You are on page 1of 19

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes pada umumnya
dimaksudkan untuk mengukur aspek-aspek prilaku manusia, seperti aspek
pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif), maupun aspek keterampilan
(psikomotorik). Hal yang hendak diukur adalah ringkat penguasaan peserta didik
terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan (Sumarna, 2004).

Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi sistem
penskorannya dapat dikategorikan menjadi dua bentuk tes (Suahrsimi,2002) yaitu
tes objektif dan tes sukjektif yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes
bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajara yang memerlukan jawaban yang
bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Sedangkan tes objektif adalah tes yang
dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Beberapa macam tes
objektif yang digunakan dalam pembelajaran antara lain: tes benar salah (true-
false), pilihan ganda (multiple choice test), soal menjodohkan(mathing tests), tes
isian (completiontest), dan soal jawaban singkat. Namun, dalam pembahasan
makalah ini jenis tes objektif hanya sampai item tes menjodohkan, sedangkan test
isian dan jawaban singkat tidak dibahas dalam makalah ini.
2

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan dari makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana cara mengkontruksikan item test pilihan ganda (multiple
choice test)?
1.2.2 Apa saja kelebihan dan kekurangan dari tes pilihan ganda (multiple
choice test)?
1.2.3 Bagaimana cara penilaian akhir tes pilihan ganda (multiple choice test)?
1.2.4 Bagaimana cara mengkontruksikan item tes betul salah (true-false)?
1.2.5 Apa saja kelebihan dan kekurangan dari item tes betul salah (true-
false)?
1.2.6 apa yang dimaksud dengan item test menjodohkan (mathing tests)?
1.2.7 Apa saja kekurangan dari item tes menjodohkan (mathing tests)?

1.3. Tujuan Penulisan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


1.3.1 Mendeskripsikan bagaimana cara mengkontruksikan item tes pilihan
ganda (multiple choice test).
1.3.2 Mendeskripsikan apa saja kelebihan dan kekurangan dari test pilihan
ganda (multiple choice test).
1.3.3 Mendeskripsikan bagaimana cara penilaian akhir dari item test pilihan
ganda (multiple choice test).
1.3.4 Mendeskripsikan bagaimana cara mengkontruksikan item tes betul
salah (true-false).
1.3.5 Mendeskripsikan apa saja kelebihan dan kekurangan dari item tes betul
salah (true-false).
1.3.6 Mendeskripsikan apa yang dimaksud dengan item test menjodohkan
(mathing tests).
1.3.7 Mendeskripsikan apa saja kurangan dan kelebihan item test menjodoh
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Item Tes Pilihan Ganda (Multiple Choice Test).

Multiple choice test atau yang lebih dikenal dengan tes pilihan ganda adalah
sejenis tes objektif yang masing-masing butir tes nya memiliki lebih dari dua
pilihan jawaban. Menurut Karmel dan Karmel (1998), ada sepuluh kriteria tes
yang baik, yakni: a) tes harus relavan; b) ada keseimbangan antara tujuan yang
ingin dicapai dengan jumlah butir tes yang mewakilinya; c) efesiensi waktu yang
digunakan untuk melakukan test, penskoran dan pengadministrasian sekor tes; d)
objektivitas dalam pemberian sekor dan interprestasinya; e) kekhususan tes yang
mengukur materi pelajaran yang diajarkan di kelas; f) tingkat kesukaran setiap
butir tes; g) kemampuan butir membedakan kelompok siswa yang memiliki
kemapuan tinggi dan rendah;h) reliabilitas; i) kejujuran da pemerataan
kesempatan; dan j) kecepatan menyelesaikan tes.

Item pilihan ganda pada umumnya terdiri dari satu kalimat pernyataan atau
kalimat pertanyaan, yang disebut dengan stem, dan beberapa pilihan jawaban yang
disebut dengan alternatif atau options. Salah satu di antara alternatif tersebut
merupakan jawaban yang benar atau yang terbaik yang disebut dengan key atau
kunci jawaban, sedangkan alternatif-altenatif lainnya adalah jawaban yang disebut
dengan distaktor.

Pada umunya, penulisan item dalam tes objektif tipe pilihan ganda banyak
didasarkan pada proposisi, yaitu suatu kalimat sederhana yang dapat dinyatakan
sebagai benar atau salah. Proporsi ini kemudian dikembangkan sedemikian rupa
sehingga dalam tipe pilihan ganda jawaban tidak sekedar benar dan salah akan
4

tetapi berupa pilihan terhadap pernyataan yang paling benar atau paling tepat.
Langkah awal dalam pengembangan suatu item pilihan ganda yang didsarkan
proposisi yang penting, yakni suatu proposisi yang menyatakan ide atau gagasan
tunggal yang benar akan tetapi dapat disangka salah. Kemudian harus dicari
beberapa alternatif yang berlawanan dengan proposisi itu.

Pada prinsipnya untuk mengevaluasi hasil belajar digunakan tes. Tes Hasil Belajar
(THB) yang digunakan oleh dosen di kelas dibedakan atas bentuk tes pilihan
ganda dan tes uraian. Mengenai tes bentuk pilihan ganda, dibedakan atas beberapa
macam soal yang biasa dipakai, di antaranya : a) melengkapi lima pilihan, b)
asosiasi dengan lima pilihan (empat pilihan), c) hal kecuali, d) analisi hubungan
antara hal, e) analisi khusus, f) perbandingan kuantitatif, g) hubungan dinamik, h)
melelngkapi berganda, dan i) pemakaian diagram, gambar, dan grafik.

2.1.1 Tes Pilihan Ganda Biasa


Menurut Gronlund (1984), bentuk tes pilihan ganda dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan ingatan, pemahaman, dan penerapan yang
lebih komplek. Bentuk tes ini juga dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan mahasiswa yang lebih tinggi dan dapat di sekor secara
objektif. Tes pilihan ganda bisa terdiri dari kalimat pokok berupa
pernyataan yang tidak lengkap. Untuk melengkapi kesempurnaan
kalimat tersebut penerapan pilihan jawaban haruslah berupa jawaban
yang dipilih untuk menlengkapi pernyataan tersebut. Tidak lengkapnya
pernyataan dalam bentuk soal ini ditandai dengan adanya kekosongan
atau titik yang perlu diisi untuk melengkapi pernyataan.

Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan
jawabannya, dimana mahasiswa yang mengerjakannya soal itu hanya
memilih satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan.
Wujud soal terdiri dari: a) dasar pernyataan atau stimulus (bila ada): b)
pokok soal/stem; dan c) pilihan jawaban yang terdiri kunci jawaban
yang pengecoh. Dalam format tes pilihan ganda dicirikan dengan suatu
stem atau ungkapan yang menampilkan suatu masalah atau pernyataan
5

yang biasanya diikuti oleh dua atau sampai lima pilihan jawaban, di
mana satu di antaranya merupakan jawaban yang paling tepat
(Osterlind, 1999).

2.1.2 Tes Pilihan Ganda Assosiasi


Butir tes yang mengukur pengetahuan komplek ditandai dengan adanya
hal-hal yang baru. Pengukuran komplek menghendaki mahasiswa
mampu mengidentifikasi versi baru dari istilah atau ilustrasi.

Menurut Gronlund (1982) prestasi kompleks mengandung hasil belajar


yang didasarkan pada proses mental yang lebih tinggi, misalnya
pemahaman, keterampilan berpikir, dan variasi kemampuan pemecahan
masalah. Beberapa aspek presentasi komplek diukur secara objektif
meliputi kemampuan untuk menerapkan sebuah prinsip, interpestasi
hubungan, menyatakan kesimpulan, membangun dan mempertahankan
hipotesis, merumuskan dan mengenali kevalidan keputusan, penerapan
asumsi, mengenali keterbatasan data, memahami keberartian masalah,
dan merancang prosedur eksperimental.

Dalam kaitan ini, bentuk tes pilihan ganda asosiasi lebih sesuai
digunakan. Menurut Nitko (1996) bahwa analisis isi jawaban butir tes
dapat dikatakan sebagai cara dan pemrosesan jawaban. Thorndike dan
Hagen (1977) mengistilah tes asosiasi pilihan ganda sebagai variasi
butir tes pilihan ganda yang terdiri dari butiran ganda kompleks dan
penggunaan pasangan pernyataan sebagai stimulasi.

Menurut Wiersma dan Jurs (1990) dalam pengukuran bentuk asosiasi,


mahasiswa diberi kumpulan kata-kata atau ungkapan yang diberi
asosiasi, suatu hubungan ide atau istilah untuk masing-masing kata atau
ungkapan tersebut. Sebuah pernyataan menyatakan secara langsung
pemakain butir tes, dan bentuk tes pilihan ganda asosiasi merupakan
suatu variasi bentuk pernyataan. Dalam hal ini, mahasiswa diberi dasar
asosiasi tersebut untuk menyatakan pilihan jawaban yang benar yang
diharapkan. Sementara itu, Suryabrata (2000) mengistilahkan tes
6

pilihan ganda asosiasi sebagai tes “ jenis kombinasi” yang terdiri atas
batang tubuh soal diikuti kemungkinan jawaban, di antaranya satu atau
lebih benar.

Bentuk tipe pilihan ganda asosiasi ini hampir sama dengan tipe pilihan
ganda biasa, yang membedakannya adalah bahwa kemungkinan
jawaban benar lebih dari satu. Untuk tes pilihan ganda asosiasi, pada
pokonya hampir sama dengan pilihan ganda bisa, namun pada bentuk
ini cara menjawabnya lebih komplek. Contoh itemnya adalah sebagai
berikut
A. Apabila hanya 1,2,dan 3 benar
B. Apabila hanya 1,dan 3 benar
C. Apabila hanya 2 dan 4 benar
D. Apabila hanya 4 benar
E. Apabila semua benar.

Pada hakikatnya bentuk soal ini hampir sama dengan bentuk soal
pilihan, yaitu satu pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan
beberapa kemungkinan jawaban. Perbedaannya ialah pada bentuk
pilihan ganda asosiasi, kemungkinan jawaban benar satu, dua, tiga, atau
empat. Tes semacam ini termasuk ke dalam bentuk tes kombinasi
pilihan ganda yang terdiri atas batang tubuh soal yang diikuti oleh
sejumlah kemungkinan jawaban, di antaranya satu atau lebih besar.

Menurut Arikunto (2004), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda
: a) instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bisa dipandang perlu baik disertai
contoh mengerjakannya; b) dalam multiple choice test hanya ada “satu” jawaban
yang benar. Jadi tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, c) kalimat pokonya
hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat dipilih,
d) kalimat pada butir soal hendaknya sesingkat mungkin, e) usahakan
menghindari penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya, f) kalimat
pokok pada setiap butir soal, hendanya tidak tergantung pada butir soal-soal lain,
g) gunakan kata-kata “manakah jawaban yang paling baik”, “pilihlah satu yang
7

pasti lebih baik dari yang lain” bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang
benar, h) dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar, i) tiap
butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun ide tersebut dapat
komplek, j) bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah, k)
susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuain tata bahasa dengan
kalimat pokoknya, l) alternatif yang digunakan hendaknya agak seragam dalam
panjangnya, sifat uraiannya maupun taraf teknis, m) alternatif-alternatif yang
disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai isinya dan bentuknya, n)
buatlah jumlah alternatif pilihan gandan sebanyak empat, o) hindarkan
pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat pokok di alternatif-
alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih alternatif yang mengandung
pengulangan tersebut.

2.1.3 Kaidah Penulisan


Ada beberapa kaidah yang harus diikuti agar soal tersusun bermutu.
Kaidah-kaidah tersebut dilihat dari aspek materi, konstruksi, dan
bahasa. Dari aspek materi: a). Soal harus sesuai dengan indikator.
Artinya, soal harus menanyakan prilaku atau materi yang hendak diukur
sesuai dengan tuntutan indikator. b). Pilihan jawaban harus homogen
dan logis ditinjau dari segi materi. Artinya, semua pilihan jawaban
harus berasal dari materi yang sama seperti yang terkandung dalam
pokok soal, penulisan setara, dan semua pilihan jawaban yang benar
atau yang paling benar. c). Setiap soal harus mempunyai satu jawaban
yang benar atau yang paling besar. Artinya, satu soal hanya mempunyai
satu kunci jawaban yaitu jawaban yang paling benar.

2.2 Kelebihan dan Kekurangan Tes Pilihan Ganda

Menurut Popham (1995) soal pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur
pengetahuan milik siswa atau kemampuan seorang siswa dalam berpikir dengan
tingkat tinggi. Kekuatan dari soal pilihan ganda adalah tes ini adalah memuat
beberapa jawaban yang berbeda dalam yang saling berhubungan kebenarannya.
8

Sehingga ujian dapat kita sebut untuk membuat perbedaan hampir tidak kentara
diantara pilihan jawaban, beberapa yang mungkin menjadi sedikit benar.

Sedangkan menurut Nitko (2007) merinci beberapa kelebihan dari tes pilihan
ganda ini, yakni sebagai berikut:

1. Format pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai berbagai jenis


keragaman target pembelajaran dibandingkan format soal pilihan jawaban
lainnya.
2. Soal pilihan ganda tidak memerlukan siswa untuk menulis dan
menguraikan jawaban mereka dan sehingga mengurangi kesempatan untuk
siswa berkemampuan kurang untuk “menipu” jawaban mereka.
3. Tes pilihan ganda fokus pada membaca dan berpikir. Tes tidak menuntut
siswa untuk menggunakan proses menulis dalam kondisi pemeriksaan.
4. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk menebak jawaban yang benar
untuk soal pilihan ganda daripada soal benar-salah atau soal mencocokkan.
5. Pilihan untuk pengecoh siswa mungkin memberikan kita diagnosis
pengetahuan yang dalam tentang siswa yang mengalami kesulitan. Namun,
untuk pengecoh untuk membuatnya harus berhati-hati sehingga pengecoh
menarik siswa yang biasa membuat kesalahan atau yang biasa memiliki
kesalahpahaman.

Setiap tes memiliki kelemahan tersendiri, menurut Popham (1995) tes ini hanya
perlu mengenali sebuah jawaban benar. Tes ini tidak butuh menghasilkan jawaban
benar. Sedangkan Nitko (2007) menjelaskan beberapa kelemahan dari soal pilihan
ganda, yaitu sebagai berikut :

1. Siswa harus memilih diantara daftar pilihan yang telah ditetapkan, bukan
menciptakan atau mengekspresikan ide-ide atau solusi mereka sendiri.
2. Kelemahan dalam penulisan tes pilihan ganda akan menjadikan soal
dangkal, sepele, dan terbatas pada pengetahuan yang faktual.
3. Karena biasanya hanya satu pilihan dari soal yang sebagai kunci yang
benar, siswa yang pintar menjadi dihukum untuk tidak memilih jawaban
yang benar. Siswa yang pintar dapat mendeteksi cacat dalam soal pilihan
9

ganda karena ambiguitas dari kata-kata, sudut pandang yang berbeda, atau
pengetahuan mata pelajaran tambahan, sedangkan siswa lain tidak
mungkin mendeteksinya.
4. Soal pilihan ganda cenderung berdasarkan pada pengetahuan “standar,”
“adakan,” atau “disahkan”. Masalah siswa memecahkan pada soal pilihan
ganda cenderung sangat terstruktur dan tertutup (telah memiliki satu
jawaban yang benar). Ini memberikan kesan bahwa semua masalah dalam
bidang mata pelajaran memiliki satu jawaban yang benar, yang dapat
mendorong siswa untuk menempatkan kepercayaan yang berlebihan pada
kebenaran figur otoritas atau mungkin menggambarkan suatu subyek yang
memiliki basis pengetahuan yang tetap dan terbatas. Selanjutnya, sehingga
guru menggunakan tes pilihan ganda yang gagal untuk menggunakan soal
yang terkait dengan bahan penafsiran yang realistis, hasil tes ini tidak
memiliki konteks dunia nyata. Hal ini disebut sebagai pengetahuan yang
tidak kontekstual. Akibatnya, tes tidak dapat menilai apakah siswa dapat
menggunakan apa yang telah mereka pelajari dalam kondisi yang berarti
dan nyata.
5. Penggunaan pengujian pilihan ganda yang secara berlebihan untuk
kepentingan penilaian dapat membentuk pendidikan dengan cara yang
tidak diinginkan. Penolakan pada tes soal pilihan ganda ini menunjukkan
penilaian yang guru gunakan dapat membentuk muatan dan jenis
pengajaran yang guru berikan pada siswa. Jika merancang tinggi penilaian
soal pilihan ganda yang memusatkan pada pengetahuan nyata, guru
cenderung untuk menggunakan teknik latihan dan pratek untuk
mempersiapkan siswa untuk melakukan penilaian dengan soal pilihan
ganda. Jika tes mengandung soal pilihan ganda yang digunakan menilai
pengetahuan dan menerapkan berpikir tingkat tinggi, strategi mengajar
latihan dan praktek tidaklah efektif.
10

2.3 Penilaian Akhir Item Test Pilihan Ganda

Cara menskor terakhir dari tes yang berbentuk multiple choice dipergunakan
rumus sebagai berikut :

Contoh penggunaan :

Umpamakan kita membuat test berbentuk multiple choice sebanyak 20 item,


dengan item alternatif jawaban (A, B, C, D) 4 tiap item. Seorang siswa bernama
Ipung dapat menjawab betul 14 item dan salah 6 item, maka skor yang diperoleh
Ipung dari test tersebut sebagai berikut :

Jika dalam mengerjakan tes berbentuk true false / multiple choice terdapat item
yang tidak dijawab (dikosongkan) maka dalam penilaian atau scoring, item yang
tidak dijawab itu tidak diperhitungkan (tidak dianggap benar dan tidak dianggap
salah).

Sebagai contoh :

a. True false
Jumlah 30 item
Dijawab betul 19 item
Dijawab salah 8 item
Tidak dijawab 3 item
Skor yang diperoleh :
11

Jadi, yang diperhatikan dalam scoring hanya 27 item.

b. Multiple choice
Jumlah 20 item
Yang dijawab betul 16 item
Yang dijawab salah 3 item
Tidak dijawab 1 item
Skor yang diperoleh :

Akan tetapi ada juga yang berpendapat lain, yaitu semua item yang tidak dijawab
(dikosongkan) berarti salah. Jadi, baik item yang dijawab, tetapi salah maupun
item yang dikosongkan atau tidak dijawab kedua-duanya dianggap salah. Tentu
saja hal ini bergantung pada perjanjian antara pengetes dengan yang di tes. Maka
sebelum tes dimulai sebaiknya guru menjelaskan terlebih dahulu bagaimana cara
menskor, dan bagaimana siswa menjadi lebih hati-hati dalam mengerjakan test.

2.4 Item Test Betul Salah (True-False).

Soal-soal berupa pertanyaan-pertanyaan (statement). Statemen tersebut ada yang


benar dan ada yang salah. Ciri khusus dari bentuk soal benar salah adalah
terbatasnya pengukuran kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan
hubungan yang sederhana. Kalaupun hendak digunakan untuk mengukur
kemampuan yang tinggi, paling tidak digunakan untuk kemampuan
menghubungkan untuk dua hal yang homogen.

Bentuk benar salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab
soal), yaitu

1. Dengan pembetulan (with corretion) yaitu siswa diminta untuk


membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (withoul corretion), yaitu siswa hanya diminta untuk
melingkari huruf B atau S tanpa memberi jawaban yang betul.
12

Pada bidang pendidikan umum maupun kejuruan, item tes betul-salah yang tidak
dimodifikasi atau reguler banyak digunakan oleh para guru. Salah satu alasannya
adalah bahwa item tes betul-salah jenis reguler dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar sebagai teknik untuk mengawali dimulainya diskusi yang hangat,
menarik, dan bermakna. Item tes betul-salah apabila dicermati secara intensif,
akan membawa para peserta didik ke dalam diskusi isu-isu pembelajaran yang
bergeser sedikit menjadi problem solving.

Untuk mencapai hal tersebut seorang guru perlu menguasai dan mampu
mengonstruksi item tes betul-salah dengan memerhatikan beberapa aturan yang
perlu dipenuhi oleh para evaluator atau guru kelas. Aturan ini pada prinsipnya
dapat digunakan untuk mengonstruksi item tes betul-salah, baik yang reguler
maupun item tes yang telah dimodifikasi. Aturan-aturan tersebut yakni sebagai
berikut.
1. Pernyataan item tes jenis betul-salah sebaiknya dibangun secara cermat,
sehingga para siswa tidak secara jelas dapat menerka item tes tersebut.
2. Dalam mengonstruksi item tes betul-salah, direncanakan oleh para guru
agar para siswa menjawab semua item yang ada dan seminimal mungkin
para siswa mengosongkan item tanpa jawaban.
3. Pokok persoalan sebaiknya berisi situasi spesifik yang terdiri atas materi
yang diperlukan untuk menjawab benar.
4. Pernyataan item disusun secara jelas dan tetap berfokus pada ide pokok
yang ingin ditunjukkan oleh siswa.
5. Hindari kalimat panjang dan kompleks dengan kata-kata yang mempunyai
arti ganda.

2.4.1 Petunjuk Penyusuna Item Tes Betul-Salah


a. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan
maksud untuk mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring)
b. Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sam dengan
butir soal yang harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola
jawaban tidak bersifat teratur misalnya: B-S-B-S-B-S atau SS-BB-
SS-BB-SS
13

c. Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.


d. Hindari pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
e. Hindarilah kata-kata yang menunjukkan kecenderungan memberi
saran seperti yang dikehendaki oleh item yang bersangkutan,
misalnya: semua, tidak selalu, tidak pernah, dan sebagainya.

2.4.2 Cara Mengubah Skor Pada Item Tes Betul Salah


Rumus untuk mencari skor akhir bentuk soal betul-salah ada dua
macam yaitu:
a. Dengan denda

S = R-W

Dengan pengertian :
D = skor yang telah diperoleh.
R = right (jawaban yang benar).
W= wrong (jawaban yang salah).

b. Tanpa denda
Rumus :

S=R

Yang dihitung hanya yang betul (untuk soal yang tidak dikerjakan
nilainya 0).

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Item Tes Betul Salah(True-False).

Menurut Surapranata (2004), terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan bentuk


soal benar-salah yang harus diperhatikan oleh guru ketika mengembangkan soal.

2.5.1 Kelebihan item tes betul salah antara lain:


1. Mudah membuat soal. Hanya dengan mengubah sedikit pertanyaan
yang terdapat dalam buku atau membuat sama pertanyaan yang
terdapat dalam buku misalnya, akan diperoleh soal benar-salah.
14

2. Banyaknya pokok bahasan atau kompetensi dasar dan indikator


yangdapat dicakup dalam soal. Hal ini terjadi karena peserta didik
dapat merespon sejumlah soal dalam waktu singkat. Namun demikian
permasalahan muncul ketika tidak semua materi tepat untuk diukur
dengan soal benar-salah. Dalam beberapa mata pelajaran, pertanyaan
atau pernyataan benar-salah tidak tidak sapat dibuat.
3. Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak memakan tempat
karena biasanya pertanyaan-pertanyaan singkat saja.
4. Mudah menyusunnya
5. Dapat dilihat secara cepat dan objektif
6. Petunjuk cara mengerjakan dapat mudah dimengerti.

2.5.2 Kekurangan item tes betul-salah


1. Kelemahan utama dari item tes betul-salah berkaitan dengan
kemampuan yang hendak diukur. Bentuk soal ini sangat terbatas
mengukur kemampuan pengetahuan saja.
2. Sangat sulit mengembangkan soal yang berkaitan dengan kemampuan
yang lebih tinggi seperti problem solving misalnya.
3. Kemampuan yang dapat diukur adalah kemampuan membedakan
antara fakta dan pendapat serta kemampuan mengindentifikasi
hubungan sebab akibat.
4. Tingginya faktor menerka yang dilakukan oleh peserta didik. Dengan
hanya dua laternatif benar dan salah., peserta didik memiliki peluang
menjawab benar salah 50%.
5. Di pihak lain, guru akan mengalami ksulitan dalam
menginterpestasikan kemampuan siswa yang sebenarnya manakala
mereka menjawab benar ataupun salah terhadap soal. Akibatnya
bentuk soal benar-salah memiliki tingkat rehabilitas yang sangat
rendah dan kurang dapat digunakan sebagai alat diagnosa kesulitan
belajar siswa, dan validitas soal juga sangat diragukan kebenarannya.
6. Sering membingungkan
7. Mudah ditebak atau diduga
15

8. Banyak masalah yang dapat dinyatakan hanya dengan dua


kemungkinan benar atau salah
9. Hanya dapat mengungkapkan daya ingatan dan pengenalan kembali.

2.6 Item Tes Menjodohkan (Matcing Test)

Dalam bentuk tes tradisional, soal menjodohkan adalah bentuk soal yang terdiri
dari dua kelompok pertanyaan. Kelompok pertama ditulis pada jalur sebelah kiri
bisanya merupakan pernyataan soal atau pernyataan sering juga disebut dengan
stimulasi atau premis berupa kalimat. Kelompok kedua biasa disebut dengan
respon yang ditulis pada lajur sebelah kanan, bisanya merupakan pertanyaan
jawaban atau pernyataan respon berupa kata, bilangan, gambar, atau simbol.
Peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau memilih tes diminta untuk
menjodohkan, atau memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis
pada stimulus yang terdapat di lajur kiri dengan respon yang terdapat pada lajur
sebelah kanan.

Matching Test dapat diganti dengan istilah mempertandingkan, mencocokan,


memasangkan, atau menjodohkan. Matching Test terdiri dari satu seri pertanyaan
atau satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai jawaban yang
tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid adalah mencari dan menempatkan
jawaban-jawaban, sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaanya (Arikunto,
1998). Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan
peserta didik yang sangat sederhana, yaitu kemampuan mengindentifikasi
informasi berdasarkan hubungan yang sedehana, dan kemampuan
mengidentifikasi kemampuan menghubungkan antara dua hal. Makin banyak
hubungan antara premis dan respon yang dibuat, maka makin baik soal yang
disajikan.

2.7 Kelebihan dan Kekurangan Item Test Mendojodohkan

Athanasou dan Lamprianuo (2002) menjelaskan keunggulan dan kelemahan dari


bentuk soal menjodohkan.
16

A. Keunggulannya adalah:
1. Luasnya materi yang dicakup.
2. Relatif lebih mudah dibuat butir soal.
3. Ringkas dan ekonomis di lihat dari segi cara memberikan jawaban.
4. Dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan mudah dalam
pensekorannya.

B. Kelemahannya:
1. Adanya kecenderungan untuk mengukur kemampuan mengingat dan
kurang tepat digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang
lebih tinggi.
2. Sukarnya menjaga kehomogenan isi premis maupun respon khusus
yang ditinjau dari segi kesamaan kemampuan yang hendak diukur.
3. Kemungkinan menebak dengan benar relatif tinggi, karena jumlah
pertanyaan soal (dalam lajur sebelah kiri) dengan pertanyaan
jawaban (dalam lajur sebelah kanan) tidak banyak beda.

Bentuk macthing test ini dapat pula dipandang sebagai multiple choice berganda.
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes bentuk
macthing test adalah sebagai berikut:
a. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam macthing test hendaknya tidak lebih
dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak akan
membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi
homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik
dijadikan dua seri.
b. Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak daripada jumlah
soalnya (kurang lebih 1 ½ kali). Dengan demikian murid-murid
dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai
kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan
pikirannya.
c. Antara item-item yang bergabungan dalam satu seri macthing test harus
merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.
17

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari makalah Mengkontruksi Tes Pilihan Ganda


(Multiple choice)adalah sebagai berikut:
1. Tes item pilihan ganda (Multiple choice test) adalah sejenis tes objektif
yang masing-masing butir tes nya memiliki lebih dari dua pilihan jawaban.
Item pilihan ganda pada umumnya terdiri dari satu kalimat pernyataan atau
kalimat pertanyaan, yang disebut dengan stem, dan beberapa pilihan
jawaban yang disebut dengan alternatif atau options. Pada umunya,
penulisan item dalam tes objektif tipe pilihan ganda banyak didasarkan
pada proposisi, yaitu suatu kalimat sederhana yang dapat dinyatakan
sebagai benar atau salah.
2. Ciri khusus dari bentuk soal benar salah adalah terbatasnya pengukuran
kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana. Kalaupun hendak digunakan untuk mengukur kemampuan
yang tinggi, paling tidak digunakan untuk kemampuan menghubungkan
untuk dua hal yang homogen.
3. Matching Test dapat diganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching Test terdiri dari
satu seri pertanyaan atau satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan
mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban.
18

3.2 Saran

Dari beberapa kesimpulan yang telah dipaparkan, saran yang berkaitan dengan
makalah ini adalahh endaknya pembaca mampu memahami beberapa item tes
objektif seperti item tes pilihan ganda, item tes menjodohkan, dan item tes betul
salah.
19

DAFTAR PUSTAKA

Sudijono, Anas. 2016.Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo


Persada.
Sudaryono.2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Azwar, Saifuddin. 2007. Tes Prestasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Sudaryono, Gaguk dan Wardani Rahayu. 2013. Pengembangan Instrumen


Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suprananto, Kusaeri. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

You might also like