You are on page 1of 9

ISI-KISI UP 2023

BIDANG STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

No. Indikator Modul (KB.) / Hal. / Rangkuman


79 Diberikan Teori Belajar Humanistik
deskripsi Teori humanistik berangkat dari a aliran humanisme sebagai reaksi
tentang gaya terhadap aliran behaviorisme. Tujuan teori belajar ini adalah memahami
belajar peserta perilaku belajar dari sudut pandang pelaku, bukan pengamat (Uno, 2006:
didik (tanpa 13). Dalam teori belajar humanistik, proses belajar seharusnya berasal dan
menyebut nama dipimpin oleh siswa itu sendiri sebagai manusia. Dalam teori belajar
gaya belajar) humanistik, belajar dianggap berhasil apabila siswa memahami
dalam lingkungannya dan dirinya sendiri. Dalam belajar, siswa harus berusaha
pembelajaran, untuk secara bertahap mencapai realisasi diri sebaik mungkin.
mahasiswa Carl R. Rogers
dapat Menurut Carl R. Rogers, pembelajaran sejati tidak dapat terjadi kecuali
merumuskan siswa terlibat secara intelektual atau emosional. Oleh karena itu, menurut
implikasi teori teori belajar humanistik, motivasi belajar harus berasal dari dalam diri
belajar siswa itu sendiri.
humanistik Roger membedakan dua ciri belajar, yaitu:
dalam
c. belajar yang bermakna, Belajar yang bermakna terjadi jika
pembelajaran PA
dalam proses pembelajaran melibatkan aspek pikiran dan
perasaan peserta didik
d. belajar yang tidak bermakna, belajar yang tidak bermakna
terjadi jika dalam proses pembelajaran melibatkan aspek
pikiran akan tetapi tidak melibatkan aspek perasaan
peserta didik.
Menurut Roger, peran guru dalam kegiatan pembelajaran adalah
sebagai fasilitator yang aktif bekerja:
e. membantu menciptakan iklim yang kondusif di kelas agar
siswa memiliki sikap positif terhadap pembelajaran.
f. membantu siswa memperjelas tujuan belajarnya dan
memberikan kebebasan kepada siswa untuk belajar.
g. membantu siswa menggunakan keinginan dan cita-citanya
sebagai pendorong belajar.
h. membekali siswa dengan berbagai alat belajar
i. menerima pertanyaan dan pendapat serta perasaan siswa
yang berbeda apa adanya. (Hadits, 2006: 72)
Arthur Combs
Meaning (makna atau arti) adalah konsep kunci yang sering digunakan,
dan pembelajaran terjadi ketika bermakna bagi individu. Guru tidak dapat
memaksakan materi yang tidak mereka sukai atau yang tidak relevan
dengan kehidupan mereka. Beberapa (siswa) tidak dapat mengerjakan
mata pelajaran tertentu, bukan karena bodoh, tetapi karena terpaksa dan
menganggap tidak ada alasan penting untuk mempelajarinya. Perilaku
buruk sebenarnya tidak lebih dari ketidakmampuan seseorang untuk
melakukan sesuatu yang tidak memberikan kepuasan kepadanya (Iskandar,
2009:107). Oleh karena itu, guru harus memahami perilaku siswanya
dengan berusaha memahami dunia persepsi siswanya, sehingga jika ingin
mengubah perilakunya, guru harus berusaha mengubah keyakinan atau
pendapat siswanya.
Abraham Maslow
Maslow berpendapat bahwa orang berperilaku untuk memenuhi
kebutuhan hirarkis. Teorinya yang masih dikenal hingga saat ini adalah
teori Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). tingkatan kebutuhan
No. Indikator Modul (KB.) / Hal. / Rangkuman
manusia adalah sebagai berikut:
1) kebutuhan fisiologis
2) Kebutuhan akan rasa aman dan keselamatan.
3) Kebutuhan untuk diterima dan dicintai.
4) Kebutuhan akan penghargaan.
5) Kebutuhan akan aktualisasi diri.
Pandangan Jurgen Habermas terhadap belajar.
Menurut Jürgen Habermas, pembelajaran baru terjadi ketika ada
interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan sudut pandang
tersebut, ia membagi jenis belajar menjadi tiga, yaitu;
1) pendidikan teknik (technical learning), pendidikan teknik
adalah pembelajaran bagaimana manusia dapat berinteraksi
dengan baik dengan lingkungan alamnya.
2) pembelajaran praktis (practical learning), pembelajaran praktis
adalah pembelajaran bagaimana seseorang dapat berkomunikasi
dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di
sekelilingnya.
3) pembelajaran emansipatoris. Menurut Habermas, pemahaman
dan penyadaran akan perubahan budaya ini merupakan tahap
belajar yang tertinggi, karena perubahan budaya merupakan
tujuan tertinggi pendidikan.
Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik
Sebagai seorang ahli teori belajar humanistik, Roger Roger
memperkenalkan beberapa prinsip belajar yang penting, yaitu:
a) Manusia memiliki keinginan bawaan untuk belajar, rasa ingin tahu
bawaan tentang dunia mereka dan keinginan yang mendalam untuk
mengeksplorasi dan mendapatkan pengalaman baru.
b) Pembelajaran lebih cepat dan bermakna jika materi pembelajaran
memenuhi kebutuhan siswa;
c) Pembelajaran dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman
eksternal;
d) Pembelajaran partisipatif jauh lebih efektif daripada pembelajaran
pasif dan orang belajar lebih banyak daripada yang mereka pelajari
sendiri;
e) Pembelajaran yang diprakarsai sendiri menurut orangnya, pikiran
dan perasaan berjalan lebih baik dan bertahan lebih lama;
f) Kebebasan, kreativitas dan kepercayaan diri dalam belajar dapat
ditingkatkan jika harga diri orang lain tidak begitu penting. (Dakir,
1993: 64)
Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan teori dari beberapa ahli humanistik, pendekatan yang
berpusat pada siswa harus digunakan dalam proses pembelajaran. R.
Agung SP dan Latifatul Choir menyusun strategi-strategi yang harus
diterapkan guru dalam melaksanakan pembelajaran humanistik sebagai
berikut:
a. Merumuskan tujuan belajar yang jelas;
b. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang
bersifat jelas, jujur, dan positif;
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk
belajar atas inisiatif sendiri;
d. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses
pembelajaran secara mandiri;
e. Siswa diberi keleluasaan mengemukakan pendapat, memilih
No. Indikator Modul (KB.) / Hal. / Rangkuman
pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan
menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan;
f. Guru menerima keadaan masing-masing siswa apa adanya; dengan
tidak memihak, memahami karakter pemikiran siswa, dan tidak
menilai siswa secara normatif belaka melainkan dengan cara
memberikan pandangan dua sisi dalam hal moral dan etika
berkomunikasi;
g. Menawarkan kesempatan kepada siswa untuk maju (tampil).

80 Diberikan Teori belajar sosial merupakan perluasan dari pembelajaran perilaku


deskripsi tradisional (behavioristik) yang dikembangkan oleh Albert Bandura
tentang gaya (1986). Teori ini menerima sebagian besar prinsip teori pembelajaran
belajar siswa perilaku, tetapi lebih menekankan pada pengaruh isyarat pada perilaku dan
(tanpa proses mental internal. Asumsi pertama yang memenuhi perspektif teoritis
menyebut nama Bandura dalam teori belajar sosial adalah sebagai berikut:
gaya belajar) a. Pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui proses peniruan
dalam (imitation) atau pemodelan (modeling);
pembelajaran, b. Dalam proses imitation atau modeling tersebut, individu dipahami
mahasiswa sebagai pihak yang memainkan peran aktif dalam menentukan
dapat perilaku mana yang hendak ditiru dan bagaimana frekuensi serta
menentukan intensitas peniruan yang hendak dijalankannya;
jenis teori c. Imitation atau modeling adalah jenis pembelajaran perilaku tertentu
belajar sosial yang dilakukan tanpa harus melalui pengalaman langsung;
d. Dalam Imitation atau modeling terjadi penguatan tidak langsung
pada perilaku tertentu yang sama efektifnya dengan penguatan
langsung untuk memfasilitasi dan menghasilkan peniruan.
e. Mediasi internal sangat penting dalam pembelajaran, karena saat
terjadi adanya masukan inderawi yang menjadi dasar pembelajaran
dan perilaku dihasilkan, terdapat operasi internal yang
mempengaruhi hasil akhirnya.
Inti dari pembelajaran modeling adalah:
a) melibatkan penambahan dan pencarian perilaku yang diamati
untuk menggeneralisasi dari satu pengamatan ke pengamatan
lainnya.
b) Pemodelan melibatkan proses kognitif, yaitu tidak hanya meniru,
tetapi juga beradaptasi dengan tindakan orang lain,
merepresentasikan informasi secara simbolis dan menyimpannya
untuk penggunaan di masa mendatang.
c) Karakteristik model sangat penting artinya konsekuensi dari
perilaku yang dimodelkan dapat mempengaruhi pengamat.
d) Manusia bertindak atas dasar kesadaran tertentu tentang apa yang
bisa ditiru dan apa yang tidak bisa ditiru.
Model tersebut memiliki lima kemungkinan hasil, yaitu:
a. Mengarahkan perhatian. Dengan memodelkan orang lain, kita tidak
hanya mempelajari aktivitas yang berbeda, tetapi juga melihat
objek berbeda yang terkait dengan aktivitas tersebut.
b. Menyempurnakan perilaku yang dipelajari. Pemodelan
menunjukkan perilaku apa yang telah kita pelajari sedang
digunakan.
c. Memperkuat atau melemahkan hambatan.
d. Mengajarkan perilaku baru. Saat pemodelan dilakukan dengan cara
baru (dengan melakukan hal-hal baru), efek pemodelan terjadi.
No. Indikator Modul (KB.) / Hal. / Rangkuman
e. Membangkitkan Emosi. Pemodelan memungkinkan orang untuk
mengembangkan respons emosional terhadap situasi yang mereka
alami secara pribadi

Aplikasi Teori Belajar terhadap Kegiatan Pembelajaran


Berdasarkan konsep pembelajaran yang dikemukakan oleh Albert
Bandura, terdapat beberapa implikasi kegiatan pembelajaran yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Guru harus menunjukkan contoh perilaku baik dan buruk dari
tokoh-tokoh yang diketahui siswa,
b. Karakteristik model harus diperhitungkan saat mendefinisikan
model, karena hal ini mempengaruhi keefektifan pemodelan bagi
siswa. Pilih model yang memiliki kelebihan atau kelebihan dari
yang lain sehingga siswa dapat memutuskan apakah tindakan atau
pengalaman mereka harus ditiru atau tidak;
c. Observasi merupakan pembelajaran utama bagi siswa, sehingga
penting untuk mempertimbangkan penggunaan lingkungan belajar
yang merangsang indra siswa untuk mengamati secara optimal.
d. Mengamati perilaku orang lain lebih penting daripada
mengalaminya sendiri, karena siswa lebih mudah mempelajari
konsekuensi dari pengalaman orang lain daripada pengalaman
mereka sendiri;
e. Reinforcement bukanlah syarat dasar belajar, karena yang
terpenting adalah mengamati pola yang harus terus-menerus
diperkuat.
81 Diberikan kasus
tentang Dalam menilai penyusunan IPK yang berorientasi abad 21, ada
pembelajaran, beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
mahasiswa  Keterkaitan dengan KD dan KI
dapat menilai IPK yang baik harus memiliki keterkaitan yang jelas dengan KD dan
penyusunan IPK KI. IPK harus merupakan penjabaran dari KD yang telah
yang ditetapkan, dan harus mengacu pada KI yang ingin dicapai.
berorientasi  Keterkaitan dengan keterampilan abad 21
abad 21 IPK yang berorientasi abad 21 harus mencakup keterampilan abad
21, seperti berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi, dan berkolaborasi.
IPK harus mendorong peserta didik untuk mengembangkan
keterampilan-keterampilan tersebut.
 Keterkaitan dengan konteks kehidupan nyata
IPK yang baik harus memiliki keterkaitan dengan konteks
kehidupan nyata. IPK harus mendorong peserta didik untuk
menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya dalam
kehidupan sehari-hari.
Berikut adalah beberapa contoh IPK yang berorientasi abad 21:
Berpikir kritis
 Menjelaskan hubungan sebab-akibat dari suatu peristiwa.
 Menyusun argumentasi yang logis untuk mendukung suatu
pendapat.
 Mengidentifikasi bias dalam suatu informasi.
Kreatif
 Merancang solusi baru untuk suatu masalah.
 Membuat karya seni atau produk kreatif lainnya.
 Menemukan cara baru untuk menyelesaikan tugas.
No. Indikator Modul (KB.) / Hal. / Rangkuman
 Komunikasi
 Menjelaskan suatu konsep atau ide secara jelas dan efektif.
 Berargumentasi secara efektif dalam suatu diskusi.
 Menyampaikan pesan dengan cara yang menarik dan
menggugah.
Kolaborasi
 Bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan
bersama.
 Bernegosiasi dan menyelesaikan konflik secara konstruktif.
 Menghormati pendapat orang lain.
Pada dasarnya, penyusunan IPK yang berorientasi abad 21 dapat
dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
1. Pahami KD dan KI
Pahami secara mendalam KD dan KI yang akan dicapai. Pahami
apa yang harus dicapai oleh peserta didik setelah mempelajari
materi pembelajaran tersebut.
2. Identifikasi keterampilan abad 21
Identifikasi keterampilan abad 21 yang ingin dikembangkan pada
peserta didik. Keterampilan-keterampilan tersebut dapat
diidentifikasi dari KI-4.
3. Rumuskan IPK
Rumuskan IPK dengan menggunakan kata kerja operasional yang
sesuai dengan keterampilan abad 21 yang ingin dikembangkan.
IPK harus jelas, spesifik, dan dapat diukur.
4. Tinjau kembali IPK
Tinjau kembali IPK yang telah dirumuskan. Pastikan IPK tersebut
memiliki keterkaitan yang jelas dengan KD dan KI, serta memiliki
keterkaitan dengan konteks kehidupan nyata.
Dengan mengikuti langkah-langkah tersebut, guru dapat menyusun
IPK yang berorientasi abad 21 dengan lebih baik. IPK yang baik
akan membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan, serta mengembangkan keterampilan abad 21
pada peserta didik
82 Disajikan Prinsip-prinsip pembelajaran untuk mencapai profil pelajar
informasi Pancasila yang sesuai adalah prinsip-prinsip yang dapat membantu
tentang proses peserta didik untuk mengembangkan kompetensi dan karakter
pembelajaran yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila. Prinsip-prinsip ini
PAI, mahasiswa dapat dirumuskan sebagai berikut:
dapat  Berpusat pada peserta didik
menentukan Pembelajaran harus berpusat pada peserta didik, artinya
prinsip-prinsip pembelajaran harus dirancang dan dilaksanakan dengan
pembelajaran mempertimbangkan kebutuhan, minat, dan kemampuan peserta
untuk mencapai didik. Peserta didik harus menjadi subjek dalam pembelajaran,
profil pelajar bukan objek.
pancasila yang  Aktif dan bermakna
sesuai Pembelajaran harus aktif dan bermakna, artinya peserta didik harus
terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan pembelajaran
harus memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi
peserta didik.
 Kolaboratif dan kolaboratif
Pembelajaran harus kolaboratif dan kolaboratif, artinya
pembelajaran harus mendorong peserta didik untuk bekerja sama
No. Indikator Modul (KB.) / Hal. / Rangkuman
dengan orang lain dan saling berbagi pengetahuan dan
pengalaman.
 Reflektif
Pembelajaran harus reflektif, artinya peserta didik harus didorong
untuk merefleksikan apa yang mereka pelajari dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
 Berorientasi pada masa depan
Pembelajaran harus berorientasi pada masa depan, artinya
pembelajaran harus mempersiapkan peserta didik untuk
menghadapi tantangan dan peluang di masa depan.
Berikut adalah beberapa contoh penerapan prinsip-prinsip
pembelajaran tersebut dalam pembelajaran:
 Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dapat
diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran
yang melibatkan peserta didik secara aktif, seperti
pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis
proyek, dan pembelajaran berbasis pengalaman.
 Pembelajaran yang aktif dan bermakna dapat diterapkan
dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengeksplorasi materi pembelajaran, bekerja sama
dengan teman sebaya, dan menerapkan apa yang mereka
pelajari dalam kehidupan sehari-hari.
 Pembelajaran yang kolaboratif dan kolaboratif dapat
diterapkan dengan menggunakan metode pembelajaran
yang melibatkan kerja sama kelompok, seperti pembelajaran
kooperatif dan pembelajaran berbasis proyek.
 Pembelajaran yang reflektif dapat diterapkan dengan
mendorong peserta didik untuk menulis jurnal, membuat
refleksi diri, dan mempresentasikan hasil belajar mereka.
 Pembelajaran yang berorientasi pada masa depan dapat
diterapkan dengan menggunakan materi pembelajaran yang
relevan dengan kebutuhan dan tantangan di masa depan.
Penerapan prinsip-prinsip pembelajaran tersebut dapat membantu
peserta didik untuk mengembangkan kompetensi dan karakter
yang sesuai dengan profil pelajar Pancasila

83 Diberikan Definisi Generasi Z dan Generasi Alpha


contoh perilaku
peserta didik Generasi Z dan generasi Alpha adalah dua generasi yang lahir di
dalam
era yang berbeda. Generasi Z lahir pada tahun 1995-2010,
pembelajaran
sedangkan generasi Alpha lahir pada tahun 2010-sekarang. Kedua
PAI di kelas,
generasi ini memiliki karakteristik yang berbeda, yang dipengaruhi
mahasiswa
oleh faktor-faktor seperti teknologi, lingkungan, dan budaya.
mampu
menelaah
definisi generasi Definisi Generasi Z
Z dan generasi
Alpha Generasi Z adalah generasi yang lahir di era digital. Mereka
tumbuh dan berkembang dikelilingi oleh teknologi. Generasi Z
dikenal sebagai generasi yang cerdas, terhubung, dan kreatif.
Mereka juga dikenal sebagai generasi yang kritis dan mandiri.
No. Indikator Modul (KB.) / Hal. / Rangkuman

Definisi Generasi Alpha

Generasi Alpha adalah generasi pertama yang lahir di era digital.


Mereka tumbuh dan berkembang di dunia yang serba digital.
Generasi Alpha dikenal sebagai generasi yang cerdas, kreatif, dan
percaya diri. Mereka juga dikenal sebagai generasi yang aktif dan
bersemangat.

Perbedaan Generasi Z dan Generasi Alpha

Meskipun memiliki banyak kesamaan, generasi Z dan generasi


Alpha juga memiliki beberapa perbedaan. Berikut adalah beberapa
perbedaan utama antara kedua generasi tersebut:

Faktor Generasi Z Generasi Alpha


Periode
kelahiran 1995-2010 2010-sekarang
Tumbuh dan berkembang di Tumbuh dan berkembang di era
Teknologi era analog digital
Cerdas, terhubung, kreatif, Cerdas, kreatif, percaya diri,
Karakteristik kritis, mandiri aktif, bersemangat
Pandangan
dunia Realistis, pragmatis Optimis, idealis
Nilai-nilai Individualisme, kebebasan Solidaritas, gotong royong

Penutup

Generasi Z dan generasi Alpha adalah dua generasi yang memiliki


potensi besar untuk membawa perubahan positif bagi dunia. Kedua
generasi ini memiliki karakteristik yang unik dan berbeda, yang
dapat saling melengkapi dan melengkapi. Dengan memahami
perbedaan dan karakteristik kedua generasi ini, kita dapat
membangun masa depan yang lebih baik bagi semua orang.

84 Diberikan Generasi Z dan generasi Alpha adalah dua generasi yang lahir di
contoh-contoh era digital. Generasi Z lahir pada tahun 1995-2010, sedangkan
aktivitas generasi Alpha lahir pada tahun 2010-sekarang. Kedua generasi ini
pembelajaran memiliki karakteristik yang berbeda-beda, namun juga memiliki
PAI di kelas, beberapa kesamaan.
mahasiswa Karakteristik Generasi Z
mampu Berikut adalah beberapa karakteristik generasi Z:
menguraikan  Melek teknologi. Generasi Z adalah generasi yang tumbuh
karakteristik dan berkembang bersama teknologi. Mereka terbiasa
generasi Z dan menggunakan teknologi untuk berbagai keperluan, mulai
generasi Alpha dari belajar, bekerja, hingga bersosialisasi.
 Berpikir kritis. Generasi Z memiliki kemampuan berpikir kritis
yang tinggi. Mereka terbiasa menganalisis informasi dan
No. Indikator Modul (KB.) / Hal. / Rangkuman
mencari tahu kebenarannya.
 Mencari pengalaman. Generasi Z memiliki keinginan untuk
mencari pengalaman baru. Mereka tidak takut untuk
mencoba hal-hal baru dan keluar dari zona nyaman.
 Menghargai keberagaman. Generasi Z tumbuh di tengah
masyarakat yang semakin beragam. Mereka menghargai
perbedaan dan tidak memandang seseorang dari latar
belakangnya.
 Berorientasi pada tujuan. Generasi Z memiliki tujuan yang
jelas dalam hidupnya. Mereka termotivasi untuk mencapai
tujuan tersebut.
Karakteristik Generasi Alpha
Berikut adalah beberapa karakteristik generasi Alpha:
 Melek teknologi. Generasi Alpha adalah generasi yang
terlahir dan tumbuh di era digital. Mereka begitu akrab
dengan teknologi dan menggunakannya dalam berbagai
aspek kehidupan.
 Berpikir kreatif. Generasi Alpha memiliki kemampuan
berpikir kreatif yang tinggi. Mereka terbiasa menghasilkan
ide-ide baru dan inovatif.
 Berorientasi pada solusi. Generasi Alpha memiliki fokus
untuk mencari solusi atas masalah yang dihadapi. Mereka
tidak takut untuk mengambil risiko dalam menyelesaikan
masalah.
 Berorientasi pada komunitas. Generasi Alpha memiliki rasa
kebersamaan yang tinggi. Mereka senang bekerja sama dan
berkolaborasi dengan orang lain.
 Berorientasi pada masa depan. Generasi Alpha memiliki
pandangan yang optimis terhadap masa depan. Mereka
percaya bahwa mereka dapat menciptakan dunia yang lebih
baik.
Persamaan Karakteristik Generasi Z dan Generasi Alpha
Selain perbedaan, generasi Z dan generasi Alpha juga memiliki
beberapa kesamaan karakteristik, yaitu:
 Melek teknologi. Kedua generasi ini tumbuh dan
berkembang bersama teknologi. Mereka terbiasa
menggunakan teknologi untuk berbagai keperluan.
 Berpikir kritis. Kedua generasi ini memiliki kemampuan
berpikir kritis yang tinggi. Mereka terbiasa menganalisis
informasi dan mencari tahu kebenarannya.
 Menghargai keberagaman. Kedua generasi ini tumbuh di
tengah masyarakat yang semakin beragam. Mereka
menghargai perbedaan dan tidak memandang seseorang
dari latar belakangnya.
Pengaruh Teknologi Terhadap Karakteristik Generasi Z dan
Generasi Alpha
Teknologi memiliki pengaruh yang besar terhadap karakteristik
generasi Z dan generasi Alpha. Teknologi telah menjadi bagian
integral dalam kehidupan mereka. Mereka menggunakan teknologi
untuk belajar, bekerja, bersosialisasi, dan hiburan.
Teknologi telah membuat generasi Z dan generasi Alpha lebih
melek informasi. Mereka dapat dengan mudah mengakses
informasi dari berbagai sumber, baik dari internet, media sosial,
No. Indikator Modul (KB.) / Hal. / Rangkuman
maupun media lainnya. Hal ini membuat mereka lebih kritis dalam
menyikapi informasi yang diterima.
Teknologi juga telah membuat generasi Z dan generasi Alpha lebih
kreatif. Mereka terbiasa menghasilkan ide-ide baru dan inovatif. Hal
ini karena mereka memiliki akses yang luas terhadap berbagai
sumber informasi dan inspirasi.
Selain itu, teknologi juga telah membuat generasi Z dan generasi
Alpha lebih berorientasi pada komunitas. Mereka senang bekerja
sama dan berkolaborasi dengan orang lain melalui media sosial
dan platform online lainnya.
Implikasi Karakteristik Generasi Z dan Generasi Alpha Terhadap
Pendidikan
Karakteristik generasi Z dan generasi Alpha memiliki implikasi yang
penting terhadap pendidikan. Guru dan tenaga pendidik perlu
memahami karakteristik generasi ini agar dapat memberikan
pembelajaran yang efektif.
Berikut adalah beberapa implikasi karakteristik generasi Z dan
generasi Alpha terhadap pendidikan:
 Pendidikan perlu berorientasi pada teknologi. Guru dan
tenaga pendidik perlu menggunakan teknologi dalam
pembelajaran. Hal ini agar pembelajaran dapat lebih menarik
dan relevan dengan kebutuhan generasi Z dan generasi
Alpha.
 Pendidikan perlu berorientasi pada kreativitas. Guru dan
tenaga pendidik perlu mendorong siswa untuk
mengembangkan kreativitas mereka. Hal ini dapat dilakukan
dengan memberikan berbagai kesempatan bagi siswa untuk
bereksperimen dan menghasilkan karya.
 Pendidikan perlu berorientasi pada kerja sama. Guru dan
tenaga pendidik perlu mendorong siswa untuk bekerja sama
dengan orang lain. Hal ini dapat dilakukan dengan
memberikan berbagai tugas dan proyek yang melibatkan
kerja kelompok.
Dengan memahami karakteristik generasi Z dan generasi Alpha,
guru dan tenaga pendidik dapat memberikan pembelajaran yang
lebih efektif dan sesuai dengan kebutuhan mereka

You might also like