You are on page 1of 13

Jurnal Mercatoria Vol.7 No.

1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP HAK PENGELOLAAN (HPL) ATAS TANAH


DI PESISIR PANTAI TERKAIT UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960
TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA
(Studi di PT. Pelindo I (Persero) Cabang Belawan)

Arif Indra Perdana


PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero)
arifindraperdana.aip@gmail.com

ABSTRAK

Hak pengelolaan semakin hari semakin besar peranannya dalam dinamika pembangunan.Dalam
hal ini, PT. Pelindo-I Cabang Belawan juga mengelola hak pengelolaan atas tanah pesisir pantai.
PT. Pelindo-I Cabang Belawan mengelola lahan HPL berdasarkan regulasi yang dimiliki dan
sertipikat yang ada sehingga potensinya sering menimbulkan persengketaan lahan dengan
masyarakat. Pengakuan lahan oleh kepemilikan masyarakat, karena tidak memperhatikan atau
melakukan tinjauan atas hak ulayat setempat atas kebenarannya. Rumusan masalah dalam
tulisan ini yaitu: 1. Bagaimana pengaturan hukum tentang Hak Pengelolaan atas tanah di
Pelabuhan Belawan. 2. Bagaimana pelaksanaan Hak Pengelolaan atas tanah yang dilakukan PT.
Pelindo-I Cabang Belawan. 3. Bagaimana hambatan yang dihadapi PT. Pelindo-I Cabang Belawan
terhadap Hak Pengelolaan atas tanah.Pengaturan hukum tentang hak pengelolaan atas tanah di
pelabuhan belawan diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.Pelaksanaan Hak
Pengelolaan atas tanah yang dilakukan PT. Pelindo-I Cabang Belawan belum mencapai
sasaran/tujuan sepenuhnya karena terdapat hambatan internal maupun eksternal.

Kata Kunci: Tinjauan Yuridis, Hak Pengelolaan, Tanah Pesisir Pantai

ABSTRACT

Management rights has a big role in development of country. In this case, PT. Pelindo-I Branch
Belawan also manages management rights of land at the coast. PT. Pelindo-I Branch Belawan
manages management rights of land based on regulation which is had and certificate, so the
potential always leads to land disputes with another people. Another people claims the land,
because they don’t pay attention or do a review of customary rights for the truth. Problem of this
research such as: 1. How does the rule of law about management rights on the land of Belawan
port. 2. How does the application of management rights which has done by PT. Pelindo-I Branch
Belawan. 3. How does the obstacle which is faced by PT. Pelindo-I Branch Belawan against land
management rights. The role of law about about management rights regulated as a leader.
Implementation of PT. Pelindo-I Branch Belawan which is done by PT. Pelindo-I Branch Belawan
doesn’t reach the aim/purpose because there are many external and internal barriers.

Keywords: Judicial Review, Rights Management, Coastal Land

I. Pendahuluan yang menyertainya, jelas sangat bertentangan


Penelusuran sejarah dan analisis dengan kesadaran hukum dan rasa keadilan
normatif hukum agraraia pada zaman Hindia dalam masyarakat. Oleh sebab itu, wajar jika
Belanda telah menunjukkan bahwa hukum setelah proklamasi kemerdekaan timbul
agraria zaman kolonial sangat eksploitatif, tuntutan agar segera diadakan pembaruan
feodalistik. Dengan asas domein verkelaring

96
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

terhadap hukum agraria.1Pemerintah Republik Indonesia yang kemerdekaannya


Indonesia yang baru merdeka dibanjiri diperjuangkan oleh bangsa sebagai
tuntutan untuk mempelajari kembali secara keseluruhan juga menjadi hak bangsa
seksama terhadap peraturan perundangan Indonesia, jika tidak semata-mata menjadi hak
agraria lama dan melakukan pembaruan para pemiliknya saja. Demikian pula tanah-
dengan mengeluarkan perundang-undangan tanah di daerah-daerah dan pulau-pulau
baru.2 tidaklah semata-mata menjadi hak rakyat asli
Tanah adalah sumber kehidupan. daerah atau pulau-pulau tidaklah semata-mata
Hubungan tanah dan manusia yang menjadi hak rakyat asli daerah atau pulau
sedemikian ini, membuat perubahan- yang bersangkutan saja. Dengan pengertian
perubahan dalam tata susunan pemilikan dan demikian hubungan bangsa Indonesia dengan
penguasaan tanah, pada gilirannya akan juga bumi, air, dan ruang angkasa Indonesia
memberikan pengaruh kepada pola hubungan merupakan semacam hubungan hak ulayat
antar manusia sendiri. Yang menjadi masalah yang diangkat pada tingkatan yang paling atas,
bukan tanah itu sendiri tetapi terjadinya yaitu pada tingkatan yang mengenai seluruh
penguasaan tanah yang timpang, di mana ada wilayah negara.5
yang tidak menguasai, dan di pihak lain ada Fungsi Undang-Undang Pokok Agraria
yang menguasai dalam satuan jumlah yang adalah, pertama,menghapuskan dualisme
sangat besar.3 hukum tanah yang lama dan menciptakan
Pancasila adalah ideologi dan dasar unifikasi serta kodifikasi hukum agraria
negara bangsa Indonesia. Sebagai ideologi (tanah) nasional yang didasarkan pada hukum
Negara, Pancasila menjadi inspirasi sekaligus (tanah) adat. Kedua,mengadakan unifikasi
memberikan pedoman dalam kehidupan hak-hak atas tanah dan hak-hak jaminan atas
kenegaraan, yaitu dalam bidang sosial, budaya, tanah melalui ketentuan-ketentuan konversi
ekonomi, politik, dan pertahanan keamanan. (Diktum ke-2 Undang-Undang Pokok Agraria).
Sebagai dasar negara, Pancasila adalah sumber Ketiga, meletakkan landasan hukum untuk
dari segala sumber hukum yang berlaku di pembangunan hukum agraria (tanah) nasional,
wilayah hukum NKRI. Sebagai negara hukum, misalnya Pasal 17 Undang-Undang Pokok
konsep Negara Hukum Pancasila menjadi Agraria mengenai landreform.6
landasan konsep Negara Hukum Pancasila Menurut Imam Sudiyat, sebagai salah
menjadi landasan konsep dan dasar kebijakan satu unsur esensial pembentuk negara, tanah
hukum bagi strategi perlindungan hukum bagi memegang peran vital dalam kehidupan dan
pemegang hak atas tanah maupun akses penghidupan bangsa pendukung negara yang
terhadap sumber daya alam.4 bersangkutan, lebih-lebih yang corak
Penjelasan Undang-Undang Pokok agrarisnya mendominasi. Di negara yang
Agraria menyebutkan bahwa bumi, air dan rakyatnya berhasrat melaksanakan demokrasi
ruang angkasa dalam wilayah Republik yang berkeadilan sosial, pemanfaatan tanah

1 Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di

Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), halaman


119
2 Karl J. Pelzer, Sengketa Agraria:
Pengusaha Perkebunan Melawan Petani, (Jakarta: 5 Arie Sukanti Hutagalung dan Markus
Pustaka Sinar Harapan, 1991), halaman 41 Gunawan, Kewenangan Pemerintah di Bidang
3 Samun Ismaya, Pengantar Hukum Pertanahan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008),
Agraria, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), halaman 20
halaman10 6 Ferry Aries Suranta, Pembentukan UUPA
4 Benhard Limbong, Hukum Agraria dan Perkembangan Hukum Tanah di Indonesia,
Nasional, (Jakarta: Margaretha Pustaka, 2012), Makalah, Pascasarjana Ilmu Hukum, Universitas
halaman 17 Medan Area, 2013, halaman 3

97
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat pengelolaan atas tanah pesisir pantai.Sebagai


merupakan suatu conditio sinequa non.7 bagian dari sistem transportasi laut nasional,
Tujuan hak menguasai negara atas Pelabuhan Belawan ikut memegang peranan
bumi, air, ruang angkasa adalah untuk penting, terutama dalam menunjang
mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat perekonomian nasional. Belawan merupakan
dalam arti kebangsaan, kesejahteraan, dan salah satu dari 4 pelabuhan utama di
kemerdekaan dalam masyarakat dan negara Indonesia, dan dikategorikan sebagai
hukum Indonesia yang merdeka, berdaulat, pelabuhan terbesar di Pulau Sumatera.10
adil dan makmur. Belawan termasuk salah satu dari 141
Hak atas permukaan bumi, yang pelabuhan yang terbuka untuk perdagangan
disebut hak atas tanah bersumber dari hak luar negeri, sekaligus berfungsi sebagai
menguasai negara atas tanah. Hak atas tanah pelabuhan antar pulau yang menghubungkan
dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh pelabuhan disekitarnya termasuk pelabuhan
perseorangan, baik warga negara Indonesia Tanjung Priok. Maka bisa disebutkan,
atau orang asing yang berkedudukan di Pelabuhan Belawan merupakan pintu gerbang
Indonesia, sekelompok orang secara bersama- Sumatera Utara dan daerah sekitarnya.
sama, dan badan hukum yang didirikan PT. Pelindo-I Cabang Belawan
menurut hukum Indonesia dan berkedudukan mengelola lahan HPL berdasarkan regulasi
di Indonesia atau badan hukum asing yang yang dimiliki dan sertipikat yang ada sehingga
mempunyai perwakilan di Indonesia, badan potensinya sering menimbulkan
hukum privat atau badan atau badan hukum persengketaan lahan dengan masyarakat.
publik.8 Pengakuan lahan oleh kepemilikan
Pertanahan berhubungan dengan masyarakat, karena tidak memperhatikan atau
politik hukum agraria.Budi Harsono melakukan tinjauan atas hak ulayat setempat
menjelaskan bahwa politik hukum agraria atas kebenarannya.
merupakan kebijakan pemerintah di bidang Hak pengelolaan atas tanah yang
agraria yang ditujukan untuk mengatur dikelola oleh PT. Pelindo-I Cabang Belawan
penggunaan tanah untuk mengatur masih mengalami hambatan, antara lain:
penggunaan atau kepemilikan tanah, 1. Tanah Region I
peruntukan dan penggunaan tanah untuk lebih a. Belum dimanfaatkan alas pelabuhan
menjamin perlindungan hukum dan untuk pengembangan usaha karena
peningkatan kesejahteraan serta mendorong faktor alam yaitu tingkat sedimentasi
kegiatan ekonomi melalui pemberlakuan tinggi.
undang-undang agraria dan peraturan b. Masyarakat sudah terlalu banyak
pelaksanaannya.Karena itu, politik hukum bermukim di wilayah tersebut
agraria harus dilandasi dengan itikad baik sehingga tidak sesuai dengan konsep
pemerintah dan para pembuat hukum pelabuhan yang harus steril dari
(undang-undang) untuk mencapai tujuan yang domisili warga.
baik dalam mengeluarkan kebijakan, baik pada 2. Tanah Region III
saat ini maupun pada masa mendatang.9 a. Sebahagian dimanfaatkan dan
Berangkat dari uraian diatas, PT. sebagaian lagi bersengketa sehingga
Pelindo-I Cabang Belawan juga mengelola hak belum terpakai.
b. Bersinggungan dengan masyarakat
7 Imam Sudiyat, Hukum Adat, Sketsa Asas,
yang berdomisili di sekitarnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah
(Yogyakarta: Penerbit Liberty, 1978), halaman 1
8Ibid, halaman 48 diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan
9 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: masalah dalam tulisan ini antara lain :1.
Sejarah Pembentukan UUPA, Isi, dan
Pelaksanaannya,(Jakarta: Djambatan, 1977), 10 Belawanport Information, PT. (Persero)
halaman17 Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan, halaman23
98
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

Bagaimana pengaturan hukum tentang Hak dipergunakan untuk kepentingan


Pengelolaan atas tanah di Pelabuhan Belawan. instansi-instansi itu sendiri dikonversi
2. Bagaimana pelaksanaan Hak Pengelolaan menjadi hak pakai, sebagai dimaksud
atas tanah yang dilakukan PT. Pelindo-I dalam Undang-Undang Pokok Agraria,
Cabang Belawan. 3. Bagaimana hambatan yang yang berlangsung selama tanah tersebut
dihadapi PT. Pelindo-I Cabang Belawan dipergunakan untuk keperluan itu oleh
terhadap Hak Pengelolaan atas tanah. instansi yang bersangkutan.
Uraian pasal diatas menerangkan
II. Pengaturan Hukum Tentang Hak bahwa setelah berlakunya Peraturan ini maka
Pengelolaan Atas Tanah di Pelabuhan Hak penguasaan atas tanah Negara dikonversi
Belawan menjadi Hak Pakai sepanjang tanah-tanah
tersebut hanya dipergunakan untuk
1. Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 kepentingan instansi-instansi itu sendiri.
Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Pasal 2 Peraturan Menteri Agraria
Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan
Negara dan Ketentuan-Ketentuan Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah
Tentang Kebijaksanaan Selanjutnya. Negaradan Ketentuan-Ketentuan Tentang
Peraturan Menteri ini lahir Kebijaksanaan Selanjutnyaberbunyi:
dikarenakan untuk menyelenggarakan Jika tanah Negara sebagai dimaksud
penertiban dalam rangka melaksanakan Pasal 1, selain dipergunakan untuk
konversi menurut ketentuan Undang-Undang kepentingan instansi-instansi itu
Pokok Agraria, maka perlu diberikan sendiri, dimaksudkan juga untuk dapat
penegasan mengenai status tanah-tanah diberikan dengan sesuatu hak kepada
Negara yang dikuasai dengan hak penguasaan pihak ketiga, maka hak penguasaan
sebagai dimaksud dalam Peraturan tersebut diatas dikonversi menjadi hak
Pemerintah No. 8 tahun 1953 tentang pengelolaan sebagai dimaksud dalam
Penguasaan Tanah-Tanah Negara dan Pasal 5 dan 6, yang berlangsung selama
ditentukan pula kebijaksanaan selanjutnya tanah tersebut dipergunakan untuk
mengenai hak-hak atas tanah semacam itu.11 keperluan itu oleh instansi yang
Adapun hal penting dalam Peraturan bersangkutan.
ini adalah mengenai pelaksanaan konversi Hak Keterangan pasal diatas menerangkan
Penguasaan Atas Tanah Negara sebagaimana bahwa hak penguasaan dikonversi menjadi
diatur dalam Pasal 1Peraturan Menteri Agraria hak pengelolaan apabila tanah negara
Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan dipergunakan kepentingan instansi-instansi
Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah Negara itu sendiri dan dimaksudkan juga untuk dapat
dan Ketentuan-Ketentuan Tentang diberikan dengan sesuatu hak kepada pihak
Kebijaksanaan Selanjutnya yang berbunyi: ketiga.
Hak penguasaan atas tanah Negara Berikut ini diuraikan mengenai
sebagai dimaksud dalam Peraturan ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan
Pemerintah Nomor 8 Tahun selanjutnya, sebagaimana diuraikan pada Pasal
1953tentang Penguasaan Tanah-Tanah 6 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun
Negara, yang diberikan kepada 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak
departemen-departemen, direktorat- Penguasaan Atas Tanah Negaradan Ketentuan-
direktorat dan daerah-daerah swatantra Ketentuan Tentang Kebijaksanaan Selanjutnya.
sebelum berlakunya peraturan ini 1. Hak pengelolaan sebagai dimaksud dalam
sepanjang tanah-tanah tersebut hanya pasal 2 dan pasal 5 di atas memberikan
wewenang kepada pemegangnya untuk :
11 Peraturan Menteri Agraria Nomor 9
Tahun 1965

99
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

a. Merencanakan peruntukkan dan Negaradan Ketentuan-Ketentuan Tentang


penggunaan tanah tersebut; Kebijaksanaan Selanjutnya yaitu:
b. Menggunakan tanah tersebut untuk Pemberian hak pakai dan hak
keperluan pelaksanaan tugasnya; pengelolaan tersebut dalam Pasal 4 dan
c. Menyerahkan bagian-bagian dari Pasal 5 di atas disertai syarat-syarat
tanah tersebut kepada pihak ketiga khusus yang akan ditetapkan di dalam
dengan hak pakai yang berjangka surat keputusan pemberiannya.
waktu 6 (enam) tahun; Pasal diatas menegaskan bahwa
d. Menerima uang pemasukan/ganti- pemberian hak pakai dan hak pengelolaan
rugi dan/atau uang wajib tahunan; disertai syarat-syarat khusus.Artinya syarat-
2. Wewenang untuk menyerahkan tanah syarat tersebut sesuai dengan keputusan yang
kepada pihak ketiga sebagai dimaksud dikeluarkan oleh pemegang wewenang.
dalam ayat 1 huruf c di atas terbatas pada: Berikut ini diuraikan mengenai
a. Tanah yang luasnya maksimum 1.000 pendaftaran hak pakai dan hak pengelolaan
m2 (seribu meter persegi); sebagaimana dijelaskan pada Pasal 9
b. Hanya kepada warganegara Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun
Indonesia dan badan-badan hukum 1965 tentang Pelaksanaan Konversi Hak
yang dibentuk menurut hukum Penguasaan Atas Tanah Negaradan Ketentuan-
Indonesia dan berkedudukan di Ketentuan Tentang Kebijaksanaan
Indonesia; Selanjutnyadibawah ini:
c. Pemberian hak untuk yang pertama 1. Hak pakai dan hak pengelolaan
kali saja, dengan ketentuan bahwa tersebut pada bab I dan Bab II
perubahan, perpanjangan dan sepanjang jangka waktunya melebihi 5
penggantian hak tersebut akan (lima) tahun didaftar menurut
dilakukan oleh instansi agraria yang ketentuan-ketentuan Peraturan
bersangkutan, dengan pada azasnya Pemerintah Nomor 10 tahun 1961;
tidak mengurangi penghasilan yang 2. Jika tidak ditentukan jangka waktunya
diterima sebelumnya oleh pemegang maka hak tersebut dianggap akan
hak. berlangsung lebih dari 5 (lima) tahun.
Keterangan Pasal diatas menerangkan 3. Jika hak-hak tersebut pada pasal 1 dan
bahwa wewenang untuk menyerahkan tanah 2 belum didaftar pada Kantor
kepada pihak ketiga yaitu mulai dari Pendaftaran Tanah maka pemegang
merencanakan peruntukan dan penggunaan hak yang bersangkutan wajib datang
tanah, menggunakan tanah tersebut untuk pada Kantor Pendaftaran Tanah yang
kepentingan pelaksanaan tugasnya, bersangkutan untuk mendaftarkannya
menyerahkan bagian-bagian dari tanah dengan mempergunakan daftar isian
tersebut kepada pihak ketiga dengan hak pakai yang contohnya akan ditetapkan
dan menerima uang pemasukan.Selanjutnya tersendiri.
wewenang kepada pemegang hak tersebut Uraian Pasal diatas menerangkan
memiliki batasan yaitu luasnya tanah, bahwa jangka waktu hak pakai dan hak
peruntukan tanah hanya kepada warga negara pengelolaan adalah 5 (lima) tahun. Selanjutnya
Indonesia dan badan-badan hukum yang diterangkan pula mengenai jangka waktu
dibentuk menurut hukum Indonesia dan dianggap 5 (lima) tahun apabila dalam
pemberian hak untuk yang pertama kali saja. pemakaian hak pakai dan hak pengelolaan
Diatur pula mengenai pemberian hak tidak ditentukan jangka waktunya.
pakai dan hak pengelolaan sebagaimana diatur
dalam Pasal 8 Peraturan Menteri Agraria 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61
Nomor 9 Tahun 1965 tentang Pelaksanaan Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
Konversi Hak Penguasaan Atas Tanah

100
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

Peraturan ini lahir dikarenakan bahwa e. Menjamin dan memelihara


untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78, Pasal kelestarian lingkungan di
89, Pasal 95, Pasal 99, Pasal 108, Pasal 112 pelabuhan;
ayat (2), Pasal 113, dan Pasal 210 ayat (2) f. Menyusun Rencana Induk
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Pelabuhan serta Daerah Lingkungan
tentang Pelayaran, perlu menetapkan Kerja dan Daerah Lingkungan
Peraturan Pemerintah tentang Kepentingan pelabuhan;
Kepelabuhanan.12 g. Mengusulkan tarif untuk ditetapkan
Berikut ini hal yang penting dalam Menteri, atas penggunaan perairan
Peraturan ini adalah mengenai fungsi dan/atau daratan, dan fasilitas
pelabuhan sebagaimana diatur dalam Pasal pelabuhan yang disediakan oleh
5Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Pemerintah serta jasa
tentang Kepelabuhanan yaitu: kepelabuhanan yang
Pelabuhan berfungsi sebagai tempat diselenggarakan oleh Otoritas
kegiatan: Pelabuhan sesuai dengan ketentuan
a. Pemerintahan, dan peraturan perundang-undangan;
b. Pengusahaan dan
Uraian diatas menegaskan bahwa h. Menjamin kelancaran arus barang.
pelabuhan juga berfungsi sebagai tempat (3) Selain tugas dan tanggung jawab
kegiatan pemerintahan dan pengusahaan.Hal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tersebut sejalan dengan Hak Pengelolaan Otoritas Pelabuhan melaksanakan
(HPL) tanah pelabuhan sebagai tempat kegiatan penyediaan dan/atau
pengusahaan. pelayanan jasa kepelabuhanan yang
Berikutnya hal yang penting dalam diperlukan oleh pengguna jasa yang
peraturan ini adalah tentang Otoritas belum disediakan oleh Badan Usaha
Pelabuhan, sebagaimana diatur di dalam Pasal Pelabuhan.
42 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun (4) Dalam kondisi tertentu pemeliharan
2009 tentang Kepelabuhananyaitu: penahan gelombang, kolam pelabuhan,
(1) Otoritas Pelabuhan sebagaimana alur-pelayaran, dan jaringan jalan
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2) sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a dibentuk pada pelabuhan yang huruf b dapat dilaksanakan oleh Badan
diusahakan secara komersial. Usaha Pelabuhan atau pengelola
(2) Otoritas Pelabuhan mempunyai tugas terminal untuk kepentingan sendiri
dan tanggung jawab: yang dituangkan dalam perjanjian
a. Menyediakan lahan di daratan dan konsesi.
di perairan pelabuhan; Uraian pasal diatas menjelaskan
b. Menyediakan dan memelihara mengenai Otoritas Pelabuhan yang memiliki
penahan gelombang, kolam peranan penting dalam sistem pelabuhan
pelabuhan, alur-pelayaran, dan mulai dari penyediaan lahan di daratan dan di
jaringan jalan; perairan pelabuhan, menjamin keamanan dan
c. Menyediakan dan memelihara ketertiban di pelabuhan, mengusulkan tarif
Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran; atas penggunaan perairan dan fasilitas
d. Menjamin keamanan dan ketertiban pelabuhan hingga menjamin kelancaran arus
di pelabuhan; barang di pelabuhan. Selanjutnya selain
tanggung jawab yang telah diuraikan
sebelumnya, Otoritas Pelabuhan juga dalam
kondisi tertentu perjanjian dapat dilaksanakan
12 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun melalui perjanjian konsensi.
2009 tentang Kepelabuhanan

101
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

Berikutnya hal yang penting dalam h. Penyediaan fasilitas gudang pendingin;


peraturan ini adalah mengenai tugas dan i. Perawatan dan perbaikan kapal;
tanggung jawab Penyelenggara Pelabuhan, j. Pengemasan dan pelabelan;
sebagaimana diatur di dalam Pasal 51 k. Fumigasi dan pembersihan/perbaikan
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 kontainer;
tentang Kepelabuhananyaitu: l. Angkutan umum dari dan ke
(1) Penyediaan lahan di daratan dan di pelabuhan;
perairan dalam pelabuhan sebagaimana m. Tempat tunggu kendaraan bermotor;
dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a n. Kegiatan industri tertentu;
dilakukan oleh Otoritas Pelabuhan. o. Kegiatan perdagangan;
(2) Lahan sebagaimana dimaksud pada ayat p. Kegiatan penyediaan tempat bermain
(1) dikuasai oleh Negara. dan rekreasi;
(3) Dalam hal di atas lahan yang diperlukan q. Jasa periklanan; dan/atau
untuk pelabuhan terdapat hak atas tanah, r. Perhotelan, restoran, pariwisata, pos
penyediaannya dilakukan dengan cara dan telekomunikasi.
pengadaan tanah. (2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada
(4) Pengadaan tanah sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan oleh orang
pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan perseorangan warga negara Indonesia
ketentuan peraturan perundang- dan/atau badan usaha.
undangan. Uraian diatas menerangkan bahwa
Pasal tersebut menerangkan bahwa penyediaan dan/atau pelayanan jasa terkait
Penyelenggara Pelabuhan memiliki tugas dan dengan pelabuhan meliputi dari 18 (delapan
tanggung jawab penyediaan lahan di daratan belas) jasa mulai dari fasilitas penampungan
dan di perairan pelabuhan, lahan tersebut limbah, penyediaan depo peti kemas, kegiatan
dikuasai oleh Negara. Kemudian pada pasal industri tertentu hingga perhotelan, restoran,
tersebut diterangkan bahwa lahan yang pariwisata, pos dan telekomunikasi.
diperlukan untuk pelabuhan terdapat hak atas Berikut ini diuraikan hal penting dalam
tanah, penyediaannya dilakukan dengan cara peraturan ini mengenai penarifan,
pengadaan tahan. sebagaimana diatur dalam Pasal 145 sampai
Berikut ini diuraikan mengenai dengan Pasal 148 Peraturan Pemerintah
kegiatan jasa terkait dengan kepelabuhanan Nomor 61 Tahun 2009 tentang
sebagaimana diatur di dalam Pasal 70 Kepelabuhananyaitu:
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 Pasal 145Peraturan Pemerintah
tentang Kepelabuhananyaitu: Nomor 61 Tahun 2009 tentang
(1) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa Kepelabuhanan:
terkait dengan kepelabuhanan Setiap pelayanan jasa kepelabuhanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 dikenakan tarif sesuai dengan jasa yang
huruf b meliputi: diberikan.
a. Penyediaan fasilitas penampungan Pasal 146Peraturan Pemerintah
limbah; Nomor 61 Tahun 2009 tentang
b. Penyediaan depo peti kemas; Kepelabuhanan:
c. Penyediaan pergudangan; Besaran tarif pelayanan jasa
d. Jasa pembersihan dan pemeliharaan kepelabuhanan ditetapkan berdasarkan:
gedung kantor; a. Kepentingan pelayanan umum;
e. Instalasi air bersih dan listrik; b. Peningkatan mutu pelayanan jasa
f. Pelayanan pengisian air tawar dan kepelabuhanan;
minyak; c. Kepentingan pengguna jasa;
g. Penyediaan perkantoran untuk d. Peningkatan kelancaran pelayanan jasa;
kepentingan pengguna jasa pelabuhan; e. Pengembalian biaya; dan

102
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

f. Pengembangan usaha. yang diusahakan oleh Pemerintah merupakan


Pasal 147Peraturan Pemerintah Penerimaan Negara Bukan Pajak dan pada
Nomor 61 Tahun 2009 tentang pemerintah provinsi dan pemerintah
Kepelabuhanan: Kabupaten/Kota ditetapkan dengan peraturan
(1) Tarif penggunaan perairan dan/atau daerah dan merupakan penerimaan daerah.
daratan serta jasa kepelabuhanan yang
diselenggarakan oleh Otoritas Pelabuhan III. Pelaksanaan Hak Pengelolaan Atas
ditetapkan oleh Otoritas Pelabuhan Tanah yang Dilakukan PT. Pelindo-I
setelah dikonsultasikan dengan Menteri. Cabang Belawan
(2) Tarif jasa kepelabuhanan yang
diusahakan oleh Badan Usaha Pelabuhan 1. Lintasan Sejarah Pengelolaan
ditetapkan oleh Badan Usaha Pelabuhan Pelabuhan
berdasarkan jenis, struktur, dan golongan Indonesia adalah negara kepulauan
tarif yang ditetapkan oleh Menteri dan (archipelago).karena dua per tiga wilayahnya
merupakan pendapatan Badan Usaha adalah perairan yang berada pada jalur rute
Pelabuhan. perdagangan dunia. Deklarasi Juanda pada 13
(3) Tarif jasa kepelabuhanan bagi pelabuhan Desember 1957 merupakan embrio dari
yang diusahakan secara tidak komersial konsep azas negara kepulauan.Deklarasi
oleh Pemerintah ditetapkan dengan Juanda merupakan cita-cita hukum laut
Peraturan Pemerintah dan merupakan Indonesia yang mendeklasikan Indonesia
Penerimaan Negara Bukan Pajak. sebagai negara kepulauan dan mempunyai
(4) Tarif jasa kepelabuhanan bagi pelabuhan kedaulatan mutlak atas wilayah perairan yang
yang diusahakan oleh pemerintah menyatukan pulau-pulau dalam kesatuan
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota negara kepulauan.13
ditetapkan dengan peraturan daerah dan Sebagai negara kepulauan peranan
merupakan penerimaan daerah. angkutan laut sangat menentukan. Peranan
Pasal 148Peraturan Pemerintah angkutan laut antara lain sebagai sarana
Nomor 61 Tahun 2009 tentang penunjang perpindahan orang dan atau
Kepelabuhanan: barang, sebagai sarana merangsang
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis, pertumbuhan ekonomi wilayah dan sebagai
struktur, dan golongan tarif jasa sarana penunjang sektor perdagangan,
kepelabuhanan, mekanisme penetapan ekonomi dan sektor lainnya.
tarif yang terkait dengan penggunaan Sehubungan dengan itu pemerintah
perairan dan/atau daratan dan jasa telah menyusun Sistem Transportasi Laut
kepelabuhanan serta tarif jasa Nasional, yang terdiri dari jaringan prasarana
kepelabuhanan yang diusahakan oleh dan jaringan pelayanan. Jaringan prasarana
Badan Usaha Pelabuhan diatur dengan antara lain menyangkut kapal, alur pelayaran
Peraturan Menteri. dan fasilitas keselamatan, keamanan pelayaran
Keterangan Pasal diatas menerangkan dan pelabuhan.
bahwa penarifan jasa kepelabuhan sesuai Pelabuhan memiliki peranan yang
dengan jasa yang diberikan dan ditetapkan sangat penting dalam mendukung
berdasarkan kepentingan pelayanan umum, pertumbuhan ekonomi maupun mobilitas
kepentingan pengguna jasa hingga sosial dan perdagangan di wilayah Nusantara
pengembangan usaha.Tarif jasa kepelabuhan yang sangat luas.Pelabuhan terdiri dari
didasarkan pada jenis, struktur, dan golongan pelabuhan umum dan pelabuhan khusus.
tarif yang ditetapkan oleh Menteri dan
merupakan pendapatan Badan Usaha 13 Belawanport Information, PT. Pelabuhan
Pelabuhan. Kemudian tarif jasa kepelabuhan Indonesia I Cabang Belawan, Pro Fajar, 2008,
halaman1

103
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

Jumlah pelabuhan di Indonesia sebanyak Indonesia I - IV menjadi PT (Persero)


2.133, terdiri dari pelabuhan umum sebanyak Pelabuhan Indonesia I - IV PT (Persero)
977 dan pelabuhan khusus sebanyak 1.156. Pelabuhan Indonesia I berdiri berdasarkan
Sebanyak 141 pelabuhan umum terbuka untuk Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 1991
perdagangan luar negeri, terdiri dari dan dikukuhkan dengan akte notaris Imas
pelabuhan umum yang diusahakan dan Fatimah, SH . Nama lengkap perusahaan
pelabuhan umum yang tidak diusahakan. adalah PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I
Pelabuhan umum yang diusahakan disingkat Pelabuhan I, berkantor pusat di Jalan
dikelola oleh PT (Persero) Indonesia I, II, III Krakatau Ujung Nomor 100 Medan 20241,
dan IV. Jumlahnya mencapai 111 pelabuhan Sumatera Utara, Indonesia.14
yang terdiri dari pelabuhan utama, pelabuhan Berdasarkan Peraturan Pemerintah
kelas I, pelabuhan kelas II dan pelabuhan Nomor 64 Tahun 2001 kedudukan, tugas dan
kawasan. kewenangan Menteri Keuangan selaku
Ketika masa penjajahan Belanda, pemegang saham pada Persero/ Perseroan
pelabuhan dikelola oleh perseroan yang diberi Terbatas dialihkan kepada Menteri Negara
namaHaven Bedryf artinya Perusahaan BUMN. Sedangkan, pembinaan teknis
Pelabuhan. Pada awal kemerdekaan hingga operasional berada di tangan Departemen
1950 pengelolaan pelabuhan dilaksanakan Perhubungan dan dilaksanakan oleh
oleh jawatan pelabuhan.Nampaknya Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
pemerintah merasa perlu menata ulang
pengelolaan pelabuhan. 2. Visi dan Misi
Maka keluarlah Peraturan Pemerintah Menyadari bahwa pelanggan semakin
Nomor 55 Tahun 1951 tertanggal 30 Agustus memainkan peran penting di dalam
1951 tentang peraturan perbaikan pelabuhan. lingkungan bisnis yang bersaing secara
Pemimpin pelabuhan disebut penguasa tajam.Sedangkan tujuan dari penyediaan jasa
pelabuhan dan bertanggung jawab langsung pelabuhan adalah memberikan kepuasan
kepada Menteri Perhubungan.Pada tahun kepada pengguna jasa dan mendorong
1960 pengelolaan pelabuhan umum di pertumbuhan ekonomi.Untuk menempatkan
Indonesia dilakukan oleh suatu Badan Khusus perusahaan pada posisi yang memiliki daya
tertentu yang berada dibawah pengendalian saing yang kuat dalam jangka panjang, Maka
Pemerintah. kuncinya adalah pengelolaan kemampuan
Bentuk Badan Usaha Milik Negara yang sumber daya manusia dalam memanfaatkan
diberi kewenangan untuk mengelola pengetahuan.15
pelabuhan umum telah mengalami beberapa Penetapan misi Perusahaan difokuskan
perubahan, sesuai dengan arah kebijaksanaan kepada peningkatan kualitas pelayanan dan
Pemerintah.Hal ini dalam rangka menunjang kehandalan alat produki untuk mendukung
pembangunan nasional serta mengimbangi peran pelabuhan sebagai pusat logistik melalui
pertumbuhan permintaan pelayanan jasa aktifitas yang memberikan nilai tambah
pelabuhan yang dinamis. sehingga dapat mendorong pertumbuhan
Pemerintah mengharapkan agar ekonomi Wilayah. Berdasarkan keyakinan
Perum Pelabuhan I s/d IV dapat meningkatkan yang di maksud, misi PT Pelabuhan Indonesia
perannya sebagai korporat dalam mengelola 1 (Persero) ditetapkan sebagai :
Pelabuhan secara komersial. Dengan demikian Menyediakan jasa kepelabuhan
diharapkan pelayanan kepada pengguna jasa berkualitas yang berperan sebagai pusat
pelabuhan akan dititik beratkan pada aspek logistik, memberikan nilai tambah serta
komersial sehingga pelayanan kepada mendorong pertumbuhan ekonomi Wilayah.
pengguna jasa dapat lebih ditingkatkan. PT Pelabuhan Indonesia 1 (Persero) telah
Sehubungan dengan itu pada tahun 1992
Pemerintah merubah status Perum Pelabuhan 14Ibid, halaman 5
15Ibid, halaman6
104
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

merumuskan visi yang merupakan gambaran k. Jasa persewaan fasilitas dan peralatan di
organisasi yang ingin diwujudkan di masa bidang kepelabuhanan.
depan yaitu: “Mewujudkan pelayanan l. Jasa perbaikan fasilitas dan peralatan di
kepelabuhan berkualitas dan berada di dalam bidang kepelabuhanan.
jaringan transportasi laut global serta mampu m. Properti di daerah lingkungan pelabuhan
memenuhi harapan stakeholder”. n. Kawasan industri di daerah lingkungan
Dalam upaya mewujudkan visi pelabuhan
tersebut perusahaan berupaya untuk : o. Kawasan wisata di daerah lingkungan
a. Mewujudkan keuntungan yang memadai pelabuhan
dalam menjalankan bisnis Perusahaan p. Depo peti kemas
(profit); q. Jasa konsultasi di bidang kepelabuhanan.
b. Memproduksi jasa yang menghasilkan nilai r. Jasa komunikasi dan informasi di bidang
bagi pelanggan (product); kepelabuhanan.
c. Menyempurnakan proses yang s. Jasa konstruksi di bidang kepelabuhanan.
menghasilkan nilai bagi pelanggan secara
berkelanjutan (process); IV. Hambatan yang Dihadapi PT. Pelindo-I
d. Menciptakan SDM yang produktif dan Cabang Belawan Terhadap Hak
berkomitmen (people); Pengelolaan Atas Tanah

3. Bidang Kegiatan Usaha 1. Hambatan Internal


Bidang kegiatan usaha yang dilakukan Hambatan yang dihadapi PT. Pelindo-I
oleh PT. Pelindo I antara lain: Cabang Belawan secara internal terhadap Hak
a. Kolam-kolam pelabuhan dan perairan Pengelolaan atas tanah adalah sebagai berikut:
untuk lalu lintas dan tempat-tempat 1. Ada beberapa lahan kosong yang belum
berlabuhnya kapal. dimaksimalkan penggunaannya.
b. Jasa-jasa yang berhubungan dengan Lahan kosong diatas salah satunya
pemanduan (pilotage) dan penundaan dilokasi Pantai Anjing, dimana lahan ini
kapal. masih dalam sengketa, dan saat ini masih
c. Dermaga dan fasilitas lain untuk di tingkat kasasi Mahkamah Agung.16
bertambat, bongkar muat barang 2. Masalah regulasi HPL.
termasuk hewan dan fasilitas naik turun Ada beberapa bagian HPL yang
penumpang. dikerjasamakan, setelah keluarnya
d. Gudang-gudang dan tempat penimbunan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008
barang-barang angkutan Bandar, alat dan Peraturan Pemerintah Nomor 61
bongkar muat serta peralatan pelabuhan. Tahun 2009, PT. Pelindo-I Cabang
e. Tanah untuk berbagai bangunan dan Belawan tidak boleh menyewakan lahan,
lapangan, industri dan gedung/bangunan karena lahan-lahan yang terletak di luar
yang berhubungan dengan kepentingan kegiatan operasional PT. Pelindo-I Cabang
kelancaran angkutan laut. Belawan adalah milik Otorita Pelabuhan
f. Penyediaan listrik, bahan bakar minyak, walaupun belum ada serah terima dan
air minum dan instalasi limbah ketentuan pelaksanaannya.
pembuangan. Masalah lainnya adalah pihak manajemen
g. Jasa terminal, kegiatan konsolidasi dan PT. Pelindo-I Cabang Belawan belum
distribusi barang termasuk hewan. berani memaksimalkan regulasi terkait
h. Jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan lahan Pelindo yang dikuasai oleh
yang berkaitan dengan pelabuhan.
i. Jasa pelayanan kesehatan. 16Hasil Wawancara dengan Arif, selaku
j. Jasa transportasi laut Humas PT. Pelindo-I Cabang Belawan, pada tanggal
19 Februari 2014

105
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

masyarakat sekitar yang belum diikat karena pertimbangan konflik sosial yang
kontrak persewaan, hal ini sangat sulit besar.19
dikarenakan akan menimbulkan konflik Bila dihubungkan dengan teori sistem
sosial yang cukup panas.17 hukum (legal system) maka dapat
Bila uraian diatas dihubungkan dengan dihubungkan dengan Budaya hukum
teori sistem hukum (legal system) oleh (legal culture) merupakan sikap manusia
Friedman yang salah satunya adalah terhadap hukum dan sistem hukum.Sikap
substansi hukum yaitu merupakan aturan, masyarakat ini meliputi kepercayaan,
norma di dalam sistem hukum maka nilai-nilai, ide-ide serta harapan
substansi hukum (legal substance) berarti masyarakat terhadap hukum dan sistem
produk yang dihasilkan oleh orang yang hukum. Budaya hukum merupakan faktor
berada di dalam sistem hukum itu, baik kekuatan sosial yang utama dan
berupa keputusan yang telah dikeluarkan menentukan bagaimana hukum dapat
maupun aturan-aturan baru yang akan bermanfaat atau disalah gunakan. Maka
disusun. Berkaitan hal di atas, produk dapat disimpulkan bahwa penegakan
regulasi yang dijalankan belumlah hukum yang dapat menimbulkan konflik
maksimal sehingga substansi hukum sosial dalam kehidupan masyarakat
belum terpenuhi karena kebijakan yang khususnya di pesisir pantai Belawan dan
dibuat oleh PT. Pelindo-I Cabang Belawan sekitarnya akan sulit ditegakkan. Sikap
belum dapat dijalankan sepenuhnya masyarakat sekitar terhadap kebijakan
kepada seluruh masyarakat sekitar yang persewaan tanah atas HPL yang dimiliki
belum memperoleh hak atas tanah dan PT. Pelindo-I Cabang Belawan
telah menempati lahan HPL Pelindo I menimbulkan sikap resistensi karena
Cabang Belawan. hanya 40 kepala keluarga saja yang
3. Sistem IT yang belum baku. bersedia diikat kontrak sewa dari ratusan
Manajemen PT. Pelindo-I Cabang Belawan kepala keluarga yang ada di atas lahan
belum memiki sistem IT yang baku, dan saat ini ke 40 kepala keluarga
artinya belum menggunakan database tersebut enggan memperpanjang kembali
yang lebih baik.18 kontrak persewaan yang telah berakhir.
2. Proses yang lama dalam pengurusan
2. Hambatan Eksternal penyewaan HPL.
Hambatan yang dihadapi PT. Pelindo-I Pihak ketiga yang hendak memanfaatkan
Cabang Belawan secara eksternal terhadap HPL mengalami kesulitan terhadap
Hak Pengelolaan atas tanah adalah sebagai lamanya waktu dalam proses penyewaan
berikut: HPL tersebut.20
1. Sulit membebaskan lahan yang dikuasai Hal tersebut juga dibenarkan oleh Andre
oleh masyarakat. dari pihak PT. Musimas, yang mengatakan
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa proses perpanjangan lahan
bahwa lahan PT. Pelindo-I Cabang memakan waktu yang lama.21
Belawan banyak dikuasai oleh masyarakat 3. Tarif penyewaan lahan HPL
yang tidak memiliki hak, tetapi untuk
pembebasan lahan tersebut cukup sulit,
19Hasil Wawancara dengan Budi, selaku

Divisi Komersil di PT. Pelindo-I Cabang Belawan,


17Hasil Wawancara dengan Rica, selaku pada tanggal 19 Februari 2014
Humas di PT. Pelindo-Cabang Belawan, pada 20Hasil Wawancara dengan Sukri, selaku

tanggal 19 Februari 2014 Divisi Komersil di PT. Pelindo-I Cabang Belawan,


18Hasil Wawancara dengan Najmah, selaku pada tanggal 19 Februari 2014
Divisi Komersil di PT. Pelindo-I Cabang Belawan, 21Hasil Wawancara dengan Andre dari PT.

pada tanggal 19 Februari 2014 Musimas, pada tanggal 17 Februari 2014


106
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

Tarif penyewaan lahan menjadi kendala nilai-nilai kearifan pada masyarakat adat
bagi pihak ketiga karena tarif terus (Beschikking Recht) yang lebih dahulu
meningkat setiap tahunnya, seperti yang hadir dan berdomisili serta berkembang
dikatakan pihak dari PT. Belawan Tangki memanfaatkan lahan sebelum lahan PT
Indonesia, yang mengatakan bahwa Pelindo I Cabang Belawan ditetapkan oleh
tingginya biaya yang dikenakan sebesar Pemerintah melalui Badan Pertanahan
tarif Rp. 90.000,- M2/tahun pada tahun Nasional berupa sertifikat HPL
ini, sedangkan pada tahun yang lalu 3. Hambatan yang ditemui oleh PT Pelindo I
tarifnya sebesar Rp 60.000,- M2/tahun (Persero) Cabang Belawan berupa
(naik sebesar 66,7%).22 hambatan internal antara lain, pertama,
terdapat beberapa lahan kosong yang
V. Penutup belum dapat dimaksimalkan
Berdasarkan uraian dan pembahasan, penggunaannya. Kedua, implementasi
maka kesimpulan dari tulisan ini adalah: konsesi HPL dengan Otoritas Pelabuhan
1. Pengaturan hukum tentang hak Bealwan yang masih tertunda. Ketiga,
pengelolaan atas tanah di pelabuhan Sistem IT yang belum terkelola dengan
belawan diatur berdasarkan Peraturan baik. Selain itu, terdapat hambatan secara
Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1965 eksternal antara lain, pertama,
tentang Pelaksanaan Konversi Hak penguasaan sebahagian lahan HPL oleh
Penguasaan Atas Tanah Negara dan masyarakat sekitar tanpa ada perikatan.
Ketentuan-Ketentuan Tentang Kedua, birokrasi dan proses yang panjang
Kebijaksanaan Selanjutnya dan Peraturan dalam menggunakan atau menyewa tanah
Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 HPL. Ketiga, tarif penyewaan bahagian
tentang Kepelabuhanan. Selain itu, lahan HPL yang terus meningkat di setiap
Manajemen PT Pelindo I Cabang Belawan periode perpanjangan kepada pihak ke
menjadikan suatu produk regulasi tiga.
tersendiri berupa Surat Keputusan Direksi Berdasarkan uraian dan pembahasan,
Nomor US.11/2/21/P.I-08 tanggal 09 maka saran dari tulisan ini adalah:
September 2008 tentang Perubahan 1. Sebaiknya Undang-Undang dan peraturan
ketentuan dan besaran tariff Penggunaan pelaksana yang mengatur tentang agraria
bagian-bagian tanah di Cabang Pelabuhan di Indonesia secara umum dan Hak
Belawan dan Dumai di Lingkungan PT Pengelolaan pada khususnya tetap
Pelindo I. berpedoman kepada jiwa dan semangat
2. Pelaksanaan Hak Pengelolaan atas tanah yang tersirat pada Nilai-Nilai Pancasila,
yang dilakukan PT. Pelindo-I Cabang Undang-Undang Dasar Tahun 1945 serta
Belawan belum mencapai sasaran/tujuan Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5
sepenuhnya karena tujuan hukum berupa Tahun 1960 untuk menghindari konflik
kepastian, keadilan dan kemanfaatan bagi horizontal dan tetap menjalankan konsep
masyarakat atau pihak ke tiga belum pembaharuan hukum agrarian.
terimplementasi dengan sempurna dan 2. mengatasi dan menekan potensi
belum memperhatikan norma dan kaidah hambatan kedepannya agar PT. Pelindo I
atau tatanan hukum pada masyarakat Cabang Belawan melakukan sosialisasi
secara utuh yang telah berkembang berkesinambungan kepada Pihak ke -3
sebelumnya di tengah masyarakat pesisir yang menggunakan alas hak tanah HPL
pantai berupa keberadaan hukum atau terutama kepada masyarakat sekitar,
berupaya menyelesaikan potensi konflik
22Hasil
Wawancara dengan pimpinan PT. pertanahan melalui jalur non litigasi dan
Belawan Tangki Indonesia, pada tanggal 21 mengedepankan fungsi tata kelola
Februari 2014

107
Jurnal Mercatoria Vol.7 No.1/Juni 2014 ISSN No:1979-8652

perusahaan Negara yang baik di mata Pelzer, Karl J., 1991, Sengketa Agraria:
sosial masyarakat sebagai salah satu Pengusaha Perkebunan Melawan
Badan Usaha Milik Negara agar Petani, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta
masyarakat dan pihak ke-3 mengetahui
prospek pengembangan Pelabuhan Sudiyat, Imam, 1978, Hukum Adat, Sketsa Asas,
Belawan kedepannya dengan harapan Penerbit Liberty, Yogyakarta
lahan dapat bermanfaat dan memberikan Suranta, F.A., 2013, Pembentukan UUPA dan
nilai tambah bagi semua pihak. Perkembangan Hukum Tanah di
3. Melaksanakan pengelolaan tanah HPL Indonesia, Makalah, Pascasarjana Ilmu
hendaknya PT Pelindo I Cabang Belawan Hukum, Universitas Medan Area,
melakukan beberapa upaya seperti Medan
menyampaikan usulan pengembalian atau Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang
pengurangan sebahagian luas HPL tanah Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
yang dikuasai kepada Pemerintah Daerah Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun
atau Pemeritah Pusat untuk kategori 1965 tentang Pelaksanaan Konversi
tanah yang dipergunakan oleh Masyarakat Hak Penguasaan Atas Tanah Negara
sekitar, bersinergi dengan Instansi dan Ketentuan-Ketentuan Tentang
Pemerintah, dan melakukan pendekatan Kebijaksanaan Selanjutnya
persuasif dengan mengoptimalkan dana Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009
bantuan perusahaan berupa tanggung tentang Kepelabuhanan
jawab sosial (Corporate Social
Responsibility) sebagaimana diamanatkan
pada Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas dan
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003
tentang Badan Usaha Milik Negara.

DAFTAR PUSTAKA
Belawanport Information, PT. (Persero)
Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan
Belawanport Information, 2008, PT. Pelabuhan
Indonesia I Cabang Belawan, Pro Fajar
Harsono, B., 1977, Hukum Agraria Indonesia:
Sejarah Pembentukan UUPA, Isi, dan
Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta
Hutagalung, A.S. dan Markus G., 2008,
Kewenangan Pemerintah di Bidang
Pertanahan, RajaGrafindo Persada,
Jakarta

Ismaya, Samun, 2011, Pengantar Hukum


Agraria,: Graha Ilmu, Yogyakarta

Limbong, Benhard, 2012, Hukum Agraria


Nasional, Margaretha Pustaka, Jakarta

MD, Moh. Mahfud, 2011, Politik Hukum di


Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta

108

You might also like