Professional Documents
Culture Documents
Jamiat Kheir Dan Al-Irsyad Kajian Komunitas Arab D
Jamiat Kheir Dan Al-Irsyad Kajian Komunitas Arab D
net/publication/338350985
CITATIONS READS
4 2,459
2 authors, including:
Pauzan Haryono
Universitas Islam 45 Bekasi
5 PUBLICATIONS 11 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Pauzan Haryono on 23 January 2020.
Abstrak
Sejak abad 18 Orang Arab telah berbondong-bondong mendatangi tanah Batavia karena dianggap
tempat yang memesona dan menjanjikan. Sejak itu pula orang Arab telah menjadi salah satu bagian
multikulturalisme di Jakarta. Mereka berkecimpung dalam berbagai aspek kehidupan dan mencoba
berbaur dengan orang Pribumi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran komunitas Arab di
Jakarta dalam modernisasi Pendidikan Islam di awal abad XX di Jakarta. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan kepada tokoh-tokoh-tokoh Jami’at Kheir dan Al-Irsyad; Observasi, dengan
mengunjungi langsung sekolah-sekolah yang dimiliki oleh organisasi Jami’at Kheir dan Al-Irsyad;
Dokumentasi dengan mengamati naskah-naskah pendirian awal sekolah Jami’at Kheir dan Al-Irsyad.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang Arab telah memainkan peran yang cukup penting
dalam pendidikan Islam di Jakarta. Mereka bersumbangsih besar dalam modernisasi pendidikan
Islam di Jakarta pada awal abad 20, melalui dua organisasi yang didirikannya di Jakarta, Jami’at
Kheir dan Al-Irsyad. Mereka mengabdikan diri dalam pendidikan Islam dan mencetuskan konsep baru
sistem pendidikan Islam di Jakarta.
Kata kunci: Al-Irsyad; Jami’at Kheir; modernisasi pendidikan Islam; orang Arab
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Abstract
Since the 18th century Arab People had come to the land of Batavia because it was considered a
charming and promising place. Since then, Arab People have become a part of multiculturalism in
Jakarta. They are involved in various aspects of life and try to blend in with the Indigenous people.
This study aims to analyze the role of the Arab community in Jakarta in the modernization of Islamic
Education in the early XX century in Jakarta. The method used in this study was qualitative by
conducting interviews, observation and documentation. Interviews were conducted with prominent
figures of Jami'at Kheir and Al-Irshad; observation, by visiting schools directly owned by the Jami'at
Kheir and Al-Irshad organizations; documentation by observing manuscripts of the early
establishment of the Jami'at Kheir and Al-Irshad schools. The Arab People had also played a
significant role in Islamic education in Jakarta. They contributed greatly to the modernization of
Islamic education in Jakarta in the early 20th century, through the two organizations was founded in
Jakarta, Jami'at Kheir and Al-Irshad. They devoted themselves to Islamic education and sparked a
new concept of the Islamic education system in Jakarta.
Keywords: Al-Irshad; Arab people; Jami'at Kheir; modernization of Islamic education
163
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...
164
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176
165
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...
Muhammad.11 Namun, Habib juga berasal dari kara rabb yang berarti tumbuh
menjadi sebutan populer orang Arab dan berkembang. Ta’adib berasal dari kata
Jakarta. Status Habib tak bedanya dengan addaba yang berati mendidik, sedangkan
Sayyid dalam garis keturunan. Orang ta’lim berasal dari kata a’lama yang
Arab penyandang gelar Habib juga berarti ilmu pengetahuan, atau menurut
mengklaim dirinya sebagai keturunan Rasyid Ridha sebagai transmisi ilmu
Muhammad. Sedangkan golongan Non- pengetahuan. Muhammad Fadhil al-
Sayyid merupakan orang Arab yang tidak Jamaly menegaskan pendidikan Islam
memiliki pertalian darah dengan Nabi adalah upaya mengembangkan,
Muhammad. mendorong dan mengajak peserta didik
Identitas Ke-Sayyidan bukan tidak hidup dinamis dengan berdasarkan pada
penting bagi masyarakat Arab di Jakarta, nilai-nilai yang tinggi dan mulia, sehingga
karena bisa menjadi sistem kasta.Orang terbentuk peribadi peserta didik yang
Arab golongan Sayyid mendapat lebih sempurna baik yang berkaitan
penghormatan yang berlebih dibanding dengan potensi akal dan perasaan, maupun
dengan golongan Arab Non-Sayyid. perbuatan.13
Menurut Deliar Noor, orang Arab Non Institusi pendidikan Islam di Indonesia
Sayyid harus mentaqbil atau mencium terdiri dari pesantren, masjid dan surau.
tangan orang Arab golongan Sayyid Lembaga-lembaga tersebut menjadi
apabila mereka berpapasan. Hal itu pelopor awal berdirinya lembaga
dilakukan sebagai penghormatan.12 pendidikan Islam di Indonesia. Seiring
Identitas golongan Arab tersebut sempat perkembangan zaman, muncul lembaga
menjadi perdebatan panas pada awal abad pendidikan Islam yang sealur dengan arus
20 antara golongan Sayyid dan Non modernisasi, seperti madrasah yang
Sayyid, sehingga menimbulkan menjadi pioner lembaga pendidikan Islam
perpecahan di kalangan mereka. Tetapi, yang dirintis oleh orang-orang Arab di
saat ini perdebatan itu sudah tidak terlalu Jakarta. Di Jalan KH. Mas Mansyur,
santer terdengar, meskipun kharisma dan Tanah Abang, Jakarta, terpampang kokoh
pengkultusan golongan Sayyid masih sebuah bangunan berwarna kuning
terjadi hingga sekarang. Identitas ke- bertuliskan Jami’at Kheir. Bangunan
Araban memang cukup penting, meski tersebut menjadi saksi perjuangan orang
mereka telah memilih Indonesia sebagai Arab di Jakarta dalam mengabdikan
Tanah Airnya. dirinya pada dunia pendidikan Islam.
Al-Jami’yat Al-Khairiyyah merupa-
Al-Jami’at Al-Khairiyyah: Wujud kan organisasi masyarakatan yang
Pengabdian Masyarakat Arab didirikan oleh orang Arab, sebagai wadah
dalam Pendidikan Islam di Jakarta kaum Muslimin di Jakarta. Meskipun pada
Pendidikan merupakan sebuah kenyataannya organiasi ini didominasi
kegiatan mentransferkan ilmu oleh orang Arab golongan Sayyid yang
pengetahuan yang bertujuan cukup mapan, tetapi dalam bidang
mencerdaskan masyarakat. Dalam Islam, ekonomi, sebagian waktunya disisihkan
Pendidikan disebut dengan Tarbiyah, untuk mengabdi kepada masyarakat
Ta’dib dan Ta’lim, dimana ketiganya melalui organisasi yang dipimpin oleh
memiliki definisi yang berbeda. Tarbiyah Sayid Muhammad Al-Fachir bin
11
Shahab, “Sistim Kekerabatan Sebagai 12
Noor, Gerakan Modern Islam Di Indonesia
Katalisator Peran Ulama Keturunan Arab Di 1900-1942, 72.
Jakarta,” 127; Aljunied, “The Genealogy of the 13
Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekata
Hadhrami Arabs in Southeast Asia - the ’Alawi Historis Teoritis Dan Praktis, 31–32.
Family,” 2–4.
166
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176
14
Noor, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 17
“Orang Arab Di Nusantara. Mencari Cincin
1900-1942. Nabi Sulaiman.”
15
“Orang Arab Di Nusantara. Mencari Cincin 18
Noor, Gerakan Modern Islam Di Indonesia
Nabi Sulaiman,” 40. 1900-1942, 69.
16
“Orang Arab Di Nusantara. Mencari Cincin
Nabi Sulaiman,” 41.
167
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...
berhitung juga turut menjadi warna baru mendirikan perpustakaan di Tanah Abang.
terhadap kurikulum madrasah yang Dalam perpustakaan ini banyak koleksi
diterapkan Jami’at Kheir. Sehinga yang buku, surat kabar, dan majalah. Menurut
menjadi titik tekan bukan lagi hafalan, Aboebakar Atjeh dalam Kebangkitan
akan tetapi daya kritis siswa. Bahasa Dunia Baru Islam di Indonesia, di
perantara yang digunakan Jami’at Kheir perpustakaan inilah KH Ahmad Dahlan
adalah bahasa Indonesia dan bahasa seorang pendiri Muhammadiyah mulai
Melayu.19 mengenal buku-buku dan majalah
Untuk meningkatkan mutu pendidikan bernafaskan pembaruan Islam.
Islam, sejak tahun 1907 Jami’at Kheir Menurut Deliar Noor, sejak berdirinya
banyak memanggil para guru yang berasal sampai pada tahun 1915 Jami’at Kheir
dari dalam dan luar Indonesia. Guru-guru tetap merupakan organisasi kecil.
yang berasal dari daerah diantaranya guru Organisasi ini berkembang sangat lambat.
yang berasal dari Padang yakni Haji Tercatat pada tahun 1915 Jamiat Kheir
Muhammad Mansur, ia dipanggil karena hanya memiliki 1000 orang Anggota.
keahliannya dalam bahasa melayu dan Selain itu Jami’at Kheir juga enggan
kedalamannya dalam memahami agama membuka cabang, sekalipun para
Islam. Selain itu Jami’at Kheir juga alumninnya membuka sekolah namun
mendatangkan Al-Hasjimy yang berasal manajemennya tidak satu atap dengan
dari Tunis, Ialah yang digadang-gadang Jami’at Kheir yang ada di Tanah Abang.
sebagai pelopor gerakan kepanduan
pertama di Indonesia. Hasjimy merupakan Tahun Perpecahan
salah satu tokoh Tunis yang vokal dan Para guru yang didatangkan dari Timur
kerap kali melakukan pemberontakan Tengah oleh Jami’at Kheir pada masa
kepada kolonial Perancis. kemudian laksana menjadi buah
Selain itu pada tahun 1911 Jamiat simalakama bagi orang-orang Sayid yang
Kheir mengundang guru-guru yang peranannya cukup mendominasi di
berasal dari negeri-negeri Arab untuk Jami’at Kheir. Syaikh Soorkati adalah
bergabung dengan Jamiat Kheir. orang yang selalu mengajarkan persamaan
Diantaranya Syaikh Ahmad Soorkati dari derajat kepada para murid-muridnya.
Sudan, Syaikh Muhammad Thaib dari Sehingga ia sangat menentang keras
Maroko, dan Syaikh Muhammad Abdul pentakziman (penghormatan) yang
Hamid dari Mekkah.20 Tokoh-tokoh yang berlebihan kepada golongan Sayid. Hal
diundang oleh Jami’at Kheir untuk inilah yang menurut Deliar Noor menjadi
mengajar dan mengembangkan lembaga akar perpecahan diantara orang-orang
pendidikan kebanyakan merupakan Arab di Jakarta.21
kalangan modernis yang banyak Seperti yang telah penulis sebutkan
terinspirasi dari Jamaludin Al-Afghani pada bagian sebelumnya orang-orang
dan Muhammad Abduh di Mesir. Seperti Sayid di Jakarta mendapat kedudukan
yang penulis singgung diatas, ketika yang lebih tinggi dari orang Arab Non
mereka mengajar, bukan lagi hafalan Sayid. Sehingga wajib bagi mereka yang
yang menjadi titik tekan, layaknya tradisi bukan golongan non Sayid atau pribumi
pembelajaran orang-orang Arab klasik, bersikap hormat pada mereka. Hal ini
namun lebih menekankan kepada daya dikarenakan mereka merasa bahwa
kritis siswa dan pengertian. mereka memeiliki garis keturunan suci
Selanjutnya Jami’at Kheir sampai nabi Muhammad. Namun pada
mengembangkan sayapnya dengan masa selanjutnya orang-orang Arab yang
19
Noor, 69. 21
Noor, 70.
20
Noor, 69.
168
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176
bukan golongan Sayid mampu menyaingi tidak meninggikan salah satu golongan.
kepandaian dan peran orang Arab Selanjutnya Surkati juga mengatakan
golongan Sayid sehingga meeka merasa bahwa Nabi Muhammad sesungguhnya
sederajat dengan golongan Sayid. Jadi tidak menurunkan nasabnya. Karena
tidak ada alasan bagi mereka golongan sistem masyarakat Arab yang partilinier
non Sayid untuk melakukan menyebabkan nasab nabi Muhammad
penghormatan yang berlebih kepada tidak di turunkan. Kita mengetahui bahwa
golongan Sayid karena secara keilmuan Nabi Muhammad tidak memiliki anak
mereka sederajat. laki-laki yang memungkinkan
Kemudian akar perpecahan dipicu oleh menurunkan nasab Nabi Muhammad.
beberapa peristiwa yang semakin Singkatnya Fatimah meskipun anak nabi
memperbesar keretakkan antara orang Muhammad tidak menurunkan nasab Nabi
Arab golongan Sayid dan Non Sayid. Muahammad. Karena Nasab hanya
Pendapat golongan non Sayid yang men- diturunkan pada anak laki-laki.
sederajatkan diri mereka dengan Sayid Perbedaan prinsip yang mendasar
mendapat dukungan dari Rasyid Ridha hingga menimbulkan perpecahan
melalui fatwanya di Majalah Al-Manar, akhirnya diwujudkan dalam pembentukan
bahwa hukum seorang Syarifah (golongan organisasi saingan. Umar Manggus
Sayid perempuan) menikah dengan orang bersama sahabat-sahabatnya mendirikan
yang bukan keturunan sayid adalah jaiz organisasi saingan yang bernama Jami’at
(boleh).22 al-Islam wal Irsyad al-Arabia atau yang
Suatu kejadian lain yang memicu sering disebut Al-Irsyad. Organisasi ini
ketegangan antar Sayid dan non Sayid pun sama seperti Jami’at Kheir, yakni
adalah ketika Syeikh Umar Manggus sama-sama bergerak dalam dunia
salah seorang Kapten Arab di Jakarta tidak pendidikan. Pendirian organisasi ini lebih
mau melakukan taqbil (mencium tangan) disebabkan karena ketidakpuasan Syeikh
kepada seorang Sayid bernama Umar bin Manggus dan sahabat-sahabatnya
Salim Alatas.23 Hal ini kemudian memicu terhadap Jami’at Kheir, dan kekesalannya
ketegangan di antara orang Arab, yang terhadap pemikiran para Sayid yang
akhirnya menyebabkan perpecahan di menurutnya dinilai kaku.
antara mereka. Akar perpecahan ini
semakin menjadi ketika Surkati Al-Irsyad Al-Islamiyyah dan
memberikan fatwa bahwa boleh seorang Surkati: Babak Baru Kelanjutan
Syarifah menikah dengan laki-laki diluar Perkembangan Pendidikan Islam di
golongan Sayid. Kasus ini terjadi pada Jakarta
seorang Syarifah di Solo yang tinggal Berdirinya Al-Irsyad sebagai lembaga
bersama orang Cina.24 Menanggapi fatwa pendidikan Islam saingan bukan berarti
Surkati, orang-orang golongan Sayid menenggelamkan induknya yakni Jami’at
merasa murka. Menurut Surkati tidak Kheir. Jami’at Kheir tetap tumbuh
heran apabila kaum sayid merasa geram, menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam
karena hal itu dapat menghancurkan yang Modern. Namun Jami’at Kheir
kehormatan golongan sayid. enggan membuka cabang di berbagai
Tujuan Syaikh Surkati tidak lain hanya daerah, walaupun kondisinya
ingin terciptanya persamaan derajat antar memungkinkan. Sekalipun Jami’at Kheir
golongan sayid dan non Sayid. Sehingga tidak membuka cabangnya diberbagai
22
Kesheh, Kebangkitan Hadhrami Di Indonesia, 24
Khalimi, Ormas-Ormas Islam . Sejarah, Akar
18.
23
Teologi Dan Politik, 96–97.
Noor, Gerakan Modern Islam Di Indonesia
1900-1942, 72.
169
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...
25
Khalimi, 73. 26
Khalimi, 75.
170
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176
171
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...
27
Khalimi, 68. 28
Ensiklopedi Islam, 5:48.
172
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176
dunia modern yang cenderung memaksa Jami’at Kheir dari sinilah ide-ide
umat Islam untuk mengikuti pencerahan Dahlan semakin matang.
perkembangan tersebut. Maka dari itu Namun amat disayangkan koleksi-koleksi
transfer keilmuan melalui lembaga perpustakaan tersebut kini sulit dilacak
pendidikan dinilai tepat untuk keberadaannya.
membangkitkan daya berfikir kritis umat Syaikh Surkati sebagai orang nomor
Islam. satu di Al-Irsyad juga banyak
Para Jama’ah Haji yang pulang dari menginspirasi para tokoh-tokoh Islam
Mekkah juga berperan dalam maupun nasional di Indonesia. Surkati
perkembangan gerakan pembaharuan di sangat akrab dengan tokoh-tokoh
Indonesia. Baik bagi mereka orang Arab pembaharuan di Indonesia seperti Ahmad
yang berpulang kampung untuk berhaji Dahlan, dan A. Hasan. Dari rahim Al-
maupun pribumi yang memang sengaja Irsyad juga banyak menghasilkan orang-
mengunjungi Mekkah. Dua kota suci orang besar seperti Yunus Anis, Hasbi
Mekkah dan Madinah kala itu turut Asiddiqi, Umar Hubeis, Kahar Muzakkir,
berperan dalam penyebaran ide-ide Muhammad Rasjidi dan beberapa tokoh
pembaharuan. Setelah berpulang dari haji besar lain.30 Namun tidak seperti halnya
mereka mengajarkan ide-ide lembaga-lembaga pendidikan Islam yang
pembaharuan di wilayah mereka masing- di pelopori oleh NU dan Muhammadiyah,
masing dengan modifikasi yang lembaga-lembaga pendidikan Islam yang
disesuaikan dengan kultur setempat. Sejak di dirikan oleh orang Arab seakan hilang
tahun 1869 ketika terusan Suez mulai taringnnya dan sunyi dari hingar bingar.
dibuka jumlah jama’ah haji haji semakin Bukan berarti mati, mereka tetap ada
bertambah setiap tahunnya.29 Hal ini pula namun tidak sebesar NU dan
yang kemudian menjadi perhatian Muhammadiyah. Padahal jika kita
pemerintah Kolonial karena khawatir mengulas kembali, berdirinya organisasi
melalui jama’ah haji ide-ide pembaharuan dan lembaga pendidikan Orang Arab
dan Pan Islamisme (sebuah ide yang sezaman dengan berdirinya organisasi
digaungkan Sultan Abdul Hamid II yang seperti NU dan Muhammadiyah, bahkan
bertujuan menyatukan umat Islam di bisa dikatakan mereka selangkah lebih
berbagai belahan dunia di bawah naungan awal. Namun pada kemudian hari Jami’at
khilafah) akan semakin tersebar ke Kheir dan Al-Irsyad nampakanya kurang
Indonesia. Dan nyatanya ide-ide akrab ditelingan masayarakat Indonesia.
pembaharuan itu mampu menyelusup dan Hal itulah yang menjadi masalah yang
memberikan andil pada perkembangan menarik untuk dijadikan kajian
pendidikan di Indonesia kala itu. selanjutnya.
Jami’at Kheir sebagai lembaga
Hilangnya Hingar-Bingar pendidikan Islam yang memplopori
Kebesaran Lembaga Pendidikan berdirinya madrasah kini tetap bersikukuh
Islam Orang Arab berfokus pada pusatnya di Tanah Abang.
Pada masa awal berdirinya lembaga- Seperti kritik yang diungkapkan oleh
lembaga pendidikan Islam yang didirikan Muhammad Husain Haikal yang
oleh Orang Arab di Jakarta banyak mengatakan bahwa kemandekkan dan
bersumbangsih pada perkembangan kebekuan orang-orang Sayidlah yang
gerakan pembaharuan Islam di Indonesia. membuat Jami’at Kheir seakan berjalan
Seperti halnya Ahmad Dahlan yang juga
banyak menimba ilmu dari perpustakaan
29
Suminto, Politik Islam Hidia Belanda, 93. 30
Khalimi, Ormas-Ormas Islam . Sejarah, Akar
Teologi Dan Politik, 77.
173
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...
31
“Orang Arab Di Nusantara. Mencari Cincin 34
“Al-Irrsyad Terbuka Untuk Siapa Saja.”
Nabi Sulaiman,” 40. 35
“Bukan Hanya Untuk Arab.”
32
“Al-Irrsyad Terbuka Untuk Siapa Saja.” 36
“Bukan Hanya Untuk Arab.”
33
“Sederhana ‘Hiburannya’ Hanya Deru
Helikopter Menag.”
174
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176
organisasi ini tidak berkembang, sehingga mereka telah bersumbangsih besar dalam
memunculkan sentimen di kalangan perkembangan pendidikan Islam di
pribumi dan masyarakat Arab. Namun Indonesia. Telah banyak lahir tokoh-tokoh
pada perkembangan selanjutnya, Jami’at besar dari rahim kedua lembaga ini. Maka
Kheir dan Al-Irsyad mampu membuktikan dari itu apresiasi besar nampaknya pantas
diri bahwa mereka tidak hanya diberikan kepada kedua lembaga ini yang
mengabdikan diri pada golongan Arab telah mengabdikan dirinya kepada bangsa
semata, namun kehadiran mereka untuk Indonesia. Karena telah ditegaskan bahwa
mengabdikan diri kepada tanah air mereka hadir bukan untuk golongan,
mereka, Indonesia tercinta ini. melainkan untuk bangsa Indonesia.
Maka dari itu perlu nampaknya bagi
D. Kesimpulan kita untuk mengangkat perjuangan dan
Orang Arab telah lama memainkan karya mereka. Sehingga kehadiran mereka
peran dalam perkembangan pendidikan tetap akrab di telinga masyarakat dan tidak
Islam di Jakarta. Dengan wujud dua lenyap seiring perkembangan zaman.
organisasi besar, yakni Jami’at Kheir dan Karena tidak dapat dipungkiri bahwa
Al-Irsyad orang-orang Arab mengabdikan merekalah yang memulai zaman baru
dirinya pada dunia pendidikan Islam di pendidikan Islam di Jakarta.
Jakarta. Motif mereka tidak berlebihan,
yakni hanya menyediakan layanan Daftar Pustaka
pendidikan bagi orang-orang Islam di Algadri, Hamid. Islam Dan Keturunan
Jakarta. Mungkin lebih tepatnya Arab Dan Pemberontakan
munculnya organisasi yang memusatkan Melawan Belanda. Bandung:
perhatian pada pendidikan Islam ini Mizan, 1996.
adalah hasil reaksi tidak terakomodirnya Al-Hadad, Al-Habib Alwi bin Thahir.
hak mereka oleh pemerintah Kolonial Sejarah Masuknya Islam Di
dalam mendapatkan pendidikan yang Timur Jauh. Jakarta: Lentera,
layak. Kita mengetahui bahwa pemerintah 2001.
Kolonial sangat memilah-milah peserta “Al-Irrsyad Terbuka Untuk Siapa Saja.”
didik yang boleh masuk kedalam lembaga Republika, October 26, 1996.
pendidikannya. Kebanyakan dari mereka Aljunied, Zahra. “The Genealogy of the
yang tergabung adalah aristokrat dan Hadhrami Arabs in Southeast
kalangan bangsawan. Jadi penyediaan Asia - the ’Alawi Family.”
layanan pendidikan menjadi sangat perlu Singapore, 2013.
bagi muslim pribumi dan Arab di Jakarta. Al-Masyur, Idrus Alwi. Sejarah Silsilah
Selain itu inspirasi dari para pembaharu Dan Gelar Keturunan Nabi
di timur tengah yang mana ide-ide mereka Muhammad SAW Di Indonesia,
tersampaikan oleh dua majalah yakni Al- Singapura, Malaysia, Timur
Manar dan Urwatul Wusta. Ide-ide Tengah, India Dan Afrika.
mereka memberikan penyegaran bagi Jakarta: Saraz Publishing, 2010.
kaum muslimin, khususnya orang-orang Atjeh, Abu Bakar. Sekitar Masuknya
Arab yang berada di Jakarta. Mereka Islam Di Indonesia. Solo:
bangkit melalui dunia pedidikan Islam Ramadhani, 1985.
dengan memperkenalkan Madrasah “Bukan Hanya Untuk Arab.” Kompas,
sebagai brand baru lembaga pendidikan Oktober 1996.
Islam di Indonesia khusunya di Jakarta. Den Berg, L.W.C. van. Orang Arab Di
Meski citra kedua lembaga besar ini Nusantara. Jakarta: Komunitas
tidak sebesar NU dan Muhammadiyah, Bambu, 2010.
namun kita perlu ingat bahwa kehadiran
175
Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...
176
View publication stats