You are on page 1of 45

ARTIKEL

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA

DISUSUN OLEH:

ADELLA RIZQY ANDREYANY


43219010142

DOSEN PENGAMPU:

Yananto Mihadi Putra, SE., M.Si

UNIVERSITAS MERCU BUANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

JAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha esa, yang telah
memberikan kekuatan dan petunjuk sehingga penulis dapat menyusun artikel ini dengan sebaik-
baiknya, yang berjudul “Sistem Manajemen Basis Data” disusun dalam rangka memenuhi salah
satu mata kuliah Sistem Informasi Manajemen yang diampu oleh Bapak Yananto Mihadi Putra,
SE., M.Si.

Artikel ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan bagaimana suatu perusahaan
mampu memanfaatkan dan menerapkan sistem manajemen basis data supaya dalam menjalankan
kegiatan perusahaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien dengan sistem manajemen basis
data ini yang mempermudah atau meringankan jalannya kegiatan perusahaan. Meski telah
disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari bahwa artikel ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan penulis, semoga artikel ini dapat menjadi sarana membantu pembaca
dalam mencari sumber referensi mengenai Sistem Manajemen Basis Data.

Atas segala perhatiannya penulis mengucapkan terimakasih.

Jakarta, 11 Oktober 2020


ABSTRAK

Dalam era global saat ini sistem informasi manajemen merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari suatu organisasi dimana sistem informasi yang menghasilkan hasil keluaran
dengan menggunakan masukan dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan
dalam suatu kegiatan manajemen. Sistem manajemen berbasis data adalah suatu sistem atau
perangkat lunak yang dirancang untuk mengelola suatu basis data dan menjalankan operasi
terhadap data yang diminta banyak pengguna.

Saat ini peranan data sangatlah menonjol. Pemrosesan basis data menjadi perangkat
andalan yang sangat diperlukan oleh berbagai perusahaan. Basis data tidak hanya dapat
mempercepat perolehan informasi, tetapi juga meningkatkan pelayanan kepada pelanggan.
Sistem manajemen berbasis data mengorganisasikan volume data dalam jumlah besar yang
digunakan oleh perusahaan dalam transaksi-transaksinya sehari-hari. Data harus diorganisasikan
sehingga pada manajer dapat menemukan data tertentu dengan mudah dan cepat untuk
mengambil keputusan.

Sedangkan data adalah bahan baku informasi yang dikumpulkan dalam suatu basis data
agar pengumpulan dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien diperlukan manajemen data.
Manajemen data merupakan bagian dari manajemen sumber daya informasi. Pengelolaan
manajemen basis data membutuhkan suatu perangkat untuk dapat mengelolanya sehingga
manajemen basis data dapat terus dikelola dan ditingkatkan kinerjanya. Basis data (Database)
adalah kumpulan dari berbagai data yang saling berhubungan satu dengan yang lainya, database
tersimpan di perangkat keras, serta dimanipulasi dengan perangkat lunak. Pendefinisian basis
data meliputi spesifikasi dari tipe data atau informasi yang akan disimpan. Database meupakan
salah satu komponen yang penting dalam sistem informasi, karena merupakan basis dalam
menyediakan informasi bagi para pengguna atau user.

Penyusunan basis data meliputi memasukan data kedalam media penyimpanan data dan
diatur dengan menggunakan perangkat sistem manajemen basis data (Database System DBMS).
Manipulasi basis data meliputi proses pembuatan pernyataan (query) untuk mendapatkan
informasi tertentu, melakukan pembaruan atau pergantian (update) data, serta pembuatan report
data.
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem manajemen basis data mengorganisasikan volume data dalam jumlah besar yang
digunakan oleh perusahaan dalam transaksi-transaksinya sehari-hari. Data harus diorganisasikan
sehingga para manajer dapat menemukan data tertentu dengan mudah dan cepat untuk
mengambil keputusan. Perusahaan memecah keseluruhan koleksi data menjadi sekumpulan tabel
data yang saling berhubungan, kumpulan-kumpulan kecil data yang saling terhubung ini akan
mengurangi pengulangan data sehingga pada akhirnya konsistensi dan akurasi data makan
meningkat.

Dewasa ini sebagian besar perusahaan menggunakan basis data yang mengikuti suatu
struktur relasional. Dua alasan penting di balik penggunaan struktur ini adalah bahwa struktur
basis data relasional mudah untuk digunakan dan hubungan di antara tabel di dalam struktur
bersifat implisit. Kemudahan penggunaan telah memberanikan banyak manajer untuk menjadi
pengguna langsung dan sumber basis data.

Meningkatnya arti penting basis data sebagai sumber daya yang mendukung pengambilan
keputusan telah mengharuskan para manajer mempelajari lebih jauh perancangan penggunaan
basis data. Dalam makalah ini penulis akan mencoba memaparkan mengenai bagaimana sistem
manajemen basis data.

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini ialah:

a. Apa yang dimaksud dengan Manajemen Sumber Daya Data?

b. Apa yang dimaksud dengan organisasi data?

c. Bagaimana struktur Basis data?

d. Bagaimana contoh basis data relasional?


e. Bagaimana membuat dan menggunakan basis data?

f. Bagaimana personel basis data?

g. Bagaimana menempatkan sistem manajemen basis data dalam perspektif?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini ialah:

a. Untuk menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Sistem Informasi Manajemen

b. Untuk mengetahui apa itu Manajemen Sumber Daya Data dan organisasi data

c. Untuk mengetahui bagaimana struktur data

d. Untuk mengetahui bagaimana contoh basis data relasional

e. Untuk mengetahui bagaimana membuat dan menggunakan basis data

f. Untuk mengetahui bagainama personel basis data dan bagaimana menempatkan sistem
manajemen basis data dalam perspektif
LITERATUR TEORI

Sistem Manajemen Basis-Data (Data Base Management System / DBMS) adalah


perangkat lunak sistem yang memungkinkan para pemakai membuat, memelihara, mengontrol,
dan meng-akses basis data dengan cara praktis dan efisien. DBMS dapat digunakan untuk meng-
akomodasikan berbagai macam pemakai yang memiliki kebutuhan akses yang berbeda-beda.
DBMS pada umumnya menyediakan fasilitas atau fitur-fitur yang memungkinkan data dapat
diakses dengan mudah, aman, dan cepat. Beberapa fitur yang secara umum tersedia adalah:

* Keamanan : DBMS menyediakan sistem pengamanan data sehingga tidak mudah diakses oleh
orang yang tidak memiliki hak akses.

* Independensi : DBMS menjamin independensi antara data dan program, data tidak bergantung
pada program yang meng-akses-nya, karena struktur data-nya dirancang berdasarkan kebutuhan
informasi, bukan berdasarkan struktur program. Sebaliknya program juga tidak bergantung pada
data, sehingga walaupun struktur data diubah, program tidak perlu berubah.
* Konkruensi / data sharing : data dapat diakses secara bersamaan oleh beberapa pengguna
karena manajemen data dilaksanakan oleh DBMS.

* Integritas : DBMS mengelola file-file data serta relasi-nya dengan tujuan agar data selalu
dalam keadaan valid dan konsisten

* Pemulihan : DBMS menyediakan fasilitas untuk memulihkan kembali file-file data ke keadaan
semula sebelum terjadi-nya kesalahan (error) atau gangguan baik kesalahan perangkat keras
maupun kegagalan perangkat lunak.

* Kamus / katalog sistem : DBMS menyediakan fasilitas kamus data atau katalog sistem yang
menjelaskan deskripsi dari field-field data yang terkandung dalam basisdata.

* Perangkat Produktivitas : DBMS menyediakan sejumlah perangkat produktivitas sehingga


memudahkan para pengguna untuk menarik manfaat dari database, misalnya report generator
(pembangkit laporan) dan query generator (pembangkit query / pencarian informasi).
Sistem Manajemen Basis-Data (DBMS) memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan
pengelolaan data tanpa DBMS, walaupun tidak terlepas dari beberapa kelemahan.
Keunggulan DBMS antara lain sbb:

* Mengurangi duplikasi data atau data redundancy

* Menjaga konsistensi dan integritas data

* Meningkatkan keamanan data

* Meningkatkan effisiensi dan effektivitas penggunaan data

* Meningkatkan produktivitas para pengguna data

* Memudahkan pengguna dalam menggali informasi dari kumpulan data

* Meningkatkan pemeliharaan data melalui independensi data

* Meningkatkan pemakaian bersama dari data

* Meningkatkan layanan backup dan recovery data

* Mengurangi konflik antar pengguna data

Kelemahan DBMS antara lain sbb:

* Memerlukan suatu skill tertentu untuk bisa melakukan administrasi dan manajemen database
agar dapat diperoleh struktur dan relasi data yang optimal

* Memerlukan kapasitas penyimpanan baik eksternal (disk) maupun internal (memory) agar
DBMS dapat bekerja cepat dan efisien.

* Harga DBMS yang handal biasanya sangat mahal

* Kebutuhan akan sumber daya (resources) biasanya cukup tinggi


PEMBAHASAN

Mengapa Konsep Basis Data?


Aktifitas pemrosesan berbantukan komputer pada dasarnya melibatkan dua komponen: data dan
instruksi (program). Sehingga untuk mendukung kebutuhan tersebut, diperlukan perancangan
untuk mengkolaburasikan data dan instruksi (program).

Secara konseptual, ada dua metode untuk merancang antarmuka antara program instruksi dan
data:
- File-berorientasi pengolahan: A data spesifik yang telah dibuat untuk setiap aplikasi
- Pengolahan data berorientasi: Buat satu repositori data untuk mendukung berbagai aplikasi.

Awal mula proses perancangan tersebut, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan file
datar (flat data). Namun pendekatan ini memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan file
berorientasi berlebihan termasuk pengolahan data dan program dan beragam format untuk
menyimpan data yang berlebihan.

Konsep manajemen Basis Data merupakan pengembangan dari konsep Flat File dalam suatu
aktifitas perancangan program/aplikasi. Konsep Flat file mulai ditinggalkan karena konsep flat
file tesebut menimbulkan beberapa kendala pada saat program antarmuka pemrosesan
berbantukan komputer ini digunakan.

Gambaran Umum File Datar Versus Pendekatan Basis Data


Gambar berikut memperlihatkan pendekatan flat file dalam manajemen data. Dalam lingkungan
ini, pemakai memiliki file-file data mereka. Kepemilikan eksklusif terhadap data ini merllpakan
konsekuensi alami dari dua masalah yang berkaitan dengan era sistem-warisan (legacy-system
era). Sebagai berikut:
 Masalah pertama adalah kultur bisnis yang menimbulkan hambatan di antara unit-unit
organisasi, yang menghalangi integrasi data secara luar dalam suatu entitas.
 Masalah kedua berasal dari keterbatasan teknologi manajemen flat file yang mensyaratkan file
data harus distrukturkan untuk kepentingan unik pemakainya. Jadi, data sama, tetapi
digunakan dengan cara yang agak berbeda oleh para pe-makai yang berbeda, harus distruktur
ulang dan diproduksi ulang secara fisik di dalam file-file yang berbeda.

Untuk lebih jelasnya, file-file itu berisi gambar-gambar yang secara konseptual dilambangkan
dengan huruf-huruf. Setiap huruf menunjukkan satu atribut data (field), satu record, atau isi
seluruh file. Perhatikan juga bahwa data elemen B terdapat dalam semua file pemakai. Ini
disebut dengan pemborosan data (data redundancy), yang menjadi penyebab utama dari
masalah-masalah manajemen data penting dalam tiga bidang:
 penyimpanan data (data storage),
 pembaruan data (data updating), dan
 kekinian informasi (currency of information).

Di dalam setiap bidang ini, dan dalam masalah keempat, ketergantungan tugas-data (task-data
dependency), yang tidak langsung berkaitan dengan pem-borosan data, dijelaskan di bawah ini.
Gambar 9-1. Manajemen Data Flat File

Program 1 A, B, C
Transaksi Pemakai 1

Transaksi Pemakai 2 Program 1 X, B, Y

Transaksi Pemakai 3 Program 1 L, B, M

Penyimpanan Data
Dalam lingkungan file datar, hal ini tidak mungkin terjadi. Untuk memenuhi kebutuhan
data khusus dari pengguna, organisasi harus mengeluarkan biaya untuk prosedur pengumpulan
majemuk dan untuk prosedur penyimpanan majemuk. Beberapa data yg umum digunakan bias
diduplikasi lusinan kali, ratusan kali, atau bahkan ribuan kali, sehingga biaya penyimpanan
datanya menjadi sangat tinggi.

Pembaruan Data
Organisasi memiliki banyak sekali data yg disimpan dalam file induk dan file referensi yg
memerlukan pembauran berkala agar mencerminkan perubahan operasional dan ekonomi. Jadi
para pengguna sistem informasi memiliki file yg terpisah, setiap perubahan harus dilakukan
secara terpisah untuk setiap pengguna. Ini tentunya akan menambah biaya manajemen data
secara signifikan.

Kekinian Informasi
Kebalikan dari masalah pembauran data majemuk adalah masalah gagalnya memperbarui
semua file penggunaan yg di pengaruhi oleh perubahan data tertentu. Jika pesan pembauran ini
tidak disebarkan dengan benar, sebagian pengguna mungkin tidak mencatat perubahan tersebut,
dan kemudian akan melakukan pekerjaan dan mengambil keputusan berdasarkan data yg sudah
usang.
Ketergantungan Tugas Data
Masalah lainnya dengan pendekatan file datar adalah ketidakmampuan pengguna untuk
mendapatkan informasi tambahan ketika kebutuhannya berubah. Masalah ini disebut
ketergantungan tugas-data.
Pendekatan Basis Data
Figur 9-2 (a) menyajikan ulasan sederhana tentang pendekatan basis data dengan
pengguna dan keperluanm data yg sama seperti dalam Figur 9-1. Perubahan paling jelas dari
model file datar adalah pengelompokkan data menjjadi sebuah basis data umum yg dapat
digunakan secara bersama oleh semua pengguna sistem informasi.
Penyelesaian Masalah File Datar
Penggunaan data secara bersama-sama (tidak adanya kepemilikan data) merupakan
konsep utama dari pendekatan basis data. Masalah –masalah ini akan di atasi.

Gambar 9-2(a) Konsep Database

Transaksi Pemakai 1 Program 1

Transaksi Pemakai 2 Program 2 A, B, C, X, Y,


L, M

Transaksi Pemakai 3 Program 3

 Tidak ada redundasi data. Setiap elemen data disimpan hanya sekali sehingga
menghilangkan redundansi data dan mengurangi biaya penyimpanan data.
 Satu kali pembauran data. Karena setiap elemen data hanya terdapat pada satu tempat,
dibutuhkan hanya satu kali pembauran data. Ini tentu mengurangi waktu dan biaya
untuk menjaga kekinian data.
 Nilai kekinian data. Perubahan terhadap basis data yg dilakukan oleh seorang pengguna
akan berlaku bagi semua pengguna.
 Interdependensi tugas-data. Pengguna memilik akses sepenuhnya ke data yg ada di
perusahaan. Kebutuhan informasi seorang pengguna bisa meluas diluar wilayah
langsung pekerjaannya, namun kebutuhan ini dapat dengan segera dipenuhi dengan
pendekata file datar. Para pengguna hanya dibatasi oleh keterbatasan data yg di
sediakan oleh organisasi dan legitimasi yg diperlukan untuk mengakses data tersebut
Pengendalian Akses Basis Data
Pendekatan basis data menempatkan semua informasi dalam satu keranjang. Oleh sebab
itu, keranjang ini perlu di jaga dengan baik. Contoh dalam Figur 9-2 (a) tidak memiliki ketentuan
untuk mengendalikan akses ke basis data. Asumsikan Data X itu merupakan informasi yang
sensitif dan rahasia dan hanya Pemakai 3 yang diberi otorisasi untuk mengaksesnya. Bagaimana
organisasi dapat mencegah pemakai lain untuk mendapatkan akses yang tidak sah terhadap
informasi tersebut?
Gambar 9-2(b) Konsep Database

Program 1
Transaksi Pemakai 1

Transaksi Pemakai 2 Program 2 D A, B, C,


X, Y, L, M
B

Transaksi Pemakai 3 Program 3 M

Sistem Manajemen Basis Data


Yang berada diantara program pengguna dan basis data fisik adalah sistem manajemen
basis data (database management system-DBMS). Tujuan DBMS adalah untuk menyediakan
pengendalian akses terhadap basis data. DBMS merupakan sistem peranti lunak khusus yg di
program untuk mengetahui elemen data mana yg bias diakses oleh pengguna. Program pengguna
mengirimkan permintaan data kepada DBMS, yg mengesahkan dan mengotorisasi akses ke basis
data, sesuai dengan tingkat otoritas pengguna. Jika pengguna meminta data yg dia tidak punya
otoritasnya, permintaan itu akan ditolak. Jadi, prosedur untuk menetapkan otoritas pengguna
sistem informasi di dalam sebuah organisasi merupakan masalh pengendalian penting yg harus
diperhatikan oleh seorang akuntan.

Tiga Model Konseptual


Pendekatan basis data yg paling umum digunakan oleh sistem informasi bisnis adalah
model hierarkis (hierarchical model), model jaringan (network model), dan model relasional
(relational model). Karena kemiripan konseptual tertentu, basis data hierarkis dan jaringan
disebut model navigasional (navigational model) atau terstruktur (structured model). Cara data di
atur dalam sistem basis data awal ini mendorong para pengguna untuk menjelajahi di antara
elemen-elemen data dengan menggunakan jalur-jalur yg sudah terstruktur.Model relasional jauh
lebih fleksibel karena memung-kinkan para pemakainya menciptakan jalur yang baru dan unik
melalui database untuk memecahkan masalah-masalah bisnis yang lebih luas cakupannya.

Elemen Lingkungan Basis Data


Gambar 9-3 menampilkan rincian lingkungan database dalam empat elemen utama:
pemakai, DBMS, administrator database, dan database fisik.
Pengguna
Pengguna mengakses basis data dalam dua cara. Pertama, akses tersebut dapat
dicapai melalui program-program pengguna yg disiapkan oleh professional sistem.
Program-program pengguna mengirim permintaan akses data (panggilan) ke DBMS, yg
mengesahkan permintaan tersebut dan mengambil data untuk diproses. Dengan cara akses
seperti ini, kehadiran DBMS menjadi transparan bagi para pengguna. Metode kedua
untuk akses basis data adalah melalui permintaan langsung, yg tidak memerlukan
program-program formal dari pengguna.

Sistem Manajemen Basis Data


DBMS menyediakan lingkungan yg terkendali untuk membantu (atau mencegah)
pengguna mengakses basis data dan untuk secara efisien mengelola sumber daya data.
Gambar 9-3. Elemen-elemen Konsep Database
Administrator
Database
Perimintaan Sistem
Proses
Pengembangan
Sistem

Aplikasi
Transaksi Program DBMS
Pengguna
Bahasa Difinisi
Data (DDL) Sistem
Transaksi
Program operassi
Pengguna H0st
Pengguna

Bahasa
Manipulasi
Data (DML)
Transaksi Program
Pengguna
Bahasa Query
Database
Program
Transaksi
Pengguna

Setiap model DBMS mencapai tujuan ini dengan cara yg berbeda, tetapi ada
beberapa ciri yg umum, di antaranya:
1. Pengembangan program. DBMS berisi perangkat lunak pengembangan aplikasi.
2. Backup dan pemulihan. Selama pemrosesan, DBMS secara periodik membuat file-file
backup untuk database fisik.
3. Penggunaan database untuk pelaporan. Fitur ini mencatat data statistik tentang data-
data yang sedang digunakan, dan siapa yang menggunakannya.
4. Akses database. Fitur yang paling penting dari DBMS adalah mengizinkan pe-makai
yang memiliki otorisasi untuk mengakses database. Gambar 9-3 menun-jukkan tiga
modul perangkat lunak, antara lain:bahasa definisi data (DDL-data definition
language), bahasa manipulasi data (DML-data manipulation language) dan bahasa
query (QL-query language).
Bahasa Definisi Data
Bahasa Definisi Data (DDL-Data Definition Language) adalah sebuah bahasa program
yang digunakan untuk mendefinisikan database fisik ke DBMS. Terdapat tiga tingkat, disebut
sudut pandang (view), dalam definisi ini: sudut pandang internal, sudut pandang konseptual
(skema), dan sudut pandang pemakai (subskema).
 Tampilan Internal. Tampilan internal (internal view)menyajikan
pengaturan record secara fisik dalam basis data. lni merupakan penyajian
tingkat paling rendah, di mana satu langkah dipindahkan dari database fisik.
Sudut pandang internal ini menjelaskan struktur record, hubungan di antara
mereka, dan pengaturan fisik serta urutan record dalam satu file.
 Tampilan Konseptual (Skema). Tampilan konseptual atau skema
menyajikan basis data secara logika dan secara abstrak, bukan bagaimana
database itu secara fisik disimpan. Sudut pandang ini memungkinkan prog-
ram-program pemakai untuk memanggil data tanpa mengetahui atau tanpa
perlu menspesifikasi bagaimana data-data itu diatur atau kapan mereka di-
simpan dalam database fisik.
 Tampilan Pengguna (Subskema). Tampilan Pengguna(user
view)mendefinisikan bagaimana seorang pemakai tertentu melihat database.
lni adalah bagian dari database di mana seorang pemakai individual memiliki
oto-risasi untuk mengaksesnya.
Operasi DBMS. Untuk mengilustrasikan peran dari tampilan ini, lihat urutan peristiwa
yang biasanya terjadi dalam mengakses melalui DBMS. Penjelasan berikut ini sifatnya hipotesis
teknis tertentu dihilangkan.
1. Program pengguna mengirimkan permintaan (memanggil) data yang terdapat
dalam DBMS. Panggilan ini tertulis dalam bahasa manipulasi data khusus
(akan dibahas nanti) yang melekat dalam program pengguna tersebut.
2. DBMS menganalisis permintaan itu dengan mencocokkan elemn – elemen
data yang dipanggil dengan tampilan pengguna dan tampilan konseptual. Jika
permintaan data itu cocok, akan diotorisasi dan langkah pemrosesan maju ke
Langkah 3. Jika tidak cocok dengan tampilan ini, akses data itu ditolak.
3. DBMS menetukan parameter – parameter struktur data dari tampilan internal
dan mengirimkannya ke system operasiyang melakukan pengambilan data
actual. Parameter struktur data tersebut mendeskripsikan organisasi dan
metode akses (Access method) yaitu program utilitas system operassi, untuk
mengambil data yang diminta.
4. Dengan menggunakan mettode akses yang tepat, system operasi berinteraksi
dengan peralatan penyimpanan disket untuk mengambil data dari basis data
fisik.
5. Sistem operasi kemudian menyimpan data itu dalam memori utama di atas
penyangga (buffer area) yang dikelola oleh DBMS.
6. DBMS mentransferr data tersebut ke lokasi kerja pengguna yang terdapat
dalam memori utama. Pada saat ini, program pengguna bebass mengakses
dan memanipulasi data.
7. Ketika pemrosesan selesai. Langkah 4, 5 dan 6, dibalik untuk menyimpan
kembali data yang sudah diproses ke basis data.
Bahasa Manipulasi Data
Bahasa manipulasii data (data manipulation language-DML) adalah bahasa pemrograman
kepemilikan (proprietary) yang digunakan oleh DBMS tertentu untuk mengambil, memproses,
dan menyimpan data. Keseluruhan program data dapat ditulisdalam DML atau dengan cara lain,
perrintah perintah dari DML terpilih dapat disisipkan ke dalam program – program yang tertulis
dengan ahasa universal, seperti PL/1 COBOL, dan FORTRAN. Penyisipan perrintah – perintah
DML memungkinkan program – program standar yang pada awalnya ditulis untuk lingkunga file
datar, diubah dengan mudah ke lingkungan basis data. Penggunaan progam – program bahasa
standar juga membuat organisasi tidak bergantung pada pemasok tertentu. Jika organisasi itu
memutuskan untuk mengganti pemasoknya ke pemasok lain yang DML-nya berbeda, organisasi
itu tidak perlu menulis ulang semua program pengguna. Dengan mengganti perintah – perintah
DML yang lama dengan perinta baru, program – program pengguna dapat dimodofikasi agar
berfungsi di lingkungan yang baru.
Bahasa Permintaan Data
Kemampuan query DBMS memungkinkan pengguna akhir dan pemrogram professional
untuk mengakses data dalam basis data secara langsung tanpa memerrlukan program
konvesional. Bahasa permintaan terstruktur (structured query language-SQL, diucapkan sequel)
dari IBM telah menjadi bahasa query standar untuk DBMS mainframe dan mikrokomuter. SQL
merupakan bahsa generasi ke empat dan bahasa non procedural dengan banyak perintah yang
memungkinkan pengguna untuk memasukkan , mengambil dan memodifikasi data dengan
mudah. Peirntah SELECT merupakan alat yang sangat berguna untuk mengambil data.
Contoh dalam figure 9-5 menggambarkan penggunaan perintah SELECT untuk menghasilkan
laporan pengguna dari basis data yang disebut perseidaan.
SQL merupakan alat pemrosesan data yang efisien. Walaupun bukan bahasa Inggris yang
alami, SQL hanya memerlukan sedikit latihan mengenai konsep computer dan lebih sedikit
pemrograman daripada bahasa – bahasa lainnya. Bahkan, banyak system query basis data tidak
memerlukan pengettahuan SQL sama sekali. Para pengguna memilih data secara visual dengan
“menunjuk dan mengklik” atribut yang diinginkan. Kemudian, alat penghubung visual pengguna
menghasilkan perintah – perintah SQL yang diperlukan secara otomatis. Fitur ini menempatkan
pelaporan khusus (ad hoc) dan kapabilitas perosesan data berada di tangan pengguna/manajer.
Dengan mengurangi ketergantungan terhadap pemrograman professional, para manajer dapat
mengatasi masalah yang tiba – tiba muncul.

Administrator Basis Data


Lihat figur 9-3 dan perhatikan posisi administrati dari administrator basis data (database
administrator-DBA). Posisi inti tidak ada dala lingkungan file datar. DBA bertanggung jawab
untuk mengelola sumber daya basis data. Penggunaan basis data secara bersama – sama oleh
banyak pengguna memerlukan koordinasi, peraturan, dan petunjuk untuk melindungi integritas
basis data.
Diorganisasi besar, fungsi DBA mungkin terdiri atas seluruh anggota departemen
personalia teknik yang berada di bawah tanggung jawab seorang administrator basis data. Di
organisasi yang lebih kecil, ttanggung jawab DBA terletak di tangan seseorang yang berada
dalam kelompok layanan komputer. Tugas – tugas seorang DBA meliputi wilayah berikut ini :
perencanaan basis data, desain basis data, implementasi basis data, operasi dan pemeliharaan
basis data, serta perubahan da pertumbuhan basis data. Tabel 9-1 menyajikan perincian tugas –
tugas spesifik yang ada dalam wilayah – wilayah pekerjaan tersebut.
Tabel 9-1 Fungsi – fungsi Administrator Basis Data
Perencanaan Basis Data : Implementasi :
Mengembangkan strategi basis data Menentukan kebijakan akses
organisasi Mengimplementasikan proposal
Mendefinisikan lingkungan basis pengendali keamanan
data Menentukan prosedur pengujian
Mendefinisikan persyaratan dana Menetapkan standar pemrograman
Mengembangkan kamus data
Desain : Operasi dan Pemeliharaan :
Basis data logis (skema) Mengevaluas kinerja basis data
Tampilan pengguna eksternal Menyusun ulang basis data sesuai
(subskema) dengan kebutuhan pengguna
Pengendali basis data Meninjau kembali standard an prosedur
Perubahan dan Pertumbuhan :
Merencanakan perubahan dan
pertumbuhan
Mengevaluasi teknologi baru

Interaksi Organisasional Dari DBA


Figur 9-6 menunjukkan beberapa antarmuka organisasi dari DBA. Secara khusus, yang penting
dilihat disisi adalah relasi antara DBA, pengguna akhir, dan para professional system di
organisasi. Lihat figure 9-3 selama mempelajari relasi ini.
Gambar 9-6 Interaksi Organisasi dari Administrasi Database

Manajemen

Pemakai Akhir Administrator Basis Profesional


Data Sistem

Kegiatan
Operasi

Ketika kebutuhan informasi meningkat para pengguna mengirimkan perrmintaan formal


untuk aplikasi komputer kepada para rofesional system (pemrogram) organisasi. Permintaan ini
ditangani melalui prosedur pengembangan system formal, yang menghasilkan aplikasi
terrprogram. Figue 9-3 menunjukkan relasi ini ketika garis dari kotak pengguna mengalir ke
DBA, yang mengevaluasinya untuk menentukan kebutuhan basis data pengguna. Setelah relasi
ini terbentuk, DBA memberikan otoritas akses kepada pengguna dengan memprogram tampilan
pengguna (subskema). Relasi ini ditunjukkan ketika garis – gariss antara pengguna dan DBA,
dan antara DBA dan modul DDL berada di kotak DBMS. Dengan tetap menjaga otoritas akses
terpisah dari pengembangan system (pemrograman aplikasi), organisasi tersebut lebih mampu
mengendalikan dan melindungi basis datanya. Usaha yang dilakukan secara sengaja atau tidak
sengaja untuk mengakses tanpa otoritas yang sah kemungkinan besar akan ditemukan jika kedua
kelompok ini bekerja secara independen. Rasionalisasi untuk pemisahan pekerjaan ini dijelaskan
Bab 15

Kamus Data
Fungsi penting lainnya dari DBA adalah penciptaan dan pemeliharaan kamus data (data
dictionary). Kamus data menjelaskan setiap elemen data yang terdapat dala basis data. Fungsi ini
memungkinkan semua pengguna (dan pemrogram) untuk berrbagi tampilan yg sama terhadap
sumber daya data sehinggga sangat membantu dalam menganalisis kebutuhan pengguna.
Basis Data Fisik
Elemen keempat dari pendekatan basis data yang ditampilaan dalam figur 9-3 adalah
basis data fisik . Pendekatan ini merupakan tingkat terendah daari basis data. Basis data fisik
tersusun dar titik – titik magnetis pada disket magnetis. Tingkat basis data lainnya (tampilan
pengguna, tampilan konseptual, dan tampilan internal) merupakan representasi abstrak dari
tingka fisik.
Ditingkat fisik, basis data merrupakan kumpulan record dan file. Basis data relasional
didasarkan pada struktur file berurutan berindeks. Struktur ini ditampilkan dalam figur 9-7,
menggunakan sebuah indeks ang berhubungan dengan organisasi file berurutan . Struktur ini
memfasilitasi akses langsung ke record individual dan pemrosesan batch untuk seluruh file.
Indeks ganda dapat digunakan untuk menciptakan referensi silang, yang disebut daftar terbalik ,
yang semakin meningkatkan fleksibilitas akses data. Dua indeks ditunjukkan dalam figure 9-7.
Satu indeks berisi nomor pegawai (kunci primer) untuk record yang ditempatkan secara unik
dalam file. Indeks kedua berisi alamat record yang diatur menurut penghasilan hingga sekarang.
Dengan menggunakan field yang tidak unik sebagai sekunder semua record karyawan dapat
dilihat dengan urutan menaik atau menurun, sesuai dengan jumlah penghasilannya. Selain itu,
record individual dengan saldo pendapatan yang dpilih dapat ditampilkan. Indeks dapat
diciptakan untuk setiap atribut dalam file sehingga memungkinkan data dapat dilihat dari banyak
perspektif.

Model Basis Data Relasional


E.F Codd pertama kali mengajukan prinsip – prinsip model reasional di akhir tahun 1960-
an. Model formal ini didasarkan pada aljabar relasional dan serangkaian teori, yang menjadi
basis teoritis bagi sebagian besar operasi manipulasi data yang digunakan.
Dari pandangan yang murni, system relasional yang penuh adalah yang sesuai dengan 12
peraturan yang disebutkan oleh Codd. Akan tetapi, untuk tujuan praktis, tidak semua peraturan
Codd sama pentingnya. Beberapa bersifat kritis, beberapa tidak. Oleh sebab itu, ahli teori lainnya
mengusulkan persyaratan yang tidak terlalu kaku untuk menilai relasional suatu system. Sistem
disebut relasional jika :
1. Menyajikan data dalam bentuk tabel dua dimensi seperti basis data yang disebut pelanggan
pada figure 9-8.
2. Mendukung fungsi – fungsi aljabar relasional yaitu batasi (restric), proyeksikan (project), dan
gabungan (join).
Fungsi – fungsi tersebut dijelaskan di bawah ini :
Batasi : Ekstraksikan baris yang ditentukan dari tabel tertentu. Operasi ini, yang diustasikan
dalam figure 9-9 (a), menciptakan tabel virtual (yang tidak ada secara fisik) yang merupakan
bagian dari tabel aslinya.
Proyeksikan : Ekstraksikan atribut (kolom) tertentu dari tabel untuk menciptakan tabel
virtual. Ini ditunjukkan dalam figur 9-9 (b).
Gabungkan : Bangun satu tabel fisik yang baru dari dua tabel yang terdiri atas semua
pasangan baris, dari setiap tabel. Lihat figure 9-9 ©.
Meskipun batasi, proyeksikan, dan gabungkan bukan merupakan serangkaian fungsi yang
lengkap, ini adalah subrangkaian yang mencukupi untuk kebanyakan kebutuhan informasi bisnis.

Konsep Basis Data Relasional


Dibagian ini akan dibahas konsep – konsep dasar, terminology, dan teknik yang umum
pada sistem basis data relasional. Blok ini kemudian akan digunakan dalam bab ini untuk
mendesain basis data kecil mulai dari awal.
Gambar 9-8. Tabel Relasional yang Diberi Nama Pelanggan

Artibut
Nama Tabel = Pelanggan
No. Pelanggan
Nama Alamat Saldo Saat Ini
(Kunci)

1875 J. Smith 18 Elm St. 1820,00

Tuples
1876 G. Adams 21 First St. 2400,00

(records) 1943 J. Hobbs 165 High St. 549,87

2345 Y. Martin 321 Barclay 5256,76

. . . .

. . . .

Entitas, Pemunculan dan


. Atribut . . .

5678 T. Stem 432 Main St. 643,67


Entitas adalah segala sesuatu yang digunakan oleh organisasi untuk
mengangkap data. Entitas bias bersifat fisik, seperti persediaan, pelanggan, atau
karyawan. Entitas juga bias bersifat konseptual, seperti penjualan (ke
pelanggan), piutang usaha atau utang usaha. Desainer sistem mengidentifikasi
entitas dan menyiapkan model seperti yang ditunjukkan dalam figure 9-10.
Model data ini adalah cetak biru untuk menciptakan basis data fisik.

Gambar 9-9. Fungsi Aljabar Relasional – Terbatas, Proyek dan Gabungan

(a) Terbatas (a) Proyek

(c)
X1Gabungan
Y1 Y1 Z1 X1 Y1 Z1

X2 Y2 Y2 Z2 X2 Y2 Z2

X3 Y1 Y3 Z3 X3 Y1 Z1

Representasi grafis yang digunakan untuk mencerrminkan model ini disebut diagram
relasi entitas (entity relationship ER). Dalam ketentuan umumnya, setiap entitas dalam model
data diberikan nama dalam bentuk kata benda tunggal. Seperti pelanggan, bukan pelanggan –
pelanggan. Istilah pemunculan (occurance) digunakan untuk mendeskripsikan jumlah contoh
atau record yang berkaitan dengan enttas tertentu. Misalnya, jika organisasi memiliki karyawan,
entitas karyawan disebut terdiri atas 100 pemunculan. Atribut (attribute) adalah elemen data yang
mendefinisikan entitas. Misalnya, entitas karyawan bias didefinisikan dengan serangkaian atribut
berrikut ini : Nama, Alamat, Keterampilan, Lama Bekerja, dan Upah per Jam. Setiap
pemunculan dalam entitas karyawab terdiri atas jenis atribut yang sama, namun nilai setiap
atribut akan berbeda antarpemunculan. Karena atribut merupakan karakteristik yang logis dan
relevan dari suatu entitas, entitas tersebut bersifat unik untuk satu entitas tertentu. Dengan kata
lain, atribut yang sama tidak boleh digunakan untuk mendefinisikan dua entitas yang berbeda.
Asosiaasi dan Kardinalitas
Garis berlabel yang menghubungkan dua entitas dalam model data mendeskripsikan sifat
asosiasi (association) di antara mereka. Asosiasi ini ditunjukkan dengan kata kerja seperti kirim,
minta, atau terima. Kardinalitas (cardinality) adalah derajat asosiasi di antara duua entitas.
Sederhananya, kardinalitas mendeskripsikan jumlah pemunculan yang mungkin terrjadi dalam
satu tabel yang berkaitan dengan pemunculan tunggal dalam tabel terkait. Empat bentuk dasar
kardinalitas yang meungkin terjadi adalah : nol atau satu (0,1), satu dan hanya satu (1,1), nol
atau banyak (0,M), dan satu atau banyak (1,M). Semua ini digabungkan untuk menunjukkan
asosiasi logis antarentitas. Figur 9-11 menampilkan beberapa contoh asosiasi entitas.
Satu ke Nol atau Satu (1:0,1). Asumsikan bahwa suatu perusahaan memiliki 1000 karyawan
namun hanya 100 dari mereka yang merupakan staf pembelian. Asumsikan juga bahwa setiap
tenaga penjual diberi tanggung jawab sebuah mobil
Perusahaan. Contoh 1 menunjukkan bahwa untuk setiap pemunculan (record) dalam entitas
karyawan ada kemungkinan nol atau satu pemunculan dalam entitas mobil perusahaan.
Pendifinisian kardinalitas dari asosiasi entitas akan membantu untuk melihat satu pemunculan
(record) dari satu entitas dan untuk melihat entitas lainnya. Berapa jumlah maksimal dan
minimal dari record yang dapat berasosiasi dengan satu record yang telah anda pilih? Dengan
memacu pada entitas karyawan dan melihat entitas mobil perusahaan ada dua kemungkinan
asosiasi. Jika record karyawan yang dipilih adalah tenaga penjual, maka ia diberi tanggung jawab
atas satu mobil perusahaan. Oleh sebab itu, record karyawan hanya berasosiasi dengan satu
record dalam entitas mobil perusahaan. Akan tetapi, jika record karyawan yang dipilih bukan
seorang tenaga penjual, maka ia diberi tanggung jawab nol mobil perusahaan. Record dalam hal
ini berasosiasi dalam dengan record nol mobil perusahaan. Jadi, kardinalitas minimal adalah nol
dan maksimalnya adalah satu. Satu lingkaran dan garis tipis yang memotong garis yang
menghubungkan dua entitas mencerminkan tingkat kardinalitasnya. Perhatikan bahwa dari
perspektif entitas karyawan, kardinalitas ditunjukkan pada ujung garis asosiasi mobil perusahaan.
Sekarang pilih record mobil perusahaan dan lihat kembali entitas karyawan. Karena setiap mobil
perusahaan diserahkan ke hanya satu karyawan, nilai minimal dan maksimal dari record yang
terkait adalah satu. Dua garis pendek yang berpotongan pada ujung garis asosiasi karyawan
menunjukkan kardinalitas ini.
Satu ke satu (1:1). Contoh 2 mengilustrasikan situasi dimana setiap record dalam satu entitas
selalu berasosiasi dengan satu (dan hanya satu) record dalam entitas yang berasosiasi. Dalam hal
ini setiap komputer laptop perusahaan diserahkan hanya kepada satu manajer dan setiap manajer
hanya diserahi satu komputer. Dua garis pendek yang memotong garis yang menghubungkan
pada kedua ujungnya mencerminkan kardinalitas ini.
Satu ke nol atau banyak (1:0,M). Hubungan antara entitas pelanggan dan pesanan penjualan
ditunjukkan dalam contoh 3. Perhatikan bahwa jumlah minimal record pesanan penjualan per
record pelanggan adalah nol dan jumlah maksimalnya adalah banyak. Ini karena dalam periode
tertentu (tahun atau bulan) yang berkaitan dengan entitas pesanan penjualan, pelanggan tertentu
mungkin tidak membeli apa pun (nol record pesanan penjualan) atau membeli beberapa kali
(banyak record). Akan tetapi, dari perspektif entitas pesanan penjuala, setiap record berasosiasi
dengan satu dan hanya satu pelanggan. Simbol kaki burung gagak (yang digunakan sebagai nama
notasi ini) mencerminkan banyak kardinalitas.
Satu ke banyak (1:M). Contoh 4 menunjukkan situasi, dimana setiap item persediaan dipasok
oleh satu (dan hanya satu) pemasok, dan setiap pemasok satu atau berbagai item persediaan ke
perusahaan. Asosiasi ini yang secara teknis merupakan satu dan hanya satuke satu atau banyak,
disederhanakan menjadi satu ke banyak.
Banyak ke banyak (M:M). Untuk mengilustrasikan asosiasi banyak ke banyak, lihat kembali
hubungan antara pemasok dan persediaan dalam contoh 5. Akan tetapi, sekarang perusahaan
memiliki kebijakan untuk membeli jenis persediaan yang sama dari beberapa pemasok. Pihak
manajemen bisa melakukan hal ini untuk memastikan bahwa mereka mendapatkan harga yang
terbaik atau untuk mencegah ketergantungan pada satu pemasok. Dengan kebijakan ini, setiap
record pemasok berasosiasi dengan satu atau banyak record pemasok. Asosiasi ini (satu atau
banyak ke satu atau banyak) disederhanakan menjadi banyak ke banyak.
Contoh 4 dan 5 menunjukkan bagaimana kardinalitas menyajikan peraturan bisnis dalam
organisasi. Desainer basis data harus memperoleh pemahaman menyeluruh
mengenai cara perusahaan, klien, dan pengguna tertentu melakukan bisinis agar
dapat mendesain model data dengan bai. Jika model data salah, maka tabel
basis data yang dihasilkan juga akan salah. Contoh 4 dan 5 sama-sama valid
namun pilihannya berbeda, dan memerlukan desain basis data yang berbeda
pula.
Tabel Basis Data Fisik
Tabel basis data fisik dibentuk dari model data, dimana setiap entitas dalam model
ditransformasikan ke tabel fisik yang terpisah. Di bagian atas setiap tabel terdapat atribut yang
membentuk kolom. Bagian yang berpotongan dengan kolom untuk membentuk baris dari tabel
disebut tuple. Sebuah tuple, yang didefinisikan oleh good ketika pertama kali
memperkenalkannya, berhubungan dengan record dalam sistem file datar. Berdasarkan konvensi
ini, kita akan menggunakan istilah record atau pemunculan dan bukan tuple.
Tabel yang didesain dengan baik memiliki empat karakteristik berikut ini:
1. Nilai dari minimal satu atribut dalam setiap pemunculan (baris) harus
bersifat unik. Atribut ini adalah kunci utama. Atribut lainnya dalam baris ini
tidak perlu bersifat unik.
2. Tabel harus sesuai dengan peraturan normalisasi. Ini berarti bahwa tabel
harus bebas dari kelompok yang berulang, ketergantungan parsial dan
ketergantungan transitif. Normalisasi akan dibahas lebih terperinci nanti
dalam bab ini.
3. Semua nilai atribut dalam kolom manapun harus memiliki kelas yang sama.
4. Setiap kolom dalam suatu tabel harus diberi nama yang unik. Akan tetapi,
tabel yang berbeda dapat berisi kolom dengan nama yang sama.

Hubungan Antara Tabel – tabel Tradisional


Tabel-tabel yang berhubungan secara logis harus terhubung secara fisik untuk mencapai
asosiasi yang dideskripsikan dalam model data. Hal ini bisa dicapai dengan melekatkan kunci
primer dari satu tabel dengan tabel yang terkait sebagai kunci luar. Penggunaan kunci luar
diilustrasikan dlam figur 9-12. Misalnya, kunci primer untuk tabel pelanggan (nomor pelanggan)
dilekatkan sebagai kunci luar dalam tabel faktur penjualan dan tabel penerimaan kas. Dengan
cara yang sama, kunci primer dalam tabel faktur penjualan (nomor faktur) merupakan kunci luar
dalam tabel item lini. Perhatikan bahwa tabel item lini menggunakan kunci primer gabungan
yang terdiri atas dua field-nomor faktur dan nomor item. Kedua field dibutuhkan untuk
mengidentifikasi setiap record yang terdapat dalam tabel secara unik, tetapi hanya bagian nomor
faktur dari kunci itu yang menjadi penghubung logis dengan tabel faktur penjualan.
DBMS membuat hubungan fisik diantara record yang terdapat dalam tabel-tabel
berkaitan dengan mencari tabel-tabel yang dispesifikasi untuk record-record yang nilainya
diketahui. Misalnya, jika seorang pengguna menginginkan semua faktur untuk pelanggan 1875,
sistem tersebut akan mencari tabel faktur penjualan untuk record dengan nilai kunci luar 1875.
Kita lihat dari figur 9-12 bahwa hanya ada satu pemunculan nomor faktur 1921. Untuk
mendapatkan perincian item lini dari faktur ini pencarian dilakukan pada tabel item lini untuk
record yang memiliki nilai kunci luar 1921. Ada dua record yang ditemukan. Sifat asosiasi antara
dua tabel menentukan metode yang digunakan untuk menetapkan kunci-kunci luar. Metode ini
akan dijelaskan nanti dalam bab ini.

Gambar 9.10. Kaitan diantara Tabel-tabel Relasional

Pelanggan Kunci Asing yang


Saldo ditanamkan
Nama Pel.
Nama Alamat Jumlah
(kunci) No. No. Tanggal
Saat ini
Faktur Pelanggan Pengiriman
$
1875 J. Smith 18 Elm St. 1820,00
- - - - Faktur
1876 G. Adams 21 First St. 2400,00 Penjualan
- - - -

1943 J. Hobbs 165 Higth St. 549,87


1921 1875 800,00 2 / 10 / 98

2345 Y. Martin 321 Barcclay 5256,76 - - - -

- - - - - - - -

- - - -

Kunci
- - - - Penerimaan Kas
Item Garis
No. Harga No
No Item Kuantitas Total No. Peng. Jumlah Tanggal
5678
Faktur T.Stem 432 Main ST.
Perunit643,67 (kunci) Diterima Diterima
Pelanggan

1918 8312 1 84,50 84,50


- - - -

1362 1875 800,00 2 / 30 / 98

1912 9215 10 45,00 450,00


- - - -

1921 3914 1 350,00 350,00 Kunci Asing-


- - -
ditanamyang
Kunci Asing yang kan
d ita n amkan
Tam p an
i lPengguna
Tampilan pengguna telah didefinisikan sebelumnya sebagai serangkaian data yang dilihat
oleh pengguna tertentu. Contoh dari tampilan pengguna adalah layar komputer, untuk
memasukkan atau melihat data, laporan manajemen, atau dokumen sumber seperti faktur.
Tampilan bisa bersifat digital atau fisik, namun semuanya berasal dari tabel basis data. Tampila
sederhana bisa dibuat dari satu tabel, sedangkan tampilan yang lebih rumit akan memerlukan
beberapa tabel. Selain itu, satu tabel mungkin dapat mengontribusikan data ke berbagai tampilan
yang berbeda-beda.

Proses Normalisasi Data


Proses normalisasi data mencakup pemahaman tentang kebutuhan informasi pengguna
dan peraturan bisnis organisasi. Proses ini dimulai dengan pemerolehan tampilan (laporan
output, dokumen, dan layar input) yang dibutuhkan oelh pengguna. Gambar ini dapat disiapkan
dengan menggunakan MS Word, program grafis, atau cukup dengan kertas dan pensil. Pada saat
ini gambar tersebut hanya merupakan representasi grafis dari gambar fisik yang nantinya akan
dimiliki oleh pengguna ketika proyek itu sudah selesai.

Pentingnya Normalisasi Data


Tabel-tabel basis data yang dirancang dengan benar memiliki peran penting bagi
keberhaailan operasional DBMS. Tabel-tabel yang dirancang dengan buruk dapat menimbulkan
masalah-masalah pemrosesan yang membatasi, atau bahkan menolak, akses pengguna ke
informasi yang diperlukan.
Normalisasi data merupakan proses yang meningkatkan desain basis data yang efektif
dengan mengelompokkan atribut-atribut data kedalam ntitas yang sesuai dengan kondisi-kondisi
tertentu. Terdapat beberapa tingkat normalisasi.Biasanya,perancang basis data bisnis
menormalisasikan tabel-tabel ketingkat bentuk normal ketiga (third normal form-3NF).
Tabel-tabel yang dibentuk dari model yang belum dinormlisasi bisa memiliki tiga jenis
masalah yang disebut anomali (anomaly): anomali pembaruan, anomali penyisipan , dan
anomali pengahapusan. Salah satu atau beberapa anomali ini akan terdapat dalam tabel-tabel
yang dinormalisasikan pada tingkat yang lebih rendah seperti bentuk normal pertama (first
normal form -1NF) dan bentuk normal kedua (second normal form -2NF), tetapi tabel-tabel
dalam 3NF bebas dari anomali.
Untuk menunjukan dampak dari ketiga anomali ini, dengan pengaruh penerapan prosedur
normalisasi, tampilan pengguna harus diperlakukan sama dengan tabel tabel fisik dengan record
dan nilai atribut.

Anomali Basis Data


Meskipun tampilan pengguna bias ditarik dari tabel 3NF tunggal, tampilan yang rumit
biasanya memerlukan lebih dari satu tabel. Misalnya, tabel 3NF tunggal tidak bisa menghasilkan
Laporan Status Persediaan dalam Figur 9-113. Tabel yang tidak dinormalisasi dalam figur 9-14
bisa menghasilkan pandangan ini, namun akan mengandung anomali yang dideskripsikan.
Anomali Pembaruan. Anomali Pembaruan (update anomaly) dihasilkan dari redundasi
data (data yang berlebihan) dalam tabel yang tidak dinormalisasi. Untuk menggambarkannya,
perhatikan bahawa Pemasok nomor 22 menyediakan ketiga item persediaan (suku cadang nomor
1,2,3) yang ditunjukkan dalam figure 9-21. Atribut – atribut data yang berkaitan dengan pemasok
nomor 22 (nama, alamat, dan nomor telepon) diulang dalam setiap record, unutk setiap item
persediaan yang disediakan oleh pemasok nomor 22. Setiap perubahan dalam nama, alamat, atau
nomor telepon harus dilakukan untuk setiap record dalam tabel tersebut. Dalam contoh ini,
berarti tiga pembaruan data yang berbeda. Untuk lebih memahami implikasi anomali pembaruan
ini, pertimbangan sebuah situasi yang lebih realistis di mana pemasok memasok 10.000
persediaan yang berbeda. Setiap pembaruan untuk sebuah atribut harus dibuat 10.000 kali.
Anomali Sisipan. Untuk meunjukkan dampak anomali penyisipan (insertion anomaly),
asumsikan bahwa seorang pemasok telah memasuki pasar. Perusahaan belum membeli
persediaan dari pemasok itu, tapi ingin melakukannya di masa yang akan dating. Untuk
sementara, perusahaan ingin memasukkan pemasok itu ke dalam basis data. Iini tidak mungkin
Karena kunci primer untuk tabel persediaan adalah Nmor Suku Cadang. Karena pemasok belum
memasok persediaan untuk organisasi, data pemasok itu tidak dapat ditambahkan ke tabel.
Anomali Penghapusan. Anomali Penghapusan (deletion anomaly) melibatkan
penghapusan yang tidak disengaja atas data dalam tabel. Untuk mengilustrasikannya, asumsikan
pemasok nomor 27 hanya memasok satu item untuk perusahaan: Suku cadang nomor 1. Jika
perusahaan menghentikan penggunaan item terseebut dan menghapusnya dari tabel, data yang
berkaitan dengan pemasok nomor 27 juga akan terrhapus. Walaupun mungkin perusahaan ingin
mempertahankan informasi pemasok tersebut di masa yang akan datang, desain tabel saat ini
tidak memungkinkannya melakukan hal itu.
Adanya anomali penghapusan ini tidak terlalu jelas, namun berpotensi menimbulkan
masalah yang lebih serius daripada anomali pembaruan data dan anomali penyisipan. Desain
basis data yang cacat, yang menghalangi penyisipan record atau mensyaratkan pengguna untuk
melakukan pembaruan yang berlebihan dengan cepat meminta perhatian. Namun demikian,
anomali penghapusan dapat tidak terdeteksi, dan penggunaannya mungkin tidak sadar akan
hilangnya data – data penting sampai akhirnya sudah terlambat. Basis data yang strukturnya
buruk dapat mengakibatkan hilangnya catatan akuntansi penting secara tidak sengaja, dan
hancurnya jejak audit. Oleh karena itu, desain tabel basis data membawa implikasi control
internal yang harus diketahui oleh para akuntan.

Peraturan Normalisasi Data


Proses normalisasi yang emeriksa ketergantungan penyebab anmali secara formal disebut
kelompok berulang, ketergantungan dan keterrgantungan transitif yang disajikan dalam lampiran
babini. Disini, pendekatan intuitif digunakan untuk menormalisasikan data. Dengan kata lain
eliminasi ketiga anomali ini melibatkan sebuah proses yang secara sistematis memecah tabel –
tabel kompleks menjadi tabel – tabel yang lebih kecil yang memenuhi dua kondisi :
a. Semua atribut nonkunci dalam tabel itu bergantung pada kunci primer
b. Seua atribut nonkunci tidak bergantung pada atribut nonkunci lainnya.
Dengan kata lain, tabel 3NF adalah tabel yang kunci primernya mendefinisikan
setiap atribut dalam tabel secara utuh dan unik. Selain itu, tidak ada atribut
tabel yang didefinisikan oleh atribut lainnya selain kunci primer. Namun
demikian, jika satu atau lebih atribut melanggar kondisi – kondisi ini, atribut
tersebut harus digantikan dan ditempatkan dalam sebuah tabel terpisah dan
ditetapkan satu kunci yang tepat.

Membelah Tabel – tabel Yang Tidak Dinormalisasi


Pada saat memeriksa figure 9-14, terlihat bahwa tidak semua atribut data berhubungan
secara lois dengan kunci primer Nomor suku cadang. Kenyataannya, ada dua rangkaian data
yang berbeda dalam tabel ini : data mengenai persediaan dan data mengenai pemasok. Atribut
non kunci dari nama, alamat, dan nomor telepon, tidak bergantung pada (tidak didefinisikan
oleh) Nomor Suku cadang. Sebaliknya, atribut – atribut ini bergantugn pada atribut nonkunci
nomor pemasok. Solusinya adalah dengan memindahkan data pemasok dari tabel persediaan dan
menempatkannya dalam sebuah tabel berpisah, yang diberi nama pemasok. Figur 9-15
menunjukkan dua tabel 3NF,persediaan dan pemasok bersama dengan tabel ketiga yang disebut
suku cadang/pemasok, yang menghubungkan kedua tabel tersebut. Teknik penghubung ini akan
dijelaskan kemudian.
Menormalisasikan tabel – tabel akan menghilangkan ketiga anomali terseut. Pertama,
anomali pembaruan data dipecahkan karena data mengenai setiap pemasok ditempatkan hanya
pada satu lokasi-tabel pemasok. Setiap perubahan data tentang pemasok individual hanya dibuat
satu kali, tanpa melihat jumlah item yang dipasoknya. Kedua, anomali penyisipan dipecahkan,
karena pemasok – pemask baru bisa ditambahkan ke tabel pemasok, bahkan jika merkkea saat ini
tidak memasok persediaan untukperusahaan. MIsalya, pemasok nomor 30 di dalam tabel itu
tidak memasok satu pun persediaan dari basis data tidak akan menghapus secara tidak sengaja
data pemasok, Karena data tersebut ditemaptkan secara independen dalam tabel – tabel yang
berbeda.

Menghubungkan Tabel – tabel yang Dinormalisasi


Ketika tabel yang tidak dinormalisasikan dipecah menjadi tabel 3NF ganda, tabel – tabel
harus dihubungkan sehingga data yang termuat di dalamnya dapat dikaitkan dan diakses oleh
pengguna sistem. Tingkat asosiasi antara tabel – tabel yang dihasilkan (yaitu 1:1, 1:M, atay
M:M) menentukan bentuk hubungannya. Tiga aturan penetapan kunci untuk menghubungkan
tabel dibahas dibawah ini.
Memasukkan Kunci Asosiasi 1:1. Ketika asosiasi 1:1 yang sejati terjadi antara tabel,
salah satu (atau kedua) kunci primer dapat dilekatkan sebagai kunci luar di tabel terkait. Di sisi
lain, ketika nilai kardanilitasnya yang lebih rendah adalah nol (1:0:1) struktur tabel yang lebih
efisien dapat dicapai dengan menempatkan kunci primer tabel satu sisi (1:) pada tabel nol atau
satu (:0,1) sebagai kunci luar. Dengan menggunakan contoh mobil karyawan/perusahaan dalam
figure 9-11, pentingya penetapan kunci ini dapat terlihat lebih nyata. Sebagai ilustrasinya,
balikkan peraturan tersebut dengan menempatkan kunci primer Mobil perusahaan (sisi 0) ke
tabel karyawan (sisi 1). Karena kebanyakan karyawan tidak ditugasi dengan mobil perusahaan,
maka kebanyakan kunci luar di tabel karyawan akan memiliki nilai nol (kososng). Meskipun
pendekatan ini bisa dilaksanakan, ada beberapa maslaah teknis yang mungkin terjadi selama
pencarian tabel. Penerapan peraturan penugasan kunci yang tepat akan mengatasi masalah ini
karena semua catatan mobil perusahaan pasti ditugaskan ke karyawan dan tidak ada nolai nol
yang akan muncul.
Memasukkan asosiasi 1:M. Ketika asosiasi 1:M (atu 1:0:M) terjadi , kunci primer di sisi 1
dilekatkan ke tabel di sisi M. Untuk menunjukkan logika dari peraturan penugasan kunci ini,
pertimbangakan kedua laternatif peraturan bisnis untuk pembelian persediaan dari pemasok.
Peraturan bisnis 1 : Setiap pemasok memasok perusahaan dengan tiga
(atau kurang) item persediaan yang berbeda namun setiap item hanya
diapsok oleh satu pemasok.
Peraturan bisnis yang tampaknya tidak realistis ini, namunmemungkinkan secara teknis,
mendeskripsikan asosiasi 1:M (1:1,3) batas atas antara tabel persediaan dan tabel pemasok.
Untuk menerapkan peraturan ini, para perancang perlu memodofikasi struktur tabel persediaan
untuk memasukkan nomor pemasok seperti yang ilustrasikan dalam figure 9-16. Dengan
pendekatan ini, setiap record dalam tabel persediaan akan berisi nilai dari field kunci pemasok
yang memasok item tersebut. Sebaliknya, figure 9-17 menunjukkan bahwa struktur tabel
mungkin kelihatan seakan – akan perancangnya membalikkan aturan penetapan kunci dengan
menanamkan kunci nomor suku cadang dalam tabel pemaok. Perhatikan bahwa tabel pemasok
sekarang berisis tiga field nomor suku cadang, masing – masing berhubungan dengan record
dalam tabel persediaan. Hanya enghubung dengan nomor suku cadang 1,2 dan 3 yang
ditampilkan. Walaupun teknik ini melanggar peraturan penetapan kunci, struktur tabel ini juga
bisa digunakan. Struktur ini bisa digunakan karena batas atas dari sisi “banyak” (mary) asosiasi
tersebut diketahui dan sangat kecil (terbatas hingga tiga). Bagaimana bentuk struktur ini jika kita
mengasumsikan peraturan bisnis yang lebih realistis seperti dibawah ini?
Peraturan Bisnis 2 : Setiap pemasok menyediakan sejumlah persediaan
ke perusahaan, tetapi setiap item disedaiakn hanya oleh satu pemasok.
Peaturan ini merupakan asosiasi 1:M yang sejati, di mana batas atas dari sisi
“banyak” asosiasi itu tidak terkait. Dengan kata lain, pemasok mungkin hanya
memasok satu item persediaan atau sepuluh ribu item. Berapa banyak field yang
harus kita tambahkan ke struktur tabel pemasok agar dapat, melihat logika yang
mendasari peraturan penetapan kunci 1:M. Struktur dalam figure 9-16 dapat
tetap digunakan di bawah peraturan bisnis ini, sementara teknik yang di
ilustrasikan dalam figur 9-17 tidak.
Memasukkan Asosiasi M:M. Untuk menyajikan asosiasi M:M antara tabel, kita perlu
membuat tabel penghubung. Tabel penghubung memiliki junci gabungan (komposit) yang terdiri
atas kunci primer dari dua tabel yang berhubungan. Sekarang, lihatlah asosiasi dalam figure 9-
15. Tabel – tabel ini mengilustrasikan asosiasi M:M yang dideskripsikan dengan peraturan bisnis
berikut ini :
Peraturan Bisnis M:M : Setiap pemasok menyediakan sejumlah persediaan ke
perusahaan, dan setiap item dapat dipasok oleh satu atau beberapa pemasok.

Akuntan dan Normalisasi Data


Normalisasi basis data merupakan sebuah masalah teknis yang biasanya menjadi
tanggung jawab seorang ahli atau professional sistem. Namun demikian normalisasi basis data
memiliki implikasi untuk pengendalian internal yang menjadi perhatiaan akuntan juga.
Walaupun kebanyakan akluntan tidak akan bertanggung jawab untuk menormalisasikan basis
data organisasi, mereka harus memahami prosesnya dan mampu menentukan apakah table itu
dinormalisasikan dengan benar atau tidak.

Mendesain Basis Data Relasional


Bagian ini membahas langkah-langkah yang terkait dalam pembuatan basis data relasional.
Bagian awal biasanya mencakup banyak pekerjaan yang mengidentifikasi secara terperinci
elemen-elemen utama dari sistem yang dikembangkan. Dengan latar belakang ini, ada 6 tahap
utama dalam desain basis data.

1. Mengidentifikasi entitas
2. Membuat model data yang menunjukkan asosiasi entitas
3. Menambah kunci primer dan atribut ke model
4. Menormalisasi model data dan menambah kunci luar
5. Membuat basis data fisik
6. Menyiapkan tampilan pengguna.

Mengidentifikasi Entitas
Desain basis data dimulai dengan mengidentifikasi entitas organisasi dan membuat model
data yang menunjukkan hubungannya. Hal ini mencakup analisis peraturan bisnis dan kebutuhan
informasi dari semua pengguna. Fitur-fitur kunci yang berisi petunjuk entitas dalam sistem yang
baru diusulkan adalah sebagai berikut:
1. Agen pembelian meninjau kembali laporan status persediaan untuk melihat item-item
yang perlu dipesan kembali.
2. Agen memilih pemasok dan menyiapkan pesanan pembeliia online.
3. Agen mencetak salinan pesanan pembelian dan mengirimnya ke pemasok
4. Pemasok mengirim persediaan keperusahaan. Pada saat persediaan tiba, stap bagiaan
penerimaan memeriksa persediaan dan menyiapkan laporan penerimaan online. Sistem
computer secara otomatis memperbarui record persediaan.
Entitas yang field harus memenuhi 2 kondisi berikut ini:
Kondisi 1: enttas tersebut harus terdiri atas dua atau lebih pemunculan
Kondisi 2: entitas tersebut harus mengkontribusikan menimal 1 atribut yang tidak disediakan
oleh entitas lain.
Setiap kandidat harus diuji dengan masing-masing kondisi tersebut untuk menghilangkan entitas
yang salah.

Agen Pembelian kita perlu menentukan data apa mengenai agen tersebut yang unik perihal
perannya dalam kebutuhan penempatan pesanan. Perhatikan bahwa kita tidak mengacu pada data
mengenai pesanan, namun data mengenai agen. Karena kita tidak memiliki infirmasi pada
deskrpsi singkat sistem ini, kita akan mengasumsikan bahwa tidak ada data khusus yang
dimasukkan. Oleh sebab iti, kandidat agen pembelian bukan merupakan entitas yang akan
dimodel.
Staf Penerimaan. Argumen yang sebelumya dapat diterapakan bagi entitas staf penerimaan.
Dapat diasumsukan bahwa tidak ada data khusus mengenai staf ini yang perlu ditangkap
sehingga memerlukan table khusus.

Persediaan. Entitas oersediaan memenuhi kedua kondisi tersebut. Kita bisa secara logis
mengasumsikan bahwa atribut yang mendefinisikan entita persediaan tidak tersedia pada table-
tabel yang lain. Entitas persediaab adalah entitas sejati yang perlu domodel.

Pemasok deskripsinya menyatakan bhawa banyak pemasok memasok persediaan, sehingga


entitas pemasok memenuhi kondisi pertama. Entitas pemasok akan termasuk dalam model data.

Laporan Status Persediaan. Laporan status persediaan adalah tampilan pengguna yang
diperoleh dari entitas persediaan dan pemasok. Meskipun berisi pemunculan ganda ini bukanlah
entitas karena tidak memenuhi kondidi 2. Akan tetpai, tampilan ini akan dianalisi dengan hati-
hati untuk memastikan bahwa semua atribut yang dibutuhkan untuk hal ini termasuk dalam
entitas yang sudah ada.

Pesanan Pembelian. Pesanan pembeliaan langsung berhubungan dengan transaksi pembeliian.


Semua transaksi adalah peristiwa yang unik yang harus ditangkap dalam basis data. Meskipun
beberapa data pesana pembelian berkaitan dengan entitas yang ada dalam model ini, atribut-
atribut lain yang khusus untuk peristiwa pembelian akan memerlukan satu atau beberoa entitas.
Oleh sebab itu, tampilan ini perlu dimodel.

Laporan Penerimaan. Status laporan penerimaan mirip dengan pesanan pembelian. Ini
dibutuhkan untuk menangkap data transaksi khusu yang memerlukan entitas tambahan dan harus
dimodel.

Membuat Model Data Yang Menunjukkan Asosiasi Entitas


Asosiasi menunjukkan peraturan bisnis. Kadang-kadang peraturan tersebut nyata dan
sama untuk semua organisasi. Agar basis data dapat berfunngsi denagn baik, rancang sistem
perlu memahami peraturan bisnis organisasi seta kebutuhan khusus dari pengguna individual.
Peraturab bisnis yang mendasarinya dijelaskan dibawah ini :
1. Ada asosiasi 0,M:M antara entitas pembeliaan dan persediaan. Ini berarti bahwa setiap
item persediaan bisa dipesan beberapa kali dalam periode bisnis tertentu. Pesanan
pembelian yang sudah ditutup pada periode sebelumnya tentu sudah dipindahkan
ketabel arsip, yang tidak ditunjukkan dalam contoh ini.
2. Ada asosiasi M:M antara entitas persediaan dan pemasok ini berarti bahwa satu atau
beberapa pemasok menyediakan masing-masing item persediaan, dan setiap pemasok
menyedikan satu atau beberapa item persediaan.
3. Ada asosiasi 1:0,M antara entitas pemasok dan pesana pembelian. Ini berarti bahwa
dalam periode saat ini,setiap pemasok dapat menerima nol atau banyak pesanan
pembelian, namun setiap pesaan hanya kesatu pemasok.
4. Ada asosiasi 1:1 antara entitas pembelian dan laporan penerimaan. Satu record laporan
penerimaan mencerminkan tanda terima barangv tertentu dari satu record pesanan
pembelian. Pesanan pembelian ganda tidak digabungkan dalam satu laporan
penerimaan.
5. Asosiasi antara entitas lapora penerimaan dan persediaan adalah 0,M:M. ini berarti
bahwa dalam periode tertentu, setiap item persediaan dapat diterima beberapa kali atau
tidak sama sekali.

Asosiasi banyak kebanyak ( M:M dan 0,M:M ) dalam model data perlu diatasi sebelum basis
data fisik dibuat. Kita akan mengatasi masalah ini pada proses normalisasi.

Menambahkan Kunci Primer dan Atribut ke Model


Menambah Kunci Primer. Analis harus memilih kunci primer yang secara logis
mendefinisikan atribut non kunci dan secara unik mengidentifikasi setiap kemunculan dalam
entitas. Dengan mendesain secara hati-hati kode blok, kode kelompok, kode alfabetis dank ode
memonik, kunci primer juga dapat memberikan informasi yang berguna mengenai sifat alami
dari suatu entitas.
Menambahkan Atribut. Atribut entitas diperoleh dan dimodel dari tampilan pengguna. Atribut
yang ditetapkan untuk setiap entitas diperoleh dari tampilan pengguna pada pesanan pembelian
dan laporan penerimaan dan laporan status persediaan yang telah dinormalisasi sebelumnya.

Menormalisasi Model Data dan Menambahkan Kunci Luar


Masalah normalisasi yang perlu diatasi adalah sebagai berikut:
1. Data kelompok yang berulang-ulang dalam pesanan pembelian. Ini berarti bahwa
ketika pesanan pembelian tertentu berisi lebih dari satu item, maka nilai ganda akan
perlu ditangkap untukl atribut ini. Untuk mengatasi masalah ini data kelompok yang
berulang-ulang dipindahkan ke entitas perincian item pesanan pembelian.
2. Data kelompoj yang berulang-ulang dalam laporamn penerimaan. atribut nomor
suku cadang, jumlah yang diterima, dank ode kondisi adalah kelompok yang berulang-
ulang dalam entitas laporan penerimaan dan dipindahkan ke entitas baru yang disebut
perincian item laporan penerimaan.
3. Ketergantungan transitif. Entitas pesanan pembelian dan laporan penerimaan berisi
atrbut yang redundan dengan data yang ada dalam entitas persediaan dan pemasok.
Redundansi ini terjadi karena ketergantungan transitif dalam entitas pesaanan
pembelian dan laporan penerimaan

Membuat Basis Data Fisik


Setiap record dalam tabel perincian item laporan penerimaan menyajikan item individual
dalam laporan penerimaan. tabel perincian item pesanan pembelian menggunakan kunci primer
komposit dari nomor pesana pembelian dan nomor suku cadang untuk secara unki
mengidentifikasi atribut jumlah pesanan.
Langkah selanjutnya adalah membuat tabel-tabel fisik dan mengisinya dengan data. Hal
ini mencakup langkah yang harus direncanakan dan dilaksanakan dengan hati-nati, dan bisa
menghabiskan waktu beberapa bulan dalanm instalasi yang besar. Program-program yang perlu
citulis untuk mentransfer data organisasi yang saat ini disimpan dalam file datar atau basis data
warisan kedalam tabel relasional yang baru. Data yang saat ini disimpan dalam dokumen kertas
akan perlu dimasukkan kedalam tabel basis data secara manual. Setelah ini dilakukan, tampilan
pengguna dapat dibuat.
Menyiapkan Tampilan Pengguna
Tabel yang dinormalisasi harus cukup lengkap agar dapat mendukung tampilan dari
semua pengguna sistem. Tampilan laporan penerimaan, pesanan pembelian, dan laporan status
persediaan dibuat dengan cara ini juga. Sebagai ilustrasinya dibawah ini :
 Perintah SELECT mengidentifikasi semua atribut yang terdapat dalam tampilan
tersebut. Ketika atribut yang sama muncul pada lebihdari satu tabel (misalnya, nomor-
suku-cabang), namatabel sumber juga harus disebutkan.
 Perintah FROM mengidentifikasi tabel-tabel yang digunakan untuk membuat tampilan
tersebut.
 Perintah WHERE menunjukkan bagaimana baris-baris dalam tabel persediaan, tabel
suku cabang – pemasok, dan tabel pemasok dicocokkan untuk membuat tampilan
tersebut. Dalam hal ini, tiga tabel digabungkan secara aljabar berdasarkan kunci
primer nomor – suku cadang dan nomor – pemasok.
 Ekspresi ganda dapat dikaitkan dengan operator AND , OR, dan NOT. Dalam contoh
ini, ekspresi terakhir menggunakan AND untuk membatasi record yang akan dipilih
dengan ekspresi logis jumlah – yang – dimiliki ≤ titik pemesanan kembali.
Perintah SPL akan disimpan dalam program penggunaan yang disebut query. Untuk melihat
laporan status persediaan, agen pembelian menjalankan program query. Setiap kali hal ini
dilakukan, query membangun t ampilan baru dengan data terbaru dari tabel persediaan dan
pemasok. Dengan menyediakan permintaan dari masing-masing pengguna, bukannya
mengizinkan akses ke tabel-tabel yang mendasari, pengguna dibatasi hanya ke data yang diberi
otorisasi.

Basis Data dalam Lingkungan Terdistribusi


BAB 1 memperkenalkan konsep pemrosesan data terdistribusi (distributed data processing
– DDP) sebagai sebuah alternatif untuk pendekatan tersentralisasi. Kebanyakan organisasi
modern menggunakan bentuk pemrosesan distributive dan jejaring untuk memproses transaksi.
Satu hal penting yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan sebuah sistem terdistribusi
adalah lokasi basis data organisasi. Basis data terdistribusi memiliki dua kategori : basis data
terpartisi dan tereplikasi.
Basis Data Tersentralisasi
Berdasarkan pendekatan basis data tersentralisasi ( centralized data base), pengguna dari
jarak jauh mengirim permintaan melalui terminal untuk data yang terdapat disitus central, yang
memproses permintaan dan mengirimkan data kembali kepengguna. Situs central melakukan
fungsi manager file yang melayani kebutuhan data dari para pengguna jarak jauh.
Ada tiga keunggulan utama dari pendekatan basis data yang akan disajikan : pengurangan
biaya penyimpanan data, pengapusan prosedur pembaruan ganda, danpembentukan kekinian data
(file data perusahaan dengan tepat mencerminkan dampak dari transaksinya).

Kekinian Data Dalam Lingkungan DDP


Selama pemrosesan data, saldo akun melewati keadaan inkonsistensi sementara
(temporary inconsistency) dimana nilainya dinyatakan secara tidak benar. Hal ini terjadi selama
pelaksanaan setiap transaski akuntansi. Dalam lingkungan DDP, inkonsistensi sementara seperti
itu dapat menghasilkan kerusakan permanen pada basis data.

Pengunci Basis Data


Untuk mendapatkan kekinian data, akses bersamaan ke elemen-elemen data individual
dengan banyak situs perlu dicegah. Pemecahan masalah ini adalah dengan menggunakan
pengunci basis data (basis data lockout), yaitu sebuah pengendali peranti lunak yang mencegah
banyak akses secara bersamaan ke data.

Basis Data Terdistribusi


Basis data terdistribusi dapat didistribusikan dengan menggunakan tenik partisi atau
replikasi (tiruan).

Basis Data Terpartisi


Pendekatan basis data terpartisi membagi basis data sentral dalam segmen atau partsisi
yang didistribusikan ke para pengguna utama. Keunggulan pendekatan ini adalah :
 Pengendalian penggunaan ditingkatkan karena data disimpan dalam situs-
situs lokal.
 Waktu tanggal pemrosesan transaksi diperbaiki dengan memungkinkan
akses local ke data dan mengurami volume data yang harus ditransmisi
diantara situs.
 Basis data terpartisi dapat mengurangi potensi kehancuran. Dengan
menetapkan dibeberapa situs, hilangnya sebuah situs tidak akan menghapus
semua data yang diproses oleh organisasi.
Pada situasi dimana para pengguna dari situs yang berbeda menggunakan data yang
sama, masalah yang berkaitan dengan pendekatan sentralisasi juga bisa terjadi. Permintaan data
dari situs-situs lainnya sekarang harus dikelola menurut pengguna utamanya.
Fenomena jalan buntu. Dalam sebuah lingkungan terdistribusi, mungkin terjadi banyak situs
akan saling mengunci, sehingga saling mencegah untuk memproses transaksinya. Jalan buntu
(deadlock) terjadi karena ada sifat saling mengecualikan terhadap data, dan transaksi berada
dalam status “menunggu” sampai semua kunci dipindahkan. Hal ini menyebabkan transaksi tidak
diproses secara lengkap dan merusak basis data. Jalan buntu merupakan kondisi permanen yang
harus dipecahkan oleh peranti lunak khusus yang menganalisis setiap kondisi jalan buntu untuk
menentukan solusi terbaik. Karena hal ini dapat memengaruhi pemrosesan transaksi, akuntan
harus mengetahui masalah-masalah yang berkaitan dengan resolusi jalan buntu.

Resolusi jalan buntu. Pemecahan masalah jalan buntu biasanya akan mengorbankan satu atau
dua transaksi. Transaksi-transaksi tersebut harus dihentikan untuk menyelesaikan pemrosesa
transaksi lainnya dalam jalan buntu tersebut. Transaksi yang diselamatkan terlebih dahulu harus
diulang kembali. Dalam transaksi yang diselamatkan terlebih dahulu, peranti lunak resolusi jalan
buntu berusaha untuk meminimalkan total biaya untuk memecahkan jalan buntu tersebut.
Walaupun untuk mengotomatisasikannya tidak mudah, beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keputusan ini adalah :
1. Sumber daya yang baru-baru ini di investasikan dalam transaksi tersebut.
Hal ini dapat diukur dalam jumlah pembaruan transaksi yang telah
dilakukan dan yang harus diulang jika transaksi tersebut dihapuskan.
2. Tahap penyelesaian transaksi. Secara umum, peranti lunak untuk resolusi
jalan buntu akan mencegah penghapusan transaksi yang mendekati selesai.
3. Jumlah jalan buntu yang berkaitan dengan transaksi. Karena menghapus
transaksi akan memecahkan semua keterlibatan jalan buntu peranti lunak itu
harus berusaha untuk menghilangkan transaksi yang menjadi bagian lebih
dari satu jalan buntu.

Basis Data Tereplikasi


Basis data tereplikasi (replicated data base) efektif untuk perusahaan yang tingkat
penggunaan bersama untuk data-datanya tinggi, tetapi tidak ada pengguna utamajastifikasi utama
untuk basis data tereplikasi adalah untuk mendukung permintaan data yang hanya untuk dibaca
(read-only queries). Karena data direplikasi untuk setiap situs, akses data untuk tujuan
permintaan data dapat dilakukan, selain itu penguncian dan penundaan karena lalu lintas jaringan
dapat diminimalkan.
Karena setiap situs hanya memproses transaksi local, atribut data bersama yang ditiru
disetiap situs akan diperbarui oleh transaksi yang berbeda sehingga pada titik waktu tertentu,
akan memiliki nilai berbeda dan unik.

Pengendali Bersamaan
Pengendali bersamaan adalah hadirnya data yang lengkap dan akurat di semua situs. Para
perancang sistem harus menggunakan metode-metode untuk memastikan bahwa transaksi yang
diproses disetiap situs secara akurat dicerminkan dalam basis data disitus-situs lainnya. Metode
yang bisa digunakan untuk pengendali bersamaan adalah membuat urutan transaksi dengan time-
stamping (pemberiancap waktu). Bagian kedua dari proses pengendali adalah member stempel
waktu untuk setiap transaksi. Sebuah jam digunaka untuk menjaga semua situs, sebagian dengan
wilayah waktu yang berbeda, dengan waktu logika yang sama.

Basis Data Terdistribusi dan Akuntan


Keputusan untuk mendistribusikan basis data adalah keputusan yang harus dipikirkan
dnegan baik. Ada banytak masalah dan pertukaran yang harus dipertimbangkan. Sebagian
pertanyaan paling dasar antara lain :
 Apakah data harus diorganisasikan secara terpusat atau terdistribusi?
 Jika yang diinginkan adalah distribusi data, basis data harus direplikasi atau
dipartisi?
 Jika direplikasi, basis data harus direplikasi seluruhnya tau sebagian saja
yang direplikasikan?
 Jika basis data akan dipartisi, bagaimana segmen-segmen data hrus
dialokasikan di antara situs?
KESIMPULAN

Manajemen sumber daya data, yaitu sebuah aktivitas manajerial yang mengaplikasikan
teknologi sistem informasi seperti manajemen database, gudang data, dan alat manajemen data
lainnya dalam tugas untuk mengelola sumber daya data organisasi agar dapat memenuhi
kebutuhan informasi pihak-pihak yang berkepentingan dengan bisnis mereka. Struktur basis data
adalah cara data diorganisasi agar pemrosesan data menjadi lebih efisien. Struktur ini kemudian
diimplementasikan melalui suatu sistem manajemen basis data.

Sistem manajemen basis data (DBMS) adalah suatu peranti lunak yang menyimpan
struktur basis data, data itu sendiri , hubungan di antara data di dalam basis data, nama-nama
formulir, jenis-jenis data, angka di belakang desimal, jumlah karakter, nilai-nilai default, dan
seluruh uraian field lainnya.

Keuntungan DBMS :

a. Kepraktisan DBMS menyediakan media penyimpan permanen yang berukuran kecil

b. Kecepatan.

c. Mengambil data secara cepat, praktis

d. Meningkatkan keamaanan data

e. Mengurangi kejemuan

f. Update to date

Kelemahan-kelemahan DBMS antara lain:

a. Biaya Kebutuhan untuk medapatkan perangkat lunak dan perangkat keras yang tepat cukup
mahal

b. Mempekerjakan dan mempertahankan DBA

c. Sangat kompleks.
DAFTAR PUSTAKA

Arijanto, A., Hikmah, D., & Nashar, Muhammad. (2015). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:
Universitas Mercu Buana. Yogyakarta: Sibuku Media
McLeod, R., & Schell, G. P. (2007). Management Information Systems. USA: Pearson/Prentice
Hall.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2016). Management Information System. Pearson Education
India.
Laudon, K. C., & Laudon, J. P. (2018). Management Information Systems: Managing The
Digital Firm. Pearson.
‘O'Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2006). Management Information Systems (Vol. 6). McGraw-
Hill Irwin.
O'Brien, J. A., & Marakas, G. M. (2005). Introduction to Information Systems (Vol. 13). New
York City, USA: McGraw-Hill/Irwin.

Damayanti, K., Fardinal., (2019). The Effect of Information Technology Utilization,


Management Support, Internal Control, and User Competence on Accounting
Information System Quality. Schollars Bulletin, 5(12), 751-758.

Hanifah, S., Sarpingah, S., & Putra, Y. M., (2020). The Effect of Level of Education, Accounting
Knowledge, and Utilization Of Information Technology Toward Quality The Quality of
MSME ’ s Financial Reports. (3). https://doi.org/10.4108/eai.3-2-2020.163573

Herliansyah, Y., Nugroho, L., Ardilla, D., & Putra, Y. M., (2020). The Determinants of Micro,
Small and Medium Entrepreneur (MSME) Become Customer of Islamic Banks
(Religion, Religiosity, and Location of Islamic Banks). The 1st Annual Conference
Economics, Business, and Social Sciences, (2). https://doi.org/10.4108/eai.26-3-
2019.2290775

Putra, Y. M. (2018). Sistem Manajemen Basis Data. Modul Kuliah Sistem Informasi
Manajemen. FEB-Universitas Mercu Buana: Jakarta
Putra, Y. M., (2019). Analysis of Factors Affecting the Interests of SMEs Using Accounting
Applications. Journal of Economics and Business, 2(3), 818-
826. https://doi.org/10.31014/aior.1992.02.03.129

Zamzami, A.H., & Putra, Y. M., (2019). Intensity of Taxpayers Using E-Filing (Empirical
Testing of Taxpayers in Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi). EPRA
International Journal of Multidisciplinary Research (IJMR) 5(7), 154-161.

View publication stats

You might also like