Professional Documents
Culture Documents
Tugas Ririn Kuswanti
Tugas Ririn Kuswanti
BAB I
PENDAHULUAN
Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau
tugas yang harus dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes pada umumnya
dimaksudkan untuk mengukur aspek-aspek prilaku manusia, seperti aspek
pengetahuan (kognitif), aspek sikap (afektif), maupun aspek keterampilan
(psikomotorik). Hal yang hendak diukur adalah ringkat penguasaan peserta didik
terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan (Sumarna, 2004).
Bentuk tes yang digunakan di lembaga pendidikan dilihat dari segi sistem
penskorannya dapat dikategorikan menjadi dua bentuk tes (Suahrsimi,2002) yaitu
tes objektif dan tes sukjektif yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes
bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajara yang memerlukan jawaban yang
bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Sedangkan tes objektif adalah tes yang
dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Beberapa macam tes
objektif yang digunakan dalam pembelajaran antara lain: tes benar salah (true-
false), pilihan ganda (multiple choice test), soal menjodohkan(mathing tests), tes
isian (completiontest), dan soal jawaban singkat. Namun, dalam pembahasan
makalah ini jenis tes objektif hanya sampai item tes menjodohkan, sedangkan test
isian dan jawaban singkat tidak dibahas dalam makalah ini.
2
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan dari makalah ini
adalah sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana cara mengkontruksikan item test pilihan ganda (multiple
choice test)?
1.2.2 Apa saja kelebihan dan kekurangan dari tes pilihan ganda (multiple
choice test)?
1.2.3 Bagaimana cara penilaian akhir tes pilihan ganda (multiple choice test)?
1.2.4 Bagaimana cara mengkontruksikan item tes betul salah (true-false)?
1.2.5 Apa saja kelebihan dan kekurangan dari item tes betul salah (true-
false)?
1.2.6 apa yang dimaksud dengan item test menjodohkan (mathing tests)?
1.2.7 Apa saja kekurangan dari item tes menjodohkan (mathing tests)?
BAB II
PEMBAHASAN
Multiple choice test atau yang lebih dikenal dengan tes pilihan ganda adalah
sejenis tes objektif yang masing-masing butir tes nya memiliki lebih dari dua
pilihan jawaban. Menurut Karmel dan Karmel (1998), ada sepuluh kriteria tes
yang baik, yakni: a) tes harus relavan; b) ada keseimbangan antara tujuan yang
ingin dicapai dengan jumlah butir tes yang mewakilinya; c) efesiensi waktu yang
digunakan untuk melakukan test, penskoran dan pengadministrasian sekor tes; d)
objektivitas dalam pemberian sekor dan interprestasinya; e) kekhususan tes yang
mengukur materi pelajaran yang diajarkan di kelas; f) tingkat kesukaran setiap
butir tes; g) kemampuan butir membedakan kelompok siswa yang memiliki
kemapuan tinggi dan rendah;h) reliabilitas; i) kejujuran da pemerataan
kesempatan; dan j) kecepatan menyelesaikan tes.
Item pilihan ganda pada umumnya terdiri dari satu kalimat pernyataan atau
kalimat pertanyaan, yang disebut dengan stem, dan beberapa pilihan jawaban yang
disebut dengan alternatif atau options. Salah satu di antara alternatif tersebut
merupakan jawaban yang benar atau yang terbaik yang disebut dengan key atau
kunci jawaban, sedangkan alternatif-altenatif lainnya adalah jawaban yang disebut
dengan distaktor.
Pada umunya, penulisan item dalam tes objektif tipe pilihan ganda banyak
didasarkan pada proposisi, yaitu suatu kalimat sederhana yang dapat dinyatakan
sebagai benar atau salah. Proporsi ini kemudian dikembangkan sedemikian rupa
sehingga dalam tipe pilihan ganda jawaban tidak sekedar benar dan salah akan
4
tetapi berupa pilihan terhadap pernyataan yang paling benar atau paling tepat.
Langkah awal dalam pengembangan suatu item pilihan ganda yang didsarkan
proposisi yang penting, yakni suatu proposisi yang menyatakan ide atau gagasan
tunggal yang benar akan tetapi dapat disangka salah. Kemudian harus dicari
beberapa alternatif yang berlawanan dengan proposisi itu.
Pada prinsipnya untuk mengevaluasi hasil belajar digunakan tes. Tes Hasil Belajar
(THB) yang digunakan oleh dosen di kelas dibedakan atas bentuk tes pilihan
ganda dan tes uraian. Mengenai tes bentuk pilihan ganda, dibedakan atas beberapa
macam soal yang biasa dipakai, di antaranya : a) melengkapi lima pilihan, b)
asosiasi dengan lima pilihan (empat pilihan), c) hal kecuali, d) analisi hubungan
antara hal, e) analisi khusus, f) perbandingan kuantitatif, g) hubungan dinamik, h)
melelngkapi berganda, dan i) pemakaian diagram, gambar, dan grafik.
Soal bentuk pilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan
jawabannya, dimana mahasiswa yang mengerjakannya soal itu hanya
memilih satu jawaban yang benar dari pilihan jawaban yang disediakan.
Wujud soal terdiri dari: a) dasar pernyataan atau stimulus (bila ada): b)
pokok soal/stem; dan c) pilihan jawaban yang terdiri kunci jawaban
yang pengecoh. Dalam format tes pilihan ganda dicirikan dengan suatu
stem atau ungkapan yang menampilkan suatu masalah atau pernyataan
5
yang biasanya diikuti oleh dua atau sampai lima pilihan jawaban, di
mana satu di antaranya merupakan jawaban yang paling tepat
(Osterlind, 1999).
Dalam kaitan ini, bentuk tes pilihan ganda asosiasi lebih sesuai
digunakan. Menurut Nitko (1996) bahwa analisis isi jawaban butir tes
dapat dikatakan sebagai cara dan pemrosesan jawaban. Thorndike dan
Hagen (1977) mengistilah tes asosiasi pilihan ganda sebagai variasi
butir tes pilihan ganda yang terdiri dari butiran ganda kompleks dan
penggunaan pasangan pernyataan sebagai stimulasi.
pilihan ganda asosiasi sebagai tes “ jenis kombinasi” yang terdiri atas
batang tubuh soal diikuti kemungkinan jawaban, di antaranya satu atau
lebih benar.
Bentuk tipe pilihan ganda asosiasi ini hampir sama dengan tipe pilihan
ganda biasa, yang membedakannya adalah bahwa kemungkinan
jawaban benar lebih dari satu. Untuk tes pilihan ganda asosiasi, pada
pokonya hampir sama dengan pilihan ganda bisa, namun pada bentuk
ini cara menjawabnya lebih komplek. Contoh itemnya adalah sebagai
berikut
A. Apabila hanya 1,2,dan 3 benar
B. Apabila hanya 1,dan 3 benar
C. Apabila hanya 2 dan 4 benar
D. Apabila hanya 4 benar
E. Apabila semua benar.
Pada hakikatnya bentuk soal ini hampir sama dengan bentuk soal
pilihan, yaitu satu pernyataan yang tidak lengkap yang diikuti dengan
beberapa kemungkinan jawaban. Perbedaannya ialah pada bentuk
pilihan ganda asosiasi, kemungkinan jawaban benar satu, dua, tiga, atau
empat. Tes semacam ini termasuk ke dalam bentuk tes kombinasi
pilihan ganda yang terdiri atas batang tubuh soal yang diikuti oleh
sejumlah kemungkinan jawaban, di antaranya satu atau lebih besar.
Menurut Arikunto (2004), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda
: a) instruksi pengerjaannya harus jelas, dan bisa dipandang perlu baik disertai
contoh mengerjakannya; b) dalam multiple choice test hanya ada “satu” jawaban
yang benar. Jadi tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, c) kalimat pokonya
hendaknya mencakup dan sesuai dengan rangkaian mana pun yang dapat dipilih,
d) kalimat pada butir soal hendaknya sesingkat mungkin, e) usahakan
menghindari penggunaan bentuk negatif dalam kalimat pokoknya, f) kalimat
pokok pada setiap butir soal, hendanya tidak tergantung pada butir soal-soal lain,
g) gunakan kata-kata “manakah jawaban yang paling baik”, “pilihlah satu yang
7
pasti lebih baik dari yang lain” bilamana terdapat lebih dari satu jawaban yang
benar, h) dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan terlalu sukar, i) tiap
butir soal hendaknya hanya mengandung satu ide. Meskipun ide tersebut dapat
komplek, j) bila dapat disusun urutan logis antar pilihan-pilihan, urutkanlah, k)
susunlah agar jawaban mana pun mempunyai kesesuain tata bahasa dengan
kalimat pokoknya, l) alternatif yang digunakan hendaknya agak seragam dalam
panjangnya, sifat uraiannya maupun taraf teknis, m) alternatif-alternatif yang
disajikan hendaknya agak bersifat homogen mengenai isinya dan bentuknya, n)
buatlah jumlah alternatif pilihan gandan sebanyak empat, o) hindarkan
pengulangan suara atau pengulangan kata pada kalimat pokok di alternatif-
alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih alternatif yang mengandung
pengulangan tersebut.
Menurut Popham (1995) soal pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur
pengetahuan milik siswa atau kemampuan seorang siswa dalam berpikir dengan
tingkat tinggi. Kekuatan dari soal pilihan ganda adalah tes ini adalah memuat
beberapa jawaban yang berbeda dalam yang saling berhubungan kebenarannya.
8
Sehingga ujian dapat kita sebut untuk membuat perbedaan hampir tidak kentara
diantara pilihan jawaban, beberapa yang mungkin menjadi sedikit benar.
Sedangkan menurut Nitko (2007) merinci beberapa kelebihan dari tes pilihan
ganda ini, yakni sebagai berikut:
Setiap tes memiliki kelemahan tersendiri, menurut Popham (1995) tes ini hanya
perlu mengenali sebuah jawaban benar. Tes ini tidak butuh menghasilkan jawaban
benar. Sedangkan Nitko (2007) menjelaskan beberapa kelemahan dari soal pilihan
ganda, yaitu sebagai berikut :
1. Siswa harus memilih diantara daftar pilihan yang telah ditetapkan, bukan
menciptakan atau mengekspresikan ide-ide atau solusi mereka sendiri.
2. Kelemahan dalam penulisan tes pilihan ganda akan menjadikan soal
dangkal, sepele, dan terbatas pada pengetahuan yang faktual.
3. Karena biasanya hanya satu pilihan dari soal yang sebagai kunci yang
benar, siswa yang pintar menjadi dihukum untuk tidak memilih jawaban
yang benar. Siswa yang pintar dapat mendeteksi cacat dalam soal pilihan
9
ganda karena ambiguitas dari kata-kata, sudut pandang yang berbeda, atau
pengetahuan mata pelajaran tambahan, sedangkan siswa lain tidak
mungkin mendeteksinya.
4. Soal pilihan ganda cenderung berdasarkan pada pengetahuan “standar,”
“adakan,” atau “disahkan”. Masalah siswa memecahkan pada soal pilihan
ganda cenderung sangat terstruktur dan tertutup (telah memiliki satu
jawaban yang benar). Ini memberikan kesan bahwa semua masalah dalam
bidang mata pelajaran memiliki satu jawaban yang benar, yang dapat
mendorong siswa untuk menempatkan kepercayaan yang berlebihan pada
kebenaran figur otoritas atau mungkin menggambarkan suatu subyek yang
memiliki basis pengetahuan yang tetap dan terbatas. Selanjutnya, sehingga
guru menggunakan tes pilihan ganda yang gagal untuk menggunakan soal
yang terkait dengan bahan penafsiran yang realistis, hasil tes ini tidak
memiliki konteks dunia nyata. Hal ini disebut sebagai pengetahuan yang
tidak kontekstual. Akibatnya, tes tidak dapat menilai apakah siswa dapat
menggunakan apa yang telah mereka pelajari dalam kondisi yang berarti
dan nyata.
5. Penggunaan pengujian pilihan ganda yang secara berlebihan untuk
kepentingan penilaian dapat membentuk pendidikan dengan cara yang
tidak diinginkan. Penolakan pada tes soal pilihan ganda ini menunjukkan
penilaian yang guru gunakan dapat membentuk muatan dan jenis
pengajaran yang guru berikan pada siswa. Jika merancang tinggi penilaian
soal pilihan ganda yang memusatkan pada pengetahuan nyata, guru
cenderung untuk menggunakan teknik latihan dan pratek untuk
mempersiapkan siswa untuk melakukan penilaian dengan soal pilihan
ganda. Jika tes mengandung soal pilihan ganda yang digunakan menilai
pengetahuan dan menerapkan berpikir tingkat tinggi, strategi mengajar
latihan dan praktek tidaklah efektif.
10
Cara menskor terakhir dari tes yang berbentuk multiple choice dipergunakan
rumus sebagai berikut :
Contoh penggunaan :
Jika dalam mengerjakan tes berbentuk true false / multiple choice terdapat item
yang tidak dijawab (dikosongkan) maka dalam penilaian atau scoring, item yang
tidak dijawab itu tidak diperhitungkan (tidak dianggap benar dan tidak dianggap
salah).
Sebagai contoh :
a. True false
Jumlah 30 item
Dijawab betul 19 item
Dijawab salah 8 item
Tidak dijawab 3 item
Skor yang diperoleh :
11
b. Multiple choice
Jumlah 20 item
Yang dijawab betul 16 item
Yang dijawab salah 3 item
Tidak dijawab 1 item
Skor yang diperoleh :
Akan tetapi ada juga yang berpendapat lain, yaitu semua item yang tidak dijawab
(dikosongkan) berarti salah. Jadi, baik item yang dijawab, tetapi salah maupun
item yang dikosongkan atau tidak dijawab kedua-duanya dianggap salah. Tentu
saja hal ini bergantung pada perjanjian antara pengetes dengan yang di tes. Maka
sebelum tes dimulai sebaiknya guru menjelaskan terlebih dahulu bagaimana cara
menskor, dan bagaimana siswa menjadi lebih hati-hati dalam mengerjakan test.
Bentuk benar salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab
soal), yaitu
Pada bidang pendidikan umum maupun kejuruan, item tes betul-salah yang tidak
dimodifikasi atau reguler banyak digunakan oleh para guru. Salah satu alasannya
adalah bahwa item tes betul-salah jenis reguler dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar sebagai teknik untuk mengawali dimulainya diskusi yang hangat,
menarik, dan bermakna. Item tes betul-salah apabila dicermati secara intensif,
akan membawa para peserta didik ke dalam diskusi isu-isu pembelajaran yang
bergeser sedikit menjadi problem solving.
Untuk mencapai hal tersebut seorang guru perlu menguasai dan mampu
mengonstruksi item tes betul-salah dengan memerhatikan beberapa aturan yang
perlu dipenuhi oleh para evaluator atau guru kelas. Aturan ini pada prinsipnya
dapat digunakan untuk mengonstruksi item tes betul-salah, baik yang reguler
maupun item tes yang telah dimodifikasi. Aturan-aturan tersebut yakni sebagai
berikut.
1. Pernyataan item tes jenis betul-salah sebaiknya dibangun secara cermat,
sehingga para siswa tidak secara jelas dapat menerka item tes tersebut.
2. Dalam mengonstruksi item tes betul-salah, direncanakan oleh para guru
agar para siswa menjawab semua item yang ada dan seminimal mungkin
para siswa mengosongkan item tanpa jawaban.
3. Pokok persoalan sebaiknya berisi situasi spesifik yang terdiri atas materi
yang diperlukan untuk menjawab benar.
4. Pernyataan item disusun secara jelas dan tetap berfokus pada ide pokok
yang ingin ditunjukkan oleh siswa.
5. Hindari kalimat panjang dan kompleks dengan kata-kata yang mempunyai
arti ganda.
S = R-W
Dengan pengertian :
D = skor yang telah diperoleh.
R = right (jawaban yang benar).
W= wrong (jawaban yang salah).
b. Tanpa denda
Rumus :
S=R
Yang dihitung hanya yang betul (untuk soal yang tidak dikerjakan
nilainya 0).
Dalam bentuk tes tradisional, soal menjodohkan adalah bentuk soal yang terdiri
dari dua kelompok pertanyaan. Kelompok pertama ditulis pada jalur sebelah kiri
bisanya merupakan pernyataan soal atau pernyataan sering juga disebut dengan
stimulasi atau premis berupa kalimat. Kelompok kedua biasa disebut dengan
respon yang ditulis pada lajur sebelah kanan, bisanya merupakan pertanyaan
jawaban atau pernyataan respon berupa kata, bilangan, gambar, atau simbol.
Peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau memilih tes diminta untuk
menjodohkan, atau memilih pasangan yang tepat bagi pernyataan yang ditulis
pada stimulus yang terdapat di lajur kiri dengan respon yang terdapat pada lajur
sebelah kanan.
A. Keunggulannya adalah:
1. Luasnya materi yang dicakup.
2. Relatif lebih mudah dibuat butir soal.
3. Ringkas dan ekonomis di lihat dari segi cara memberikan jawaban.
4. Dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan mudah dalam
pensekorannya.
B. Kelemahannya:
1. Adanya kecenderungan untuk mengukur kemampuan mengingat dan
kurang tepat digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif yang
lebih tinggi.
2. Sukarnya menjaga kehomogenan isi premis maupun respon khusus
yang ditinjau dari segi kesamaan kemampuan yang hendak diukur.
3. Kemungkinan menebak dengan benar relatif tinggi, karena jumlah
pertanyaan soal (dalam lajur sebelah kiri) dengan pertanyaan
jawaban (dalam lajur sebelah kanan) tidak banyak beda.
Bentuk macthing test ini dapat pula dipandang sebagai multiple choice berganda.
Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam penyusunan tes bentuk
macthing test adalah sebagai berikut:
a. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam macthing test hendaknya tidak lebih
dari sepuluh soal (item). Sebab pertanyaan-pertanyaan yang banyak akan
membingungkan murid. Juga kemungkinan akan mengurangi
homogenitas antara item-item itu. Jika itemnya cukup banyak, lebih baik
dijadikan dua seri.
b. Jumlah jawaban yang harus dipilih, harus lebih banyak daripada jumlah
soalnya (kurang lebih 1 ½ kali). Dengan demikian murid-murid
dihadapkan kepada banyak pilihan, yang semuanya mempunyai
kemungkinan benarnya, sehingga murid terpaksa lebih mempergunakan
pikirannya.
c. Antara item-item yang bergabungan dalam satu seri macthing test harus
merupakan pengertian-pengertian yang benar-benar homogen.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dari beberapa kesimpulan yang telah dipaparkan, saran yang berkaitan dengan
makalah ini adalahh endaknya pembaca mampu memahami beberapa item tes
objektif seperti item tes pilihan ganda, item tes menjodohkan, dan item tes betul
salah.
19
DAFTAR PUSTAKA
Graha Ilmu.