You are on page 1of 9

Volume 6 No.

2-September 2014

ANALISIS PENDAPATAN DAN PROFITABILITAS


USAHATANI PADI (Oryza sativa, L.)
DI KABUPATEN INDRAMAYU
Oleh:
Wiwik Ambarsari, Vitus Dwi Yunianto Budi Ismadi, dan Agus Setiadi

Program Studi Magister Agribisnis Pasca Sarjana


Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra penanaman padi dan kurang lebih
75 persen hasil padi dikontribusikan untuk Provinsi Jawa Barat dan Nasional. Permasalahan
utama pada lahan padi adalah terjadinya penurunan luas panen dikarenakan peningkatan alih
fungsi lahan, hama dan penyakit tanaman, serta bencana alam karena banjir dan kekeringan
sehingga pendapatan petani menurun. Berbagai usaha oleh pemerintah sudah dilakukan untuk
menanggulangi permasalahan usahatani padi melalui program swasembada yang
berkelanjutan agar produksi padi meningkat sehingga pendapatan petani meningkat pula.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pendapatan bersih dan profitabilitas di
tingkat petani. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan
metode pendekatan survei yang dilakukan di Kecamatan Sliyeg, Lelea, dan Gabuswetan
Kabupaten Indramayu, sejak bulan Februari sampai Agustus 2014. Pengambilan sampel
petani padi dilakukan secara multistage purposive sampling berjumlah 120 orang pada hasil
usahatani periode 2012/2013.
Hasil penelitian ini diperoleh rata-rata pendapatan bersih usahatani padi di Kabupaten
Indramayu pada musim tanam pertama sebesar Rp 14.766.370,09 per hektar per musim atau
Rp 3.691.592,52 per hektar per bulan dengan profitabilitas 105,52 persen per musim atau
26,38 persen per bulan. Rata-rata pendapatan bersih usahatani padi pada musim tanam kedua
sebesar Rp 12.668.336,83 per hektar per musim atau Rp 3.167.084,21 per hektar per bulan
dengan profitabilitas 96,30 persen per musim atau 24,07 persen per bulan. Hasil ini
memberikan arti bahwa usahatani padi pada musim tanam pertama dan kedua adalah
profitable, artinya usahatani padi memberi keuntungan bagi petani padi dan layak untuk
dikembangkan.
Kata kunci : usahatani padi, pendapatan bersih, profitabilitas

PENDAHULUAN pangan lainnya seperti jagung, ubi kayu,


dan lainnya, (4) adanya psikologis
Padi (Oryza sativa. L) adalah ketergantungan yang sangat tinggi dari
tanaman pangan turunan pertama berupa masyarakat terhadap beras, dan (5)
beras berwarna putih sebagai makanan terdapat unsur status sosial kaum tani yang
pokok bagi penduduk dunia. Beras merasa bergengsi kalau dirinya menanam
memberikan kalori yang cukup bagi tubuh padi (Sastraatmadja, 2007). Usaha tani
manusia dan asupan gizi lainnya (Tabel 1). padi yang dikelola petani memberikan
Beras sudah menjadi komoditas strategis keuntungan Rp 2,3 – Rp 2,8 juta per hektar
yang menjadi lima alasan, yaitu : (1) pada tingkat benevit cost ratio (B/C Ratio)
sekitar 90 persen penduduk negeri sangat sebesar 1.772,04 (Badan Penelitian dan
tergantung terhadap beras sebagai bahan Pengembangan Pertanian Departemen
makanan utamanya, (2) usaha tani padi Pertanian, 2005).
melibatkan sekitar 20 juta rumah tangga
petani, (3) beras memberikan kontribusi
kalori terbesar dibandingkan dengan bahan
19
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
Volume 6 No. 2-September 2014

Tabel 1. Kandungan Mutu Gizi dan Sifat Fisikokimia Beras Tiap 100 gram Varietas
Ciherang
No. Zat Nutrisi Jumlah Satuan
Kandungan Mutu Gizi
1. Protein 10,3 Persen
2. Lemak 0,72 Persen
3. Karbohidrat 87,6 Persen
4. Indeks glikemik 54.4 Persen (rendah)
5. Energi 401,9 Kalori, KJ (=365 Kcal)
6. Vitamin B1 0,30 Milligram
7. Vitamin B2 0,13 milligram
8. Vitamin B3 0,56 milligram
9. Vitamin B6 0,12 milligram
10. Asam Folat 29,9 mikrogram
11. Besi 4,6 Ppm
12. Seng 23 Ppm
Sifat Fisikokimia
13. Amilosa 23,2 Persen (rasa enak)
14. Konsistensi gel 77,5 Millimeter (tektur pulen)

Sumber : Data Sekunder, Indrasari Tahun 2011.


Indonesia, merupakan salahsatu Indramayu mengalami konversi lahan
diantara Tujuh negara penghasil beras. sawah beririgasi ke non pertanian sebesar
Walaupun demikian Indonesia menjadi 0,12 persen per tahun dari total lahan
negara importir beras nomor 4 di dunia sawah 116.039 hektar dan cenderung
pada tahun 2012 untuk memenuhi meningkat setiap tahunnya sejalan dengan
kebutuhan konsumsi masyarakatnya perkembangan penduduk dan kebutuhan
(FAOSTAT, 2012 dalam Napsintuwong, lahan serta perkembangan perekonomian
2012). suatu wilayah.
Pada Tabel 2 terlihat bahwa Andhika (2013) menyatakan bahwa
Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan dampak terjadinya alih fungsi lahan sawah
luas panen padi dari tahun 2010 sampai menjadi daerah pembangunan di Kota
2012 sebesar 5,83 persen, produktivitas Depok seluas 815 hektar dalam periode
naik 1,98 persen dan penurunan produksi 2001 sampai 2012 yaitu hilangnya
padi sebesar 3,96 persen. Kabupaten 4.848,53 ton produksi padi senilai Rp
Indramayu mengalami penurunan luas 19.794.138.000 atau rata-rata kehilangan
panen sebesar 8,45 persen, produktivitas sekitar 449,87 ton per tahun senilai dengan
naik 10,70 persen, dan produksi padi Rp 1.799.468.000 per tahun, sehingga
mengalami kenaikan sebesar 1,34 persen terdapat selisih antara kebutuhan
dari tahun 2010 sampai tahun 2012. konsumsi pangan penduduk dengan
Hal ini menjadi kendala dan produksi beras sebesar 384,63 ton per hari
permasalahan yang harus diperhatikan dimana kebutuhan konsumsi penduduk
karena dapat mengakibatkan semakin 396,67 ton per hari sedangkan rata-rata
berkurangnya produksi padi dikarenakan produksi beras yang dihasilkan 12,04 ton
luas panen yang semakin menurun, yaitu per hari. Menurut Soekartawi (1986)
salah satu penyebabnya adalah alih fungsi bahwa terdapat faktor-faktor yang
lahan yang tidak dapat dihindari dari lahan mempengaruhi hasil usahatani selain
pertanian kepada lahan non pertanian, mengoptimalkan lahan, yaitu : tenaga
seperti berdirinya bangunan rumah kerja, modal, pupuk, pestisida, benih, dan
ataupun industri. Suherman (2013) teknologi.
menyebutkan bahwa Kabupaten
20
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
Volume 6 No. 2-September 2014

Menurut Peraturan Pemerintah Indramayu Tahun 2012, diantaranya : (1)


No.68 Tahun 2002 pada Pasal 2 tentang tingkat kehilangan hasil akibat pengolahan
ketahanan pangan untuk mewujudkan pasca panen masih terlalu tinggi, (2) masih
penyediaan pangan, maka perlu dilakukan tingginya serangan organisme penyakit
beberapa hal, diantaranya adalah : (1) tanaman utama, (3) bencana alam
mengembangkan sistem produksi pangan kebanjiran dan kekeringan yang cukup
yang bertumpu pada sumberdaya, luas, (4) permodalan yang dimiliki petani
kelembagaan, dan budaya lokal, (2) masih rendah, (5) teknologi spesifik belum
mengembangkan efisiensi sistem usaha diterapkan secara lengkap dan
pangan, (3) mengembangkan teknologi berkelanjutan, dan (6) marketable surplus
produksi pangan, (4) mengembangkan yang masih belum tertangani secara nyata
sarana dan prasarana produksi pangan, dan sehingga mempengaruhi cara budidaya
(5) mempertahankan dan mengembangkan padi.
lahan produktif dalam pemenuhan Berdasarkan penjelasan tersebut
swasembada pangan. maka penelitian ini dimaksudkan untuk
Berbagai strategi telah dilakukan mengetahui seberapa besar pendapatan
pemerintah melalui peraturannya tetapi bersih dan kelayakan usahatani padi
berbagai permasalahan dalam sistem dengan nilai profitabilitas di Kabupaten
agribisnis padi masih terjadi dalam Indramayu.
mewujudkan program swasembada
berkelanjutan berdasarkan Laporan Dinas
Pertanian dan Peternakan Kabupaten

Tabel 2. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Padi, dan Beras di


Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Indramayu Tahun, 2010, 2011, dan 2012

Tahun Luas Panen Produktivitas Produksi Padi Beras*


(Ha) (Ku/Ha) (Ton GKG) (Ton)
Provinsi Jawa Barat
2012 1.918.799 58,74 11.271.861 7.071.965,59
2011 1.964.466 59,22 11.633.891 7.299.103,21
2010 2.037.657 57,6 11.737.071 7.363.837,72
Kabupaten Indramayu
2012 220.373 62,47 1.376.604 863.681,35
2011 230.985 61,26 1.415.050 887.802,37
2010 240.716 56,43 1.358.441 852.285,88

Sumber : Data Sekunder Jawa Barat Dalam Angka, 2010 sampai 2012.
*Konversi GKG menjadi beras : 62,74% dalam Laporan Tahunan Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Indramayu Tahun 2011.

21
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
Volume 6 No. 2-September 2014

METODE PENELITIAN Jika profitabilitas usahatani padi lebih


besar dari suku bunga deposito bank maka
Penelitian ini adalah penelitian usahatani padi menguntungkan atau
deskriptif kuantitatif dengan metode profitable yaitu usahatani padi layak untuk
pendekatan survey (Nazir, 1983). Lokasi dikembangkan, sedangkan jika
penelitian di Kecamatan Sliyeg, profitabilitas usahatani padi lebih kecil
Kecamatan Lelea, dan Kecamatan dari suku bunga deposito bank maka
Gabuswetan Provinsi Jawa Barat. usahatani padi tidak menguntungkan atau
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan tidak profitable yaitu usahatani padi tidak
pada bulan Februari s/d Agustus 2014. layak untuk dikembangkan.
Teknik pengambilan sampel adalah
multistage purposive sampling
HASIL DAN PEMBAHASAN
(pertimbangan) sebanyak 120 responden
petani (Soekartawi, 1986). Analisis yang Analisis Pendapatan Usahatani Padi
digunakan untuk pendapatan usahatani
padi di tingkat petani dapat diperoleh
dengan rumus (Prawirokusumo, 1990), Analisis pendapatan usahatani padi
sebagai berikut : bersumber dari data responden petani pada
usahatani padi periode 2012/2013 pada
NT = TR - TC ................... (1) musim tanam pertama (MT-1) atau musim
TR = Q x Pq .................. (2) penghujan (Desember 2012 – Maret 2013)
TC = TVC + TF ................ (3) dan musim tanam kedua (MT-2) atau
musim kemarau (April – Juli 2013),
Keterangan : melalui wawancara sejumlah 120 orang,
NT = Net Revenue/Pendapatan jumlah luas lahan garapan 164,55 ha, dan
(Rupiah) rata-rata luas garapan 1,37 ha per
TR = Total Revenue/Total Penerimaan responden petani. Hasil perhitungan
(Rupiah) analisis pendapatan bersih dan
Q = Jumlah Produksi Padi (Kg) profitabilitas padi di tingkat petani dapat
Pq = Harga per kg Gabah (Rupiah) dilihat pada Tabel 3.
TC/ = Total Cost/Total Biaya Produksi
(Rupiah) Biaya Variabel
TVC = Total Variabel Cost/Total Biaya
Variabel Biaya variabel adalah biaya yang
(Rupiah) berubah-ubah sesuai dengan besarnya
TFC = Total Fixed Cost / Total Biaya produksi. Biaya variabel meliputi biaya
Tetap (Rupiah) sarana produksi, biaya tenaga kerja, dan
operasional. Biaya sarana produksi
Profitabilitas merupakan gambaran meliputi pembelian benih, pupuk, pestisida
kemampuan usaha untuk mendapatkan (zat pengatur tumbuh dan obat pembasmi
keuntungan bersih dari modal operasional hama dan penyakit). Biaya tenaga kerja
yang dikeluarkan atau operasional meliputi pengolahan tanah, pembenihan,
biaya/biaya produksi (Soekartawi, 1986) penanaman, pemeliharaan (penyulaman,
dengan rumus matematis adalah : penyiangan, pemupukan, dan
penyemprotan), dan pasca panen (panen,
Profitabilitas = x 100% .......... (4) perontokan, pengangkutan, dan
Profitabilitas dapat ditentukan pengeringan). Biaya operasional meliputi
berdasarkan suku bunga deposito bank. transportasi yang menggunakan bensin.

22
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
Volume 6 No. 2-September 2014

Tabel 3 memperlihatkan bahwa total lahan, iuran desa, penyusutan alat


biaya variabel yang dikeluarkan responden (cangkul, arit, pedangan, kenca/jarak
petani padi pada musim tanam pertama tanam, handsprayer, ember, timbangan,
(MT-1), yaitu Desember 2012 sampai traktor, pompa air, karung, motor/sepeda),
Maret 2013 sebesar Rp 1.446.069.899,23 pemeliharaan (lantai jemur, gudang
dengan rata-rata sebesar Rp 12.050.582,49. penyimpanan gabah, dan lain-lain) dan
Total biaya variabel yang dikeluarkan bunga modal (jumlah biaya variabel dan
responden petani padi pada musim tanam biaya tetap dikalikan bunga pinjaman bank
kedua (MT-2), yaitu April 2013 sampai per musim tanam).
Juli 2013 sebesar Rp 1.314.243.315,96 Tabel 3 menunjukkan bahwa total
dengan rata-rata sebesar Rp 10.952.027,63. biaya tetap yang dikeluarkan responden
Pada total biaya variabel terdapat petani padi pada musim tanam pertama
perbedaan pada musim penghujan dan (MT-1), yaitu Desember 2012 sampai
kemarau karena perbedaan pada biaya Maret 2013 sebesar Rp 838.616.247,39
variabel upah tenaga kerja. Perbedaan dengan rata–rata sebesar Rp 6.988.468,73.
upah tenaga kerja ini disebabkan pada Total biaya tetap yang dikeluarkan
penjemuran gabah saat panen, waktu responden petani padi pada musim tanam
penjemuran pada musim pertama kedua (MT-2), yaitu April 2013 sampai
(penghujan) memerlukan waktu 3-4 hari di Juli 2013 sebesar Rp 830.706.652,39
tingkat petani sedangkan pada musim dengan rata-rata sebesar Rp 6.922.555,44.
kedua (kemarau) memerlukan waktu Total biaya tetap pada musim tanam
penjemuran 1-2 hari karena sinar matahari kedua lebih rendah 0,94 persen
yang cukup sehingga selisih waktu dibandingkan dengan total biaya tetap
penjemuran menyebabkan jumlah hari pada musim tanam pertama dikarenakan
kerja penjemuran padi berbeda sehingga bunga modal yang rendah sebesar 6,11
upah kerja akan berbeda, pada musim persen, hal ini disebabkan karena upah
pertama lebih besar 12,20 persen tenaga kerja pada biaya variabel di musim
dibandingkan dengan musim kedua. kedua lebih rendah dibandingkan pada
musim pertama pada saat penjemuran padi
Biaya Tetap
karena terik sinar matahari lebih banyak di
Biaya tetap adalah biaya yang tidak musim kedua sehingga lama penjemuran
dipengaruhi oleh besarnya produksi. berkurang waktunya.
Biaya tetap meliputi pajak/PBB, sewa
Tabel 3. Total Biaya Variabel, Total Biaya Tetap, Total Biaya, Penerimaan, Pendapatan
Bersih, dan Profitabilitas Usahatani Padi Musim Tanam Pertama dan Musim
Tanam Kedua (Periode 2012/2013)

MT-1 (Rp) MT2 (Rp)


No Uraian
Jumlah Rata-rata Jumlah Rata-rata
1 Total Biaya Variabel 1.446.069.899,23 12.050.582,49 1.314.243.315,96 10.952.027,63
2 Total Biaya Tetap 838.616.247,39 6.988.468,73 830.706.652,39 6.922.555,44
3 Total Biaya 2.284.686.146,22 19.039.051,22 2.144.949.968,35 17.874.583,07
4 Total Biaya per ha 1.791.784.256,48 14.931.535,47 1.686.509.591,51 14.054.246,60
5 Penerimaan GKP (Rp) 4.998.937.780,00 41.657.814,83 4.611.722.520,00 38.431.021,00
Penerimaan GKP 3.590.441.617,76 29.920.346,81 3.230.713.137,51 26.922.609,48
6 (Rp/ha)
7 Pendapatan Bersih (Rp) 2.681.032.458,20 22.341.937,15 2.437.399.826,47 20.311.665,22
8 Pendapatan Bersih (Rp/ha) 1.771.964.410,28 14.766.370,09 1.520.200.420,19 12.668.336,83
9 Profitabilitas (%) 12.661,83 105,52 11.555,96 96,30
Sumber : Analisis Data Primer Tahun 2014
23
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
Volume 6 No. 2-September 2014

Biaya Total (10,02%). Penurunan produksi sebesar


146.204,67 kg GKP (13,74%) terjadi di
Biaya total usahatani padi musim tanam kedua dari musim tanam
responden petani diperoleh dari pertama.
penjumlahan total biaya tetap dan total Perbedaan hasil padi di musim
biaya variabel. Biaya total pada musim pertama dan musim kedua periode
tanam pertama (MT-1), yaitu Desember 2013/2014 adalah pada musim pertama
2012 sampai Maret 2013 sebesar Rp merupakan musim penghujan pada bulan
2.284.686.146,22 dengan rata-rata sebesar Desember 2012 sampai Maret 2013
Rp 19.039.051,22 dan total biaya per terdapat penyakit tanaman yang
hektar sebesar Rp 1.791.784.256,48 disebabkan oleh jamur dan bakteri
dengan rata-rata per hektar sebesar Rp sehingga sering terjadi tanaman
14.931.535,47. Biaya total pada musim mengalami busuk pada bagian akar yang
tanam kedua (MT-2), yaitu April 2013 menyebabkan hara tanaman tidak dapat
sampai Juli 2013 sebesar Rp mudah diserap tanaman. Penyebab lain
2.144.949.968,35 dengan rata-rata sebesar adalah hanyutnya pupuk dan pestisida
Rp 17.874.583,07 dan biaya total per bersama air irigasi karena banjir sehingga
hektar sebesar Rp 1.686.509.591,51 tidak cukup tersedia bagi tanaman. Musim
dengan rata-rata per hektar sebesar Rp kedua adalah kemarau pada bulan April
14.054.246,60. Besar perbedaan biaya sampai Juli 2013 terdapat hama dan
total di musim pertama sebesar 6,11 persen kekurangan air karena kekeringan. Hama
dibandingkan biaya total di musim kedua. tanaman padi meyebabkan pertumbuhan
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. terganggu serta kurangnya air di masa
bunting pada tanaman padi yaitu fase
Penerimaan reproduktif selama 35 hari dimulai dari
awal pembentukan malai dan berakhir
Penerimaan usahatani adalah pada waktu pembungaan maka akan
perkalian antara produksi yang dihasilkan mengalami pertumbuhan yang lambat
dengan harga jual. Pada Tabel 3 menyebabkan berkurangnya malai
memperlihatkan bahwa penerimaan yang produktif sehingga hasil padi pun akan
diperoleh responden petani padi pada berkurang. Banyaknya pemukiman akibat
musim tanam pertama (MT-1) sebesar Rp alih fungsi lahan pertanian pada non
4.998.937.780,00 dengan rata-rata pertanian menyebabkan berkurangnya air
penerimaan usahatani padi sebesar Rp irigasi karena terpakai oleh kebutuhan
41.675.814,83 pada rata-rata harga gabah pemukiman sehingga tanaman padi
kering panen (HKP) sebesar Rp 4.599,17. mengalami kekurangan air berakibat
Penerimaan responden petani padi pada penurunan hasil panen padi.
musim tanam kedua (MT-2) sebesar Rp Rata-rata produktivitas padi GKP
4.611.722.520,00 dengan rata-rata sebesar pada Tabel 3 pada periode tanam
Rp 38.431.021.00 pada rata-rata harga 2012/2013 yang merupakan hasil
gabah kering panen sebesar Rp 5.150,83. penelitian ini yaitu sebesar 6,08 ton/ha
Tabel 3 menunjukkan bahwa rata- lebih kecil (hampir mendekati)
rata penerimaan petani per hektar, pada dibandingkan dengan produktivitas padi
musim tanam pertama (MT-1), yaitu sebesar 6,247 ton/ha pada tahun 2012 di
Desember 2012 sampai Maret 2013 Kabupaten Indramayu berdasarkan Jawa
sebesar Rp 29.920.346,81, sedangkan pada Barat Dalam Angka Tahun 2013 (Tabel 2).
musim tanam kedua (MT-2), yaitu April Penyebab utama adalah teknik
2013 sampai Juli 2013 sebesar Rp pengambilan sampel perhitungan pada
22.986.418,33. Hal ini terdapat rata-rata Badan Pusat Statistik (BPS) dan kajian ini
penurunan sebesar Rp 3.010.925,34 per ha sangat berbeda. BPS secara umum
24
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
Volume 6 No. 2-September 2014

mengambil sampel hasil padi berdasarkan Rp 2.437.399.826,47 dengan rata-rata


hasil ubinan dengan kondisi hasil padi keuntungan per responden petani dengan
yang bagus-bagus (baik) sehingga ketika luas lahan garapan 1,37 ha sebesar Rp
dikonversi maka hasilnya baik atau besar. 20.311.665,22. Rata-rata keuntungan
Penelitian ini tidak melakukan sampel jumlah responden petani (120 orang)
hasil yang terbaik saja tetapi jumlah dengan luas lahan garapan per hektar per
seluruh hasil penerimaan petani musim tanam sebesar Rp 1.520.200.420,19
berdasarkan produksinya dengan kondisi dan rata-rata keuntungan per responden
padi tercampur antara yang bagus-bagus petani padi dengan luas lahan garapan per
dengan yang tidak, maka hasil perhitungan hektar per musim tanam sebesar Rp
diperoleh yang sebenarnya. Berdasarkan 12.668.336,83. Rata-rata keuntungan
pertimbangan ini maka hasil perhitungan seorang responden petani padi per hektar
penelitian ini akan lebih rendah per bulan sebesar Rp 3.167.084,21.
dibandingkan dengan hasil perhitungan Usahatani padi pada periode 2012/2013
BPS. pada musim tanam pertama dan musim
tanam kedua dari hasil penelitian ini
Pendapatan Bersih menunjukkan bahwa adanya keuntungan
bagi petani padi.
Pendapatan bersih atau keuntungan
adalah perbedaan atau selisih antara
pendapatan kotor (gross income) atau Profitabilitas Usahatani Padi
penerimaan dan biaya operasi (operating
cost). Tabel 3 memperlihatkan bahwa Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
pendapatan bersih atau keuntungan seluruh jumlah profitabilitas responden petani padi
responden petani padi (120 orang) pada pada musim tanam petama (MT-1), yaitu
musim tanam petama (MT-1), yaitu Desember 2012 sampai Maret 2013
Desember 2012 sampai Maret 2013 sebesar 12.661,83 persen dengan rata-rata
sebesar Rp 2.681.032.458,20 pada luas profitabilitas sebesar 105,52 persen yang
lahan garapan 164,55 ha dengan rata-rata nilainya sama dengan 26,38 persen per
keuntungan per responden petani dengan bulan adalah lebih besar dari suku bunga
luas lahan garapan 1,37 ha sebesar Rp deposito bank BRI sebesar 4,25 persen per
22.341.937,15. bulan berarti usahatani padi di musim
Rata-rata keuntungan jumlah tanam pertama menguntungkan atau
responden petani (120 orang) dengan luas profitable maka usahatani padi layak untuk
lahan garapan per hektar per musim tanam dikembangkan. Pada musim tanam kedua
sebesar Rp 1.771.964.410,28 dan rata-rata (MT-2), yaitu April – Juli 2013 bahwa
keuntungan per responden petani padi jumlah profitabilitas usahatani padi sebesar
dengan luas lahan garapan per hektar per 11.555,96 persen dengan rata-rata
musim tanam sebesar Rp 14.766.370,09. profitabilitas sebesar 96,30 persen yang
Rata-rata keuntungan seorang responden nilainya sama dengan 24,07 persen per
petani padi per hektar per bulan sebesar bulan adalah lebih besar dari suku bunga
Rp 3.691.592,52. deposito Bank BRI sebesar 4,25 persen per
Keuntungan seluruh responden bulan berarti usahatani padi di musim
petani padi pada musim tanam kedua tanam kedua menguntungkan atau
(MT-2), yaitu April 2013 sampai Juli profitable maka usahatani padi layak untuk
2013 pada luas lahan 165,44 ha sebesar dikembangkan.

25
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
Volume 6 No. 2-September 2014

SIMPULAN DAN SARAN Sumberdaya dan Lingkungan


Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Simpulan Institut Pertanian Bogor.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Berdasarkan penelitian ini maka
Pertanian Departemen Pertanian.
dapat disimpulkan bahwa usahatani padi di
2005. Prospek dan Arah
daerah penelitian Kabupaten Indramayu
Pengembangan Agribisnis :
diperoleh rata-rata pendapatan bersih
Rangkuman Kebutuhan Investasi.
usahatani padi di Kabupaten Indramayu
Departemen Pertanian. Jakarta.
pada musim tanam pertama sebesar Rp
14.766.370,09 per hektar per musim atau Indrasari, S. D. 2011. Mutu Gizi dan
Rp 3.691.592,52 per hektar per bulan Mutu Rasa Beras Varietas Unggul
dengan profitabilitas 105,52 persen per Ciherang. Warta Penelitian
musim atau 26,38 persen per bulan. Rata- dan Pengembangan Pertanian.
rata pendapatan bersih usahatani padi pada Volume 33. Nomor 2. Balai Besar
musim tanam kedua sebesar Rp Penelitian Tanaman Padi.
12.668.336,83 per hektar per musim atau Sukamandi. Subang.
Rp 3.167.084,21 per hektar per bulan
Badan Pusat Statistik dan Bappeda
dengan profitabilitas 96,30 persen per
Provinsi Jawa Barat. 2010. Jawa
musim atau 24,07 persen per bulan. Hasil
Barat Dalam Angka. Bandung
ini memberikan arti bahwa usahatani padi
pada musim tanam pertama dan kedua Badan Pusat Statistik dan Bappeda
adalah profitable, artinya usahatani padi Provinsi Jawa Barat. 2011. Jawa
menguntungkan bagi petani dan layak Barat Dalam Angka. Bandung
untuk dikembangkan. Badan Pusat Statistik dan Bappeda
Provinsi Jawa Barat. 2012. Jawa
Saran Barat Dalam Angka. Bandung
Pentingnya peningkatan kualitas Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
sumber daya manusia dalam usahatani Indramayu. 2011. Laporan
padi agar mudah menerima inovasi baru Tahunan. Indramayu.
terutama teknologi sebagai input produksi
sehingga meningkatkan produksi dan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten
pendapatan petani padi, selain dari modal Indramayu. 2012. Laporan
dan sarana prasarana. Peranan pemerintah Tahunan. Indramayu.
daerah pada regulasinya sangat diperlukan Napasintuwong, O. 2012. Survey of
seperti adanya program bantuan kredit Recent Innovations in Aromatic
dengan subsidi bunga sehingga dapat Rice. Paper preparated for
menambah modal untuk usahatani padi, presentation at the 131st EAAE.
selain itu ketegasan pada peraturan untuk Seminar ‘Innovation for
menekan alih fungsi lahan pertanian Agricultural Competitiveness and
kepada non pertanian. Sustainability of Rural Areas’,
Parague, Czech Republic,
DAFTAR PUSTAKA September 19-19, 2012.
Departement of Agricultural and
Andhika, N.K. 2013. Faktor-Faktor Yang Resource Economics Kasetsart
Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan University. Bangkok 10900
Sawah Serta Dampaknya Terhadap Thailand.
Produksi Padi di Kota Depok.
Skripsi. Departemen Ekonomi

26
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA
Volume 6 No. 2-September 2014

Nazir, M. 1983. Metode Penelitian.


Cetakan Ketiga. Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002
tentang Ketahanan Pangan.
Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu
Usahatani. BIEP. Yogyakarta.
Soekartawi, A. S., J. L. Dillon, dan J. B.
Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani
dan Penelitian Untuk
Pengembangan Petani Kecil.
Cetakan Ketiga. Penerbit
Universitas Indonesia. Salemba.
Jakarta.
Suherman, A. 2013. Kehidupan Petani
Pasca Konversi Lahan Sawah
Beririgasi di Kabupaten
Indramayu. Disertasi Program
Doktor Ilmu Pertanian. Universitas
Padjadjaran Bandung.

27
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS WIRALODRA

You might also like