You are on page 1of 14

BAHAN AJAR GIZI DAN DIET

KEBUTUHAN GIZI REMAJA

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN AJARAN 2023/2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak-anak hingga masa awal
dewasa, jadi pada masa remaja ini manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak
dapat juga disebut sebagai anak-anak. Usia remaja biasanya dimulai saat laki-laki atau
perempuan berusia 10-12 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang yang cepat, pertambahan berat dan
tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual
seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara.
Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol dan lebih
suka menghabiskan waktu diluar waktu berkumpul bersama keluarga. Perubahan-perubahan
fisik ini akan mempengaruhi status kesehatan dan gizinya. Ketidakseimbangan antara asupan
kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik masalah kekurangan gizi
atau kelebihan gizi.
Masalah gizi pada remaja akan menimbulkan dampak negatif pada tingkat kesehatan
masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR
(Bayi Berat Lahir Rendah), penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah
membuktikan banyak sekali remaja yang mengalami masalah gizi, masalah tersebut antara
lain Anemia (berkisar 40%) dan IMT kurang dari batas normal atau kurus (berkisar 30%).
Banyak faktor yang bisa menyebabkan hal ini terjadi, tetapi dengan mengetahui faktor-faktor
penyebab yang mempengaruhi hal ini dapat membantu upaya penanggulangannya.
Berdasarkan pemaparan di atas, kami bertujuan untuk membahas lebih lanjut tentang
“Peran Zat Gizi Pada Usia Remaja”.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa tujuan pemberian nutrisi terhadap remaja?
b. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan nutrisi?
c. Bagaimana keadaan gizi usia remaja?
d. Bagaimana kebutuhan akan zat gizi pada remaja?
e. Apa akibat dari kekurangan gizi pada usia remaja?
f. Bagaimana cara mengatasi masalah nutrisi pada usia remaja?
g. Bagaimana cara perhitungan energy?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengajar ilmu dasar keperawatan lima
2. Untuk mengetahui dan menambah wawasan mengenai peran zat gizi untuk usia remaja

1.4 Manfaat
Mengetahui bagaimana peran zat gizi untuk usia remaja.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Makan makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan
yang beraneka ragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang
diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya, dalam pelajaran ilmu gizi biasa
disebut triguna makanan yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan
zat pengatur.
Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi tertentu pada satu
jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makanan yang lain. Jadi makan
makanan yang beraneka ragam akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat
tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
Makanan sumber zat tenaga antara lain: beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,
kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan yang mengandung lemak juga
dapat menghasilkan tenaga. Makanan sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-
kacangan, tempe, tahu. Sedangkan yang berasal dari hewan adalah telur, ikan, ayam,
daging, susu serta hasil olahan, seperti keju. Zat pembangun berperan sangat penting
untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan.
Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk
melancarkan bekerjanya fungsi organ-organ tubuh.

B. Cara Menghitung Berat Badan Ideal Pada Remaja


Pada dasarnya ada 2 rumus yg digunakan untuk mengategorikan apakah tubuh
seseorang dikatakan normal, kurus, gemuk. Tumus tersebut adalah :

1. R. Broca : terbagi berdasarkan jenis kelamin, jika laki-laki = (TB-100)-((TB-


100)*10%). Sedangkan untuk wanita = (TB-100)-((TB-100)*15%). TB(Tinggi
Badan) dalam satuan cm.
2. BMI (Body Mass Index) = BB : (TB*TB). BB dalam satuan Kg. Sedangkan TB
dalam satuan meter (m). Hasilnya tinggal dimasukkan kedalam kategori index.

Jika hasilnya :

 BMI = <18.5 = kurang


 BMI = 18.5-24.9 = normal
 BMI = 25-29.9 = overweight
 BMI = >=30. = obesitas. Indeks ini adalah berdasarkan WHO yg mana
populasi yg diteliti adalah untuk orang luar negri/ eropa. Sedangkan Indonesia
yg termasuk pada benua asia pasifik memiliki indeks yg sedikit berbeda :
 BMI =<18.5 = kurang
 BMI = 18.5-22.9 = normal
 BMI = 23-24.9 = overweight
 BMI = >=20. = obesitas
Jika dihitung berdasarkan BMI maka termasuk dalam kategori kurang karena BMI
diangka 16.79. Kami sangat tidak menyarankan untuk diet cutting atau tujuannya
menurunkan BB saja. Tentunya yg lebih baik dipilih adalah membentuk tubuh yg
proporsional sesuai tinggi badan yg dimiliki dan memperbaiki postur tubuh. Semua
tersebut hanya bisa dicapai dengan sehatl melalui konsumsi makanan yg bergizi dan
juga melakukan olahraga yg tepat.
Setiap orang memang memiliki kecenderungan tubuh untuk menyimpan lemak lebih
banyak di bagian tubuh tertentu, dan antara satu orang dengan orang lain tidak selalu
sama. Ada yg disimpan di paha, di perut, di lipat punggung, dsb.
Sebenarnya yg penting dilakukan bukanlah diet cutting, melainkan diet bulking yg
bertujuan mengisi tubuh dengan otot, bukan lemak. Caranya adalah mengonsumsi
protein lebih banyak, dan mengonsumsi makanan bergizi lainnya dengan seimbang.
Selain protein sebagai bahan utama pembentukan otot, olahraga juga sangat
berpengaruh dalam proses terbentuknya otot. Jika secara asupan dan latihan bisa
seimbang dan optimal, bukan tidak mungkin badan akan tampak lebih proporsional
dan pastinya juga sehat.

C. Tujuan Pemberian Gizi Pada Remaja


Nutrisi yang tepat itu sangat penting untuk menjaga kesehatan anak remaja, agar
mereka bisa tumbuh dan berkembang dengan normal. Pola makan yang sehat juga
membantu para remaja untuk berpartisipasi lebih aktif disekolah dan beraktivitas fisik.
Pada beberapa tahun belakangan ini, telah terjadi penurunan status nutrisi dan kesehatan
pada remaja. Hasil survey menunjukkan bahwa setidaknya 18% anak-anak dan remaja
yang berusia 6 - 10 tahun kelebihan berat badan, dan setidaknya 11% remaja mengalami
obesitas.
Ditahun 2000, lebih dari 16% populasi yang berusia dibawah 18 tahun hidup dalam
kemiskinan, dan sebagai akibatnya, seringkali mereka tidak mendapat nutrisi yang
cukup. Banyak remaja yang mengkonsumsi kalori lebih dari yang mereka butuhkan,
namun tidak mendapat jumlah nutrisi harian yang cukup seperti yang direkomendasikan.
Salah satu keprihatinan utama mengenai anak dan remaja adalah level kalsium,
potassium, serat, magnesium, dan vitamin E yang kurang dalam diet mereka.
Pola makan yang tidak sehat akan mengarah pada status nutrisi yang buruk dan bisa
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja. Penyebab ini dirangking sebagai
penyebab ketiga terbesar dari berbagai penyakit kronis yang mempengaruhi sekitar 5%
gadis remaja.
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan dan nutrisi pada remaja bukan
cuma bisa mempengaruhi berat badannya, namun juga kesehatannya dimasa-masa yang
akan datang. Sebagai contoh, kekurangan kalsium pada usia remaja bisa memperbesar
resiko osteoporosis saat mereka dewasa. Yang terakhir, nutrisi pada remaja itu penting
karena sebagian remaja punya masalah kesehatan yang membutuhkan diet khusus.
Diabetes type 1, atau juvenile diabetes, di diagnosa pada sebanyak 13.000 anak
dalam satu tahun, seringkali selama mereka masih berusia remaja. Hal ini membutuhkan
pengontrolan faktor-faktor diet dan gaya hidup yang bisa jadi cukup sulit untuk remaja
yang sibuk. Yang mengejutkan, peningkatan dalam obesitas berarti bahwa diabetes type
2, yang dimasa lalu hanya di alami oleh orang dewasa, saat ini frekuensinya juga
semakin meningkat pada remaja.
Jadi tujuannya adalah untuk memperbaiki keadaan gizi remaja serta
mengembangkan ilmu gizi dan memupuk kesadaran gizi bagi remaja. Sehingga akan
menyadari bahwa makanan yang cukup diperlukan oleh tubuh, cukup dalam memilih
makanan yang memenuhi kebutuhan tubuh, sehingga dalam kebiasaan makan sehat.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Nutrisi


Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati makanan. Pola
makan seimbang memenuhi kebutuhan tersebut. Susu dikonsumsi sebagai penyempurna.
Pada dasarnya masalah gizi pada remaja timbul karena perilaku gizi yang salah, yaitu
ketidak seimbangan antara konsumsi gizi dengan kecukupan gizi yang dianjurkan.
Keadaan gizi
atau status gizi merupakan gambaran apa yang dikonsumsi dalam jangka waktu cukup
lama.
Keadaan gizi dapat berupa gizi kurang, gizi baik atau normal, maupun gizi lebih.
Kekurangan salah satu zat gizi dapat menimbulkan konsekuensi berupa penyakit
defisiensi, dan bila kekurangan dalam batas marginal dapat menimbulkan gangguan yang
sifatnya lebih ringan atau menurunnya kemampuan fungsional. Misalnya, kekurangan
vitamin B1 dapat menyebabkan badan cepat merasa lelah. Kekurangan zat besi dapat
menurunkan prestasi kerja dan prestasi belajar, selain turunnya ketahanan tubuh terhadap
penyakit infeksi.
Sedangkan kekurangan vitamin A dapat menyebabkan terjadinya buta senja dan
turunnya ketahanan tubuh terhadap penyakit infeksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap keadaan nutrisi usia sekolah dan remaja:
1. Psikologis.
2. Lingkungan sekolah.
3. Konsumsi makanan tidak cukup.
4. Pilihan terhadap makanan.
5. Tidak ada nafsu makan.

E. Keadaan Gizi Remaja Saat Ini


Cukup banyak masalah yang berdampak negative terhadap kesehatan dan gizi
remaja. Di samping penyakit atau kondisi yang terbawa sejak lahir, penyalahgunaan
obat, kecanduan alcohol dan rokok, serta hubungan seksual terlalu dini, terbukti
menambah beban para remaja. Dalam beberapa hal masalah gizi remaja serupa, atau
merupakan kelanjutan dari masalah gizi pada usia anak, yaitu anemia defisiensi besi,
kelebihan dan kekuranga berat badan. Masalah ini berpangkal pada “kegemaran yang
tidak lazim, lupa makan, dan hamil”. Yang sedikit berbeda adalah cara mengenai
masalah tersebut.
Survei terhadap mahasiswi kedokteran di Prancis, misalkan, membuktikan 16%
mahasiswi kehabisan cadangan besi, sementara 75% menderita kekurangan. Penelitian
lain terhadap masyarakat miskin di Kairo menunjukan asupan besi sebagian besar remaja
wanita tidak mencukupi kebutuhan harian yang dianjurkan. Di Negara yag sedang
berkembang, ekitar 27% remaja laki-laki dan 26% remaja wanita menderita anemia;
sementara di Negara maju angka tersebut hanya berada pada bilangan 5% dan 7%.
Secara garis besar, sebanyak 44% wanita di Negara berkembang (10 negara di Asia
Tenggara, termasuk Indonesia) mengalami anemia kekurangan besi, sementara wanita
hamil lebih besar lagi, yaitu 55%.
Salah satu masalah serius yang menghantui dunia kini adalah konsumsi makanan
olahan, seperti yang ditayangkan di iklan televise, secara berlebihan. Makanan ini, meski
dala iklan diklaim kaya akan vitamin dan mineral, sering terlalu banyak gula serta lemak,
di samping zat adiptif. Konsumsi makanan sejenis ini secara berlebihan dapat berakibat
kekurangan zat gizi lain. Kegemaran pada makanan olahan yang mengandung zat ini
menyebabkan remaja mengalami perubahan patologis yang terlalu dini.
Ada 3 alasan mengapa remaja diaktegorikan rentan:
1. Percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energy dan zat gizi yang
lebih banyak.
2. Perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energy dan
zat gizi.
3. Kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alcohol dan obat, meningkatkan
kebutuhan energy dan zat gizi, di samping itu tidak sedikit remaja yang makan secara
berlebihan dan akhirnya mengalami obesitas.
Hampir 50% remaja (Daniel, 1977) terutama remaja yang lebih tua, tidak sarapan.
Penelitian lain membuktikan masih banyak remaja (89%) yang meyakini jika sarapan
memang penting. Namun, mereka yang sarapan secara teratur hanya 60%. Remaja putri
malah melewatkan dua kali waktu makan, dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar
kudapan bukan hanya kalori, tetapi sedikit sekali mengandung zat gizi, selain dapat
mengganggu (menghilangkan) nafsu makan. “Makanan Sampah” (junk food) kini
semakin digemari oleh remaja, baik hanya sebagai kudapan maupun “makan besar”.
Disebut makanan sampah karena sangat sedikit (bahkan ada yang tidak sama sekali)
mengandung kalsium, besi, riboflavin, asam folat, vitamin A dan C; sementara
kandungan lemak jenuh, kolesterol, daN natrium tinggi. Proporsi lemak sebagai penyedia
kalori lebih dari 50% total kalori yang terkandung dalam makanan itu.
Masalah lain yang mungkin dapat memengaruhi gizi ialah anoreksia. Kelainan ini
pada umumnya diderita oleh remaja putri, terbanyak pada usia 14 dan 18, karena
“kegilaan” mereka hendak melangsingkan badan. Penderita kelainan ini meningkat terus
dari tahun ke tahun. Gambaran khasnya ialah kehilangan nafsu makan yang berat dan
parah yang disertai oleh amenore kronis. Anoreksia terkait dengan penyusutan berat
badan serta gangguan ovarium.
F. Kebutuhan Akan Zat Gizi Pada Usia Remaja
Penentuan kebutuhan akan zat gizi remaja secara umum didasarkan pada
Recommended Daily Allowances (RDA). Untuk praktisnya, RDA disusun berdasarkan
perkembangan kronologis, bukan kematangan. Karena itu, jika konsumsi remaja kurang
dari jumlah yang dianjurkan, tidak berarti kebutuhannya belum tercukupi. Status gizi
remaja harus dinilai secara perorangan, berdasarkan data yang diperoleh dari
pemeriksaan klinis, biokimiawi, antropometris, diet, serta psikososial.
Banyaknya energy yang dibutuhkan remaja dapat diacu pada table RDA. Secara
garis besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energy ketimbang remaja putri. Pada
usia 16 tahun remaja putera membutuhkan sekitar 3.470 kkal per hari, dan menurun
menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja putri memuncak pada usai 12
tahun (2.550 kkal), kemudian menurun menjadi 2.200 kkal pada usia 18 tahun.
Perhitungan ini didasarkan pada stadium perkembangan fisiologis, bukan usia
kronologis. Wait dkk. Menganjurkan penggunaan kkal per cm tinggi badan sebagai
penentu kebutuhan akan energy yang lebih baik. Perkiraan energy untuk remaja putera
berusia 11-18 tahun yaitu 13-23 kkal/cm, sementara remaja putri dengan usia yang sama
yaitu 10-19 kkal/cm.
Perhitungan besarnya kebutuhan akan protein berkaitan dengan pola tumbuh, bukan
usia kronologis. Untuk remaja putera, kisaran besarnya kebutuhan ini ialah 0.29-0.32
g/cm tinggi badan. Sementara remaja putri hanya 0.27-0.29 g/cm. Kebutuhan akan semua
jenis mineral juga meningkat. Penigkatan kebutuhan akan besi dan kalsium paling
mencolok karena kedua mineral ini merupakan komponen penting pembentuk tulang dan
otot. Asupan kalsium yang dianjurkan sebesar 800 mg (praremaja) sampai 1.200 mg
remaja.
Peningkatan kebutuhan energy dan zat gizi sekaligus memerlukan tambahan
vitamin di atas kebutuhan semasa bayi dan anak. Asupan thiamin, riboflavin, dan niacin
harus ditambah sejajar dengan pertambahan energy. Vitamin ini diketahui berperan
dalam proses pelepasan energy dari karbohidrat. Percepatan sintesis jaringan
mengisyaratkan pertambahan asupan vitamin B6, B12 dan asam folat. Ketiga jenis
vitamin ini berperan dalam sintesis RNA dan DNA. Untuk menjaga agar sel dan jaringan
baru tidak cepat rusak, asupan vitamin A, C, dan E juga perlu ditingkatkan disamping
vitamin D karena perannya dalam proses pembentukan tulang. Kadar vitamin C dalam
serum remaja cukup rendah (Dep. Perranian AS, Guenter dkk, 1986), terutama mereka
yang mematangkan sayur dan buah serta perokok.

G. Cara Mengatasi Masalah Nutrisi Pada Usia Remaja


Peran pemerintah untuk program gizi masyarakat dengan tujuan penanggulangan
masalah gizi sudah banyak yang diluncurkan, antara lain:
a. Program Edukasi Gizi
Upaya-upaya pendidikan gizi pada remaja lebih efektif dilakukan di sekolah, khususnya
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA),
karena pada masa ini remaja mengalami pertumbuhan cepat (growth spurt) setelah
pertumbuhan pada masa balita.

b. Program Suplementasi Gizi


Suplementasi adalah penambahan satu atau lebih unsur pada keadaan yang biasa terjadi.
Suplementasi gizi adalah satu atau lebih zat gizi yang ditambahkan ke konsumsi
makanan sehari-hari dengan harapan terpenuhi kebutuhan gizinya.
Contoh: melalui pemberian makanan maupun produk zat gizi seperti pil besi dan
vitamin A.

c. Program Fortifikasi Bahan Makanan


Fortifikasi adalah penambahan zat gizi tertentu ke dalam bahan makanan dengan tujuan
agar masyarakat terhindar dari defisiensi (kekurangan) zat gizi tersebut. Biasanya, zat
gizi yang ditambahkan adalah zat gizi mikro yang masih menjadi masalah di Negara
bersangkutan atau berisiko untuk menjadi masalah jika tidak dilakukan fortifikasi pada
bahan makanan tersebut.
Contoh: Umumnya bahan makanan itu adalah bahan makanan yang biasa dikonsumsi
oleh masyarakat dan iodium pada garam ataupun fortifikasi besi pada tepung.

H. Perhitungan energy
Dasar perhitungan kebutuhan energi
a. Kandungan energy dalam makanan
Muatan energy di dalam makanan bergantung terutama pada kandungan protein,
lemak, karbohidrat dan alkoholnya. Komponen organic lain seperti (asam organic)
menyumbang hanya sejumlah kecil energy dibandingkan sebagian besar makanan. Air
tidak mengundang energy, melainkan bertindak hanya sebagai zat pelarut. Karena itu,
keterkandungan air di dalam makanan akan memengaruhi kadar atau kepadatan
kandungan energy makanan tesebut.
Jumlah energy dalam makanan atau zat gizi, dapat ditentukan dengan jalan
membakar makanan tersebut di dalam bom calorimeter. Panas yang kemudian
dihasilkan diukur. Tiap jenis makanan akan mengeluarkan sejumlah energy tertentu
jika dibakar atau dimetabolisasi oleh tubuh. Jumlah kalori yang kemudian dihasilkan
bergantung pada komposisi makanan tersebut (protein, karbohidrat, dan lemak).
Besarnya panas yang dihasilkan oleh tiap gram sampel protein, karbohidrat, dan
lemak murni berturut-turut adalah 5.65; 4.10; dan 9.45 kkal (sementara alcohol 7.10
kkal).
Makanan yang telah dikonsumsi tidak seluruhnya dapat dicerna dan diserap
dengan sempurna. Karena itu penting sekali diketahui besaran ketercernaan makanan
tersebut. Pada keadaan normal, keterserapan protein, lemak, dan karbohidrat berturut-
turut sebesar 92%, 95%, dan 96%.
b. Kandungan energy total di dalam tubuh
Kandungan energy di dalam tubuh bergantung pada ukuran dan komposisi
tubuh, dan dapat dihitung berdasarkan ke dua hal tersebut. Contohnya, komposisi
tubuh kimia laki-laki yang mempunyai berat badan normal 65 kg adalah kira-kira 11
kg protein, 9 kg lemak, 1 kg karbohidrat, 40 kg air, dan 4 kg mineral. Air dan
mineral tidak mengandung energy.
Kandungan energy tubuh total dapat dihitung menjadi 150.000 kkal. Lebih
kurang setengah dari jumlah ini berada dalam struktur protein penting dalam tubuh,
sementara sisanya (sebagian besar lemak) merupakan cadangan yang jika diperlukan
dapat dimobilisasi. Pada penderita obese, cadangan ini sangat besar. Begitu pula
sebaliknya, pada orang kurus jumlah tersebut kecil.

c. Kebutuhan ebergi
Kebutuhan energy orang yang sehat dapat diartikan sebagai tingkat asupan
energy yang dapat dimobilisasi dari makanan yang akan menyeimbangkan keluaran
energy, ditambah dengan kebutuhan tambahan untuk pertumbuhan, kehamilan dan
penyusuan yaitu energy makanan yang diperlukan untuk memelihara keadaan yang
telah baik.

d. Basal Metabolic Rate (BMR)


Komponen terbesar dari keluaran energy harian adalah BMR. BMR merupakan
pengekspresian sejumlah kalori (kilokalori) yang dikeluarkan oleh tubuh per meter
persegi luas permukaan tubuh setiap jam (kal/jam/m2).
Laju metabolisme basal ini dapat diukur dengan calorimeter tak langsung, dan
diartikan sebagai energy yang dikeluarkan oleh seseorang setelah 12-14 jam berpuasa
(biasanya sepanjang malam) sementara secara mental dan fisik beristirahat pada
lingkungan bersuhu netral. BMR sering diambil untuk mewakili tingkat minimal
keluaran enrgi tiap hari, meski telah diketahui BMR bukanlah nilai yang baku, dan
bahwa energy yang keluar selama tidur jatuh dibawah tingkat BMR.
Banyak factor (terbagi menjadi dua):
- Faktor primer antara lain luas permukaan tubuh, jenis kelamin, usia, komposisi
tubuh, keaktifan kelenjar penghasil hormon (tiroid, insulin, glucagon, hormone
pertumbuhan, prolactin, dan MSH), serta kehamilan.
- Faktor sekunder yang berpengaruh adalah status gizi, tidur, demam, dan kegiatan.

cara menghitung BMR:


cara perhitungan menggnakan factor koreksi. Dengan cara ini, BMR diperkirakan
melalui perkalian “factor” (0.9-1.0) dengan berat badan selama 24 jam. Dengan
demikian, BMR untuk wanita 0.9 x BB (kg) x 24 jam; dan laki-laki 1.0 x BB (kg) x
24 jam. Jika seorang laki-laki, misalkan, mempunyai berat badan 60 kg; maka BMR
laki-laki itu selama 24 jam ialah:
1 x 60 x 24 = 1440 kkal (bandingkan dengan hasil yang diperoleh jika digunakan
rumus Harris-Bennedict).
Table Rumus Harris-Bennedict
BMR = 66.42 + (13.75 BB) + (5 TB) – (6.78 U)
BMR = 655.1 + (9.65 BB) + (1.85 TB) – (4.68 U)

Keterangan:
BMR = Basal Metabolic Rate (kkal)
BB = Berat Badan (dalam kilogram).
berat yang digunakan bergantung pada
tujuan perhitungan energy ini, dapat berat normal,
berat ideal, atau berat sekarang.
TB = Tinggi badan (dalam meter)
U = Usia
Adapun hasil perhitunga BMR dengan persamaan Harris-Bennedict,
berdasarkan penelitian Daly, dkk. (1985) berlebih 10-15%, sementara hasil riset Long
dkk. (1979, 1980) menunjukan bahwa kelebihan tersebut hanya sebesar 3%. Dengan
demikian, hasil perhitungan dengan persamaan ini harus dipotong sebanyak kelebihan
tersebut (sebagian besar literature menuliskan angka 10%).

Perhitungan Energi Remaja


Dalam menentukan besaran kebutuhan akan kalori, penentuan usia ginekologik
lebih penting ketimbang usia kronologis. Sebab, pertmbuhan linear belum optimal
sebelum mencapai usia ginekologik 4-5 tahun. Usia ginekologik adalah jumlah tahun
yang dihabiskan setelah seorang wanita mengalami menstruasi pertama (menarche).
Pertambahan berat badan dari usia ginekologik selama 1-5 tahun berturut-turut adalah
4.8 kg (tahun I), 2.8 kg (tahun II), 1.0 kg (tahun III), dan), 0.8 kg (tahun IV-V).

Dengan demikian jika seorang wanita baru sekali datang haid, dan kemudian
hamil, maka selama kehamilannya dia bukan saja harus menambah berat badan
sebanyak 10-12 kg, tetapi juga harus ditambah dengan penambahan berat badan pada
usia ginekologik pertama; yaitu 3.8 kilogram (angka 3.8 diperoleh dari perkalian
9.5/12 x 4.8 kg; 9.5 adalah masa hamil jila dihitung dengan kalender bulanan, dan
angka 12 adalah jumlah bulan dalam setahun).
Bergantung pada berat badan dan tinggi badan sebelum hamil, aturan pertambahan
berat badan total selama hamil ialah:
1. 12.5-18 kg jika BMI < 19.8,
2. 11.5-16 jika BMI = 19.8-26.0,
3. 7-11.5 manakala BMI > 26-29.

You might also like