Professional Documents
Culture Documents
D1C022048 - Terang Putri Anti - Uts Sejarah Dan Perbandingan Pers
D1C022048 - Terang Putri Anti - Uts Sejarah Dan Perbandingan Pers
Npm : D1C022048
Jurnalistik B
Dalam sistem pers suatu Negara factor konteks sejarah dan buadaya memiliki pengaruh besar
dalam terbentuknya suatu sistem pers negara, hal ini disebabkan factor-faktor tersebut yang akan
membantu pengembangan dan membentuk kerangka kerja media beroperasi dan melaporkan
berita kepada masyarakat. Beberapa factor yang termasuk kedalam konteks sejarah dan budaya :
-Sejarah Pers
Dalam perkembangannya, pers nasional mengalami berbagai masa. Mulai dari era kolonial
(tahun 1744 sampai awal abad 14), era penjajahan jepang (tahun 1942-1945), era orde lama atau
pers terpimpin tahun (1957-1965), era demokrasi pancasila, orde baru dan pers era pasca
reformasi.
Awal mula adanya pers di Indonesia terjadi ketika masa colonial Belanda pada tahun 1744, pers
di Indonesia di duduki oleh Pers Belanda dengan menerbitkan surat kabar berbahasa Belanda.
Namun tidak lama dari pendrian surat kabar tersebut, Bangsa Indo raya dan China juga
menerbitkan sendiri surat kabar yang mana bahasanya menggunakan bahasa Belanda, China, dan
juga bahasa Daerah. Surat kabar pertama yang terbit di Indonesia yaitu Bataviasche Nouvelles
yang mana pada tahun 1774 terjadinya pemberedelan dan pemberhentian terbit oleh
pemerintahan Belanda.
Era kedudukan Jepang terjadi pada tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 pers mengalami
perkembangan, dalam segi teknologi nya pun sudah mulai canggih. Perpolitikan di Indonesia
mengalami perubahan secara menyeluruh makanya pers sangat dibutuhkan pada era kedudukan
Jepang ini. Selain digunakan untuk memobilisasi tujuan-tujuan Jepang, pers digunakan sebagai
alat kontrol oleh para penguasa Jepang. Pada tahun 1942, pemerintahan jepang yang menduduki
Indonesia membuat aturan yang di masukan kedalam Undang-Undang Media Jepang sehingga
penerbitan harus mendapatkan izin melalui penguasa Jepang untuk di cek sebelum di sebar.
Meskipun Pers di era kedudukan Jepang mengalami kemajuan namun adanya pengekangan dan
penderitaan dalam penerbitannya lebih parah dari masa kolonial Belanda. Tapi dengan begitu
para pegawai pers pada masa kedudukan Jepang mendapatkan mpengalaman yang sangat baik.
Beberapa surat kabar yang terbit di era kedudukan jepang ini diantaranya: Asia Raya di Jakarta,
Sinar Baru di Semarang, Suara Asia di Surabaya dan Tjahaya di Bandung. Pers pada era revolusi
fisik ini ada pada tahun 1945 sampai dengan tahun 1949. Pada era ini bangsa Indonesia sedang
memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaannya yang baru di raih pada tanggal 17
Agustus 1945, Belanda yang ingin menduduki kembali bangsa Indoensia maka dari itu pers yang
ada di era ini memiliki dua golongan, golongan pertama pers NICA (Belanda) yang diterbitkan
oleh penjajah sekutu dan Belanda, golongan kedua yaitu Pers Republik yang diterbitkan oleh
orangorang indonesia atau pribumi. Periode selanjutnya merupakan periode perbaikan dari masa
ke masa yang mana pers pada saat kemerdekaan tentunya digunakan sebagai media perjuangan
bangsa Indonesia untuk memberikan dan menyampaikan informasi terkait kemerdekaan
Indonesia. Bangsa Indonesia pada masa ini hanya menggunakan media Radio untuk
menyampaikan informasi dengan begitu agar di akui oleh bangsa dan negara lain, bangsa
Indonesia membuat surat kabar berbahasa Inggris pertama di tahun 1954 yaitu The Indonesia
Observer. Surat kabar ini menyampaikan informasi-informasi yang terjadi di Indonesia
menggunakan bahasa inggris agar dapat diterima oleh manca Negara.
-Budaya
Keanekaragaman budaya daerah merupakan potensi sosial yang dapat membentuk karakter dan
citra budaya tersendiri pada masing-masing negara, serta merupakan bagian penting bagi
pembentukan citra dan identitas budaya suatu negara. Di samping itu, keanekaragaman
merupakan kekayaan intelektual dan kultural sebagai bagian dari warisan budaya yang perlu
dilestarikan. Seiring dengan peningkatan teknologi dengan maraknya budaya massa yang
ditawarkan oleh media massa, serta bergesernya nilai-nilai kemasyarakatan, eksistensi
kebudayaan, dalam hal ini kearifan lokal, seperti berada di ujung tanduk.
Kebudayaan memiliki peran strategis bagi sebuah bangsa. Upaya pelindungan, pemanfaatan,
pengembangan, dan pembinaan terkait Objek Pemajuan Kebudayaan, termasuk Seni, merupakan
tugas dan tanggung jawab bersama, baik pemerintah maupun non-pemerintah. Diperlukan
adanya peran dan sinergi seluruh pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan di bidang
kebudayaan, salah satunya adalah Pelaku Seni.
Pers memiliki tanggung jawab yang besar dalam sebagai agen kebudayaan karena pers berperan
dalam menumbuhkan dan mengembangkan sebuah budaya melalui media massa yang mereka
miliki. Oleh karena itu, kebudayaan dapat mempengaruhi sistem pers dengan melalui sosial
budaya (globalisasi) terhadap sistem pers.
Sistem politik adalah struktur, proses, dan kegiatan yang berkaitan dengan produksi, distribusi,
dan penggunaan kekuasaan dalam masyarakat. Dalam hal ini, sistem politik Indonesia merujuk
pada struktur politik dan regulasi yang terjadi di Indonesia.
Sistem politik di Indonesia adalah sebuah republik demokarsi, dimana Negara memiliki presiden
sebagai kepala Negara dan kepala pemerintah. Sedangkan, sistem politik Indonesia didasarkan
pada konstitusi yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945. Undang-Undang Dasar menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara dan pemerintahan,
serta menetapkan prinsip-prinsip dasar sistem politik Indonesia. Berikut beberapa aspek penting
dalam sistem politik di Indonesia :
a. Al-Quran, yaitu kitab suci kaum muslimin yang diwahyukan dari Allah SWT
kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.
b. Sunnah Nabi, yaitu cara hidup dari Nabi Muhammad atau cerita tentang Nabi
Muhammad.
c. Ijma, yaitu kesepakatan para ulama besar tentang suatu hal dalam cara hidup.
d. Qiyas, ialah analogi dalam mencari sebanyak mungkin persamaan antara dua kejadian.
Sistem Hukum Islam dalam “ Hukum Fikh” terdiri dari dua bidang hukum, yaitu :
Sistem pers biasanya di pengaruhi oleh berbagai factor kepemilikan dan ekonomi budaya.
Berikut adalah factor-faktor tersebut.
1. Faktor Kepemilikan
Pemilik media adalah penerbit atau kontraktor yang memasok media, termasuk penerbitan
media cetak, siaran TV dan radio, penyediaan poster untuk iklan, dan sebagainya. Pemilik
media memiliki peran penting dalam menentukan isi dan arah media yang mereka miliki.
Berikut adalah beberapa poin penting yang dapat diambil dari sumber-sumber yang ada.
Kepemilikan media massa yang didominasi oleh pemilik modal dan dikuasai oleh segelintir
orang dapat menjurus ke arah praktik oligopoly dan monopoli. Dimana pasar di kuasai kecil
oleh sejumlah perusahaan atau produsen besar. Pemerintah Indonesia mengambil keputusan
dengan membuat peraturan berkaitan dengan kepemilikan media, yakni pemerintah
membatasi kepemilikan media serta membatasi kepemilikannya terhadap media massa, agar
media tidak dikuasai oleh segelintir orang saja. Media-media di Indonesia cenderung dimiliki
secara silang, yaitu satu korporat memiliki beragam media, baik secara jenis maupun jumlah.
Model kepemilikan media seperti ini mendudukkan kontrol Negara dalam posisi yang vital.
Manajemen media dalam model kepemilikan seperti ini memainkan peran menjadikan media
sebagai alat penanam ideology Negara dan politik negara. Model kepemilikan terakhir inilah
yang saat ini secara telak mendominasi, sehingga manajemen media pun tidak lepas dari
kepentingan pemilik modal.
Media sebagai bisnis yang sangat mejanjikan, motif pencarian laba industry media
nampaknya telah melumat karakter publik dari media itu sendiri. Pemilik media cenderung
memaksakan preferensi dan bias mereka pada media yang mereka kendalikan. Kepemilikan
media secara independen juga akan memberikan keberagaman sudut pandang. Media juga
cenderung menciptakan konten yang sesuai dengan pembaca atau pemirsa sehingga
berdampak pada jenis berita yang di produksi. Nilai dan norma dalam masyarakat
mempengaruhi sejauh mana media dapat mengeksplorasi isu-isu konversial atau krisis.
1. Faktor Teknologi
Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mempengaruhi globalisasi dan membawa
dampak pada masyarakat, termasuk di dalamnya sistem pers. Teknologi memungkinkan
masyarakat untuk memperoleh informasi dengan mudah dan cepat, baik melalui media
sosial maupun platform berita online. Teknologi juga memungkinkan masyarakat untuk
memproduksi dan menyebarkan konten media secara mandiri, seperti melalui blog atau
video di YouTube. Teknologi juga memungkinkan media untuk menjangkau audiens
yang lebih luas dan memperoleh data tentang preferensi dan perilaku konsumen.
Beberapa hal yang mecakup kedalam factor teknologi anatara lain :
Internet dan Media Sosial : Teknologi digital, khususnya internet dan media sosial, telah
mengubah cara berita dan informasi disebarkan. Warga dapat dengan mudah mengakses
berita dari berbagai sumber, yang dapat memengaruhi kepercayaan pada media
tradisional.
Citizen Journalism : Kemajuan teknologi memungkinkan individu biasa untuk menjadi
jurnalis warga, menciptakan dan mendistribusikan berita mereka sendiri. Ini
meningkatkan pluralisme informasi, tetapi juga menghadirkan risiko terkait kebenaran
dan validitas informasi.
Algoritma dan Personalisasi : Teknologi memungkinkan media untuk menerapkan
algoritma yang mempersonalisasi konten berita untuk masing-masing individu, yang
dapat menciptakan “gelembung informasi” di mana orang hanya terpapar pada
pandangan yang sejalan dengan pandangan mereka sendiri.
2. Faktor Globalisasi
Globalisasi adalah proses terbentuknya sistem komunikasi dan organisasi antara
masyarakat yang ada di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah yang
sama. Glob
alisasi dipengaruhi oleh berbagai perkembangan yang terjadi di suatu negara maupun di
dunia internasional, seperti kemajuan teknologi, perdagangan bebas, dan kemudahan
migrasi. Globalisasi membawa dampak pada sistem pers, seperti meningkatnya
persaingan antar media, penyebaran informasi yang lebih cepat, dan perubahan dalam
preferensi dan perilaku konsumen. Globalisasi juga mempengaruhi kebebasan pers, di
mana beberapa negara mengalami penurunan kebebasan pers akibat pengaruh globalisasi.
Beberapa hal yang termasuk kedalam factor globalisasi antara lain :
Aliran Informasi Antar Negara: Globalisasi memungkinkan berita dan informasi
untuk menyebar lebih cepat dan luas di seluruh dunia. Isu-isu global menjadi
lebih relevan, dan orang semakin sadar tentang peristiwa internasional.
Transnasional Media: Banyak perusahaan media dan platform berita memiliki
cakupan global. Hal ini memengaruhi cara berita diberitakan dan perspektif yang
digunakan, karena mereka harus memenuhi kepentingan global yang beragam.
Ketidaksetaraan Akses: Meskipun globalisasi meningkatkan akses informasi,
masih ada ketidaksetaraan dalam akses terhadap teknologi dan berita, terutama di
negara-negara berkembang.
Setiap negara memilki jenis dan karakteristik sistem persnya masing masing. Sistem pers di
suatu negara erat kaitannya dengan tujuan, latar belakang dan fungsu politik di dalam negara
tersebut. Adanya ideologi suatu negara juga mempengaruhi sistem pers yang berkembang.
Sistem pers di Indonesia adalah sistem pers Pancasila. Hal ini mengandung arti bahwa informasi
yang disampaikan pers harus bertanggung jawab berdasarkan ideologi Pancasila. Sistem pers
Pancasila ini secara umum memiliki karakteristik yang mirip dengan sistem pers bertanggung
jawab sosial atau social responsibility. Sistem pers di Indonesia memiliki karakter yang khas
dengan adanya Pancasila ditambah karakteristik masyarakat Indonesia yang juga sangat khas.
Konsep pers Pancasila bermula dari zaman Menteri Penerangan RI yang selalu menyebut sistem
pers Pancasila sebagai sistem pers di Indoensia. Sistem pers di Indonesia ini memiliki keterikatan
dengan Keputusan Dewan Pers No. 79/XVI/1974 tentang kebebasan pers Indonesia. Dalam
putusan ini, dijelaskan bahwa kebebasan pers di Indonesia harus didasarkan pada hal hal berikut:
Sebagaimana fungsi pers yang telah disebutkan sebelumnya, sistem pers pancasila juga memiliki
kewajiban, sebagai berikut:
Sementara itu, kebebasan pers dalam sistem pers di Indonesia ini diatur di UUD 1945 pasal 28.
Dalam pasal ini diatur bahwa setiap warga negara Indonesia bebas mengeluarkan pendapat, baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan. Sehingga, setiap warga sebenarnya memiliki hak untuk
menerbitkan pers dengan berdasar pada landasan Pancasila sebagaimana yang dijelaskan pada
bagian sebelumnya. Kebebasan pers dalam sistem pers di Indonesia adalah kebebasan yang
bertanggung jawab dengan berdasarkan nilai nilai pancasila.
DAFTAR PUSTAKA
Widiastuti, T. (2016, November). Kepemilikan media dan demokrasi di era digital information
age. In Prosiding Seminar Nasional INDOCOMPAC.
Abdi, Husnul. (2023), 9 faktor penyebab globalisasi dan dampak bagi masyarakat
Anggara, S. (2013). Sistem Politik Indonesia (Vol. 1, No. 1). CV Pustaka Setia.
Dhoko Waluyo, Syamsiah Amali, (2014). Catatan sejarah perkembangan pers di Indonesia.
http://jurnal.kominfo.go.id
Miftahul Habib F. (2017) Pers dan Bangkitnya Kesadaran Nasional Indonesia pada awal Abad
XX. Volume 12 No. 2 Maret 2017
Erman Amon, dkk. Model dan sistem mengontrol media di Indonesia (dari presfektif sejarah),
hlm.31
Ipong Jazimah Malari, studi gerakan mahasiswa masa orde baru. Jurnal Agastya Vol.03 No 01
Januari 2013
Wahidudid Adams, Patrialis Akbar (2014). Konesp pilitik hukum Indonesia Berlandaskan
Pancasila dan UUD 1945, Spekear dalam acara dies natalis milad universitas muhamdiyah
Jakarta (UMJ)