You are on page 1of 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat telah mengantar kita pada paradigma


baru, sehingga kini paradigma sehat menjadi orientasi baru pembangunan kesehatan
didunia, termasuk di Indonesia. Hal mendasar dari paradigma sehat antara lain terjadinya:
pergeseran dari pelayanan medis (medical care) kepemeliharaan kesehatan (health care)
sehingga setiap penanggulangan kesehatan lebih menonjolkan aspek peningkatan
(promotive) dan pencegahan (preventive) dibanding pengobatan (curative), pergeseran
dari program terpilah-pilah (fragmented program) ke program terpadu (integrated program)
yaitu lebih pada berpijak pada menyehatkan keluarga dan masyarakat, pergeseran dari
“keinginan (need)” ke “kebutuhan (demand)” sehingga pelayanan kesehatan disuatu
daerah akan berbeda dari daerah lainnya.
Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan adalah
pendekatan keluarga dan masyarakat serta lebih memprioritaskan upaya pemeliharaan
dan menjaga sehat semakin sehat serta merawat yang sakit agar sehat.
Oleh karena itu berbagai upaya harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini
dengan baik, diantaranya dengan meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan mutu
pelayanan kesehatan, khususnya untuk penduduk lanjut usia. Salah satu kegiatan yang
perlu digalakkan agar tujuan dimaksud dapat kita capai lebih cepat adalah mendorong
pembentukan dan pemberdayaan berbagai Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat
(UKBM) khusus lanjut usia anata lain Kelompok Lanjut Usia, Pusat Santunan Keluarga
dan lain-lain.
Keberadaan kelompok Lanjut Usia yang telah mulai berkembang diseluruh provinsi
akhir-akhir ini merupakan wujud nyata dan cerminan kebutuhan masyarakat khususnya
para lanjut usia terhadap pelayanan yang terjangkau, berkelanjut dan bermutu dalam
rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna dan produktif selama
mungkin.
Sehubungan dengan hal tersebut, adalah sangat beralasan bilamana harus
tersusun Pedoman Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia. Pedoman ini digunakan digunakan
sebagai acuan bagi petugas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan puskesmas ABC
1.Hal ini sejalan dengan visi Puskesmas ABC I yaitu menjadi puskesmas andalan yang
mampu mewujudkan masyarakat ABC hidup sehat secara mandiri ,yang pada
pelaksanaannya dalam memberikan pelayanan membudayakan tata nilai CAKAP yang
berarti cepat,akurat,kualitas,aman,profesional.Cepat artinya mampu memberikan respon
yang cepat dalam pelayanan, Akurat artinya dalam memberikan pelayanan harus tepat
sesuai kebutuhan sasaran,Kualitas artinya dalam memberi pelayanan harus menggunakan
standar yang ditetapkan, Aman artinya dalam memberikan pelayanan harus aman bagi
petugas maupun bagi sasaran, Profesional artinya dalam memberikan pelayanan harus
dilakukan oleh tenaga yang berkompeten dan sesuai dengan kode etik profesi.
Tata nilai diatas disusun sebagai acuan bagi insan puskesmas dalam berperilaku
dalam mencapai tujuan dalam Visi Misi puskesmas dan diharapkan menjadi budaya dalam
berorganisasi dan menjadi motivator untuk bekerja lebih baik dalam memberikan
pelayanan Usia Lanjut.
Secara demografi berdasarkan Sensus Penduduk tahun 1971 jumlah penduduk
usia 60 tahun keatas 5,3 juta atau 4,5% jumlah penduduk, meningkat menjadi 11,3 juta
atau 6,4% pada tahun 1990.
Pada tahun 2000 diperkirakan 7,4% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar
15,3 juta orang akan berusia diatas 60 tahun diatas 60 tahun ( SUSPAS, Lembaga
Demografi UI 1985). Proyek penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambar bahwa
antara tahun 2005-2010 jumlah lanjut usia akan sama dengan jumlah anak balita yaitu
sekitar 19 juta jiwa atau 8,4% dari seluruh jumlah penduduk.
Berdasarkan laporan data demografi penduduk internasional yang dikeluarkan oleh
Bureu of The Cencus USA (1993), jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun
2025 dibandingkan dengan keadaan tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414%
dan ini merupakan prosentase kenaikan paling tinggi diseluruh dunia. Sebagai
perbandingan pada periode waktu yang sama kenaikan dibeberapa negara secara
berturut-turut adalah Kenya 347%, Brazil 255%, India 242%, Cina 220%, Jepang 129%,
Jerman 66%, dan Swedia 33% ( Jinsella & Tanber).
Berdasarkan hasil survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 1980 angka
kesakitan pada usia 55 tahun keatas adalah 25,7% pada SKRT 1986 menurun menjadi
15,1% sedangkan hasil SKRT 1995, anka kesakitan pada usia 45-49 tahun sebesar 11,6%
dan angka kesakitan pada usia diatas 60 tahun sebesar 9,2%. Prevalensi anemia pada
usia 55-64 tahun sebesar 51,5% dan pada usia lebih dari 65 tahun 57,9%. Dalam kurun
waktu 10 tahun (1976-1986) penyakit jantung dan pembuluh darah berkembang menjadi
penyebab ketiga dari kematian umum, dengan prevalensi dari 1,1 per 1000 penduduk
pada tahun 1976 menjadi 5,9 per 1000 penduduk pada tahun 1986.
Disamping permasalahan tersebut diatas, sebagaimana telah diuraikan pada “latar
belakang”, kita masih mengahadapi berbagai masalah yang harus ditanggapi dan
diselesaikan dengan sebaik-baiknya dimasa datang antara lain:
- Kualitas lanjut usia yang rendah ditandai dengan rendahnya tingkat pendidikan.
Bahkan 50% penduduk lanjut usia tidak pernah memperoleh pendidikan formal.
- Dukungan sosial yang belum memadai karena kemampuan keuangan negara yang
masih terbatas dan pendapatan perkapita masyarakat Indonesia yang masih
rendah.
Dilain pihak dari sisi pemberdayaan masyarakat, pembentukan Kelompok Lanjut
Usia baru terbatas di Desa/ Kelurahan Ibu Kota Kabupaten/ Kota dan Kecamatan tentu
saja, saementara kegiatannya pun baik jumlah maupun kualitasnya sangat bervariasi
antara kelompok satu dengan kelompok lainnya. Keadaan ini dapat dimaklumi, setiap
daerah mempunyai kebutuhan yang berbeda dan ketersedian sumber daya yang tidak
merata, serta belum adnya pedoman/acuan bagi petugas lapangan dalam melaksanakan
kegiatanyang berkaitan dengan pembinaan kesehatan lanjut usia.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesehatan lanjut usia
2. Tujuan Khusus
- Tersedianya pedoman pelayanan kelompok Lanjut Usia dibidang kesehatan
sebagai acuan bagi petugas kesehatan
- Meningkatnya kemudahan bagi lanjut usia dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan lanjut usia, khususnya aspek penigkatan dan pencegahan tnpa
mengabaikan aspek pengobatan dan pemulihan

C .Sasaran Pedoman
Sasaran pelayanan Upaya Kesehatan Usia Lanjut meliputi seluruh masyarakat
yang berusia lanjut di wilayah kerja Puskesmas ABC I yang berumur 45-49 tahun
(vinilitas/prasenilis), 60-69 tahun (lanjut usia), >70 tahun (lanjut usia resiko tinggi)

D. Ruang Lingkup Pelayanan kesehatan Usila


Pelayanan Kesehatan Usila meliputi :
1. Kegiatan Pelayanan Usila di dalam gedung Puskesmas
Adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan pada usia lanjut didalam
gedung puskesmas yang meliputi penyuluhan . pengobatan ,dan rujukan.
2. Kegiatan Pelayanan Usila di luar gedung Puskesmas
Adalah Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar gedung puskesmas yang
meliputi posyandu usila,penyuluhan ,dan rujukan

E .Batas Operasional
1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas
pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyakarat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya.

2. Pelayanan Usila adalah pelayanan kesehatan terhadap usia lanjut yang dilakukan
di luar puskesmas.
3. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi / pemeriksaan kesehatan
yang terdiri dari usia lanjut.
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi tenaga upaya kesehatan yang ada di
Puskesmas ABC I:
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi

Upaya Kesehatan Pendidikan minimal D Diampu oleh 1 orang dengan


Usia Lanjut III latar belakang pendidikan

D III Kebidanan

B. Disitribusi Ketenagaan
Penanggung jawab program Upaya Kesehatan Usia Lanjut dan latar belakang
profesinya adalah sebagai berikut:
Kegiatan Petugas Profesi

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di Puskesmas Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan

Upaya Kesehatan Usia Lanjut di desa X Bidan


C. Jadwal Kegiatan
1. Pengaturan kegatan upaya kesehatan dilakukan bersama oleh para pemegang
program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri bulanan/lintas sektor
dengan persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk kangka waktu satu tahun, dan di
break down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal bulan
sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Secara keseluruhan jadwal dan rencana kegiatan upaya kesehatan
dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas ABC I.
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan
Pelayanan Usia Lanjut dilakukan di semua desa di wilayah puskesmas ABCI.
Bahkan ada yang lebih dari satu tempat di sebuah desa.

B. Standar Fasilitas
Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan upaya kesehatan usia lanjut Puskesmas
ABC I memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut:
Kegiatan Pelayanan Sarana- prasarana
Kesehatan Usia lanjut

- Meja, kursi

- Alat tulils

- Buku Register dan Buku Pencatatan


kegiatan

- Timbangan
Posyandu Lansia
- Microcoice/ pengukur tinggi badan

- Stetoskop

- Tensimeter

- KMS lansia

-BPPK Lanjut Usia(Buku Pedoman


Pemeliharaa Kesehatan ).

- Leaflet
Penyuluhan - Poster

- Alat peraga penyuluhan

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN UPAYA KESEHATAN USIA LANJUT (USILA)

A. Lingkup Kegiatan
1. Menyelenggarakan paket pembinaan bagi kelompok usia lanjut umur 45 – 59 tahun
yang meliputi penyuluhan ( KIE ) dan pelayanan kesehatan ,gizi maupun psiko
sosial agar dapat mempersiapkan diri menghadapi masa tua.Umur 60 – 69 tahun
agar dapat mempertahankan kesehatannya agar tetap produktif . Umur 69 tahun
keatas atau Usila dengan resiko tinggi agar dapat selama mungkin
mempertahankan kemandiriannya
2 Menyelenggarakan pembinaan melalui upaya penyuluhan ( KIE ) dalam rangka
meningkatkan pengetahuan ,kemampuan, dan ketrampilan pada
keluarga,masyarakat, termasuk organisasi masyarakat dalam menangani masalah
kesehatan Usila.
3. Pembinaan ketenagaan ,berupa peningkatan kemampuan teknis dan managemen
bagi pengelola dan pelaksana termasuk kader kesehatan, kelompok di
masyarakat,dan pelayanan professional lainnya dengan pemenuhan standart
pelayanan , menerapkan kendali mutu,serta prosedur tetap pelayanan,pembinaan
dukungan pendanaan program ,pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan
untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui pengembangan ilmu,teknologi tepat
guna dan penelitian.
4. Peningkatan dukungan politis bagi upaya pembinaan kesehatan usia lanjut dengan
mendayakan peraturan perundang undangan yang mendukung dan
menyebarluaskan informasi ,arahan, dan kerjasama lintas program , lintas
sektor,dalam upaya pembinaan kesehatan usia lanjut.

B. Metode
Pembinaan kesehatan usia lanjut dilaksanakan sebagai berikut dengan :
1. Menyesuaikan perencanaan pembinaan kesehatan usia lanjut dalam
perencanaan puskesmas.
2. Menyesuaikan dengan kegiatan pokok lainnya dalam lokakarya mini
puskesmas.
3. Menyesuaikan kondisi dan kebutuhan setempat.
4. Mendorong terwujudnya peran serta masyarakat melalui lembaga swadaya
masyarakat , PKK, organisasi sosial atau potensi lain yang ada.

C. Langkah Kegiatan
1. Perencanaan ( P1 )
a. Diseminasi informasi pembinaan kesehatan usia lanjut kepada staf puskesmas.
b. Membuat kesepakatan diantara staf puskesmas tentang penatalaksanaan.
c. Melakukan bimbingan dan pelatihan kepada staf puskesmas.
d. Membuat rencana kegiatan yang diintegrasikan dalam rencana tahunan
puskesmas ( pengumpulan data dasar, membuat peta lokasi dan masalahnya,
membuat rencana kegiatan sesuai masalah ).
e. Kerja sama dengan lintas sektor untuk member informasi dan menjelaskan
perannya.
f. Melakukan Survey Mawas Diri bekerja sama dengan sektor terkait.
g. Melakukan musyawarah dengan masyarakat tentang upaya yang akan dilakukan.
h. Membentuk kelompok kerja.
i. Melakukan pembinaan teknis bersama sektor terkait.
j. Mendorong pembentukan dan pembinaan usia lanjut di masyarakat secara
mandiri.

2. Pelaksanaan ( P2 )
a. Kegiatan Promotif.
Bertujuan meningkatkan gairah hidup usia lanjut agar merasa tetap dihargai dan
berguna.misal penyuluhan dan senam .
b. Kegiatan Preventif.
Bertujuan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya penyakit dan komplikasi
yang diakibatkan oleh proses degeneratif ( lewat KMS dan Buku Pemantauan
Kesehatan Pribadi Lanjut Usia ).
c. Kegiatan kuratif.
Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan .
d. Kegiatan Rehabilitatif.
Upaya yang dilakukan bersifat medic,psikososial,edukatif, dan pengembangan
ketrampilan .
e. Kegiatan Rujukan.
Upaya yang dilakukan untuk mendapat pelayanan kuratif dan rehabilitatif yang
memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan ke fasilitas yang lebih lengkap.

3. Pemantauan dan Pembinaan ( P3 )


Pemantauan dan pembinaan kesehatan usia lanjut dilakukan melalui pencatatan
dan pelaporan yang sesuai dengan simpus atau melalui pengamatan
langsung.Pencatatan juga dialaksanakan untuk melihat keberhasilan
kegiatan ,dengan menggunakan format pencatatan kegiatan pelayanan untuk
memantau kemajuan kegiatan.
Pemantauan dapat digunakan untuk mengendalikan proses pelaksanaan agar
sesuai rencana, mengendalikan hubungan antar petugas lintas program dan
lintas sektor agar saling mendukung dan tidak tumpang tindih.

4. Penilaian dan Pengembangan


Penilaian kegiatan dilakukan dengan :
a. Memanfaatkan data hasil pencatatan dan pelaporan rutin atau berkala, yang
meliputi aspek masukan, proses, dan luaran.
b. Pengamatan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan untuk
mengetahui kemajuan dan hambatan yang ada.
c. Study atau penelitian kusus untuk mengetahui kegiatan yang sudah dilakukan.
Pengembangan kegiatan yang dilakukan :
a. Peningkatan mutu pelayanan meliputi fasilitas, teknologi, tenaga, peningkatan
suvervisi, pelatihan dan penggalangan peran serta masyarakat serta
pemanfaatan sumberdaya.
b. Memperluas jangkauan pelayanan, menambah jenis pelayanan ,dan jumlah
tenaga pelaksana.
BAB V
LOGISTIK

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang


pelaksanaannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian
diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.
Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan kesehatan usia lanjut
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai
dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.
Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi :
- Tensimeter
- Timbangan Berat Badan
- Mikrotois
- Stetoskop
- Leaflet
- Buku catatan kegiatan
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator Upaya kesehatan Lanjut
Usia berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini
lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan
dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator
kesehatan usia lanjut berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam
kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA
– Plan of Action).
BAB VI
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak,
baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang
terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus
diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja
melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan dalam
mengelola keselamatan sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi
resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan
kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak
membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang
ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran
harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak
dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah
menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau
dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau
meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau
dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang
berjalan.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering


disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk
menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan
hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana
kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan
serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas
pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan
fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan
telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya
kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga,
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan
prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat.
Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah
kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan tentang
kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan
kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan desinfektan yang
sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius dengan benar dan harus
menggunakan alat pelindung diri yang benar.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk
mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan
aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk
menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan
keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator
sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan
dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pelaksanaan upaya kesehatan usia lanjut ini dibuat untuk memberikan
petunjuk dalam pelaksanaan kegiatan upaya kesehatan usia lanjut di Puskesmas ABC I,
penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja
masih memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara
nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan
kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.
Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan
pelayanan upaya kesehatan usia lanjut di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan
atau pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.
atan.

Petugas Usila
UPTD Puskesmas ABC I

You might also like