You are on page 1of 4

Nama: Ilman Nurfathan

Kelas: B
Semester: 1
NIM:11000123140533
Dosen : prof.Dr.Suteki
TEORI HUKUM(bagian 3)
A.Historis/Sejarah
Teori hukum memiliki tujuan untuk menjelaskan kejadian-kejadian dalam bidang
hukum dan mencoba untuk memberikan penilaian.

Teori tentang hukum dipelajari sejak zaman dahulu oleh para ahli hukum Yunani
maupun Romawi, yakni dengan membuat berbagai pemikiran tentang hukum
sampai kepada akar-akar filsafatnya.

Sejarah teori hukum ini pada hakikatnya merupakan sejarah tentang perkembangan
peradaban manusia mengatur kehidupannya.

Fase-fase perkembangan teori hukum ini dapat digambarkan sebagai berikut:

1800 sebelum Masehi


Raja Babilonia Selatan dengan menggunakan undang-undang yg dikenal dengan
“Code Chammurabi”, sebagai undang-undang yang tertua dalam peradaban
manusia.

Abad ke-5 sebelum Masehi


Pemikiran tentang hukum baru mendapat akarnya pada zaman Yunani, abad ke-5
SM. Socrates, Plato, Aristoteles, dan Epicurus adalah empat nama besar pemikir
tentang hukum dan negara yg tercatat sepanjang sejarah itu.

Subtansi utama pemikiran mereka adalah masalah-masalah kewajiban dan


keharusan negara, keharusan adanya hukum oleh negara, masalah hukum, dan
keadilan. Intinya Negara diadakan untuk memberi keadilan yang sebesar-besarnya
bagi rakyat dan dengan hukum keadilan itu diwujudkan.
Zaman Romawi
Keadilan sebagai substansi utama pemikiran hukum kemudian berlanjut pada
zaman Romawi. Pada zaman ini antara lain tercatat nama Cicero (106-43 SM).
Kerajaan Romawi runtuh pada abad ke-5 sesudah masehi.

Abad Pertengahan (Abad ke-5 sampai dengan ke-15)


Abad Pertengahan, yaitu masa peralihan antara zaman purba ke zaman modern.
Zaman pertengahan ini berlangsung selama sepuluh abad dari abad ke-5 s/d 15
sesudah masehi.

Permulaan Abad Modern


Pada zaman ini pemikiran hukum dan keadilan mendapat warna ketuhanan yang
sangat padat, terutama pengaruh agama kristen. Saat itu tercatat nama Thomas
Aquinas.

Zaman Renaisance (Abad ke-16)


Zaman pasca pertengahan disebut zaman Renaisance, yaitu zaman saat manusia
menemukan dirinya kembali. Manusia membebaskan dirinya dari ikatan agama
dan kepercayaan kehidupannya pada kekuatan pikiran atau rasionya.

Puncaknya di Itali, zaman ini tercatat nama Niccolo Machiavelli, menyamakan


hukum dengan kekuasaan. Grotius juga menegaskan pentingnya akal, seandainya
Tuhan tidak ada atau tidak mempedulikan manusia, menurut prinsipnya 2X2=4,
dan Tuhan tidak pernah mengubahnya menjadi delapan.

Abad ke-17
Pemikiran hukum mendapat penguatan-penguatan rasio secara lebih tegas lagi. Hal
ini terlihat pada tajamnya perbedaan pemikiran hukum alam, yg kemudian
mengakibatkan perpecahnya aliran ini menjadi dua aliran besar, yaitu:

Aliran hukum alam yang irrasional, yakni hukum alam yang bersumber pada rasio
Tuhan.
Aliran hukum alam yang rasional, yakni hukum alam itu bersumber pada rasio
manusia.
Ada nama-nama yang menonjol Hugo de Groot (1583-1645), Samuel von
Pufendor (1632-1694), Christian Thomasius (1655-1728), Benedictus de Spinoza
(1632-1677) dan John Locke (1632-1704).

Abad ke-18
Pikiran manusia sebagian dipengaruhi oleh lahirnya pendekatan-pendekatan
analitis-mekanis. Jika abad ke-17 para ahli cenderung menerangkan sesuatu,
namun pada abad ke-18 pemikiran hukum mengarah ke penilaian terhadap sesuatu.
Nama-nama yang tercatat pada abad ini Immanuel Kant(1724-1804) dan Jean
Jacgues Rousseau (1712-1778).

Abad ke-19 sampai ke-20


Terjadi perubahan-perubahan besar yang bersifat revolusioner. Teori hukum
mengalami perkembangan dengan pesatnya. Pada abad ke-19 tercatat lahirnya
aliran aliran filsafat hukum, seperti mazhab sejarah dan aliran hukum positif.

Sedangkan abad ke-20 melahirkan dua aliran besar, yaitu Sociological


Jurisprudence dan Pragmatic Legal Realism.

Sebagian besar teori hukum abad ini didominasi pendekatan analitis mekanis dan
akhirnya pendekatan analitis organis pada abad ke-20.

Perkembangan sejarah teori hukum terus berlanjut seiring waktu dan konteks sosial
yang berubah. Pendekatan baru dan pandangan baru terus muncul untuk
memahami dan membahas hukum dalam konteks modern.

B.Sosiologis Hukum

Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan kemasyarakatan umum diperkenalkan


oleh Aguste Comte, yakni sebuah ilmu pengetahuan yang merupakan hasil akhir
dari perkembangan ilmu pengetahuan

Secara etimologis, sosiologi berasal dari Bahasa Latin “socius” yang artinya
kawan, serta Bahasa Yunani “logos” yang artinya kata atau berbicara. Jika
digabungkan, maka sosiologi merupakan ilmu yang berbicara mengenai
masyarakat. Aguste Comte juga menegaskan bahwa sosiologi harus dibentuk
berdasarkan pengamatan dan tidak pada spekulasi keadaan masyarakat. Hasil
pengamatan tersebut harus disusun secara sistematis dan metodologis.

Sedangkan menurut Pitirim Sorikin, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari


hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam gejala-gejala sosial
seperti gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan
ekonomi, dengan gejala lainnya.

Sosiologi hukum menurut sejarah diperkenalkan pertama kali oleh Anzilotti, yang
lahir dari hasil pemikiran para ahli di bidang filsafat hukum dan sosiologi.
Sosiologi hukum memandang hukum dari luar hukum. Dalam hal ini, sosiologi
hukum mencoba untuk memperlakukan sistem hukum dari sudut pandang ilmu
sosial. Pada dasarnya, dalam sosiologi hukum, hukum hanya merupakan salah satu
dari banyak sistem sosial dan bahwa sistem sosial lainnya dalam masyarakat
memberi arti dan pengaruh terhadap hukum itu sendiri.

You might also like