Professional Documents
Culture Documents
CRS ANAK FIX DR Yelli
CRS ANAK FIX DR Yelli
BANGSAL ANAK
“GASTROENTRITIS AKUT, DEMAM TIFOID, HIPOKALEMIA
RINGAN”
PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA)
RUMAH SAKIT OTAK DR. Drs. MUHAMMAD HATTA BUKITTINGGI
Periode 26 Juni – 19 Agustus 2023
OLEH :
KELOMPOK 1
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang1,2,3,4
Gastroenteritis akut adalah peradangan pada lambung dan usus dengan gejala
diare, mual dan muntah kurang dari 14 hari. Gastroenteritis akut merupakan
penyakit yang memiliki prevalensi kejadian cukup tinggi baik dinegara maju
gastroenteritis akut yaitu diare, dimana diperkirakan diseluruh dunia tercatat tiga
sampai lima miliar kasus setiap tahunnya.1 Diare akut merupakan salah satu
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak, yaitu disebabkan oleh virus,
bakteri atau parasite dan termasuk sindroma malabsorpsi. Diare juga erat
tifoid merupakan penyakit infeksi global dimana diperkirakan 26,9 juta kasus
demam tifoid ditemukan diseluruh dunia. Demam tifoid banyak terjadi terutama
Manifestasi klinis demam tifoid yang timbul dapat bervariasi dari gejala ringan
hingga berat. Gejala demam tifoid yang sering ditemukan adalah demam, malaise,
jarang dilakukan. Pilihan terapi lini pertama dari demam tifoid adalah
golongan fluoroquinolone.3
kalium darah di bawah 3,5 mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah
kalium total tubuh atau adanya gangguan perpindahan ion kalium ke dalam sel.4
3. Apakah terdapat masalah terkait obat yang digunakan untuk terapi pada
ringan ?
1.3 Tujuan
dari penyakit, dan untuk mengetahui ada atau tidaknya tanda/gejala yang
1.4 Manfaat
Diharapkan laporan ini dapat dijadikan salah satu sumber informasi dalam
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gastroenteritis Akut
2.1.1 Definisi1,2
gejala diare, mual dan muntah kurang dari 14 hari. 1 Diare akut adalah buang air
besar pada bayi atau anak lebih dari 3 kali perhari, disertai perubahan konsistensi
tinja mejadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah yang berlangsung kurang dari
satu minggu. Pada bayi yang minum ASI sering frekuensi buang air besarnya
lebih dari 3 – 4 kali per hari, keadaan ini tidak dapat disebut diare, tetapi masih
bersifat fisiologis atau normal. Selama berat badan bayi meningkat normal, hal
seorang anak buang air besar kurang dari 3 kali perhari, tetapi konsistensinya cair,
2.1.2 Etiologi2
patogen telah dapat diidentifikasikan dari penderita diare sekitar 80 % pada kasus
Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme
yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab infeksi utama
timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri dan parasit. Dua tipe
3
dasar dari diare akut oleh karena infeksi adalah non inflammatory dan
inflammatory.
enterotoksin oleh bakteri, destruksi sel permukaan villi oleh virus, perlekatan oleh
diare biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginvasi usus secara langsung
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia
Golongan Bakteri :
1. Aeromonas 8. Salmonella
2. Bacillus cereus 9. Shigella
3. Campylobacter jejuni 10. Staphylococcus aureus
4. Clostridium perfringens 11. Vibrio cholera
5. Clostridium defficile 12. Vibrio parahaemolyticus
6. Escherichia coli 13. Yersinia enterocolitica
7. Plesiomonas shigeloides
Golongan Virus:
1. Astrovirus 5. Rotavirus
2. Calcivirus (Norovirus, Sapovirus) 6. Norwalk virus
3. Enteric adenovirus 7. Herpes simplex virus
4. Coronavirus 8. Cytomegalovirus
Golongan Parasit:
1. Diare akut yaitu, Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
2. Diare Disentri yaitu, Diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri
3. Diare persisten, yaitu Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara terus
menerus. Akibat Diare persisten adalah penurunan berat badan dan gangguan
metabolisme.
4. Diare dengan masalah lain (Diare akut dan Diare persisten) mungkin juga
disertai dengan penyakit lain, seperti demam, gangguan gizi atau penyakit
lainnya.
1) Cokelat, Feses manusia yang berwarna cokelat adalah bentuk kotoran yang
merupakan hasil penghancuran sel darah merah dan sumsum tulang. Saat
kandungan besi pada sel darah merah bercampur dengan bilirubin, lalu
5
2) Cokelat Muda, Warna cokelat yang sangat muda pada kotoran
makanan yang dikonsumsi. Warna ini juga bisa disebabkan oleh gangguan
pada saluran empedu yang bisa disebabkan oleh perlengketan, batu, atau
lainnya. Beberapa obat, seperti bismuth atau obat diare juga dapat
4) Hijau, Jika baru saja konsumsi makanan yang berwarna hijau, seperti
sayuran, feses akan ikut berwarna hijau. Namun, bukan hanya pengaruh
dari makanan, kotoran berwarna hijau juga bisa jadi indikasi tubuh
dikeluarkan.
6) Hitam, Feses berwarna hitam atau sering disebut dengan melena. Ini
2.1.3 Epidemiologi2
6
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang
kesakitan tertinggi pada anak, terutama usia di bawah 5 tahun. Di dunia, sebanyak
6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare dan sebagian besar kejadian
diperoleh bahwa diare masih merupakan penyebab kematian bayi yang terbanyak
yaitu 42% dibanding pneumonia 24%, untuk golongan 1-4 tahun penyebab
2.1.4 Patofisiologi5
Diare adalah ketidak seimbangan dalam penyerapan dan sekresi air dan
(1) Perubahan transpor ion aktif baik dengan penurunan penyerapan natrium
dengan empat kelompok diare klinis yang luas: Sekretori, osmotik, eksudatif,
7
• Diare sekretori terjadi bila ada zat perangsang (misalnya vasoaktif usus
dengan keluarnya lendir, protein, atau darah ke dalam usus. Dengan transit
usus yang berubah, motilitas usus diubah oleh berkurangnya waktu kontak
yang berlebihan.
2.1.5 Diagnosis6
1. Anamnesis
- Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsistensi tinja,
- Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
2. Pemeriksaan Fisik
8
- Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir,
- Berat badan
hipernatremia)
- Ubun ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada , mukosa
- Akral hangat
Dehidrasi ringan sedang/ tidak berat (kehilanagn cairan 5-10% berat badan)
- Ubun ubun besar sedikut cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
9
- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda
tambahan
3. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan tinja tidak rutin dilakukan pada diare akut, kecuali apabila ada
Analisis gas darah dan elektrolit bila secara klinis dicurigai adanya
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit
2.1.6 Penatalaksanaan6
1. Cairan
Tanpa Dehidrasi
mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur < 1 tahun
10
sebanyak 50- 100 mL,umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di
(tidak mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus)
Dehidrasi ringan-sedang
dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan
minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau
laktat atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan
orangtua
Dehidrasi berat
11
- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat
Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat
Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit (lihat PPM PGD)
PPM Nefrologi.
- Kadar K 2,5-3,5 mEq/L, berikan KCl 75 mEq/kg BB per oral per hari
dibagi 3 dosis
- Kadar K <2,5 mEq/L, berikan KCl melalui drip intravena dengan dosis :
2. Seng/Zink
Seng terbukti secara ilmiah terpercaya dapat menurunkan frekuensi buang air
pada anak. Seng Zink elemental diberikan selama 10-14 hari meskipun anak telah
3. Nutrisi
ASI dan makanan dengan menu yang sama saat anak sehat sesuai umur tetap
diberikan untuk mencegah kehilangan berat badan dan sebagai pengganti nutrisi
yang hilang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. Anak
4. Medikamentosa
13
b. Antibiotik
Antibiotik diberikan bila ada indikasi, misalnya disentri (diare berdarah) atau
flora usus sehingga dapat memperpanjang lama diare dan Clostridium difficile
akan tumbuh yang menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian
publikasi yang dipakai saat ini, yaitu kotrimoksazol sebagai lini pertama,
kemudian sebagai lini kedua. Bila kedua antibiotik tersebut sudah resisten maka
c. Antiparasit
amuba vegetative.
5. Edukasi
Kesehatan bila ditemukan hal sebagai berikut: demam, tinja berdarah, makan atau
minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3
Langkah promotif/preventif :
14
(4) Immunisasi campak
2.2.1 Definisi7
oleh infeksi sistemik Salmonella typhi. Prevalensi 91% kasus demam tifoid terjadi
pada umur 3-19 tahun, kejadian meningkat setelah umur 5 tahun. Sembilan puluh
enam persen (96%) kasus demam tifoid disebabkan S. typhi, sisanya disebabkan
lambung kuman mencapai usus halus (ileum) dan setelah menembus dinding usus
sehingga mencapai folikel limfoid usus halus (plaque Peyeri). Kuman ikut aliran
2.2.2 Epidemiologi8
berbagai negera sedang berkembang. Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di
dunia ini sangat sukar ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala
dengan spectrum klinisnya sangat luas. Salmonella typhi dapat hidup di dalam
15
mengeksresikannya melalui sekret saluran nafas, urin dan tinja dalam jangka
waktu yang sangat bervariasi. Salmonella typhi yang berada di luar tubuh manusia
dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di dalam air, es, debu atau
kotoran yang kering maupun pada pakaian. Akan tetapi Salmonella typhi hanya
dapat hidup kurang dari 1 mingguu pada raw sewage, dan mudah dimatikan
minuman/makanan yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau
2.2.3 Etiologi8
oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen
kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin.
Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid faktor-R yang berkaitan dengan
2.2.4 Patofisiologis8
Pada Buku Ajar infeksi & Pediatri Tropis Edisi Kedua dijelaskan bahwa
dalam tubuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dengan suasana asam
16
gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor histamin H., inhibitor pompa
proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri
yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri melekat pada
sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus,
tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer's
limfe usus halus, mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang
melewati sirkulasi sistemik sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa.
a. Anamnesis
Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir
minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi. Anak sering
mengigau (delirium), malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala, nyeri perut, diare
atau konstipasi, muntah, perut kembung. Pada demam tifoid berat dapat dijumpai
b. Pemeriksaan Fisis
Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi.
Kesadaran menurun, delirium, sebagian besar anak mempunyai lidah tifoid yaitu
17
c. Pemeriksaan Penunjang
- Limfositosis relative
2. Pemeriksaan Serologi
4. Pemeriksaan Radiologik
- Pada perforasi usus tampak : distribusi udara tak merata, airfluid level,
2.2.6 Tatalaksana10
Sebagian besar pasien demam tifoid dapat diobati di rumah dengan tirah
18
pemberian antibiotik. Sedangkan untuk kasus berat harus dirawat di rumah sakit
1. Terapi Farmakologi
Terapi Antibiotik
Pemilihan obat antibiotik lini pertama pengobatan demam tifoid pada anak
pertama pengobatan demam tifoid pada anak, terutama di negara berkembang. Hal
ini berbeda dengan dewasa, dimana obat antibiotik lini pertamanya adalah pilihan
demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 100 mg/kgBB/hari dibagi dalam
4 kali pemberian selama 10-14 hari atau sampai 5-7 hari setelah demam
turun, sedang pada kasus dengan malnutrisi atau penyakit, pengobatan dapat
tingginya angka relaps dan karier. Namun pada anak hal tersebut jarang
dilaporkan.
19
b. Ampisilin memberikan respons perbaikan klinis yang kurang apabila
- Sefotaksim 150-200 mg/kg/ hari dibagi dalam 3-4 dosis efektif pada
isolat yang rentan. Efikasi kuinolon baik tetapi tidak dianjurkan untuk
anak.
- Menjaga kecukupan asupan cairan, yang dapat diberikan secara oral maupun
parenteral.
- Diet bergizi seimbang, konsistensi lunak, cukup kalori dan protein, rendah
serat.
2.3 Hipokalemia11,12
2.3.1 Definisi11
yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah kalium total tubuh atau adanya
Derajat Hipokalemia :
- Hipokalemia berat: kadar serum < 2,5 mEq/L. Hipokalemia <2 mEq/L
2.3.2 Etiologi12
ginjal)
21
2.3.3 Epidemiologi12
gagal ginjal, malnutrisi, dan syok. Hipotermia dan peningkatan produksi sel darah
karena terapi obat mereka. Hipokalemia juga lazim terjadi pada pasien rawat inap,
khususnya pasien anak-anak, mereka yang mengalami demam dan mereka yang
sakit kritis. Selain itu, di negara berkembang, peningkatan risiko kematian diamati
pada anak-anak ketika hipokalemia berat dikaitkan dengan diare dan malnutrisi
berat.
2.3.4 Patofisiologi12
melimpah dan terlibat dalam regulasi sel dan beberapa proses seluler. Fraksi
kalium dalam cairan ekstraseluler kecil. Oleh karena itu, kadar plasma atau serum
bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk simpanan kalium total
ekskresi ginjal dan, pada tingkat yang lebih rendah, kehilangan gastrointestinal.
22
kemampuan ginjal untuk meminimalkan ekskresi kalium secara efektif. Namun,
penyebab lain, seperti malnutrisi atau terapi diuretik. Penyerapan seluler kalium
natrium dan/atau ion yang tidak dapat diserap (terapi diuretik, defisiensi
dengan diare berat atau kronis menjadi penyebab hipokalemia ekstrarenal yang
paling umum.
2.3.5 Diagnosis13
diuretic, antibiotic), diet, kebiasaan makan, dan gejala yang mengarah pada
fisik harus memberi perhatian khusus pada tekanan darah dan tanda-tanda
dan elektrolit.
2.3.6 Tatalaksana
23
a. Cara Pemberian Kalium
3,5 mEq/L) dapat diberikan KCl oral 20 mEq/L 3-4 kali sehari, dan
asidosis metabolic.
• Jalur intravena harus dibatasi hanya pada pasien yang tidak dapat
paralisis dan aritmia). K-Cl harus selalu diberikan dalam larutan garam,
24
d) Bila kalium <3 mE/L dan asimtomatik, diberikan IV dosis rumatan
tinggi
menggunakan nilai pH
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Identitas Pasien
Nomor RM : 0016XXXX
Nama : An. K
Hipokalemia Ringan.
3.2 Anamnesis
lebih 4 x .
dimuntahkan kembali.
klinik pada Senin (17/07) pagi karena muntah, diberikan obat muntah. Pada
Selasa (18/07) malam dibawa ke klinik kembali karena demam dan diberikan
Paracetamol.
Tekanan Darah :/
Nadi : 86 kali/menit
26
Pernafasan : 20 kali/menit
Suhu : 37⁰C
Berat Badan : 10 kg
(V) : 5.
Wheezing (-).
3.8 Pengobatan
29
30
3.9 Lembar Penggunaan Obat
31
32
3.10 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
SOAP Keterangan
20 Juli 2023 ( 15 ; 36 WIB) Perawat
S Mencret 1 x per hari selama 3 hari, Riwayat muntah (+) penurunan
nafsu makan (+) minum agak kurang. Demam (-) batuk (-) sesak (-)
keluhan lain tidak ada. Intake terakhir dalam 24 : susu saja 2 x 90
cc
O Pemeriksaan fisik :
TD : /
BB : 10 kg
Nadi :86 x/ menit
Kesadaran : KOMPOSMENTIS
Frekuensi nafas : 24 x/menit
GCS : E : 4 : M : 6 : V : 5
A Suhu : 37⁰C
P Diare deficit nutrisi
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan
diare berkurang dan nutrisi meningkat.
20-07-2023 ( 22:49 WIB ) Perawat
S Mencret 1 x perhari selama 3 hari, Riwayat muntah (+) penurunan
nafsu makan (+) minum agak kurang. Demam (-) batuk (-) sesak (-)
keluhan lain tidak ada.
Pemeriksaan fisik :
O TD : /
BB : 10 kg
Nadi :86 x/ menit
Kesadaran : KOMPOSMENTIS
Frekuensi nafas : 24 x/menit
GCS : E : 4 : M : 6 : V : 5
33
Suhu : 37⁰C
Diare Defisit Nutrisi
A Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 2 x 24 jam diharapkan
P diare berkurang dan nutrisi meningkat.
21-07-2023 ( 07 : 25 WIB ) Dokter Ruangan
34
BB/TB = antara -1 – (-2) (wasted)
Nadi : 90 x/menit
Kesadaran : Komposmentis
Frekuensi : 24 x/menit
Suhu : 36,4⁰C
GCS : E : 4 M : 6 V : 5
Turgor kurang
A Gastroenteritis akut Low Intake gizi kurang Hipokalemia ringan
Albumin, globulin, LED Tubex Montoux test
P IVFD KAEN 1B + KCl 10 mEq kolf 11 gtt/menit makro
Zink 1 x 20 mg
ML DSC 1100 kkal
Parasetamol 4 x 1 cth KP
Domperidone 3 x 2,5 mg KP
Kalium 3 x 275 mg
21-07-2023 ( 09 : 08 WIB ) Perawat
S Mencret (-), Riwayat muntahh (-) penurunan nafsu makan (+)
minum agak kurang. Demam (-) batuk (-) sesak (-) keluhan lain
tidak ada.
O Pemeriksaan fisik :
TD : /
BB : 11,4 kg
Nadi :86 x/ menit
Kesadaran : KOMPOSMENTIS
Frekuensi nafas : 24 x/menit
GCS : E : 4 : M : 6 : V : 5
A Suhu : 36,⁰C
P Defisit nutrisi
Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 2 x 24 jam nutrisi
meningkat
35
21-07-2023 ( 09 : 13 WIB ) Nutrisionis
S BB : 11,4 kg, status gizi : kurus tingkat berat, IMT < 17, Gula darah
: 137, klinik/fisik mencret, muntah, penurunan nafsu makan, pola
makan 3x/hari minum susu balita 3x/hari. Suka ngemil makanan
ringan
D Asupan kurang berkaitan mual dan penurunan nafsu makan ditandai
asupan kurang dari 80% kebutuhan
Kebutuhan gizi : energi : 1000, protein : 20, lemak : 30,
I karbohidrat : 210, diit : seimbang. Bentuk makanan lunak. 3x
makanan utama 1x selingan. Cara pemberian oral
E Asupan gizi
M Makanan RS dapat dihabiskan
21-07-2023 ( 21 : 20 WIB ) Perawat
S Penurunan nafsu makan (+) minum agak kurang. Pasien Riwayat
mencret.
O Pemeriksaan fisik :
TD : /
BB : 11,4 kg
Nadi : 98 x/ menit
Kesadaran : KOMPOSMENTIS
Frekuensi nafas : 24 x/menit
GCS : E : 4 : M : 6 : V : 5
Suhu : 36,6⁰C
A Defisit nutrisi
P Setelah dilakukan Tindakan keperwatan 2 x 24 jam nutrisi
meningkat
22-07-2023 ( 10:02 WIB ) Dokter DPJP
S Nafsu makan (+) minum mulai banyak. Mencret (-) muntah (-)
Pemeriksaan fisik :
36
O TD : /
BB : 10,9 kg
Nadi : 90 x/ menit
Kesadaran : KOMPOSMENTIS
Frekuensi nafas : 24 x/menit
GCS : E : 4 : M : 6 : V : 5
Suhu : 36,5⁰C
Tubex +6
LED 25/jam
A Gastroenteritis akut, low intake gizi kurang, hipokalemia ringan,
demam tifoid
Besok cek elektrolit
P IVFD KAEN 1B + KCl 10 mEq kolf 11 gtt/menit makro
Zink 1 x 20 mg
ML DSC 1100 kkal
Parasetamol 4 x 1 cth KP
Domperidone 3 x 2,5 mg KP
Kalium 3 x 275 mg
Ceftriaxone 1 x 1 gr/iv
22-07-2023 ( 12 : 38 WIB ) Farmasi
S Nafsu makan (+) minum mulai banyak. Pasien Riwayat mencret
Pemeriksaan fisik :
O TD : /
BB : 10,9 kg
Nadi : 90 x/ menit
Kesadaran : KOMPOSMENTIS
Frekuensi nafas : 24 x/menit
GCS : E : 4 : M : 6 : V : 5
Suhu : 36,5⁰C
Natrium 134 mmol/L
37
Kalium 3.3 mmol/L
Tubex +6
IVFD KAEN 1B + KCl 10 mEq kolf 11 gtt/menit makro
Zink 1 x 20 mg
ML DSC 1100 kkal
Parasetamol 4 x 1 cth KP
Domperidone 3 x 2,5 mg KP
Kalium 3 x 275 mg
Ceftriaxone 1 x 1gr/iv
A Terapi saat ini sudah sesuai indikasi
P Pantau efektivitas obat, pantau gejala yang berhubungan dengan
ROTD
22-07-2023 ( 21 : 21 WIB ) Perawat
S Nafsu makan (+) minum mulai banyak. Pasien Riwayat mencret.
Pemeriksaan fisik :
O TD : /
BB : 10,9 kg
Nadi : 90 x/ menit
Kesadaran : KOMPOSMENTIS
Frekuensi nafas : 24 x/menit
GCS : E : 4 : M : 6 : V : 5
Suhu : 36,5⁰C
A Resiko defisit nutrisi
P Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 2 x 24 jam nutrisi
meningkat
23-07-2023 ( 10:58 WIB ) Perawat
S Nafsu makan (+) minum mulai banyak. Mencret (-), demam (-)
Pemeriksaan fisik :
O TD : /
BB : 10,9 kg
38
Nadi : 92 x/ menit
Kesadaran : KOMPOSMENTIS
Frekuensi nafas : 24 x/menit
GCS : E : 4 : M : 6 : V : 5
Suhu : 36,8⁰C
A Resiko defisit nutrisi
P Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 2 x 24 jam nutrisi
meningkat
24-07-2023 ( 08 : 33 WIB ) Dokter ruangan
S Nafsu makan (+) minum mulai banyak. Mencret (-), demam (-)
Pemeriksaan fisik :
O TD : /
BB : 11,3 kg
Nadi : 96 x/ menit
Kesadaran : KOMPOSMENTIS
Frekuensi nafas : 24 x/menit
GCS : E : 4 : M : 6 : V : 5
Suhu : 36,8⁰C
A GEA Hipokalemia
P Sesuai advis DPJP
24-07-2023 ( 09 : 29 WIB ) Dokter DPJP
S Nafsu makan (+) minum mulai banyak. Mencret (-), demam (-),
BAB 3 hari
O Pemeriksaan fisik :
TD : /
BB : 11,3 kg
Nadi : 96 x/ menit
Kesadaran : KOMPOSMENTIS
Frekuensi nafas : 24 x/menit
GCS : E : 4 : M : 6 : V : 5
39
Suhu : 36,2⁰C
Abdomen : hipertimpani (+), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-)
Montoux test (-)
Gastroenteritis akut, low intake gizi kurang, hipokalemia ringan,
A demam tifoid.
Terapi dilanjutkan.
P KSR stop
24-07-2023 ( 21 : 41 WIB ) Perawat
S Nafsu makan (+) minum mulai banyak. Mencret (-), demam (-)
Pemeriksaan fisik :
O TD : /
BB : 11,3 kg
Nadi : 96 x/ menit
Kesadaran : KOMPOSMENTIS
Frekuensi nafas : 24 x/menit
GCS : E : 4 : M : 6 : V : 5
Suhu : 36,5⁰C
A Resiko defisit nutrisi
P Setelah dilakukan Tindakan keperawatan 2 x 24 jam nutrisi
meningkat
25-07-2023 ( 09 : 20 WIB ) Dokter DPJP
S Nafsu makan (+) minum mulai banyak. Mencret (-), demam (-),
O Pemeriksaan fisik :
TD : /
BB : 10,9 kg
Nadi : 100 x/ menit
Kesadaran : KOMPOSMENTIS
Frekuensi nafas : 26 x/menit
GCS : E : 4 : M : 6 : V : 5
Suhu : 36,3⁰C
40
Lain-lain tidak ditemukan kelainan
A Gastroenteritis akut, low intake gizi kurang, hipokalemia ringan,
demam tifoid.
P Boleh pulang.
41
3.11 Analisis DRPs (Drug Related Problems)
42
Apakah pemilihan obat
sudah
mempertimbangkan
kondisi pasien?
3. Regimen Apakah dosis yang Tidak ada 1. IVFD Kaen 1B + KCL 10 mEq 500
pemberian obat diberikan sudah tepat masalah ml
atau mempertimbangkan Jumlah Cairan x Faktor tetes
Tts/menit=
kondisi klinis pasien? waktu ( jam ) x 60 menit
500 ml x 20 tts/mnit
11 tts/mnit =
Waktu( jam)x 60 menit
Apakah rute, bentuk
Waktu (jam) x 660 tts/mnit = 10.000
sediaan serta cara
tts/mnit
pemberian sudah tepat
10.000tts /mnit
dengan Waktu (jam) =
660 tts/mnit
mempertimbangkan = 15,15 Jam
efikasi, keamanan serta 2. Ceftriaxon 1 x 1 gram
kenyamanan pasien? 50 - 100 mg/kgBB/Hari
Apakah jadwal Dosis : 50 – 100 mg x 10 kg
pemberian obat sudah = 500 – 1000 mg
mempertimbangkan
43
optimalisasi efek terapi, 3. Zinc 1 x 20 mg
meminimalkan efek Umur > 6 bulan 20 mg/hari
samping serta kepatuhan 4. Domperidon 3 x 2,5 mg
pasien? Dosis anak : 0,2 – 0,5 mg/kg, 4 – 8 jam
Dosis : 0,2 – 0,5 mg x 10 kg
Apakah lama pemberian = 2 – 5 mg
obat sudah tepat ? 5. Paracetamol 120 mg/5 mL sirup, 4 x
1 cth
Dosis anak : 10-15 mg/kgBB/kali tiap 4-6
jam (3-4 kali)
Dosis maksimal : 120 – 250 mg
( Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan
Anak)
Dosis : 10 – 15 x 10 kg
= 100 – 150 mg
6. KSR 3 x 275 mg
44
5. Alergi Obat atau Apakah pasien alergi atau Tidak ada Pasien tidak memiliki alergi atau tidak dapat
Intoleransi tidak dapat mentoleransi masalah mentoleransi obat yang diberikan
obat yang diberikan?
6. Efek Samping Apakah pasien Tidak ada Pasien tidak memiliki gejala atau masalah
Obat mengalami gejala atau masalah medis yang diinduksi obat atau yang
masalah medis yang berhubungan dengan obat yang diberikan
diinduksi obat atau yang
berhubungan dengan obat
yang diberikan ?
7. Interaksi obat Apakah ditemukan Tidak ada Tidak ada interaksi obat dengan obat,
interaksi obat? apakah masalah maupun obat dengan makanan.
signifikan secara klinis?
45
Apakah signifikan secara
klinis?
Apakah ditemukan
interaksi obat dengan
hasil pemeriksaan
laboratorium? Apakah
signifikan secara klinis?
8. Penyalahgunaan Apakah pasien Tidak ada Pasien tidak memiliki riwayat
obat mempunyai riwayat masalah penyalahgunaan obat dan tidak ditemukan
penyalahgunaan obat? gejala putus obat
Apakah ditemukan gejala
putus obat?
9. Kegagalan Apakah pasien gagal Tidak ada Tidak ada penghalang pasien untuk
memperoleh memproleh obat akibat masalah mendapatkan obat
obat kesalahan sistem atau
kepatuhan?
Apakah ditemukan
penghalang pasien untuk
46
mendapatkan obat ?
10. Permasalahan Apakah obat yang dipilih Tidak ada Obat yang dipilih sudah cost effective
keuangam sudah cost effective masalah Pasien mampu membayar biaya obatnya
Apakah pasien mampu
membayar biaya
obatnya?
11. Pengetahuan Apakah pasien mengerti Tidak ada Pasien mengerti tentang obat yang dipakai
dan tentang obat yang dipakai masalah
kepatuhanpasien (cara penggunaan dan
trekait obat efek samping potensial)
yang digunakan Apakah pasien dapat
memanfaatkan alat bantu
belajat (melalui tulisan ,
alat peraga atau alat
pengingat minum obat)
Apakah pasien patuh
minum obat ?
47
Masalah Medis Tujuan Obat yang dipilih Parameter Nilai yang Monitoring
Farmakoterapi Monitor diinginkan Frekuensi
Gastroenteritis Menghentikan diare Zinc 20 mg Konsistensi dan Frekuensi BAB Setiap 1 x 24 jam
akut frekuensi BAB max 3 x sehari
Hipokalemia Kadar kalium KSR 275 mg Kadar kalium Kalium : 3,5 – 5,1 Setiap hari
memenuhi rentang mmol/L
normal
Demam tifoid Eradinasi bakteri Ceftriaxon Nilai leukosit Kadar Leukosit Setiap hari
Salmonella thypii injeksi i.v memenuhi rentang normal :
(antibiotik) normal 6 – 17 103/µL
Untuk mengatasi Paracetamol Suhu tubuh Suhu tubuh Setiap 6 jam
demam syr 4 x 1 cth normal
(120 mg/5 mL)
(antipiretik)
Mual dan Mengatasi mual dan Domperidon 3 Frekuensi muntah Tidak muntah Setiap hari
muntah muntah x 2,5 mg
48
No. Tujuan Rekomendasi Parameter Nilai yang 20 Juli 21 Juli 22 Juli 23 Juli 24 Juli 25 Juli
Farmakoterapi Terapi Monitor diinginkan 2023 2023 2023 2023 2023 2023
rentang normal
3 Demam tifoid Cefrtiaxone Eradikasi Jumlah 36⁰C 36,4⁰C 36,5⁰C 36,8⁰C 36,2⁰C 36,3⁰C
gram Salmonella
thypii
(120 mg/5
mL)
49
(antipiretik)
50
. Dosis ESO Tanggal Uraian
1 IVFD KAEN1B 11 Nyeri, kulit terkelupas, infeksi, Obat diganti/dosis 20 Juli Pasien
+ KCl 10 mEq tts/menit yang dapat ditandai dengan luka diturunkan/diberi 2023 tidak
500 ml lama sembuh, dan bernanah, obat yang dapat mengalami
kelebihan cairan, Hiperkalsemia. mengatasi ESO efek
samping
2 Ceftriaxone 1 gram Reaksi hematologi, gangguan Obat diganti/dosis 22 Juli Pasien
saluran cerna, reaksi kulit. diturunkan/diberi 2023 tidak
obat yang dapat mengalami
mengatasi ESO efek
samping
3 Zinc 20 mg Penggunaan dosis tinggi pada Obat diganti/dosis 20 Juli Pasien
jangka lama dapat menyebabkan diturunkan/diberi 2023 tidak
penurunan absorbsi tembaga. obat yang dapat mengalami
Mual, muntah, rasa pahit pada mengatasi ESO efek
lidah. samping
4 KSR 275 mg Perut kembung, nyeri perut, mual, Obat diganti/dosis 20 Juli Pasien
muntah, dan diare diturunkan/diberi 2023 tidak
obat yang dapat mengalami
mengatasi ESO efek
51
samping
5 Domperidon 2,5 mg Kram perut ringan. Peningkatan Obat diganti/dosis 20 Juli Pasien
kadar prolaktin serum, diturunkan/diberi 2023 tidak
menyebabkan galaktore dan obat yang dapat mengalami
ginekomastia; mulut kering, sakit mengatasi ESO efek
kepala, diare, ruam kulit, rasa samping
haus, gangguan cemas (ansietas)
dan gatal
6 Paracetamol syr 120 mg/5 Reaksi alergi, ruam kulit berupa Obat diganti/dosis 20 Juli Pasien
mL aritema atau urtikaria, kelainan diturunkan/diberi 2023 tidak
darah, hipotensi, kerusakan hati obat yang dapat mengalami
mengatasi ESO efek
samping
52
BAB IV
PEMBAHASAN
Otak Dr. Drs. M. Hatta Bukittinggi. Pasien datang ke IGD pada tanggal 20 Juli
2023 pada pukul 14.55 WIB, dengan keluhan utama yaitu pasien muntah pada
hari minggu malam, dan keesokan harinya anak mengalami mencret. Berdasarkan
wawancara dengan orang tua pasien (Ibu) An. K mengalami diare dan muntah
sejak tanggal 16 Juli 2023, dan sempat berobat ke klinik terdekat namun tidak ada
perbaikan. Pada tanggal 20 Juli 2023 An. K dibawa ke IGD dengan tampak visual
fisik lesu, dan lemas. Pasien An. K kurang makan dan minum karena setiap
makan dimuntahkan kembali. Pasien juga mengalami penurunan berat badan dari
12 kg menjadi 10 kg.
Kondisi umum pasien anak sedang, dengan berat badan 10 kg. Diagnose
saat di IGD yaitu Diarrhea and gastroenteritis. Terapi yang didapatkan pasien
berupa IVFD KAEN1B + KCl 10 mEq kolf 11 gtt/menit makro, lalu zinc 1 x 20
mg, paracetamol syrup 4 x 1 cth, domperidone 3 x 2,5 mg, KSR 3 x 275 mg.
Setelah dapat penanganan dari IGD, pasien dirujuk untuk menuju ruang rawat
inap. Pada saat pasien sudah berada dirawat inap dilakukan assasment selanjutnya
dan guna untuk perbaikan dari keadaan pasien anak yang belum membaik. Pada
assasment hari pertama tanggal 21 Juli 2023 masih sama dengan keluhan pada
saat di IGD tidak ada keluhan yang lain, tetapi akan dilakukan cek Tubex untuk
tifoid didapatkan hasil pada pemeriksaan tubex yaitu positif skala 6 dan diberikan
53
terapi Ceftriaxon injeksi 1 x 1 gram. Pemberian injeksi ceftriaxone 1 x 1 gram
diberikan kepada pasien anak yang mana ceftriaxone ini merupakan antibiotic
efek samping kloramfenikol pada anak yaitu dapat menyebabkan anemia dan
Terapi untuk mengatasi diare pada pasien An. K diberikan zinc 20 mg.
Zinc dapat menurunkan frekuensi buang air besar dan volume tinja sehingga dapat
selama 10 – 14 hari meskipun anak tidak mengalami diare. Dengan regimen dosis
untuk umur anak dibawah 6 bulan yaitu 10 mg/hari. Sedangkan untuk umur anak
Terapi lain yang didapatkan pasien anak di IGD sebelumnya adalah IVFD
untuk membantu mengganti cairan dan elektrolit pada kondisi dehidrasi pada
pasien yang kekurangan akan kebutuhan karbohidrat oral, dan dapat dikatakan
sebagai terapi awal terhadap kehilangan cairan elektrolit pada pasien anak.
Pada tanggal 22 Juli 2023, pasien sudah tidak mengalami mencret dan
muntah, tetapi untuk nafsu makan masih kurang. Dan direncanakan untuk cek
elektrolit karena kadar kalium pada pasien itu 3,3 mmol/L dibawah rentang
terapi yaitu KSR 3 x 275 mg. Hasil pengecekan elektrolit pada tanggal 23 Juli
54
2023 kadar kalium sudah masuk kedalam rentang normal yaitu 4.1 mmol/L
sehingga pemberian terapi KSR diberhentikan. Untuk keluhan mual dan muntah
sudah tidak lagi sehingga pemberian terapi untuk mengatasi mual dan muntah
Pada tanggal 24 Juli 2023 pasien An. K sudah tidak lagi mencret, mual
dan muntah juga sudah tidak lagi, konsistensi BAB juga sudah normal. Tetapi
nafsu makan An. K masih kurang, untuk terapi tetap lanjut dan ditambahakan
dengan asupan pisang. Pada tanggal 25 Juli 2023 nafsu makan sudah meningkat,
berat badan An. K dari awal masuk RS 10 kg menjadi 10,9 kg sehingga harus
tetap ditingkatkan lagi untuk makannya. Mual dan muntah sudah tidak lagi, BAB
Dari semua pemberian obat yang diberikan tidak ditemukan DRP yang
mana obat-obatan yang diberikan sesuai indikasi dan terapi yang dibutuhkan.
Hubungan antara terapi obat dengan masalah medis sudah tepat, kesesuaian terapi
sudah tepat, regimen obat tidak ada masalah, tidak ada duplikasi terapi, tidak ada
efek samping obat pada pasien anak, tidak ada kegagalan untuk menerima terapi
dan pasien.
55
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa:
c. Tidak terdapat masalah terkait obat yang digunakan untuk terapi pada
pasien anak.
5.2 SARAN
Disarankan kepada tenaga kefarmasian khususnya Apoteker untuk dapat
56
DAFTAR PUSTAKA
3. Levani, Yelvi, And Aldo Dwi Prastya. 2020. “Demam Tifoid : Manifestasi
Tatalaksana
8. Soedarmo, Sumarmo S Poorwo Et Al. 2008. “Buku Ajar Infeksi & Pediatri
57
9. Pudjiadi, Antonius. H. dkk. 2009. Demam Tifoid: Pedoman Pelayanan Medis
10. Soedarmo, Sumarmo S Poorwo Et Al. 2008. “Buku Ajar Infeksi & Pediatri
Tatalaksana
Tatalaksana, 106-108
14. Pudjiadi, Antonius. H. dkk. 2011. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter
58