You are on page 1of 14

Kelompok 9

MUDHARABAH
Mata Kuliah : Fatwa Bisnis Syariah
Dosen Pembimbing : Mohammad Jamaludin S.HI., M.H.

MUHAMMAD SULHAN AZZIZ


2114120421

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI ISLAM
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
TAHUN 2023 M/1445 H
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh. Segala puji bagi Allah


SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Kami mengucapkan
syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehat
fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas mata kuliah dengan judul “FATWA BISNIS SYARIAH”.
Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi teman-teman pembaca dan menjadikan amal
sholeh bagi penyusun makalah ini.
Amin Yaarobbal A’lamin.
Wassalamu’alaikum Warrohmatullahi Wabarokatuh.

Palangka Raya, September 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... .......2


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Mudharabah ..................................................................... 5
B. Dasar hukum Mudharabah ................................................................. 6
C. Implementasi Mudharabah di perbankan syariah ............................... 7
D. Ketentuan – ketentuan didalam Fatwa DSN ....................................... 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ..................................................................................... 12
B. Saran ............................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 14

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian fatwa menurut syara’ ialah menerangkan hukum syara dalam


suatu persoalan menjadi sebuah jawaban dari suatu pertanyaan, baik si penanya
itu jelas identitasnya maupun tidak, serta berbentuk perseorangan atau kolektif.

Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia mengartikan fatwa sebagai


jawaban (keputusan, pendapat) yang diberikan oleh mufti tentang suatu masalah.
Fatwa juga bermakna nasihat orang alim, pelajar baik, petuah. Sehingga dapat
disimpulkan fatwa adalah hasil ijtihad seorang mufti terhadap peristiwa hukum
yang diajukan kepadanya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Mudharabah ?


2. Apa saja dasar hukum Mudharabah ?
3. Bagaimana implementasi diperbankan syariah?
4. Apa saja ketentuan – ketentuaan di dalam fatwa DSN ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Mudharabah.


2. Untuk mengetahui apa saja dasar hukum Mudharabah.
3. Untuk mengetahui apa saja implementasi diperbankan syariah.
4. Untuk mengetahui apa saja ketentuan – ketentuaan di dalam fatwa DSN.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Mudharabah
Secara bahasa, mudharabah (‫ )مضاربة‬adalah kata dalam bahasa Arab
yang berasal dari akar kata "dharaba" yang memiliki arti "berdagang" atau
"mengambil bagian dalam usaha bersama." Dalam konteks keuangan Islam,
mudharabah merujuk pada perjanjian bisnis antara dua pihak di mana satu
pihak menyediakan modal (shahib al-mal) dan pihak lainnya bertanggung
jawab atas manajemen dan pelaksanaan usaha (mudharib). Keuntungan dari
usaha tersebut kemudian dibagi antara kedua pihak sesuai dengan
kesepakatan awal, sementara kerugian biasanya ditanggung oleh pemilik
modal. Jadi, secara bahasa, mudharabah mengacu pada konsep bisnis atau
kemitraan dalam melakukan usaha bersama dengan pembagian keuntungan
dan kerugian sesuai dengan perjanjian antara kedua pihak tersebut.1
Dalam konteks syariah Islam, mudharabah adalah suatu jenis
perjanjian bisnis atau investasi yang melibatkan dua pihak:
1. Shahib al-Mal: Ini adalah pihak yang menyediakan modal untuk usaha,
tetapi tidak terlibat dalam manajemen atau operasional sehari-hari usaha
tersebut. Shahib al-Mal memiliki peran sebagai pemilik modal.
2. Mudharib: Pihak ini adalah pengelola atau pelaksana usaha yang
bertanggung jawab atas manajemen, operasional, dan pelaksanaan
usaha. Mudharib menggunakan keahliannya dalam mengelola modal
yang diberikan oleh Shahib al-Mal.

Dalam perjanjian mudharabah, keuntungan dari usaha tersebut akan


dibagi antara Shahib al-Mal dan Mudharib sesuai dengan kesepakatan awal.
Pembagian ini biasanya disepakati dalam persentase tertentu. Namun, jika
usaha mengalami kerugian, maka kerugian tersebut biasanya ditanggung
oleh Shahib al-Mal, sementara Mudharib tidak berkewajiban untuk
mengganti kerugian tersebut. Mudharabah adalah salah satu bentuk

1
Faleel Jamaldeen

5
investasi atau kemitraan yang sah dalam hukum Islam, dan prinsip-
prinsipnya diatur oleh hukum syariah. Pihak-pihak yang terlibat dalam
mudharabah diharapkan untuk beroperasi dengan integritas dan
menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip etika Islam. 2

B. Dasar hukum mudharabah


Dasar hukum Mudharabah dalam Islam dapat ditemukan dalam
sumber-sumber utama hukum Islam, yaitu Al-Quran dan Hadis. Berikut
adalah penjelasan singkat mengenai dasar hukum Mudharabah: 3
1. Al-Qur’an: Beberapa ayat dalam Al-Quran memberikan dasar hukum
untuk Mudharabah. Salah satu ayat yang relevan adalah Surah Al-
Baqarah (2:286), yang menyatakan, "Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia akan mendapat (pahala)
dari (kebajikan) yang diusahakannya, dan ia akan mendapat (siksa) dari
(kejahatan) yang dikerjakannya." Ayat ini menegaskan prinsip adil
dalam pembagian keuntungan dan kerugian dalam Mudharabah.
2. Hadis: Hadis adalah catatan tentang perkataan dan tindakan Nabi
Muhammad SAW. Terkait dengan Mudharabah, terdapat hadis-hadis
yang memberikan panduan tentang konsep dan prinsip-prinsip
Mudharabah. Salah satu hadis yang terkenal adalah yang menyebutkan
bahwa Nabi Muhammad SAW pernah menyetujui perjanjian
Mudharabah antara Sahabat Abu Bakar dan seorang pedagang.
3. Ijma' (Kesepakatan Ulama): Selain Al-Quran dan Hadis, dalam Islam,
konsep Mudharabah juga diakui melalui ijma' atau kesepakatan ulama-
ulama besar dalam sejarah Islam. Ulama-ulama ini menyepakati dan
mengembangkan prinsip-prinsip Mudharabah berdasarkan panduan dari
Al-Quran dan Hadis.

2
Muhammad Taqi Usmani
3
Sheikh Nizam Yaquby

6
Jadi, dasar hukum Mudharabah dalam Islam dapat ditemukan dalam Al-
Quran, Hadis, dan kesepakatan ulama-ulama. Ini memberikan landasan
hukum yang kuat untuk praktik Mudharabah dalam keuangan Islam. 4

C. Implementasi di perbankan Syariah


Implementasi Mudharabah dalam perbankan syariah adalah salah
satu dari beberapa mekanisme keuangan Islam yang digunakan oleh bank-
bank syariah untuk menghimpun dana dari nasabah dan menggunakannya
dalam berbagai jenis usaha yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
Berikut adalah penjelasan secara jelas tentang bagaimana Mudharabah
diimplementasikan dalam perbankan syariah:5
1. Pihak-pihak yang Terlibat :
a. Bank Syariah: Bank syariah bertindak sebagai Mudharib (pengelola)
dalam perjanjian Mudharabah. Bank ini menggunakan dana yang
disediakan oleh nasabah pemilik modal untuk melakukan investasi
atau usaha yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
b. Nasabah Pemilik Modal: Nasabah yang menyediakan modal kepada
bank syariah disebut sebagai Shahib al-Mal. Mereka adalah pemilik
modal yang menginvestasikan uangnya melalui perjanjian
Mudharabah.
2. Pembagian Keuntungan : Keuntungan dari usaha yang dilakukan oleh
bank syariah dengan modal dari nasabah akan dibagi antara bank dan
nasabah sesuai dengan kesepakatan awal. Biasanya, pembagian
keuntungan dalam Mudharabah bersifat proporsional, di mana nasabah
dan bank mendapatkan persentase tertentu dari keuntungan sesuai
dengan kesepakatan.
3. Pembagian Kerugian : Dalam Mudharabah, risiko kerugian umumnya
ditanggung oleh nasabah pemilik modal (Shahib al-Mal). Ini berarti jika

4
Dr. Mahmoud El-Gama
5
Kabir Hassan

7
usaha yang dijalankan oleh bank syariah mengalami kerugian, nasabah
pemilik modal akan kehilangan sebagian atau seluruh modal yang
mereka investasikan.
4. Transparansi dan Pengawasan : Bank syariah diwajibkan untuk
menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan
memberikan transparansi kepada nasabah tentang penggunaan dana
mereka. Nasabah juga memiliki hak untuk memonitor dan mengawasi
kinerja investasi yang dilakukan oleh bank.
5. Durasi dan Akhir Mudharabah : Mudharabah dapat memiliki durasi
tertentu sesuai dengan perjanjian antara bank syariah dan nasabah.
Setelah berakhirnya periode Mudharabah, keuntungan dan modal awal
dapat dibagikan sesuai dengan persentase yang telah disepakati. 6

Implementasi Mudharabah dalam perbankan syariah merupakan


salah satu cara bank syariah mendapatkan dana untuk usaha produktif,
sementara nasabah dapat berpartisipasi dalam investasi sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah. Penting untuk dicatat bahwa perjanjian Mudharabah
harus sesuai dengan prinsip-prinsip syariah yang melarang riba (bunga) dan
aktivitas haram lainnya dalam Islam. Selain Mudharabah, perbankan syariah
juga menggunakan prinsip-prinsip lain seperti Musharakah, Murabahah,
dan lainnya untuk menyediakan produk dan layanan keuangan yang sesuai
dengan hukum Islam. 7

D. Ketentuan – ketentuan didalam Fatwa DSN


Fatwa DSN adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN) Indonesia. DSN adalah lembaga yang berwenang dalam
bidang keuangan syariah di Indonesia. Fatwa-fatwa yang dikeluarkan oleh
DSN biasanya berkaitan dengan hukum-hukum keuangan syariah,

6
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 12 No. 1 Juli 2014|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
7
Latif, Chefi Abdul. "Pembiayaan Mudharabah Dan Pembiayaan Musyarakah Di Perbankan
Syariah." Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah (AKSY) 2.1 (2020): 9-22.

8
perbankan syariah, dan produk-produk keuangan berbasis syariah. Fatwa
DSN menjadi pedoman bagi lembaga-lembaga keuangan syariah dan umat
Muslim yang ingin berinvestasi atau bertransaksi secara syariah di
Indonesia. 8
Salah satu produk fatwa DSN-MUI yang berhubungan dengan
aplikasi penyaluran dana adalah fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudhârabah (Qirâdh). Dalam fatwa
tersebut terdapat ketentun pembiayaan bahwa LKS dapat meminta jaminan
dari mudhârib. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: “Pada prinsipnya
dalam pembiayaan mudhârabah tidak ada jaminan, namun agar mudhârib
tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari
mudhârib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila
mudhârib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah
disepakati bersama dalam akad”.
Tinjauan Hukum Islam Tentang Kedudukan Jaminan Pada
Pembiayaan Mudhârabah Dalam Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudhârabah (Qirâdh). Dalam lembaga
keuangan syariah (LKS), berdasarkan fatwa DSN-MUI yang merupakan
ijihad kontemporer tentang pembiayaan mudhârabah yang menjadi
pedoman perbankan syariah di Indonesia, pada prinsipnya, dalam
pembiayaan mudhârabah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari
terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan. Jadi menurut Fatwa
DSN-MUI No. 7 tersebut, pada dasarnya dalam pembiayaan mudhârabah
tidak ada jaminan yang diberikan oleh mudhârib/pengelola harta dalam arti
lain, jaminan bukanlah merupakan hal/sesuatu yang pokok dalam akad
mudhârabah. Namun jaminan bisa diadakan guna menghindari terjadinya
penyimpangan dari pihak nasbaah atas dana yang diberikan oleh pihak bank.
Hal ini berdasarkan prinsip Maslahat al-mursalah.

8
Faradilla, Cut, Muhammad Arfan, and Muhammad Shabri. "Pengaruh pembiayaan murabahah,
istishna, ijarah, mudharabah dan musyarakah terhadap profitabilitas bank umum syariah di
indonesia." Jurnal Administrasi Akuntansi: Program Pascasarjana Unsyiah 6.3 (2017).

9
Apabila kita tinjau dari aspek regulasinya, dalam hal ini ketentuan
fatwa yang menjadi dasar peroman kegiatan perbankan syariah melakukan
kegiatan usahanya, dalam fatwa DSN-MUI No. 7 Tahun 2000 tentang
Mudhârabah dinyatakan bahwa: “Pada prinsipnya, dalam pembiayaan
Mudhârabah tidak ada jaminan, namun agar mudhârib tidak melakukan
penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudhârib atau pihak
ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudhârib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama
dalam akad. 9
Salah satu produk fatwa DSN-MUI adalah fatwa DSN No.
07/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudârabah (Qirâdh). Dasar
hukum yang digunakan DSN-MUI dalam menetapkan fatwa DSN No.
07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudârabah (Qirâdh) adalah
berlandaskan kepada, pertama, Al-Quran Q.S al-Nisa (4): 29; al-Maidah (5):
1; al-Baqarah (2): 283, kedua, hadis Nabi yang diriwayatkan oleh al-
Thabrani, Ibn Majah, dan Tirmidzi, ketiga, Qiyas (analogi) yang
menganalogikan mudhârabah kepada transaksi masâqah, dan keempat,
kaidah fikih muamalah yang menyatakan bahwa, “Pada dasarnya semua
bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkanya”.
Berdasarkan uraian dan paparan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: (1) Kedudukan jaminan dalam akad
pembiayaan mudhârabah menurut Fatwa DSN-MUI No. 07 Tahun 2000
tentang Mudhârabah berfungsi untuk guna menghindari terjadinya
penyimpangan dari pihak nasabah pengelola dana agar tidak main-main
dalam mengelola dana pembiayaan mudhârabah, dan jaminan bukanlah hal
yang harus ada dan syarat wajib pada setiap pembiayaan Mudhârabah. Oleh
karena itu, LKS boleh menetapkan adanya jaminan kepada nasabah yang
berfungsi untuk menghindari adanya moral hazard darin pihak mudhârib

9
Jaih Mubarok. (2004). Perkembangan Fatwa Ekonomi Syariah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

10
yang lalai atau menyalahi kontrak. Maka jaminan/agunan dalam
pembiayaan mudharabah apabila ditinjau dari hukum Islam hukumnya
adalah boleh; (2) dalam menetapan fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000
tentang Pembiayaan Mudârabah (Qirâdh) khususnya tentang adanya
kebolehan bagi LKS untuk meminta jaminan kepada mudhârib atau pihak
ketiga, nampaknya metode istinbat hukum yang digunakan oleh DSN-MUI
adalah metode mashlahah al-mursalah, dengan pertimbangan bahwa agar
tidak terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh mudhârib dan
terdapatnya nilai-nilai kemaslahatan di dalamnya.10

10
SSN2089-3590,EISSN 2303-2472 | Vol6, No.1, Th, 2016

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Mudharabah adalah salah satu prinsip atau konsep dalam keuangan syariah
yang mengacu pada kerja sama bisnis antara pihak yang menyediakan modal
(shahib al-mal) dan pihak yang menjalankan usaha (mudharib). Dalam
mudharabah, pemilik modal menyediakan dana untuk diinvestasikan atau
digunakan dalam usaha tertentu oleh mudharib. Keuntungan yang dihasilkan
dari usaha tersebut kemudian dibagi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya,
sementara kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
2. Jadi, dasar hukum mudharabah secara singkat adalah prinsip-prinsip
keadilan, kerja sama bisnis, dan pembagian keuntungan serta kerugian yang
tersirat dalam Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW.
3. Penting untuk dicatat bahwa implementasi mudharabah harus dilakukan
dengan transparansi dan akuntabilitas yang tinggi, dan harus sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah yang berlaku. Dalam setiap transaksi mudharabah,
perjanjian tertulis yang jelas mengenai pembagian keuntungan dan kerugian
harus disepakati oleh kedua belah pihak.Selain itu, bank syariah juga dapat
memiliki dewan syariah atau ahli syariah yang mengawasi agar semua
transaksi dan praktik perbankan syariah sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
4. Metode Istinbath Hukum Dewan Syariah Nasioanal Majelis Ulama
Indonesia (DSNMUI) dalam Menetapkan Hukum Jaminan pada Pembiayaan
Mudhârabah dalam Fatwa No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudhârabah (Qirâdh). Sebagaimana dijelaskan, bahwasannya salahsatu
tugas utama Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah mengeluarkan fatwa
dalam bidang ekonomi syariah. Fatwa yang dikeluarkan oleh DSN menjadi
pedoman bagi lembaga-lembaga keuangan syariah. Fatwa tersebut
dikeluarkan atas permintaan atau pertanyaan secara individu atau lembaga
yang menghendaki adanya kepastian hokum secara syar’i atas problem yang
dihadapinya. Setiap fatwa yang dikeluarkan DSN didasarkan atas tujuan agar
seluruh operasional keuangan syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah

12
Metode penetapam fatwa DSN adalah mengikuti pedoman atau panduan
yang telah ditetapkan oleh komisi fatwa MUI. Adapun pedoman fatwa MUI
tertuang dalam Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia No. U-
59/MUI/X/1997 (Jaih Mubarok, 2002: 170).

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih terdapat banyak
kekurangan yang masih perlu di perbaiki kedepannya, oleh karena itu tim
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik.

13
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL :

Budianto, Eka Wahyu Hestya. "Pemetaan Penelitian Akad Mudharabah Pada


Lembaga Keuangan Syariah: Studi Bibliometrik Vosviewer Dan Literature
Review." J-EBIS (Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Islam) (2022): 43-68.

Fadhila, Novi. "Analisis pembiayaan mudharabah dan murabahah terhadap laba


bank syariah mandiri." Jurnal Riset Akuntansi dan Bisnis 15.1 (2015).

Permata, Russely Inti Dwi, Fransisca Yaningwati, and Z. A. Zahroh. "Analisis


pengaruh pembiayaan mudharabah dan musyarakah terhadap tingkat
profitabilitas (return on equity)(Studi pada bank umum syariah yang
terdaftar di Bank Indonesia periode 2009-2012)." Jurnal Administrasi
Bisnis 12.1 (2014).

Susana, erni; prasetyanti, Annisa. Pelaksanaan Dan Sistem Bagi Hasil


Pembiayaan Al-Mudharabah Pada Bank Syariah. Jurnal keuangan dan
Perbankan, 2011, 15.3.

BUKU :

"Islamic Finance For Dummies" oleh Faleel Jamaldeen.

An Introduction to Islamic Finance" dan "Islamic Finance Muhammad Taqi


Usmani

Dr. Mahmoud El-Gamal Profesor dan peneliti terkenal dalam keuangan


syariah. Karyanya, seperti "Islamic Finance: Law, Economics, and
Practice,"

INTERNET :

https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/1

https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jie

http://eprints.umm.ac.id/26365/1/jiptummpp-gdl-ruslanabub-35618-1-
pendahul-n.pdf

14

You might also like