You are on page 1of 9

RESUME MATERI MOOC

A. MATERI KEBIJAKAN

Indonesia dalam masa

B. SIKAP-SIKAP PERILAKU BELA NEGARA


1. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa
(nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang
bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika,
guna memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi
mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
Bendera Negara Sang Merah Putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Garuda
Pancasila, dan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya merupakan jati diri bangsa dan
identitas Negara Kesatuan Republik Indonesia. Keempat simbol tersebut menjadi
cerminan kedaulatan negara di dalam tata pergaulan dengan negara-negara lain dan
menjadi cerminan kemandirian dan eksistensi negara Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur. Dengan demikian, bendera, bahasa, dan lambang negara,
serta lagu kebangsaan Indonesia bukan hanya sekadar merupakan pengakuan atas
Indonesia sebagai bangsa dan negara, melainkan menjadi simbol atau lambang negara
yang dihormati dan dibanggakan warga negara Indonesia. Bendera, bahasa, dan
lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia menjadi kekuatan yang sanggup
menghimpun serpihan sejarah Nusantara yang beragam sebagai bangsa besar dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahasa Indonesia bahkan cenderung berkembang
menjadi bahasa perhubungan luas. Penggunaannya oleh bangsa lain yang cenderung
meningkat dari waktu ke waktu menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.
Ancaman adalah adalah setiap usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun
luar negeri yang bertentangan dengan Pancasila dan mengancam atau membahayakan
kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
keselamatan segenap bangsa. usaha dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar
negeri dapat mengancam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara baik aspek
ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya maupun aspek pertahanan dan keamanan.
Dalam berbagai bentuk ancaman, peran kementerian/lembaga Negara sangat dominan.
Kesadaran Bela Negara mulai dikembangkan dengan sadar sebagai bagian dari
bangsa dan Negara. Bangsa yang majemuk, bangsa yang mendapatkan
kemerdekaannya bukan karena belas kasihan atau pengakuan dari bangsa-bangsa
penjajah, namun direbut dengan segala pengorbanan seluruh rakyat, mulai dari
pengorbanan harta, hingga pengorbanan jiwa dan raga. Dari kecintaan pada tanah air,
dikembangkan keinginan yang kuat untuk berbuat yang terbaik untuk negeri. Sadar
menjadi bagian dari bangsa dan Negara akan mendorong pada tekad, sikap dan perilaku
untuk menjadi warga Negara yang baik, yang patuh dan taat pada hukum dan norma-
norma yang berlaku.
Nilai dasar Bela Negara kemudian diwariskan kepada para generasi penerus guna
menjaga eksistensi RI. Sebagai aparatur Negara, ASN memiliki kewajiban untuk
mengimplementasikan dalam pengabdian sehari hari. Bela Negara dilaksanakan atas
dasar kesadaran warga Negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri yang
ditumbuhkembangkan melalui usaha Bela NegaraUsaha Bela Negara diselenggarakan
melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib,
pengabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela atau secara
wajib, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Usaha Bela Negara bertujuan untuk
memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam upaya pemenuhan hak dan
kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran
Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional.
Bentuk Negara kesatuan yang disepakati oleh para pendiri bangsa dan kemudian
ditetapkan berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga memiliki
makna pentingnya kesatuan dalam sistem penyelenggaraan Negara. Perspektif sejarah
Negara Indonesia mengantrakan pada pemahaman betapa pentingnya persatuan dan
kesatuan bangsa yang didasarkan pada prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan bangsa
dan nasionalisme. Kebijakan publik dalam format keputusan dan/atau tindakan
administrasi pemerintahan (SANKRI) memiliki landasan idiil yaitu Pancasila landasan
konstitusionil , UUD 1945 sebagai sistem yang mewadahi peran Aparatur Sipil Negara
(ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang aparatur Sipil Negara.

2. ANALISIS ISU KONTEMPORER


Sosok PNS yang bertanggung jawab dan berorientasi pada kualitas merupakan
gambaran implementasi sikap mental positif PNS yang kompeten dengan kuat
memegang teguh kode etik dalam menjalankan tugas jabatannya berdasarkan tuntutan
unit kerja/organisasinya merupakan wujud nyata PNS menunjukan sikap perilaku bela
Negara. Untuk mendapatkan sosok PNS ideal seperti itu dapat diwujudkan dengan
memahami posisi dan perannya serta kesiapannya memberikan hasil yang terbaik
mamanfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk bersama-sama melakukan perubahan
yang memberikan manfaat secara luas dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan
dan pemerintahan.
Perubahan cara pandang tersebut, telah mengubah tatanan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Hal ini ditandai dengan masuknya kepentingan global (negara-negara
lain) ke dalam negeri dalam aspek hukum, politik, ekonomi, pembangunan, dan lain
sebagainya. Perubahan cara pandang individu tentang tatanan berbangsa dan bernegara
(wawasan kebangsaan), telah mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam
memahami pola kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan/diwariskan
secara turun temurun. Perubahan lingkungan masyarakat juga mempengaruhi cara
pandang keluarga sebagai miniature dari kehidupan sosial (masyarakat). Tingkat
persaingan yang keblabasan akan menghilangkan keharmonisan hidup di dalam
anggota keluarga, sebaga akibat dari ketidakharmonisan hidup di lingkungan keluarga
maka secara tidak langsung membentuk sikap ego dan apatis terhadap tuntutan
lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan
lingkungan stratejik pada tataran makro merupakan faktor utama yang akan menambah
wawasan PNS. Wawasan tersebut melingkupi pemahaman terhadap Globalisasi,
Demokrasi, Desentralisasi, dan Daya Saing Nasional, Dalam konteks globalisasi PNS
perlu memahami berbagai dampak positif maupun negatifnya; perkembangan
demokrasi yang akan memberikan pengaruh dalam kehidupan sosial, ekonomi dan
politik Bangsa Indonesia; desentralisasi dan otonomi daerah perlu dipahami sebagai
upaya memperkokoh kesatuan nasional, kedaulatan negara, keadilan dan kemakmuran
yang lebih merata di seluruh pelosok Tanah Air, sehingga pada akhirnya akan
membentuk wawasan strategis bagaimana semua hal tersebut bermuara pada tantangan
penciptaan dan pembangunan daya saing nasional demi kelangsungan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam lingkungan pergaulan dunia
yang semakin terbuka, terhubung, serta tak berbatas.
Isu lainnya yang juga menyita ruang publik adalah terkait terorisme dan
radikalisasi yang terjadi dalam sekelompok masyarakat, baik karena pengaruh ideologi
laten tertentu, kesejahteraan, pendidikan yang buruk atau globalisasi secara umum.
Bahaya narkoba merupakan salah satu isu lainnya yang mengancam kehidupan bangsa.
Bentuk kejahatan lain adalah kejahatan saiber (cyber crime) dan tindak pencucian uang
(money laundring). Bentuk kejahatan saat ini melibatkan peran teknologi yang memberi
peluang kepada pelaku kejahatan untuk beraksi di dunia maya tanpa teridentifikasi
identitasnya dan penyebarannya bersifat massif.
Berdasarkan penjelasan di atas, perlu disadari bahwa PNS sebagai Aparatur
Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang kian
lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945,
NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara.
Fenomena tersebut menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara
kritis terkait isu-isu strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham
radikalisme/ terorisme, money laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal
seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax, dan lain sebagainya.
Terorisme merupakan kejahatan luar biasa yang menjadi musuh dunia karena
nyawa manusia menjadi korban, menganggu stabilitas keamanan, menghancurkan
tatanan ekonomi dan pembangunan, sehingga terorisme berdampak negatif terhadap
masyarakat. Sejauh ini para teroris berasal dari individu-individu yang masuk ke dalam
suatu organisasi tertentu yang tujuan awalnya berusaha melakukan perubahan sosial.
Individu yang bergabung dalam organisasi teroris adalah individu yang merasa dirinya
termarginalisasi karena hidup dalam kondisi yang sulit, tidak stabil secara ekonomi,
hak-haknya terpinggirkan, dan suaranya tidak didengarkan oleh pemerintah sehingga
merasa menjadi kaum minoritas. Terorisme sebagai kejahatan luar biasa jika dilihat dari
akar perkembangannya sangat terhubung dengan radikalisme. Untuk memahami
Hubungan konseptual antara radikalisme dan terorisme dengan menyusun kembali
definsi istilah-istilah yang terkait.
Radikalisasi adalah faham radikal yang mengatasnamakan agama / Golongan
dengan kecenderungan memaksakan kehendak, keinginan menghakimi orang yang
berbeda dengan mereka, keinginan keras merubah negara bangsa menjadi negara agama
dengan menghalalkan segala macam cara (kekerasan dan anarkisme) dalam
mewujudkan keinginan. Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan
perubahan secara total dan bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai
yang ada secara drastis lewat kekerasan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem. Ciri-ciri
sikap dan paham radikal adalah: tidak toleran (tidak mau menghargai pendapat
&keyakinan orang lain); fanatik (selalu merasa benar sendiri; menganggap orang lain
salah); eksklusif (membedakan diri dari umat umumnya); dan revolusioner (cenderung
menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan). Radikal Terorisme adalah suatu
gerakan atau aksi brutal mengatasnamakan ajaran agama/ golongan, dilakukan oleh
sekelompok orang tertentu, dan agama dijadikan senjata politik untuk menyerang
kelompok lain yang berbeda pandangan. “Kelompok radikal-teroris sering kali
mengklaim mewakili Tuhan untuk menghakimi orang yang tidak sefaham dengan
pemikiranya,

3. KESIAPANSIAGAAN BELA NEGARA


Materi ini memahami kerangka bela negara dalam Latsar CPNS dan dasardasar
kesiapsiagaan bela negara, menyusun rencana aksi bela negara dan melakukan kegiatan
kesiapsiagaan bela negara sebagai kemampuan awal bela negara dengan menunjukkan
sikap perilaku bela negara melalui aktivitas di luar kelas melalui kegiatan praktik
peraturan baris berbaris, tata upacara sipil, dan keprotokolan, bermain peran sebagai
badan pengumpul keterangan, kemudian diakhiri dengan melakukan kegiatan
ketangkasan fisik dan penguatan mental dengan penekanan pada aspek kedisiplinan,
kepemimpinan, kerjasama, dan prakarsa menggunakan metode-metode pembelajaran di
alam terbuka dalam rangka membangun komitmen dan loyalitas terhadap negara dalam
menjalankan tugas sebagai PNS profesional pelayan masyarakat.
Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan yang
berasal dari kata: Samapta, yang artinya: siap siaga atau makna lainnya adalah siap
siaga dalam segala kondisi. Dari makna ini dapat diartikan dan kita samakan bahwa
makna kesamptaan sama dengan makna kesiapsiagaan. Selanjutnya menurut Sujarwo
(2011:4) ― Samapta yang artinya siap siaga. Dengan demikian, dapat ditarik
kesimpulan bahwa kesiapsiagaan merupakan suatu keadaan siap siaga yang dimiliki
oleh seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja
yang beragam. Selanjutnya konsep bela negara menurut kamus besar bahasa Indonesia
berasal dari kata bela yang artinya menjaga baik-baik, memelihara, merawat, menolong
serta melepaskan dari bahaya.
Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh
seseorang baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang
beragam yang dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar
disertai kerelaan berkorban sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI
1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara.
Kesiapsiagaan Bela Negara merupakan kondisi Warga Negara yang secara fisik
memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta secara kondisi
psikis yang memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa
memelihara jiwa dan raganya memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras dan tahan
uji, merupakan sikap mental dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan
kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Salah satu nilai-nilai dasar bela negara adalah memiliki kemampuan awal bela
negara, baik secara fisik maupun non fisik. Secara fisik dapat ditunjukkan dengan cara
menjaga kesamaptaan (kesiapsiagaan) diri yaitu dengan menjaga kesehatan jasmani dan
rohani. Sedangkan secara non fisik, yaitu dengan cara menjaga etika, etiket, moral dan
memegang teguh kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai jati diri bangsa yang luhur
dan terhormat. Dengan demikian, maka untuk bisa melakukan internalisasi dari nilai-
nilai dasar bela negara tersebut, kita harus memiliki kesehatan dan kesiapsiagaan
jasmani maupun mental yang mumpuni, serta memiliki etika, etiket, moral dan nilai
kearifan lokal sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Aksi Nasional Bela Negara dapat didefinisikan sebagai sinergi setiap warga
negara guna mengatasi segala macam ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan
dengan berlandaskan pada nilai-nilai luhur bangsa untuk mewujudkan negara yang
berdaulat, adil, dan makmur. Sebagai bentuk yuridis dalam modul pembelajaran
Agenda Bela Negara ini yang tertuang dalam Inpres No. 7 Tahun 2018 mengamanatkan
setiap K/L dan Pemda untuk melaksanakan program-program Aksi Nasional Bela
Negara yang aplikatif sesuai dengan spesifikasi, tugas dan fungsinya masing-masing
dan melibatkan seluruh komponen bangsa dan mencakup seluruh segmentasi
masyarakat.
Selain pengetahuan dasar Wawasan Kebangsaan dan NilaiNilai Dasar Bela
Negara, para Calon Pegawai Negeri Sipil juga diharapkan mempunyai pengetahuan
lain, antara lain Kewaspadaan Dini. Kemampuan kewaspadaan dini ialah kemampuan
yang dikembangkan untuk mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer
dan pertahanan nirmiliter secara optimal, sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan, dan
antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi potensi ancaman. Di sisi lain,
kewaspadaan dini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai dampak ideologi, politik,
ekonomi, sosial, dan budaya yang bisa menjadi ancaman bagi kedaulatan, keutuhan
NKRI dan keselamatan bangsa.
Untuk menghindari hambatan dalam proses komunikasi, maka setiap orang harus
menghindari hal-hal yang menjadi hambatan dan gangguan dalam komunikasi serta
menguasai tips berkomunikasi yang baik, agar pesan dan informasi dapat tercapai dan
pada akhirnya mampu menciptakan hubungan yang harmonis dan baik antara
komunikator dan komunikan. Selain itu, setiap ASN wajib menjaga perkataan yang
pantas kepda siapapun karean mereka adal repreentasi dari pemerintah di lini depan
yang berhubungan langsung dengan masyarakat.
C. NILAI-NILAI DASAR PNS
1. Berorientasi Pelayanan
Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan
kepuasan pengguna layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani
masyarakat, pelayanan yang berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat atau dikenal dengan sebutan pelayanan
prima. Pelayanan prima didasarkan pada implementasi standar pelayanan yang dimiliki
oleh penyelenggara.
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu:
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yang
berkualitas;
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayanan
publik;
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduan
masyarakat;
e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja,
fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana;
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara
pelayanan public.

2. Akuntabel
Akuntabilitas dan Integritas banyak dinyatakan oleh banyak ahli administrasi
negara sebagai dua aspek yang sangat mendasar harus dimiliki dari seorang pelayan
publik. Namun, integritas memiliki keutamaan sebagai dasar seorang pelayan publik
untuk dapat berpikir secara akuntabel. Kejujuran adalah nilai paling dasar dalam
membangun kepercayaan publik terhadap amanah yang diembankan kepada setiap
pegawai atau pejabat Negara.
Hal-hal yang penting diperhatikan dalam membangun lingkungan kerja yang
akuntabel adalah: 1) kepemimpinan, 2) transparansi, 3) integritas, 4) tanggung jawab
(responsibilitas), 5) keadilan, 6) kepercayaan, 7) keseimbangan, 8) kejelasan, dan 9)
konsistensi. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel,
maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung 3 dimensi yaitu Akuntabilitas
kejujuran dan hukum, Akuntabilitas proses, Akuntabilitas program, dan Akuntabilitas
kebijakan.

3. Kompeten
Kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku
kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan. Salah satu kebijakan penting
dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak
pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS
dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran. Pendekatan pengembangan dapat
dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk kompetensi teknik, manajerial,
dan social kultural.
Lebih terbuka dan produktif. Dalam penentuan kebutuhan pengembangan
kompetensi, ia juga selayaknya mempertimbangkan aspek pengembangan karier
pegawai. Dalam konteks ASN, terdapat dua jalur pengembangan karir pegawai, yaitu
jalur struktural/ kepemimpinan (Jabatan Pimpinan Tinggi dan jabatan Administrasi) dan
jalur fungsional atau profesional. Untuk jalur struktural, ASN lebih ditekankan memiliki
kompetensi view organisasi yang luas, semakin tinggi jabatannya, kemampuan view
organisasinya harus lebih luas, meliputi kemampuan kepemimpinan termasuk teknisnya
itu sendiri. Sementara itu untuk jalur fungsional sebagai jalur keahlian profesional,
semakin tinggi jabatannya tuntutan kompetensi semakin dalam pula.
4. Harmonis
Upaya menciptalkan dan menjaga suasana harmonis dilakukan secara terus
menerus. Mulai dari mengenalkan kepada seluruh personil ASN dari jenjang terbawah
sampai yang paling tinggi, memelihara suasana harmonis, menjaga diantara personil dan
stake holder. Kemudian yang tidak boleh lupa untuk selalu menyeseuaikan dan
meningkatkan usaha tersebut, sehingga menjadi habit/kebiasaan dan menjadi budaya
hidup harmonis di kalangan ASN dan seluruh pemangku kepentingannya. Upaya
menciptakan budaya harmonis di lingkungan bekerja tersebut dapat menjadi salah satu
kegiatan dalam rangka aktualisasi penerapannya.
Berdasarkan pandangan dan pengetahuan mengenai kenekaragaman bangsa dan
budaya, sejarah pergerakan bangsa dan negara, konsep dan teori nasionalisme
berbangsa, serta potensi dan tantangannya maka sebagai ASN harus memiliki sikap
dalam menjalankan peran dan fungsi pelayanan masyarakat. ASN bekerja dalam
lingkungan yang berbeda dari sisi suku, budaya, agama dan lain-lain. Sejak awal
berdirinya Indonesia, agenda membangun bangsa (nation building) meruapkan sesuatu
yang harus terus menerus dibina, dilakukan dan ditumbuh kembangkan. Dengan
demikian, keberadaan Bangsa Indonesia terjadi karena dia memiliki satu nyawa, satu
asal akal, yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya yang menjalani satu kesatuan
riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama
dalam suatu wilayah.

5. Loyal
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “ Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat
dimaknai sebagai kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan
Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai kesetiaan,
paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Loyalitas merupakan suatu hal yang bersifat emosional.
Untuk bisa mendapatkan sikap loyal seseorang.
ASN yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan
kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan perilaku: a) Memegang teguh ideologi
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada
NKRI serta pemerintahan yang sah; b) Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan
instansi dan negara; serta c) Menjaga rahasia jabatan dan Negara.

6. Adaptif
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan
hidup dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan
demikian adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan
lingkungan tetapi juga mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri).
Sejatinya tanpa beradaptasi akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat
mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga
kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi terjaminnya keberlangsungan
kehidupan. Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu dan
organisasi dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini organisasi maupun individu
menghadapi permasalahan yang sama, yaitu perubahan lingkungan yang konstan,
sehingga karakteristik adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif
maupun individual.
Tantangan yang berpotensi menjadi penyebab gagalnya organisasi memperoleh
pengetahuan baru adalah tantangan yang sifatnya adaptif. Karena sifat tantangan ini
yang baru yaitu baru pertama kali dihadapi oleh organisasi, maka tentu saja organisasi
belum memiliki pengetahuan untuk mengatasinya. Dalam situasi ketiadaan pengetahuan
dan mendesaknya pengambilan keputusan, maka organisasi cenderung menggunakan
pengetahuan yang selama ini dipergunakan untuk mengatasi tantangan teknis.
Penggunaan pengetahuan yang tidak tepat ini menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
pengambilan keputusan, kesalahan dalam strategi, yang akhirnya berujung pada
gugurnya organisasi.
Daya tahan organisasi juga dipengaruhi oleh pengetahuan, seperti yang digagas
oleh Peter F. Drucker pada tahun 1959 melalui istilah terkenalnya yaitu knowledge
worker, sebagai sebutan terhadap anggota organisasi yang berkontribusi signifikan
terhadap keunggulan organisasi karena pengetahuan yang dimilikinya. Lebih lanjut,
Peter Drucker mengatakan ”bahaya terbesar sewaktu organisasi menghadapi goncangan,
bukanlah pada besarnya goncangan yang dihadapi, melainkan pada penggunaan
pengetahuan yang sudah kadaluarsa”.

7. Kolaboratif
Kolaboratif merupakan nilai dasar yang harus dimiliki oleh CPNS. Sekat-sekat
birokrasi yang mengkungkung birokrasi pemerintah saat ini dapat dihilangkan. Calon
ASN muda diharapkan nantinya menjadi agen perubahan yang dapat mewujudkan
harapan tersebut. Pendekatan WoG yang telah berhasil diterapkan di beberapa 7okum7
lainnya diharapkan dapat juga terwujud di Indonesia. Semua ASN
Kementerian/Lembaga /Pemerintah Daerah kemudian akan bekerja dengan satu tujuan
yaitu kemajuan bangsa dan 7okum7 Indonesia.
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan 7okum7 dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan 7okum7. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai
pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang
terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
Penelitian yang dilakukan oleh Custumato (2021) menunjukkan bahwa 7okum7
yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah adalah
kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan
formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas 7okum7.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astari dkk (2019) menunjukkan bahwa ada
beberapa 7okum7 yang dapat menghambat kolaborasi antar organisasi pemerintah.
Penelitian tersebut merupakan studi kasus kolaborasi antar organisasi pemerintah dalam
penertiban moda transportasi di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kolaborasi mengalami beberapa hambatan yaitu: ketidakjelasan batasan masalah karena
perbedaan pemahaman dalam kesepakatan kolaborasi. Selain itu, dasar 7okum
kolaborasi juga tidak jelas.

D. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


1. SMART ASN
Materi literasi digital terdiri dari percepatan transformasi digital di Indonesia,
definisi literasi digital, peta jalan program literasi. Kompetensi literasi digital diperlukan
agar seluruh masyarakat digital dapat menggunakan media digital secara bertanggung
jawab. Hal ini termasuk dalam visi misi Presiden Jokowi untuk meningkatkan Sumber
Daya Manusia (SDM). Penilaiannya dapat ditinjau dari etis dalam mengakses media
digital (digital ethics), budaya menggunakan digital (digital culture), menggunakan
media digital dengan aman (digital safety), dan kecakapan menggunakan media digital
(digital skills).
Percepatan transformasi digital juga diprioritaskan untuk penguatan ekonomi
digital. Menurut Menkominfo, transformasi digital dapat mendorong perubahan model
usaha, meningkatkan peluang yang menghasilkan nilai tambah, dan mendorong
perubahan lintas sektoral dalam pola pikir bisnis yang didorong secara digital. Di posisi
hilir, infrastruktur digital akan berujung pada penguatan potensi ekonomi digital,
sehingga pemanfaatan infrastruktur digital untuk terus mendorong penguatan dan
manfaat ekonomi digital terus dilakukan. Karena saat ini tulang punggung
perekonomian Indonesia adalah UMKM dan Ultra Mikro yang menjadi penyumbang
61,07% dari PDB Indonesia, Kominfo telah memfasilitasi 30 juta UMKM/UMi agar
dapat masuk secara digital atau digitally onboarded pada tahun 2024. Hal ini mengingat
kontribusinya terhadap PDB Indonesia. Di tahun 2020, PDB Indonesia bernilai lebih
dari US$ 1.06 triliun, atau 40% dari total ukuran ekonomi.
Terdapat tiga pilar utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu masyarakat
digital yang dibarengi pula dengan pemerintah digital dan ekonomi digital. Masyarakat
digital meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaan infrastruktur digital.
Pemerintah digital meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital.
Sementara itu, ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi penunjang, dan
riset inovasi digital.
Peran dan tanggung jawab para peserta CPNS sangatlah besar, sehingga
kemampuan menggunakan gawai saja tidaklah cukup, diperlukan kemampuan lainnya
yakni literasi digital. Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh
para peserta CPNS yang terdiri etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam
bermedia digital. Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan
mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari.
Etika tradisional adalah etika berhubungan secara langsung/tatap muka yang
menyangkut tata cara lama, kebiasaan, dan budaya yang merupakan kesepakatan
bersama dari setiap kelompok masyarakat, sehingga menunjukkan apa yang pantas dan
tidak pantas sebagai pedoman sikap dan perilaku anggota masyarakat. Etika
kontemporer adalah etika elektronik dan digital yang menyangkut tata cara, kebiasaan,
dan budaya yang berkembang karena teknologi yang memungkin pertemuan social
budaya secara lebih luas dan global.

2. MANAJEMEN ASN
Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka
menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis,
makmur, adil, dan bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada
masyarakat secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan
pebuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya
itu dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.
Selain menghadapi permasalahan internasional, birokrasi kita juga masih
dihadapkan kepada permasalahanpermasalahan dalam negeri seperti pelayanan kepada
masyarakat yang kurang baik, politisasi birokrasi terutama terjadi semenjak era
desentralisasi dan otonomi daerah, yang kadang dapat mengancam keutuhan persatuan
dan kesatuan bangsa. Dengan kata lain birokrasi kita belum professional untuk dapat
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN
yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan
kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber
daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: a) Pegawai Negeri Sipil (PNS);
dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Pegawai ASN
berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua
golongan dan partai politik. Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai
ASN berfungsi sebagai berikut: a) Pelaksana kebijakan public; b) Pelayan public; dan c)
Perekat dan pemersatu bangsa. Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan
akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya maka ASN
juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya. ASN sebagai profesi
berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN
bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode perilaku
yang diatur dalam UU ASN menjadi acuan bagi para ASN dalam penyelenggaraan
birokrasi pemerintah.
Peningkatan kualitas ASN ini akan mendukung upaya peningkatan kualitas
pelayanan publik menjadi tanggung jawab sektor publik. Langkah awal dalam
memperbaiki kinerja pelayan publik harus dimulai dari memperbaiki kinerja ASN secara
individual. Manajemen yang baik bagi ASN adalah kunci untuk memulai perubahan ke
arah yang lebih baik dan diharapkan mampu menciptakan suatu tata kelola pemerintahan
yang baik pula. Melalui merit sistem, ASN akan mendapatkan bentuk rewards dan
punishment sebagai dampak dari produktivitas kerjanya dan diharapkan mampu
memenuhi aspek equity dikalangan ASN.

You might also like