You are on page 1of 23

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DIABETES MELITUS TIPE 1


DI POLI ANAK
RUMAH SAKIT DAERAH IDAMAN KOTABANJARBARU

DISUSUN OLEH :
1. ERVINA, S. KEP 113063J119010
2. PUJIANTI ANUGRAHNI, S. KEP 113063J119036
3. RAY FARERIUS, S. KEP 113063J119038
4. RINI PERINDA, S. KEP 113063J119042
5. SEPTA ANASTASIUS, S. KEP 113063J119048
6. SIPRIANUS SALMON SEDA, S. KEP 113063J119050
7. WIDYANTIE, S. KEP 113063J119053

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Satuan Acara Penyuluhan Diabetes Melitus Tipe 1 di Rumah Sakit Umum


Daerah Idaman Banjarbaru ini telah disetujui pada tanggal Maret 2020

Menyetujui,

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

______________________ _______________________
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan segala
rahmat dan karunia-Nya, maka penyusun dapat menyelesaikan tugas dalam Stase
Pediatrik yang berjudul “Satuan Acara Penyuluhan Diabetes Melitus Tipe1 di Poli
Anak Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru” dapat selesai dengan tepat
waktu.
Penyusun menyadari, bahwa laporan yang berjudul “Satuan Acara
Penyuluhan Diabetes Melitus Tipe1 di Poli Anak Rumah Sakit Daerah Idaman
Kota Banjarbaru” ini, sangat jauh dari sempurna. Maka dari itu, penyusun
membutuhkan segala kritik dan saran yang membangun, agar dapat memperbaiki
makalah ini sehingga dapat menghasilkan makalah yang lebih baik dikemudian
hari.

Banjarmasin Maret 2020

Tim Penulis
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Diabetes Melitus Tipe 1


Sub pokok bahasan : Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 1
Hari/tanggal : , Maret 2020
Waktu : : WITA
Tempat : Di Ruang Poli Anak RSD Idaman Kota Banjarbaru
Penyuluh : Mahasiswa Keperawatan STIKES Suaka Insan
Banjarmasin
Sasaran : Pasien dan keluarga di Poli anak
Metode : Ceramah dan Tanya jawab
Media : Leaflet

A. LATAR BELAKANG
Banyak orang tua masih menganggap penyakit diabetes melitus
merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor
keturunan. Padahal setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun
muda termaksud anak. Namun yang perlu kita pahami adalah kita tidak
sendiri. Menurut data WHO Indonesia menempati urutan ke empat terbesar
dalam jumlah penderita diabetes mellitus di dunia. Pada tahun 2017 yang lalu
saja terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.
Namun pada tahun 2019, diperkirakan jumlah penderita diabetes di
Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang dimana baru 50% yang
sadar mengidap dan di antara mereka baru sekitar 30% yang datang berobat
teratur. Sangat disayangkan bahwa banyak penderita diabetes yang tidak
menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula
atau kencing manis. Hal ini mungkin disebabkan minimnya informasi di
masyarakat tentang diabetes terutama gejala-gejalanya.
Diabetes melitus tipe 1 merupakan penurunan kadar insulin
(insulinopenia) yang disebabkan oleh destruksi sel-sel beta pankreas sehingga
orang DM tipe1 memerlukan insulin dari luar tubuh untuk bertahan hidup
jika tidak akan mengalami ketoasidosis, koma, dan kematian. Kurang lebih 5-
10% penderita mengalami diabetes tipe 1 yaitu diabetes yang tergantung
insulin dari luar. Pada diabetes jenis ini sel-sel beta penkreas yang dalam
keadaan normal menghasilkan hormon insulin dihancurkan oleh suatu proses
autoimun sebagai akibatnya penyuntikan insulin diperlukan untuk
mengendalikan kadar glukosa darah.
Data menunjukan kisaran 1 dalam 1430 pada anak usia 5 tahun
sampai 1 tahun dalam 360 pada anak usia 16 tahun. Hal ini didasarkan oleh
Laporan Dinas Kesehatan kurangnya kesadaran dan pemahaman orang tua
untuk melaporkan atau memeriksa kesehatan anaknya. Sehingga angka
kejadian diabetes militus pada anak meningkat tiap tahun. Dari hal ini
kelompok kami tertarik untuk melakukan penyuluhan kesehatan pada orang
tua mengenai “Manajemen Diabetes Melitus Tipe 1” guna untuk menambah
pengetahuan orang tua mengenai tanda dan gejala serta pencegahan
terjadinya Diabetes Melitus Tipe 1.

B. Tujuan Umum
Mampu menjelaskan tentang penyakit diabetes melitus Tipe 1

C. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan peserta mampu:
1) Menjelaskan definisi diabetes melitus tipe 1
2) Menjelaskan penyebab diabetes melitus tipe 1
3) Menjelaskan tanda dan gejala diabetes melitus tipe 1
4) Menjelaskan tata laksana penyakit diabetes melitus tipe 1
5) Menjelaskan komplikasi diabetes melitus tipe 1

D. Materi
1. Menjelaskan definisi diabetes melitus tipe 1
2. Menjelaskan penyebab diabetes melitus tipe 1
3. Menjelaskan tanda dan gejala diabetes melitus tipe 1
4. Menjelaskan tata laksana penyakit diabetes melitus tipe 1
5. Menjelaskan komplikasi diabetes melitus tipe 1
E. Metode
Ceramah dan tanya jawab

F. Waktu
1 x 30 menit

G. Bahan/alat yang diperlukan:


1. Leaflet

H. Persiapan
1. Moderator : Pujianti Anugrahni, S. Kep
2. Presentator : Siprianus Salmon Seda, S. Kep
3. Observer : Rini Perinda, S. Kep
4. Fasilitator : Ervina, S. Kep
Widyantie, S. Kep
Ray Farerius, S. Kep
Septa Anastasius, S. Kep

I. Deskripsi Peran
1) Moderator :
a. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
b. Memperkenalkan diri.
c. Menjelalaskan tujuan dari penyuluhan.
d. Menyampaikan kontrak waktu.
e. Menyebutkan materi yang akan diberikan.
f. Memimpin jalannya penyuluhan.
g. Menuliskan pertanyaan yang diajukan peserta penyuluhan.
h. Menjadi penengah komunikasi antara peserta dan pemberi materi.
i. Mengatur waktu penyuluhan.
j. Memberikan pertanyaan kepada peserta penyuluhan
2) Presentator
a. Menggali pengetahuan peserta penyuluhan tentang Diabetes Melitus
Tipe 1.
b. Menjelaskan materi mengenai Diabetes Melitus Tipe 1.
c. Menjawab pertanyaan peserta penyuluhan Diabetes Melitus Tipe 1.
3) Fasilitator
a. Menyiapkan tempat dan media sebelum mulai.
b. Mengatur teknik acara sebelum penyuluhan.
c. Memotivasi orang tua dan keluarga untuk mengajukan pertanyaan
saat moderator memberikan kesempatan bertanya.
d. Meminta peserta untuk mengisi absensi diawal penyuluhan.
e. Membagikan leaflet kepada peserta diakhir penyuluhan.
f. Membagikan souvenir kepada peserta penyuluhan yang bertanya dan
dapat menjawab pertanyaan.
4) Observer
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan sebagai bahan evaluasi
b. Mencatat jalannya kegiatan penyuluhan.
c. Memberikan penjelasan kepada pembimbing tentang evaluasi hasil
penyuluhan.
d. Membantu pembicara menjawab pertanyaan dari peserta.

J. Setting Tempat

Keterangan
: Pasien
: CI Akademik atau CI Lahan
Moderator
: Presetator
: Observer
: Fasilitator

K. Kegiatan Pendidikan Kesehatan


Waktu Tindakan Tindakan
Proses
Kegiatan pembelajaran Kegiatan peserta
5 menit Pendahuluan a. Memberi salam Memperhatikan
memperkenalkan diri dan menjawab
dengan baik salam

b. Menjelaskan materi secara Memperhatikan


umum pada peserta serta mernspon
terhadap
pembelajar
c. Menyampaikan tujuan
penyuluhan Memperhatikan

20 menit Penyajian 1. Memberikan penjelasan Memperhatikan


tentang
a. Definisi diabetes
melitus tipe 1
b. Penyebab diabetes
melitus tipe 1
c. Tanda dan gejala
diabetes melitus tipe 1
d. Tata laksana penyakit
diabetes melitus tipe 1
e. komplikasi diabetes
melitus tipe 1
2. Memberi kesempatan pada
peserta untuk bertanya
Memberi
3. Menjawab pertanyaan pertanyaan
peserta dengan tepat dan
mudah di mengerti
Memperhatikan
5 menit Penutup a. Memberi kesimpulan Memperhatikan
tentang diabetes melitus tipe
1

b. Mengajukan pertanyaan Merenspon


pada peserta tentang materi pertanyaan yang
yang telah disampaikan di berikan
penyuluh
c. Menutup pertemuan dan
memberi salam penutup Memprhatikan dan
menjawab salam
d. Membagikan leaflet
MATERI PENYULUHAN
A. Definisi
Diabetes adalah suatu penyakit karena tubuh tidak mampu
mengendalikan jumlah gula, atau glukosa dalam aliran darah. Ini
menyebabkan hiperglikemia, suatu keadaan gula darah yang tingginya sudah
membahayakan (Setiabudi, 2018)
Faktor utama pada diabetes ialah insulin, suatu hormon yang
dihasilkan oleh kelompok sel beta di pankreas. Insulin memberi sinyal
kepada sel tubuh agar menyerap glukosa. Insulin bekerja dengan hormon
pankreas lain yang disebut glukagon, juga mengendalikan jumlah glukosa
dalam darah. Apabila tubuh menghasilkan terlampau sedikit insulin atau
jika sel tubuh tidak menanggapi insulin dengan tepat terjadilah diabetes
(Setiabudi, 2018)
Kriteria diagnosis DM (Sudoyo A, 2017)
1) Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl
2) Gejala klasik DM + glukosa puasa ≥ 126 mg/dl
3) Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dl
Cara pelaksanaan TTGO:
1) 3 hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan karbohidrat
yang cukup)
2) Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3) Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa
4) Diberikan glukosa 1,75 gram/KgBB, dilarutkan dalam air 250 ml dan
diminum dalam waktu 5 menit
5) Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2
jam setelah minum larutan glukosa selesai
6) Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7) Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3
yaitu
1) < 140 mg/dl : normal
2) 140-<200 mg/dl : toleransi glukosa terganggu
3) ≥ 200 mg/dl : diabetes
B. Etiologi (Penyebab)
Diabetes melitus tipe 1 sering terjadi pada usia sebelum 30 tahun.
Biasanya juga disebut juvenille diabetes, yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia (Bare & Suzanne, 2016).
Faktor genetik dan lingkungan merupakan faktor pencetus IDDM. Oleh
karena itu insiden lebih tinggi atau adanya infeksi virus (dari lingkungan)
misalnya coxsackievirus B dan streptococcus sehingga pengaruh lingkungan
dipercaya mempunyai peranan dalam terjadinya DM (Bare & Suzanne, 2016).
Virus atau mikroorganisme akan menyerang pulau – pulau langerhans
pankreas, yang membuat kehilangan produksi insulin. Dapat pula akibat
respon autoimmune, dimana antibody sendiri akan menyerang sel bata
pankreas. Faktor herediter, juga dipercaya memainkan peran munculnya
penyakit ini (Bare & Suzanne, 2016)
C. Manifestasi Klinis (Tanda dan gejala)
1. Poliuria
Kekurangan insulin untuk mengangkut glukosa melalui membrane
dalam sel menyebabkan hiperglikemia sehingga serum plasma meningkat
atau hiperosmolariti menyebabkan cairan intrasel berdifusi kedalam
sirkulasi atau cairan intravaskuler, aliran darah ke ginjal meningkat
sebagai akibat dari hiperosmolariti dan akibatnya akan terjadi diuresis
osmotic (po liuria).
2. Polidipsia
Akibat meningkatnya difusi cairan dari intrasel kedalam vaskuler
menyebabkan penurunan volume intrasel sehingga efeknya adalah
dehidrasi sel. Akibat dari dehidrasi sel mulut menjadi kering dan sensor
haus teraktivasi menyebabkan seseorang haus terus dan ingin selalu
minum (polidipsia) Poliphagia.
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari
menurunnya kadar insulin maka produksi energi menurun, penurunan
energi akan menstimulasi rasa lapar. Maka reaksi yang terjadi adalah
seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia)
3. Penurunan berat badan
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel
kekurangan cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat
dari itu maka sel akan menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot
mengalami atrofidan penurunan secara otomatis
4. Malaise atau kelemahan ( Bare & Suzanne, 2016)

D. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai penyakit dan diperlukan kerjasama semua pihak untuk
meningkatan pelayanan kesehatan. Untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan berbagai usaha, antaranya:
1. Pengelolaan diabetes melitus: 4 sehat 5 teratur
a. Edukasi
Agar dapat memahami pengendalian kencing manis, terutama cara
menjaga berat badan dan perawatan kaki
b. Aktivitas fisik
Melakukan aktivitas fisik untuk memperoleh hasil gula darah yang
optimal
1) Frekuensi 3-4 kali seminggu, selama 30 menit
2) Intensitas sedang (berkeringat)
3) Tipe aerobik (berlari, jalan cepat, berenang)
c. Pengaturan makan
Mengatur pola makan gizi seimbang dengan menerapkan 3 konsep:
1) Jumlah makanan
2) Jenis makanan
3) Jadwal makanan
d. Obat/insulin
Ikuti petunjuk dokter, cek gula darah bila terjadi hipoglikemia
(gemetar, tangan dingin, pusing)
e. Cek gula darah teratur

2. Perencanaan Makanan.
Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang
seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak yang sesuai dengan
kecukupan gizi baik yaitu :
a) Karbohidrat sebanyak 60 – 70 %
b) Protein sebanyak 10 – 15 %
c) Lemak sebanyak 20 – 25 %
Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
stress akut dan kegiatan jasmani. Untuk kepentingan klinik praktis,
penentuan jumlah kalori dipakai rumus Broca yaitu Berat Badan Ideal =
(TB-100)-10%, sehingga didapatkan =
a) Berat badan kurang = < 90% dari BB Ideal
b) Berat badan normal = 90-110% dari BB Ideal
c) Berat badan lebih = 110-120% dari BB Ideal
d) Gemuk = > 120% dari BB Ideal.
Jumlah kalori yang diperlukan dihitung dari BB Ideal dikali
kelebihan kalori basal yaitu untuk laki-laki 30 kkal/kg BB, dan wanita
25 kkal/kg BB, kemudian ditambah untuk kebutuhan kalori aktivitas (10-
30% untuk pekerja berat). Koreksi status gizi (gemuk dikurangi, kurus
ditambah) dan kalori untuk menghadapi stress akut sesuai dengan
kebutuhan.
Makanan sejumlah kalori terhitung dengan komposisi tersebut
diatas dibagi dalam beberapa porsi yaitu :
a) Makanan pagi sebanyak 20%
b) Makanan siang sebanyak 30%
c) Makanan sore sebanyak 25%
d) 2-3 porsi makanan ringan sebanyak 10-15 % diantaranya. (Iwan s,
2017).
3. Latihan
Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali seminggu)
selama kurang lebih 30 menit yang disesuaikan dengan kemampuan
dan kondisi penyakit penyerta.
Sebagai contoh olah raga ringan adalah berjalan kaki biasa selama
30 menit, olehraga sedang berjalan cepat selama 20 menit dan olah raga
berat jogging (Iwan S, 2017).

4. Obat Hipoglikemik :
1) Sulfonilurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan BB
normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit
lebih. Klorpropamid kurang dianjurkan pada keadaan insufisiensi
renal dan orangtua karena resiko hipoglikema yang
berkepanjangan, demikian juga gibenklamid. Glukuidon juga
dipakai untuk pasien dengan gangguan fungsi hati atau ginjal.
2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin.Sebagai
obat tungga l dianjurkan pada pasien gemuk (imt 30) untuk pasien
yang berat lebih (IMT 27-30) dapat juga dikombinasikan dengan
golongan sulfonylurea (Iwan S, 2017).
3) Insulin
DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat
hipoglikemik oral dosif maksimal. Dosis insulin oral atau
suntikan dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan perlahan –
lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien. Bila sulfonylurea
atau metformin telah diterima sampai dosis maksimal tetapi tidak
tercapai sasaran glukosa darah maka dianjurkan penggunaan
kombinasi sulfonylurea dan insulin (Bare & Suzanne, 2016).
4) Penyuluhan untuk merancanakan pengelolaan sangat penting untuk
mendapatkan hasil yang maksimal. Edukator bagi pasien
diabetes yaitu pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan
keterampilan yang bertujuan menunjang perubahan perilaku untuk
meningkatkan pemahaman pasien akan penyakitnya, yang diperlukan
untuk mencapai keadaan sehat yang optimal. Penyesuaian keadaan
psikologik kualifas hidup yang lebih baik. Edukasi merupakan
bagian integral dari asuhan keperawatan diabetes (Bare & Suzanne,
2016)
E. Komplikasi
Diabetes Mellitus bila tidak ditangani dengan baik akan
menyebabkan komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal,
jantung, pembuluh darah kaki, saraf, dan lain-lain (Iwan S, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Iwan S, 2017, Askep Klien dengan Gangguan Sistem Endokrin: Diabetes Melitus_

Setiabudi, 2018, Referensi Kesehatan-Diabetes Melitus, Available from:


http://creasoft.wordpress.com/2020/03/08/diabetes-melitus/diakses

Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G. Bare. 2016. Keperawatan Medikal


Bedah 2, Edisi 8. Jakarta : EGC

Sudoyo Aru, 2018, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 1,2,3, ed 4, jakarta:
Internal Publishing.
LEMBAR EVALUASI
PKRS DM TIPE 1 DI POLI ANAK
RUMAH SAKIT DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGA 1 JUNI 2015

Kriteria Struktur Kriteria Proses Kriteria Hasil


1. Kontak waktu dan 1. Peserta antusias 1. Acara dimulai tepat
tempat diberikan 2 terhadap materi waktu ( )
hari sebelum acara penyuluhan ( ) 2. Audience mengikuti
dilakukan ( ) 2. Peserta kegiatan sesuai
2. Pembuatan SAP, mendengarkan dan dengan aturan yang
leaflet dan PPT memperhatikan telah dijelaskan (
dilakukan 2 hari penyuluhan ( ) )
sebelumnya ( ) 3. Pelaksanaan 3. Peserta mampu
3. Peserta ditempat kegiatan sesuai menjawab dengan
yang telah ditentukan dengan POA ( ) benar pertanyaan
( ) 4. Pengorganisasian dari penyuluh ( )
4. Pengorganisasian berjalan sesuai
penyelenggaraan dengan job
penyuluhan sebelum description ( )
dan saat penyuluhan
dilaksanakan ( )
LEMBAR OBSERVASI
PKRS DIABETES MELITUS TIPE 1 DI POLI ANAK
RUMAH SAKIT DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 1 JUNI 2015

Proses Tindakan Waktu Dilakukan


Kegiatan penyuluhan Ya Tidak
Moderator o Memberi salam 5 menit
memperkenalkan diri
dengan baik

o Menjelaskan materi
secara umum pada
peserta
o Menyampaikan tujuan
penyuluhan
Penyaji a. Memberikan penjelasan 20
tentang diabetes melitus menit
tipe 1 dengan baik

b. Memberi kesempatan
pada peserta untuk
bertanya

c. Menjawab pertanyaan
peserta dengan tepat dan
mudah di mengerti
Moderator a. Memberi kesimpulan 5 menit
tentang diabetes melitus
tipe 1

b. Mengajukan pertanyaan
pada peserta tentang
materi yang telah
disampaikan

c. Menutup pertemuan dan


memberi salam penutup

d. Membagikan leaflet

DAFTAR PERTANYAAN PESERTA


PKRS DIABETES MELITUS TIPE 1 DI POLI ANAK
RUMAH SAKIT DR. SOETOMO SURABAYA
TANGGAL 1 JUNI 2015

No NAMA PERTANYAAN JAWABAN


Kepada Yth................................................

di

tempat

Dengan hormat,
Dengan ini kami mengundang Bapak/Ibu/Saudara/i untuk menghadiri acara
Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) tentang diabetes melitus tipe 1 yang
akan dilaksanakan pada :

Hari/tanggal : Senin, 1 Juni 2015


Pukul : 07.00-07.30 WIB
Tempat : Poli Anak Lantai 2 RS Dr. Soetomo Surabaya

Atas kehadiran Bapak/Ibu/Saudara/i sekalian kami ucapkan terima kasih.

Hormat Kami,
Ketua Kelompok 1

Diana Pefbrianti
NIM 1314131431007
Pemeriksaan penunjang
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma
sewaktu ≥ 200 mg/dl
2. Gejala klasik DM + glukosa puasa ≥ 126
mg/dl
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200
mg/dl

Perencanaan makan
PROMOSI KESEHATAN
RUMAH SAKIT

DIABETES MELITUS TIPE 1

OLEH :
KELOMPOK 1

Diana Pefbrianti, S.Kep


Dina Karawati, S.Kep
Rafika Fransiska, S.Kep
Elfani Febria R, S.Kep
Titik Sugiarti, S.Kep
Yulistyorini, S.Kep
Abas Budianto, S.Kep
2. Lingkungan (virus) menyerang
pankreas sehingga menghambat Mudah timbul bisul /
luka dengan
produksi insulin
kesembuhan yang lama
3. Respon kekebalan tubuh

BEKERJASAMA DENGAN PKRS TANDA DAN GEJALA Kesemutan


POLI ANAK RSUD Dr. SOETOMO
2015
Buang air kecil
banyak (poliuri)

Makan banyak
(polifagi)
PENGERTIAN
Minum banyak
(polidipsi)
Diabetes tipe 1 adalah suatu penyakit
karena tubuh tidak mampu mengendalikan
Berat badan PENGELOLAAN
jumlah gula (glukosa) dalam aliran darah. menurun KENCING MANIS
Ini menyebabkan hiperglikemia, suatu 4 SEHAT 5 TERATUR
keadaan gula darah yang tingginya sudah
Cepat merasa a. EDUKASI
membahayakan
lelah & Agar dapat memahami pengendalian
mengantuk kencing manis, terutama cara menjaga
berat badan dan perawatan kaki
b. AKTIVITAS FISIK
PENYEBAB
Melakukan aktivitas fisik untuk
1. Keturunan memperoleh hasil gula darah yang
optimal
1) Frekuensi 3-4 kali seminggu, selama 30
menit

You might also like