Professional Documents
Culture Documents
Kemu'jizatan Al-Quran
Kemu'jizatan Al-Quran
PEMBAHASAN
Kata i’jâz adalah bentuk masdar dari kata kerja a’jaza-yu’jizu-i’jâz yang
berarti menjadikan seseorang atau sesuatu lemah dan tidak berdaya. Untuk
menjadikan manusia lemah, Alquran adalah mu’jiz atau mu’jizah. Penambahan
al-tâ’ al-marbûtah pada kata mu’jizah sebagai maksud mubâlagah atau
penekanan walaupun dalam Alquran sendiri, tidak ditemukan ayat yang
menyatakan bahwa Alquran adalah mu’jiz. Alquran adalah âyah, burhân dan
sultân . Unsur-unsur ini merupakan bagian dari pengertian i’jâz Alquran, karena
i’jâz Alquran adalah tanda, dan bukti dari prediksi bahwa manusia tak dapat
menirunya.1
1
Makhlûf, ‘Abd. al-Ra’ûf. Al-Bâqillânî wa Kitâbuh I’jâz al-Qur’ân: Dirâsah Tahlîlîyah
Naqdîyah.Beirut: Dâr Maktabat al-Hayâh, 1978, hlm. 17-18.
Arab karena masyarakat yang kepadanya pertama kali Alquran menggunakan
bahasa Arab dalam berkomunikasi. Walaupun demikian, Alquran secara tegas
menyatakan bahwa Alquran bukan semata-mata untuk orang-orang Arab,
melainkan untuk seluruh alam. Alquran pertama kali berinteraksi dengan
masyarakat Arab pada masa Nabi Muhammad.
2
Shihab. M. Quraish, Mukjizat Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 111-112.
3
Al-Munawwar, Said Aqil Husin, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Cet. Ke-2.
(Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 33.
Qur’an adalah kitab akidah dan hidayah. Ia menyeru hati nurani untuk
menghidupkan di dalamnya faktor-faktor perkembangan dan kemajuan serta
dorongan kebaikan dan keutamaan. Kemu’jizatan ilmiah Qur’an bukanlah
terletak pada pencakupannya akan teori-teori ilmiah yang selalu baru dan berubah
serta merupakan hasil usaha manusia dalam penelitian dan pengamatan. Tetapi ia
terletak pada dorongannya untuk berpikir dan menggunakan akal.
Qur’an mendorong umat Islam agar memikirkan dirinya sendiri, bumi yang
di tempatinya dan alam yang mengitarinya: “Dan mengapakah mereka tidak
memikirkan tentang kejadian diri mereka?? Alloh tidak menjadikan langit dan
bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan tujuan yang benar
dan waktu yang ditentukan.” (ar-Rum/30:8).
II
KOMENTAR PENULIS
4
Zaghul Raghib Muhammad Al Najar, Mukjizat Al-Qur`an dan As-Sunah tentang IPTEK, GP Jakarta
cet. Ke IV 1999, hal 122
muhammad SAW baik dari segi kebahasaannya dan keilmuannya. Beragamnya rumusan para
ulama mengenai sisi-sisi kemukjizatan al-Qur’an justru menunjukkan betapa banyak sisi al-
Qur’an yang menakjubkan. Alih-alih saling menegasi, perbedaan pendapat mereka tampak
sekali saling melengkapi. Ya, sebetulnya “dalam al-Qur’an terdapat beribu mukjizat,” kata al-
Zarqânî. Keragaman ini adalah petunjuk bahwa al-Qur’an ialah kitab yang dari sisi mana saja
kita memandangnya, yang tampak adalah kilauan Cahaya.
III
KESIMPULAN
Para ulama sepakat bahwa Al-Quran itu sendiri merupakan mukjizat yang agung
karena tidak ada seorangpun yang mampu menciptkan yang serupa dengan Al-Quran
walaupun satu ayat. Ditilik dari kebahasaan, Al-Qur`an mempunyai kandungan makna luar
biasa baik yang dihasilkan dari pemilihan kata, kalimat dan hubungan antar keduanya, efek
fonologi terhadap nada dan irama yang sangat berpengaruh terhadap jiwa penikmatanya atau
efek fonologi terhadap makna yang ditimbulkan serta deviasi kalimat yang sarat makna.
Ditambah lagi adanya keseimbangan redaksinya serta keseimbangan antara jumlah bilangan
katanya. Sehingga tak heran bila Al-Qur`an menempatkan dirinya sebagai seambrek simbul
yang sangat kominikatif lagi fenomenal.
Tak kalah serunya Al-Qur`an dilihat dari demensi ilmiyah. Bagaimana Al-Qur`an
mendiskripsikan tentang reproduksi manusia, hal ihwal proses penciptaan alam beserta frora
dan faunanya tentang awan peredaran matahari dan seterusnya yang semua itu dapat
dibuktikan keabsahannya melalui kacamata ilmiyah, sehingga menujukkan bahwa Al-Qur`an
sejalan dengan rasio dan akal manusia.
IV
DAFTAR PUSTAKA
Al-Munawwar, Said Aqil Husin, Al-Qur’an Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki. Cet. Ke-
2. (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 33.
Zaghul Raghib Muhammad Al Najar, Mukjizat Al-Qur`an dan As-Sunah tentang IPTEK, GP
Jakarta cet. Ke IV 1999, hal 122