Professional Documents
Culture Documents
Resume Mooc
Resume Mooc
A. MATERI KEBIJAKAN
2. Akuntabel
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi
negara sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan
publik. Namun, integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik
untuk dapat berpikir secara akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam
membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang diembankan kepada setiap
pegawai atau pejabat Negara.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang
akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab
(responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9)
konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel,
maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas
kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas
kebijakan.
3. Kompeten
Kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan. Salah satu kebijakan penting
dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS
dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran. Pendekatan pengembangan dapat
dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknik, manajerial,
dan social kultural.
Lebih terbuka dan produktif. Dalam penentuan kebutuhan pengembangan
kompetensi, ia juga selayaknya mempertimbangkan aspek pengembangan karier
pegawai. Dalam konteks ASN, terdapat dua jalur pengembangan karir pegawai, yaitu
jalur struktural/ kepemimpinan (Jabatan Pimpinan Tinggi dan jabatan Administrasi) dan
jalur fungsional atau profesional. Untuk jalur struktural, ASN lebih ditekankan memiliki
kompetensi view organisasi yang luas, semakin tinggi jabatannya, kemampuan view
organisasinya harus lebih luas, meliputi kemampuan kepemimpinan termasuk teknisnya
itu sendiri. Sementara itu untuk jalur fungsional sebagai jalur keahlian profesional,
semakin tinggi jabatannya tuntutan kompetensi semakin dalam pula.
4. Harmonis
Upaya menciptalkan dan menjaga suasana harmonis dilakukan secara terus
menerus. Mulai dari mengenalkan kepada seluruh personil ASN dari jenjang terbawah
sampai yang paling tinggi, memelihara suasana harmonis, menjaga diantara personil dan
stake holder. Kemudian yang tidak boleh lupa untuk selalu menyeseuaikan dan
meningkatkan usaha tersebut, sehingga menjadi habit/kebiasaan dan menjadi budaya
hidup harmonis di kalangan ASN dan seluruh pemangku kepentingannya. Upaya
menciptakan budaya harmonis di lingkungan bekerja tersebut dapat menjadi salah satu
kegiatan dalam rangka aktualisasi penerapannya.
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan
budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme
berbangsa, serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap
dalam menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam
lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-lain. Sejak awal
berdirinya Indonesia, agenda membangun bangsa (nation building) meruapkan sesuatu
yang harus terus menerus dibina, dilakukan dan ditumbuh kembangkan. Dengan
demikian, keberadaan Bangsa Indonesia terjadi karena dia memiliki satu nyawa, satu
asal akal, yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya yang menjalani satu kesatuan
riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama
dalam suatu wilayah.
5. Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “ Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat
dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional.
Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang.
ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku: a) Memegang teguh ideologi
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada
NKRI serta pemerintahan yang sah; b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan
instansi dan negara; serta c) Menjaga rahasia jabatan dan Negara.
6. Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat
mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga
kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan
kehidupan. Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu dan
organisasi dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini organisasi maupun individu
menghadapi permasalahan yang sama, yaitu perubahan lingkungan yang konstan,
sehingga karakteristik adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif
maupun individual.
Tantangan yang berpotensi menjadi penyebab gagalnya organisasi memperoleh
pengetahuan baru adalah tantangan yang sifatnya adaptif. Karena sifat tantangan ini
yang baru yaitu baru pertama kali dihadapi oleh organisasi, maka tentu saja organisasi
belum memiliki pengetahuan untuk mengatasinya. Dalam situasi ketiadaan pengetahuan
dan mendesaknya pengambilan keputusan, maka organisasi cenderung menggunakan
pengetahuan yang selama ini dipergunakan untuk mengatasi tantangan teknis.
Penggunaan pengetahuan yang tidak tepat ini menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
pengambilan keputusan, kesalahan dalam strategi, yang akhirnya berujung pada
gugurnya organisasi.
Daya tahan organisasi juga dipengaruhi oleh pengetahuan, seperti yang digagas
oleh Peter F. Drucker pada tahun 1959 melalui istilah terkenalnya yaitu knowledge
worker, sebagai sebutan terhadap anggota organisasi yang berkontribusi signifikan
terhadap keunggulan organisasi karena pengetahuan yang dimilikinya. Lebih lanjut,
Peter Drucker mengatakan ”bahaya terbesar sewaktu organisasi menghadapi goncangan,
bukanlah pada besarnya goncangan yang dihadapi, melainkan pada penggunaan
pengetahuan yang sudah kadaluarsa”.
7. Kolaboratif
Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat
birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. Calon
ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan
harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di beberapa 7okum7
lainnya diharapkan dapat juga terwujud di Indonesia. Semua ASN
Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan satu tujuan
yaitu kemajuan bangsa dan 7okum7 Indonesia.
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan 7okum7 dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan 7okum7. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai
pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang
terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa 7okum7
yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah
kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan
formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas 7okum7.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari dkk (2019) menunjukkan bahwa ada
beberapa 7okum7 yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah.
Penelitian tersebut merupakan studi kasus kolaborasi antar organisasi pemerintah dalam
penertiban moda transportasi di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kolaborasi mengalami beberapa hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena
perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar 7okum
kolaborasi juga tidak jelas.
2. MANAJEMEN ASN
Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis,
makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada
masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan
pebuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya
itu dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Selain menghadapi permasalahan internasional, birokrasi kita juga masih
dihadapkan kepada permasalahanpermasalahan dalam negeri seperti pelayanan kepada
masyarakat yang kurang baik, politisasi birokrasi terutama terjadi semenjak era
desentralisasi dan otonomi daerah, yang kadang dapat mengancam keutuhan persatuan
dan kesatuan bangsa. Dengan kata lain birokrasi kita belum professional untuk dapat
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber
daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil (PNS);
dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pegawai ASN
berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai
ASN berfungsi sebagai berikut: a) Pelaksana kebijakan public; b) Pelayan public; dan c)
Perekat dan pemersatu bangsa. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan
akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN
juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. ASN sebagai profesi
berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN
bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku
yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintah.
Peningkatan kualitas ASN ini akan mendukung upaya peningkatan kualitas
pelayanan publik menjadi tanggung jawab sektor publik. Langkah awal dalam
memperbaiki kinerja pelayan publik harus dimulai dari memperbaiki kinerja ASN secara
individual. Manajemen yang baik bagi ASN adalah kunci untuk memulai perubahan ke
arah yang lebih baik dan diharapkan mampu menciptakan suatu tata kelola pemerintahan
yang baik pula. Melalui merit sistem, ASN akan mendapatkan bentuk rewards dan
punishment sebagai dampak dari produktivitas kerjanya dan diharapkan mampu
memenuhi aspek equity dikalangan ASN.