Professional Documents
Culture Documents
Muhammad Sulhan Aziz - Fatwa Syariah
Muhammad Sulhan Aziz - Fatwa Syariah
MUDHARABAH
Mata Kuliah : Fatwa Bisnis Syariah
Dosen Pembimbing : Mohammad Jamaludin S.HI., M.H.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mudharabah
Secara bahasa, mudharabah ( )مضاربةadalah kata dalam bahasa Arab
yang berasal dari akar kata "dharaba" yang memiliki arti "berdagang" atau
"mengambil bagian dalam usaha bersama." Dalam konteks keuangan Islam,
mudharabah merujuk pada perjanjian bisnis antara dua pihak di mana satu
pihak menyediakan modal (shahib al-mal) dan pihak lainnya bertanggung
jawab atas manajemen dan pelaksanaan usaha (mudharib). Keuntungan dari
usaha tersebut kemudian dibagi antara kedua pihak sesuai dengan
kesepakatan awal, sementara kerugian biasanya ditanggung oleh pemilik
modal. Jadi, secara bahasa, mudharabah mengacu pada konsep bisnis atau
kemitraan dalam melakukan usaha bersama dengan pembagian keuntungan
dan kerugian sesuai dengan perjanjian antara kedua pihak tersebut.1
Dalam konteks syariah Islam, mudharabah adalah suatu jenis
perjanjian bisnis atau investasi yang melibatkan dua pihak:
1. Shahib al-Mal: Ini adalah pihak yang menyediakan modal untuk usaha,
tetapi tidak terlibat dalam manajemen atau operasional sehari-hari usaha
tersebut. Shahib al-Mal memiliki peran sebagai pemilik modal.
2. Mudharib: Pihak ini adalah pengelola atau pelaksana usaha yang
bertanggung jawab atas manajemen, operasional, dan pelaksanaan
usaha. Mudharib menggunakan keahliannya dalam mengelola modal
yang diberikan oleh Shahib al-Mal.
1
Faleel Jamaldeen
5
investasi atau kemitraan yang sah dalam hukum Islam, dan prinsip-
prinsipnya diatur oleh hukum syariah. Pihak-pihak yang terlibat dalam
mudharabah diharapkan untuk beroperasi dengan integritas dan
menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip etika Islam. 2
2
Muhammad Taqi Usmani
3
Sheikh Nizam Yaquby
6
Jadi, dasar hukum Mudharabah dalam Islam dapat ditemukan dalam Al-
Quran, Hadis, dan kesepakatan ulama-ulama. Ini memberikan landasan
hukum yang kuat untuk praktik Mudharabah dalam keuangan Islam. 4
4
Dr. Mahmoud El-Gama
5
Kabir Hassan
7
usaha yang dijalankan oleh bank syariah mengalami kerugian, nasabah
pemilik modal akan kehilangan sebagian atau seluruh modal yang
mereka investasikan.
4. Transparansi dan Pengawasan : Bank syariah diwajibkan untuk
menjalankan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan
memberikan transparansi kepada nasabah tentang penggunaan dana
mereka. Nasabah juga memiliki hak untuk memonitor dan mengawasi
kinerja investasi yang dilakukan oleh bank.
5. Durasi dan Akhir Mudharabah : Mudharabah dapat memiliki durasi
tertentu sesuai dengan perjanjian antara bank syariah dan nasabah.
Setelah berakhirnya periode Mudharabah, keuntungan dan modal awal
dapat dibagikan sesuai dengan persentase yang telah disepakati. 6
6
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 12 No. 1 Juli 2014|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id
7
Latif, Chefi Abdul. "Pembiayaan Mudharabah Dan Pembiayaan Musyarakah Di Perbankan
Syariah." Jurnal Ilmu Akuntansi dan Bisnis Syariah (AKSY) 2.1 (2020): 9-22.
8
perbankan syariah, dan produk-produk keuangan berbasis syariah. Fatwa
DSN menjadi pedoman bagi lembaga-lembaga keuangan syariah dan umat
Muslim yang ingin berinvestasi atau bertransaksi secara syariah di
Indonesia. 8
Salah satu produk fatwa DSN-MUI yang berhubungan dengan
aplikasi penyaluran dana adalah fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-
MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudhârabah (Qirâdh). Dalam fatwa
tersebut terdapat ketentun pembiayaan bahwa LKS dapat meminta jaminan
dari mudhârib. Ketentuan tersebut adalah sebagai berikut: “Pada prinsipnya
dalam pembiayaan mudhârabah tidak ada jaminan, namun agar mudhârib
tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari
mudhârib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila
mudhârib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah
disepakati bersama dalam akad”.
Tinjauan Hukum Islam Tentang Kedudukan Jaminan Pada
Pembiayaan Mudhârabah Dalam Fatwa DSN-MUI No. 07/DSN-
MUI/IV/2000 Tentang Pembiayaan Mudhârabah (Qirâdh). Dalam lembaga
keuangan syariah (LKS), berdasarkan fatwa DSN-MUI yang merupakan
ijihad kontemporer tentang pembiayaan mudhârabah yang menjadi
pedoman perbankan syariah di Indonesia, pada prinsipnya, dalam
pembiayaan mudhârabah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari
terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan. Jadi menurut Fatwa
DSN-MUI No. 7 tersebut, pada dasarnya dalam pembiayaan mudhârabah
tidak ada jaminan yang diberikan oleh mudhârib/pengelola harta dalam arti
lain, jaminan bukanlah merupakan hal/sesuatu yang pokok dalam akad
mudhârabah. Namun jaminan bisa diadakan guna menghindari terjadinya
penyimpangan dari pihak nasbaah atas dana yang diberikan oleh pihak bank.
Hal ini berdasarkan prinsip Maslahat al-mursalah.
8
Faradilla, Cut, Muhammad Arfan, and Muhammad Shabri. "Pengaruh pembiayaan murabahah,
istishna, ijarah, mudharabah dan musyarakah terhadap profitabilitas bank umum syariah di
indonesia." Jurnal Administrasi Akuntansi: Program Pascasarjana Unsyiah 6.3 (2017).
9
Apabila kita tinjau dari aspek regulasinya, dalam hal ini ketentuan
fatwa yang menjadi dasar peroman kegiatan perbankan syariah melakukan
kegiatan usahanya, dalam fatwa DSN-MUI No. 7 Tahun 2000 tentang
Mudhârabah dinyatakan bahwa: “Pada prinsipnya, dalam pembiayaan
Mudhârabah tidak ada jaminan, namun agar mudhârib tidak melakukan
penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudhârib atau pihak
ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudhârib terbukti
melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama
dalam akad. 9
Salah satu produk fatwa DSN-MUI adalah fatwa DSN No.
07/DSNMUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudârabah (Qirâdh). Dasar
hukum yang digunakan DSN-MUI dalam menetapkan fatwa DSN No.
07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudârabah (Qirâdh) adalah
berlandaskan kepada, pertama, Al-Quran Q.S al-Nisa (4): 29; al-Maidah (5):
1; al-Baqarah (2): 283, kedua, hadis Nabi yang diriwayatkan oleh al-
Thabrani, Ibn Majah, dan Tirmidzi, ketiga, Qiyas (analogi) yang
menganalogikan mudhârabah kepada transaksi masâqah, dan keempat,
kaidah fikih muamalah yang menyatakan bahwa, “Pada dasarnya semua
bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkanya”.
Berdasarkan uraian dan paparan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut: (1) Kedudukan jaminan dalam akad
pembiayaan mudhârabah menurut Fatwa DSN-MUI No. 07 Tahun 2000
tentang Mudhârabah berfungsi untuk guna menghindari terjadinya
penyimpangan dari pihak nasabah pengelola dana agar tidak main-main
dalam mengelola dana pembiayaan mudhârabah, dan jaminan bukanlah hal
yang harus ada dan syarat wajib pada setiap pembiayaan Mudhârabah. Oleh
karena itu, LKS boleh menetapkan adanya jaminan kepada nasabah yang
berfungsi untuk menghindari adanya moral hazard darin pihak mudhârib
9
Jaih Mubarok. (2004). Perkembangan Fatwa Ekonomi Syariah. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
10
yang lalai atau menyalahi kontrak. Maka jaminan/agunan dalam
pembiayaan mudharabah apabila ditinjau dari hukum Islam hukumnya
adalah boleh; (2) dalam menetapan fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2000
tentang Pembiayaan Mudârabah (Qirâdh) khususnya tentang adanya
kebolehan bagi LKS untuk meminta jaminan kepada mudhârib atau pihak
ketiga, nampaknya metode istinbat hukum yang digunakan oleh DSN-MUI
adalah metode mashlahah al-mursalah, dengan pertimbangan bahwa agar
tidak terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh mudhârib dan
terdapatnya nilai-nilai kemaslahatan di dalamnya.10
10
SSN2089-3590,EISSN 2303-2472 | Vol6, No.1, Th, 2016
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mudharabah adalah salah satu prinsip atau konsep dalam keuangan syariah
yang mengacu pada kerja sama bisnis antara pihak yang menyediakan modal
(shahib al-mal) dan pihak yang menjalankan usaha (mudharib). Dalam
mudharabah, pemilik modal menyediakan dana untuk diinvestasikan atau
digunakan dalam usaha tertentu oleh mudharib. Keuntungan yang dihasilkan
dari usaha tersebut kemudian dibagi sesuai dengan kesepakatan sebelumnya,
sementara kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
2. Jadi, dasar hukum mudharabah secara singkat adalah prinsip-prinsip
keadilan, kerja sama bisnis, dan pembagian keuntungan serta kerugian yang
tersirat dalam Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad SAW.
3. Penting untuk dicatat bahwa implementasi mudharabah harus dilakukan
dengan transparansi dan akuntabilitas yang tinggi, dan harus sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah yang berlaku. Dalam setiap transaksi mudharabah,
perjanjian tertulis yang jelas mengenai pembagian keuntungan dan kerugian
harus disepakati oleh kedua belah pihak.Selain itu, bank syariah juga dapat
memiliki dewan syariah atau ahli syariah yang mengawasi agar semua
transaksi dan praktik perbankan syariah sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
4. Metode Istinbath Hukum Dewan Syariah Nasioanal Majelis Ulama
Indonesia (DSNMUI) dalam Menetapkan Hukum Jaminan pada Pembiayaan
Mudhârabah dalam Fatwa No. 07/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan
Mudhârabah (Qirâdh). Sebagaimana dijelaskan, bahwasannya salahsatu
tugas utama Dewan Syariah Nasional (DSN) adalah mengeluarkan fatwa
dalam bidang ekonomi syariah. Fatwa yang dikeluarkan oleh DSN menjadi
pedoman bagi lembaga-lembaga keuangan syariah. Fatwa tersebut
dikeluarkan atas permintaan atau pertanyaan secara individu atau lembaga
yang menghendaki adanya kepastian hokum secara syar’i atas problem yang
dihadapinya. Setiap fatwa yang dikeluarkan DSN didasarkan atas tujuan agar
seluruh operasional keuangan syariah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
12
Metode penetapam fatwa DSN adalah mengikuti pedoman atau panduan
yang telah ditetapkan oleh komisi fatwa MUI. Adapun pedoman fatwa MUI
tertuang dalam Surat Keputusan Majelis Ulama Indonesia No. U-
59/MUI/X/1997 (Jaih Mubarok, 2002: 170).
B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih terdapat banyak
kekurangan yang masih perlu di perbaiki kedepannya, oleh karena itu tim
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun agar
pembuatan makalah selanjutnya lebih baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
JURNAL :
BUKU :
INTERNET :
https://ejournal.stiesyariahbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/view/1
https://jurnal.stie-aas.ac.id/index.php/jie
http://eprints.umm.ac.id/26365/1/jiptummpp-gdl-ruslanabub-35618-1-
pendahul-n.pdf
14