You are on page 1of 124

BAB 1.

PERHITUNGAN HUJAN RENCANA

1.1. UMUM

Hujan rencana (XT) adalah hujan dengan periode ulang hujan


tertentu (T) yang akan terjadi di suatu Daerah Aliran Sungai (DAS).
Periode ulang Hujan (PUH) 5 tahun (X 5) misalnya sebesar 100 mm,
artinya adalah untuk setiap tahun kemungkinan terjadi curah hujan
sama atau lebih besar dari 100 mm di suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS) adalah sebesar 100 : 5 = 20% . Dengan demikian maka untuk
setiap tahun curah hujan maksimum dengan besaran berapapun
kemungkinan bisa terjadi (Siswoko., 2010).
Dalam perencanaan teknis bangunan air, seperti bangunan
irigasi, bangunan drainase, bangunan persungaian dan bangunan
sumber daya air lainnya, banyak variabel yang berpengaruh. Salah
satunya adalah debit banjir rencana. Besaran debit banjir rencana
akan menentukan dimensi hidrolis bangunan air. ketidak tepatan
hidrolis dapat menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya
kegagalan konstruksi. Berkenaan dengan hal tersebut perhitungan
debit banjir rencana menjadi bagian tahapan yang penting dalam
proses perencanaan teknik bangunan air.
Perhitungan debit banjir rencana dapat dilakukan dengan
menggunakan data pengukuran debit sungai seperti data debit yang di
ukur di bendung, di bangunan automatic water level recorder
(AWLR). Jika data ini tidak tersedia pada lokasi yang akan
direncanakan bangunan sumber daya air, maka perhitungan dapat
dilakukan dengan menggunakan data hujan yang tercatat pada stasiun

1
pencatat curah hujan yang lokasinya dekat dari lokasi bangunan
yang akan dibangun. Data hujan tersebut di analisis dengan analisa
hidrologi untuk menentukan besarnya curah hujan rencana dan debit
banjir rencana, yang akan digunakan untuk perhitungan detail
desain.
Dalam perhitungan hujan rencana dan debit banjir rencana
banyak digunakan beberapa notasi dan teori statistik misalnya, debit
dinyatakan dengan simbol (Q), curah hujan dengan simbol (R) dan
sebagainya. Simbol yang menyatakan sebuah fenomena hidrologi
disebut dengan variabel. Variabel hidrologi menerangkan ukuran dari
fenomena hidrologi, misalnya debit rata-rata harian, curah hujan rata-
rata jam-jaman dan sebagainya. Sebuah nilai numerik dari variabel
disebut dengan variat (variate). Dalam statistika, variabel dibedakan
menjadi dua, yaitu variabel kontinyu dan variabel diskrit atau
variabel terputus. Sebagai contoh, dari suatu pos duga air sungai
dilakukan pengukuran tinggi muka air menggunakan alat duga air
otomatik, maka grafik tinggi muka air yang dihasilkan dapat disebut
sebagai variabel kontinyu, sedangkan pengukuran debit yang
dilakukan sebulan sekali disebut dengan variabel diskrit atau variabel
terputus.
Dalam metode statistik, susunan data hidrologi dapat disebut
dengan distribusi (distribution) atau seri (series). Ada beberapa
pengertian yang berhubungan dengan susunan data dari suatu
variabel hidrologi, antara lain:
 Distribusi (distribution) adalah data yang disusun menurut
besarnya, misalnya data curah hujan, yang dimulai dari data

2
hujan yang terbesar hingga yang terkecil, atau sebaliknya dari
yang terkecil hingga yang terbesar.
 Distribusi probabilitas (probability distribution) adalah jumlah
kejadian dari sebuah variat diskrit dibagi dengan jumlah kejadian
data. Jumlah total probabilitas dari seluruh variat adalah satu.
 Probabilitas komulatif adalah jumlah peluang dari variat acak
yang mempunyai sebuah nilai yang sama atau kurang (sama atau
lebih) dari suatu nilai tertentu
 Frekuensi (frequency) adalah jumlah kejadiaan dari sebuah variat
dari variabel diskrit
 Interval kelas (class intervals) adalah ukuran pembagian kelas
dari suatu variabel
 Distribusi frekuensi (frequency distribution) adalah suatu
distribusi atau tabel frekuensi yang mengelompokkan data yang
belum terkelompok menjadi data kelompok.
Dalam analisis hidrologi untuk mendapatkan kesimpulan
yang baik, maka data hidrologi dapat dinyatakan sebagai variabel
statistik. Sembarang nilai yang dapat menunjukkan ciri dari suatu
susunan data disebut dengan parameter. Parameter yang digunakan
dalam analisis susunan data dari suatu variabel disebut dengan
parameter statistik, seperti nilai rata-rata, standar deviasi dan
koefisien kemencengan (skewness coefficient). Dalam perhitungan
hujan rencana parameter inilah yang banyak digunakan, untuk itu
akan diberikan perhitungan untuk mendapatkannya sebagai berikut:

3
1) Mengukur rata-rata
Salah satu ukuran yang paling banyak digunakan dalam
statistik adalah rataa-rata. Nilai rata-rata dapat digunakan untuk
pengukuran suatu distribusi dan mempunyai bentuk sebagai berikut:
n
1
x= ∑ xi
n i=n
dimana
x = rata-rata
xi = nilai dari data ke-i
n = jumlah data dari sampel
Catatan: dalam statistik, simbol-simbol untuk menunjukkan
perhitungan dari suatu sampel menggunakan huruf kecil romawi,
sedangkan jika perhitungan dari populasi simbol-simbolnya pada
umumnya menggunakan huruf besar romawi.
Perhitungan rata-rata ini dapat juga dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Excel, caranya pada menu pilih Formula
kemudian pilih menu More Functions, pilih fungsi Statistik
selanjutnya pilih AVERAGE atau juga fungsi Auto Sum, kemudian
pilih AVERAGE.

2) Mengukur Deviasi standar


Deviasi standar adalah akar dari varian, untuk memperoleh
varian adalah selisih antara masing-masing skor dan nilai rata-ratanya
dikuadratkan, maka dalam menghitung deviasi standar, hasil dari
seluruh rata-rata penyimpangan kemudian diakarkan kembali.
Dengan demikian deviasi standar dari sampel adalah:

4

n

sd = ∑ (xi−xrata ²)²
i=1
n−1
dimana:
s = standar deviasi dari sampel
xi = nilai data ke-i dari sampel
x = rata-rata sampel
n = jumlah dari sampel
koefisien varian adalah nilai perbandingan antara deviasi standar dan
nilai rata-ratanya yang mempunyai bentuk :
sd
Cv =
x
Deviasi standar dan koefisien varian dapat digunakan untuk
mengetahui variabilitas dari distribusi. Semakin besar deviasi standar
dan koefisien varian, semakin besar penyebaran dari distribusi.
Perhitungan standar deviasi ini dapat juga dilakukan dengan
menggunakan Microsoft Excel , caranya pada menu pilih Formula
kemudian filih menu More Functions, pilih fungsi Statistik
selanjutnya pilih STDEV.

3) Koefisien Kemencengan (Cs)


Kemencengan (skewness) adalah suatu nilai yang
menunjukkan derajadketidak-simetrisan (assymetry) dari suatu
bentuk distribusi. Apabila suatu kurva frequensi dari suaatu distribusi
mempunyai ekor memanjang ke kanan atau ke kiri terhadap titik

5
pusat maksimum maka kurva tersebut tidak bebentuk simetri,
keadaan ini disebut menceng kekanan atau menceng ke kiri.
Kemencengan mempunyai bentuk:
n

cs = n . ∑
i =1
( xi−xrat a2 )³
¿¿
dimana:
cs = koefisien kemencengan
s = deviasi standar dari sampel
x = rata-rata sampel
xi = data ke-i
n = jumlah data
Perhitungan kemencengan (skewness) ini dapat juga
dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excel, caranya pada menu
pilih Formula kemudian pilih menu More Functions, pilih fungsi
Statistik selanjutnya pilih SKEW. Dibawah ini diberikan contoh
perhitungan hujan rencana dan debit banjir rencana dari Daerah
Aliran Sungai Batang Naras di Kabupaten Padang Pariaman.

1.2. ANALISIS HUJAN

1.2.1 Penetapan Luas DAS


Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan
yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung
gunung/bukit. Punggung-punggung gunung ini berada di hulu
bendung yang akan membentuk suatu luasan yang menampung dan
menyimpan air hujan untuk kemudian mengalirkannya kelaut melalui

6
sungai utama (Asdak. C., 2002). Adapun luas DAS Batang Naras =
156,37 km2seperti gambar 1.1 dibawah ini.
1.2.2. Hujan Kawasan (Daerah Tangkapan Air = DTA)
Data hujan yang diperoleh dari alat penakar hujan merupakan
hujan yang terjadi pada satu tempat atau titik saja. Mengingat hujan
sangat bervariasi terhadap tempat, maka untuk kawasan yang luas,
satu alat penakar hujan belum dapat menggambarkan hujan wilayah
tersebut. Dalam hal ini diperlukan hujan kawasan yang diperoleh dari
rata-rata curah hujan beberapa stasiun penakar hujan yang ada di
dalam / atau disekitar kawasan tersebut.

Ada tiga macam cara yang umum dipakai dalam menghitung


hujan rata-rata kawasan yaitu (1) rata-rata aljabar, (2) Poligon
Thiessen, dan (3) Metode Isohyet. Untuk perencanaan sering
digunakan metode Polygon Thiessen, metode ini dekenal juga
sebagai metode rata-rata timbang (weighted mean). Cara ini
memberikan proporsi luasan daerah pengaruh pos penakar hujan
untuk mengakomodasi ketidak seragaman jarak. Daerah pengaruh
dibentuk dengan menggambarkan garis-garis sumbu tegak lurus
terhadap garis penghubung antara dua pos terdekat (Gambar 1.1).
Diasumsikan bahwa variasi hujan antara pos yang satu dengan yang
lainnya adalah linier dan bahwa sembarang pos dianggap dapat
mewakili kawasan terdekat.

Dalam analisa hujan rencana, data yang digunakan adalah


data hujan harian maksimum tahunan, yaitu data terbesar yang terjadi
selama satu tahun, yang terukur selama beberapa tahun. untuk Batang

7
Naras ini digunakan data hujan dari Stasiun Santok, Stasiun Paraman
Talang dan Stasiun Manggopoh. Untuk mendapatkan hujan
maksimum harian rata-rata DAS (Suripin,2004) adalah :Tentukan
hujan maksimum harian pada tahun tertentu di salah satu stasiun
hujan, umpamanya di Stasiun Hujan Santok. Cari besarnya curah
hujan pada tanggal-bulan-tahun yang sama denganStasiun Hujan
Santok untuk stasiun hujan yang lain. Hitung hujan DAS dengan
metode Poligon Thiessen, berdasarkan gambar Thiesen terlihat
stasiun hujan yang berpengaruh adalah Stasiun Santok dengan luas
pengaruhnya 44% terhadap DAS Batang Naras, dan Stasiun Paraman
Talang 56%mempengaruhi DAS Batang Naras. Sedangkan Stasiun
hujan Manggopoh tidak berpengaruh terhadap DAS Batang Naras.
Kegiatan ini diulang untuk stasiun yang lain. Sehingga akan
diperoleh 2 (dua) buah hujan maksimum harian rata-rata. Dari ke
dua harga tersebut dipilih yang terbesar sebagai hujan maksimum
harian rata-rata pada tahun tersebut. Hasil perhitungandiperlihatkan
pada Tabel 1.1. Data hujan yang terpilih setiap tahun merupakan
hujan maksimum harian DAS untuk tahun yang bersangkutan (Tabel
1.2).

8
Stasiun Hujan Manggopoh

Stasiun Hujan
Paraman Talang

.
Stasiun Hujan Santok

Gambar 1.1: Metode Poligon Thiessen Daerah Aliran Sungai


(DAS)
Batang Naras

9
Tabel1.1: Perhitungan Hujan Maksimum Harian Rata-rata

Hujan harian
Kejadian maksimum (mm) Hujan Maksimum
Stasiun Stasiun Hujan Harian Harian Rata-rata
No Tahun Bu Tangg Santok Paraman Rata-rata (mm)
lan al (0,44) Talang (mm)
(0,56)
1 2004 01 18 158 0 69,52 -
10 05 0 165 92,40 92,40
2 2005 09 01 162 29 87,52 87,52
03 17 0 106 59,36 -
3 2006 06 23 171 0 75,24 -
02 20 0 114 63,84 63,84
4 2007 06 22 171 0 75,24 75,24
04 24 0 115 64,40 -
5 2008 07 07 205 56 121,56 121,56
04 16 77 108 94,36 -
6 2009 11 03 96 55 73,04 -
12 29 79 108 95,24 95,34
7 2010 12 26 103 32 63,24 63,24
05 30 0 101 56,56 -
8 2011 04 29 100 81 89,36 89,36
08 15 0 102 57,12 -
9 2012 03 08 69 0 30,36 -
12 29 25 98 65,88 65,88
10 2013 03 20 65 0 28,60 -
05 03 0 96 53,76 53,76
11 2014 05 11 75 0 33,00 -
05 08 0 96 53,76 53,76
12 2015 06 11 137 24 73,72 73,72
04 24 0 102 57,12 -
13 2016 08 24 97 0 42,68 -
05 22 0 108 60,48 60,48
14 2017 10 07 90 0 39,60 -
06 01 10 175 102,40 102,40
15 2018 02 14 95 9 46,84 -
11 29 23 111 72,28 72,28

10
Tabel 1.2: Hujan Maksimum Harian Rata-rata DAS Batang Naras

Kejadian Hujan Maksimum


No Tahun Bulan Tanggal Harian Rata-rata
(mm)
1 2004 Oktober 05 92,40
2 2005 September 01 87,52
3 2006 Februari 20 63,84
4 2007 Juni 22 75,24
5 2008 Juli 07 121,56
6 2009 November 03 95,34
7 2010 Desember 26 63,24
8 2011 April 29 89,36
9 2012 Maret 08 65,88
10 2013 Mei 03 53,76
11 2014 Mei 08 53,76
12 2015 Juni 11 73,72
13 2016 Mei 22 60,48
14 2017 Juni 01 102,40
15 2018 November 29 72,28

1.3. ANALISIS DATA CURAH HUJAN

1.3.1. Distribusi Probabilitas

Salah satu hal penting dalam analisis hidrologi adalah


menafsirkan probabilitas suatu kejadian yang akan datang
berdasarkan data hidrologi yang diperoleh dari pencatatan yang telah
lampau. Untuk maksud tersebut digunakan konsep probabilitas dalam
analisa hidrologinya. Maka untuk mendapatkan besarnya hujan
rencana berdasarkan data hujan yang telah terjadi tersebut, maka
dilakukan analisis statistik distribusi curah hujan harian maksimum
dengan analisis frekuensi,Analisa frequensi hujan merupakan analisa

11
statistik penafsiran (statistical inference) hujan, biasanya dalam
perhitungan hidrologi dipakai untuk menentukan terjadinya periode
ulang hujan (PUH) pada periode tahun tertentu.
Untuk memperoleh hujan rencana ini biasanya digunakan
distribusi probabilitas Normal, Gumbel, Log Normal dan Log
Pearson Tipe III, untuk memilih distribusi yang sesuai dengan data
yang ada. Dan untuk mendapatkan hasil perhitungan yang
meyakinkan atau tidak ada yang memenuhi persyaratan menggunakan
suatu distribusi probabilitas, maka biasanya di uji dengan
menggunakan metode Chikuadrad dan metode Smirnov Kolmogorof.
(Hadisusanto, N., 2011).Disamping uji kecocokan juga dilakukan
pengujian terhadap batas kepercayaan data dengan tingkat
kepercayaan 95 %.

a. Distribusi Probabilitas Normal


Perhitungan hujan rencana berdasarkan probabilitas normal,
jika data yang digunakan adalah berupa sampel, dilakukan dengan
rumus-rumus sebagai berikut: :
X T = X + K T . SD
Dimana :
X T = Hujan rencana dengan periode ulang T tahun
X = Nilai rata-rata
SD = Standar deviasi
K T . = Faktor frekuensi, nilainya tergantung dari T (Lampiran.5 Tabel
Variabel Reduksi Gaus)

12
Tabel 1.3: Data Hujan Rata-rata DAS Batang Naras
No Tahun Hujan (mm)
1 2004 92,40
2 2005 87,52
3 2006 63,84
4 2007 75,24
5 2008 121,56
6 2009 95,34
7 2010 63,24
8 2011 89,36
9 2012 65,88
10 2013 53,76
11 2014 53,76
12 2015 73,72
13 2016 60,48
14 2017 102,40
15 2018 72,28
Jumlah 1170,78
Rata-rata 78,05
Sd 19,51

Tabel Nilai Variabel Gauss


No Periode ulang KT
1 2 Tahun 0
2 5 Tahun 0,84
3 10 Tahun 1,28
4 25Tahun 1,71
5 50 Tahun 2,05
6 100Tahun 2,33

13
Perhitungan sebagai berikut:
X T = X + K T . SD
X 2 = 78,05 x 0*19,51 = 78,05 mm
X 2 = 78,05 x 0,84*19,51 = 94,44 mm
Perhitungan selanjutnya menggunakan Tabel
Tabel 1.4: Perkiraan Hujan Rencana DAS Batang Naras dengan
Distribusi Probabilitas Normal

Hujan
No Xrata-rata Sd KT (XT) P.Ulang
5=2+(3x4
1 2 3 4 ) 6
1 78,05 19,51 0 78,05 2
2 78,05 19,51 0,84 94,44 5
3 78,05 19,51 1,28 103,02 10
4 78,05 19,51 1,71 111,41 25
5 78,05 19,51 2,05 118,04 50
6 78,05 19,51 2,33 123,50 100

b. Distribusi Probabilitas Gumbel

Jika data hujan yang digunakan dalam perhitungan adalah


berupa sampel (populasi terbatas), maka perhitungan hujan rencana
berdasarkan Distribusi Probailitas Gumbel
Dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

X T = X + SD x K
Dimana:
X T = Hujan rencana dengan periode ulang T tahun
X = Nilai rata-rata
SD = Standar deviasi

14
Y T −Y N
K = Faktor frekuensi Gumbel : K =
SN
T −1
Y T = Reduced variate = -Ln (-Ln ); nilai Y T bisa ditentukan
T
berdasarkan Lampiran 4
S N = Reduced Standar deviasi
Y N = Reduced Mean
Perhitungan:
Dengan jumlah data (n) = 15 didapat Yn = 0,5128dan Sn = 1,0205
Dengan Periode ulang (T) 2,5,10,25, 50 dan 100 tahun didapat Yt:
Yt untuk T 2 tahun = 0,3065
Yt untuk T 5 tahun = 1,499
Yt untuk T 10 tahun = 2,2504
Yt untuk T 25 tahun = 3,1255
Yt untuk T 50 tahun = 3,9019
Yt untuk T 100 tahun = 4,6001

Tabel 1.5: Perhitungan Parameter Statistik

15
Tabel 1.6: Perkiraan Hujan Rencana DAS Batang Naras dengan
Distribusi Probabilitas Gumbel

No T Yn Sn Yt Yt-Yn k Hujan (XT)


1 2 3 4 5 6 7=6/4 8
1 2 0,5128 1,025 0,3065 -0,2063 -0,2013 74,03
2 5 0,5128 1,025 1,4999 0,9630 0,9395 96,84
3 10 0,5128 1,025 2,2504 1,6952 1,6539 111,12
4 25 0,5128 1,025 3,1255 2,5490 2,4868 127,77
5 50 0,5128 1,025 3,9019 3,3064 3,2258 142,55
6 100 0,5128 1,025 4,6001 3,9876 3,8904 155,83

c. Distribusi Probabilitas Log Normal

16
Perhitungan hujan rencana berdasarkan probabilitas Log
Normal, jika data yang digunakan adalah berupa sampel, dilakukan
dengan rumus-rumus sebagai berikut: :
log X T = Log X + K T xS Log X
Dimana:

log X T = Nilai Logaritmis Hujan rencana dengan periode ulang


T tahun
Log X = Nilai rata-rata dari Log X
S Log X = Standar deviasi dari Log X
K T . = Faktor frekuensi, nilainya tergantung dari T,Lampiran 5 Tabel
Variabel Reduksi Gaus). T 2 tahun , KT =0; T 5 tahun, KT =
0,84 dan seterusnya

Perhitungan:
Tabel 1.7: Perhitungan Parameter Statistik dari Distribusi Log
Normal

17
Hujan
No Tahun mm Log Xi Log X Log Xi - Log X (Log Xi - Log X)²
1 2 3 4 5 6 7
1 2004 92,4 1,966 1,8802 0,085 0,00731
2 2005 87,52 1,942 1,8802 0,062 0,00383
3 2006 63,84 1,805 1,8802 -0,075 0,00564
4 2007 75,24 1,876 1,8802 -0,004 0,00001
5 2008 121,56 2,085 1,8802 0,205 0,04186
6 2009 95,34 1,979 1,8802 0,099 0,00982
7 2010 63,24 1,801 1,8802 -0,079 0,00627
8 2011 89,36 1,951 1,8802 0,071 0,00503
9 2012 65,88 1,819 1,8802 -0,061 0,00378
10 2013 53,76 1,730 1,8802 -0,150 0,02242
11 2014 53,76 1,730 1,8802 -0,150 0,02242
12 2015 73,72 1,868 1,8802 -0,013 0,00016
13 2016 60,48 1,782 1,8802 -0,099 0,00972
14 2017 102,40 2,010 1,8802 0,130 0,01693
15 2018 72,28 1,859 1,8802 -0,021 0,00045
Jumlah 1170,78 28,204 0,15565
Rata-rata 78,05
SD 19,51
Log X 1,8802
Sd LogX 0,10544

Tabel 1.8: Perkiraan Hujan Rencana DAS Batang Naras dengan


Distribusi Log Normal

No T KT Sd Log X Log XT Hujan


mm
1 2 3 4 5 6
1 2 0 0,10544 1,8802 75,90
2 5 0,84 0,10544 1,9688 93,07
3 10 1,28 0,10544 2,0152 103,56
4 25 1,71 0,10544 2,0606 114,96
5 50 2,05 0,10544 2,0964 124,85
6 100 2,33 0,10544 2,1259 133,64

d. Distribusi Probabilitas Log Pearson Tipe III

18
Perhitungan hujan rencana berdasarkan probabilitas Log
Pearson Tipe III, jika data yang digunakan adalah berupa sampel,
dilakukan dengan rumus-rumus sebagai berikut: :
log X T = Log X + K T xSLog X
Dimana:

log X T = Nilai Logaritmis Hujan rencana dengan periode ulang


T tahun
Log X = Nilai rata-rata dari Log X
S Log X = Standar deviasi dari Log X
K T . = Variabel Standar, besarnya bergantung koefisien kepencengan
(Cs atau G) Lampiran 6a. Cs = 0,29 0,3KT seperti pada
Lampiran 6a
Tabel 1.9: Nilai KT dengan Cs = 0,3
No Cs Periode Ulang KT
1 0,3 2 Tahun -0,050
2 0,3 5 Tahun 0,824
3 0,3 10Tahun 1,309
4 0,3 25Tahun 1,849
5 0,3 50Tahun 2,211
6 0,3 100 Tahun 2,544
Tabel 1.10: Perhitungan Parameter Statistik dari Distribusi Log
Pearson III

19
Hujan
No Tahun mm Log Xi Log X Log Xi - Log X (Log Xi - Log X)² (Log Xi - Log X)³
1 2 3 4 5 6 7 8
1 2004 92,4 1,966 1,8802 0,085 0,00731 0,00062
2 2005 87,52 1,942 1,8802 0,062 0,00383 0,00024
3 2006 63,84 1,805 1,8802 -0,075 0,00564 -0,00042
4 2007 75,24 1,876 1,8802 -0,004 0,00001 0,00000
5 2008 121,56 2,085 1,8802 0,205 0,04186 0,00856
6 2009 95,34 1,979 1,8802 0,099 0,00982 0,00097
7 2010 63,24 1,801 1,8802 -0,079 0,00627 -0,00050
8 2011 89,36 1,951 1,8802 0,071 0,00503 0,00036
9 2012 65,88 1,819 1,8802 -0,061 0,00378 -0,00023
10 2013 53,76 1,730 1,8802 -0,150 0,02242 -0,00336
11 2014 53,76 1,730 1,8802 -0,150 0,02242 -0,00336
12 2015 73,72 1,868 1,8802 -0,013 0,00016 0,00000
13 2016 60,48 1,782 1,8802 -0,099 0,00972 -0,00096
14 2017 102,40 2,010 1,8802 0,130 0,01693 0,00220
15 2018 72,28 1,859 1,8802 -0,021 0,00045 -0,00001
Jumlah 1170,78 28,204 0,15565 0,00412
Rata-rata 78,05
SD 19,51
Log X 1,8802
Sd LogX 0,10544
Cs 0,290

Tabel 1.11: Perkiraan Hujan Rencana DAS Batang Naras dengan


Distribusi Log Pearson

No T KT Sd Log X Log XT Hujan (mm)

1 2 3 5 6 7
1 2 -0,050 0,10544 1,874975 74,99
2 5 0,824 0,10544 1,967130 92,71
3 10 1,309 0,10544 2,018268 104,30
4 25 1,849 0,10544 2,075206 118,91
5 50 2,211 0,10544 2,113376 129,83
6 100 2,544 0,10544 2,148487 140,76

1.3.2 UJI DISTRIBUSI PROBABILITAS

20
Uji Distribusi Probabilitas dimaksudkan untuk mengetahui
apakah persamaan distribusi probabilitas yang dipilih dapat
mewakili distribusi statistik sampel data yang dianalisis.
1.3.2.1 Metode Chi Kuadrat (χ²)
Rumus yang digunakan dalam perhitungan dengan metode uji chi
kuadrat adalah sebagai berikut:

n
(Of −Ef )
χ² = ∑
i=1 Ef
dimana:
χ² = Parameter chi kuadrat terhitung
Ef = Frekuensi yang diharapkan sesuai dengan pembagian kelasnya
Of = Frekuensi yang diamati pada kelas yang sama
n = Jumlah sub kelompok

Derajat nyata atau drajat kepercayaan ( ∝ ) tertentu yang sering


diambil adalah 5%. Drajat kebebasan (Dk) dihitung dengan rumus :
Dk = k – (p + 1)
K = 1 + 3,3 log n
Dimana:
Dk = Drajat kebebasan
P = Banyaknya paremeter, untuk Chi kuadrat adalah 2
K = Jumlah kelas distribusi
n = Banyaknya data
Selanjutnya distribusi probabilitas yang dipakai untuk menentukan
curah hujan rencana adalah distribusi probabilitas yang mempunyai
simpangan maksimum terkecil dan lebih kecil dari simpangan kritis.

21
χ² < χ² kritis
dimana:
χ² = parameter Chi kuadrat terhitung
χ²cr= parameter Chi kuadrat kritis (Tabel)
Prosedur perhitungan adalah sebagai berikut:
1) Menghitung parameter Statistik X rata-rata dan Standar deviasi
Tabel 1.12: Data Hujan Yang telah diurutkan dari besar ke kecil

No Urut dari
besar ke kecil
1 121,56
2 102,40
3 95,34
4 92,40
5 89,36
6 87,52
7 75,24
8 73,72
9 72,28
10 65,88
11 63,84
12 63,24
13 60,48
14 53,76
15 53,76

2) Menghitung Jumlah Kelas


- Jumlah data (n) = 15
- Kelas distribusi (k) = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3,log n
= 1 + 3,88

22
= 4,88 5 kelas
3) Menghitung derajat kebebasan (DK) dan X2cr
- Parameter (P) = 2
- Derajat kebebasan (Dk) = k – (P + 1)
= 5 – (2 + 1) = 2
- Nilai X2cr dengan jumlah data (n) = 15,  = 5 % dan Dk = 2
adalah 5,991 (Lampiran 8)

4) Menghitung kelas distribusi


- kelas distribusi = 1/5 x 100 = 20 %
- Interval distribusi adalah = 20 % , 40%, 60%, 80%.
- Persentase 20%
P(x) = 20 % diperoleh T = 1/Px = 1/0,20 = 5 tahun
- Persentase 40%
P(x) diperoleh T = 1/Px = 1/0,40= 2,5 tahun
- Persentase 60 %
P(x) diperoleh T =1/Px = 1/0,60 = 1,67 tahun
- Persentase 80%
P(x) diperoleh T =1/Px = 1/0,80 = 1,25 tahun
5).Menghitung interval kelas
a. Distribusi probabilitas Normal
Nilai K T berdasarkan T dari Lampiran 5, Tabel Nilai Variabel
reduksi Gaus
- T = 5 tahun, K T =0,84
- T = 2,5 tahun, K T = 0,25
- T = 1,67 tahun, K T =-0,25

23
- T = 1,25 tahun, K T = -0,84
Nilai X = 78,05
Nilai SD = 19,51
Interval kelas :
X T = X +K T *SD
X 5 = 78,05 +19,51*0,84= 94,44 mm
Sehingga :

b. Distribusi probabilitas gumbel


Dengan jumlah data (n) = 15, berdasarkan Lampiran 3 Tabel Nilai
Reduced Standard Deviation (Sn) dan nilai reduced mean (Yn),
maka didapat nilai
Yn = 0,5128 dan Sn = 1,0205
T −1
Yt =−ln (−ln )
T
yt− yn yt−0,5128
K= =
Sn 1,0205
Sehingga :
T = 5, Yt = 1.4999maka K = 0,9673
T = 2,5, Yt = 0,6717 maka K = 0,1557
T = 1,67, Yt = 0,0907 maka K = -0,4136
T = 1,25, Yt = -0,4759 maka K = -0,9688
Maka interval kelas
X T = X +K T . SD

c. Distribusi Probabilitas Log Normal

24
Nilai K T berdasarkan T dari Lampiran 5, Tabel Nilai Variabel
reduksi Gaus
- T = 5 tahun, K T = 0,84
- T = 2,5 tahun, K T = 0,25
- T = 1,67 tahun, K T =-0,25
- T = 1,25 tahun, K T = -0,84
Nilai Log X = 1,8802
Nilai S Log X = 0,10544
Interval kelas : Log X T = Log X + K T . S Log X
Sehingga :
No XT KT Sd Log X Log XT Hujan (XT)
m³/dt
1 2 3 4 5 6
1 5 0,84 0,13005 1,9894 97,60
2 2,5 0,25 0,13005 1,9127 81,79
3 1,67 -0,25 0,13005 1,8477 70,42
4 1,25 -0,84 0,13005 1,7710 59,01

d. Distribusi Probabilitas Log Pearson Type III


Nilai K T dihitung berdasarkan nilai Cs = 0,29 0,3
Dan nilai T untuk berbagai periode ulang dihitung menggunakan
Lampiran 6a,Tabel faktor frekuensi KT untuk distribusi log
pearson tipe III (G atau Cs positif)
T=5 maka K T =0,824
T = 2,5maka K T = 0,0957
T = 1,67 maka K T = -0,4033
T = 1,25 maka K T = -0,853
Untuk T = 2,5 dilakukan interpolasi antara T = 2 ( K T = -0,05) dan

25
2 ,5−2
T = 5.( K T = 0,824; jadi T = 2,5  (-0,05)+ x 0,874 =
5−2
0,0957
Untuk T = 1,67 dilakukan interpolasi antara T = 1,25 ( K T = -
0,853)
1, 67−1 ,25
dan T =2.( K T = -0,05), jadi T = 1,67 (- 0,853)+ x
2−1 ,25
0,803 = - 0,4033.
Nilai Log X = 1,8802
Nilai S Log X = 0,10544
Interval kelas = Log XT = Log X + ( K T *S Log X)
Sehingga :
No XT KT Sd Log X Log XT Hujan
m³/dt
1 2 3 5 6 7
1 5 0,832 0,13005 1,9884 97,36
2 2,5 0,3262 0,13005 1,9226 83,68
3 1,67 -0,1842 0,13005 1,8562 71,82
4 1,25 -0,705 0,13005 1,7885 61,45

6). Perhitungan Nilai Chikuadrat (χ²)

Tabel 1.13 : Perhitungan Nilai χ² untuk Distribusi Normal

26
Interval Ef Oi Oi-Ef (Oi-Ef)²/Ef
> 94,44 3 3 0 0,000
82,93-94,44 3 3 0 0,000
73,17-82,93 3 2 -1 0,333
61,66-73,17 3 4 1 0,333
< 61,66 3 3 0 0,000
15 15 0 0,667

Tabel 1.14 : Perhitungan Nilai χ² untuk Distribusi Gumbel

No Interval Ef Oi Oi-Ef (Oi-Ef)²/Ef


1 > 96,92 3 2 -1 0,333
2 81,09-96,92 3 4 1 0,333
3 69,98-81,09 3 3 0 0,000
4 59,15-69,98 3 4 1 0,333
5 < 59,15 3 2 -1 0,333
15 15 0 1,333

Tabel 1.15 : Perhitungan Nilai χ² untuk Distribusi Log Normal


No Interval Ef Oi Oi-Ef (Oi-Ef)²/Ef
1 > 97,6 3 2 -1 0,333
2 81,79-97,6 3 4 1 0,333
3 70,42-81,79 3 3 0 0,000
4 59,01-70,42 3 4 1 0,333
5 < 59,01 3 2 -1 0,333
15 15 0 1,333

Tabel 1.16 : Perhitungan Nilai χ² untuk Distribusi Log Pearson


Type III

27
No Interval Ef Oi Oi-Ef (Oi-Ef)²/Ef
1 > 97,36 3 2 -1 0,333
2 83,68-97,36 3 4 1 0,333
3 71,82-83,68 3 3 0 0,000
4 61,45-71,82 3 3 0 0,000
5 < 61,45 3 3 0 0,000
15 15 0 0,667

Tabel 1.17: Rekapitulasi Nilai χ² dan χ²cr


X²terhitun
No Distribusi g X²kritis Keterangan
Probabilitas
1 Normal 0,667 5.991 diterima
2 Gumbel 1,333 5.991 diterima
3 Log Normal 1,333 5.991 diterima
Log Pearson
4 III 0,667 5.991 diterima

Berdasarkan Tabel 1.17 tersebut diatas, maka keempat distribusi


dapat diterima dan yang terkecil adalah distribusi Normal dan Log
Pearson Tipe III, karena nilai X² hitung < dari X² kritis = 0,667<
0,5991, jadi curah hujan untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 dan 100
Tahun adalah:
Tabel 1.18: Perkiraan Hujan Rencana DAS Batang Naras dengan
Distribusi Probabilitas
Periode Hujan
No Ulang (mm)
Log Log
Normal Gumbel Normal Pearson
1 2 Tahun 78,05 74,03 79,9 74,99
2 5 Tahun 94,44 96,84 93,07 92,71
3 10 Tahun 103,02 111,12 103,56 104,3
4 25 Tahun 111,41 127,77 114,96 118,91
5 50 Tahun 118,04 142,55 124,85 129,83
6 100 Tahun 123,50 155,83 133,64 140,76
1.3.2.2 Metode SimirnovKolmogorof

28
Pengujian distibusi probabilitas dengan Metode SimirnovKolmogorof
dilakukan dengan langkah-langkah perhitungan sebagai berikut:
1) Urutkan data (Xi) dari besar ke kecil
2) Tentukan peluang empiris masing-masing data ysng dudsh diurut
n+1
tersebut P(Xi) dengan rumus Weibull misalnya. P(Xi) =
i
(n=jumlah data; i = nomor urut data setelah diurut dari besar ke
kecil)
3) Tentukan peluang teoritis masing-masing data yang sudah diurut
tersebut P’(Xi) berdasarkan distribusi probabilitas yang dipilih
(Normal, Gumbel, Log Normal, Log Pearson Tipe III)
4) Hitung selisih (∆ Pi) antara peluangempiris dan teoritis untuk
setiap data yang sudah diurut:
∆ Pi = P(Xi) – P’(Xi)
5) Tentukan apakah ∆ Pi <∆ P kritis, jika tidak lebih kecil, maka
distribusi probabilitas tersebut tidak dapat diterima dan
sebaliknya jika∆ Pi <∆ P kritis, maka distribusi probabilitas
tersebut diterima.
6) Nilai ∆ P kritis dapat dilihat pada Tabel 8.
a. Metode SimirnovKolmogorof Distribusi Probabilitas Normal
Penjelasan Tabel 1.19:
Kolom 1 = Nomor Urut Data
Kolom 2 = Data hujan diurut dari besar kekecil (mm)
Kolom 3 = Peluang Empiris (Dihitung dengan persamaan
Weibull)

29
Xi−X 121, 56−78 , 05
Kolom 4 = baris 1  ft = = = 2,23
SD 19 , 51
Kolom 5 = baris 1, diperoleh dari Lampiran 9 Tabel luas wilayah
dibawah kurva normal, dengan t = 2,23 diperoleh
luas = 0,9871
Kolom 6 = baris 1; 1 – kolom 5 = 1 – 0,9871 = 0,0129
Kolom 7 = baris 1; kolom 6 – kolom 3 = 0,0129 – 0,0625 =
-0,0496
X = 78,05 mm dan SD= 19,51  ∆ p untuk n = 15 = 0,338

Tabel 1.19: Perhitungan Uji Distribusi Normal dengan Metode


Smirnov Kolmogorof

Urut dari Luas diba-


No besar P (Xi) f (t) wah kurve P' (Xi) ΔP
kekecil Normal
1 2 3 4 5 6 7= 6-3
1 121,56 0,0625 2,23 0,9871 0,01290 -0,0496
2 102,40 0,1250 1,25 0,8944 0,10560 -0,0194
3 95,34 0,1875 0,89 0,8133 0,18670 -0,0008
4 92,40 0,2500 0,74 0,7704 0,22960 -0,0204
5 89,36 0,3125 0,58 0,7190 0,28100 -0,0315
6 87,52 0,3750 0,49 0,6879 0,31210 -0,0629
7 75,24 0,4375 -0,14 0,4483 0,55170 0,1142
8 73,72 0,5000 -0,22 0,4127 0,58730 0,0873
9 72,28 0,5625 -0,30 0,3821 0,61790 0,0554
10 65,88 0,6250 -0,62 0,2676 0,73240 0,1074
11 63,84 0,6875 -0,73 0,2327 0,76730 0,0798
12 63,24 0,7500 -0,76 0,2236 0,77640 0,0264
13 60,48 0,8125 -0,90 0,1841 0,81590 0,0034
14 53,76 0,8750 -1,25 0,1056 0,89440 0,0194
15 53,76 0,9375 -1,25 0,1056 0,89440 -0,0431

30
Berdasarkan Tabel 1.19 didapat simpangan maksimum
(ΔP Maksimum) = 0,1142, dengan data sebanyak 15 dan α (derajat
kepercayaan) 5 % , maka dari Tabel nilai ∆ p kritis pada lampiran 8
diperoleh nilai ∆ p = 0,338. Jadi ΔP Maksimum < ΔP kritis. Maka
distribusi probabilitas Normal dapat diterima

b. Metode SimirnovKolmogorof untuk Distribusi Probabilitas


Log Normal

Log X =1,8802
Slog X = 0,10544
Penjelasan Tabel 19:
Kolom 1 = Nomor Urut Data
Kolom 2 = Data hujan diurut dari besar ke kecil
Kolom 3 = Nilai Log Hujan diurut dari besar ke kecil (mm)
Kolom 4 = Peluang Empiris (Dihitung dengan persamaan
Weibull)
LogXi−LogX 2,0848−1,8802
Kolom 5 = baris 1  ft = = =
SLogX 0,130054
1,57
Kolom 6 = baris 1, diperoleh dari Lampiran 9 Tabel luas wilayah
dibawah kurva normal, dengan t = 1,57 diperoleh
luas = 0,9418
Kolom 7 = baris 1, P’(Xi); 1 – kolom 6 = 1 – 0,9418 = 0,0582
Kolom 8 = ∆ P = kolom 7 – kolom 4, baris 1 = 0,0582-0,063 =
-0,0043
Berdasarkan Tabel 1.20 didapat simpangan maksimum

31
(ΔP Maksimum) = 0,0745, dengan data sebanyak 15 dan α (derajat
kepercayaan) 5 % , maka dari Tabel nilai ∆ p kritis pada lampiran 8
diperoleh nilai ∆ p = 0,338. Jadi ΔP Maksimum < ΔP kritis. Maka
distribusi probabilitas Log Normal dapat diterima
Tabel 1.20 : Perhitungan Uji Distribusi Log Normal dengan
Metode Smirnov Kolmogorof

Urut dari Luas


No (Xi) besar Log(Xi) P (Xi) f (t) dibawah P' (Xi) ΔP
kekecil Kurva Normal
1 2 3 4 5 6 7 8= 7-4
1 121,56 2,0848 0,063 1,57 0,9418 0,0582 -0,0043
2 102,40 2,0103 0,125 1,00 0,8413 0,1587 0,0337
3 95,34 1,9793 0,188 0,76 0,7764 0,2236 0,0361
4 92,40 1,9657 0,250 0,66 0,7454 0,2546 0,0046
5 89,36 1,9511 0,313 0,55 0,7088 0,2912 -0,0213
6 87,52 1,9421 0,375 0,48 0,6844 0,3156 -0,0594
7 75,24 1,8764 0,438 -0,03 0,4880 0,5120 0,0745
8 73,72 1,8676 0,500 -0,10 0,4602 0,5398 0,0398
9 72,28 1,8590 0,563 -0,16 0,4364 0,5636 0,0011
10 65,88 1,8188 0,625 -0,47 0,3192 0,6808 0,0558
11 63,84 1,8051 0,688 -0,58 0,2810 0,7190 0,0315
12 63,24 1,8010 0,750 -0,61 0,2709 0,7291 -0,0209
13 60,48 1,7816 0,813 -0,76 0,2236 0,7764 -0,0361
14 53,76 1,7305 0,875 -1,15 0,1251 0,8749 -0,0001
15 53,76 1,7305 0,938 -1,15 0,1251 0,8749 -0,0626

c. Metode SimirnovKolmogorof untuk Distribusi Probabilitas


Log Pearson Type III

Log X =1,8802
Slog X = 0,10544
Penjelasan Tabel 20:
Kolom 1 = nomor urut
Kolom 2 = curah hujan yang diurut dari besar ke kecil (Xi)

32
Kolom 3 = log Xi
Kolom 4 = peluang empiris, dihitung dengan persaman Weibull (P =
m
¿ n = 15
n+1 ¿
2,0848−1,8802
Kolom 5 = baris kesatu  ft =¿ ¿ = = 1,94
0,10544
Kolom 6 = P’(Xi) baris 1. Berdasarkan ft = 1,94 dengan
menggunakan lampiran 6a, Cs = 0,3 dan dengan
interpolasi diperoleh P’(Xi). ft = 1,94terletak antara
periode ulang 25 tahun (1,849) dan 50 tahun (2,211) 
P’(Xi) =
(1 ,94−1,849)
25 + x 25 = 31,30931,309/100 =
(2,211−1,849)
0,3131
Kolom 7 = ∆ P = kolom 6 – kolom 4 = 0,3131- 0,063 = -0,3756

Tabel 1.21: Perhitungan Uji Distribusi Log Pearson Tipe III


dengan Metode Smirnov Kolmogorof

33
Urut dari
besar Log(Xi) P (Xi) f (t) P' (Xi) ΔP
kekecil
2 3 4 5 6 7= 6-4
121,56 2,0848 0,063 1,94 0,3131 0,25059
102,40 2,0103 0,125 1,23 0,0923 -0,03274
95,34 1,9793 0,188 0,94 0,0619 -0,12558
92,40 1,9657 0,250 0,81 0,0495 -0,20046
89,36 1,9511 0,313 0,67 0,0448 -0,26769
87,52 1,9421 0,375 0,59 0,0419 -0,33313
75,24 1,8764 0,438 -0,04 0,0205 -0,41700
73,72 1,8676 0,500 -0,12 0,0151 -0,48490
72,28 1,8590 0,563 -0,20 0,0148 -0,54769
65,88 1,8188 0,625 -0,58 0,0135 -0,61154
63,84 1,8051 0,688 -0,71 0,0130 -0,67450
63,24 1,8010 0,750 -0,75 0,0129 -0,73714
60,48 1,7816 0,813 -0,94 0,0122 -0,80029
53,76 1,7305 0,875 -1,42 0,0108 -0,86422
53,76 1,7305 0,938 -1,42 0,0108 -0,92672

Untuk menghitung nilai P’ (Xi) digunakan tabel pembantu seperti


dibawah ini, dimana T adalah periode ulang yang dilihat dari Tabel
yang ada pada Lampiran 6a.

Berdasarkan Tabel 1.21 didapat simpangan maksimum


(ΔP Maksimum) = 0,92672, dengan data sebanyak 15 dan α (derajat
kepercayaan) 5 % , maka dari Tabel nilai ∆ p kritis pada lampiran 8
diperoleh nilai ∆ p = 0,338. Jadi ΔP Maksimum > ΔP kritis. Maka
distribusi probabilitas Log pearson tipe III tidak dapat diterima

34
CS = 0,3
ft T T Interpolasi P'X
1 2 3 4 5 6 =(1-3) 7= (5-3) 8 (=4-2) 9=2+(6/7*8)
1,94 25 1,849 50 2,211 0,09 0,362 25 31,309 0,3131
1,23 5 0,824 10 1,309 0,41 0,485 5 9,226 0,0923
0,94 5 0,824 10 1,309 0,12 0,485 5 6,192 0,0619
0,81 2 -0,050 5 0,824 0,86 0,874 3 4,954 0,0495
0,67 2 -0,050 5 0,824 0,72 0,874 3 4,481 0,0448
0,59 2 -0,050 5 0,824 0,64 0,874 3 4,187 0,0419
-0,04 2 -0,050 5 0,824 0,01 0,874 3 2,050 0,0205
-0,12 1,1111 -1,245 1,25 -0,853 1,13 0,392 0,1389 1,510 0,0151
-0,20 1,1111 -1,245 1,25 -0,853 1,04 0,392 0,1389 1,481 0,0148
-0,58 1,1111 -1,245 1,25 -0,853 0,66 0,392 0,1389 1,346 0,0135
-0,71 1,1111 -1,245 1,25 -0,853 0,53 0,392 0,1389 1,300 0,0130
-0,75 1,1111 -1,245 1,25 -0,853 0,49 0,392 0,1389 1,286 0,0129
-0,94 1,1111 -1,245 1,25 -0,853 0,31 0,392 0,1389 1,221 0,0122
-1,42 1,0526 -1,555 1,1111 -1,245 0,13 0,31 0,0585 1,078 0,0108
-1,42 1,0526 -1,555 1,1111 -1,245 0,13 0,310 0,0585 1,078 0,0108

d. Metode SimirnovKolmogorof untuk Distribusi Probabilitas


Gumbel

X = 78,05 mm ;
SD = 19,51
∆ P untuk n = 15 = 0,338
Penjelasan Tabel 1.22:
Kolom 1 = nomor urut
Kolom 2 = curah hujan yang diurut dari besar ke kecil (Xi)
Kolom 3 = peluang empiris, dihitung dengan persaman Weibull
m
(P = ¿ n = 15
n+1 ¿
Xi−X 121, 56−78 , 05
Kolom 4 = ft = , untuk baris kesatu: ft = =
SD 19 , 51
2,23
Kolom 5 = Yn = 0,5128 untuk n = 15 (lampiran 3)
Kolom 6 = Sn = 1,0205 untuk n = 15 (lampiran 3)

35
Yt−Yn
Kolom 7 = Yt diperoleh dari dari persamaan ft =  2,23 =
Sn
Yt−0,5128
 Yt = 2,7887
1,0205
Kolom 8 = T diperoleh dari nilai Yt dengan menggunakan rumus
T −1
Yt = -Ln (Ln ). Dengan coba-coba berbagai harga T, sehingga
T
diperoleh Yt hitung sama dengan Yt hasil coba-coba T.
Kolom 9 : P’ (Xi) = 1/T; baris 1 = 1/16,76 = 0,05967
Kolom 10 = ∆ P = Kolom 9-kolom 3 = baris 1 = 0,05967- 0,063 = -
0,0028
Tabel 1.22: Perhitungan Uji Distribusi Gumbel dengan Metode
Smirnov Kolmogorof
Urut dari
No (Xi) besar P (Xi) f (t) Yn Sn Yt T P' (Xi) ΔP
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10= 9-3
1 121,56 0,063 2,23 0,5128 1,0205 2,7887 16,76 0,0597 -0,0028
2 102,40 0,125 1,25 0,5128 1,0205 1,7865 6,48 0,1543 0,0293
3 95,34 0,188 0,89 0,5128 1,0205 1,4172 4,65 0,2151 0,0276
4 92,40 0,250 0,74 0,5128 1,0205 1,2634 4,06 0,2463 -0,0037
5 89,36 0,313 0,58 0,5128 1,0205 1,1044 3,55 0,2817 -0,0308
6 87,52 0,375 0,49 0,5128 1,0205 1,0081 3,271 0,3057 -0,0693
7 75,24 0,438 -0,14 0,5128 1,0205 0,3658 1,999 0,5003 0,0628
8 73,72 0,500 -0,22 0,5128 1,0205 0,2863 1,894 0,5280 0,0280
9 72,28 0,563 -0,30 0,5128 1,0205 0,2110 1,802 0,5549 -0,0076
10 65,88 0,625 -0,62 0,5128 1,0205 -0,1238 1,48 0,6775 0,0525
11 63,84 0,688 -0,73 0,5128 1,0205 -0,2305 1,396 0,7163 0,0288
12 63,24 0,750 -0,76 0,5128 1,0205 -0,2619 1,375 0,7273 -0,0227
13 60,48 0,813 -0,90 0,5128 1,0205 -0,4062 1,287 0,7770 -0,0355
14 53,76 0,875 -1,25 0,5128 1,0205 -0,7577 1,1343 0,8816 0,0066
15 53,76 0,938 -1,25 0,5128 1,0205 -0,7577 1,1343 0,8816 -0,0559

Berdasarkan Tabel 1.22 didapat simpangan maksimum


(ΔP Maksimum) = 0,0693, dengan data sebanyak 15 dan α (derajat
kepercayaan) 5 % , maka dari Tabel nilai ∆ p kritis pada lampiran 8
diperoleh nilai ∆ p = 0,338. Jadi ΔP Maksimum < ΔP kritis. Maka distribusi
probabilitas Gumbel dapat diterima. Untuk menghitung nilai T
digunakan tabel pembantu seperti dibawah ini

36
Rumus: Yt = -Ln{-Ln(T-1)/T}
Yt T T-1 (T-1)/T Ln (T-1)/T
1 2 3 4 5= -Ln 4 ,-LN 5
2,7887 16,76 15,76 0,940334 -0,06152 0,06152 -2,78839 2,7884
1,7865 6,48 5,48 0,845679 -0,16762 0,167615 -1,78608 1,7861
1,4172 4,65 3,65 0,784946 -0,24214 0,24214 -1,41824 1,4182
1,2634 4,06 3,06 0,753695 -0,28277 0,282768 -1,26313 1,2631
1,1044 3,55 2,55 0,71831 -0,33085 0,330854 -1,10608 1,1061
1,0081 3,271 2,271 0,694283 -0,36488 0,364875 -1,0082 1,0082
0,3658 1,999 0,999 0,49975 -0,69365 0,693648 -0,36579 0,3658
0,2863 1,894 0,894 0,472017 -0,75074 0,75074 -0,2867 0,2867
0,2110 1,802 0,802 0,445061 -0,80954 0,809544 -0,21128 0,2113
-0,1238 1,48 0,476 0,322493 -1,13167 1,131673 0,123697 -0,1237
-0,2305 1,396 0,396 0,283668 -1,25995 1,259952 0,231074 -0,2311
-0,2619 1,375 0,375 0,272727 -1,29928 1,299283 0,261813 -0,2618
-0,4062 1,287 0,287 0,222999 -1,50059 1,500587 0,405856 -0,4059
-0,7577 1,1343 0,1343 0,118399 -2,13369 2,133695 0,757855 -0,7579
-0,7577 1,1343 0,1343 0,118399 -2,13369 2,133695 0,757855 -0,7579

Tabel 1.23: Rekapitulasi Nilai ΔPdan ΔPkritis

No Distribusi ΔPterhitung ΔPKritis Keterangan


Probabilitas
1 Normal 0,1142 0,338 Diterima
2 Gumbel 0,0693 0,338 Diterima
3 Log Normal 0,0745 0,338 Diterima
4 Log Pearson type III 0,9267 0,338 Tdk diterima
Berdasarkan Tabel 1.23, distribusi Normal, Log Normal,
Gumbel dapat diterima karena nilai ΔPhitung < dari ΔP kritis,
sedangkan Distribusi Log Pearson Tipe III tidak diterima. Selanjutnya
untuk perhitungan debit banjir rencana, akan digunakan hujan
rencana yang terpilih setelah diuji dengan metode Chikuadrad dan
Smirnof Kolmogorof tersebut diatas. Adapun metode yang terpilih
baik itu metode Chikuadrad (X² hitung) atau metode Smirnof
Kolmogorof (Δp hitung ) adalah yang mempunyai nilai terkecil. Dari

37
perhitungan tersebut diatas terpilih metode Distribusi Log Normal
seperti pada Tabel 1.23. Dan Tabel 1.24 menampilkan besarnya
Hujan rencana denga metode Distribusi Log Normal.

Tabel 1.24: Metode Distribusi Probabilitas yang terpilih

Distribusi Chikuadrad Smirnov


N Probabilitas Kolmogorof Keterang
o X²hitung X²kritis ΔP hitung ΔPKritis an
1 Normal 0,667 5,991 0,1142 0,338 Diterima
2 Gumbel 1,333 5,991 0,0693 0,338 Diterima
3 Log Normal 1,333 5,991 0,0745 0,338 diterima
4 Log Pearson 0,667 5,991 0,9364 0,338 Tdk
Tipe III diterima

Tabel 1.25: Hujan Rencana dengan Metode Log Normal


No Periode Ulang Hujan Rencana Keterangan
Hujan (Tahun) (mm)
1 2 79,90
2 5 93,07
3 10 103,56
4 25 114,96
5 50 124,85
6 100 133,64

BAB.2. PERHITUNGAN DEBIT BANJIR RENCANA

2.1. Umum

Dalam perencanaan suatu bangunan air seperti bendung,


bangunan-bangunan irigasi, normalisasi sungai, bendungan, jembatan
dan lain sebagainya, diperlukan debit banjir rencana untuk
merencanakan bangunan-bangunan tersebut. Debit banjir rencana ini

38
awalnya berasal dari curah hjan yang jatuh di suatu DAS, curah hujan
ini melebihi kapasitas infiltrasi, setelah laju infiltrasi terpenuhi air
akan mengisi cekungan-cekungan pada permukaan tanah, setelah
cekungan-cekungan tersebut penuh, selanjut air akan mengalir diatas
permukaan tanah sebagai limpasan permukaan (surface runoff).Air
sebagai limpasan permukaan ini akan masuk ke saluran pembuang
alam dan saluran-saluran drainase lainnya yang kemudian bergabung
menjadi anak sungai dan akhirnya menjadi aliran sungai.
Di DAS bagian hulu dimana kemiringan lahan besar sehingga
limpasan permukaan masuk ke sungai dengan cepat, yang dapat
menyebabkan debit sungai meningkat. Apabila debit sungai lebih
besar dari kapasitas tampungnya untuk mengalirkan debit, maka
sungai tersebut akan meluap dan terjadilah banjir. Dengan
mengetahui data hujan di Stasiun-stasiun curah hujan yang
berpengaruh pada DAS yang ditinjau, maka dapat dicari hubungan
antara hujan yang jatuh dan debit aliran yang terjadi. Dalam buku ini
diberikan beberapa metode untuk memperkirakan debit banjir
berdasarkan data hujan seperti dengan metode Rasional, Melchior,
Weduwen, Haspers dan Mononobeserta dengan metode hidrograf
satuan sintesis (Nakayasu, Snyder).

2.2. Komponen-komponen Limpasan


Limpasan terdiri dari air yang bersal dari tiga sumber seperti
yang ditunjukkan dalam gambar 6.2, yaitu : 1) aliran permukaan, 2)
aliran antara dan 3) aliran air tanah.

39
Aliran permukaan (surface flow) adalah bagian dari air hujan
yang mengalir di atas permukaan tanah. Aliran permukaan disebut
juga aliran langsung (direct run off). Aliran permukaan dapat
terkonsentrasi menuju sungai dalam waktu singkat, sehingga aliran
permukaan merupakan penyebab utama terjadinya banjir.
Aliran antara (interflow) adalah aliran dalam arah lateralyang
terjadi di bawah permukaan tanah. Aliran antara terdiri dari gerakan
air dan lengas tanah secara lateral menuju elevasi yang lebih rendah,
yang akhirnya masuk ke sungai. Proses aliran antara ini lebih lambat
dari aliran permukaan, dengan kelambatan dari beberapa jam sampai
hari.
Aliran air tanah adalah aliran yang terjadi di bawah
permukaan air tanah ke elevasi yang peling rendah yang pada
akhirnya menuju ke sungai atau langsung ke laut. Air hujan yang
terinfiltrasi melalui permukaan tanah sebagian menjadi aliran antara
dan sebagian lagi mengalir ke bawah (perkolasi) sehingga mencapai
muka air tanah. Muka air tanah mempunyai kemiringan yang sangat
kecil, dan aliran se arah dengan kemiringan tersebut menuju ke
sungai sebagai aliran dasar (base flow). Proses aliran air tanah ini
lebih lambat dari aliran antara, dengan tingkat kelambatan dalam
mingguan sampai tahunan.
Semua tipe aliran ini memberikan sumbangan pada aliran
sungai. Limpasan permukaan mulai terjadi segera setelah hujan,
aliran antara agak lambat dan aliran tanah yang paling lambat sampai
ke sungai. Apabila terjadi hujan pada suatu daerah, aliran permukaan
dan aliran antara yang dihasilkannya akan mencapai sungai dalam

40
hitungan jam sampai hari, sedangkan tanggapan dari aliran air tanah
baru terjadi dalam hitungan minggu, bulan bahkan tahun. oleh karena
itu dalam analisis hidrologi, aliran permukaan dan aliran antara dapat
dikelompokkan menjadi satu yang disebut aliran langsung.
Sedangkan aliran tanah disebut dengan aliran tidak langsung.
Apabila terjadi hujan di suatu daerah, aliran yang terjadi di
sungai merupakan sumbangan dari aliran langsung yang berasal dari
hujan yang baru saja terjadi, sedangkan sumbangan dari air tanah
merupakan tanggapan yang tertunda, atau bahkan mungkin tidak
mempunyai hubungan sama sekali dengan hujan yang baru sja terjadi.
Meskipun tidak terjadi hujan, beberapa sungai masih mengalirkan air.
aliran tersebut terjadi karena sumbangan dari air tanah yang
berlangsung secara kontinyu. Oleh karena itu aliran air tanah yang
mengisi sungai disebut juga sebagai aliran dasar.
1.1 2.3. Estimasi Koefisien Resapan (C)
Tidak semua air hujan mengalir langsung ke sungai, tetapi ada
yang meresap ke tanah atau tertahan di cekungan-cekungan. Untuk
mendapatkan besar curah hujan rencana maka hasil curah hujan
rancangan hasil analisis frekuensi harus dikalikan dengan angka
koefisien aliran permukaan (C) yang disesuaikan dengan kondisi tata
guna lahan DAS. .Koefisien aliran permukaan (C), adalah bilangan
yang menunjukkan perbandingan antara besarnya aliran permukaan
dan besarnya curah hujan. Misalnya koefisien C = 0,10, artinya 10%
dari total curah hujan akan menjadi aliran permukaan, sebagai contoh
koefisien atap bangunan mempunyai nilai C = 0,75-0,95 artinya 75
sampai 95% air hujan akan menjadi aliran permukaan, Jalan Aspal

41
mempunyai nilai C = 0,70-0,95artinya 75 sampai 95% air hujan akan
menjadi aliran permukaan dan hutan mempunyai nilai C = 0,10-0,40,
artinya 10 sampai 40% air hujan akan menjadi aliran permukaan.
Angka koefisien aliran permukaan ini merupakan salah satu
indikator untuk menentukan apakah suatu Daerah Aliran Sungai
(DAS) telah mengalami gangguan (fisik). Nilai C yang besar
menunjukkan bahwa lebih banyak air hujan yang menjadi aliran
permukaan. Hal ini kurang menguntungkan dari segi perlindungan
terhadap sumber daya air karena volume air yang akan menjadi air
tanah menjadi sangat berkurang. Kerugian lainnya adalah dengan
semakin besarnya jumlah air hujan yang menjadi aliran permukaan,
maka ancaman terjadinya banjir dan erosi menjdi lebih besar. Angka
C ini berkisar antara 0 hingga 1. Angka 0 menunjukkan bahwa semua
air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah,sebaliknya
untuk nilai C = 1 menunjukkan bahwa semua air hujan mengalir
sebagai aliran permukaan. Pada DAS yang masih baik harga C
mendekati nol, semakin rusak suatu DAS, harga C mendekati satu.

Besaran angka koefisien aliran permukaan (C) ada beberapa pendapat


antara lain:
1). Melchior memberikan angka antara 0,42 - 0,62 dan menganjurkan
memakai angka 0,52.

2). Weduwen memberikan angka dengan menggunakan rumus:


4 ,1
C = 1- dimana I = intensitas hujan (m3/dt/km2)
I +7

42
Rumus ini berasal dari Ir Van Kooten
3). Haspers memberikan angka dengan rumus
1+ 0,0012 x A ⁰ʹ ⁷
C=
1+ 0,075 x A ⁰ ʹ ⁷

4). DR Mononobe mencantumkan koefisien pengaliran sungai-sungai


di Jepang. Harga C berbeda-beda tergantung dari kondisi daerah
pengaliran, perbedaan penggunaan tanah dan lain-lain. Jika di
masa yang akan datang diperkirakan akan adanya pembangunan
yang dilaksanakan di dalam DAS, maka dalam perhitungan debit
banjir nilai koefisien pengaliran harus diambil lebih besar dari
angka 0,70, dan koefisien yang kurang dari 0,50 harus ditiadakan
(Sosrodarsono. S & Takeda.K., 2003)

Tabel 2.1: Koefisien aliran permukaan (C), dari DR Mononobe

No Kondisi daerah pengaliran dan sungai Harga dari C


1 Daerah pegunungan yang curam 0,75 – 0,90
2 Daerah pegunungan tersier 0,70 – 0,80
3 Tanah bergelombang & Hutan 0,50 – 0,75
4 Tanah dataran yang ditanami 0,45 – 0,60
5 Persawaahan yang diairi 0,70 – 0,80
6 Sungai di daerah pegunungan 0,75 – 0,85
7 Sungai kecil di dataran 0,45 – 0,75
8 Sungai besar yg lebih dari setengah DAS 0,50 – 0,75
nya terdiri dari dataran

Sedangkan Imam Subarkah (1980) dalam bukunya Hidrologi untuk


perencanaan bangunan air mengambil Koefisien aliran permukaan
(C) seperti pada Tabel 2.2:

43
Tabel 2.2:Koefisien resapan (C). yang bersumber dari Imam
Subarkah,Hidrologi untuk Perencanaan Bangunan Air.)

No Tata guna tanah Loam Lempung Silt Lempung


berpasir loam padat
1 Hutan:
Kemiringan 0 – 5% 0,10 0,30 0,40
Kemiringan 5 – 10% 0,25 0,35 0,50
Kemiringan 10 – 30% 0,30 0,50 0,60

2 Padang rumput
Kemiringan 0 – 5% 0,10 0,30 0,40
Kemiringan 5 – 10% 0,15 0,35 0,55
Kemiringan 10 – 30% 0,20 0,40 0,60

3 Tanah pertanian
Kemiringan 0 – 5% 0,30 0,50 0,60
Kemiringan 5 – 10% 0,40 0,60 0,70
Kemiringan 10 – 30% 0,50 0,70 0,80

4 Perumahan
Daerah single famili 0,30 – 0,50
multi units, terpisah 0,40 – 0,60
multi units, tertutup 0,60 – 0,75

Dalam perencanaan desain sungai/drainase ini dengan melihat


kondisi topografi DAS yang ada adalah daerah perumahan serta
dengan tingkat tangkapan hujan yang masih banyak pertanian, maka
koefisien pengaliran (C) yang akan diambil adalah 0,70.

2.4. Distribusi Hujan Efektif


Untuk memperkirakan banyaknya aliran /debit yang tertinggi
yang lebih mendekati kenyataan didasarkan pada curah hujan Jam-
Jaman. Untuk itu perlu ditaksir pola hujan tiap jam dari data hujan
harian tersebut. Dalam daerah pengaliran di Indonesia diambil selang
5 – 7 jam. Untuk daerah penelitian sesuai dengan karekteristik hujan
di Kabupaten Padang Pariaman diambil waktu hujan selama 5

44
jam.Untuk menaksir pola distribusi curah hujan ( Distribution of
Rainfall ) jam-jaman berdasarkan data hujan maksimum harian
pertahun didasarkan pada persaman berikut :

1) Rata-rata hujan sampai jam ke T


Rt = R0 ( 5/T ) 2/3
Dimana :
Rt = Rata-rata hujan dari awal sampai dengan jam ke-T
R0 = R24/5
R24= Jumlah hujan sehari
5 = Dianggap hujan terpusat selama 5jam/hari
T = Waktu hujan dari awal sampai dengan jam ke-T
Sehingga :
R1 = ( R24/5 ) * ( 5/1 )^ 2/3 = 0,585 R24
R2 = ( R24/5) * ( 5/2 )^ 2/3 = 0,368 R24
R3 = ( R24/5) * ( 5/3 )^ 2/3 = 0,281 R24
R4 = ( R24/5) * ( 5/4 )^ 2/3 = 0,232 R24
R5 = ( R24/5) * ( 5/5 )^2/3 = 0,200 R24
Curah hujan pada jam ke-T adalah :
RT = t.Rt – (t – 1).R(t-1)
Dimana :
RT = Curah hujan pada jam ke-T
Rt = Rata-rata hujan dari awal sampai dengan jam ke-T
t = Waktu hujan dari awal sampai dengan jam ke-T
R(t-1) = Rata-rata hujan dari awal sampai dengan jam ke-(t-1)
Sehingga :
RI = 1.Rt – (1-1).R(1-1) = 0,5858 R24

45
RII = 2.Rt – (2-1).R(2-1) = 0,1510 R24
RIII = 3.Rt – (3-1).R(3-1) = 0,1065 R24
RIV = 4Rt – (4-1).R(4-1) = 0,0851 R24
RV = 5.Rt – (5-1).R(5-1) = 0,0716 R24
Untuk R24 =100 % didapat hubungan waktu hujan dan rasio jam ke-
T

Tabel 2.3: Hubungan Waktu Hujan dan Rasio Jam Ke-T

No Waktu Hujan (Jam) Rasio (%)


1 1 58
2 2 15
3 3 11
4 4 9
5 5 7

PEMBAGIAN CURAH HUJAN DALAM 5 JAM

70
60
RASIO ( % )

50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5
JAM ( T )

Gambar 2.1:Hubungan Antara Waktu Hujan dan Rasio Jam ke T

Tabel 2.4 Distribusi Hujan Jam –jaman

Waktu Nisbah Hujan Netto Jam-Jaman

46
(jam) T=2 T=5 T=10 T=25 T=50 T=100
tahun tahun tahun tahun tahun tahun
1 0,5858 32,76 38,16 42,47 47,14 51,20 54,80
2 0,151 8,45 9,84 10,95 12,15 13,20 14,13
3 0,1065 5,96 6,94 7,72 8,57 9,31 9,96
4 0,0851 4,76 5,54 6,17 6,85 7,44 7,96
5 0,0716 4,00 4,66 5,19 5,76 6,26 6,70
Hujan Netto 55,93 65,15 72,49 80,47 87,40 93,55
Koef pengaliran 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Hujan rencana 79,9 93,07 103,56 114,96 124,85 133,64

2.5 Aliran Dasar

Untuk memperoleh debit banjir rencana yang dikehendaki


dilakukan dengan menjumlahkan debit aliran dasar ( base flow )
dengan hidrograf banjir. Aliran dasar dapat dihitung dengan
pendekatan rumus :
Qb = 0,4751 A0,6444 . D0,9430
Dimana :
Qb = Aliran dasar ( base flow ) ( m3/dt )
A = Luas Daerah Aliran Sungai ( km2 )
D = Kerapatan Jaringan Sungai ( km/km2 )

Berdasarkan Peta Topogfrafi didapat :


Luas DAS Batang Naras adalah 156,37km2
Panjang seluruh sungai beserta anak-anak sungai dalam DAS 292,33
km
Maka didapat :
D = 292,33 km / 156,3 km2 = 1,87 / km

47
Qb = 0,4751* 156,30,6444*1,870,9430
= 22,235 m3/dt

2.6. Analisa Debit Banjir Rencana


Debit banjir rencana adalah debit aliran disungai atau saluran
yang besarnya ditentukan berdasarkan periode ulang atau kala ulang
tertentu . Pertimbangan teknis dalam perhitungan banjir rencana
adalah pemilihan koefisien pengaliran dan aliran dasar yang
berkaitan erat dengan kondisi daerah pengaliran dan karakteristik
hujan yang jatuh pada DAS tersebut.
Analisa debit banjir rencana dihitung berdasarkan data hujan
rencana yang dilakukan dengan melihat hubungan banjir yang akan
terjadi dengan distribusi curah hujan rencana selama 5 jam untuk
periode ulang 2, 5, 10, 25, dan 50, tahun. Perhitungan hidrograf banjir
yang digunakan dalam mengkaji ulang debit banjir rencana sungai
Batang Naras ini adalah dengan metode Hidrogaf Satuan Sintetik
Nakayasu, Hidrogaf Satuan Sintetik Snyder, metode Empiris Hasper,
Mononobe dan Melchior. Dan ditambah perhitungan dengan
menggunakan rumus Rasional, dan Weduwen sebagai perbandingan.

2.6.1 Metode Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu


Nakayasu telah melakukan penelitian hidrograf banjir pada
beberapa sungai di Jepang. Dalam penggunaan metode hidrograf
satuan sintetik Nakayasu diperlukan beberapa parameter yang
berhubungan dengan karakteristik daerah aliran sungai yang
diantaranya dalah:

48
a. Luas daerah aliran sungai
b. Panjang sungai utama
c. Koefisien aliran
Dalam penelitiannya Nakayasu telah membuat rumus hidrograf
satuan sintetik Nakayasu sebagai berikut:
A . R0
Q p=
3 , 6(0 , 3 .T p +T 0 , 3 )

Dimana :
Q = debit puncak banjir (m3/dt)
Ro = curah hujan efektif (1mm)
Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir
(jam)
T0,30 = waktu penurunan yang diperlukan dari debit puncak hingga
0,30 debit puncak (jam)
Nilai tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir Tp,
dihitung dengan rumus :
Tp = tg + 0,80tr
dimana Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak
banjir (jam)
tg = waktu konsentrasi (jam)
untuk L < 15 km nilai tg = 0,21 L0,70
untuk L > 15 km nilai tg = 0,40 + 0,058 L
tr = waktu hujan efektif (jam)
tr = 0,50 tg sampai tg (jam)
waktu yang diperlukan untuk menurunkan debit menjadi 0,30 debit
puncak, dihitung dengan rumus:

49
T0,30 = α x tg
Nilai α merupakan faktor koefisien yang ditetapkan berdasarkan
bentuk hidrograf banjir yang terjadi pada daerah aliran sungai

Perhitungan debit banjir rencana dengan data sebagai berikut :


Luas DAS ( A ) = 156,37 km2
Panjang sungai ( L ) = 26,66 km
Koefisien pengaliran ( C ) = 0,70 ( Tabel 2.1 )
Base Flow (Qb) = 22,235 m3/dt
Satuan waktu hujan ( Tr ) = 1 jam
Curah hujan satuan ( R0 ) = 1 mm
1) Waktu Kelambatan (Time Lag, tg)
Tg = 0.4 + 0.058.L , untuk L > 15 km
Tg = 0,21 L 0,7 , untuk L < 15 km
Tg= 0,4 + 0,058* 26,66= 1,946 jam
2) Waktu Puncak dan Debit Puncak Hidrograf Satuan Sintesis
(HSS)
 Tp = Tg + 0,8 . Tr
T r = Durasi hujan (0,5 t g s/d 1 t g)
Ambil T r = 0,75 t g = 0,75 x 1,946 = 1,46
Tp= 1,946 + 0.8 * 1,46 = 3,114 jam
3) Waktu Saat Debit sama dengan 0,3 kali debit puncak
t 0 ,3 = ∝ . t g
 α = (0.47*(A.L)0.25/Tg) ,( nilai α antara 1,5 sampai 3,5 )
= ( 0,47 * ( 156,37*26,66 )0,25/1,946 = 1,94
 T0,3= α . Tg = 1,94 * 1,946 = 3,776 jam

50
4) Waktu Puncak
Tp = Tg + 0,8 . Tr
= 3,114 jam
5) Debit Puncak Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu
. A .. R0
Q p=
3 , 6(0 , 3 .T p +T 0 , 3 ) =

¿156,37∗1 156,37
=
3.6(0.3T p +T 0 .3 ) 3.6(0.3∗3,114+3,776)
= 9,22
6) Menentukan keadaan kurva sebagai berikut.
a) Keadaan Kurva Naik, dengan (0 < t < Tp)

( )
2.4
t
Q= Qp
Tp

( )
2. 4
t
Q= ∗9 ,22
3 ,114
Interval waktunya = Tp = 3,114 jam
b) Keadaan kurva turun dengan Tp< t < (Tp + T0,3)

Q=0. 3
( )Qp t−Tp
T0.3

Q=0. 3
( 3 , 776 )
t−3 ,114

∗9 , 22
Interval waktunya = Tp + T0,3 = 3,114 + 3,776 = 6,89 jam

c) Keadaan Kurva Turun. (Tp + T0,3) < t < (Tp + T0,3 +1,5 T0,3)

( )
t−Tp+0 . 5T 0 . 3
1. 5T 0 .3
Q=Qp . 0. 3

51
Q=0. 3
( t−3 ,114 +0. 5∗3, 776
1. 5∗3 , 776 )∗9 , 22
Interval waktunya = Tp + T0,3 + 1,5 T0,3 = 3,114 + 3,776 +1,5 * 3,776
=
= 12,514 jam

d) Keadaan Kurva Turun t > (Tp + T0,3 +1,5 T0,3)

( )
t−Tp+1 .5 T 0 . 3
2T 0 . 3
Q=Qp . 0. 3

Q=0. 3
( t−3 ,114 +1. 5∗3 , 776
2∗3 ,776 )∗9 ,22
Interval waktunya = 12,514 jam

HSS Nakayasu
12
10
Debit (m3/dt)

8
HSS Nakayasu
6
4
2
0
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27

Durasi (jam)

Gambar2.2: Grafik Ordinat Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu

52
Tabel 2.5: Ordinat Hidrograf Satuan Sintesis Nakayasu

53
Jam (t/tp )²'⁴.Qp Koordinat
.0,3 xQp .0,3 x Qp .0,3 xQp
0 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
1 0,604 0,000 0,000 0,000 0,604
1,5 1,597 0,000 0,000 0,000 1,597
2 3,186 0,000 0,000 0,000 3,186
2,4 4,935 0,000 0,000 0,000 4,935
3 0,000 9,561 0,000 0,000 9,561
4 0,000 6,951 0,000 0,000 6,951
5 0,000 5,053 0,000 0,000 5,053
6 0,000 0,000 3,342 0,000 3,342
7 0,000 0,000 2,702 0,000 2,702
8 0,000 0,000 2,185 0,000 2,185
9 0,000 0,000 1,766 0,000 1,766
10 0,000 0,000 1,428 0,000 1,428
11 0,000 0,000 1,155 0,000 1,155
12 0,000 0,000 0,000 0,906 0,906
13 0,000 0,000 0,000 0,773 0,773
14 0,000 0,000 0,000 0,659 0,659
15 0,000 0,000 0,000 0,562 0,562
16 0,000 0,000 0,000 0,479 0,479
17 0,000 0,000 0,000 0,408 0,408
18 0,000 0,000 0,000 0,348 0,348
19 0,000 0,000 0,000 0,297 0,297
20 0,000 0,000 0,000 0,253 0,253
21 0,000 0,000 0,000 0,216 0,216
22 0,000 0,000 0,000 0,184 0,184
23 0,000 0,000 0,000 0,157 0,157
24 0,000 0,000 0,000 0,134 0,134

Tabel 2.6: Hitungan Debit Rencana Untuk Priode Ulang 2 Tahun dengan
Metode Nakayasu

54
T QT R1 R2 R3 R4 R5 Base
32,76 8,45 5,96 4,76 4,00 Flow Q
m³/dt/
jam mm mm mm mm mm mm m³/dt m³/dt
0 0,000 0,00 0,00
1 0,604 19,79 0,00 19,79
1,5 1,597 52,32 5,10 0,00 57,42
2 3,186 104,37 13,49 3,60 0,00 121,47
2,4 4,935 161,67 26,92 9,52 2,88 0,00 200,99
3 9,561 313,22 41,70 18,99 7,60 2,42 383,93
4 6,951 227,71 80,79 29,41 15,17 6,39 359,47
5 5,053 165,54 58,74 56,98 23,49 12,74 317,49
6 3,342 109,48 42,70 41,43 45,51 19,74 258,86
7 2,702 88,52 28,24 30,12 33,09 38,24 218,20
8 2,185 71,58 22,83 19,92 24,05 27,80 166,19
9 1,766 57,85 18,46 16,10 15,91 20,21 128,54
10 1,428 46,78 14,92 13,02 12,86 13,37 100,96
11 1,155 37,84 12,07 10,53 10,40 10,81 81,64
12 0,906 29,68 9,76 8,51 8,41 8,74 65,10
13 0,773 25,32 7,66 6,88 6,80 7,06 53,72
14 0,659 21,59 6,53 5,40 5,50 5,71 44,73
15 0,562 18,41 5,57 4,61 4,31 4,62 37,52
16 0,479 15,69 4,75 3,93 3,68 3,62 31,67
17 0,408 13,37 4,05 3,35 3,14 3,09 26,99
18 0,348 11,40 3,45 2,85 2,68 2,64 23,01
19 0,297 9,73 2,94 2,43 2,28 2,25 19,63
20 0,253 8,29 2,51 2,07 1,94 1,92 16,73
21 0,216 7,08 2,14 1,77 1,66 1,63 14,27
22 0,184 6,03 1,83 1,51 1,41 1,39 12,17
23 0,157 5,14 1,55 1,29 1,20 1,19 10,38
24 0,134 4,39 1,33 1,10 1,03 1,01 8,85

Tabel 2.7: Hitungan Debit Rencana Untuk Priode Ulang 5 Tahun dengan
Metode Nakayasu

55
T QT R1 R2 R3 R4 R5 Base
38,16 9,84 6,94 5,54 4,66 Flow Q
m³/dt/
jam mm mm mm mm mm mm m³/dt m³/dt
0 0,000 0,00 0,00
1 0,604 23,05 0,00 23,05
1,5 1,597 60,94 5,94 0,00 66,88
121,5 141,4
2 3,186 8 15,71 4,19 0,00 8
188,3 234,1
2,4 4,935 2 31,35 11,08 3,35 0,00 0
364,8 447,1
3 9,561 5 48,56 22,11 8,85 2,81 8
265,2 418,6
4 6,951 5 94,08 34,25 17,65 7,44 7
192,8 369,7
5 5,053 2 68,40 66,35 27,34 14,85 6
127,5 301,4
6 3,342 3 49,72 48,24 52,97 23,00 6
103,1 254,1
7 2,702 1 32,89 35,07 38,51 44,55 2
193,5
8 2,185 83,38 26,59 23,19 27,99 32,39 5
149,7
9 1,766 67,39 21,50 18,75 18,51 23,55 0
117,5
10 1,428 54,49 17,38 15,16 14,97 15,57 8
11 1,155 44,07 14,05 12,26 12,10 12,59 95,08
12 0,906 34,57 11,37 9,91 9,78 10,18 75,81
13 0,773 29,50 8,92 8,02 7,91 8,23 62,57
14 0,659 25,15 7,61 6,29 6,40 6,65 52,09
15 0,562 21,45 6,48 5,36 5,02 5,38 43,70
16 0,479 18,28 5,53 4,57 4,28 4,22 36,89
17 0,408 15,57 4,71 3,90 3,65 3,60 31,44
18 0,348 13,28 4,01 3,32 3,11 3,07 26,80
19 0,297 11,33 3,42 2,83 2,65 2,62 22,86
20 0,253 9,65 2,92 2,42 2,26 2,23 19,48
21 0,216 8,24 2,49 2,06 1,93 1,90 16,62
22 0,184 7,02 2,13 1,76 1,65 1,62 14,17
23 0,157 5,99 1,81 1,50 1,40 1,38 12,09

56
24 0,134 5,11 1,54 1,28 1,20 1,18 10,31

Tabel 2.8: Hitungan Debit Rencana Untuk Priode Ulang 10 Tahun dengan
Metode Nakayasu

T QT R1 R2 R3 R4 R5 Base
42,47 10,95 7,72 6,17 5,19 Flow Q
m³/dt/
jam mm mm mm mm mm mm m³/dt m³/dt
0 0,000 0,00 0,00
1 0,604 25,65 0,00 25,65
1,5 1,597 67,82 6,61 0,00 74,44
2 3,186 135,31 17,49 4,66 0,00 157,46
2,4 4,935 209,59 34,89 12,33 3,73 0,00 260,53
3 9,561 406,06 54,04 24,60 9,85 3,13 497,68
4 6,951 295,21 104,69 38,10 19,66 8,29 465,95
5 5,053 214,60 76,11 73,81 30,45 16,54 411,51
6 3,342 141,93 55,33 53,66 58,99 25,61 335,53
7 2,702 114,75 36,59 39,01 42,89 49,62 282,87
8 2,185 92,80 29,59 25,80 31,18 36,08 215,44
9 1,766 75,00 23,93 20,86 20,62 26,23 166,63
10 1,428 60,65 19,34 16,87 16,67 17,34 130,87
11 1,155 49,05 15,64 13,63 13,48 14,02 105,83
12 0,906 38,48 12,65 11,02 10,90 11,34 84,39
13 0,773 32,83 9,92 8,92 8,81 9,17 69,64
14 0,659 27,99 8,46 6,99 7,13 7,41 57,98
15 0,562 23,87 7,22 5,97 5,59 5,99 48,64
16 0,479 20,34 6,15 5,09 4,77 4,70 41,06
17 0,408 17,33 5,25 4,34 4,07 4,01 34,99
18 0,348 14,78 4,47 3,70 3,47 3,42 29,83
19 0,297 12,61 3,81 3,15 2,96 2,92 25,45
20 0,253 10,74 3,25 2,69 2,52 2,49 21,69
21 0,216 9,17 2,77 2,29 2,15 2,12 18,50
22 0,184 7,81 2,37 1,95 1,83 1,81 15,77

57
23 0,157 6,67 2,01 1,67 1,56 1,54 13,45
24 0,134 5,69 1,72 1,42 1,33 1,31 11,48

Tabel 2.9: Hitungan Debit Rencana Untuk Priode Ulang 25Tahun dengan
Metode Nakayasu

T QT R1 R2 R3 R4 R5 Base
47,14 12,15 8,57 6,85 5,76 Flow Q
m³/dt/
jam mm mm mm mm mm mm m³/dt m³/dt
0 0,000 0,00 0,00
1 0,604 28,47 0,00 28,47
1,5 1,597 75,28 7,34 0,00 82,62
2 3,186 150,19 19,40 5,18 0,00 174,77
2,4 4,935 232,64 38,71 13,69 4,14 0,00 289,17
3 9,561 450,71 59,96 27,30 10,94 3,48 552,39
4 6,951 327,67 116,17 42,29 21,82 9,20 517,15
5 5,053 238,20 84,45 81,94 33,80 18,35 456,75
6 3,342 157,54 61,39 59,57 65,49 28,43 372,42
7 2,702 127,37 40,61 43,30 47,61 55,07 313,97
8 2,185 103,00 32,83 28,64 34,61 40,04 239,12
9 1,766 83,25 26,55 23,16 22,89 29,11 184,95
10 1,428 67,32 21,46 18,73 18,51 19,25 145,26
11 1,155 54,45 17,35 15,13 14,97 15,56 117,46
12 0,906 42,71 14,03 12,24 12,10 12,59 93,66
13 0,773 36,44 11,01 9,90 9,78 10,17 77,30
14 0,659 31,07 9,39 7,76 7,91 8,23 64,36
15 0,562 26,49 8,01 6,62 6,21 6,65 53,98
16 0,479 22,58 6,83 5,65 5,30 5,22 45,57
17 0,408 19,23 5,82 4,82 4,51 4,45 38,84
18 0,348 16,40 4,96 4,11 3,85 3,80 33,11
19 0,297 14,00 4,23 3,50 3,28 3,24 28,24
20 0,253 11,93 3,61 2,98 2,79 2,76 24,07

58
21 0,216 10,18 3,07 2,55 2,38 2,35 20,54
22 0,184 8,67 2,62 2,17 2,03 2,00 17,51
23 0,157 7,40 2,24 1,85 1,73 1,71 14,93
24 0,134 6,32 1,91 1,58 1,48 1,46 12,74

Tabel 2.10: Hitungan Debit Rencana Untuk Priode Ulang 50Tahun dengan
Metode Nakayasu

T QT R1 R2 R3 R4 R5 Base
51,2 13,2 9,31 7,44 6,26 Flow Q
m³/dt/
jam mm mm mm mm mm mm m³/dt m³/dt
0 0,000 0,00 0,00
1 0,604 30,92 0,00 30,92
1,5 1,597 81,77 7,97 0,00 89,74
2 3,186 163,12 21,08 5,62 0,00 189,83
2,4 4,935 252,67 42,06 14,87 4,49 0,00 314,09
3 9,561 489,52 65,14 29,66 11,88 3,78 599,99
4 6,951 355,89 126,21 45,94 23,70 10,00 561,74
5 5,053 258,71 91,75 89,01 36,72 19,94 496,14
6 3,342 171,11 66,70 64,71 71,13 30,89 404,55
7 2,702 138,34 44,11 47,04 51,72 59,85 341,07
8 2,185 111,87 35,67 31,11 37,59 43,51 259,76
9 1,766 90,42 28,84 25,16 24,86 31,63 200,91
10 1,428 73,11 23,31 20,34 20,10 20,92 157,79
11 1,155 59,14 18,85 16,44 16,26 16,91 127,60
12 0,906 46,39 15,25 13,29 13,14 13,68 101,75
13 0,773 39,58 11,96 10,75 10,62 11,06 83,97
14 0,659 33,74 10,20 8,43 8,59 8,94 69,91
15 0,562 28,77 8,70 7,20 6,74 7,23 58,64
16 0,479 24,52 7,42 6,14 5,75 5,67 49,50
17 0,408 20,89 6,32 5,23 4,90 4,84 42,19
18 0,348 17,82 5,39 4,46 4,18 4,13 35,97
19 0,297 15,21 4,59 3,80 3,56 3,52 30,68
20 0,253 12,95 3,92 3,24 3,04 3,00 26,15

59
21 0,216 11,06 3,34 2,77 2,59 2,55 22,31
22 0,184 9,42 2,85 2,36 2,21 2,18 19,02
23 0,157 8,04 2,43 2,01 1,88 1,86 16,22
24 0,134 6,86 2,07 1,71 1,61 1,58 13,84

Tabel 2.11: Hitungan Debit Rencana Untuk Priode Ulang 100Tahun


dengan Metode Nakayasu

T QT R1 R2 R3 R4 R5 Base
54,8 14,13 9,96 7,96 6,7 Flow Q
m³/dt/
jam mm mm mm mm mm mm m³/dt m³/dt
0 0,000 0,00 0,00
1 0,604 33,10 0,00 33,10
1,5 1,597 87,52 8,53 0,00 96,05
2 3,186 174,59 22,57 6,02 0,00 203,17
2,4 4,935 270,44 45,02 15,91 4,81 0,00 336,17
3 9,561 523,94 69,73 31,73 12,71 4,05 642,17
4 6,951 380,91 135,10 49,15 25,36 10,70 601,22
5 5,053 276,90 98,22 95,23 39,28 21,35 530,98
6 3,342 183,14 71,40 69,23 76,11 33,06 432,94
7 2,702 148,07 47,22 50,33 55,33 64,06 365,01
8 2,185 119,74 38,18 33,29 40,22 46,57 278,00
9 1,766 96,78 30,87 26,91 26,60 33,86 215,02
10 1,428 78,25 24,95 21,76 21,51 22,39 168,87
11 1,155 63,29 20,18 17,59 17,39 18,10 136,56
12 0,906 49,65 16,32 14,22 14,06 14,64 108,89
13 0,773 42,36 12,80 11,50 11,37 11,83 89,87
14 0,659 36,11 10,92 9,02 9,19 9,57 74,82
15 0,562 30,80 9,31 7,70 7,21 7,74 62,76
16 0,479 26,25 7,94 6,56 6,15 6,07 52,98
17 0,408 22,36 6,77 5,60 5,25 5,18 45,15
18 0,348 19,07 5,77 4,77 4,47 4,42 38,50
19 0,297 16,28 4,92 4,06 3,81 3,77 32,83
20 0,253 13,86 4,20 3,47 3,25 3,21 27,98
21 0,216 11,84 3,57 2,96 2,77 2,73 23,87

60
22 0,184 10,08 3,05 2,52 2,36 2,33 20,35
23 0,157 8,60 2,60 2,15 2,01 1,99 17,36
24 0,134 7,34 2,22 1,83 1,72 1,70 14,81

Tabel 2.12: Rekapitulasi Debit Banjir Rencana Batang Naras Dengan


Metode Nakayasu

T Q 2 Thn Q 5 Thn Q 10 Thn Q 25 Thn Q 50 Thn Q 100Thn


Jam m³/dt m³/dt m³/dt m³/dt m³/dt m³/dt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1 19,79 23,05 25,65 28,47 30,92 33,1
1,5 57,42 66,88 74,44 82,62 89,74 96,05
2 121,47 141,48 157,46 174,77 189,83 203,17
2,4 200,99 234,10 260,53 289,17 314,09 336,17
3 383,93 447,18 497,68 552,39 599,99 642,17
4 359,47 418,67 465,95 517,15 561,74 601,22
5 317,49 369,76 411,51 456,75 496,14 530,98
6 258,66 301,46 335,53 372,42 404,55 432,94
7 218,20 254,12 282,87 313,97 341,07 365,01
8 166,19 193,55 215,44 239,12 259,76 278,00
9 128,54 149,70 166,63 184,95 200,91 215,02
10 100,96 117,58 130,87 145,26 157,79 168,87
11 81,64 95,08 105,83 117,46 127,60 136,56
12 65,10 75,81 84,39 93,66 101,75 108,89
13 53,72 62,57 69,64 77,30 83,97 89,97
14 44,73 52,09 57,98 64,36 69,91 74,82
15 37,52 43,70 48,64 53,98 58,64 62,76
16 31,67 36,89 41,06 45,57 49,50 52,98
17 26,99 31,44 34,99 38,84 42,19 45,15
18 23,01 26,80 29,83 33,11 35,97 38,50

61
19 19,63 22,86 25,45 28,24 30,68 32,83
20 16,73 19,48 21,69 24,07 26,15 27,98
21 14,27 16,62 18,5 20,54 22,31 23,87
22 12,17 14,17 15,77 17,51 19,02 20,35
23 10,38 12,09 13,45 14,93 16,22 17,36
24 8,85 10,31 11,48 12,74 13,84 14,81
Maks 383,93 447,18 497,68 552,39 599,99 642,17

700.00

600.00

500.00
Q 2 Thn m³/dt
400.00 Q 5 Thn m³/dt
Debit (m3/dt)

Q 10 Thn m³/dt
300.00 Q 25 Thn m³/dt
200.00 Q 50 Thn m³/dt
Q 100Thn m³/dt
100.00

0.00
1 4 7 10 13 16 19 22 25

Durasi (jam)

Gambar 2.3: Grafik Debit Banjir Hidrograf Satuan Sintesis


Nakayasu

2.6.2. Metode Hidrograf Satuan Sintetik Snyder

Data:
L = 26,66 km
A = 156,37 km²
Lc = Jarak antara titik berat DAS dengan Outlet = 14 km
Kemiringan DAS (i) = 0,0375

62
Koefisien pengaliran = 0,70
Aliran Dasar = 22,24 m³/dt
Analisa:
Ct = 1,2 untuk Pegunungan, (Limantara, l.M., 2010)
Ct = 1,10 (0,75 sampai 3,00) Soemarto.C.D., 1987)
Cp = 0,9 sampai 1,40 = 0,90 (Soemarto, C.D.,
1987) )
1) Standar Durasi Hujan Netto ( tR )
tR = 1 jam
2) Time Lag ( tp )
tp = Ct ( L. Lc )^0,3 = 7,092 jam
3) Lamanya Durasi Hujan Efektif ( te )
te = tr = tp/5,5 = 1,28 jam
4) Time Peak ( Tp )
t e>t R = 1,28 > 1
tp’ = tp + 0,25.tR¿- t R ) = 7,162 jam
Tp= tp’ + 0,5 t R = 7, 662 jam
5). Puncak Hidrograf Satuan ( qp )

qp = ( 0,275. Cp/tp’ )= 0,275(0,9/7,162) = 0,035


m3/dt/km2 .

6). Debit Maksimum Total ( Qp )


Qp = qp. A= 0,035. 156,37 = 5,473 m3/dt
W = 1000x hx A = 1000 x 1 x 156,37 = 156370
7). Ordinat Hidrograf Satuan dihitung dengan persamaan Alexeyev

63
λ = Qp.Tp/(W) = 5,473x7,662x3600/(156370)= 0,9654

a = 1,32. λ 2 + 0,15. λ + 0,045 = 1,42


8). Koordinat Snyder
X = t / Tp = 1 / 7,662 = 0,1305
Y = Q / Qp
2
Y = 10−a (1−x ) / x

6.00
HSS Snyder
5.00
4.00
Debit (m3/dt)

3.00 HSS Snyder


2.00
1.00
0.00
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31

Durasi (jam)

Gambar 2.4: Grafik Ordinat Hidrograf Satuan Sintesis Snyder

Tabel 2.13: Ordinat Hidrograf Satuan Sintesis Snyder

64
No X t = X* Tp (1-X)² (1-X)²/X a(1-X)²/X Y Q = f(t)
0 0,0000 0,000 0,00 0,00 0,00 0,000 0,00
1 0,1305 1,000 0,76 5,79 8,23 0,000 0,00
2 0,2610 2,000 0,55 2,09 2,97 0,001 0,01
3 0,3915 3,000 0,37 0,95 1,34 0,045 0,25
4 0,5220 4,000 0,23 0,44 0,62 0,239 1,31
5 0,6525 4,999 0,12 0,19 0,26 0,546 2,99
6 0,7830 5,999 0,05 0,06 0,09 0,821 4,50
7 0,9135 6,999 0,01 0,01 0,01 0,974 5,33
8 1,0440 7,999 0,00 0,00 0,00 0,994 5,44
9 1,1745 8,999 0,03 0,03 0,04 0,919 5,03
10 1,3050 9,999 0,09 0,07 0,10 0,792 4,34
11 1,4355 10,999 0,19 0,13 0,19 0,649 3,55
12 1,5660 11,999 0,32 0,20 0,29 0,512 2,80
13 1,6965 12,999 0,49 0,29 0,41 0,393 2,15
14 1,8270 13,998 0,68 0,37 0,53 0,294 1,61
15 1,9575 14,998 0,92 0,47 0,67 0,216 1,18
16 2,0880 15,998 1,18 0,57 0,81 0,157 0,86
17 2,2185 16,998 1,48 0,67 0,95 0,112 0,61
18 2,3490 17,998 1,82 0,77 1,10 0,079 0,43
19 2,4795 18,998 2,19 0,88 1,25 0,056 0,31
20 2,6100 19,998 2,59 0,99 1,41 0,039 0,21
21 2,7405 20,998 3,03 1,11 1,57 0,027 0,15
22 2,8710 21,998 3,50 1,22 1,73 0,019 0,10
23 3,0015 22,997 4,01 1,33 1,90 0,013 0,07
24 3,1320 23,997 4,55 1,45 2,06 0,009 0,05
25 3,2625 24,997 5,12 1,57 2,23 0,006 0,03
26 3,3930 25,997 5,73 1,69 2,40 0,004 0,02
27 3,5235 26,997 6,37 1,81 2,57 0,003 0,01
28 3,6540 27,997 7,04 1,93 2,74 0,002 0,01
29 3,7845 28,997 7,75 2,05 2,91 0,001 0,01
30 3,9150 29,997 8,50 2,17 3,08 0,001 0,00

Debit
(m³/dt)

65
Tabel 2.14: Hitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang 2 Tahun
dengan Metode Snyder

T QT R1 R2 R3 R4 R5 Base
32,76 8,45 5,96 4,76 4,00 Flow Q
m³/dt/
jam mm mm mm mm mm mm m³/dt m³/dt
0 0,00 0,00 0,00
1 0,00 0,00 0,00 0,00
2 0,01 0,33 0,00 0,00 0,33
3 0,25 8,19 0,08 0,00 0,00 8,27
4 1,31 42,92 2,11 0,06 0,00 0,00 45,09
5 2,99 97,95 11,07 1,49 0,05 0,00 110,56
6 4,50 147,42 25,27 7,81 1,19 0,04 181,72
7 5,33 174,61 38,03 17,82 6,24 1,00 237,69
8 5,44 178,21 45,04 26,82 14,23 5,24 269,55
9 5,03 164,78 45,97 31,77 21,42 11,96 275,90
10 4,34 142,18 42,50 32,42 25,37 18,00 260,48
11 3,55 116,30 36,67 29,98 25,89 21,32 230,16
12 2,80 91,73 30,00 25,87 23,94 21,76 193,29
13 2,15 70,43 23,66 21,16 20,66 20,12 156,03
14 1,61 52,74 18,17 16,69 16,90 17,36 121,86
15 1,18 38,66 13,60 12,81 13,33 14,20 92,60
16 0,86 28,17 9,97 9,60 10,23 11,20 69,17
17 0,61 19,98 7,27 7,03 7,66 8,60 50,55
18 0,43 14,09 5,15 5,13 5,62 6,44 36,42
19 0,31 10,16 3,63 3,64 4,09 4,72 26,24
20 0,21 6,88 2,62 2,56 2,90 3,44 18,41
21 0,15 4,91 1,77 1,85 2,05 2,44 13,02
22 0,10 3,28 1,27 1,25 1,48 1,72 8,99
23 0,07 2,29 0,85 0,89 1,00 1,24 6,27
24 0,05 1,64 0,59 0,60 0,71 0,84 4,38
25 0,03 0,98 0,42 0,42 0,48 0,60 2,90
26 0,02 0,66 0,25 0,30 0,33 0,40 1,94
27 0,01 0,33 0,17 0,18 0,24 0,28 1,19
28 0,01 0,33 0,08 0,12 0,14 0,20 0,87
29 0,01 0,33 0,08 0,06 0,10 0,12 0,69

66
30 0,00 0,00 0,08 0,06 0,05 0,08 0,27
Tabel 2.15: Hitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang 5 Tahun
dengan Metode Snyder

T QT R1 R2 R3 R4 R5 Base
38,16 9,84 6,94 5,54 4,66 Flow Q
m³/dt/
jam mm mm mm mm mm mm m³/dt m³/dt
0 0,00 0,00 0,00
1 0,00 0,00 0,00 0,00
2 0,01 0,38 0,00 0,00 0,38
3 0,25 9,54 0,10 0,00 0,00 9,64
4 1,31 49,99 2,46 0,07 0,00 0,00 52,52
5 2,99 114,10 12,89 1,74 0,06 0,00 128,78
6 4,50 171,72 29,42 9,09 1,39 0,05 211,66
7 5,33 203,39 44,28 20,75 7,26 1,17 276,85
8 5,44 207,59 52,45 31,23 16,56 6,10 313,94
9 5,03 191,94 53,53 36,99 24,93 13,93 321,33
10 4,34 165,61 49,50 37,75 29,53 20,97 303,36
11 3,55 135,47 42,71 34,91 30,14 24,84 268,06
12 2,80 106,85 34,93 30,12 27,87 25,35 225,12
13 2,15 82,04 27,55 24,64 24,04 23,44 181,72
14 1,61 61,44 21,16 19,43 19,67 20,22 141,92
15 1,18 45,03 15,84 14,92 15,51 16,54 107,85
16 0,86 32,82 11,61 11,17 11,91 13,05 80,56
17 0,61 23,28 8,46 8,19 8,92 10,02 58,87
18 0,43 16,41 6,00 5,97 6,54 7,50 42,42
19 0,31 11,83 4,23 4,23 4,76 5,50 30,56
20 0,21 8,01 3,05 2,98 3,38 4,01 21,44
21 0,15 5,72 2,07 2,15 2,38 2,84 15,17
22 0,10 3,82 1,48 1,46 1,72 2,00 10,47
23 0,07 2,67 0,98 1,04 1,16 1,44 7,30
24 0,05 1,91 0,69 0,69 0,83 0,98 5,10
25 0,03 1,14 0,49 0,49 0,55 0,70 3,38
26 0,02 0,76 0,30 0,35 0,39 0,47 2,26
27 0,01 0,38 0,20 0,21 0,28 0,33 1,39
28 0,01 0,38 0,10 0,14 0,17 0,23 1,02
29 0,01 0,38 0,10 0,07 0,11 0,14 0,80

67
30 0,00 0,00 0,10 0,07 0,06 0,09 0,32

Tabel 2.16: Hitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang 10Tahun


dengan Metode Snyder

T QT R1 R2 R3 R4 R5 Base
42,47 10,95 7,72 6,17 5,19 Flow Q
m³/dt/
jam mm mm mm mm mm mm m³/dt m³/dt
0 0,00 0,00 0,00
1 0,00 0,00 0,00 0,00
2 0,01 0,42 0,00 0,00 0,42
3 0,25 10,62 0,11 0,00 0,00 10,73
4 1,31 55,64 2,74 0,08 0,00 0,00 58,45
126,9
5 2,99 9 14,34 1,93 0,06 0,00 143,32
191,1
6 4,50 2 32,74 10,11 1,54 0,10 235,61
226,3
7 5,33 7 49,28 23,08 8,08 2,59 309,39
231,0
8 5,44 4 58,36 34,74 18,45 13,55 356,13
213,6
9 5,03 2 59,57 41,15 27,77 30,92 373,02
184,3
10 4,34 2 55,08 42,00 32,89 46,53 360,81
150,7
11 3,55 7 47,52 38,83 33,56 55,11 325,80
118,9
12 2,80 2 38,87 33,50 31,04 56,25 278,58
13 2,15 91,31 30,66 27,41 26,78 52,01 228,16
14 1,61 68,38 23,54 21,62 21,90 44,88 180,31
15 1,18 50,11 17,63 16,60 17,28 36,71 138,33
16 0,86 36,52 12,92 12,43 13,27 28,95 104,09
17 0,61 25,91 9,42 9,11 9,93 22,23 76,60
18 0,43 18,26 6,68 6,64 7,28 16,65 55,51
19 0,31 13,17 4,71 4,71 5,31 12,20 40,09
20 0,21 8,92 3,39 3,32 3,76 8,89 28,29
21 0,15 6,37 2,30 2,39 2,65 6,31 20,02
22 0,10 4,25 1,64 1,62 1,91 4,45 13,87

68
23 0,07 2,97 1,10 1,16 1,30 3,21 9,73
24 0,05 2,12 0,77 0,77 0,93 2,17 6,76
25 0,03 1,27 0,55 0,54 0,62 1,55 4,53
26 0,02 0,85 0,33 0,39 0,43 1,03 3,03
27 0,01 0,42 0,22 0,23 0,31 0,72 1,91
28 0,01 0,42 0,11 0,15 0,19 0,52 1,39
29 0,01 0,42 0,11 0,08 0,12 0,31 1,05
30 0,00 0,00 0,11 0,08 0,06 0,21 0,46

Tabel 2.17: Hitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang 25Tahun


dengan Metode Snyder

T QT R1 R2 R3 R4 R5 Base
47,14 12,15 8,57 6,85 5,76 Flow Q
m³/dt/
jam mm mm mm mm mm mm m³/dt m³/dt
0 0,00 0,00 0,00
1 0,00 0,00 0,00 0,00
2 0,01 0,47 0,00 0,00 0,47
3 0,25 11,79 0,12 0,00 0,00 11,91
4 1,31 61,75 3,04 0,09 0,00 0,00 64,88
140,9
5 2,99 5 15,92 2,14 0,07 0,00 159,08
212,1
6 4,50 3 36,33 11,23 1,71 0,06 261,46
251,2
7 5,33 6 54,68 25,62 8,97 1,44 341,97
256,4
8 5,44 4 64,76 38,57 20,48 7,55 387,79
237,1
9 5,03 1 66,10 45,68 30,83 17,22 396,94
204,5
10 4,34 9 61,11 46,62 36,51 25,92 374,75
167,3
11 3,55 5 52,73 43,11 37,26 30,70 331,15
131,9
12 2,80 9 43,13 37,19 34,46 31,33 278,11
101,3
13 2,15 5 34,02 30,42 29,73 28,97 224,50
14 1,61 75,90 26,12 24,00 24,32 25,00 175,33

69
15 1,18 55,63 19,56 18,43 19,18 20,45 133,24
16 0,86 40,54 14,34 13,80 14,73 16,13 99,53
17 0,61 28,76 10,45 10,11 11,03 12,38 72,73
18 0,43 20,27 7,41 7,37 8,08 9,27 52,41
19 0,31 14,61 5,22 5,23 5,89 6,80 37,75
20 0,21 9,90 3,77 3,69 4,18 4,95 26,48
21 0,15 7,07 2,55 2,66 2,95 3,51 18,74
22 0,10 4,71 1,82 1,80 2,12 2,48 12,94
23 0,07 3,30 1,22 1,29 1,44 1,79 9,02
24 0,05 2,36 0,85 0,86 1,03 1,21 6,30
25 0,03 1,41 0,61 0,60 0,69 0,86 4,17
26 0,02 0,94 0,36 0,43 0,48 0,58 2,79
27 0,01 0,47 0,24 0,26 0,34 0,40 1,72
28 0,01 0,47 0,12 0,17 0,21 0,29 1,26
29 0,01 0,47 0,12 0,09 0,14 0,17 0,99
30 0,00 0,00 0,12 0,09 0,07 0,12 0,39

Tabel 2.18: Hitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang 50 Tahun


dengan Metode Snyder

T QT R1 R2 R3 R4 R5 Base
51,2 13,2 9,31 7,44 6,26 Flow Q
m³/dt/
jam mm mm mm mm mm mm m³/dt m³/dt
0 0,00 0,00 0,00
1 0,00 0,00 0,00 0,00
2 0,01 0,51 0,00 0,00 0,51
3 0,25 12,80 0,13 0,00 0,00 12,93
4 1,31 67,07 3,30 0,09 0,00 0,00 70,47
153,0
5 2,99 9 17,29 2,33 0,07 0,00 172,78
230,4
6 4,50 0 39,47 12,20 1,86 0,06 283,99
272,9
7 5,33 0 59,40 27,84 9,75 1,57 371,44
278,5
8 5,44 3 70,36 41,90 22,25 8,20 421,23
257,5
9 5,03 4 71,81 49,62 33,48 18,72 431,16

70
222,2
10 4,34 1 66,40 50,65 39,66 28,17 407,08
181,7
11 3,55 6 57,29 46,83 40,47 33,37 359,72
143,3
12 2,80 6 46,86 40,41 37,42 34,05 302,10
110,0
13 2,15 8 36,96 33,05 32,29 31,49 243,87
14 1,61 82,43 28,38 26,07 26,41 27,17 190,46
15 1,18 60,42 21,25 20,02 20,83 22,22 144,74
16 0,86 44,03 15,58 14,99 16,00 17,53 108,12
17 0,61 31,23 11,35 10,99 11,98 13,46 79,01
18 0,43 22,02 8,05 8,01 8,78 10,08 56,93
19 0,31 15,87 5,68 5,68 6,40 7,39 41,01
20 0,21 10,75 4,09 4,00 4,54 5,38 28,77
21 0,15 7,68 2,77 2,89 3,20 3,82 20,36
22 0,10 5,12 1,98 1,96 2,31 2,69 14,05
23 0,07 3,58 1,32 1,40 1,56 1,94 9,80
24 0,05 2,56 0,92 0,93 1,12 1,31 6,85
25 0,03 1,54 0,66 0,65 0,74 0,94 4,53
26 0,02 1,02 0,40 0,47 0,52 0,63 3,03
27 0,01 0,51 0,26 0,28 0,37 0,44 1,87
28 0,01 0,51 0,13 0,19 0,22 0,31 1,37
29 0,01 0,51 0,13 0,09 0,15 0,19 1,07
30 0,00 0,00 0,13 0,09 0,07 0,13 0,42

Tabel 2.19: Hitungan Debit Banjir Rencana Periode Ulang 100


Tahun
dengan Metode Snyder

T QT R1 R2 R3 R4 R5 Base
54,80 14,13 9,96 7,96 6,70 Flow Q
m³/dt/
jam mm mm mm mm mm mm m³/dt m³/dt
0 0,00 0,00 0,00
1 0,00 0,00 0,00 0,00
2 0,01 0,55 0,00 0,00 0,55
3 0,25 13,70 0,14 0,00 0,00 13,84

71
4 1,31 71,79 3,53 0,10 0,00 0,00 75,42
163,8
5 2,99 5 18,51 2,49 0,08 0,00 184,93
246,6
6 4,50 0 42,25 13,05 1,99 0,07 303,95
292,0
7 5,33 8 63,59 29,78 10,43 1,68 397,55
298,1
8 5,44 1 75,31 44,82 23,80 8,78 450,82
275,6
9 5,03 4 76,87 53,09 35,82 20,03 461,45
237,8
10 4,34 3 71,07 54,18 42,43 30,15 435,67
194,5
11 3,55 4 61,32 50,10 43,30 35,71 384,98
153,4
12 2,80 4 50,16 43,23 40,04 36,45 323,31
117,8
13 2,15 2 39,56 35,36 34,55 33,70 260,99
14 1,61 88,23 30,38 27,89 28,26 29,08 203,83
15 1,18 64,66 22,75 21,41 22,29 23,79 154,90
16 0,86 47,13 16,67 16,04 17,11 18,76 115,71
17 0,61 33,43 12,15 11,75 12,82 14,41 84,55
18 0,43 23,56 8,62 8,57 9,39 10,79 60,93
19 0,31 16,99 6,08 6,08 6,85 7,91 43,89
20 0,21 11,51 4,38 4,28 4,86 5,76 30,79
21 0,15 8,22 2,97 3,09 3,42 4,09 21,78
22 0,10 5,48 2,12 2,09 2,47 2,88 15,04
23 0,07 3,84 1,41 1,49 1,67 2,08 10,49
24 0,05 2,74 0,99 1,00 1,19 1,41 7,33
25 0,03 1,64 0,71 0,70 0,80 1,01 4,85
26 0,02 1,10 0,42 0,50 0,56 0,67 3,25
27 0,01 0,55 0,28 0,30 0,40 0,47 2,00
28 0,01 0,55 0,14 0,20 0,24 0,34 1,46
29 0,01 0,55 0,14 0,10 0,16 0,20 1,15
30 0,00 0,00 0,14 0,10 0,08 0,13 0,45
Tabel 2.20: Rekapitulasi Debit Banjir Rencana Batang Naras Dengan
Metode Snyder

T Q2 Q Q Q 25 Q 50 Q 100

72
5Tahu 10Tahu
Tahun n n Tahun Tahun Tahun
Jam m³/dt m³/dt m³/dt m³/dt m³/dt m³/dt
0 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
2 0,33 0,38 0,42 0,47 0,51 0,55
3 8,27 9,64 10,73 11,91 12,93 13,84
4 45,09 52,52 58,45 64,88 70,47 75,42
110,5 159,0
5 6 128,78 143,32 8 172,78 184,93
181,7 261,4
6 2 211,66 235,61 6 283,99 303,95
237,6 341,9
7 9 276,85 309,39 7 371,44 397,55
269,5 387,7
8 5 313,94 356,13 9 421,33 450,82
275,9 396,9
9 0 321,33 373,02 4 431,16 461,45
260,4 374,7
10 8 303,36 360,81 5 407,08 435,67
230,1 331,1
11 6 268,06 325,80 5 359,72 384,98
193,2 278,1
12 9 225,12 278,58 1 302,10 323,31
156,0 224,5
13 3 181,72 228,16 0 243,87 260,99
121,8 175,3
14 6 141,92 180,31 3 190,46 203,83
133,2
15 92,60 107,85 138,13 4 144,74 154,90
16 69,17 80,56 104,09 99,53 108,12 115,71
17 50,55 58,87 76,60 72,73 79,01 84,55
18 36,42 42,42 55,51 52,41 56,93 60,93
19 26,24 30,56 40,09 37,75 41,01 43,89
20 18,41 21,44 28,29 26,48 28,77 30,79
21 13,02 15,17 20,02 18,74 20,36 21,78
22 8,99 10,47 13,87 12,94 14,05 15,04
23 6,27 7,30 9,73 9,02 9,80 10,49
24 4,38 5,10 6,76 6,30 6,85 7,33
25 2,90 3,38 4,53 4,12 4,53 4,85
26 1,94 2,26 3,03 2,79 3,03 3,25

73
27 1,19 1,39 1,91 1,72 1,87 2,00
28 0,87 1,02 1,39 1,26 1,37 1,46
29 0,69 0,80 1,05 0,99 1,07 1,15
30 0,27 0,32 0,46 0,39 0,42 0,45
Mak 275,9 396,9
s 0 321,33 373,02 4 431,16 461,45

500.00
450.00
400.00
350.00
Q 2 Tahun m³/dt
300.00
Q 5Tahun m³/dt
Debit (m3/dt)

250.00 Q 10Tahun m³/dt


200.00 Q 25 Tahun m³/dt
Q 50 Tahun m³/dt
150.00 Q 100 Tahun m³/dt
100.00
50.00
0.00
1 4 7 10 13 16 19 22 25 28 31

Durasi (jam)

Gambar 2.5: Grafik Debit Banjir Hidrograf Satuan Sintesis Snyder

2.6.3. Metode Hasper


Dasar dari metode ini sama dengan Metode Melchior dan Metode
Weduwen yaitu Metode Rational dengan persamaan sebagai
berikut :
Q= α.β.q.A

74
1.1. Koefisien Aliran (α)
0 ,7
1+0,012 A
α = 0 ,7 ..........................................
1+ 0,075 A
(5.1)

Dimana A = Luas daerah aliran (km2)

1.2. Angka Reduksi (β)


Angka Reduksi menurut Haspers :
3 /4
1 1+ t r +3 , 7 x 10 ⁻⁰ ´ ⁴ ᵗʳ A
= x ...........................
β tr ²+15 12
(5.2)

1.3. Hujan Maksimum (q)


Menurut Haspers hujan maksimum q m3/dt/km2 besarnya
tergantung dari distribusi curah hujan yang perumusannya
dibedakan :
a. Untuk tr< 2 jam
t r x R ₂₄
rt =
tr+1−0,0008 ( 260−R 24 ) (2−tr )²
.........................(5.3)

b. Untuk 2 jam < tr< 19 jam


tr x R ₂₄
rt =
tr+1
.........................(5.4)
c. Untuk 19 jam << tr< 30 hari

75
rt = 0,707 . R24√ tr+1

Dimana rt adalah hujan yang turun selama t (mm)


dan R24 adalah hujan per etmal (mm).

Hubungan antara rt dan I adalah sebagai berikut :


rt
a. Bila rt dinyatakan dalam jam, maka I =
3 ,6 tr
rt
b. Bila rt dinyatakan dalam hari, maka q = q
86 , 4 tr
(m3/dt/km2)

1.4. Hubungan tr dengan Tc


Sesuai dengan dasar perumusannya yairu Rational, maka
Haspers memakai tr = Tc. Menurut Rassel bahwa debit banjir
(Q) sebanding dengan jari – jari hidrulis penampang aliran
dan waktu aliran. Perumusan Tc temukan sebagai berikut :
Tc = 0,1 . L0,8 . i-0,3 ......................(5.6)

Dimana Tc dalam jam, L adalah panjang sunngai (km) dan i


adalah kemiringan rata – rata sungai.

1.5. Masa Ulang (T)


Menurut Haspers bahwa data hujan di Indonesia kebanyakan
tidak kontinyu yang kadang – kadang hanya dijumpai tinggi
hujan absolut saja dalam suatu periode pengamatan. Untuk
menghitung hujan dengan masa ulang tertentu menurut
Haspers dapat dipakai rumus :

76
Rt = R + σ . μ ...........................(5.7)

Dimana :
Rt = Hujan dengan masa ulang T
R = Hujan maksimum rata – rata
σ = Standar deviasi
μ = Standar variabel untuk masa ulang T

Dalam Tabel 6 dicantumkan hubungan antara Standar


Variabel (U) dengan masa ulang (T).

Ternyata Metode Harpers dengan Metode Gumbel


memberikan hasil yang mendekati satu dengan yang lain
yaitu dengan perbedaan 10 – 15 %

Dari persamaan (5.7) dapat pula dipergunakan untuk


menghitung standar deviasi yaitu sebagai berikut :

Rt −R
σ = ...............................(5.8)
μ

Sedang kalau harga σ dihitung dengan cara biasa


(Metode Statistik) akan cukup sukar berhubung data di
Indonesia kebanyakan tidak kontinyu.

 Sebagai contoh misalkan diketahui hujan absolut


pertama 139 mm dan absolut kedua 125 mm. Hujan rata
– rata maksimum R adalah 96 mm selama pengamatan

77
22 tahun. Hitung besarnya standar deviasi dari data
tersebut :

Penyelesaian :

Untuk hujan absolut pertama, maka menurut Weibull


n+1
akan mempunyai masa ulang T = 23 tahun (T = =
m
22+ 1
). Dengan harga T ini dari Tabel 6 diketahui
1
standar variabel μ = 2,02.

Untuk hujan absolut kedua, maka menurut Weibull akan


n+1
mempunyai masa ulang T = 11,5 tahun (T = =
m
22+ 1
). Dengan harga T ini dari Tabel 6 diketahui
1
standar variabel μ = 1,39.

Rt −R 139−96
Makaσ ₁ = = = 21,287
μ₁ 2 , 02
Rt −R 125−96
σ₂ = = = 20,863
μ₂ 1 ,39
Jadi standar deviasi untuk data di atas :
21,287+20,863
σ =
2

1.6. Prosedur Perhitungan

78
Untuk perhitungan debit maksimum Q dari hujan harian
maksimum (R24), pada suatu daerah aliran dengan Metode
Haspers dapat dilakukan dengan prosedur perhitungan
sebagai berikut :
a. Hitung α dengan persamaan (5.1)
b. Hitung tr dengan persamaan (5.6, dimana tr = Tc
c. Hitung β dengan persamaan (5.2)
d. Hitung RT dengan persamaan (5.7)
RT adalah besarnya hujan harian maksimum dengan
masa ulang T yang dipakai untuk menghitung besarnya
debit maksimum (Q) yang juga mempunyai masa ulang
T.
e. Hitung rt dengan persamaan (5.3), (5.4), dan (5.5) yang
dipilih berdasarkan harga tr dari butir b di atas.
f. Hitung q terhadap hubungannya dengan tr
g. Kemudian harga Q = α . β . q . A

Contoh Perhitungan :
Pada suatu daerah aliran, curah hujan absolut maksimum
adalah 139 mm dan hujan maksimum rata – ratanya 96 mm
selama pengamatan 19 tahun.
Luas daerah alirah 100 km2 dan panjang sungai 10 km
dengan kemiringan rata – rata 0,001. Dengan Metode
Haspers hitung debit maksimum yang mempunyai masa
ulanhg 500 tahun.

Penyelesaian :

79
19+1
Untuk n – 19 tahun, maka T = = 20 tahun untuk R T
1
139 mm
dari Tabel 6 harga μ = 1,89
139−96
σ = = 22,75
1 ,89
Untuk T = 500 tahun, maka dari Tabel 6 harga μ = 5,13
Sehingga R500 = 96 + (22,75) . (5,13) = 212,7 mm
0 ,7
1+ 0,012(100)
α = = 0,45
1+0,075 ¿ ¿
tr = Tc = 0,1 (10)0,8 x (0,001)-0,3 = 5 jam
1
= 1 +
β

)( )
3

(
´
5+3 , 7 x 10´−04 ˟5 ( 100 ) 4
x =1 ,33
2
5 +15 12

Maka β = 0,75
5 x 212 ,7
tr = 5 jam, maka rt = = 177,25 mm
5+1
177 ,25
tr = dalam jam, maka q = = 9,85 m3/dt/km2
3 ,6 x 5
Jadi Q500 = 0,45 x 0,75 x 9,85 x
Analisis debit banjir rencana dengan metode sintetis empiris
Hasper dalam penggunaanya, metoda ini tidak mensyaratkan batasan
luas DAS, menurut Haspers besarnya debit dihitung dengan bentuk
persamaan sebagai berikut :
QT =α . β . I . A
Dimana:

80
α = Koefisien pengaliran atau run off coefisien ( tabel Mononobe)
β= Koefisien reduksi atau reduction coefisien
I = Intensitas hujan yang diperhitungkan (m3/detik/km2)
A = Luas daerah pengaliran Km2
QT = Debit banjir rencana dengan periode ulang tertentu (m3/detik)

Data sungai Batang Naras:


Luas Cathmen Area (A) = 156,37 Km2
Panjang Sungai (L) = 26,66 Km

Beda tinggi ( ΔH ) = 1000 m


Parameter-parameter lain yang harus didapatkan dihitung sebagai
berikut :
Kemiringan Sungai.
ΔH 1000
S= = =0 ,0375
0 , 9 L 0 , 9∗26660
1) Koefisien Run off
1+0 . 012( A )0 . 7 1+0 , 012∗156 ,37 0, 7
α= = =0 , 395
1+0 .075 ( A )0 . 7 1+0 , 075∗156 ,37 0 ,7

2) Waktu konsentrasi

tc=0.1∗( L)0 .8∗( S)−0.3 =0,1∗26 ,66 0 ,8∗0,0375−0,3 =3,702Jam

3)Koefisien reduksi ( β ) ⁰ ⁷⁵ ⁰ ⁷⁵

Tc Tc² ,0,4xTc 10^-0,4Tc 3,7x10^-0,4Tc tc+(3,7.10^0,4Tc) Tc²+15 A ’ (A ’ )/12 1/β β

3,702 13,705 1,5 0,033 0,122 5,122 28,705 11,733 0,978 1,174 0,851

4) Menghitung r

81
Oleh karena tc = 3,702,maka r dihitung berdasarkan rumus : 2 jam < r
< 19 jam

tc∗R 24
r=
tc+1

n
(Tahun
) Rn Tc TcxRn tc +1 r = (tc * R24)/(tc+1)
1 2 3 4 5 6=4/5
2 79,9 3,702 295,79 4,702 62,907
5 93,02 3,702 344,36 4,702 73,237
10 103,56 3,702 383,38 4,702 81,535
25 114,96 3,702 425,58 4,702 90,511
50 124,85 3,702 462,19 4,702 98,297
100 133,64 3,702 494,74 4,702 105,218

5). Menghitung I

r
I=
3 ,6 x tc

n r Tc 3,6xTc I
2 62,907 3,702 13,3272 4,72
5 73,237 3,702 13,3272 5,50
10 81,535 3,702 13,3272 6,12
25 90,511 3,702 13,3272 6,79
50 98,297 3,702 13,3272 7,38
100 105,218 3,702 13,3272 7,89

6). Menghitung Debit (Q)

Q = α x β x In x A

82
Tabel 2.21 : Debit Maksimum Metode Haspers

No Periode
Ulang
(Thn) α β I A (Km²) Q (m³/dt)
1 2 3 4 5 6 7
1 2 0,395 0,851 4,72 156,37 248,11
2 5 0,395 0,851 5,50 156,37 288,85
3 10 0,395 0,851 6,12 156,37 321,58
4 25 0,395 0,851 6,79 156,37 356,98
5 50 0,395 0,851 7,38 156,37 387,69
6 100 0,395 0,851 7,89 156,37 414,98

2.6.4. Metode Mononobe

Analisis debit banjir rencana dengan metode sintetis empiris


Mononobe dalam penggunaanya, metoda ini tidak mensyaratkan
batasan luas DAS. menurut Mononobe besarnya debit dihitung
dengan bentuk persamaan sebagai berikut :
α .IT . A
QT =
3,6
Dimana:
QT = Debit banjir rencana dengan periode ulang tertentu ( m3/dt )
α = Koefisien pengaliran atau run off coefisien ( Tabel 2.1
Mononobe)
IT = Intensitas hujan periode ulang tertentu ( mm/jam )
R T 24
( )
2/3

IT = 24 t
A = Luas daerah pengaliran ( km2 )

83
RT = Curah hujan harian maksimum periode ulang tertentu ( mm )
tc = waktu konsentrasi = waktu rambat air di sungai utama. (jam)
L
tc=
V
V = kecepatan aliran di sungai (km/jam)

( )
0.6
ΔH
V =72
L .
Data sungai Batang Naras:
Luas Cathmen Area (A) = 156,37 Km2
Panjang Sungai (L) = 26,66 Km

Beda tinggi ( ΔH ) = 1000 m

Parameter-parameter lain yang harus didapatkan dihitung sebagai


berikut :
1). Kemiringan Sungai.
ΔH 1000
S= = =0 , 0375
L 26660
2). Koefisien pengaliran Atau Run off (α )
α = 0,70 ( DAS pada daerah pegunungan tersier , Tabel 2.1 dari
Mononobe )
3). Kecepatan aliran ( V )

( ) ( )
0.6 0,6
ΔH 1000
V =72 =72 =10 ,05 km/ jam
L 26660 .
4). Waktu konsentrasi

84
L 26 ,66
tc= = =2 , 65 jam
V 10 , 055

5). Menghitung Intensitas Hujan (In) dan Debit (Q)

Tabel 2.22: Intensitas Hujan (In) dan Debit (Q) Metode Mononobe

(24/
n Rn Rn/24 24/Tc Tc)^⅔ In Qn (M³/dt)
1 2 3 4 5 6 7
2 79,9 3,329 9,039 4,342 14,46 439,55
5 93,07 3,878 9,039 4,342 16,84 512,00
10 103,56 4,315 9,039 4,342 18,74 569,71
25 114,96 4,790 9,039 4,342 20,80 632,42

50 124,85 5,202 9,039 4,342 22,59 686,83


100 133,64 5,568 9,039 4,342 24,18 735,18

2.6.5. Metode Melchior


Metode Melchior dikembangkan untuk menganalisis debit banjir
pada DAS berbentuk ellips yang mempunyai luas > 100 Km 2
Perhitungan Metode Melchior ini telah lama digunakan di
Indonesia

Rumus :
Q = α . β . q . A .......................................(3.1)
Q = Debit maksimum yang terjadi (m3/dt)
α = Koefisien aliran

85
R
β = Angka reduksi = pada daerah dan waktu yang
Rmak
sama
q = Hujan maksimum setempat di daerah alirann (m3/dt/Km2)
A = Luas daerah aliran (Km2)

3.1 Koefisien Aliran (α)


Koefisien pengaliran (fungsi dari vegetasi, tanah, kemiringan
dan iklim)= antara 0,42, 0,52, 0,62 dan 0,75. Dalam
penggunaannya Ir. Melchior menganjurkan untuk memakai
harga α = 0,52.

3.2 Angka Reduksi (β)


Angka reduksi adalah perbandingan antara hujan rata-rata
daerah aliran dengan hujan maksimum yang terjadi di daerah
aliran tersebut (Point Rainfall).
Ir.A.P. Melchior menentukan hubungan antara hujan rata-rata
sehari (24 jam) dengan hujan maksimum setempat sehari,
mendapatkan angka reduksi dalam persamaan sebagai
berikut :
1970
F = – 3960 + 1720 β ......................................
β−0 , 12
(3.2)
Dimana D adalah luasan yanng dibatasi oleh isyohet yang
mempunyai harga sama dengan hujan rata-rata daerah aliran.
F mempunyai hubungan dengan A yang merupakan luasan

86
bentuk ellips dengan sumbu panjang tidak lebih 1,5 kali
sumbu pendek.
Untuk hujan-hujan dengan lama kurang 24 jam besarnya
angka reduksi (β) masih harus dikalikan dengan presentase
dari Melchior seperti pada Tabel 2 yang berlaku untuk kota
Jakarta.

Tabel 2. Presentase Angka Reduksi untuk Hujan Kurang


dari 24 jam di Jakarta

Lama Hujan Luas Ellips (Km²)


(jam)
0 10 50 300 500
1 44 37 29 20 12
2 64 57 45 33 23
3 80 70 57 43 32
4 89 80 66 52 42
5 92 82 70 57 50
6 92 84 74 61 54
8 93 87 79 69 66
10 94 90 83 77 74
12 95 91 88 85 83
16 96 95 94 93 92
20 98 97 96 95 94
24 100 100 100 100 100

Misal untuk hujan maksimum sehari didapat 200 mm pada


suatu daerah aliran (Jakarta) dengan luas ellips 300 Km 2,
maka besarnya hujan 4 jam adalah 52% terhadap hujan
maksimum per 24 jam.

87
Dari persamaan (3.2) diperoleh β = 0,805, jadi besarnya hujan
rata-rata 0,52 x 0,805 = 0,419. Sehingga besarnya hujan rata-
rata di daerah aliran adalah 0,419 x 200 = 83,8 mm.

Untuk daerah “luar Jakarta” bila misalnya hujan maksimum


setempat perhari adalah X mm, maka besarnya rata-rata di
daerah aliran untuk ellips 300 Km 2 dan lama hujan 4 jam
X
adalah x 83,8 mm.
200

3.3 Hujan Maksimum Setempat (q)


Besarny hujan maksimum setempat (point rainfall) per etmal
(q) yang dinyatakan dalam m3/dt/km2 tergantung dari waktu
konsentrasi aliran Tc.

1000 L
Menurut Melchior Tc = ...................................(3.4)
60V
Dimana :
L = Panjang sungai (km)
V = Kecepatan rata-rata aliran (m/dt)
Tc = Menit

Melchior memberikan perumusan untuk V adalah sebagai


berikut :
V = 1,31 x (β . q . A . i2)0.2 ...................(3.5)
Untuk harga α = 0,52 telah dibuat grafik (gambar 3) hubungan
antara I, q, A dan V. Untuk harga α yang lain besarnya

88
kecepatan yang didapat dari grafik ini harus dikonversikan
dengan
¿ ¿ atau 1,14 (α)0,2 = V
Sedang i dalam persamaan (3.5) adalah kemiringan rat-rata
dasar sungai dengan menganggap 0,1 dari panjang sungai
dibagian hulu tidak diperhitungkan.
∆H
i = ................................(3.6) dimana ∆H selisih
0,9L
tinggi antara titik di
0,9 L sampai titik
pengamatan
Untuk mendapatkan q ternyata tidak mudah karena telah
dinyatakan bahwa q tergantung dari Tc, sedang Tc tergantung
dari V, padahal V fungsi dari q, maka untuk hal yang
demikian mendapatkan q dicari dengan cara coba-coba.
Untuk ini Milchiar juga memberikan grafik hubungan antrara
q, F, dan Tc. Sebagai taksiran pertama harga q dapat
digunakan Tabel 3, agar supaya tidak menyimpang terlalu
jauh.

Tabel 3. Taksiran harga q terhadap nF

89
nF q nF q nF q
0,144 29,60 144 4,75 720 2,30
0,720 22,45 216 4,00 1080 1,85
1,440 19,90 288 3,60 1440 1,53
7,200 14,15 360 3,30 2160 1,20
14,000 11,85 432 3,05 2080 1,00
29,000 9,00 504 2,85 1320 0,70
72,000 6,25 576 2,65 5760 0,51
108,000 5,25 618 2,55 7200 0,48

3.4 Prosedur Perhitungan


Untuk memudahkan perhitungan dipakai prosedur sebagai
berikut :
a. Ambil suatu harga q sembarang seperti petunjuk Tabel
3.
b. Dengan q, A dan i akan didapat V dari grafik gambar 3.
c. Dengan V didapat Tc.
d. Dengan Tc dan nF akan didapat q dari grafiik gambar 4.

Kalau harga q ini sama dengan yang diambil semula maka


perhitungan ini dapat dipastikan, tetapi bila tidak sama,
prosedur di muka diulangi lagi dengan memakai harga q
yang baru sampai harga q yang didapat sama dengan harga q
yang diambil.

Bila waktu hujan lebih besar dari T c, sedangkan dalam


metode Melchior dianggap bahwa tr = Tc maka hasil q yang

90
didapat masih perlu dipertinggi lagi dengan suatu prosentase
seperti pada Tabel 4.

Tabel 4. Prosentase Peninggian q

T (menit) Peninggian (%) T (menit) Peninggian (%)


40 2 1330 - 1420 18
40 - 115 3 1420 - 1510 19
115 - 190 4 1510 - 1595 20
190 - 270 5 1595 - 1680 21
270 - 360 6 1680 - 1770 22
360 - 450 7 1770 - 1860 23
450 - 540 8 1860 - 1950 24
540 - 630 9 1950 - 2035 25
630 - 720 10 2035 - 2120 26
720 - 810 11 2120 - 2210 27
810 - 895 12 2210 - 2295 28
895 - 980 13 2295 - 2380 29
980 - 1070 14 2380 - 2465 30
1070 - 1150 15 2465 - 2550 31
1150 - 1240 16 2550 - 2640 32
1240 - 1330 17 2640 - 2725 33

Grafik Melchior (gambar 3 dan gambar 4) pembuatannya


didasarkan atas hujan 200 mm. Maka untuk hujan R,
dasarnya debit q yang dihitung dengan cara ini harus
R
dikalikan dengan
200

91
Contoh Perhitungan :

Untuk menghitung Dimensi hidraulis bendung diperlukan


penetapan debit banjir sungai yang paling maksimum
dengan tinnggi hujan rencana 108 mm per hari. Diketahui
panjang sungai pada daerah aliran 28 km dan luasnya (A)
86,45 km2, beda tinnggi hulu dan tempat lokasi bendung
adalah 450 m. Beda besarnya koefisien aliran 0,70, hitung
debit rencana bendung tersebut kalau juga diketahui luas
ellips nF = 120 Km2.

Penyelesaian :

Untuk nF =120 km2 dari Tabel 3 diambil q = 5 m 3/dt/km2


(Hasil Interpolasi) q x A = 5 x 86,45 = 432,25 m3/dt

450
i= = 0,01786 ~ 178,6 x 10-4
0 , 9(1000 x 28)

dari grafik gambar 3 didapat V = 0,87 m/dt


untuk α = 0,70 maka V = 1,14 (0,7)0,2 x 0,87 = 0,92

1000 x 28
Tc = = 507,2 menit = 8,45 jam
60 x 0 , 92

nF = 120 km2

dari grafik gambar 4 didapat q = 4,7 m3/dt/km2

92
berarti tidak sama dengan yang diambil (5 m3/dt/km2)

Perhitungan diulang dengan mengambil q = 4,7 m3/dt/km2

Q x A = 4,7 x 86,45 = 406,32 m3/dt


i = 178,6 x 10-4

Dari grafik gambar 3 didapat V = 0,86 m/dt


Untuk α= 0,70 maka V = 1,14 (0,7)0,2 x 0,86 = 0,91 m/dt

1000 x 28
Tc = = 512,52 menit = 8,55 jam
60 x 0 , 91

nF = 120 km2

dari grafik gambar 4 didapat q = 4,5 m3/dt/km2, berarti tidak


sama dengan yang diambil (4,7 m3/dt/km2)

 Perhitungan diulang, diambil q = 4,5 m3/dt/km2


q x A = 4,5 x 86,45 = 389,03 m3/dt
i = 178,6 x 10-4

dari grafik gambar 3 didapat V = 0,85 m/dt


untuk α = 0,70, maka V = 1,14 (0,7)0,2 X 0,85 = 0,90 m/dt

1000 x 28
Tc = = 517,33 menit = 8,62 jam
60 x 0 , 90
nF = 120 km2

dari grafik gambar 4 didapat q = 4,5 m 3/dt/km2 berarti sama


dengan q yang diambil.

93
Untuk T = 517,33 menit, maka dari Tabel 4 peninggian
harga q adalah 8% sehingga q sekarang = 1,08 x 4,5 = 4,86
m3/dt/km2

Untuk R = 108 mm/ 24 jam, maka debit maksimum yang


108
terjadi Q = 0,7 x 4,86 x 86,45 x = 158,82 m3/dt
200

Catatan :
Dalam perhitungan di atas bila tidak tersedia grafik Melchior
seperti gambar 3 dan gambar 4, maka perhitungan dapat
dikerjakan sebagai berikut :
a. Luas daerah aliran A dan luas ellips yang mengelilingi
daerah aliran nF dicari (diketahui).
∆H
b. i=
0.96
c. dari nF taksiran harga q seperti Tabel 3
d. hitung β dari persamaan 3.3
e. hitung V dari persamaan 3.5
f. hitung Tc dari persamaan 3.4 kemudian nyatakan
dalam jam
g. untuk hujan dengan tn < 24 jam hitung angka
indeksnya
h. dengan diketahui Tc, nF dan β maka
10 β . R ₂₄ 3
q= (m /dt/km2)
36 . Tc

94
R24 adalah besarnya curah hujan maksimum setempat
dalam 24 jam yang didapat dari data hujan di Jakarta
(200 mm).
i. Selanjutnya hitung prosentase q Tabel 4
j. Maka Q = α . q . A (m3/dt) ini untuk daerah Jakarta
k. Untuk daerah luar Jakarta Q = α . q . A R/200
Metode Melchior dikembangkan untuk menganalisis debit banjir pada
DAS berbentuk ellips yang mempunyai luas > 100 Km 2. Perhitungan
Metode Melchior ini telah lama digunakan di Indonesia. Menurut
metoda ini, formulasi debit banjir adalah sebagai berikut:

Rumus :
Q = α . β . q . A .......................................(3.1)
Q = Debit maksimum yang terjadi (m3/dt)
α = Koefisien aliran
R
β = Angka reduksi = pada daerah dan waktu yang
Rmak
sama
q = Hujan maksimum setempat di daerah alirann (m3/dt/Km2)
A = Luas daerah aliran (Km2)

3.5 Koefisien Aliran (α)


Koefisien pengaliran (fungsi dari vegetasi, tanah, kemiringan dan
iklim)= antara 0,42, 0,52, 0,62 dan 0,75. Dalam penggunaannya Ir.
Melchior menganjurkan untuk memakai harga α = 0,52.

3.6 Angka Reduksi (β)

95
Angka reduksi adalah perbandingan antara hujan rata-rata daerah
aliran dengan hujan maksimum yang terjadi di daerah aliran tersebut
(Point Rainfall). Ir.A.P. Melchior menentukan hubungan antara hujan
rata-rata sehari (24 jam) dengan hujan maksimum setempat sehari,
mendapatkan angka reduksi dalam persamaan sebagai berikut :
1970
F = – 3960 + 1720 β ..................................................
β−0 , 12
(3.2)
Dimana D adalah luasan yanng dibatasi oleh isyohet yang
mempunyai harga sama dengan hujan rata-rata daerah aliran. F
mempunyai hubungan dengan A yang merupakan luasan bentuk ellips
dengan sumbu panjang tidak lebih 1,5 kali sumbu pendek.
Untuk hujan-hujan dengan lama kurang 24 jam besarnya angka
reduksi (β) masih harus dikalikan dengan presentase dari Melchior
seperti pada Tabel 2 yang berlaku untuk kota Jakarta.

96
Tabel 2. Presentase Angka Reduksi untuk Hujan Kurang
dari 24 jam di Jakarta

Lama Hujan Luas Ellips (Km²)


(jam)
0 10 50 300 500
1 44 37 29 20 12
2 64 57 45 33 23
3 80 70 57 43 32
4 89 80 66 52 42
5 92 82 70 57 50
6 92 84 74 61 54
8 93 87 79 69 66
10 94 90 83 77 74
12 95 91 88 85 83
16 96 95 94 93 92
20 98 97 96 95 94
24 100 100 100 100 100

Misal untuk hujan maksimum sehari didapat 200 mm pada suatu


daerah aliran (Jakarta) dengan luas ellips 300 Km 2, maka besarnya
hujan 4 jam adalah 52% terhadap hujan maksimum per 24 jam. Dari
persamaan (3.2) diperoleh β = 0,805, jadi besarnya hujan rata-rata di
= 0,419 daerah aliran 0,52 x 0,805 = 0,419. Sehingga besarnya hujan
rata-rata di daerah aliran adalah 0,419 x 200 = 83,8 mm. Untuk
daerah “luuar Jakarta” bila misalnya hujan maksimum setempat per
etmal adalah X mm, maka besarnya rata-rata di daerah aliran untuk
X
ellips 300 Km2 dan lam hujan 4 jam adalah x 83,8 mm.
200

3.7 Hujan Maksimum Setempat (q)

97
Besarnya hujan maksimum setempat (point rainfall) per etmal (q)
yang dinyatakan dalam m3/dt/km2 tergantung dari waktu konsentrasi
aliran Tc.

1000 L
Menurut Melchior Tc = ...................................(3.4)
60V
Dimana :
L = Panjang sungai (km)
V = Kecepatan rata-rata aliran (m/dt)
Tc = Menit

Melchior memberikan perumusan untuk V adalah sebagai berikut :


V = 1,31 x (β . q . A . i 2)0.2 ...................
(3.5)
Untuk harga α = 0,52 telah dibuat grafik (gambar 3) hubungan antara
I, q, A dan V. Untuk harga α yang lain besarnya kecepatan yang
didapat dari grafik ini harus dikonversikan dengan
¿ ¿ atau 1,14 (α)0,2 = V
Sedang i dalam persamaan (3.5) adalah kemiringan rat-rata dasar
sungai dengan menganggap 0,1 dari panjang sungai dibagian hulu
tidak diperhitungkan.
∆H
i = ................................(3.6) dimana ∆H selisih tinggi
0,9L
antara titik di 0,9 L sampai titik pengamatan.
Untuk mendapatkan q ternyata tidak mudah karena telah dinyatakan
bahwa q tergantung dari Tc, sedang Tc tergantung dari V, padahal V
fungsi dari q, maka untuk hal yang demikian mendapatkan q dicari

98
dengan cara coba-coba. Untuk ini Milchiar juga memberikan grafik
hubungan antrara q, F, dan Tc. Sebagai taksiran pertama harga q dapat
digunakan Tabel 3, agar supaya tidak menyimpang terlalu jauh.
Tabel 3. Taksiran harga q terhadap nF

nF q nF q nF q
0,144 29,60 144 4,75 720 2,30
0,720 22,45 216 4,00 1080 1,85
1,440 19,90 288 3,60 1440 1,53
7,200 14,15 360 3,30 2160 1,20
14,000 11,85 432 3,05 2080 1,00
29,000 9,00 504 2,85 1320 0,70
72,000 6,25 576 2,65 5760 0,51
108,000 5,25 618 2,55 7200 0,48

3.8 Prosedur Perhitungan


Untuk memudahkan perhitungan dipakai prosedur sebagai berikut :
e. Ambil suatu harga q sembarang seperti petunjuk Tabel 3.
f. Dengan q, A dan i akan didapat V dari grafik gambar 3.
g. Dengan V didapat Tc.
h. Dengan Tc dan nF akan didapat q dari grafiik gambar 4.

Kalau harga q ini sama dengan yang diambil semula maka


perhitungan ini dapat dipastikan, tetapi bila tidak sama, prosedur di
muka diulangi lagi dengan memakai harga q yang baru sampai harga
q yang didapat sama dengan harga q yang diambil. Bila waktu hujan
lebih besar dari Tc, sedangkan dalam metode Melchior dianggap
bahwa tr = Tc maka hasil q yang didapat masih perlu dipertinggi lagi

99
dengan suatu prosentase seperti pada Tabel 4. Grafik Melchior
(gambar 3 dan gambar 4) pembuatannya didasarkan atas hujan 200
mm. Maka untuk hujan R, dasarnya debit q yang dihitung dengan
R
cara ini harus dikalikan dengan
200
Tabel 4. Prosentase Peninggian q

T (menit) Peninggian (%) T (menit) Peninggian (%)


40 2 1330 - 1420 18
40 - 115 3 1420 - 1510 19
115 - 190 4 1510 - 1595 20
190 - 270 5 1595 - 1680 21
270 - 360 6 1680 - 1770 22
360 - 450 7 1770 - 1860 23
450 - 540 8 1860 - 1950 24
540 - 630 9 1950 - 2035 25
630 - 720 10 2035 - 2120 26
720 - 810 11 2120 - 2210 27
810 - 895 12 2210 - 2295 28
895 - 980 13 2295 - 2380 29
980 - 1070 14 2380 - 2465 30
1070 - 1150 15 2465 - 2550 31
Contoh Perhitungan:
1150 - 1240 16 2550 - 2640 32
1240
Data sungai - 1330Naras:
Batang 17 2640 - 2725 33
Luas Cathmen Area (A) = 156,37 Km2
Panjang Sungai (L) = 26,66Km
0,9 Panjang Sungai (0,9 L) = 24,003 Km
Beda tinggi = 1000 m
Hujan Rata-rata = 103,77 mm
1) Menentukan α

100
Pada umumnya α = 0,42 - 0,52  ambil α = 0,52
2) Menentukan β dan I
a. . Luas ellips ( F ) = ¼ π . a .b
= ¼ . π . 24 . 16
= 302 km²
b) I = 0,0375
c) Menghitung β 1
Dengan nilai F = 302 km² , β 1 dihitung dengan rumus:
1970
F= - 3960 + (1720 x β 1 ), dengan cara coba-coba
β1 −0 ,12
didapat
β 1 = 0,8041
.A5-
β1 F .1970/(β1-0,12) .1720*β1 F 0,12 .1/β1
0,7 302 3396,55 1204 640,55 0,58 1,429
0,8 302 2897,06 1376 313,06 0,68 1,250
0,81 302 2855,07 1393,2 288,27 0,69 1,235
0,805 302 2875,91 1384,6 300,51 0,685 1,242
0,804 302 2880,12 1382,88 303,00 0,684 1,244
0,8041 302 2879,70 1383,052 302,75 0,6841 1,244

3) Coba-coba nilai I berdasarkan Tabel dan Nilai F = 302 km²


Dengan cara Interpolasi didapat I
F = 288 km²  I = 3,6
F = 360 km²  I = 3,3
F = 302 km²  I = 3,6 – (302-288)/(360-288) x 0,3 =3,54
m³/dt/km²
4) Menghitung Q

101
Q = β1 x I 1 x A
Q = 0,804 x 3,54 x 156,37 = 445,05 m³/dt
5) Hitung V
V = 1,31 x (Qx I²)º·²
V == 1,31 x (445,05 x 0,0417²)º·² = 1,245 m/dt
6) Hitung t c
10 x L 10 x 26 , 66
tc =
36 x V
= 36 x 1,245
= 5,95 jam = 357 menit

7) Hitung Nilai β 2
Berdasarkan nilai F = 302 km² dan t c = 5,95 jam
Dari Lampiran 10a, Tabel persentase β 2 menurut Melchior diperoleh
β 2 = 0,61
8) Hitung β
Β = 0,8 x 0,61 = 0,49
9) Menghitung I sebenarnya ( I 2)
10 x β x R 24 10 x 0 , 49 x 200
I= = = 4,58
36 x tc 36 x 5 , 95
10) Bandingkan I coba-coba = 3,54 dan I terhitung = 4,58 m²/dt/km²
Jadi I 1 tidak sama dengan I 2
11) Coba lagi hingga I 1 sama dengan I 2 hasil akhir I = 4,88
m³/dt/km²
Icoba tc β₂ Iterhitung
β₁ (I₁) Q (m³/dt) V (m/dt) (jam) (Tabel) β (I₂)
1 2 3 4 5 6 7 8
0,49
0,8041 3,542 445,36 1,193 6,21 0,610 1 4,390
0,48
0,8041 3,965 498,55 1,220 6,07 0,602 4 4,428

102
0,48
0,8041 4,441 558,40 1,248 5,93 0,598 1 4,506
0,48
0,8041 4,439 558,15 1,248 5,93 0,597 0 4,493
0,47
0,8041 4,459 560,66 1,249 5,93 0,596 9 4,488
0,47
0,8041 4,474 562,55 1,250 5,92 0,595 9 4,488
0,47
0,8041 4,481 563,43 1,250 5,92 0,595 8 4,486
0,47
0,8041 4,484 563,81 1,251 5,92 0,595 8 4,487
0,47
0,8041 4,488 564,31 1,251 5,92 0,595 8 4,488

12) Untuk tc = 357 menit besarnya koreksi = 6% (Lampiran 10c)


sehingga nilai I menjadi 4,488 x 1,06 = 4,757
13) Hitung Q dengan I terhitung = 4,757
Q2 = ∝ . I . A R/200 = 0,52 x 4,757 x 156,37 x 79,9/200 = 154,53
m³/dt. Selanjutnya perhitungan menggunakan tabel.
Tabel 2.23: Perhitungan Debit Rencana Metode Melchior

I
RT (mm A QT
No Periode α (mm) ) RT/200 (Km²) (m³/dt)
Ulang
(Thn)
1 2 3 4 5 6 7 8
4,75 156,3
1 2 0,52 79,9 7 0,3995 7 154,53
4,75 0,4653 156,3
2 5 0,52 93,07 7 5 7 180,00
103,5 4,75 156,3
3 10 0,52 6 7 0,5178 7 200,29
114,9 4,75 156,3
4 25 0,52 6 7 0,5748 7 222,33
5 50 0,52 124,8 4,75 0,6242 156,3 241,46

103
5 7 5 7
133,6 4,75 156,3
6 100 0,52 4 7 0,6682 7 258,46
2.6.6. Metode Weduwen
Dasar metode ini sama dengan Melchior yaitu rational dan
digambarkan dalam bentuk yang dikenal sebagai rumus Pascher.
Q=α.b.q.A

1.7. Koefisien Aliran (α)


Ada tiga macam koefisien aliran (a) yaitu :
a. α Tahunan
b. α Bulanan
c. α Untuk debit maksimum

Dalam hal ini yang terpenting adalah yang α untuk debit


maksimum, dimana besarnya tidak diambil 0,52 seperti
Melchior tetapi dinyatakan dalam bentuk rumus I Van
Kooten sebagai berikut

α = 0,2 + 0 ....................................(4.1)

(Tc + 1)1/4
Untuk tr = 14 jam (sebagai waktu hujan terpanjang), maka
harga α = 0,60 mengingat hal ini maka sebagai batas diambil
untuk :

Q = 0 – 3 m3/dt/km2, maka α = 0,40 – 0,60


Q = 3 – 34 m3/dt/km2, maka α = 0,60 - 0,90

104
Persamaan (4.1) menyatakan adanya hubungan erat antara q
dengan tr (waktu hujan) dan tr dengan Tc. Persamaan yang
memenuhi harga β, q dan α adalah
4 ,1
α=1- ..................................(4.2)
β . q+7
Dimana :
q = 3 m3/dt/km2 untuk hujan lebat, tr besar dan β kecil
q = 34 m3/dt/km2 untuk hujan lebat, tr kecil dan β besar

1.8. Angka Reduksi (β)


tr+1
120+ .A
Β= tr +9 ...................................(4.3)
120+ A

1.9. Hujan Maksimum (q)

Untuk maksimum Weduwen memperhitungkan hujan – hujan


di Jakarta dan mendapatkan bahwa besarnya hujan
maksimum dengan masa ulan 70 tahun sebesar 240 mm. Atau
R70 = 240 mm/etmal. Untuk hujan – hujan di luar daerah kota
Jakarta, Weduwen telah mengadakan penelitian dan
mendapatkan besarnya curah hujan harian dengan berbagai
masa ulang tertentu didaerah luar Jakarta dapat dilihat seperti
tabel 5.

Tabel 5. Angka Perbandingan Hujan dengan Masa Ulang


Di Luar Jakarta dengan R70 di Jakarta

105
Probability m' m Hujan
1 2 3 4
5 x Dalam 1 tahun 0,58 0,238 57
4 x Dalam 1 tahun 0,64 0,262 63
3 x Dalam 1 tahun 0,71 0,291 70
2 x Dalam 1 tahun 0,82 0,336 81
1 x Dalam 1 tahun 1,00 4,100 98
1 x Dalam 2 tahun 1,20 0,492 118
2 x Dalam 3 tahun 1,32 0,541 130
3 x Dalam 4 tahun 1,41 0,579 139
4 x Dalam 5 tahun 1,47 0,602 145
5 x Dalam 10 tahun 1,72 0,705 169
6 x Dalam 15 tahun 1,87 0,766 184
7 x Dalam 20 tahun 1,98 0,811 195
8 x Dalam 25 tahun 2,06 0,845 203
9 x Dalam 30 tahun 2,13 0,875 210
10 x Dalam 40 tahun 2,23 0,915 219
11 x Dalam 50 tahun 2,31 0,945 227
12 x Dalam 60 tahun 2,38 0,975 234
13 x Dalam 70 tahun 2,44 1,000 240
14 x Dalam 80 tahun 2,49 1,020 245
15 x Dalam 90 tahun 2,53 1,030 249
16 x Dalam 100 tahun 2,57 1,050 253
17 x Dalam 125 tahun 2,64 1,080 260

Dalam Tabel 5 angka perbandingan terhadap 1 kali dalam 1


tahun (m’) dirubah menjadi angka perbandingan terhadap 1
kali dalam 70 tahun (m). Dan dengan perbandingan ini
dihitung besarnya hujan dalam mm seperti pada kolom 4
Tabel 5.
Dari hasil perhitungan Weduwen di Jakarta telah didapat
bahwa selama luas daerah aliran kurang dari 100 km 2 dan

106
lamanya hujan kurang dari 12 jam maka besarnya hujan
maksimum setempat (q) dinyatakan dalam persamaan

67 ,65
q= m3/dt/km2 .......................................(4.4)
tn+1 , 45

Persamaan ini hanya berlaku untuk Jakarta dan daerah


sekitarnya yang keadaannya tidak banyak beda dengan
Jakarta. Untuk daerah – daerah di luar Jakarta, hujan harian
maksimum setempat dinyatakan perbandingannya terhadap
R70 di Jakarta (Tabel 5).

Misal untuk hujan yang diharapkan dapat terjadi di Jakarta


sekali dalam 15 tahun adalah :

67 ,75
q = 0,766 x atau dalam
tn+1 , 45
bentuk umumnya
67 ,75
qx = m . q70 = m x ....................................
tn+1 , 45
(4.5)

1.10. Waktu Konsentrasi Aliran (Tc)

Seperti pada Melchior bahwa besarnya q dipengaruhi oleh


waktu konsentrasi aliran. Dalam Metode Melchior lama
hujan tr diambil sama dengan T c agar supaya didapat debit
yang maksimum (ingat prinsip Rational).

Sebenarnya hal ini berlaku untuk keadaan :

107
a. Hujan jatuh bersamaan di seluruh daerah aliran.
b. Arah turunya hujan searah dengan jalannya sungai
dengan kecepatan kira – kira sama dengan kecepatan
aliran.

Memang bila diambil tr = Tc akan didapat debit yang besar


sekali hal ini perlu di pertimbangkan mengingat segi
ekonomisnya. Mengingat hal tersebut maka untuk
memperoleh hasil yang masih bisa diterima dan bisa
dipertanggung jawabkan secara ekonomi harus diambil t r>
Tc.

Dan Weduwen mengambil tr = 2 Tc, dari anggapan ini telah


ditemukan bahwa lamanya hujan (tr) yang menentukan
adalah :

3 /8
0,476 . A
Tc = tr = ......................................(4.6)
( α . β . q 2 ) .i 1/ 4

1.11. Prosedur Perhitungan

Dalam persamaan (4.2), (4.3), (4.4) dan (4.5) terlihat harga α,


β, q dan tr saling berketergantungan, oleh karena itu untuk
dapat menghitung salah satu unsur tersebut harus ada unsur
yang ditaksir (diambil suatu harga) terlebih dahulu. Dengan
memakai cara “Trial and Error” perhitungan dapat dimulai
dengan menaksir harga tr terlebih dahulu, kemudian dari
persamaan (4.3) diperoleh harga β. Dari persamaan (4.4)

108
didapat harga q dan dari persamaan (4.2) didapat harga α.
Dari ketiga unsur ini disubstitusikan ke dalam persamaan
(4.6) akan di peroleh harga tr. Harga tr yang didapatkan harus
sama dengan tr yang ditaksir,bila tidak sama perhitungan
diulang lagi dengan taksiran tr menggunakan tr yang didapat
dari perhitungan sebelumnya, sampai diperoleh tr,
perhitungan sama dengan tr yang ditaksir.

Untuk memudahkan perhitungan Weduwen telah membuat


grafik untuk mendapatkan harga α, β, q = q’ seperti pada
gambar 5.

Dalam grafik gambar 5 ini luas daerah aliran tidak boleh


lebih besar dari 100 km2 karena Metode Weduwen idealnya
dipakai untuk luas daerah aliran kurang dari 100 km2 seperti
pada daerah perhitungan.

Dari grafik, misalnya A = 40 km2 dari i = 0,001 akan didapat


harga :
q’ = α, β, q = 4 m3/dt/km2
Karena prosedure perhitungan dilakukan dengan perumusan
yang didasarkan atas hujan R70, maka untuk hujan - hujan lain
harus dikonversikan terhadap R70 bila perumusan di atas
dipakai untuk menghitung debit maksimum akibat hujan
tersebut. Untuk mengkonversikan ke R70 dari hujan – hujan
lain dikenal dua macam cara yaitu :

109
a. Bila R adalah hujan maskimum “pertama” selama n taun
pengamatan, maka R70 dapat dihitung sebagai berikut :
5
.m
R70 = 6 ..........................................(4.7)
mn
b. Bila R adalah hujan maksimum “kedua” selama n tahun
pengamatan, maka R70 dapat dihitung sebagai berikut :
R
R70 = ............................................(4.8)
mn

Dimana Mn adalah harga pembanding masa ulang seperti


pada Tabel 5.
Sebagai contoh, misal hendak dihitung debit banjir
dengan masa ulang 50 tahun (q50) dari hujan maksimum
“pertama” selama pengamatan 10 tahun, maka dapat
ditulis sebagai berikut :
Q50 = m50 x Q70
= α . β . (m50)

Disini Q70 berarti debit yang disebabkan oleh R70. Padahal


yang ditanyakan disebabkan oleh R10, maka konversi R10
ke R70 adalah :

5
. R ₁₀
R70 = 6
m₁₀

Karena R70 di atas sama dengan 240 mm, sedang R70


sekarang sama dengan

110
5
. R ₁₀
6 sehingga sekarang
m₁₀

5
. R ₁₀
6
Q50 = m50 . α . β . q . A
m₁₀
240

Secara umum dapat ditulis :


R ₇₀
Qn = mn . α . β . q . A ...............................(4.9)
240

Contoh Perhitungan :

Selama pengamatan 50 tahun hujan maksimum kedua


adalah 205 mm. Sedang luas daerah penangkapannya
adalah 24 km2. Kemiringan rata – rata sungai yang ada di
dalam daerah pengaliran adalah 0,005. Hitung debit
maksimum yang bisa terjadi sekali dalam 100 tahun.

Penyelesaian :

1. Cara Analitis
Diambil tr = 4,5 jam (<12 jam) maka :
4 , 5+1 x 24
120+
β= 4 , 5+9 = 0,901
120+24
67 ,65
q= = 11,37
4 ,5+1 , 45

111
4 ,1
α=1- = 0,762
0,401 x 11, 37+7
3/ 8
tr = 0,476 x 24 = 4,56 jam
¿¿
Berarti tr yang didapat tidak sama dengan yang
diambil, maka diambil tr = 4,56 jam
4 , 56+1 x 24
120+
β= 4 , 56+ 9 = 0,902
120+24
67 , 65
q= = 11,256
4 ,56+1 , 45
1−4 , 1
α = 1− = 0,761
0,902 x 11,256 +7
3/ 8
tr = 0,476 x 24 = 4,565 jam
¿¿
Berarti tr yang didapat bisa dianggap sama dengan
yang diambil, jadi untuk persamaan diatas telah
diketahui : α = 0,761 , β = 0,902 dan q = 11,256
m3/dt/km2.

Untuk n = 40 tahun, maka mn = 0,915 (tabel 5), R 40


maksimum keadaan = 205 mm.

205
Maka R70 = = 224 mm
0.915
224
Q70 = 0,761 x 0,902 x 11,256 x 24 x =
240
173,07 m3/dt

Jadi n = 100 tahun, maka mm = 1,050 (tabel 5)

112
Jadi Q100 = 1,050 x 172,07 = 181,72 m3/dt

2. Cara Grafis

Dari grafik gambar 5 maka untuk A = 24 km 2


i = 0,005
Didapat : q’ = α . β . q = 7,45 m3/dt/km2

Untuk n = 40 tahun, maka mn = 0,915 (tabel 5)

R40 maksimum kedua = 205 mm maka :

205
R70 = = 224 m
0,915

Untuk n = 100 tahun, maka mn = 1,05 (tabel 5)


R ₇₀
Jadi Q100 = m100 . α . β . q .
240
224
= 1,05 . 7,45 . .A
240
= 175,224 m3/dt

Terlihat hasil mendekati sama dengan cara Analitis,


perbedaan yang ada hanya disebabkan karena sifat
ketelitian cara membaca grafik saja.

Metode Weduwen digunakan untuk menghitung debit


maksimum di daerah pengaliran Jakarta dirumuskan sebagai berikut:
Qmaksimum Jakarta = α x β x I x A
Dimana:

113
Qmak = debit maksimum (m3/dt)
α = koefisien aliran permukaan
β = koefisien reduksi
I = intensitas hujan (m3/dt/km2)
A = luas daerah aliran sungai (Km2)
Koefisien aliran permukaan (α ) ditentukan dengan rumus:
4 ,1
α =1–
I +7
koefisien reduksi ( β ) ditentukan dengan rumus:

β=
120+ ( tt++19 ) xA
120+ A
Lamanya hujan (t) dalam jam ditentukan dengan rumus:
³
0,476 x A /⁸
t= ¿
( αxβxI ) /⁸ xS ¼ ¿
S = kemiringan DAS
Jika luas DAS kurang dari atau sama dengan 100 km2 dan lama hujan
kurang atau sama dengan 12 jam, maka nilai I dihitung dengan
rumus;
67 , 65
I=
t+1 , 45
Langkah langkah perhitungan debit maksimum Jakarta:
Data:
A = 156,37 km2
S = 0,0375
1). Perhitungan t coba-coba, sehingga tcoba sama dengan t hitung

114
tcoba t+1 t+9 (t+1)/(t+9) 120+A {(t+1)/(t+9)}xA β I α A^3/8 (α.β.I)^1/8 S^¼ thitung
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
5,914 6,914 14,914 0,464 276,37 72,492 0,697 9,19 0,747 6,650 1,216 0,440 5,916
5,915 6,915 14,915 0,464 276,37 72,497 0,697 9,19 0,747 6,650 1,216 0,440 5,916
5,916 6,916 14,916 0,464 276,37 72,503 0,697 9,18 0,747 6,650 1,216 0,440 5,916

2). Debit Jakarta (Q) = α x β x I x A


Q = 0,7467x0,6965x9,18x156,37 = 746,90 m3/dt
3) Perhitungan debit Maksimum
Tabel 2.24: Perhitungan debit Maksimum Metode Weduwen

Qjakart Qmak
Qn a Rn Rn/240 s
1 2 3 4 5=2x4
248,6
Q2 746,90 79,9 0,333 6
289,6
Q5 746,90 93,07 0,388 4
103,5 322,2
Q10 746,90 6 0,432 9
114,9 357,7
Q25 746,90 6 0,479 6
124,8 388,5
Q50 746,90 5 0,520 4
133,6 415,9
Q100 746,90 4 0,557 0

2.6.7. Metode Rasional


Rumus ini adalah rumus yang tertua dan yang terkenal diantara
rumus-rumus empiris. Rumus ini banyak digunakan untuk sungai-
sungai biasa dengan daerah pengaliran yang luas, dan juga untuk
perencanaan drainase daerah pengaliran yang relative sempit. Bentuk
umum rumus rasioanal ini adalah sebagai berikut :
Q = 0,278. C. I. A
Q = Debit rencana dengan masa ulang T tahun (m3/dt)

115
C = Koefisien pengaliran
I = Intensitas hujan yaitu jumlah hujan yang dinyatakan dalam tinggi
hujan atau volume hujan tiap satuan waktu (mm/jam)
A= Luas daerah aliran (km2)

Dalam metode Rational ini waktu hujan (tr) dianggap sama dengan
waktu konsentrasi aliran (Tc) untuk hujan dengan tr dianggap 24 jam
(hujan harian) maka metode Rational ini telah dikembangkan di
Jepang yang dikenal dengan perumusan “Rational Jepang” dalam
perumusan ini biasanya intensitas I dipakai perumusan dari
Dr.Mononobe seperti persamaan berikut :

I = I dinyatakan dalam 2/3


R = Curah hujan (mm)
Tc = Lama waktu konsentrasi (jam)
I = Intensitas hunan (mm)
Dan menurut Dr. Rziha Tc adalah sebagai berikut :
Tc = dan V = 72,
Dimana :

L = Panjang sungai di daerah aliran (km)

V = Kecepatan rambatan banjir (km/jam)

ΔH=Beda tinggi antara titik terjauh (di hulu) dengan titik pengamatan
(km)

Terlihat bahwa besarnya intensitas hujan I tergantung dari besarnya


R24 dan Tc.

116
∆H
Sedang besarnyaTc tergantung dari kemiringan sungai ( ) dan
L
daerah aliran.

Dalam hidrograp dapat ditunjukkan untuk hujan efektif yang sama


jatuh pada suatu daerah aliran dengan luas yang sama tetapi
karakterrnya berbeda (∆ H , L , Tc) maka akan diperoleh debit
maksimum yang berbeda (Gambar 1).

Gambar 1. Hidrograp dengan volume aliran sama dengan


Tc berbeda

Bermacam perumusan empirik untuk Tc dijumpai di lapangan yang


pada dasarnya dipengaruhi oleh kemiringan daerah alirah dan
sungainya.
Demikian juga koefisien aliran mempunyai harga bermacam-macam
yang dijumpai di lapngan dan harganya tergantung dari karakter dan
sifat permukaan daerah aliran (Tabel 1).

117
Tabel 1. Koefisien aliran dilihat dari keadaan alirannya

No Keadaan Daerah Aliran α (c)


1 Bergunung dan Curam. 0,75 - 0,90
2 Pegunungan tersier. 0,70 - 0,80
3 Tanah bergelombang dan hutan. 0,50 - 0,75
4 Tanah dataran yang ditanami. 0,45 - 0,60
5 Persawahan yang diairi. 0,70 - 0,80
6 Sungai di daerah pegunungan. 0,75 - 0,85
7 Sungai kecil di daerah dataran. 0,45 - 0,75
Sungai besar yang lebih dari setengah
8 daerah pengalirannya terdiri dari 0,50 - 0,75
daerah dataran.
Contoh Perhitungan
Suatu daerah aliran bergunung mempunyai luas 100 Km 2 dan
panjang sunngai yang diamati di dalam daerah aliran 10 Km.
Kemiringan rata-rata sungai adalah 0,001. Bila besarnya hujan
rencana adalah 140 mm. Ditanya berapa besar debit maksimum
rencana.
Penyelesaian :
∆ H 0.6
V = 72 ( ¿
L
= 72 (0,001)0.6
= 1,141 Km/jam
L 10
Tc = = = 8,8 jam
V 1,141
140 24 2/3
I = ( ) = 11 mm//jam
24 8 , 8
Daerah bergunung maka dari Tabel 1 diperoleh C = 0,8

118
Jadi Q = 0,278 C. I . A
= 0,278 . 0,8 . 11 . 100
= 244 m3/dt

Rumus ini adalah rumus yang tertua dan yang terkenal, rumus
ini banyak digunakan untuk sungai-sungai biasa dengan DAS yang
luas dan juga untuk perencanaan drainase yang mempunyai DAS
yang kecil (Sosrodarsono.S & Takeda.K., 2003). Goldman (1986
dalam Suripin (2004), Metode Rasional dapat digunakan untuk
daerarah pengliran < 300 ha. Menurut Ponce (1989) dalam Bambang.
T (2008),Metode Rasional dapat digunakan untuk daerarah pengliran
< 2,5 km2. Departemen PU, SK SNIM-18-1989-F (1989)
menyatakan bahwa metode Rasional dapat digunakan untuk daerah
pengaliran < 5000 ha. Bentuk umum rumus Rasional adalah sebagai
berikut:
Q = 0,278 C.I.A
Dimana :
QT = debit rencana dengan periode ulang T tahun (m3/dt)
C = koefisien aliran permukaan (tanpa dimensi)
IT= Intensitas hujan dengan periode ulang T tahun (mm/jam)
A = luas daerah pengaliran (Km2)
Besarnya nilai tc dihitung dengan rumus Kirpich:
0 , 87 xL² 0,385
tc = ( )^
1000 xS
dimana:

119
tc = waktu konsentrasi (jam)
L = panjang lintasan air dari titik terjauh sampai titik yang ditinjau
(km)
S = kemiringan rata-rata daerah lintasan air
Langkah-langkah perhitungan:
Data:
A = 156,37 km2
S = 0,0375
L = 26,66 km
1). Perhitungan waktu konsentrasi (tc)

0,87.L²/
L S L² 1000.S 0,87.L² 1000.S tc
1 2 3 4 5 6=5/4 (6)0,385
710,755
26,66 0,0375 6 37,5 618,357 16,490 2,94

2). Perhitungan Intensitas hujan (In)

N Periode R2 R5 R10 R25 R50 R100 tc (24tc)2/3 R 24 In


o Ulang 24
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 Tahun 79,9 2,94 4,057 3,329 13,507
2 5 Tahun 93,07 2,94 4,057 3,878 15,733
3 10 Tahun 103,56 2,94 4,057 4,315 17,506
4 25 Tahun 114,96 2,94 4,057 4,790 19,433
5 50 Tahun 124,85 2,94 4,057 5,202 21,105
6 100 Tahun 133,64 2,94 4,057 5,568 22,591

120
3). Perhitungan debit banjir (Q)

Tabel 2.25: Debit banjir berdasarkan rumus Rasional

Luas
No Periode Intensitas DAS C Debit (Q)
Ulang mm/jam Km² m³/dt
1 2 3 4 5 6
1 2 Tahun 13,507 156,37 0,70 411,00
2 25Tahun 15,733 156,37 0,70 478,75
3 10 Tahun 17,506 156,37 0,70 532,71
4 25Tahun 19,433 156,37 0,70 591,35
5 50 Tahun 21,105 156,37 0,70 642,22
6 100 Tahun 22,591 156,37 0,70 687,44

Tabel 2.26: Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Rencana


Berdasarkan Data Hujan

Debit Rencana Berdasarkan Data Hujan (m3/dt)


N Period Metode
o e Hidrograf satuan Metode Empiris
Ulang sintesis (HSS)
Nakayas Snyde Hasper Mononob Melchi Weduwe Rasion
u r s e or n al
1 2 Thn 383,93 275,9 248,1
0 1 439,55 154,53 248,66 411,00
2 5 Thn 447,18 321,3 288,8
3 5 512,00 180,00 289,64 478,75
3 10 497,68 373,0 321,5
Thn 2 8 569,71 200,29 322,29 532,71
4 25 552,39 396,9 356,9
Thn 4 8 632,42 222,33 357,76 591,35
5 50 599,99 431,1 387,6
Thn 6 9 686,83 241,46 388,54 642,22
6 100 642,17 461,4 414,9 735,18 258,46 415,90 687,44
Th 5 8

121
2.6.8 Pemilihan Debit Banjir di sungai berdasarkan data Hujan

Untuk memilih debit banjir rencana digunakan metode


pengamatan dilapangan sebagai kontrol terhadap hasil perhitungan
debit banjir rencana yang diperoleh dari data hujan (KP – 01 halaman
151). Langkah-langkah perhitungannya adalah dengan menanyakan
kepada penduduk setempat atau dari tanda-tanda yang ada dan dapat
memberikan informasi mengenai tinggi banjir (h) yang sering
terjadiyang diasumsikan setara dengan debit periode ulang sepuluh
tahun. Konversi keterangan tentang tinggi banjir menjadi data debit
banjir dihitung dengan rumus hidrolika sebagai berikut:

h = 1,50 m

122
b = 60 m

Q=AxV
A = (b + m x h) x h
= (60 + 0,5 x 1,50) x 1,5
= 103,45 m2

P=b+2xh

= 60+ 2 x 1,5
= 64,81 m
91 , 5
R = = 63,354 = 1,44 m
= 1,60 m
V = K x R2/3 x I1/2
= 35 x 1,602/3 x 0,009321/2
= 35x 1,275x 0,0965
= 4,62 m/dt
Q=AxV
= 103,45 x 4,62
= 477,47 m3/dt

Jadi debit banjir yang sering terjadi berdasarkan hasil


pengamatan dilapangan (Periode ulang 10 tahun) dapat digunakan
untuk menentukan debit banjir periode ulang yang lebih tinggi
(periode ulang 50 tahun atau 100 tahun). Hasil perhitungan debit
sebesar 477,47 m3/dt mendekati nilai debit banjir rencana sepuluh
tahun pada metode Nakayasu sebesar 497,68 m3/dt. Jadi untuk debit

123
banjir rencana seratus tahun diambil nilai Q100 dari metode
Nakayasu yaitu sebesar 642,17 m3/dt.

Catatan:
 Metode Weduwen digunakan untuk Luas DAS dibawah 100 Km²
 Metode Rasional digunakan untuk Luas DAS dibawah 50 Km²
(5000 Ha).

124

You might also like