You are on page 1of 27

EMERGENCY IN NURSING II

LAPORAN DISKUSI TRAUMA ABDOMEN

OLEH :
KELOMPOK 4
NAMA ANGGOTA/NIM
AYU SAFITRI 113063C115005
ELFRAM HERLIANUS .S 113063C115009
INDRA WIJAYA 113063C115018
JENSI HATMENTI 113063C115020
MARIA SEPNI 113063C115027
NORSAIDAH 113063C115032
RENI DAMAYANTI 113063C115038
SEPRI ARDILA 113063C115044
SIPRIANUS SALMON . S 113063C115048
WIDYANTIE 113063C114052

DOSEN PENGAMPU :
DYAH TRIFIANINGSIH S.Kep.,Ners., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN
BANJARMASIN
2019
Topik

Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen

Trauma merupakan keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Trauma
juga mempunyai dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataanya, trauma adalah
kejadian yang bersifat holistik dan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas
seseorang. Pada pasien trauma, bagaimana menilai abdomen merupakan salah satu
hal penting dan menarik. Penilaian sirkulasi sewaktu primari survey harus mencakup
deteksi dini dari kemungkinan adanya perdarahan yang tersembunyi pada abdomen
dan pelvis pada pasien trauma tumpul (Aleq Sander, 2013).

Kepala divisi hubungan masyarakat (kadiv Humas) menyatakan, sebanyak


1.547 jiwa meninggal dunia akibat korban kecelakaan lalu lintas di seluruh Indonesia
sejak awal Januari 2017. Angka kecelakaan lalu lintas cukup tinggi dan menonjol,
datanya selama satu setengah bulan ada 9.884 kasus, meninggal dunia 1.547 jiwa,
luka berat 2.562 jiwa dan luka ringan 7.564 jiwa, Salah satu kematian akibat
kecelakaan adalah di akibatkan trauma abdomen. Kecelakaan lalu lintas merupakan
penyebab kematian 75% trauma tumpul abdomen, trauma abdomen merupakan
penyebab terbanyak kehilangan nyawa yang bersifat tragis, trauma abdomen yang
tidak di ketahui masih tetap menjadi momok sebagai penyebab kematian yang
seharusnya bisa dicegah (Depkes RI 2017).

Oleh karena hal tersebut di atas akan mengakibatkan kerusakan dan


menimbulkan robekan dari organ-organ dalam rongga abdomen atau mengakibatkan
penumpukan darah dalam rongga abdomen yang berakibat kematian. Dalam kasus
ini “ waktu adalah nyawa” dimana di butuhkan suatu penanganan yang profesional
yaitu cepat, tepat cermat dan akurat baik di tempat kejadian (pre hospital),
transportasi sampai tindakan definitif di rumah sakit. Perawat merupakan ujung
tombak dan berperan aktif dalam memberikan pelayanan membantu klien mengatasi
permasalahan yang di rasakan baik dari aspek psikologis maupun aspek fisiologi
secara komprehensif.
A. Definisi
Trauma abdomen adalah trauma yang terjadi pada struktur abdomen
yang dapat menyebabkan kematian. Mekanisme kejadian sangat berpengaruh
terhadap resiko terjadinya trauma abdomen atau kerusakan organ yang ada di
dalam rongga abdomen. (Ulya, 2017 )
Trauma adalah cedera fisik dan psikis atau kekerasan yang
mengakibatkan cedera. Trauma adalah terjadinya atau kerusakan pada organ
abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi
gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan berbagai organ.
B. Etiologi
a. Penyebab trauma penetrasi
Trauma penetrasi terjadi ketika ada benda atau objek yang
menembus ke rongga abdomen. Benda tersebut dapat berupa pisau,
peluru, atau benda lain yang dapat menembus dinding abdomen. Benda
yang menembus abdomen sampa ke rongga peritoneum dapat
menyebabkan kerusakan intestinal. Trauma penetrasi akibat peluru juga
dapat menyebabkan kerusakan organ dan pembuluh darah yang berada di
rongga abdomen sehingga sering kali membutuhkan tindakan
pembedahan segera.
Tanda-tandanya seprti :
1. Luka akibat terkena tembakan
2. Luka akibat tikaman benda tajam
3. Luka akibat tusuk sampai menembus abdomen
4. Penanganan yang kurang tepat dapat memperparah pendarahan
5. Organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam abdomen
b. Penyebab trauma non-penetrasi
Trauma tumpul atau non penetrasi terjadi karena adanya kekuatan yang
membentur dinding abdomen dan tidak menyebabkan luka pada dinding
abdomen. Namun organ di dalam rongga abdomen mengalami
kerusakaan akibat hantaman, tekanan, atau benturan. Trauma tumpul
abdomen dapat di karenakan kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh,
olahraga, dan penganiayaan fisik organ dalam rongga abdpmen yang
beresiko mengalami ruptur yaitu limpa, hepar dan ginjal. Trauma tumpul
abdomen juga dapat menyebabkan rupturnya pembuluh darah sehingga
menyebabkan perdarahan.
C. Patofisiologi
a. Narasi
Trauma abdomen terjadi karena jatuh, pukulan benda tumpul, tekanan
benda tajam dan obstruksi. Kemungkinan bila terjadi perdarahan intra
abdomen yang serius akan memperlihatkan tanda-tanda iritasi yang
disertai penurunan hitung sel darah merah dan iritasi menyebabkan
syok hemoragik. Bila suatu organ visceral mengalami perforasi, maka
akan timbul tanda tanda dalam trauma abdomen tersebut meliputi
nyeri tekan, spontan, lepas dan serta distensi abdomen tanpa bising
usus bila telah terjadi peritonitis. Akibat trauma tajam menyebabkan
kerusakan jaringan kulit dan kerusakan organ abdomen yang akan
dilakukan tindakan operasi. Kerusakan jaringan kulit mengakibatkan
luka terbuka meningkatkan resiko invasi bakteri patogen yang
mengakibatkan resiko infeksi. Kerusakan jaringan kulit dan kerusakan
oorgan abdomen menyebabkan peradarahan masif menyebabkan
kehilangan cairan fisiologis tubuh mengakibatkan syok hipovolemik/
perdarahan masif menyebabkan menurjnnya aliran balik vena,
menurunnya isi sekuncup jantung, aliran darah ke otak, menurunanya
kesadaran. Penurunan isi sekuncup menyebabkan berkurangnya suplai
oksigen ke jaringan menyebabkan hipoksia yang mengakibatkan
ketidakefektifan pola nafas.
b. Skema

Jatuh, pukulan Terkena benda tajam :


benda tumpul pisau, peluru, ledakan, dll

Gaya predisposisi Ketahanan jaringan


Trauma
trauma > elastisitas tidak mampu
abdomen
dan viskositas mengkompensasi

Nyeri tekan, Trauma tajam Trauma tumpul


spontan, lepas

Kompensasi organ
Nyeri abdomen

Perdarahan intra
Kerusakan organ Kerusakan jaringan kulit abdomen
abdomen
Penurunan hitungan sel
Luka terbuka
Tindakan operasi darah merah dan iritasi

Peningkatan resiko
Kerusakan invasi bakteri patogen Syok hemoragik
integritas kulit

Resiko infeksi

Perdarahan masif

Suplai O2
Kehilangan cairan Hipoksi
Penurunan aliran balik vena ke jaringan
fisiologis tubuh a

Ketidakefektifan
Penurunan isi sekuncup jantung
Syok hipovolemik pola nafas
D. Tanda dan gejala Penurunan aliran darah ke otak kesadaran
Tanda dan gejala pasien yang mengalami trauma abdomen adalah sebagai
berikut :
a. Abrasi atau jejas
b. Bising usus abnormal
c. Bising usus menurun atau hilang
d. Distensi atau kekakuan abdomen
e. Melindungi area yang nyeri
f. Terdapat massa
g. Terdapat luka bakar
h. Nyeri tekan dan nyeri lepas
i. Instabilitas pada pelvis
j. Perdarahan pada rektal
k. Nyeri atau pembengkakan pada testis
E. Penatalaksanaan trauma abdomen
a. Trauma Tembus Abdomen
1. Monitor pemasangan infus, untuk pengantian cairan cepat.
2. Perhatikan kejadian syok setelah respon awal terhadap transfuse, hal ini
merupakan tanda adanya perdarahan internal
3. Aspirasi lambung dengan selang nasogasrtik, untuk membantu
mendeteksi luka lambung, mengurangi konaminasi terhadap rongga
peritoneum dan mencegah komplikasi paru karena aspirasi.
4. Jika trauma abdomen dengan vicera (organ internal) menonjol keluar,
tutup dengan balutan steril yang dilembabkan dengan NACL, untuk
mencegah kekeringan pada vicera. Jika benda menancap pad abdomen,
jangan cabut tetapi dilakukan fiksasi benda tersebut terhadap dinding
abdomen.
5. Fleksikan lutut klien, untuk mencegah protusi lanjut.
6. Tunda pemberian cairan oral untuk mencegah meningkatnya peristaltic
dan muntah.
7. Pasang kateter uretra untuk mengetahui kepastian adanya hematuria
dan pantau output urine.
8. Observasi dan cacat TTV, output urine, tekanan vena central, nilai
hematocrit, serta status neurologic.
9. Berikan prifilaksasi tetanus sesuai ketentuan.
10. Berikan antibiotic spectrum luas sesuai ketentuan untuk mencegah
infeksi.
11. Siapkan klien untuk pembedahan jika terdapat bukti adanya syok,
kehilangan darah, adanya udara bebas dibawah diagfragma, eviserasi
(pengangkatan organ internal ) atau hematuria.
b. Trauma Tumpul Abdomen
1. Lakukan pengkajian fisik secara terus menerus, inspeksi, palpasi,
auskultasi, perkusi abdominal.
2. Hindari memindahkan klien sampai pengkajian awal selesai . gerakan
dapat mencegah bekuan dalam pembuluh darah besar membuat
hemografi masif
3. Dapatkan berbagai tanda dan gejala yang diakibatkan dari kehilangan
darah, memar robekan organ padat, dan kebocaran sekresi dari ruang
visera abdomen
4. Inspeksi bagian tubuh depan, pinggang dan punggung, kaji adanya
perubahan warna kebiruan, asimetris, abrasi dan kontusio.
5. Observasi tanda dan gejala perdarahan, yang sering mengikuti cedera
abdomen, khususnya jika hati dan limpa mengalami trauma.
Pendarahan intraperitoneumnmasih yang berhubungan dengan syok
6. Catat nyeri tekan, nyeri lepas, gerakan melindungi, kekauan dan
spasme
7. Observasi terhadap peningkatan distensi abdomen. Ukur lingkar
abdomen setinggi umbilicus pada saat masuk, sebagai data dasar
8. Tanyakan nyeri yang menyebar, ini membantu untuk mendekteksi
cedera intraperitoneum. Nyeri pada bahu kiri dapat dialami oleh klien
yang mengalami pendarahan larena rupture limpa, nyeri pada bahu
kanan karena laserasi hepar.
9. Auskultasi bising usus (bising usus menghilang pada klien iritasi
peritoneum)
10. Catat hilangnya bunyi pekak di atas hepar/ limpa, yang menandakan
adanya udara bebas.
11. Siapkan klien untuk pemeriksaan rektal atau vaginal untuk diagnosis
cedera pelvis, kandung kencing dan dinding usus.
12. Siapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic, urin, hematocrit, darah
lengkap, CT, sinar X dada dan abdomen.
13. Siapkan lavase peritoneum diagnostic untuk menguji pendarahan
peritoneal
14. Bantu pemasangan selang nasogastric untuk mencegah muntah dan
aspirasi, serta membuang cairan udara dari gasrtrointestinal
F. Asuhan Keperawatan
1. PENGKAJIAN
Data-data yang perlu dikaji adalah sebagai berikut.
a. Data subjektif
Kaji keluhan utama, riwayat kejadian, mekanisme cedera (apakah
termasuk trauma tumpul atau trauma penetrasi), kaji riwayat nyeri
dengan menggunakan pendekatan PQRST, kaji usaha untuk mengurangi
keluhan yang dirasakan (pengobatan sebelumnya). Kaji pula riwayat
penyakit dahulu, pengobatan yang sedang dijalani, alergi, status
imunisasi, dan mekanisme koping dalam menghadapi kejadian trauma.
b. Data objektif
Kaji keadaan umum pasien, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital, cara
berjalan, aroma pada tubuh pasien, tingkat ketidaknyamanan. Inspeksi
adanya distensi abdomen, abdomen simetris atau tidak, kontur abdomen
(flat, rounded, atau herniasi), kaji apakah terdapat abrasi, kontusio, luka
terbuka, laserasi, ekimosis, dan kaji juga apakah ada luka bekas seat belt.
Auskultasi bising usus (normal, mengalami penurunan, atau bahkan tidak
ada) dan kaji suara napas (normal, tidak ada, atau crackles/krekels).
Palpasi atau perkusi semua kuadran abdomen, kaji adanya tenderness,
rigiditas, tanda iritasi peritonial.
2. MASALAH KEPERAWATAN
Masalah keperawatan yang kemungkinan terjadi pada trauma abdomen
adalah sebagai berikut
a. Risiko kekurangan volume cairan
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan
c. Nyeri akut
d. Risiko infeksi
e. Cemas
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut.
a. Jaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
b. Berikan oksigen sesuai dengan indikasi.
c. Pasang jalur intravena untuk pemberian cairan dan obat-obatan.
d. Siapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik atau tindakan medis
lainnya.
e. Berikan terapi farmakologi sesuai indikasi.
f. Jika dimungkinkan, fasilitasi keluarga pasien untuk berada di
samping klien.
g. Edukasi pasien terkait dengan gejala atau kondisi pasien.
4. EVALUASI DAN MONITORING
Hal-hal yang dapat dievaluasi dan di-monitoring ulang adalah sebagai
berikut.
a. Monitor secara kontinu kondisi pasien dan berikan penatalaksanaan
sesuai dengan kondisi pasien.
b. Monitor respons pasien terhadap terapi yang diberikan.
HEPAR
Hepar merupakan organ yang paling sering mengalami trauma akibat
mekanisme cedera pada abdomen. Trauma pada abdomen khususnya trauma
penetrasi yang mengenai hepar dapat merusak jaringan serta mengakibatkan
perdarahan hebat. Trauma pada hepar dapat mengakibatkan kehilangandarah
sampai sekitar 500cc dan dapat mengganggu fungsi hepar, sekresi empedu,
konversi glukosa menjadi glikogen, sintesis serum protein meliputi globulin
dan albumin yakni secara keseluruhan dapat berpengaruh terhadap regulasi
darah serta mekanisme pembekuan darah pada tubuh (gangguan sintesis
fibrinogen dan protrombin). Risiko perdarahan yang tinggi karena sekitar
30% dari cardiac output melalui hepar.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA
PADA HEPAR
1. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
Kaji keluhan utama pasien, terutama terkait dengan nyeri yang ada pada
kuadran kanan atas, hipokondriaka, dan regio epigastrik. Kaji juga
mekanisme cedera, penyakit yang sedang diderita pasien terutama terkait
penyakit pada hepar, pengobatan yang sedang dijalani, alergi, dan status
imunisasi.
b. Data objektif
Kaji keadaan umum pasien, tingkat kesadaran, tanda-tanda hipotensi,
takikardia, tingkat nyeri. Inspeksi adanya distensi abdomen, kaji apakah
terdapat abrasi, kontusio, luka terbuka, laserasi, ekimosis di area kuadran
kanan atas. Auskultasi bising usus (normal, mengalami penurunan, atau
bahkan tidak ada) dan kaji suara napas (normal, tidak ada, atau
crackles/krekels). Palpasi pada area kuadran kanan atas, kaji adanya
tenderness pada abdomen, kaji adanya nyeri tekan dan lepas, kaku pada
abdomen khususnya di area kanan atas. Kaji hasil pemeriksaan
laboratorium meliputi pemeriksaan darah lengkap, hematokrit serial,
golongan darah, profil koagulasi (PT dan PTT), urinalisis, enzim hepar
(peningkatan alkaline fosfat, ALT, AST), foto polos abdomen, rontgen
dada, FAST, CT scan abdomen, DPL (jika ada indikasi), dan angiografi.
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Kekurangan volume cairan
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
c. Nyeri akut
d. Cemas
e. Resiko infeksi
3. RENCANA INTERVENSI
a. Jaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
b. Berikan oksigen sesuai dengan indikasi.
c. Pasang jalur intravena untuk pemberian cairan dan obat-obatan.
Gunakan kateter dengan ukuran besar.
d. Siapkan pasien untuk menjalankan intervensi medis dengan
melakukan pemasangan monitor jantung dan saturasi oksigen,
pasang NGT dan lakukan suction sesuai indikasi, pasang kateter
(sesuai indikasi), pertahankan suhu tubuh normal, siapkan pasien
untuk mendapatkanperawatan selanjutnya di ruangan.
e. Berikan obat-obatan sesuai indikasi (analgesik, antibiotik,
antitetanus)
4. EVALUASI DAN MONITORING
a. Tingkat kesadaran pasien
b. Status hemodinamik pasien
c. Suara napas pasien
d. Saturasi oksigen
e. Frekuensi dan irama jantung
f. Tingkat nyeri
g. Input dan output
LIMPA
Limpa merupakan salah satu organ di dalam abdomen yang sering mengalami
trauma tumpul, biasanya berkaitan dengan terjadinya fraktur pada kosta 10-12
bagian kiri. Akibat fraktur kosta tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya
trauma tajam pada limpa. Tingkat keparahan trauma pada limpa dibagi ke
dalam lima skala, yaitu skala 1-3 termasuk kategori ringan-sedang dan skala
4-5 termasuk ke dalam kategori berat dan membutuhkan tindakan
pembedahan. Limpa memegang peran sebagai fungsi pertahankan tubuh,
filtrasi darah, dan membantu pengeluaran bakteri yang beredar dalam
sirkulasi.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA
PADA LIMPA

1. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
Kaji keluhan utama, nyeri pada area abdomen, mekanisme kejadian,
riwayat penyakit sebelumnya, riwayat pengobatan, alergi, dan status
imunisasi.
b. Data objektif
Lakukan pengkajian fisik terhadap penampakan umum pasien, tingkat
kesadaran, kaji tanda-tanda vital dan perhatikan apakah terdapat hipotensi
dan takikardia. Lakukan inspeksi terhadap area abdomen perhatikan
adanya abrasi, kontusio, laserasi, atau luka terbuka. Lakukan auskultasi
terhadap bising usus apakah bising usus normal atau mengalami
penurunan, atau bahkan tidak terdengar bising usus. Lakukan palpasi
apakah terdapat kekakuan pada area di bawah diafragma, apakah
abdomen supel atau mengalami kekakuan, lakukan rebound test untuk
menegetahui adanya nyeri tekan, palpasi apakah terdapat kekakuan
terutama pada area abdomen pada bagian kiri atas. Lakukan pengkajian
juga terhadap hasil tes laboratorium terkait darah lengkap, hematokrit
serial, golongan darah dan resus, urinalisis, dan rontgen toraks
(mendeteksi adanya pneumotoraks pada rongga toraks kiri atau fraktus
pada kosta 10-12 bagian kiri), rontgen abdomen, FAST, CT scan
abdomen, DPL, dan angiografi.
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Defisit volume cairan
b. Inefektif perfusi jaringan perifer
c. Nyeri akut
d. Ansietas
e. Risiko infeksi
3. RENCANA INTERVENSI
a. Jaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
b. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan kondisi pasien.
c. Lakukan pemasangan infus atau jalur intravena untuk pemberian
cairan, obat, atau transfusi darah.
d. Siapkan pasien untuk menjalankan penatalaksanaan berikutnya
dengan memasang pulse oximetry, pemasangan NGT, pemasangan
kateeter urine, pertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
e. Jika pasien stabil, maka lakukan observasi terhadap status
hemodinamiknya dan kadar Hb.
f. Jika pasien tidak stabil, maka segera siapkan pasien untuk dilakukan
tindakan pembedahan, lakukan monitoring secara kontinu dari tanda-
tanda perdarahan sebelum dilakukan pembedahan.
g. Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi berupa analgesic, non-
narkotik, narkotik, antibiotic, dan pemberian imunisasi tetanus.
4. EVALUASI DAN MONITORING
a. Lakukan monitoring terhadap tingkat kesadaran
b. Monitoring status hemodinamik
c. Suara napas dan saturasi oksigen
d. Monitor ritme dan irama jantung
e. Monitor adanya penurunan tingkat nyeri pada pasien
f. Monitor input dan output pasien
LAMBUNG
Trauma pada lambung biasanya berkaitan dengan trauma penetrasi
akibat luka tembak dan luka tusuk. Trauma pada lambung ini mengakibatkan
terganggunya peristaltik dan proses pencernaan makanan. Jika sampai terjadi
perforasi pada lambung maka dapat mengakibatkan peritonotis.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA
PADA LAMBUNG
1. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
Lakukan pengkajian terhadapat keluhan utama terkait nyeri, adanya
hematemesis, serta mekanisme terjadinya trauma. Lakukan juga
pengkajian terhadap riwayat penyakit sebelumnya yang diderita terkait
dengan pendarahan pada saluran cerna, riwayat pengobatan, alergi, dan
status imunisasi.

b. Data objektif
Lakukan pengkajian fisik yang meliputi kenampakan umum pasien,
adanya tanda hipotensi, takikardi, dan ketidaknyamanan. Lakukan
inspeksi dan cari adanya abrasi, kontusio, luka terbuka, laserasi, ekimosis
terutama di area epigastrik, dan adanya distensi abdomen. Lakukan
auskultasi terhadap bising usus apakah terjadi penurunan atau tidak
terdengar bising usus sama sekali. Lakukan auskultasi suara napas kaji
adanya penurunan suara napas. Lakukan palpasi pada area abdomen, kaji
apakah terdapat terderness, nyeri tekan lepas, kekakuan pada abdomen
terutama pada area epigastris. Lakukan pengkajian terhadap hasil
pemeriksaan laboratorium terkait darah lengkap, kimia darah, golongan
dan Rh darah, Urinalisis, rontgen abdomen, rontgen dada, FAST, dan CT
scan abdomen.
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Defisit volume cairan
b. Inefektif perfusi jaringan perifer
c. Nyeri akut
d. Ansietas
e. Risiki insfeksi
3. RENCANA INTERVENSI
a. Jaga patensi jalan napas, penapasan, dan sirkulasi.
b. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan kondisi.
c. Lakukan pemasangan infus atau jalur intravena untuk pemberian
cairan obat, atau tranfusi darah.
d. Siapkan pasien untuk menjalankan penatalaksanaan berikutnya
dengan memasang pulse oximetry, pemasangan NGT, pemasangan
kateter urine, pertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
e. Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi berupa analgetik non
narkotik, narkotik, antibiotik, dan pemberian imunisasi tetanus.
4. EVALUASI DAN MONITORING
a. Monitoring status hemadinamik.
b. Suara napas dan saturasi oksigen.
c. Monitor ritme dan irama jantung
d. Monitor adanya penurunan tingkat nyeri pada pasien
e. Monitor input dan output pasien.
PANKREAS/ DUODENUM
Pankreas termasuk organ retroperitoneal, sehingga gejala yang
muncul agak sulit ditemukan dan biasanya baru munculnsekitar 24-72 jam
setelah onset kejadian trauma. Pankreas jarang sekali mengalami injuri,
biasinya yang menyebabkan injuri pada pankreas adalah ketika terjadi trauma
tumpul akibat terhantam setir kendaraan. Jika terjadi injuri pada pankreas,
maka harus diwaspadai kemungkinan juga ada kaitannya dengan trauma
lainya yaitu di hepar, lambung, limpa, dan pembuluh darah besar.
Ketika terjadi injuri pada pankreas, maka fungsi pankreas akan
terganggu pankreas memiliki peran dalam menghasilkan enzim, elektrolit,
dan bikarbonat untuk membantu proses pencarnaan dan absorpsi nutrisi.
Pankreas juga berfungsi untuk menyekresi insulin dan glukagon yang
berperan dalam metabolisme karbohidrat. Tingkat mortalitas pada injuri atau
trauma yang terjadi pada pankreas paling tinggi disebakan oleh trauma
tumpul (sekitar 50%), luka tembak (sekitar 25%), dan luka tusuk (sekitar
8%).
Injuri pada pankreas biasanya juga berkaitan dengan injuri pada
doudenum duktus biliaris, atau vena cava. Taruma tumpul pada abdomen
dapat menyebabkan terjadinya hematom pada dinding duodenum, sehingga
lumen duodenum menyempit dan berakibat terjadinya obstruksi. Jika trauma
menyebabkan perforasi pada duodenum, maka dapat menyebabkan
kontaminasi pada rongga peritoneal dan retroperitonela, sehingga
memerlukan tindakan pembedahan segera.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA
PADA PANKREAS/ DUODENUM
1. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
Lakukan pengkajian terhadap keluhan utama terkait nyeri di area
epigastrik atau bagian belakang (biasanya tidak menampakkan gejala jika
tidak terjadi iritasi pada peritoneal), serta mekanisme terjadinya trauma.
Lakukan juga pengkajian terhadap riwayat penyakit sebelumnya yang di
derita terkait dengan pendarahan pada saluran cerna, riwayat pengobatan,
alergi, dan status imunisasi.
b. Data objektif
Lakukan pengkajian fisik yang meliputi kenampakan umum pasien,
adanya tanda hipotensi, takikardi, dan ketidaknyamanan. Lakukan
inspeksi dan cari adanya abrasi, kontusio, luka terbuka, laserasi, ekimosis
terutama di area epigastrik, dan adanya distensi abdomen. Lakukan
auskultasi terhadap bising usus apakah terjadi penurunan atau tidak
terdengar bising usus sama sekali. Lakukan auskultasi suara napas kaji
adanya penurunan suara napas. Lakukan palpasi pada area abdomen, kaji
apakah terdapat terderness, nyeri tekan lepas, kekakuan pada abdomen
terutama pada area epigastris. Lakukan pengkajian terhadap hasil
pemeriksaan laboratorium terkait darah lengkap, kimia darah, golongan
dan Rh darah, Urinalisis, rontgen abdomen, rontgen dada, FAST, CT
scan abdomen, serta DPL (amilase positif).
5. MASALAH KEPERAWATAN
a. Defisit volume cairan
b. Inefektif perfusi jaringan perifer
c. Nyeri akut
d. Ansietas
e. Risiki insfeksi
6. RENCANA INTERVENSI
a. Jaga patensi jalan napas, penapasan, dan sirkulasi.
b. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan kondisi.
c. Lakukan pemasangan infus atau jalur intravena untuk pemberian
cairan obat, atau tranfusi darah.
d. Siapkan pasien untuk menjalankan penatalaksanaan berikutnya
dengan memasang pulse oximetry, pemasangan NGT, pemasangan
kateter urine, pertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
e. Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi berupa analgetik non
narkotik, narkotik, antibiotik, dan pemberian imunisasi tetanus.
7. EVALUASI DAN MONITORING
a. Monitoring status hemadinamik.
b. Suara napas dan saturasi oksigen.
c. Monitor ritme dan irama jantung
d. Monitor adanya penurunan tingkat nyeri pada pasien
e. Monitor input dan output pasien.
GINJAL
Injuri pada ginjal jarang dijumpai kecuali pada pasien tersebut disertai
dengan trauma dada, trauma abdomen, atau trauma pada bagian bagian
belakang tubuh (punggung pinggang). Penyebab utama terjadinya trauma
pada ginjal adalah trauma tumpul, dan juga disebabkan oleh trauma penetrasi.
Sekitar 80% injuri pada ginjal diakibatkan kecelakaan kendaraan bermotor
dan luka tembak.
Pasien dengan fraktur pada kosta baian bawah atau trauma pada spinal
harus dicuigai adanya injuri pada ginjal. Sekitar 85-90% pasien dengan injuri
pada ginjal jarang dan bahkan tanpa dilakukan intervensi pembedahan. Jika
memang diperlukan pembedahan, maka akan dilakukan dalam waktu 12 jam
untuk memulihkan ginjal yang mengalami iskemik berkaitan dengan adanya
mekanisme trauma, maka perdarahan akan terjadi dan muncul pada urine
yang dikeluarkan pasien. Perdarahan tersebut juga dapat memicu terjadinya
syok hipovolemik, nyeri, dan inflamasi pada ginjal.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA
PADA GINJAL
1. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
Lakukan pengjian terhadap keluhan utama terkait nyeri di abdomen
atau khususnya pada area costovertebral angle, kaji adanya
hematuria, serta mekanisme terjadinya trauma. Lakukan juga
pengkajian terhadap riwayat penyakit sebelumnya yang diderita
terkait dengan penyakit ginjal, hipertensi, riwayat pembedahan pada
ginjal, riwayat pengobatan, alergi, dan status imunisasi.

b. Data Objektif
Lakukan pengkajian fisik yang meliputi kenampakan umum pasien,
adanya tanda hipotensi, takikardi, dan ketidaknyamanan. Lakukan
inspeksi dan cari adanya abrasi, kontusio, laserasi, atau hematom pada
area lambung. Lakukan auskultasi terhadap bising usus apakah terjadi
penurunan atau tidak terdengar bising usus sama sekali, lakukan
auskultasi suara napas kaji adanya penurunan suara napas. Lakukan
palpasi pada area lambung, kaji apakah ada terdapat tenderness pada
abdomen atau pada area dibagian belakangnya (pinggang). Lakukan
pengkajian terhadap hasil pemeriksaan laboratorium terkait darah
lengkap, hematokrit serial, kimia darah termasuk BUN dan kreatinin,
profil koagulasi, golongan dan Rh darah, urinalisis, rontgen abdomen,
FAST, CT scan abdomen dan pelvis, IVP, serta arteriogram renalis.
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Defisit volume cairan
b. Gangguan perfusi jaringan
c. Nyeri akut
d. Risiko infeksi
e. Ansietas
3. RENCANA INTERVENSI
a. Jaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
b. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan kondidi pasien
c. Lakukan pemasangan infus atau jalur intravena untuk pemberian
cairan, obat, atau transfusi darah
d. Siapkan pasien untuk menjalankan penatalaksanaan berikutnya
dengan memasangkan pulse aximetri , pemasangan NGT,
pemasangan kateter urine, pertahankan suhu tubuh dalam batas
normal.
e. Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi berupa analgetik non
narkotik, narkotik, antibiotik, dan pemberian imunisasi tetanus.

4. EVALUASI DAN MONITORING


a. Monitoring status hemodinamik
b. Suara napas dan saturasi oksigen
c. Monitor ritme dan irama jantung
d. Monitor adanya penurunan tingkat nyeri pada pasien
e. Monitor input dan output pasien
KANDUNG KEMIH/BLADDER
Trauma pada bladder biasanya disebabkan trauma tumpul pada
abdomen. Akan tetapi, trauma penetrasi juga dapat menyebabkan kerusakan
pada bladder sekitar 80% bladder mengalami ruptur pada pasien yang
mengalami fraktur pelvis. Sementara untuk trauma penetrasi yang terjadi
pada bladder dapat mengakibatkan mortalitas sekitar 60%. Injuri pada
bladder yang paling sering terjadi adalah kontusio bladder. Anak-anak lebih
berisiko mengalami kontusio pada bladder karena tulang yang melindungi
bladder belum kuat, sehingga mudah mengalami injuri ketika ada kekuatan
yang mengenai permukaan tulang tersebut. Untuk mengetahui adanya trauma
pada bladder dilakukan dengan cara intravenous pyelogram. Tata lakasana
dilakukan dengan cara pembedahan sesuai indikasi. Injuri pada bladder dapat
mengakibatkan perdarahan dan kontaminasi pada rongga abdomen atau
pelvis yang dapat menyebabkan terjadi peritonitis atau sepsis.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA
PADA KANDUNG KEMIH/BLADDER
1. PENGKAJIAN
a. Data Subjektif
Lakukan pengkajian terhadap keluhan utama terkait nyeri di abdomen
atau area pelvis, kaji adanya hematuria, kaji adanya kesulitan BAK, serta
mekanisme terjadinya trauma. Lakukan juga pengkajian terhadap riwayat
penyakit sebelumnya yang diderita terkait dengan penyakit ginjal,
riwayat pengobatan, alergi, dan status imunisai.
b. Data Objektif
Lakukan pengkajian fisik yang meliputi kenampakan umum pasien,
adanya tanda hipotensi, takikardia, dan ketidaknyamanan. Lakukan
inspeksi pada area perut bagian bawah, hematom perineal, abrasi atau
laserasi di area suprapubis, serta adanya distensi abdomen. Lakukan
auskultasi terhadap bising usus apakah terjadi penurunan atau tidak
terdengar bising usus sama sekali, lakukan auskultasi suara napas kaji
adanya penurunan suara napas. Lakukan pengkajian terhadap hasil
pemeriksaan laboratorium terkait darah lengkap, hematokrit serial, kimia
darah termasuk BUN dan kreatinin, profil koagulasi, golongan dan Rh
darah, urinalisis, rontgen, retrograde urethrogram, serta USG pelvis.
5. MASALAH KEPERAWATAN
a. Defisit volume cairan
b. Infektif perfusi jaringan
c. Gangguan eliminasi urine
d. Ansietas
e. Risiko infeksi
6. RENCANA INTERVENSI
a. Jaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
b. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan kondisi pasien
c. Lakukan pemasangan infus atau jalur intravena untuk pemberian
cairan, obat, atau transfusi darah
d. Siapkan pasien untuk menjalankan penatalaksanaan berikutnya
dengan memasang pulse oximetry, pemasangan NGT, pemasangan
kateter urine, pertahankan suhu tubuh dalam batas normal
e. Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi berupa analgesik non-
narkotik, narkotik, antibiotik dan pemberian imunisasi tetanus.
7. EVALUASI DAN MONITORING
a. Monitoring status hemodinamik
b. Suara napas dan saturasi oksigen
c. Monitor ritme dan irama jantung
d. Monitor adanya penurunan tingkat nyeri pada pasien
e. Monitor input dan output paien

URETRA
Injuri pada uretra sering terjadi pada laki-laki, karena laki-laki
memiliki segmen uretra anterior dan posterior. Injuri pada uretra posterior
sering berkaitan dengan fraktur pada pelvis, sedangkan injuri pada uretra
bagian anterior sering dikaitkan dengan trauma tumpul yang langsung
mengenai bagian anterior uretra. Injuri pada uretra juga dapat terjadi akibat
adaya tindakan manipulatif atau penambahan instrumen di dalam organ di
sekitar uretra. Injuri uretra relatif jarang terjadi pada perempuan karena
ukuran uretra yang lebih pendek dibandingkan dengan laki-laki, tidak
tampak, dan tidak banyak pergerakan. sekitar 10-25% pasien dengan fraktur
pelvis disertai dengan trauma pada uretra. Ruptur uretra komplet sering
terjadi pada anak-anak, karena struktur uretra anak-anak yang tidak terlalu
elastis. Pasien dengan trauma pada uretra dilakukan tata laksana segera sesuai
kondisi fraktur pelvis untuk mencegah terjadinya rupture komplet akibat
pemasangan kateter urine.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA
PADA URETRA
1. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
Lakukan pengkajian terhadap keluhan utama nyeri pada area suprapubis,
atau perineal atau genital jika BAK, perasaan tidak dapat BAK,
hematuria, serrta mekanisme terjadinya trauma. Lakukan juga pengkajian
terhadap riwayat penyakit sebelumnya yang diderita terkait dengan
penyakit ginjal. Riwayat pengobatan, alergi, dan status imunisasi.
b. Data objektif
Lakukan pengkajian fisik yang meliputi kenampakan umum pasien,
adanya tanda hipotensi, takikardia, dan ketidaknyamanan. Dilakukan
inspeksi dan kaji adanya perdarahan pada meatus uretra, apakah terdapat
pembengkakan di area suprapublik atau area genitalia atau perineum,
apakah terdapat hematom di area perineum atau perut bagian bawah,
serta inspeksi apakah terdapat abrasi atau laserasi di area seitar genitalia.
Tidak terdengar bising usus sama ekali. Lakukan pengkajian terhadap
hasil pemeriksaan laboratorium terkait darah lengkap, hematocrit serial,
profil koagulasi, golongan dan Rh darah, urinalisis, rontgen abdomen dan
pelvis, retrograde urethroram, serta cystography.
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Gangguan eliminasi urine
b. Nyeri akut
c. Ansietas
d. Risiko infeksi
3. RENCANA KEPERAWATAN
a. Jaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi
b. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan kondisi pasien.
c. Lakukan permasangan infus atau jalur intravena untuk pemberian
cairan, obat, atau tranfusi darah.
d. Siapkan pasien untuk menjalankan penatalaksanaan berikutnya
dengan memasang pulse oximetry, pemasangan NGT, pemasangan
kateter urine, pertahanan suhu tubuh dalam batas normal.
e. Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi berupa analgesic non-
narkotik, narkotik, antibiotic, dan pemberian imunisasi tetanus.
4. EVALUASI DAN MONITORING
a. Monitoring statys hemodinamik
b. Suara napas dan saturasu oksigen
c. Monitor ritme dan irama jantung
d. Monitor adanya penurunan tingkat nyeri pada pasien.
e. Monitor inout dan output pasien.
USUS BESAR (KOLON)/ USUS HALUS
Usus besar dan usus halus merupakan organ berongga. Usus halus
yang terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum paling sering mengalami
injuri akibat trauma tumpul pada dinding abdomen. Akibat trauma tumpul
atau benturan pada dinding abdomen tersebut mengakibatkan usus
membentur kolumna spinalis sehingga menimbulkan injuri. Injuri pada usus
halus jarang menimbulkan gejala spesifik dan biasanya diagnosis akan
tertunda sampai gejala peritonitis muncul.
Usus besar (kolon) dibagi menjadi empat bagian yaitu kolon asenden,
kolon transversum, kolon desenden, dan sigmoid. Injuri yang melibatkan
kerusakan pada kolon dapat menyebabkan sepsis akibat rongga abdomen
yang terkontaminasi oleh feses.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA
PADA USUS BESAR/USUS HALUS
1. PENGKAJIAN
a. Data subjektif
Lakukan pengkajian terhadap keluhan utama terkait nyeri di seluruh
area abdomen, mual dan muntah, serta mekanisme terjadinya trauma.
Lakukan juga pengkajian terhadap riwayat penyakit sebelumnya yang
diderita terkait dengan perdarahan pada saluran cerna, riwayat
pengobatan, alergi, dan status imunisasi.
b. Data objektif
Lakukan pengkajian fisik yang meliputi kenampakan umum pasien,
adanya tanda hipotensi, takikardia, dan ketidaknyamanan. Lakukan
inspeksi dan cari adanya abrasi, kontusio, luka terbuka, laserasi,
ekimosis terutama di area epigastrik, dan adanya distensi abdomen.
Lakukan auskultasi terhadap bising usus apakah terjadi penurunan
atau tidak terdengar bising usus sama sekali, lakukan auskultasi suara
napas kaji adanya penurunan tenderness, nyeri tekan lepas, kekakuan
pada abdomen terutama pada area epigastrik. Lakukan pengkaian
terhadap hasil pemeriksaan laboratorium terkait darah lengkap, kimia
darah, golongan dan Rh darah, serum amilasi, urinalisis, rontgen
abdomen, rintgen dada, FAST,CT scab abdomen, DPL ( jika amylase
positif), dan angiografi untuk mendeteksi adanya perdarahan visceral.
2. MASALAH KEPERAWATAN
a. Deficit volume cairan
b. Infektif perfusi jaringan perifer
c. Nyeri akut
d. Ansietas
e. Risiko infeksi
3. RENCANA INTERVENSI
a. Jaga patensi jalan napas, pernapasan, dan sirkulasi.
b. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan kondisi pasien.
c. Lakukan pemasangan infus atau jalur intravena untuk pemberian
cairan, obat, atau tranfusi darah.
d. Siapkan pasien untuk menjalankan penatalaksanaan berikutnya
dengan memasang pulse oximetry, pemasangan NGT, pemasangan
kateter urine, pertahankan suhu tubuh dalam batas normal.
e. Berikan obat-obatan sesuai dengan indikasi berupa analgesic non-
narkotik, narkotik, antibiotic, dan pemberian imunisasi tetanus.
4. EVALUASI DAN MONITORING
a. Monitoring status hemodinamik
b. Suara napas dan saturasi oksigen
c. Monitor ritme dan irama jantung
d. Monitor adanya penurunan tingkat nyeri pada pasien
e. Monitor input dan output pasien.
References
Krisanty Paula, (2009) Asuhan Keperatawan Gawat Darurat , Jakarta : Trans Info
Media

Mochamad Aleq Sander. (2013). Kasus Serial Ruptur Klien akibat Trauma
Abdomen: Bagaimana Pendekatan Diagnosis dan Penatalaksanaannya.
http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2377/3216

Nurarif Huda Amin. ( 2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi jilid 3. Jogjakarta; Penerbit
Mediaction

Ulya, I., Kusumaningrum, B. R., Ningsih , D. K., & Dradjat, R. S. (2017). Buku Ajar
Keperawatan Gawat Darurat pada Kasus Trauma. Jakarta: Salemba Medika.

Profil Kesehatan Indonesia http://www.depkes.go.id.2017


PERTANYAAN

1. 2 jam yang lalu sebelum Tn Andre masuk rumah sakit, ketika sedang
mengendarai sepeda motor, Tn. Andre mengalami kecelakaan. Sepeda motor
Tn. Andre menabrak truk yang ada di depannya. Tn. Andre terjatuh dengan
posisi dada dan perut kanan membentur aspal. Setelah kejadian Tn. Andre
masih bisa pulang sendiri dengan mengendarai sepeda motornya. Tapi
setelah beberapa saat di rumah, klien merasa perut sebelah kanan nyeri hebat
sampai punggung.
Berdasrkan kasus diatas apakah masalah keperawatan yang utama pada klien
tersebut.........?
a. Kekurangan volume cairan
b. Risiko kekurangan volume cairan
c. Nyeri akut
d. Risiko perdarahan
e. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Pada kasus diatas Tn. Andre jatuh dengan posisi perut kanan membentur
aspal, jeis trauma tersebut adalah......?
a. Trauma tembak
b. Trauma tembak dan taruma tumpul
c. Trauma akselerasi
d. Trauma tusuk
e. Trauma tumpul
3. Seorang pasien laki-laki berumur 35 tahun mengalami trauma abdomen
akibat jatuh dari lantai 2 saat sedang bertukang. Klien tampak gelisah, tampak
jejas pada punggung dan lengan. Tekanan darah 80/50 mmHg, nadi
110x/menit, pernapasan 24x/menit. Apakah pertolongan awal yang dapat
dilakukan pada klien tersebut?
a. Memberikan napas buatan
b. Tanda-tanda perdarahan
c. Memberikan resutasi cairan
d. Managemen Arway dan breathing
e. Melakukan pemasangan infus
4. Seorang pasien laki-laki berusia 19 tahun, korban perkelahian disekolah,
diantar ke unit gawat darurat dengan luka tusuk di bagian abdomen. Pasien
merasa kesakitan, perdarahan erjadi secara masif disekitar pisau yang
menancap. Pasien direncanakan akan segera dilakukan pembedahan.
Dari kasus diatas jenis trauma yamg dialami pasien laki-laki berusia 19 tahun
tersebut adalah?
a. Trauma tumpul
b. Trauma tajam
c. Trauma non penetrasi
d. Trauma pisau
e. Trauma baru
5. Dari kasus diatas apakah tindakan yang harus dilakukan?
a. Melakukan fiksasi pada pisau agar tidek berubah tempat dan
bergeser
b. Mencabut pisau yang menancap
c. Memasang infus 2 jalur untuk persiapan pembedahan
d. Pasan WSD
e. Posisikan pasien semifowler

You might also like