You are on page 1of 13

Makalah

Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah

Nama : Muhammad Pijar Abdurradjak


NPM : 121055420121006
Prodi : Agribisnis

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KOTA TERNATE


2023

Alamat : Jl. KH. Ahmad Dahlan No.100, Sasa, Ternate Sel., Kota Ternate, Maluku Utara
97712
Telp.(0921) 326136
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Salawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarga,
sahabat, dan para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, berkat izi Allah yang Maha Besar, makalah yang berjudul
Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah ini telah selesai kami garap. Di dalam
makalah ini kami menjelaskan latar belakang berdirinya organisasi
Muhammadiyah dan profil singkat KH. Ahmad Dahlan selaku pendiri
Muhammadiyah.
Kami menyadari, dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, yang disebabkan keterbatasan kemampuan dan pengalaman yang
kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan
dan kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca
umumnya.

Ternate, 13 Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.2.1 Apa latar belakang berdirinya Muhammadiyah ?.................................1
1.2.2 Apa visi dan misi Muhammadiyah?......................................................1
1.2.3 Bagaimana riwayat tokoh pendiri Muhammadiyah ?...........................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
2.1 Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah.............................................2
2.2 Faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya organisasi
Muhammadiyah...................................................................................................3
2.3 Visi dan Misi Muhammadiyah..................................................................5
2.4 Profil Pendiri Muhammadiyah..................................................................6
BAB III PENUTUP.................................................................................................9
3.1. Kesimpulan................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah
didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18
Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian
dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan
Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat
keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh
dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk
mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan
Qur`an dan Hadist.
Berdasarkan itu kami ingin menggali lebih dalam tentang Muhammadiyah
yang satu-satunya menjadi organisasi masa islam yang modern tanpa
mengesampingkan ajaran islam itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1 Apa latar belakang berdirinya Muhammadiyah ?

1.2.2 Apa visi dan misi Muhammadiyah?

1.2.3 Bagaimana riwayat tokoh pendiri Muhammadiyah ?

1.2.4

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah


Muhammadiyah secara etimologis berarti pengikut nabi Muhammad, karena
berasal dari kata Muhammad, kemudian mendapatkan ya nisbiyah, sedangkan
secara terminologi berarti gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi mungkar dan
tajdid, bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah. Berkaitan dengan latar belakang
berdirinya Muhammadiyah secara garis besar faktor penyebabnya adalah
pertama, faktor subyektif adalah hasil pendalaman KH. Ahmad Dahlan terhadap
al-Qur’an dalam menelaah, membahas dan mengkaji kandungan isinya. Kedua,
faktor obyektif di mana dapat dilihat secara internal dan eksternal. Secara internal
ketidakmurnian amalan Islam akibat tidak dijadikannya al-Qur’an dan as-Sunnah
sebagai satu-satunya rujukan oleh sebagiab besar umat Islam Indonesia.
Keinginan dari Kiyai Haji Akhmad Dahlan untuk mendirikan organisasi yang
dapat dijadikan sebagai alat perjuangan dan da’wah untuk nenegakan amar
ma’ruf nahyi munkar yang bersumber pada Al-Qur’an, surat Al-Imron:104 dan
surat Al-ma’un sebagai sumber dari gerakan sosial praktis untuk mewujudkan
gerakan tauhid.
Ketidak murnian ajaran islam yang dipahami oleh sebagian umat islam
Indonesia, sebagai bentuk adaptasi tidak tuntas antara tradisi islam dan tradisi
lokal nusantara dalam awal bermuatan faham animisme dan dinamisme.
Sehingga dalam prakteknya umat islam di indonesia memperlihatkan hal-hal
yang bertentangan dengan prinsif-prinsif ajaran islam, terutama yang berhubuaan
dengan prinsif akidah islam yag menolak segala bentuk kemusyrikan, taqlid,
bid’ah, dan khurafat. Sehingga pemurnian ajaran menjadi pilihan mutlak bagi
umat islamm Indonesia.
Keterbelakangan umat islam indonesia dalam segi kehidupan menjadi sumber
keprihatinan untuk mencarikan solusi agar dapat keluar menjadi keterbelakangan.
Keterbelakangan umat islam dalam dunia pendidikan menjadi sumber utama
keterbelakangan dalam peradaban. Pesantren tidak bisa selamanya dianggap
menjadi sumber lahirnya generasi baru muda islam yang berpikir moderen.

2
Kesejarteraan umat islam akan tetap berada dibawah garis kemiskinan jika
kebodohan masih melengkupi umat islam indonesia.
Maraknya kristenisasi di indonesia sebegai efek domino dari imperalisme
Eropa ke dunia timur yang mayoritas beragama islam. Proyek kristenisasi satu
paket dengan proyek imperialalisme dan modernisasi bangsa Eropa, selain
keinginan untuk memperluas daerah koloni untuk memasarkan produk-produk
hasil refolusi industeri yang melada erofa.
Imperialisme Eropa tidak hanya membonceng gerilya gerejawan dan para
penginjil untuk menyampaikan ’ajaran jesus’ untuk menyapa umat manusia
diseluruh dunia untuk ’mengikuti’ ajaran jesus. Tetapi juga membawa angin
modernisasi yang sedang melanda erofa. Modernisasi yang terhembus melalui
model pendidikan barat (belanda) di indonesia mengusung paham-paham yang
melahirkan moernisasi erofa, seperti sekularisme, individualisme, liberalisme dan
rasionalisme. Jika penetrasi itu tidak dihentikan maka akan terlahir generasi baru
islam yang rasional tetapi liberal dan sekuler.

2.2 Faktor-faktor yang melatar belakangi berdirinya organisasi


Muhammadiyah
Setiap organisasi yang ada di dunia pada umumnya pasti memiliki faktor-
faktor yang melatar belakangi berdirinya organisasi tersebut. Khususnya dalam
organisasi Muhammadiyah memiliki beberapa faktor penting yaitu ada faktor dari
dalam dan faktor dari luar. Berikut kami kutip dari situs resmi Muhammadiyah
tentang faktor yang melatar belakangi berdirinya Muhammadiyah yaitu:

1. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri umat islam
sendiri yang tercermin dalam dua hal, yaitu sikap beragama dan sistem
pendidikan islam. Sikap beragama umat islam saat itu pada umumnya belum
dapat dikatakan sebagai sikap beragama yang rasional. Sirik, taklid, dan
bid’ah masih menyelubungai kehidupan umat islam, terutama dalam
lingkungan kraton, dimana kebudayaan hindu telah jauh tertanam. Sikap
beragama yang demikian bukanlah terbentuk secara tiba-tiba pada awal abad
ke 20 itu, tetapi merupakan warisan yang berakar jauh pada masa terjadinya

3
proses islamisasi beberapa abad sebelumnya. Seperti diketahui proses
islamisasi di indonesia sangat di pengaruhi oleh dua hal, yaitu
Tasawuf/Tarekat dan mazhab fikih, dan dalam proses tersebut para pedagang
dan kaum sufi memegang peranan yag sangat penting. Melalui merekalah
islam dapat menjangkau daerah-daerah hampir diseluruh nusantara ini.

2. Faktor eksernal
Faktor lain yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran Muhammadiah
adalah faktor yang bersifat eksternal yang disebabkan oleh politik penjajahan
kolonial belanda. Faktor tersebut antara lain tanpak dalam system pendidikan
kolonial serta usaha kearah westrnisasi dan kristenisasi.
Pendidikan kolonial dikelola oleh pemerintah kolonial untuk anak-anak
bumi putra, ataupun yang diserahkan kepada misi and zending Kristen dengan
bantuan financial dari pemerintah belanda. Pendidikan demikian pada awal
abad ke 20 telah meyebar dibeberapa kota, sejak dari pendidikan dasar sampai
atas, yang terdiri dari lembaga pendidikan guru dan sekolah kejuruan. Adanya
lembaga pendidikan colonial terdapatlah dua macam pendidikan diawal abad
20, yaitu pendidikan islam tradisional dan pendideikan colonial. Kedua jenis
pendidikan ini dibedakan, bukan hanya dari segi tujuan yang ingin dicapai,
tetapi juga dari kurikulumnya.
Pendidikan kolonial melarang masuknya pelajaran agama dalam sekolah-
sekolah colonial, dan dalan artian ini orang menilai pendidikan colonial
sebagai pendidikan yang bersifat sekuler, disamping sebagai peyebar
kebudayaan barat. Dengan corak pendidikan yang demikian pemerintah
colonial tidak hanya menginginkan lahirnya golongan pribumi yang terdidik,
tetapi juga berkebudayaan barat. Hal ini merupakan salah satu sisi politik etis
yang disebut politik asisiasi yang pada hakekatnya tidak lain dari usaha
westernisasi yang bertujuan menarik penduduk asli Indonesia kedalam orbit
kebudayaan barat. Dari lembaga pendidikan ini lahirlah golongan intlektual
yang biasanya memuja barat dan menyudutkan tradisi nenekmoyang serta
kurang menghargai islam, agama yang dianutnya. Hal ini agaknya wajar,
karena mereka lebih dikenalkan dengan ilmu-ilmu dan kebudayaan barat yang
sekuler anpa mengimbanginya dengan pendidiakan agama konsumsi moral

4
dan jiwanya. Sikap umat yang demikianlah tankanya yang dimaksud sebagai
ancaman dan tantangan bagi islam diawal abad ke 20.

2.3 Visi dan Misi Muhammadiyah


Muhammadiyah adalah Gerakan Islam yang melaksanakan da’wah amar
ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung
tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Muhammadiyah berpandangan bahwa Agama Islam menyangkut seluruh aspek
kehidupan meliputi aqidah, ibadah, akhlaq, dan mu’amalat dunyawiyah yang
merupakan satu kesatuan yang utuh dan harus dilaksanakan dalam kehidupan
perseorangan maupun kolektif. Dengan mengemban misi gerakan tersebut
Muhammadiyah dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan Agama Islam
menjadi rahmatan lil-’alamin dalam kehidupan di muka bumi ini.
Visi Muhammadiyah adalah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan al-
Qur’an dan as-Sunnah dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqamah
dan aktif dalam melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi mungkar di segala
bidang, sehingga menjadi rahmatan li al-‘alamin bagi umat, bangsa dan dunia
kemanusiaan menuju terciptanya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya yang
diridhai Allah Subhanahu wa taala dalam kehidupan di dunia ini. Misi
Muhammadiyah adalah:
1) Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah
Subhanahu wa taala yang dibawa oleh Rasulullah yang disyariatkan sejak
Nabi Nuh hingga Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.
2) Memahami agama dengan menggunakan akal pikiran sesuai dengan jiwa
ajaran Islam untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan
kehidupan yang bersifat duniawi.
3) Menyebarluaskan ajaran Islam yang bersumber pada al-Qur’an sebagai
kitab Allah yang terakhir untuk umat manusia sebagai penjelasannya.
4) Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan
masyarakat. Lihat Tanfidz Keputusan Musyawarah Wilayah ke-39
Muhammadiyah Sumatera Barat tahun 2005 di Kota Sawahlunto

5
2.4 Profil Pendiri Muhammadiyah
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil
KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari
tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik
bungsunya. Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas
dari Maulana Malik Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo,
yaitu pelopor penyebaran agama Islam di Jawa.
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana
'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman
Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung
Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH. Muhammad Sulaiman, KH. Abu
Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha
dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia
berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke
Mekah dan menetap selama dua tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada
Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada
tahun 1912, ia mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri,
anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad
Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya
dengan Siti Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu
Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Disamping itu KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah,
janda H. Abdullah. la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir
Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya
dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah.
Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin Pakualaman Yogyakarta.
Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi
Oetomo - organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana

6
beliau memberikan pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota.
Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo
sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar Kiai Dahlan
membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi
yang bersifat permanen.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren
tradisional yang terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia. Saran itu
kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan dengan mendirikan sebuah organisasi yang
diberi nama Muhammadiyah pada 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330).
Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan pendidikan. Melalui
organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan membangun
masyarakat Islam.
Nama Kiai Haji Akhmad Dahlan pun semakin tersohor di dunia. Dalam
kancah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, peranan dan sumbangan
beliau sangatlah besar. Kiai Dahlan dengan segala ide-ide pembaruan yang
diajarkannya merupakan saham yang sangat besar bagi Kebangkitan Nasional di
awal abad ke-20.
Kiai Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH.
Muhammad Shaleh di bidang ilmu fikih; dari KH. Muhsin di bidang ilmu
Nahwu-Sharaf (tata bahasa); dari KH. Raden Dahlan di bidang ilmu falak
(astronomi); dari Kiai Mahfud dan Syekh KH. Ayyat di bidang ilmu hadis; dari
Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-Quran, serta dari Syekh
Hasan di bidang ilmu pengobatan dan racun binatang.
Pada usia 54 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji
Akhmad Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di kampung
Karangkajen, Brontokusuman, wilayah bernama Mergangsan di Yogyakarta.
Atas jasa-jasa Kiai Haji Akhmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada
beliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar
kehormatan tersebut dituangkan dalam SK Presiden RI No.657 Tahun 1961, tgl
27 Desember 1961.
Kisah tentang KH Ahmad Dahlan juga diangkat ke layar lebar pada tahun
2010 dengan judul film 'Sang Pencerah' yang menceritakan tentang kisah KH

7
Ahmad Dahlan dan terbentuknya Muhammadiyah. Tokoh KH Ahmad Dahlan
sendiri dibintangi oleh Iksan Tarore sebagai Tokoh Ahmad Dahlan Muda dan
kemudian Lukman Sardi sebagai KH Ahmad Dahlan. Film ini sendiri
disutradarai oleh Hanung Bramatyo.

8
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Muhammadiyah adalah salah satu oraganisasi Islam besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi
pengikut Nabi Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Muhammadiyah
didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta, pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H/18
Nopember 1912 oleh seorang yang bernama Muhammad Darwis, kemudian
dikenal dengan Kiyai Haji Ahmad Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan
Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan sebagai pedagang. Melihat
keadaan ummat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan penuh
dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk
mengajak mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan
Qur`an dan Hadist.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://www.biografiku.com/2011/12/biografi-kh-ahmad-dahlan.html

https://tonijulianto.wordpress.com/2012/12/14/sejarah-berdirinya-
muhammadiyah-di-indonesia/

http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-44-cam-tentang-
muhammadiyah.html

10

You might also like