwa penerapan posisi semi fowler (posisi duduk
45°) selama 3x24 jam sesuai dengan SOP membantu mengurangi
sesak nafas dan membantu mengoptimalkan RR pada klien sehingga
masalah ketidakefektifan pola nafas dapat teratasi (Muzaki & Ani,
2020).
Menurut penelitian Satria & Sahrudi (2020), ditemukan bahwa
ada efek penurunan frekuensi napas setelah diberikan posisi semi
fowler, yaitu sebelum diberikan posisi semi fowler rata-rata frekuensi
22

pernapasannya adalah 28 x/menit. Setelah diberikan posisi semi


fowler, rata-rata frekuensi pernapasan menjadi 21 x/menit yang
dikategorikan pernapasan normal.
Menurut penelitian Maria et al., (2019), sebelum diberikan posisi
semi fowler rata-rata frekuensi pernapasan masuk kategori sesak
yaitu 29 x/menit, setelah diberikan posisi semi fowler rata-rata
menurun menjadi 21 x/menit

II.1.11 Batuk efektif


Batuk efektif adalah cara batuk yang benar. Batuk efektif dicapai
melalui gerakan yang telah direncanakan atau dilatih sebelumnya.
Batuk yang efektif dapat menghilangkan berbagai hambatan yang
menghalangi atau menutup jalan napas, dan cara batuk yang benar
dapat menghemat energi, membuat tidak lelah, dan mudah
mengeluarkan dahak. Latihan ini juga digunakan oleh kalangan medis
sebagai terapi untuk mengeluarkan lendir yang menyumbat saluran
pernapasan (Zurimi, 2019).
Latihan batuk yang efektif adalah kegiatan perawat untuk
membersihkan sekret jalan napas. Latihan batuk efektif diberikan
terutama pada klien dengan masalah keperawatan, ketidakmampuan
membersihkan jalan nafas secara efektif, dan resiko tinggi infeksi
saluran nafas bawah berhubungan dengan akumulasi sekret jalan
nafas yang sering disebabkan oleh penurunan kemampuan batuk
(Puspitasari et al., 2021).
Penelitian yang dilakukan oleh Ren et al., (2020) juga
menyebutkan bahwa latihan batuk efektif memiliki sedikit pengaruh
pada pembersihan secret. Menurut Sulistini et al., (2021)
menyebutkan batuk efektif yang dilakukan secara berkala dapat
membuat saluran nafas bersih dari sputum
23

Sama halnya dengan (Puspitasari et al., 2021) yang menyatakan


bahwa penerapan teknik batuk efektif dapat mengeluarkan sputum.
Respon yang didapat setelah latihan batuk efektif dari hari pertama
sampai hari keempat mengalami peningkatan yang cukup baik karena
pasien mampu mendemonstrasikannya dan dapat mengeluarkan
dahak walau hanya sedikit-sedikit dan mengalami peningkatan
jumlah pengeluaran sputum yang dikeluarkan perharinya.

II.2 Kerangka Teori

Penyebab : Klasifikasi Asma :

1 Infeksi saluran pernapasan. Klasifikasi asma juga dapat


2 Alergen (zat pemicu alergi), dinilai berdasarkan derajat
3 Paparan asap kimia, asap keparahan serangan
rokok, dan polusi udara.
4 Kondisi cuaca 1. Serangan asma ringan
5 Kondisi ruangan berdebu. 2. Serangan asma sedang
6 Stres 3. Serangan asma berat
7 Aktivitas fisik atau olahraga 4. Serangan asma dengan
yang terlalu berat. ancaman henti nafas

ASMA

Bersihan Jalan Nafas Tidak


Tanda Gejala /
Efektif
Manifestasi Klinis :

1. Mengi
Penatalaksanaan
2. Sesak napas
3. Dada sesak
4. Batuk yang sangat Medis/Farmakologis Terapi Non
lama dalam Farmakologis

intensitas
24

II.3 Tabel Penelitian Terdahulu


No Penulis dan Judul Desain Penelitian Hasil Penelitian
Tahun

1 Rizqiana ASUHAN Metode : Hasil:


D.A, Indri KEPERAWATAN
Karya ilmiah ini Hasil analisis
H.S (2022) BERSIHAN
merupakan aplikasi menunjukan bahwa
JALAN NAFAS
setelah dilakukan
TIDAK EFEKTIF intervensi
intervensi saturasi
PADA keperawatan untuk
oksigen berubah
mendeskripsikan
PASIEN menjadi Spo2
pengkajian, analisa
BRONKHITIS 96x/menit,
data, rencana
DENGAN RR:24x/menit dan
keperawatan,
FISIOTERAPI pasien sudah dapat
DADA DI implementasi, mengeluarkan dahak
RUANG evaluasi dengan sehingga sesak nafas
EDELWEIS metode pendekatan sedikit berkurang dan
ATAS keperawatan, dapat disimpulkan
responden penelitian fisioterapi dada
RSUD
ini yaitu efektif untuk
KARDINAH
pengeluaran secret
KOTA TEGAL pasien yang
pada pasien
terdiagnosa
bronchitis.
Bronkhitis di ruang
edelweiss atas RSUD
Kardinah Kota Tegal.

2 Fransiska BUTEYKO Metode : Hasil :


K.N, Sri BREATHING
Metode yang penelitian
Yona (2021) TECHNIQUE
digunakan dalam menunjukan bahwa
(BBT)
25

TERHADAP penelitian ini adalah dari sepuluh studi


PERUBAHAN pencarian literatur percobaan Buteyko
NILAI PEAK menggunakan Breathing Technique
EXPIRATORY database online (BBT) yang ditelaah,
FLOW RATE seperti BBT secara
(PEFR) DAN Pubmed/Medline, signifikan
KUALITAS Proquest, Science mempengaruhi laju
HIDUP Direct, dan EBSCO. aliran puncak
PENDERITA ekspirasi/ Peak
ASMA Expiratory Flow Rate
(PEFR) dan kualitas
hidup pada penderit
asma dewasa.
Simpulan, teknik
pernapasan buteyko
terbukti cukup efektif
dalam meningkatkan
nilai PEFR dan
kualitas hidup pada
penderita asma, tanpa
adanya temuan efek
samping pada subyek
yang diteliti.

3 Fika Y.S, M. PENGARUH Metode : Hasil dan


Yamin POSISI SEMI Pembahasan :
Metode yang
(2020) FOWLER
digunakan dalam Berdasarkan 5 jurnal
UNTUK
pengumpulan jurnal yang telah di review
MENGURANGI
ini menggunakan hasil yang didapat
SESAK NAFAS
google scholar, setelah melakukan
26

PADA microsoft academia, identifikasi dan


ANGGOTA indonesia one search analisis pemberian
KELUARGA yang diterbitkan dari posisi semi fowler
DENGAN ASMA tahun 2014-2019. menunjukkan lebih
efektif duntuk
mengurangi sesak
nafas hal ini
dikarenakan posisi
semi fowler dapat
mengakibatkan otot
diafragma tertarik
kebawah sehingga
ekspansi paru lebih
optimal,
mempertahankan
kenyamanan dan
memfasilitasi fungsi
pernapasan. Otot
diafragma yang
tertarik kebawah
membuat oksigen
didalam paru-paru
semakin meningkat
sehingga
mempermudah dalam
bernapas.

4 Aini Q.A, REVIEW Metode : Hasil :


Rini ARTIKEL:
Metode yang Asma merupakan
Hendriani MANAJEMEN
dilakukan adalah penyakit yang banyak
27

(2020) TERAPI ASMA dengan menggunakan menyerang


pengumpulan data masyarakat. Gejala
yang diperoleh dari pasien yang memiliki
berbagai sumber asma banyak
jurnal penelitian dari diketahui seperti
Elsevier, mengi, batuk, nafas
ResearchGate, pendek, dan
Sciencedirect, dan nyeri/sesak pada
situs jurnal lain pada dada. Banyak faktor
tahun 2010-2019. risiko yang dapat
menyebabkan
terjadinya asma.
Beberapa cara dapat
digunakan untuk
mendiagnosa
penyakit asma seperti
melihat riwayat
medis, pemeriksaan
fisik dan pengukuran
objektif, pertanyaan
kunci yang
ditanyakan kepada
pasien. Manajemen
terapi dari pasien
yang terkena asma
meliputi obat pereda
dan pengontrol.

5 Rumentalia PEMENUHAN Metode: Hasil:


Sulistini, BERSIHAN
Kedua pasien
28

Aguscik, NAFAS Jenis penelitian mengeluh sesak


Maria Ulfa DENGAN deskriptif analitik napas, mengi dan
(2021) BATUK EFEKTIF dengan pendekatan batuk, Kedua
PADA ASUHAN sudi kasus untuk responden memiliki
KEPERAWATAN mengeksplorasi Riwayat asma
ASMA masalah asuhan bronkial,
BRONKIAL keperawatan pada Implementasi
pasien Asma bronkial Keperawatan asma
dalam pemenuhan bronkhial dengan
kebutuhan bersihan masalah Bersihan
jalan nafas. Jalan Napas Tidak
Efektif yang
dilakukan adalah
batuk efektif dan
posisi semifowler.
Kedua pasien
dilakukan Nebulizer
dan hsul observasi
pasien tenang dan
tidak sesak.

Kesimpulan :

Batuk efektif perlu


dikalukan secara rutin
dan penting untuk
diajarkan kepada
keluarga.
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Kerangka Konsep


Menurut Notoatmodjo (2018), kerangka konsep adalah kerangka
hubungan antara konsep-konsep yang akan diukur maupun diamati dalam
suatu penelitian. Sebuah kerangka konsep haruslah dapat memperlihatkan
hubungan antara variable-variabel yang akan diteliti.

Faktor pencetus : Penderita asma dengan bersihan jalan


nafas tidak efektif
Alergen bulu hewan/debu,
paparan asap kimia, asap
rokok, dan polusi udara, Asuhan Keperawatan pasien asma dengan
kondisi cuaca yang lembab bersihan jalan nafas tidak efektif
atau berangin, serta
perubahan suhu yang drastis,
kondisi ruangan yang Pengkajian keperawatan pada pasien
asma
lembab, berjamur, atau
berdebu, riwayat keturunan.

Diagnosa keperawatan bersihan jalan


nafas tidak efektif b.d hipersekresi
jalan nafas

Evaluasi
kperawatan Implementasi Intervensi Keperawatan
dapat dilihat dlakukan
1. Manajemen asma
dari TTV (TD, berdasarkan
2. Manajemen alergi
N, S, RR, intervensi
3. Manajemen jalan nafas
SpO2) keperawatan
4. Latihan batuk efektif

29
30

III.2 Desain Penelitian


Karya tulis ilmiah ini merupakan studi kasus yang berbentuk laporan
kasus untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada klien asma
dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif.

III.3 Lokasi dan Waktu Penelitian


III.3.1 Lokasi
Studi kasus ini dilakukan pada klien yang berdomisili di
wilayah kecamatan Limo, Depok Jawa Barat.

III.3.2 Waktu
Studi kasus ini dimulai dari perizinan yang diperoleh dari
Kaprodi Keperawatan, setelah itu penulis melakukan kontrak
waktu untuk melakukan pengkajian di Depok, kemudian
penulis mulai melakukan pengkajian pada klien dengan
masalah keperawatan Asma. Untuk detail waktu penelitian,
yakni pembuatan karya tulis ilmiah ini di mulai dari bulan
Februari 2023, kemudian pengkajian dan asuhan keperawatan
ini dilakukan pada bulan Februari hingga Maret tahun 2023
pada pukul 13.00-16.00 WIB dengan mengambil data dari
persetujuan klien yang menderita asma. Studi kasus ini
diselesaikan pada bulan Maret 2023.

III.4 Instrumen Penelitian


Instrumen dari penelitian ini yaitu terdiri dari :
a. Format pengkajian asuhan keperawatan
b. Format wawancara
c. Alat tulis
d. Alat perekam (handphone)
e. Nursing kit
31

f. Media edukasi leaflet

III.5 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti sekarang yaitu
dengan wawancara klien maupun keluarga klien, observasi atau
pemeriksaan fisik pada klien, dan studi dokumentasi dan pemberian
intervensi kepada pasien.
a. Metode wawancara
Dengan mengumpulkan data yang dilakukan dengan berinteraksi
langsung dengan responden yang diteliti dan memberi hasil secara
langsung pula. Pada studi kasus ini tindakan yang dilakukan yaitu
mewawancarai pengkajian awal klien dan keluarga untuk
memvalidasi data yang diperoleh dari pasien dan perawat lainnya.
b. Observasi
Dengan mengumpulkan data ini yaitu mengamati dan melakukan
pemeriksaan fisik langsung kepada klien yang bertujuan melihat
perkembangan dan keadaan pada hal yang diteliti. Data yang
diobservasi meliputi hubungan antara asuhan keperawatan dengan
asma (perubahan perilaku, konseling, pemberdayaan pasien, dan
dukungan).
c. Dokumentasi
Mengumpulkan data ini dilakukan dengan cara mencari dan
mengambil data yang berasal dari dokumentasi asli, mencakup,
riwayat penyakit pasien, pemeriksaan TTV, hasil pemeriksaan gula
darah sewaktu, asam urat, dan kolestrol. Metode ini bertujuan untuk
memberikan informasi detail tentang kondisi yag tidak didapat
melalui wawancara dan observasi langsung.
32

DAFTAR PUSTAKA
Asmara, W., Sari, S. A., & Fitri, N. L. (2021). Penerapan Pemberian Posisi Semi
Fowler Terhadap Kualitas Tidur Pasien Congestive Gagal Jantung. Jurnal
Cendikia Muda, 1(2), 159–165.

Amalia L, Irwan I, Hiola F. Analisis Gejala Klinis Dan Peningkatan Kekebalan


Tubuh Untuk Mencegah Penyakit Covid-19. Jambura J Heal Sci Res.
2020;2(2):71–6.

Ambarwati, R. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Asma Bronkial dengan


masalah Ketidakefektifan Pola Nafas di RSUD Bangil Pasuruan. 2507, 1–9.

Fauziyah, I., Fajriah, N. N., & Faradisi, F. (2021). Literature Review : Pengaruh
Batuk Efektif Untuk Pengeluaran Sputum Pada Pasien Tuberculosis. Anggraeni,
1516–1523. https://doi.org/https://doi.org/10.48144/prosiding.v1i.887

Global Initative for Asthma (GINA). (2021). GINA Report, Global Strategy for
Asthma Management and Prevention. Diakses dari
https://ginasthma.org/wpcontent/uploads/2021/05/Whats-new-in-GINA-
2021_final_V2.

Haktanir Abul Mehtap, Phipatanakul Wanda. 2019. Severe asthma in children:


Evaluation and Management. Epub: 14 Jan 2019.

Ilmarinen, P., Stridsman, C., Bashir, M., Tuomisto, L. E., Vähätalo, I., Goksör, E.,
Kankaanranta, H., Backman, H., Langhammer, A., Piirilä, P., Rönmark, E.,
Lundbäck, B., Nwaru, B. I., & Wennergren, G. (2021). Level of Education and
Asthma Control in Adult-Onset Asthma. Journal of Asthma, 1-20.
https://doi.org/10.1080/02770903.2021.1871742

Kementerian Kesehatan RI. (2019). Laporan Provinsi Jawa Barat, Riskesdas 2018. In
Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Muzaki, A., & Ani, Y. (2020). Penerapan Posisi Semi Fowler Terhadap
Ketidakefektifan Pola Nafas Pada Pasien Congestive Heart Failure (Chf).
Nursing Science Journal (NSJ), 1(1), 19–24. https://doi.org/10.53510/nsj.v1i1.16

Padila. (2018). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogjakarta : Sorowajan Baru.

Puspitasari, F., Purwono, J., & Immawati. (2021). Penerapan Teknik Batuk Efektif
Untuk Mengatasi Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
Pada Pasien Tuberkulosis Paru. Jurnal Cendikia Muda, 1(2), 230–235. Retrieved
from
https://www.jurnal.akperdharmawacana.ac.id/index.php/JWC/article/view/
33

205/116

Ren, S., Li, W., Wang, L., Shi, Y., Cai, M., Hao, L., Luo, Z., Niu, J., Xu, W., & Luo,
Z. (2020). Numerical Analysis of Airway Mucus Clearance Effectiveness Using
Assisted 156 Coughing Techniques. Scientific Reports, 10(1), 1–10.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7005022/

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Pravelensi Asma Berdasarkan Diagnosis Dokter pada
Penduduk Semua Umur menurut Provinsi.

Sulistini, R., Aguscik, & Ulfa, M. (2021). Pemenuhan Bersihan Nafas Dengan Batuk
Efektif Pada Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Jurnal Keperawatan
Merdeka(JKM), 2, 246–252.
https://jurnal.poltekkespalembang.ac.id/index.php/jkm/article/view/1008/507

Yulia, Anita., Dahrizal., & Lestari, Widia.(2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi
Terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma. Jurnal
Keperawatan Raflesia, Volume 1 No 1.

Zurimi, S. (2019). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi dengan


Pemberian Teknik Batuk Efektif Pada Pasien TB Paru. 2-TRIK: Tunas-Tunas
Riset Kesehatan, 9(3), 243–248.
http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik/article/view/2trik9309/9309

You might also like