You are on page 1of 16

MAKALAH

ETIKA GURU DAN SISWA MENURUT PEMIKIRAN ISLAM


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kepribadian Guru
Dosen Pengampu:
Drs. Idad S., M.Pd
Tika Karlina R., M.Pd

Disusun:
Lala Aulia Nurhalizah (1222080043)
Muhammad Fauzan (1222080057)
Muhammad Jami Faruq (1222080060)
Putri Irvani N (1222080072)

KELAS 3B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat,
hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ETIKA GURU DAN SISWA MENURUT PEMIKIRAN ISLAM” ini
dengan tepat waktu. Makalah ini bertujuan untuk mengetahui urgensi etika guru
dalam mendapatkan kedalaman sikap yang mandiri dan bertanggung jawab
terhadap dirinya. Etika guru menjadi sebuah pembahasan yang unik, karena masih
banyak yang berpandangan bahwa mengajar tidak perlu meneliti ilmu mengajar
atau kode etik. Makalah ini dirancang untuk memberikan pemahaman yang
mendalam tentang pandangan Islam tentang etika guru dengan konsep Pendidikan
sekarang ini
Makalah ini disusun dengan harapan agar dapat memberikan pemahaman
yang jelas dan komprehensif bagi calon pendidik mengenai etika guru dan siswa

menurut pemikiran islam. Kami berharap makalah ini dapat menjadi sumber
rujukan yang berguna bagi pembaca yang ingin memahami lebih dalam mengenai
bagaimana sikap yang harus dimiliki seorang pengajar dalam konteks agama
Islam.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak sempurna, oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar kami

dapat terus berkembang dan memperbaiki kualitas karya kami di masa depan.

Bandung, 18 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER……………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................
A. Latar Belakang..............................................................................................
B. Tujuan...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
A. Etika Guru Menurut Ibnu Jama’ah dan Al-Ghazali......................................
1. Etika Guru menurut Ibnu Jama’ah.............................................................
2. Etika Guru menurut Al-Ghazali.................................................................
B. Etika Guru terhadap Dirinya.........................................................................
C. Etika Guru dalam Mengajar..........................................................................
D. Etika Siswa terhadap Guru...........................................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................................
A. Kesimpulan...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan merupakan sebuah sarana yang tepat yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu,
banyak pemikir islam/filsuf yang membahas pentingnya etika dalam
pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar. Imam Al-Ghazali salah
satu pemikir besar islam dan tokoh islam, memberikan batasan tertentu
terhadap etika pendidik (guru) dan peserta didik (siswa). Dalam kitab Ihya'
Ulumuddin, Imam Al-Ghazali banyak mengemukakan pemikiran mengenai
adab/etika guru dan murid dalam belajar mengajar. Etika merupakan suatu
istilah yang banyak dibicarakan oleh ahli pendidikan sejak dahulu kala hingga
saat ini. Adapun Teori etika imam Nabawi secara umum berlandaskan Al-
Qur'an dan Sunnah dan secara umum teorinya berkaitan. Etika pendidik dalam
proses belajar mengajar, etika pendidik terhadap peserta didik dan etika
terhadap buku sebagai sumber belajar merupakan hal yang harus dihormati
dan dilaksanakan oleh setiap pendidik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana etika guru menurut Ibnu Jama’ah dan Al-Ghazali?
2. Bagaimana etika guru terhadap dirinya?
3. Bagaimana etika guru dalam mengajar?
4. Bagaimana etika siswa terhadap guru?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan memahami etika guru menurut Ibnu Jama’ah dan Al-
Ghazali
2. Mengetahui dan memahami etika guru terhadap dirinya
3. Mengetahui dan memahami etika guru dalam mengajar
4. Mengetahui dan memahmai etika siswa terhadap guru
BAB II

PEMBAHASAN
A. Etika Guru Menurut Ibnu Jama’ah dan Al-Ghazali
1. Etika Guru menurut Ibnu Jama’ah
Ibnu Jama’ah merupakan sosok cendekiawan muslim pada masa Dinasti
Abbasiyah yang tergolong kreatif dan produktif. Secara garis besar karya-
karyanya terbagi kepada masalah-masalah pendidikan, astronomi, ulum Al-
Hadits, ulum Al-Tafsir, ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih. Namun, karyanya yang
memuat konsep pendidikan dikemukakan dalam karyanya yang paling
masyhur yaitu “Tadzkirat al-Sami’ wa al-Mutakallim fii Adab al-Alim wa al-
Muta’allim”.Buku ini dikarang pada tahun 672H/1273 M, dan memperoleh
sambutan postif dari para pemerhati pendidikan. Di dalam buku tersebut
dikemukakan lima topik utama mengenai pendidikan. Di antaranya tentang
keutamaan ilmu pengetahuan dan individu yang berusaha mempelajari dan
mencarinya, etika orang-orang berilmu yaitu para pendidik, etika peserta
didik, etika berliterasi, dan etika tempat tinggal guru dan murid.
Fokus utama pembahasan kali ini ialah topik yang berkaitan dengan etika
guru. Berdasarkan konsep yang menyatakan bahwa orang berilmu memiliki
derajat yang tinggi, Ibnu Jama’ah menunjukkan beberapa kriteria yang harus
dimiliki seorang pendidik yang meliputi enam hal. Pertama, menjaga akhlak
selama melaksankan tugas pendidikan. Kedua, tidak menjadikan profesi guru
sebagai usaha menutupi kebutuhan ekonominya. Ketiga, mengetahui situasi
sosial kemasyarakatan. Keempat, kasih sayang dan sabar. Kelima, adil dalam
memperlakukan peserta didik. Keenam, menolong dengan kemampuan yang
dimilikinya.
Dalam kitab Tadzkirah al-Sami wa al-Mutakallim fii Adab al-Alim wa al-
Mutakallim, Ibnu Jama’ah lebih memperinci konsep guru yang berkaitan
dengan etika seorang guru, terhadap dirinya sendiri, terhadap muridnya,
bahkan terhadap ilmu pengetahuan termasuk etika dalam proses belajar
mengajar. Rincian tersebut antara lain:
a. Etika yang Harus Dimiliki oleh Seorang Guru :
1. Selalu konsisten bahwa dirinya ada dalam pengawasan Allah.
2. Menjaga keberlangsungan Ilmu.
3. Bersikap Zuhud (tidak materialis).
4. Tidak menjadikan ilmu sebagai katalisator bagi pencapaian tujuan-
tujuan duniawi.
5. Menjauhi perbuatan yang rendah dan hina serta hal-hal yang makruh
baik secara adat maupun syari’ah.
6. Menjaga syiar Islam dan tegaknya hukum-hukum Islam.
7. Memelihara ibadah-ibadah sunnah syar’iyyah, baik yang berbentuk
perkataan maupun perbuatan.
8. Membiasakan diri dalam pergaulan dengan akhlak mulia.
9. Membersihkan diri (lahir maupun batin) dari akhlak tercela.
10. Selalu mengadakan evaluasi diri sebagai bentuk peningkatan kualitas
pribadi.
11. Senantiasa mengambil manfaat dan hikmah dari mana saja terhadap
apa yang belum diketahuinya.
12. Menyibukkan diri dengan berbagai karya nyata, dengan menjaga kode
etik keilmuwan.
b. Etika seorang Guru dalam Mengajar :
1. Suci dari hadats dan kotoran.
2. Menjernihkan hati dan pikiran (berdo’a ketika keluar rumah).
3. Harus duduk terlihat oleh semua yang hadir.
4. Memulai pelajaran dengan berdo’a terlebih dahulu.
5. Memprioritaskan pelajaran yang paling utama.
6. Tidak meninggikan suara lebih dari yang dibutuhkan, dan tidak
merendahkannya hingga tidak bisa memberi kemanfaatan.
7. Menjaga tempat belajar dari kegaduhan.
8. Memberi tindakan bagi yang melanggar tata-tertib dalam proses
belajar mengajar.
9. Adil dalam menjawab, menyampaikan penjelasan, dan menyimak
pertanyaan yang ditunjukkan padanya.
10. Menyenangi orang asing yang menghadiri kelasnya.
11. Mengucapkan “wallahu a’lam” ketika menutup pelajaran.
12. Menguasai bahan ajar yang akan disampaikan.
c. Etika Seorang Guru Terhadap Murid dan Mata Pelajarannya :
1. Ikhlas ketika melaksanakan tugas
2. Membimbing agar murid memiliki niat yang baik dalam belajar
3. Mengajak murid cinta terhadap ilmu dan mencarinya.
4. Kasih sayang terhadap muridnya.
5. Menyuruh murid untuk selalu menyimak dan memahami materi
pelajaran dengan baik.
6. Melakukan penguatan terhadap materi yang diberikan kepada murid.
7. Memberikan evaluasi dan hadiah (reward)
8. Memberikan motivasi untuk berprestasi.
9. Memberikan bimbingan dan pengarahan.
10. Menyebutkan kaidah-kaidah ilmu yang terlewatkan kepada murid.
11. Tidak menampakkan rasa pilih kasih terhadap murid.
12. Melakukan monitoring setiap saat terhadap akhlakn muridnya.
13. Meluruskan visi untuk mencapai cita-cita muridnya.
14. Bersikap rendah hati terhadap murid.

2. Etika Guru menurut Al-Ghazali


Imam Al-Ghazali merupakan ulama yang masyhur dalam dunia
pendidikan islam. Imam Al-Ghazali sangat produktif dalam berkarya baik
yang mengenai masalah filsafat, tasawuf, ilmu fiqih, teologi, masalah
pendidikan maupun akhlak atau etika. Pemikiran dan pengaruhnya telah
menyebar sampai ke seluruh dunia. Bukunya yang berjudul ”Ihya
Ulumuddin” menjelaskan secara terperinci mengenai etika atau adab guru dan
murid serta tugas-tugas guru dan murid yang sejalan dengan syariat islam.
Oleh karena itu, pemikiran Al-Ghazali dalam buku “Ihya ulumuddin” sangat
pantas dijadikan rujukan oleh para pendidik dan lembaga pendidikan,
sehingga interaksi guru dan murid menjadi interaksi yang beradab dan sesuai
dengan kaidah-kaidah syariat islam.
Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menyatakan bahwa seorang guru
yang baik memiliki etika-etika khusus dan tugas-tugas sebagai berikut ;
1. Menunjukkan kasih sayang kepada murid, dan memperlakukannya seperti
anak sendiri.
2. Meneladani perilaku Rasulullah SAW. yang berarti tidak mencari upah
atau penghargaan ketika mengajar, tetapi mengajar dengan niat yang tulus
untuk memperoleh keridhoan Allah dan mendekatkan diri pada-Nya.
3. Tidak meninggalkan sedikit pun nasihat kepada seseorang yang berarti
melarang untuk mempelajari suatu tingkat, sebelum dia memiliki hak
untuk mencapainya. Dan belajar ilmu yang lebih mendalam sebelum
menyelesaikan ilmu yang lebih dasar. Setelah itu, menjelaskan bahwa
tujuan dari mengejar ilmu adalah mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala.
4. Mengajar dengan cara yang halus, menahan untuk tidak secara langsung
membentak muridnya karena perilaku buruk. Melainkan menyindirnya
dengan kasih sayang dan tidak merendahkannya.
5. Seorang guru pengampu suatu mata pelajaran tidak boleh merendahkan
mata pelajaran lain di depan muridnya.
6. Meyimpulkan pelajaran sesuai dengan kemampuan pemahaman muridnya.
Jangan mengajarkan materi yang dengan cara yang sulit dipahami murid.
7. Memberikan pemahaman yang jelas dan layak pada murid yang memiliki
kesulitan.
8. Senantiasa mengamalkan ilmunya jangan sampai apa yang dikatakannya
tidak sesuai dengan perbuatannya.

B. Etika Guru terhadap Dirinya


Sebagai seorang guru, penting untuk memiliki etika yang kuat terhadap
diri sendiri. Etika guru terhadap dirinya sendiri melibatkan prinsip-prinsip
moral, profesionalisme, dan tanggung jawab pribadi yang membantu guru
menjadi contoh yang baik bagi murid-muridnya dan menjaga integritas profesi
pendidikan.
Menurut KH. Hasyim Asy’ari buah dari ilmu adalah amal, jika ilmu
diamalkan maka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia akhirat, namun jika
tidak diamalkan akan merugi (Sihanisari, 2021)
Menurut KH. Hasyim Asy’ari ada beberapa etika yang harus
dimiliki seorang guru terhadap dirinya sendiri (Rosidin, 2017):
1. Selalu mendekatkan diri kepada Allah dalam berbagai kondisi dan situasi.
2. Senantiasa takut kepada murka siksa Allah dalam setiap gerak, diam,
perkataan dan perbuatan.
3. Senantiasa sakinah atau tenang.
4. Senantiasa berhati-hati dalam perkataan dan perbuatan.
5. Selalu rendah hati tidak menyombongkan diri.
6. Senantiasa tunduk kepada Allah.
7. Senantiasa berpedoman pada hukum Allah dalam setiap hal.
8. Tidak menjadikan ilmu yang dimiliki sebagai sarana mencari keuntungan
duniawi seperti harta benda, kedudukan (jabatan).
9. Tidak merasa rendah dihadapan para pemuja dunia, orang yang punya
kedudukan dan harta benda, tidak pula mengangungkan mereka dengan
sering-sering berkunjung dan berdiri menyambut kedatangan mereka tanpa
kemaslahatan apapun didalamnya.
10. Zuhud, tidak terlampau mencintai kesenangan duniawi dan rela hidup
sederhana. Jika ia membutuhkan dunia sekedar untuk mencukupi
kebutuhan diri dan keluarga.
11. Menjauhi profesi/pekerjaan yang dianggap hina menurut pandangan adat
maupun syariat.
12. Menghindari tempat-tempat yang dapat mendatangkan fitnah, serta
meninggalkan hal-hal yang menurut pandangan umun dianggap tidak patut
dilakukan meskipun tidak ada larangan dalam syariat Islam.
13. Menghidupkan syiar dan ajaran-ajaran Islam, seperti mendirikan sholat
berjamaah dimasjid, menebarkan salam kepada orang lain, menganjurkan
kebaikan dan mencegah kemungkaran dengan penuh kesabaran (dalam
menghadapi resiko yang menghadang).
14. Menegakkan sunnah Rasulullah SAW dan memperjuangkan kemaslahatan
umat Islam dengan cara-cara populis dan tidak asing bagi mereka.
15. Menjaga hal-hal yang sangat dianjurkan oleh syariat, baik berupa
perkataan maupun perbuatan, seperti memperbanyak membaca Al-Qur’an,
berdzikir dengan hati maupun lisan.
16. Mengenalkan manusia dengan akhlak-akhlak seperti menebarkan salam,
bersikap ramah, menahan emosi, tidak suka menyakiti, tidak berat hati
dalam memberi penghargaan (kepada yang berhak), serta tidak terlalu
menuntut untuk dihargai.
17. Menyucikan jiwa dan raga dari akhlak-akhlak tercela dan menghiasi
keduanya dengan akhlak-akhlak mulia.
18. Selalu berusaha mempertajam ilmu pengetahuan dan amal, yakini melalui
kesungguhan hati dan ijtihad, muthala’ah (mendaras), muzakarah
(merenung), ta’liq (membuat catatan-catatan), menghafal dan melakukan
pembahasan (diskusi).
19. Tidak merasa segan mengambil faedah (ilmu pengetahuan) dari orang lain
atas apapun yang belum dimengerti tanpa memandang perbedaan status
atau kedudukam, nasab/garis keturunan dan usia.
20. Meluangkan sebagian waktu untuk menulis, mengarang atau menyusun
kitab.

C. Etika Guru dalam Mengajar


Di masyarakat masih ada pandangan bahwa siapapun boleh mengajar,
sehingga tidak perlu lagi meneliti ilmu mengajar atau kode etik guru. Hal ini
berlaku bagi mereka yang bisa mengajar sendiri tanpa belajar, namun tidak
jarang mereka yang tidak bisa mengajar terpaksa harus mengajar karena satu
dan lain hal. Selain itu, guru tidak peduli apakah siswa memahami apa yang
diajarkan atau apakah mereka dapat menirunya. Tujuan pembelajaran itu
sendiri mungkin tercapai atau tidak. (Hermawansyah, 2019)
Oleh karena itu, untuk menjadi guru yang profesional harus mempunyai
etika profesi dalam melaksanakan proses pendidikan baik di sekolah, di
rumah, maupun di masyarakat. Proses pendidikan berkelanjutan harus sesuai
dengan etika, moral, dan tata krama yang berkembang di masyarakat agar
proses pendidikan dapat terlaksana sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
(Nur Intan F, dkk. 2020
Etika guru dalam mengajar dalam jurnal Riset Ilmiah karya Rr Siri Alisa
berjudul “Etika Guru dalam Mengajar Sebagai Perwujudan Karakter Budi
Pekerti Siswa di Sekolah:
1. Budaya sopan santun dalam bertutur kata maupun berperilaku kepada
murid
2. Pembiasaan untuk saling memahami dan menghormati anak didik
3. Guru tidak mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada
anak didik, melainkan senantiasa mengembangkan kepribadiannya
Etika Guru dalam jurnal Nur Intan F, dkk. Yang berjudul “Kompetensi
Etika Guru dalam Proses Pembelajaran” menyebutkan:
1. Mampu menghargai dan menerapkan prinsip-prinsip pancasila sebagai
dasar ideologi dan etika bagi semua peserta didik.
2. Bertingkah laku sopan dalam berbicara, berpenampilan dan berbuat baik
kepada peserta didik, orang tua dan teman sejawat dan guru yang lainnya.
3. Guru memperlakukan semua perserta didik secara adil, memberi perhatian
dan bantuan seuai kebutuhan masing-masing tanpa memperdulikan
kepentingan personal.
4. Guru mengawali dan mengakhiri dengan bacaan salam,
5. Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya, mempraktekan dan memberikan kesempatan untuk berinteraksi
dengan peserta didik lainnya.
6. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai isi kurikulum dan
mengaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Etika guru menurut perspektif pendidikan agama Islam yaitu sebagai
berikut:
1. Menerima pertanyaan yang diajukan oleh peserta didiknya dan sabar atas
hal tersebut
2. Tidak terburu-buru dalam segala urusan
3. Duduk dengan penuh wibawa disertai ketenangan dan menundukkan
kepala
4. Tidak bersikap sombong kepada semua manusia, kecuali terhadap orang-
orang yang dolim dan terang-terangan menunjukkan ke dolimannya untuk
mencegah mereka berbuat dolim. Karena bersikap sombong terhadap
orang-orang yang sombong adalah shadaqah seperti tawadu‟ terhadap
orang-orang yang bersikap tawadu‟.
5. Mengutamakan tawadu‟ di tempat-tempat pertemuan dan majlis-majlis.
6. Tidak bermain dan bercanda.
7. Menunjukkan kasih sayang kepada peserta didik di waktu mengajarnya
dan bersabar terhadap peserta didik yang tidak pandai bertanya tetapi
mengaku mengetahui sesuatu sedang ia tidak mengetahuinya, yaitu
pendidik perlakukan dia dengan sikap dan perkataan yang baik.
8. Memperbaiki peserta didik yang bandel dengan bimbingan yang baik
9. Tidak memarahi peserta didik yang bandel dan tidak menyindirnya.
10. Tidak sombong, tidak segan dan tidak malu mengatakan: “saya tidak tahu”
atau mengatakan “wallahu a‟lam”, jika masalahnya tidak jelas atau tidak
diketahui. Diriwayatkan dalam hadits bahwa seorang lelaki bertanya
kepada Nabi SAW.: “Negeri mana yang paling buruk?” Nabi SAW.
menjawab: “Saya tidak tahu, saya akan menanyakan kepada jibril”. Jibril
menjawab: “Saya tidak tahu. Saya akan menanyakan kepada Robbil izzah
11. Memusatkan perhatian kepada penanya dan memahami pertanyaannya
untuk menjawab masalahnya
12. Menerima dalil yang benar dan mendengarkannya, meskipun dari lawan,
karena mengikuti kebenaran adalah wajib.
13. Tunduk kepada kebenaran dengan kembali kepadanya ketika bersalah,
sekalipun kebenaran itu dari orang lebih rendah kedudukannya.
14. Melarang peserta didik mempelajari ilmu yang membahayakan dalam
agama seperti ilmu sihir, nujum dan ramal.
15. Melarang peserta didik dari mengharap selain ridha Allah dan negeri
akhirat dengan ilmu yang berguna.
16. Mencegah peserta didik dari menyibukkan diri dengan fardhu kifayah
sebelum menyibukkan diri dengan fardhu ain, sedangkan fardhu „ainnya
adalah memperbaiki lahir dan batinnya dengan ketakwaan, yaitu dengan
menunaikan ibadah yang lahir dan batin dan menjauhi maksiat lahir dan
batin.
17. Mengutamakan memperbaiki diri sendiri sebelum menyuruh orang lain
berbuat kebaikan dan seblum melarang mereka berbuat kejahatan dengan
bertakwa supaya diikuti amal perbuatan dan perkataannya oleh peserta
didik
(Yazidul Busthomi, 2021)
D. Etika Siswa terhadap Guru
1. Etika Siswa terhadap Guru
Etika siswa terhadap guru merujuk pada nilai-nilai dan norma-norma
perilaku yang diharapkan dari siswa dalam berinteraksi dengan guru
mereka. Etika siswa terhadap guru melibatkan sikap hormat, sopan santun,
dan kemauan untuk belajar dan menghormati otoritas guru. Etika siswa
terhadap guru juga mencakup penghormatan terhadap waktu dan ketentuan
yang ditetapkan oleh guru, serta kesadaran akan tanggung jawab siswa
dalam mencapai kesuksesan akademik. Namun, di era modern ini,
seringkali kita melihat terabaikannya nilai-nilai etika ini, sehingga
interaksi antara siswa dan guru tidak lagi terbatas di ruang kelas. Siswa
kini dapat dengan mudah mengakses informasi dari berbagai sumber di
internet. Meskipun ini merupakan hal yang positif, akan tetapi perlu
diingat bahwa guru tetap memiliki peran yang tak tergantikan.
Etika siswa terhadap guru mencakup :
1. Penghormatan dan penghargaan terhadap ilmu dan pengalaman
yang dimiliki oleh guru.
2. Tanggung jawab terhadap waktu.
3. Sikap saling menghormati dan menjaga sopan santun.
4. Memprioritaskan Pembelajaran.
5. Mengatasi konflik dengan dewasa.
2. Etika Guru terhadap Siswa
Etika guru terhadap murid adalah seperangkat prinsip dan nilai yang
mengatur tingkah laku guru dalam interaksi dengan murid di lingkungan
pendidikan. Etika ini bertujuan untuk memastikan guru bertindak secara
profesional, menghormati hak-hak dan kebutuhan murid, serta
mempromosikan pembelajaran yang sehat dan menginspirasi. Guru harus
mematuhi prinsip dan nilai etika ketika berinteraksi dengan murid. Berikut
adalah beberapa cara yang dapat dilakukan:
1. Menghormati setiap murid
2. Membangun hubungan yang baik
3. Menjaga keamanan dan llingkungan belajar yang positif
4. Menerapkan nilai-nilai moral dan etika
5. Melaksanakan pembelajaran yang efektif
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kitab Tadzkirat al-Sami’ wa al-Mutakallim fii Adab al-Alim wa al-
Muta’allim karya Ibnu Jama’ah dan Ihya Ulumuddin dijelaskan secara rinci
bahwa seorang guru harus memiliki beberapa etika diantaranya: yakin bahwa
dirinya selalu diawasi oleh Allah, menyayangi, mengasihi, dan memahami
siswanya, melaksanakan kewajibannya sebagai guru dengan baik dan tidak
mengambil keuntungan ekonomi dari kewajibannya. Seorang guru harus memiliki
etika profesi seperti sopan santun, menghormati dan menghargai peserta didiknya,
dan senantiasa mengembangkan kepribadian peserta didiknya di sisi lain
memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didiknya. Selain itu, seorang siswa
juga harus memiliki etika terhadap gurunya antara lain, memprioritaskan
pembelajaran, saling menghormati, dan disiplin.
DAFTAR PUSTAKA
Asikin, Ikin. (2015). "Konsep Pendidikan Perspektif Ibnu Jama'ah (Telaah
Terhadap Etika Guru Dalam Kegiatan Belajar Mengajar). Edukasi Islami
Jurnal Pendidikan Islam, 4(7) , 825-842.
http://dx.doi.org/10.30868/ei.v4i07.64
Dianti, P. 2014. Integrasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan Untuk Mengembangkan Karakter Siswa. Jurnal
Pendidikan Ilmu Sosial, 23(1), 58-68.

Djamarah, S. B. 2010. Guru Dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta.

Herwansyah. 2019. Etika Guru Sebagai Pendidikan yang Mendasar bagi Siswa.
Jurnal Pendidika Islam. Fitrah. Vol. 10, No.2, Hal. 19-35

Indriyanti, T., Siregar, K. I., & Lubis, Z. (2017). Etika Interaksi Guru dan Murid
Menurut Perspektif Imam Al Ghazali. Jurnal Studi Al-Qur’an, 11(2), 129 -
144. https://doi.org/10.21009/JSQ.011.2.03
Nur Intan Fitriani, dkk. 2020. Kompetensi Guru dalam Proses Pembelajaran.
Jurnal Instruksional. Vol. 2, No. 1, Hal 70-75
Rosidin. 2017. Pendidikan Karakter Khas Pesantren: Terjemah Adabul ‘Alim wal
Muta’alim. Tangerang: Tira Pintar
Sishanisari. 2021. Pemikiran KH. Hasyim Asy’ari Tentang Etika Guru dan
Relevansinya dengan Kode Etik Guru Indonesia. Skripsi. PAREPARE:
Institut Agama Islam (IAIN) PAREPARE
Taniredja, Tukiran; Sumedi, H. Pudjo; Abduh, Muhammad (30 Januari
2017). Guru yang Profesional Bandung: Alfabeta.

Vol. 7, No.2, Hal. 265-280.


Yazidul Busthomi. 2021. Etika Guru Menurut Perspektif Pendidikan Agama
Islam.

You might also like