You are on page 1of 61

LAPORAN PENDOKUMENTASIAN PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

DASAR PROFESI PADA NY.N DENGAN KEBUTUHAN DASAR


OKSIGENASI PADA DIAGNOSA TB PARU DI RUANGAN
CENDRAWASIH ATAS RSU ANUTAPURA PALU
PROVINSI SULAWESI TENGAH

DI SUSUN OLEH
KELOMPOK I

Intan Angelina Dombo WN10323016


Muthiara Andini WN10323026
Sandy Claudio Labulu WN10323046
Indri Ramadhani WN10323015
Silfana WN10323051
Yultin Meliani WN10323062
Leni WN10323019
Puspa Listiany WN10323041

PROGRAM PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA PALU
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Di Persiapkan Dan Di Setujui Oleh Tim Penyusun Program Studi Ners


Profesi Ners Universitas Widya Nusantara

KEPERAWATAN DASAR PROFESI

Mengetahui :
Preseptor Institusi Penamggung Jawab Stase

Ns. Yulta Kadang, S.Kep.,M.Kep Ns. Sri Marnianti Irnawan, S.Kep. M.Kep
NIK.20220901145 NIK : 20220901144

Kordinator Profesi Ners Ketua Program Studi Ners

Ns. Elin Hidayat, S.Kep.,M.Kep Ns. Yulta Kadang, S.Kep.,M.Kep


NIK.20230901156 NIK.20220901145

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus yang
berjudul”Asuhan Keperawatan pada Tn.N dengan kebutuhan dasar Oksigenasi
pada diagnosa TB Paru di Ruangan Cendrawasi Atas RSU Anutapura”.
Terimakasih atas bimbingan dan arahan dari Pembimbing Institusi dan kepada
Pembimbing lahan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan seminar kasus ini.
Tentunya juga berkat Kerjasama dari teman-teman kelompok di praktik stase
Keperawatan Dasar Profesi.

Kami menyadari bahwa laporan seminar kasus ini masih ada kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami mengharapkan saran dan
masukan demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan seminar kasus ini
dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran secara khusus dalam pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan Kebutuhan Dasar Oksigenasi dan dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya profesi keperawatan.

iii
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................1

B. Identifikasi Masalah...............................................................................2

C. Tujuan Penulisan....................................................................................2

D. Manfaat Penulisan..................................................................................3

E. Metode penulisan...................................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................4


A. Konsep Kebutuhan Dasar Nutrisi...........................................................4

1. Definisi..............................................................................................4

2. Anatomi Fisiologi..............................................................................5

3. Perubahan Fungsi..............................................................................9

4. Pemeriksaan Fisik............................................................................10

5. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................11

F. Konsep Keperawatan Teori..................................................................12

1. Pengkajian.......................................................................................12

2. Diagnosa Keperawatan....................................................................16

3. Perencanaan keperawatan................................................................16

4. Implementasi keperawatan..............................................................21

5. Evaluasi Keperawatan.....................................................................21

BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................22


A. PENGKAJIAN.....................................................................................22

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN.........................................................32

iv
H. INTERVENSI KEPERAWATAN.......................................................33

I. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.................................................35

J. EVALUASI KEPERAWATAN..........................................................37

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................40
A. Pengkajian............................................................................................40

K. Patway keperawatan.............................................................................41

L. Diagnosa keperawatan........................................................................41

M. Intervensi..............................................................................................42

N. Implementasi dan Evaluasi..................................................................42

BAB V....................................................................................................................43
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................43
O. KESIMPULAN....................................................................................43

P. SARAN..............................................................................................43

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang
parenkim paru-paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit
ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang,
dan nodus limfe (Somantri, 2009 )Tuberculosis pada manusia ditemukan
dalam dua bentuk yaitu tuberculosis primer, jika terjadi pada infeksi yang
pertama kali dan tuberculosis sekunder, kuman yang dorman pada tuberculosis
primer akan aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi endogen
menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas terjadi karena adanya penurunan
imunitas, misalnya karena malnutrisi, penggunaan alkohol, penyakit maligna,
diabetes, AIDS, dan gagal ginjal (Somantri, 2009).
Secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden
tuberculosis (CI 8,8 juta – 12, juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000
penduduk. Lima negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia,
China, Philipina, dan Pakistan. Sebagian besar estimasi insiden tuberculosis
pada tahun 2016 terjadi di Kawasan Asia Tenggara (45%) dimana Indonesia
merupakan salah satu di dalamnya dan 25% nya terjadi di kawasan Afrika.
Badan kesehatan dunia mendefinisikan negara dengan beban tinggi/high
burden countries (HBC) untuk tuberculosis berdasarkan 3 indikator yaitu
tuberculosis, tuberculosis /HIV, dan MDR- tuberculosis. Terdapat 48 negara
yang masuk dalam daftar tersebut. Satu negara dapat masuk dalam salah satu
daftar tersebut, atau keduanya, bahkan bisa masuk dalam ketiganya. Indonesia
bersama 13 negara lain, masuk dalam daftar HBC untuk ke 3 indikator
tersebut. Artinya Indonesia memiliki permasalahan besar dalam menghadapi
penyakit tuberculosis (Kemenkes, 2018).
Keluhan yang muncul pada pasien yang menderita penyakit
tuberculosis paru dibagi menjadi dua yaitu keluhan yang timbul pada
pernapasan dan keluhan yang timbul secara sistematis. Keluhan yang timbul
secara sistematis seperti demam, flu, keringat malam, anoreksia, penurunan

1
berat badan, malaise. Sedangkan keluhan yang muncul pada pernapasan
diantaranya batuk, batuk berdarah, sesak napas, dan nyeri dada sehingga
menimbulkan masalah kebutuhan oksigen (Muttaqin, 2008). Dari hasil
penelitian Purwanti (2013), dampak yang buruk tejadi pada pasien dengan
tuberculosis paru jika oksigen bekurang akan mengalami sesak nafas yang
akan mengganggu proses oksigenasi, apabila tidak terpenuhi akan
menyebabkan metabolisme sel terganggu dan terjadi kerusakan pada jaringan
otak apabila masalah tersebut berlangsung lama akan menyebabkan kematian.
Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh mempertahankan hidup dan
aktivitas berbagai organ atau sel (Hidayat, 2015).
Peran perawat dalam menangani pasien tuberculosis dengan
menurunkan angka kesakitan dan kematian dengan cara memutuskan rantai
penularan, dalam pelaksanaannya tidak terlepas dari pemberian pelayanan
asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, pelaksanaan
lebih ditekankan pada upaya preventif dan promotif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitative, juga ditekankan pada pengawasan bagi penderita
yang menjalani pengobatan, memberikan pendidikan kesehatan agar penderita
dan orang-orang yang beresiko dapat melakukan tindakan preventif sehingga
dapat mencegah dan memutuskan rantai penularan (Dhyantari, 2014).
Kepatuhan minum obat merupakan faktor kunci keberhasilan pengobatan.
Sejumlah pasien di banyak negara menghentikan pengobatan sebelum tuntas
karena berbagai alasan. Besarnya angka ketidak patuhan pengobatan sulit
dinilai, namun diperkirakan lebih dari seperempat pasien tuberculosis gagal
dalam menyelesaikan pengobatan 6 bulan. Ketidakpatuhan pengobatan
meningkatkan risiko kegagalan pengobatan dan relaps, serta dianggap sebagai
salah satu penyebab paling penting munculnya drug-resistant tuberculosis
(Dhyantari, 2014).
Keberhasilan pengobatan tuberculosis tergantung pada pengetahuan
pasien dan dukungan dari keluarga. Tidak adanya upaya dari diri sendiri
pasien atau pemberian motivasi dari keluarga yang kurang dalam memberikan
dukungan untuk berobat secara tuntas akan mempengaruhi kepatuhan pasien

2
untuk mengkonsumsi obat. Apabila ini dibiarkan, dampak yang akan muncul
jika penderita berhenti minum obat adalah munculnya kuman tuberculosis
yang resisten terhadap obat, jika ini terus terjadi dan kuman tersebut terus
menyebar pengendalian obat tuberculosis akan semakin sulit dilaksanakan dan
meningkatnya angka kematian terus bertambah akibat penyakit tuberculosis
(Nugroho, 2016).

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam
penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apa tinjauan teori dan
tinjauan kasus dengan kebutuhan dasar oksigenasi pada pasien TB Paru?”

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Untuk melaksanakan asuhan keperawatan dengan kebutuhan nutrisi pada
pasien TB Paru di ruang perawatan cendrawasi atas RSU Anutapura palu.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada pasien TB Paru di ruang perawatan cendrawasi atas
RSU Anutapura Palu.
b. Merumuskan masalah keperawatan pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi pada pasien TB Paru di ruang perawatan
cendrawasi atas RSU Anutapura Palu.
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien TB Paru di ruang
perawatan cendrawasi atas RSU Anutapura Palu.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan pemenuhan
kebutuhan Oksigenasi pada pasien diabetes TB Paru di ruang
perawatan cendrawasi atas RSU Anutapura Palu.
e. Melakukan evaluasi pada pasien dengan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi pada pasien TB Paru di ruang perawatan cendrawasi atas
RSU Anutapura Palu.

3
D. Manfaat Penulisan
Hasil penulisan ini berguna sebagai bahan masukan bagi RSUD
ANUTAPURA Palu, untuk dapat mengevaluasi penerapan Asuhan
Keperawatan Keperawatan dasar profesi dengan kebutuhan dasar oksigenasi
pada pasien TB Paru di Rumah Sakit secara komprehensif.

E. Metode penulisan
Dalam penulisan laporan seminar kasus ini, penulis menggunakan
tehnik pengumpulan data yaitu dengan wawancara langsung terhadap pasien
dengan tehnik anamnesa baik pada pasien, kelurga, serta teman sejawat.
Observasi dengan melakukan pengamatan kepada pasien, studi kepustakaan
dengan mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan pada pasien dengan dengan kebutuhan dasar nutrisi pada pasien
TB Paru.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi


1. Definisi
Oksigenasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan O2 dan
mengeluarkan CO2. Apabila lebih dari 4 menit manusia tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang
tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal (Kusnanto,
2016).
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup
seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara
menghirup udara dalam setiap kali bernapas. Penyampaian O2 ke jaringan
tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan
keadaan hematologis. Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan
hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan
bahkan dapat mengancam kehidupan. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen
merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh
(Lasar, 2019).
Kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan bila salah satu
organ sistem respirasi terganggu. Banyak kondisi yang menyebabkan
seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan kebutuhan oksigen,
seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan diantaranya karena ada
massa oleh karena pertumbuhan jaringan yang tidak normal seperti tumor.
Pada kondisi ini, individu merasakan pentingnya oksigen (Kusnanto,
2016).

5
2. Anatomi Fisiologi

Sistem pernapasan terdiri dari komponen berupa saluran


pernapasan yang dimulai dari hidung sampai paru-paru dan terdapat,
faring, laring, trakhea, brokhus, bronchiolus, alveoli, dan paru-paru.
a. Hidung

Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang mengandung pembuluh


darah. Udara yang masuk melalui hidung akan disaring oleh bulu-bulu
yang ada di vestibulum dan akan dihangatkan serta dilembabkan.
Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan (respirasi) dan indra
penciuman (pembau).
b. Faring

Faring merupakan pipa yang memiliki otot, mulai dasar tengkorak


sampai esophagus, terletak dibelakang hidung (nasofaring). Faring

6
terdiri atas nasofaring, orofaring, dan laringorofaring. Faring berfungsi
untuk jalan udara dan makanan.
c. Laring

Jalinan tulang rawan yang dilengkapi dengan otot, membran,


jaringan ikat, dan ligamentum yang berfungsi untuk berbicara, dan
juga berfungsi sebagai jalan udara antara faring dan trakea.
d. Epiglotis

Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang berfungsi membantu


menutup laring ketika orang sedang makan, untuk mencegah makanan
masuk ke dalam laring.

e. Trakhea

Trakhea (batang tenggorok) merupakan tabung berbentuk pipa


seperti huruf C, tersusun atas 16-20 lingkaran tidak lengkap yang
berupa cincin. Trakea ini dilapisi oleh selaput lendir yang terdiri
epitelium bersilia yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.

7
f. Bronkhus

Bronkhus merupakan percabangan dari trakea, dimana bagian kanan


lebih pendek dan lebar dibanding bronkhus kiri. Bronkhus kanan
memiliki tiga lobus, yaitu lobus atas, lobus tengah, dan lobus bawah.
Berbeda halnya bronkhus kiri yang lebih panjang, memiliki dua lobus,
yaitu lobus atas dan lobus bawah.
g. Bronkhiolus

Saluran setelah bronkhus adalah bagian percabangan yang disebut


sebagai bronkiolus. Bronkiolus ialah cabang-cabang bronkhus yang
semakin masuk ke dalam paru-paru semakin kecil dan halus dengan
dinding yang tipis. Luas permukaan bronkiolus menentukan besar
oksigen yang dapat diikat secara efektif oleh paru-paru. Fungsi
bronkiolus adalah sebagai media atau saluran yang menghubungkan
oksigen agar mencapai paru-paru.
h. Aveoli

8
Ujung saluran napas sesudah bronkhiolus berbentuk kantong udara
yang disebut alveoli. Kelompok-kelompok alveoli yang sangat banyak
ini berbentuk seperti anggur dan disinilah terjadinya pertukaran gas O2
dan CO2. Dinding alveoli berupa selaput membran tipis dan elastis
serta diliputi oleh banyak kapiler. Membran ini memisahkan gas dari
cairan. Gas yaitu udara kita sedot saat menarik napas dan cairan adalah
darah dari kapiler. Jadi seluruh pertukaran dalam paru terjadi pada
alveoli.
i. Paru-Paru

Paru merupakan organ paling besar dari organ pernapasan dan ada
dua buah kiri dan kanan. Paru kanan mempunyai 3 lobus dan sedikit
lebih besar dari paru kiri yang mempunyai 2 lobus. Kedua paru
dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum yang berisi jantung,
travhea, esofagus, dan beberapa limfe-nodus. Paru dilapisi oleh selaput
pelindung yang disebut pleura dan pisahkan dari rongga abdomen oleh
diafragma. Selaput pleura yang meliputi paru terdiri dari 2 lapis, berisi
cariran yang diproduksi pleura. Fungsi cairan ini agar paru dapat
bergerak leluasa dalam rongga dada selama bernapas (Sarpini, 2016).

3. Fisiologi
Fisiologi sistem pernapasan merupakan suatu proses kompleks atau
mekanisme yang berhubungan dengan fungsi sistem respirasi dalam
upayanya menjaga kestabilan internal tubuh. Organ yang sehat akan
mampu mengingat oksigen dengan maksimal dan menjalankan fungsinya
dengan baik.

9
a. Ventilasi
Ventilasi atau bernapas (breating) adalah suatu peristiwa
pertukaran udara antara lingkungan luar dan alveoli. Standarnya, udara
atmosfir bertekanan 760 mmHg. Udara yang akan bergerak masuk atau
keluar dari paru-paru sangat tergantung pada tekanan alveoli.
b. Volume Pernapasan
Total rata-rata kapasitas paru pria manusia dewasa adalah sekitar
6 liter udara. Rata-rata laju pernapasan manusia adalah 30 hingga 60
napas per menit saat lahir, turun menjadi 12-20 napas per menit ketika
dewasa. Pernapasan tidal adalah pernapasan normal. Volume tidal
adalah volume udara yang dihirup atau dihembuskan hanya dengan
satu napas. Volume paru dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagian
dapat dikontrol dan lainnya tidak dapat dikendalikan.
c. Pertukaran Gas Paru
Dengan pertukaran gas, paru-paru membentuk satu bagian
penting jalur transportasi oksigen dan karbon dioksida. Sisanya,
pertukaran gas ini melibatkan keseluruhan sistem kardiovaskuler
(jantung, pembuluh darah, dan darah) serta jaringan tubuh.
d. Pengaturan Pernapasan
Ritme siklus pernapasan normal terjadi tanpa disadari
(involuntary breathing). Pusat dari pengendalian pernapasan secara
involunter ini ada pada batang otak. Pada batang otak, terdapat dua
kelompok neuron dalam medulla oblongata dan satu kelompok dalam
pons otak yang bertugas mengatur pernapasan. Kendali pernapasan ini
dilakukan oleh area motorik korteks serebral (Puspasari, 2019).

4. Perubahan Fungsi
Gangguan pemenuhan oksigenasi yaitu kebutuhan oksigen dalam
tubuh tidak terpenuhi secara optimal yang disebabkan oleh beberapa
faktor seperti faktor fisiologi, perilaku, perkembangan dan faktor
lingkungan. Masalah atau gangguan yang terkait pemenuhan kebutuhan
oksigenasi yaitu perubahan fungsi jantung dan perubahan fungsi

10
pernafasan. Perubahan fungsi jantung yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi yaitu gangguan konduksi jantung seperti disritmia
(takikardia/bradikardia), menurunnya kardiak output seperti pada pasien
dekompensi kordis menimbulkan hipoksia jaringan, kerusakan fungsi
katup seperti pada stenosis, obstruksi, myocardial iskemia/infark
mengakibatkan kekurangan pasokan darah dari arteri koroner ke
miokardium sedangkan pada perubahan fungsi pernafasan masalah yang
dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu hiperventilasi,
hipoventilasi dan hipoksia.
Gangguan kebutuhan oksigenasi pada diagnosis keperawatan
terdapat 3 masalah keperawatan yaitu gangguan pertukaran gas, pola
napas tidak efektif, dan bersihan jalan napas tidak efektif. Gangguan
pertukaran gas adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan
jalannya gas (oksigen dan karbondioksida) yang aktual antara alveoli
paru-paru dan sistem vascular. Pola nafas tidak efektif adalah keadaan
ketika seorang individu mengalami kehilangan ventilasi yang aktual atau
potensial yang berhubungan dengan perubahan pola pernafasan.
Sedangkan bersihan jalan napas tidak efektif adalah suatu keadaan ketika
seorang individu mengalami suatu ancaman yang nyata atau potensial
pada status pernafasan sehubungan dengan ketidakmampuan untuk batuk
efektif.
Perubahan Pola Pernapasan ada beberapa macam, di antaranya
adalah takipnea yaitu pernapasan yang memiliki frekuensi lebih dari 24
x/menit yang terjadi karena paru dalam keadaan atelektaksis atau
terjadinya emboli. Bradipnea yaitu pola pernapasan yang lambat dan
kurang dari 10x/menit yang ditemukan dalam keadaan peningkatan
tekanan intra kranial. Kusmaul yaitu pola pernapasan cepat dan dangkal
yang dapat ditemukan pada orang dalam keadaan asidosis metabolik.
Dyspnea yaitu perasaan sesak dan berat saat pernapasan yang disebabkan
oleh perubahan kadar gas dalam darah atau jaringan, kerja berat
berlebihan dan pengaruh psikis (Samsi dan Susilo 2018).

11
5. Pemeriksaan Fisik
Pada tahap dini pasien sering kali tidak menunjukan kondisi
tuberculosis. Tanda dan gejala baru dapat terlihat pada tahap selanjutnya
berupa:
a. Inspeksi
Sekilas pandang pasien dengan TB paru biasanya tampak kurus
sehingga terlihat adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada
antero-posterior dibandingkan proporsi diameter lateral apabila ada
penyulit dari TB paru seperti adanya efusi pleura yang masif, maka
terlihat adanya ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran intercostals
space (ICS) pada sisi yang sakit. Pada pasien dengan TB paru minimal
dan tanpa komplikasi, biasanya gerakan pernapasan tidak mengalami
perubahan. Meskipun demikian, jika terdapat komplikasi yang
melibatkan kerusakan luas pada parenkin paru biasanya pasien akan
mengalami sesak napas.
b. Palpasi
Getaran yang terasa ketika perawat meletakan tangannya didada
pasien saat pasien berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh
penjalaran dalam laring arah distas sepanjang pohon bronkhial untuk
membuat dinding dalam gerakan resonan, terutama pada bunyi
konsonan. Kapasitas untuk merasakan bunyi pada dinding dada disebut
taktil fremitus. Selain itu pada pemeriksaan palpasi dapat mengetahui
adanya nyeri tekan atau tidak disekitar lapang paru.
c. Perkusi
Pada pasien TB paru minimal tanpa komplikasi, biasanya akan
didapatkan bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapang paru. Pada
pasien dengan TB paru yang disertai komplikasi seperti efusi pluera
akan didapatkan bunyi redup sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai
banyaknya akumulasi cairan dirongga pluera.
d. Auskultasi
Pada pasien dengan TB paru didapatkan bunyi napas tambahan
(ronkhi dan wheezing) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat

12
pemeriksaan untuk mendokumentasikan hasil auskultasi didaerah
mana didapatkan adanya ronkhi atau wheezing (Susanto&Yeni 2017).

6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Radiologi
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan cara yang
praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis
umumnya di daerah apeks paru (segmen apikal lobus atas atau segmen
apikal lobus bawah), tetapi dapat juga mengenai lobus bawah (bagian
inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru.
1) Foto Thorax
Infiltrasi lesi awal pada area paru atas simpanan kalsium lesi
sembuh primer atau efusi cairan perubahan menunjukan lebih luas
TB dapat termasuk rongga akan fibrosa. Perubahan
mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area
berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang
sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas.
2) Bronchografi
Pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau
kerusakan paru karena TB.
b. Pemeriksaan Dahak Mikroskopis
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis,
menilai keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan.
Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan dengan
mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari
kunjungan yang berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).
1) S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa
sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari
kedua.

13
2) P (pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua,
segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri
kepada petugas di UPK.
3) S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat
menyerahkan dahak pagi.
c. Pemeriksaan Biakan
Peran biakan dan identifikasi M.tuberculosis pada
penanggulangan TB khususnya untuk mengetahui apakah pasien yang
bersangkutan masih peka terhadap OAT yang digunakan. Selama
fasilitas memungkinkan, biakan dan identifikasi kuman serta bila
dibutuhkan tes resistensi dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi:
1) Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
2) Pasien TB ekstraparu dan pasien TB anak.
3) Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan
ganda
Pemeriksaan tersebut dilakukan jika keadaan memungkinkan dan
tersedia laboratorium yang telah memenuhi standar yang ditetapkan
d. Pemeriksaan Tes Resistensi
Tes resistensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium yang
mampu melaksanakan biakan, identifikasi kuman serta tes resistensi
sesuai standar internasional dan telah mendapatkan pemantapan mutu
(Quality Assurance) oleh laboratorium supranasional TB. Hal ini
bertujuan agar hasil pemeriksaan tersebut memberikan simpulan yang
benar sehinggga kemungkinan kesalahan dalam pengobatan MDR
dapat dicegah.
e. Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya
kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak
spesifik. Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan
imunoglobulin terutama IgG dan IgA. Jumlah limfosit masih di bawah
normal sedangkan LED mulai meningkat. Bila penyakit mulai

14
sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit masih
tinggi. Laju endap darah mulai turun ke arah normal lagi.
f. Tes Tuberkulin (Mountoux)
Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang individu
sedang atau pernah mengalami infeksi M. Tuberculosae, M. Bovis,
vaksinasi BCG dan Myobacteria patogen lainnya. Reaksi positif (area
indurasi 10mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intra
dermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi
tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.
g. Uji Kepekaan Obat TB
Uji kepekaan obat TB bertujuan untuk resistensi M. Tuberkulosis
terhadap OAT. Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan di
laboratorium yang tersertifikasi dan lulus pemantapan mutu atau
Quality Assurance (QA). Pemeriksaan tersebut ditujukan untuk
diagnosis pasien TB yang memenuhi kriteria suspek TB-MDR (Rab,
Tabrani, 2020).

7. Tindakan Penanganan
Terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen melebihi
pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi
oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah
respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja
napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg
atau SaO2 > 90 %.
Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada :
a. Perubahan frekuensi atau pola napas
b. Perubahan atau gangguan pertukaran gas
c. Hipoksemia
d. Menurunnya kerja napas
e. Menurunnya kerja miokard
f. Trauma berat

15
Berikut metode-metode yang dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen :
a. Inhalasi Oksigen
Terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu sistem aliran rendah
dan sistem aliran tinggi.
1) Sistem Aliran Rendah
Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang memerlukan
oksigen dan masih mampu bernapas sendiri dengan pola
pernapasan yang normal. Sistem ini diberikan untuk menambah
konsentrasi udara ruangan. Pemberian oksigen diantaranya dengan
menggunakan nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup
muka dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan
kantong non rebreathing.
a) Nasal Kanula/Binasal Kanula
Nasal kanula merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1 – 6 liter/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
b) Sungkup muka sederhana.
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-seling
atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan konsentrasi
oksigen 40 - 60%.
c) Sungkup Muka Dengan Kantong Rebreathing.
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki
kantong yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan
ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi, oksigen akan masuk dari
sungkup melalui lubang antara sungkup dan kantong reservoir,
ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10 liter/menit,
dengan konsentrasi 60 – 80%.

16
d) Sungkup Muka Dengan Kantong Nonrebreathing
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua katup, satu
katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat
ekspirasi dan satu katup yang fungsinya mencegah udara masuk
pada saat inspirasi dan akan membuka pada saat ekspirasi.
Pemberian oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 80 – 100%.
2) Sistem Aliran Tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO2
lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga
dapat menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur.
Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury mask atau
sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2 – 15
liter/menit. Prinsip pemberian oksigen dengan ventury adalah
oksigen yang menuju sungkup diatur dengan alat yang
memungkinkan konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat,
misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%, kuning 35%,
merah 40%, dan hijau 60%.
b. Fisioterapi Dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan
dengan cara postural drainase, clapping, dan vibrating, pada pasien
dengan gangguan sistem pernapasan. Tindakan ini dilakukan dengan
tujuan meningkatkan efisiensi pola pernapasan dan membersihkan
jalan napas.
1) Perkusi
Perkusi adalah suatu tindakan menepuk-nepuk kulit tangan
pada punggung pasien yang menyerupai mangkok dengan kekuatan
penuh yang dilakukan secara bergantian dengan tujuan melepaskan
sekret pada dinding bronkus sehingga pernapasan menjadi lancar.

17
2) Vibrasi
Vibrasi merupakan suatu tindakan keperawatan dengan cara
memberikan getaran yang kuat dengan menggunakan kedua tangan
yang diletakkan pada dada pasien secara mendatar, tindakan ini
bertujuan untuk meningkatkan turbulensi udara yang dihembuskan
sehingga sputum yang ada dalam bronkus terlepas.

3) Postural Drainase
Postural drainase merupakan tindakan keperawatan
pengeluaran sekret dari berbagai segmen paru dengan
memanfaatkan gaya gravitasi bumi dan dalam pengeluaran sekret
tersebut dibutuhkan posisi berbeda pada setiap segmen paru.
4) Napas Dalam Dan Batuk Efektif
Latihan napas dalam merupakan cara bernapas untuk
memperbaiki ventilasi alveolus atau memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasis, meningkatkan efisiensi batuk, dan
mengurangi stress. Latihan batuk efektif merupakan cara yang
dilakukan untuk melatih pasien untuk memiliki kemampuan batuk
secara efektif dengan tujuan untuk membersihkan laring, trakea,
dan bronkiolus, dari sekret atau benda asing di jalan napas.
5) Penghisapan Lendir
Penghisapan lender (suction) merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu mengeluarkan
sekret atau lender sendiri. Tindakan ini memiliki tujuan untuk
membersihkan jalan napas dan memenuhi kebutuhan oksigen
(Nurlitasari, 2021).

18
B. Konsep Keperawatan Teori
1. Pengkajian
a. Primary Survey
1) Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya
penumpukan sekret
2) Breathing
Pemeriksaan pada klien TB Paru merupakan pemeriksaan
fokus yang terdiri atas inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
a) Inspeksi :
Bentuk dada dan gerakan pernafasan. Sekilas pandang
klien dengan TB Paru biasanya tampak kurus sehingga terlihat
adanya penurunan proporsi diameter bentuk dada antero-
posterior dibandingkan proporsi diameter lateral. Apabila ada
penyulit dari Tb Paru seperti adanya efusi pleura yang masif,
maka terlihat adanya ketidaksimetrisan rongga dada, pelebaran
intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit. TB Paru yang
disertai etelektasis paru membuat bentuk dada menjadi tidak
simetris, yang membuat penderitanya mengalami penyempitan
intercostal space (ICS) pada sisi yang sakit.

b) Palpasi :
Palpasi trakhea. Adanya pergeseran trakhea menunjukan-
meskipun tetapi tidak spesifik-penyakit dari lobus atau paru.
Pada TB Paru yang disertai adanya efusi pleura masif dan
pneumothoraks akan mendorong posisi trakhea kearah
berlawanan dari sisi sakit.
Gerakan dinding thoraks anterior/ekskrusi pernafasan. TB
Paru tanpa komplikasi pada saat dilakukanpalpasi, gerakan
dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang antara kiri
dan kanan.
Getaran suara (fremitus vokal). Getaran yang terasa ketika

19
perawat meletakkan tangannya di dada klien saat klien
berbicara adalah bunyi yang dibangkitkan oleh penjalaran
dalam laring arah distal sepanjang pohon bronkhial untuk
membuat dinding dada dalam gerakan resonan, terutama pada
bunyi konsonan.
c) Perkusi :
Pada klien dengan TB Paru minimal tanpa komplikasi,
biasanya akan didapatkan bunyi resonan atau sonor pada
seluruh lapang paru. Pada klien TB Paru yang disertai
komplikasi seperti efusi pleura akan didapatkan bunyi redup
sampai pekak pada sisi yang sakit sesuai banyaknya akumulasi
cairan di rongga pleura.
d) Auskultasi :
Pada klien dengan TB paru didapatkan bunyi nafas
tambahan (ronkhi) pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksaan untuk mendokumentasikan hasil auskultasi di
daerah mana didapatkan adanya ronkhi. Bunyi yang terdengar
melalui stetoskop ketika klien berbicara disebut sebagai
resonan vokal.
e) Circullation
Pada circulation dikaji akral hangat atau tidak, frekuensi
nadi, pucat atau tidak, turgor kulit,dan CRT> 2 detik
f) Disabilities
Pada primary survey, disabiliti dikaji dengan
menggunakan skala AVPU yaitu :
A : Alerrt, yaitu merespon suara dengan tepat, misalnnya
mematuhi perintah yang diberikan.
V : Vocalises, mungkin tidak sesuai atau mengeluarkan suara
yang tidak jelas.
P : responds to pain only ( harus dinilai semua keempat jika
ektremitas awal yang digunakan untuk merespon).

20
U : unerponsive to paint, jika pasien tidak merespon baik
stimulus nyeri maupun stimulus verbal.
Pemeriksaan pupil, pemeriksaan reflek patologis dan
fisiologis.
b. Expose, Examine dan Evaluate
Dilakukan kekuatan otot, ada jejas atau tidak, dan nyeri tekan.
c. Secondary Survey
1) Identitas
Identitas pasien, yang meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, sumber informasi,
dan diagnosa medis masuk. Identitas penanggung jawab meliputi
nama dan hubungan dengan pasien.
2) Riwayat Keluarga
Dapat dibuat genogram untuk mengetahui adanya penyakit
keturunan atau adanya riwayat anggota keluarga yang memiliki
penyakit yang sama dengan pasien, beserta keterangan genogram.
3) Status Kesehatan
a) Status kesehatan saat ini yang meliputi keluhan utama saat
MRS dan saat ini, alasan masuk rumah sakit dan perjalanan
penyakit saat ini, serta upaya yang dilakukan untuk
mengatasinya. Keluhan utama biasanya batuk produkif dan
non produktif.
b) Status kesehatan masa lalu yang meliputi penyakit yang
pernah dialami, riwayat pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya, riwayat alergi, riwayat tranfusi, kebiasaan
merokok, minum kopi, penggunaan alkohol. Riwayat penyakit
sebelumnya, yaitu pernah sakit batuk yang lama dan tidak
sembuh-sembuh, pernah berobat tetapi tidak sembuh, pernah
berobat tetapi tidak teratur, riwayat kontak dengan penderita
Tuberkulosis Paru, daya tahan tubuh yang menurun, riwayat
vaksinasi yang tidak teratur. Riwayat pengobatan sebelumnya,

21
meliputi kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan
dengan sakitnya. Jenis, warna, dosis obat yang diminum.
Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan
penyakitnya, serta kapan pasien mendapatkan pengobatan
terakhir.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu mengkaji tentang faktor herediter atau penyakit
keturunan pada keluarga, seperti DM, Hipertensi, Jantung, dan
Asma.
5) Diagnosa Medis Dan Terapy
6) Riwayat Kesehatan Dan Pemeriksaan Fisik
Yang perlu dikaji meliputi keadaan umum, kesadaran, TTV,
kepada dan leher, mata dan telinga, sistem pernafasan, sistem
saraf, sistem muskuloskeletal, sistem imun dan lain-lain.
a) Kulit, Rambut dan Kuku
Perlu dikaji distribusi rambut: adanya lesi; warna kulit:
adanya ikterik, sianosis, kemerahan, pucat; akral: hangat,
panas, dingin kering, dingin; turgor; adanya oedem dan
lokasinya. Kaji warna kuku: pink, sianosis.
b) Kepala dan Leher
Kaji kesimetrisan kepala, adanya lesi, deviasi trakea,
adanya pembesaran kelenjar tiroid.
c) Mata dan Telinga
Perlu dikaji adanya gangguan pengelihatan, penggunaan
kacamata, visus: pupil dan ukuran, sklera/ konjungtiva, adanya
gangguan pendengaran, penggunaan alat bantu dengar, tes
Weber, tes Rinne, tes Swabach
d) Sistem Pernafasan (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
Kaji pola pernafasan pasien. Adanya kesulitan bernapas,
penggunaan otot bantu pernafasan.
Subjektif : Batuk produktif/non produktif, sesak napas, sakit
dada. Objektif : Mulai batuk kering sampai batuk dengan

22
sputum hijau/purulen, mukoid kuning atau bercak darah,
pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah,
kasar di daerah apeks paru, takipneu (penyakit luas atau
fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura),
perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural), deviasi
trakeal (penyebaran bronkogenik).
e) Sistem Kardiovaskular : kaji adanya keluhan nyeri dada,
palpitasi, dan CRT.
f) Payudara Wanita dan Pria
g) Sistem Gastrointestinal : kaji kebersihan mulut, mukosa,
adanya pembesaran hepar, Abdomen : adanya asites atau nyeri
tekan, dan peristaltik usus.
h) Sistem Urinarius : Penggunaan alat bantu/ kateter, kandung
kencing, nyeri tekan, adanya gangguan.
i) Sistem Reproduksi Wanita/Pria
j) Sistem Saraf, meliputi GCS, Rangsangan meningeal, Refleks
fisiologis, Refleks patologis, adanya gerakan involunter
k) Sistem Muskuloskeletal : Kemampuan pergerakan sendi,
deformitas, adanya fraktur, kekakuan, nyeri sendi/otot, dan
kekuatan otot.
l) Sistem Imun : perlu dikaji adanya perdarahan gusi, perdarahan
lama, pembengkakan KGB, adanya keletihan/kelemahan.
m) Sistem Endokrin : Perlu dikaji adanya hiperglikemia,
hipoglikemia, adanya luka gangrene.

23
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
peningkatan produksi secret.
b. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membrane
alveolus, penurunan difusi gas.
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi,
keletihan, keletihan otot pernapasan.
d. Penurunan toleransi Aktivitas berhubungan dengan kelemahan,
defisiensi oksigen.

24
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional
1. Domain 11. Kelas 2. Setelah dilakukan tindakan Menejemen Jalan Nafas 1. Untuk memakasimalkan
Kode 0031 keperawatan selama ... x (3140) ventilasi
Ketidakefektifan 24 jam bersihan jalan 1. Posisikan pasien 2. Memudahkan dalam
bersihan jalan nafas nafas efektif dengan 2. Intruksikan bagaimana pengeluaran sputum
berhubungan dengan kriteria: agar bisa melakukan 3. Meringakan sesak yang
peningkatan produksi Status Respirasi : batuk efektif dirasakan
sekret Jalan napas paten (0410) 3. Posisikan pasien pada 4. Memungkinkan adanya
Definisi 1. Frekuensi Pernafasan posisi yang nyaman ronchi atau weezing
Ketidakmampuan 2. Kemampuan untuk 4. Auskultasi suara nafas, 5. Memungkin penggunaan
membersihkan sekresi mengeluarkan secret catat area ventilasinya terapi oksigen sesuai
atau obstruksi dari 3. Tidak ada suara nafas menurun atau tidak ada indikasi
saluran napas untuk tambahan dan adanya suara
mempertahankan tambahan
bersihan jalan napas. 5. Monitor status pernafsan
Batasan karakteristik dan oksigenasi
Batuk yang tidak efektik
Perubahan frekuensi
nafas

25
Gelisah
2. Domain 3. Kelas 4. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan 1. Untuk memaksimalkan
Kode 00030 keperawatan selama ... x Nafas (3140) ventilasi
Hambatan 24 jam tidak terjadi 1. Posisikan pasien 2. Memungkinkan adanya
pertukaran gas gangguan pertukaran gas 2. Auskultasi suara nafas, ronchi atau weezing
berhubungan dengan dengan kriteria catat adanya suara 3. Memungkinkan
kerusakan membrane Status Respirasi : tambahan pemberian terapi O2
alveolus, penurunan Pertukaran Gas (0402) 3. Monitor respirasi dan sesuai indikasi
difusi gas 1. Mendemonstrasikan status O2
Definisi peningkatan ventilasi
Kelebihan atau defisit dan oksigen yang
oksigenasi dan/atau adekuat
eliminasi karbon dioksida 2. Tanda-tanda vital
pada membran alveolar- dalam rentan normal
kapiler
Batasan Karakteristik
Penurunan karbon
diosida
Pola pernafasan

26
abnormal
Dispnea

3. Domain 4. Kelas 4. Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan nafas 1. Menjaga kepatenan jalan
Kode 00032 keperawatan diharapkan 1. Bersihkan jalan nafas nafas
Ketidakefektifan status pernafasan : dengan teknik chin lift 2. Untuk memaksimalkan
pola nafas berhubungan ventilasi dengan kriteria atau jaw thrust sebagai ventilasi
dengan hiperventilasi, hasil : mana mestinya 3. Indikasi dalam membuka
keletihan, keletihan otot 1. Frekuensi 2. Posisikan pasien pada jalan nafas
pernapasan pernafasan tidak ada posisi yang nyaman 4. Memudahkan dalam
deviasi dari kisaran 3. Identifikasi kebutuhan pengeluaran sputu
normal aktual/potensial pasien 5. Memudahakan dalam
2. Irama pernafasan untuk memasukkan alat mengeluarkan sekret
tidak ada deviasi membuka jalan nafas 6. Mengajarkan batuk
dari kisaran normal 4. Lakukan fisioterapi dada efektik memudahkan
3. Suara perkusi nafas sebagai mana mestinya dalam pengeluaran
tidak ada deviasi 5. Buang secret dengan sputum
dari kisaran normal memotivasi pasien untuk 7. Memungkinkan adanyan
4. Kapasitas vital tidak melakukan batuk atau suara nafas tambahan

27
ada deviasi dari dari menyedot lender
kisaran normal 6. Instruksikan bagaimana
agar bias melakukan batuk
efektif
7. Auskultasi suara nafas
Terapi oksigen
1. Pertahankan kepatenan 1. Memudahkan ventilasi
jalan nafas 2. Terapi O2 membantu
2. Siapkan peralatan oksigen dalam status pernapasan
dan berikan melalui 3. Berikan sesuai secara
system humidifier indikasi
3. Berikan oksigen tambahan 4. Untuk memastikan udara
seperti yang diperintahkan lancar
4. Monitor aliran oksigen

4. Domain 4. Kelas 2. Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi (0180) 1. Untuk mengetahui
Kode 00298 keperawatan selama ... x 1. Kaji status fisiologi penyebab kelelahan

28
Penurunan 24 jam aktivitas toleran pasien yang 2. Untuk menjaga ketahan
toleransi aktivitas dengan kriteria: menyebabkan kelelahan 3. Untuk mengetahui apakah
berhubungan dengan Toleransi Terhadap 2. Tentukan jenis dan pasien terlalu merasa
kelemahan, defisiensi Aktivitas (0005) banyaknya aktivitas yang kelelahan
oksigen Saturasi oksigen ketika dibutuhkan 4. Untuk mengetahui adanya
Definisi beraktivitas 3. Pilih intervensi untuk tanda-tanda sesak
Ketidakcukupan Frekuensi pernafasan mengurangi kelelahan
energi psikologis atau ketika beraktivitas baik secara farmakologis
fsiologis untuk maupun non
mempertahankan atau farmakologis
menyelesaikan aktivitas 4. Monitor sistem
kehidupan sehari-hari kardiorespirasi pasien
yang harus atau yang selama kegiatan
ingin dilakukan
Batasan
Karakteristik
Keletihan
Ketidaknyamanan
seteah beraktivitas

29
Dispnea setelah
beraktivitas

30
3. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses
keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
dan hasil yang diperkirakan dalam asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan (Potter & Perry, 2010). Intervensi keperawatan yang sudah
direncanakan berdasarkan Nursing Interventions Classification (NIC)
dilaksanakan pada tahap implementasi keperawatan. Tindakan yang
dilakukan mungkin sama, mungkin juga berbeda dengan urutan yang
dibuat pada perencanaan sesuai dengan kondisi pasien (Debora, 2012).
Implementasi keperawatan akan sukses sesuai dengan rencana apabila
perawat mempunyai kemampuan kognitif, kemampuan hubungan 17
interpersonal, dan ketrampilan dalam melakukan tindakan yang
berpusat pada kebutuhan pasien (Dermawan, 2012).

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dari proses keperawatan adalah mengukur respon
pasien terhadap tindakan keperawatan serta kemajuan pasien ke arah
pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Potter & Perry, 2010).
Menurut Dinarti et al., (2009) format evaluasi keperawatan adalah
menggunakan SOAP (Subjektive, Objektive, Analisys, dan Planning).
Subjective yaitu pernyataan atau keluhan yang diutarakan oleh pasien.
Objektive yaitu data yang didapat dari observasi perawat. Analisys yaitu
masalah keperawatan yang dialami oleh pasien. Planning yaitu rencana
tindakan yang akan dilakukan berdasarkan analisis. Berdasarkan kriteria
hasil dalam perencanaan keperawatan diatas adlah sebagai berikut: a.
Asupan gizi tidak menyimpang dari rentang normal (skala 5). b. Asupan
makanan tidak menyimpang dari rentang normal (skala 5). c. Rasio berat
badan dan tinggi badan tidak menyimpang dari rentang normal (skala 5)
(Moorhead, Johnson, Maas, & Swanson, 2016).

31
BAB III
TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN
Biodata
1. Nama : Tn. N
2. Umur : 36 tahun
3. Jenis Kelamin : Laki-laki
4. No.Register : 569529
5. Alamat : Ampana
6. Status : Menikah
7. Keluarga Terdekat : Istri
8. Diagnosa Medis : TB Paru
I. ANAMNESE
A. Keluhan utama masuk rumah sakit :
Batuk lama
B. Keluhan utama saat pengkajian :
Batuk berdahak
C. Keluhan penyerta :
Nyeri dada, napsu makan menurun
D. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien masuk Rumah Sakit Umum Anutapura Palu melalui IGD pada
tangga 28 oktober 2023 dan di lakukan pengkajian pada tanggal 03
oktober 2023njam 10 pagi, pasien mengatakan batuk berdahak mukai 10
hari yang lalu sebelum masuk ke rumah sakit hingga saat ini pasien
mengeluh nyeri dada, napsu makan menurun, mual, pasien tampak
dispnue, porsi makan tidak di habiskan, keadaan umum lemah, gekisa
serta flu.
P : Pasien mengatakan nyeri dada pada saatbatuk
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti di tekan
R : Pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri
S : Pasien mengatakan nyeri dada pada skala 4 (sedang)
T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul kurang lebih 30 detik

32
E. Riwayat penyakit yang lalu :
Pasien mengatakan perna masuk rumah sakit pada tahun 2022 dengan
penyakit yang sama yaitu TB Paru dan riwayat penyakit maag, pasien
juga mempunyai riwayat pengobatan TB Paru selama 6 bulan dan
dilakukan secara tuntas.
F. Riwayat kesehatan keluarga :
Pasien mengatakan tidak mengetahui apakah di keluarga memiliki
penyakit yang sama dengannya.
II. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
A. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
Pemenuhan
No Dirumah Dirumah sakit
Makan/Minum
1 Jumlah/waktu Makan 3 x sehari, satu Makan 3 x sehari ½
porsi dihabiskan. porsi. Minum 2 – 3
Minum 2-4 gelas gelas dalam sehari.
dalam sehari
2 Jenis Nasi putih, sayur- Nasi dan bubur, ikan,
sayuran, ikan dan sayur-sayuran minum
tahu, minumnya air air putih. Terpasang
putih. infus RL 20 tpm.
3 Pantangan Membatasi makan Membatasi makan
yang berminyak yang berminyak
4 Kesulitan Tidak ada kesulitan Kesulitan menelan
makan/minum makan/minum makan
5 Usaha-usaha Mengganti nasi putih
mengatasi dengan bubur
masalah

B. POLA ELIMINASI BAB DAN BAK


Pemeliharaan
No eliminasi Dirumah Dirumah sakit
BAB/BAK

33
1 Jumlah/waktu BAB 2-3 x seminggu. BAB 1x sehari
BAK 3-5 x sehari BAK sering
2 Warna Bening/kuning Bening/kuning
3 Bau BAB khas feses. BAB :-
BAK Amoniak BAK : Amoniak
4 Konsistensi BAB padat/lunak BAB : padat/lunak
BAK cair BAK : cair
5 Masalah Tidak ada Tidak ada
eliminasi
6 Cara mengatasi Tidak ada Tidak ada
masalah

C. POLA ISTIRAHAT TIDUR


Pemenuhan
No Dirumah Dirumah sakit
istirahat tidur
1 Jumah/waktu Pasien tidur 6-8 jam Pasien tidur dengan
nyenyak dan sering
terbangun karena
batuk
2 Gangguan tidur Tidak ada Ada
3 Upaya Dengan mengurangi
mengatasi tidur pencahayaan lampu
4 Hal yang Menonton
mempermudah
tidur
5 Hal yang Pasien sulit tidur
mempermudah apabila mendengar
bangun suara bising

34
D. POLA KEBERSIHAN DIRI/PERSONAL HYGIEN
Pemenuhan
No Dirumah Dirumah sakit
personal hygiene
1 Frekuensi 2-3 x seminggu Tidak pernah
mencuci rambut
2 Frekuensi mandi 3 x sehari Lap-lap, ganti baju
3 Frekuensi gosok 3 x sehari 1 x sehari
gigi
4 Keadaan klien Pendek, bersih Pendek, bersih

E. POLA KEBIASAAN
No Pola kebiasaan Dirumah Dirumah sakit
1 Merokok : ya/tidak Pasien sebelum di
1. Frekuensi diagnose TB Paru,
Tidak pernah
2. Jumlah merokok 1 bungkus
3. Lama pemakain dakam sehari
2 Minuman
keras/napsa :
1. Frekuensi Tidak pernah Tidak pernah
2. Jumlah
3. Lama pemakaian

III. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


A. Latar belakang, sosial, budaya dan spritual klien
1. Kegiatan kemasyarakatan
Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan selama sakit
2. Konflik sosial yang dialami klien
Klien mengatakn tidak ada konflik sosial yang dialami
3. Ketaatan klien dalam menjalankan agamanya
Klien rajin menjalankan ibadahnya saat dirumah, ketika sakit klien
hanya berdoa agar diberi kesehatan dan keselamatan.

35
4. Teman dekat yang senantiasa membantu : keluarga klien
B. Ekonomi
1. Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat
Klien dan suami klien mengatakan punya kartu dari pemerintah
2. Apakah ada masalah keuangan
Suami klien mengatakan tidak ada masalah
3. Bagaimana mengatasinya
Ketika mendapat masalah tentang ekonomi pasien meminta bantuan
pada keluarganya.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksan tanda-tanda vital
TD : 125/82 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,8oC
BB : 46 kg
TB : 158 cm
B. Keadaan Umum : lemah
C. Pemeriksaan sistem pernapasan
-Inspeksi : bentuk torax nornal chest, tidak ada retraksi otot bantu
pernapasan, tidak ada cuping hidung
-Palpasi : tidak ada tekanan pada dada, tidak ada taktil fremitus kiri dan
kanan sama
-Auskultasi : terdapat suara napas tambahan ronchi
D. Pemeriksaan sistem kadiovaskules
-Inspeksi : terdapat keluhan nyeri dada, tidak ada letus cardis
-Palpasi : pulsasi pada dinding dada teraba kuat, nadi 83 x/menit, irama
teratur, denyut kuat, tidak ada distensi vena jugularis.
E. Pemeriksaan sistem neurologi
-Respon membuka mata (E) : 4
-Respon verbal (V) : 5
-Respon Motorik (M) : 6

36
Setelah dilakkan scoring maka dapat diambil kesimpulan : pasien dengan
GCS 15 (composmentis)
-Memeriksa nervus cranialis
1. Nervus I, olvaktorius (pembauan) : paien dapat mencium bau
makanan
2. Nervus II, opticus (penglihatan) : pasien dapat melihat dengan jelas.
3. Nervus III, Ocumulatorius : pasien dapat membuka dan menutup
mata
4. Nervus IV, throclearis : pasien dapat menggerakkan bola mata
kanan, kiri, atas dan bawah
5. Nervus V, triggeminus : pasien dapat mengunyah dengan normal
6. Nervus VI, abdusen : pasien dapat menggerakkan bola mata
kesamping
7. Nervus VII, facialis : pasien mampu melakukan beberapa ekspresi
seperti senyum, menggerakkan dahi.
8. Nervus VIII, Auditorius : pendengaran berfungsi baik
9. Nervus IX, glosopharingeal : dapat membedakan makanan asin dan
pedas
10. Nervus X, vagus : menelan dengan baik
11. Nervus XI, accessorius : berbicara dengan spontan dan jelas, dapat
menggerakn kepala ke kiri dan kanan
12. Nervus XII, hypoglosal : dapat mengunyah dan menelan makanan
dengan baik.
-Fingsi motorik :ukuran otot simetris, tidak ada atropi
F. Pemeriksaan sistem integumen
1. Kulit
Inspeksi : tidak ada lesi dan jaringan parut, warna kulit kekuningan
Palpasi : tekstur kulit halus, turgor kulit <3 detik, bibir nampak
lembab
2. Pemeriksaan rambut
Inspeksi : penyebaran rambur merata, tidak bau, warna hitam,
kebersihan kulit kepala bersih

37
Palpasi : tekstur rambut halus
3. Pemeriksaan kuku
Inspeksi : warna kuku agak kuning, kebersihan kuku bersih dan
pendak
Palpasi : tekstur kuku sedikit kasar dan tidak terdapat pembekanan
pada kuku

G. Pemeriksaan sistem pencernaan


BB : 46 kg
TB : 158 cm
IMT : 18,47
Interprestasi : berat badan kurus
Inspeksi : tidak terdapat kelainan kongenital, bibir tidak pecah-pecah
(lembab), tidak terdapat kesulitan menelam, bentuk abdomen
datar
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah epigastrium
H. Pemeriksaan sistem urogenitalia
Palpasi : tidakan ada nyeri tekan dan distensi kandung kemih
I. Pemeiksaan persepsi sensori penglihatan
Inspeksi : mata kiri dan kanan simetris, tidak nampak elissoftalmus, tidak
anemis pada konjungtiva, seklera tidak anemis
J. Pemeriksaan persepsi sensori pendengaran
Inspeksi dan palpasi : bentuk telingan kiri dan kanan seperti huruf C,
tidak terdapat nyeri tekan, penumpukan serumen
dan tidak ada pendarahan atau cairan yang keluar
dari telinga.
K. Sistem muskuloskeletal
Inspeksi : pergerakan sendi bebas
Kekuatan otot
5 5
5 5
Ektremitas atas : tidak ada luka dan pada tangan kanan terpasang infus RL

38
(futrolit 2/1 20 tpm/menit)
Ektremitas bawah : tidak ada luka
L. Sistem endokrin
Papasi : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan pembesaran
tiroid
V. RIWAYAT PSIKOLOGIS
A. Status nyeri : pasien mengatakan merasa nyeri di bagian dada
B. Status emosi : ekspresi pasien meringis
C. Gaya komunikasi : saat berkomunikasi pasien dengan jelas dan spontan
menjawab pertanyaan yang ditanyakan, pasien tidak menggunakan bahasa
isyarat
D. Pola interaksi : pasien selalu merespon kepada siapa saja dan orang yang
dekat dan dipercaya pasien, suami dan keluarga, klien sangat aktif dan
berinteraksi.
E. Pola pertahanan :
F. Dampat dirawat dirumah sakit : pasien tampak cemas ketika dirawat
dirumah sakit karena selalu mengingat anak-anaknya dan berkumpul
dengan keluarganya.
G. Pemeriksaan status mental dan spritual
1. Kondisi emosi/perasaan pasien :
2. Kebutuhan spritual pasien :
Saat dirumah sakit pasien tidak menjalankan ibadahnya karena merasa
pusing dan lemas, pasien hanya berdoa agar diberi kesehatan dan
kesembuhan
3. Tingkat kecemasan pasien :
Pada tingkat kecemasan pasien proses berpikir pasien kurang mampu
mengingat dan berkonsentrasi
VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah lengkap Hasil Nilai rujukan
WBC 8,4 4,8-10,8
RBC 4,37 4,7-6,1
HGB 13,4 14-18

39
HCT 37,2 42-52
PLT 164 150-450

VII. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN


a. IVFD RL : Futrolit 2:1 20 tpm
Fungsi : untuk pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit
b. Injeksi ceftriaxone 2mg / 24 jam / iv
Fungsi : untuk mengobati infeksi akibat bakteri
c. Acettylcysteine 3x1 200mg
Fungsi : obat untuk mengencerkan dahak
d. Omeprazole 20mg/24 jam
Fungsi : obat untuk menurunkan asam lambung
A. PENGUMPULAN DATA
1. Pasien mengatakan nyeri pada dada bagian kiri
2. Pasien mengatakan nyeri ketika batuk
3. Pasien mengatakan nyeri ilang timbul selama 5-10 menit
4. Pasien mengatakan nyeri nyeri seperti di tekan
5. Pasien mengatakan napsu makan menurun
6. Pasien mengatakan sulit menelan
7. Pasien mengatakan ada riwayat maag
8. Pasien mengatakan ada riwayat TB Paru
9. Pasien mengatakan makan ½ porsi
10. Pasien mengatakan batuk berlendir suda 10 hari yang lalu
11. Skala nyeri 4
12. Pasien tampak gelisah
13. Keadaan umum pasien lemah
14. Pasien tampakkesakitan
15. Pasien tampak meringis
16. Pasien tidak menghabiskan makanannya

40
17. BB : 46 kg , TB : 156cm
18. IMT : 18,7 ( BB tidak sesuai dengan tinggi badan / kurus)
19. Batuk berdahak
20. dipsnea
21. TTV : TD : 125/82 mmHg
N : 82 x/menit
S : 36,8oC
R : 26 x/menit
BB : 46 kg
TB : 156 cm
22. Terpasang infus cairan RL furolit (2:1) 20 tom/menit
23. Takipnea
24. Terpasang O2 nasal kanul 4lpm
25. Bunyi napas ronchi
26. Batuk produktif

B. KLASIFIKASI DATA

Data Subjektif Data Objektif


a. Pasien mengatakan nyeri k. Skala nyeri 4
pada dada bagian kiri l. Pasien tampak gelisah
b. Pasien mengatakan nyeri m. Keadaan umum pasien lemah
ketika batuk n. Pasien tampakkesakitan
c. Pasien mengatakan nyeri o. Pasien tampak meringis
ilang timbul selama 5-10 p. Pasien tidak menghabiskan
menit makanannya
d. Pasien mengatakan nyeri q. BB : 46 kg , TB : 156cm
nyeri seperti di tekan r. IMT : 18,7 ( BB tidak sesuai
e. Pasien mengatakan napsu dengan tinggi badan / kurus)
makan menurun s. Batuk berdahak
f. Pasien mengatakan sulit t. dipsnea
menelan u. TTV : TD : 125/82 mmHg

41
g. Pasien mengatakan ada N : 82 x/menit
riwayat maag S : 36,8oC
h. Pasien mengatakan ada R : 26 x/menit
riwayat TB Paru BB : 46 kg
i. Pasien mengatakan makan TB : 156 cm
½ porsi v. Terpasang infus cairan RL
j. Pasien mengatakan batuk furolit (2:1) 20 tom/menit
berlendir suda 10 hari yang w. Takipnea
lalu x. Terpasang O2 nasal kanul
4lpm
y. Bunyi napas ronchi
z. Batuk produktif

C. ANALISA DATA
Masalah
No Data Fokus Etiologi
Keperawatan
1 DS: Microbacterium Bersihan
.1 a. pasien mengatakan Tubercolosis jalan napas tidak
batuk berdahak Masuk ke dalam efektif
Saluran
DO: pernapasan
a. pasien tampak batuk
berlendir terjadinya infeksi
b. terdapt flu peradangan dan
c. terdapat sputum alveoli
berlebih mengalami
d. tidak mampu batuk konsolidasi
e. terdapat bunyi napas
ronchi terjadilesi di
f. tampak gelisah bagian paru
g. dyspnea
h. tanda tanda vital tekanan kapiler
TD : 125/82 mmhg paru meningkat
N : 82 x/m
2 R : 28 x/m kerusakan
S : 36 C jaringan
2 parumeluas dan
mengalami
2 neoron

42
produksi
sputum
meningkat

bersihan
jalan nafas tidak
efektif

3
2 DS:
a. klien mengatakan meluas Nyeri Akut
nyeri
hematogen
DO:
a. tampak klien bersikap bakterimia
protaktif
b. tampak klien gelisah pleura
c. tampak pola napas
3 berubah pleuritis
. d. P : batuk berdahak
Q : seperti ditekan
R : dada sebelah kiri agen pencedera
S : sedang fisiologis
T : hilang timbul (1
menit nyeri
dada

nyeri akut

.
3. DS: Resiko Defisit
a. Klien mengatakan meluas Nutrisi
nafsu makan menurun
b. Klien mengatakan hematogen
sulit menelan
bacterimia
DO:
a. Tampak klien lemas peritoneum
b. Tampak klien tidak
menghabiskan porsi asam lambung
makanya
meningkat
c. Nilai IMT : 18,7
d. BB tidak sesuai TB anoreksia mual
dan muntah
ketidakmampuan

43
menelan makan

resiko deficit
nutrisi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret
b. Nyeri Akut
c. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan

44
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Kriteria hasil Rencana keperawatan Rasional
No Keperawatan
1 Ketidak Setelah dilakukan Latihan batuk efektif Observasi :
efektifan jalan tindakan keperawatan Observasi : 1. Mengetahui seberapa mampu
napas selama 3x24 jam 1. Identifikasi kemampuan batuk pasien mengeluarkan dahak
berhubungan diharapkan ketidak 2. Monitoring adanya retensi sputum 2. Memastikan adanya sputum di
dengan efektifan jalan napas 3. Monitoring tanda dan gejala jalan napas
penumpukan teratasi dengan kriteria infeksi saluran nafas 3. Mengetahui apakah ada retensi
sekret hasil: 4. Monitoring input dan outpun sputum di jalan napas
1. Batuk efektif cairan 4. Mengetahui balance cairan pasien
meningkat Terpeutik : Terapeutik :
2. Prodoksi sputum 1. Atur posisi semifowler 1. Memudahkan pasien dalam
menurun 2. Buang secret pada tempat sputum bernapas
3. Dipsnea menurun Edukasi : 2. Agar virus tidak menyebar
4. Gelisah menurun 1. Jelaskan tujuan dan prosedur kemana-mana
5. Frekuensi napas tindakan Edukasi :
membaik 2. Ajarkan teknik napas dalam 1. Agar pasien dapat mengatur
6. Pola napas membaik Kolaborasi dan berpartisipasi dalam setiap
1. Kolaborasi pemberian expeatoran tindakan keperawatan
jika perlu 2. Membantu untuk
mengeluarkan sputum yang
sukar utuk keluar
Kolaborasi
1. Membantu pasien dalam
pengeluaran dahak

45
2 Nyeri akut Setelah dilakukan Menejemen nyeri Observasi :
tindakan keperawatan Observasi : 1. Mengetahui lokasi, karakterisktik,
selama 3x24 jam 1. Identifikasi lokasi, durasi, frekuensi, dan kualitas nyeri
diharapkan nyeri akut karakteristuk, durasi, 2. Agar perawat mengetahui skali
teratasi dengan kriteria frekuensi, dan kualitas nyeri. nyeri yang dorasakan oleh pasien
hasil: 2. Identifikasi skala nyeri Terapeutik :
1. Keluhan nyeri Terpeutik 1. agar mengetahui frekuensi nyeri
menurun 1. Identifikasi respon nyeri non yang sebernya di rasakan pasien
2. Gelisah menurun verbal 2. mengetahui factor yang memperah
3. Muntah menurun 2. Identifikasi factor yang nyeri yang di rasakan pasien
4. Muak menurun memperberat dan meperingan Edukasi :
5. Pola napas membaik nyeri 1. agar mengetahui sejaumana
Edukasi pengetahuan dan pemahaman
1. Identifikasi pengetahuan dan pasien terhadap nyeri
keyakinan tentang nyeri 2. karena budaya dapat mempengaruhi
2. Identifikasi pengaruh budaya pemahaman pasien tentang nyeri
terhadap nyeri Kolaborasi :
Kolaborasi 1. untuk mengurangi rasa nyeri yang
1. Kolaborasi pemberian anlgetik dirasakan pasien
jika perlu
3 Resiko Defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi 1. pasien sehingga dapat
nutrisi tindakan keperawatan 1. identifikasi status nutrisi melakukan intervensi yang
selama 3x24 jam 2. monitor asupan makanan tepat
diharapkan deficit 3. Lakukan terapeutik oral 2. anoreksia dan kelemahan
nutrisi teratasi dengan hygine sebelim makan dapat mengakibatkan
kriteria hasil: 4. Berikan makanan tinggi penurunan BB mal nutrisi
1. Asupan makan serat dan kalori yang serius
(5) 5. kolaborasi dengan ahli gizi 3. mulut yang bersih dapat

46
2. Kemampuan untuk menentukan jumlah meningkatkan nafsu makan
menikmati makan (5) kalori dan jenis nutris yang 4. memenuhi kebeutuhan
3. Asupan nutrisi (5) dibutuhkan protein yang hilang dan
Rasa lapar (5) membantu meringankan
kerja hepar dalam
memproduksi protein
5. sangat penting dan
bermanfaa dalam
perhitungan dan
penyelesaian diet untuk
memenuhi nutrisi pasien
6.

47
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/jam No Tindakan keperawatan Hasil keperawatan
Dx
Rabu ,04/10/2023 1 1. mengidentifikasi a. klien
Jam 10.00 1 kemampuan batuk mengatakan
2. memonitor adanya tidak mampu
Jam 11.30 retensi urine batuk
b. tampak adanya
3. memonitor tanda dan sputum di jalan
gejala adanya infeksi napas
saluran napas
4. mengatur posisi semi c. tampak tidak
fowler ada tanda dan
5. menjelaskan tujuan dan gejala adanya
prosedur batuk efektif infeksi saluran
6. menganjurkan teknik napas
tarik napas d. pasien
diposisikan
semi fowler
e. pasien belum
sepenuhnya
melakukan
batuk efektif
f. kalien belum
terlalu
memahami
teknik tarik
napas
Jam 09.30 3 1. mengidentifikasi lokasi, a. P : batuk
2 karakteristik, durasi, berdahak
Jam 10.30 frekuensi, kualitas nyeri Q : seperti di
2. mengidentifikasi skala tekan
nyeri R : dada
Jam 12.30 3. menjelaskan penyebap, sebelah kiri
periode dan pemicu S : skala nyeri 4
nyeri T: hilan timbul

b. Skala nyeri 4
(sedang)
c. Pasien mengerti
apa yang di
jelaskan
kamis,05/10/2023 1 1. Menjlaskan strategi a. pasien tampak
Jam 08 : 00 .2 meredahkan nyeri mengerti
3 dengan
Jam 11.30 3 2. memonitor asupan penjelasan
makanan yang di berikan
3. memberikan makanan

48
tinggi serat dan kalori b. porsi makan
setengah habis
c. bubur, sayur-
sayuran, telur
dan buah

jumat,06/10/2023 3 1. mengidentifikasi status a. Porsi makan


Jam 08.00 3 nutrisi dihabiskan

Jam 08.30
Jam 11.30 2. memonitor asupan b. Porsi makan di
makanan habiskan
3. memberikan makanan c. Bubur, telur dan
tinggi serat dan kalori sayur

Jam 10.00 2
2 1. memonitor adanya retensi a. tampak sputum
Jam 10.30 sputum tidak banyak di
jalan napas
Jam 11.30 2. memonitor tanda dan b. tampak tidak ada
gejala infeksi saluran tanda dan gejala
Jam 12.00 pernapasan infeksi

G. EVALUASI KEPERAWATAN
Hari/tgl/jam No Dx Evaluasi
rabu 04/10/2023 1. S: pasien mengatakan masi batuk berdahak
Jam 14.00 Pasien masi belum memahami batuk efektif

O: -tampak ada sputum di jalan napas


-Terpasang cairan infus RL fetrolit (2:1) 20
tts/mnt
-tidak terdapat tanda dan gejalainfeksi
Jam 14.00 saluran napas
A: Masalah keperawatan ketidakefektifan
jalan napas
P: Lanjutkan intervensi

2. S: Pasien mengatakan nyri timbul ketika


Jam 14.00 batuk
O: -tampak pasien merasa kesakitan
-tampak pasien merasa gelisah
-tampak klien belum memahami stragi
mengurangi nyeri

49
A: Masalah keperawatan nyeri akut
P: Lanjutkan intervensi

3. S: Pasien mengatakan napsu makan menurun


O: -tampak porsi makanan yang di berikan
tidak di habiskan
A: Masalah keperawatan resiko defisit nutrisi
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
kamis, 1. S: Pasien mengatakan batuk berdahak
05/10/2023 O: -tampak ada sputum di jalan napas
Jam 14.00 A: masalah keperawatan belum teratasi
P: lanjut intervensi

S: Pasien mengatakan nyeri dada berkurang


O: pasien tampat tidak gelisah
2. A: Masalah keperawatan belum teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi

S: Pasien mengatakan napsu makan membaik


O: porsi makan yang di berikan sedikit demi
3. sedikit di habiskan
A: Masalah keperawatan belum teratasi
sebagian
P: Lanjutkan intervensi
Jumat 06/10/2023 1. S: Pasien mengatakan tidak batuk berdahak
Jam 14.00 O: tampak batuk berkurang
A: Masalah keperawatan teratasi
P: lanjutkan intervensi

2. S: Pasien mengatakan tidak nyeri lagi


O: Kedaan umum baik
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Lanjutkan intervensi

3. S: Pasien mengatakan napsu makan


meningkat
O: keadaan umum baik
A: Masalah keperawatan teratasi
P: Lanjutkan intervensi

50
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian telah dilakukan pada pasien dengan diagnosa medis yaitu
TB Paru. Diabetes Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang
menyerang parenkim paru-paru, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen,
ginjal, tulang, dan nodus limfe (Somantri, 2009 )Tuberculosis pada manusia
ditemukan dalam dua bentuk yaitu tuberculosis primer, jika terjadi pada
infeksi yang pertama kali dan tuberculosis sekunder, kuman yang dorman
pada tuberculosis primer akan aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai
infeksi endogen menjadi tuberculosis dewasa. Mayoritas terjadi karena adanya
penurunan imunitas, misalnya karena malnutrisi, penggunaan alkohol,
penyakit maligna, diabetes, AIDS, dan gagal ginjal (Somantri, 2009).
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital dalam
proses metabolisme, untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara
dalam setiap kali bernapas. Penyampaian O2 ke jaringan tubuh ditentukan
oleh interaksi sistem respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis.
Adanya kekurangan O2 ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses
lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam
kehidupan. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang
paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Lasar, 2019).

51
B. Patway keperawatan
Invasi myeobacterium Tuberculosis

Infeksi primer

Bakteri muncul bebrapa tahun kemudian

Reaksi inflamasi atau infeksi dan merusak parenim paru

Merangsang Memicu
Produksi sputum
Pengeluaran Pembentukan
meningkat
histamin serotonin

Batuk Reseptor Merangsang


produktif nyeri anoreksia

Ketidake- Asupan nutrisi


Efektifan hihotalamus menurut
Jalan napas

BB IMTmt
Nyeri akut menurun

Resiko defisit
nutrisi

52
C. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul dalam studi kasus ini sesuai dengan
keluhan utama serta tanda dan gejala yang terdapat pada pasien yaitu pasien
mengeluh nyeri dada . Pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien
perna mengalami penyakit TB paru. Keadaan umum lemah dan napsu makan
pasien menurun dengan porsi ½ , BB 46 kg, TB 158 cm, sehingga didapatkan
IMT 18,47 dengan interprestasi berat badan tidak sesuai dengan tinggi badan.

D. Intervensi
Rencana keperawatan yang dapat disusun untuk mengatasi masalah Resiko
defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
(D.0032). Lakukan terapeutik oral hygien sebelum makan merupakan suatu
metode untuk meningkatkan yang meningkatkan napsu makan.

E. Implementasi dan Evaluasi


Pada penerapan oral hygiene yang dilakukan tanggal 04/10/2023, pasien
belum mampu melakukan oral hygiene sehingga napsu makan belum
meningkat dan porsi makan masih ½ prosi. Pada penerapan oral hygiene yang
kedua pada tanggal 05/10/2023, pasien sudah melakukan oral hygiene 1 kali
dipagi hari dan porsi makan meningkat. Pada penerapan oral hygien yang
dilakukan tanggal 06/10/2023, keadaan umum pasien mulai membaik serta
napsu makan meningkat.

53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Oksigenasi merupakan suatu proses untuk mendapatkan O2 dan
mengeluarkan CO2. Apabila lebih dari 4 menit manusia tidak mendapatkan
oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki
dan biasanya pasien akan meninggal (Kusnanto, 2016).

B. SARAN
1. Institusi Pengambil Kebijakan Rumah Sakit
Dengan hasil laporan ini diharapkan Institusi Pengambil Kebijakan
Rumah Sakit dapat menjadikan refrensi sebagai salah satu cara yang
dapat dikembangkan dalam pelaksanaan perawatan kebutuhan dasar
oksigenasi.
2. Bagi Universitas Widya Nusantara Palu
Bagi Universitas Widya Nusantara Palu diharapkan dengan hasil
laporan ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk pengembangan
ilmu pengetahuan, khususnya tentang perawatan kebutuhan dasar
oksigenasi.
2. Bagi Kelompok
Bagi kelompok diharapkan hasil laporan ini dapat dijadikan sebagai
bahan referensi untuk kajian ilmiah dari teori yang didapat dan
implementasi dalam perawatan kebutuhan dasar oksigenasi.

54
DAFTAR PUSTAKA

Dhiyantari, Reza, et al. 2014. Gambaran Kepatuhan Minum Obat Pada Penderita
Tuberculosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Bebandem
Karangasem. E-Jurnal Medika Udayana.

Hidayat, A. Alimul Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi Buku
2. Jakarta: Salemba Medika

Rendi Aji Prihaningtyas 2013·Hidup Manis dengan Diabetes, Media Pressindo

Patricia A. Potter 2019. Dasar-dasar keperawatan, Elsevier Health Sciences

Maimunah R., Nopita Yanti Br. Sitorus, Nanda Novziransyah, 2021, Peran suami
dan nutrisi pada produksi asi, Yayasan Pendidikan Cendekia Muslim

Kemenkes RI. 2018. Pusat Data dan Informasi Kesehatan Kementerian Kesehatan
RI

Kusnanto. (2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen.

Lasar, A. M. (2019). Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Pada Ny. C. L Yang


Menderita Tumor Paru Di Ruangan Teratai RSUD Prof. Dr. W. Z Johannes
Kupang Mei 2019 (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Kupang).

NANDA. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2018-2020. (T. H. Herdman & S. Kamitsuru, Eds.) (11th ed.). Jakarta: EGC

Nugroho, Septian Adi. 2016. Hubungan Antara Pengetahuan


Penderita Tuberculosis dan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan
Minum Obat Di Wilayah Kerja Puskesmas Jekulo.Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Retrieved from www.eprints.ums.ac.id

55
Nurlitasari, N. (2021). Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Oksigenasi Di Ruang Al Fajr Rsui Kustati Surakarta.

Puspasari, S.F.A 2019. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Pustaka Baru Press, Yogyakarta.

Rab, Tabrani. 2020. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Medika

Samsi, B., & Susilo, C. B. (2018). Penerapan Pemberian Oksigen Pada Pasien
Congestive Heart Failure (Chf) Dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenasi
Di Rsud Wates Kulon Progo (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta).

Somantri, Irman. 2009. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

56

You might also like