Professional Documents
Culture Documents
3084 6655 1 SM
3084 6655 1 SM
ABSTRACT
Rawa Pening is one of the swamp ecosystem which are important for not only the local residents of Am-
barawa, Semarang, but also the communities in northern parts of Central Java. Rawa Pening as ecologi-
cal systems has ability to allow water demarcation, so flood can be avoided during the heavy rain and a
severe drought can be prevented when the dry season comes. Rawa Pening in the context of the natural
sciences, is only limited to the physical existence of a 'puddle'. However, when it is observed further, then
its existence is a part of a more complex system, which involves social-political actors. In this framework,
the construction which is planned for Rawa Pening consequently involves values believed by local peo-
ple. They are in relation to either culture, economy or politics. This study aims to reveal how Rawa Pen-
ing is seen from the point of view of environmental politics briefly. Rawa Pening is no longer viewed only
as a water border, but also discourse space of public policy which involves the community, the state, and
certainly, the ecosystem itself. Therefore, this study will describe Rawa Pening in the viewpoint of natural
science, social science, and political economy, as well as political environment as a multidisciplinary
study.
ABSTRAK
Rawa Pening merupakan salah satu ekosistem yang penting bagi masyarakat, bukan saja bagi warga yang
ada di daerah Ambarawa, Kabupaten Semarang, bahkan juga sebagian wilayah utara Jawa tengah. Rawa
Pening menjadi sistem ekologi yang memungkinkan adanya sempadan air sehingga tidak menyebabkan
banjir manakala datang hujan besar dan juga tidak ada musibah kekeringan yang parah manakala ada
musim kemarau panjang. Rawa Pening dalam konteks ilmu alam, memang hanya sebatas pada
keberadaan fisikal dari sebuah ‘genangan air’. Namun demikian, ketika dibaca lebih jauh, maka
keberadaannya merupakan bagian dari sistem yang lebih kompleks, yang melibatkan aktor-aktor sosial-
politik. Dalam kerangka ini, pembangunan yang ditujukan pada Rawa Pening mau tidak mau harus
melibatkan nilai yang diyakini masyarakat lokal. Baik dalam kaitannya dengan nilai-nilai budaya,
ekonomi maupun politik. Tulisan ini hendak membaca secara ringkas bagaimana Rawa Pening dilihat
dari kaca mata politik lingkungan. Rawa Pening tidak lagi dilihat hanya sebagai sempadan air, melain-
kan juga ruang diskurus kebijakan publik yang melibatkan masyarakat, negara dan juga tentunya
ekosistem itu sendiri. Oleh karenanya, tulisan ini akan mendeskripsikan Rawa Pening dalam sudut pan-
dang sains, ilmu sosial, politik ekonomi, hingga politik lingkungan itu sendiri sebagai kajian yang multi-
disiplin.
8
Rawa Pening dalam Perspektif… — Cahyo Seftyono
yaannya, bagaimana pembacaan atas Rawa pan yang cukup besar (UNEP, 2014). Kondi-
Pening dalam nalar politik lingkungan terse- si perairan yang demikian memungkinkan
but? adanya aktivitas perikanan yang dijalankan
oleh penduduk, baik lokal maupun dari luar
wilayah Rawa Pening Fauna ikan di
RAWA PENING DALAM KAJIAN Rawapening tercatat 26 jenis baik jenis asli
SAINS maupun infroduksi, dan telah diteliti sejak
tahun 1930-an (Goltenboth dan Krisyanto,
Menurut Greenberg dan Park (1994: 2) 1994). Selain ikan, salah satu komoditas
kajian politik lingkungan yang dimulai dari penting perikanan di Rawapening adalah
pendekatan sains didasarkan pada perspektif udang Galah atau disebut juga Macrobrachium
geografi yang mengkaji iklim, temperature, idea. Udang Galah di danau Rawapening
ketinggian tempat dan segala yang berkaitan selain sebagai komoditas penting,
dengan sistem biologi. Rawa Pening sendiri keberadaanya memegang peranan dalam
merupakan danau alami yang keberadaannya menjaga keseimbangan ekologis yaitu se-
sangat penting bagi sistem ekologi Jawa Ten- bagai pemakan alga, sisa materi organik dan
gah bagian tengah. Kapasitas tampungan air juga makanan bagi ikan dan udang air tawar
Rawa Pening sebesar 65.000.000 m3 pada lainnya.
elevasi ± 463,90º serta bentangan alam dari Jenis tanah atau jenis endapan di da-
daratan pantai danau sampai pegunungan nau adalah kedap air, sehingga danau mam-
yang mengitari danau, maka perubahan yang pu menampung air. Vegetasi yang ada dise-
terjadi pada kawasan tersebut akan berdam- keliling danau cukup banyak sehingga mam
pak luas terhadap kehidupan Jawa Tengah pu untuk menyimpan air dan mengeluar-
bagian tengah, khususnya daerah Kabupaten kannya melalui mata air-mata air yang men-
Semarang. galir ke danau melalui sungai dan mata air.
Air danau Rawa Pening berasal dari Dengan demikian jumlah air di Danau
mata air yang keluar dari sisi rawa, selain ada Rawapening dipengaruhi langsung oleh ban-
beberapa sungai yang bermuara di Rawa yaknya curah hujan, air tanah yang muncul
Pening, antara lain: Sungai Galeh, Torong, sebagai mata air (spring) dan aliran per-
Panjang, Muncul, Parat, Legi, Pitung, Pragi- mukaan (air sungai). Dan secara tidak lang-
nan dan Rengas. Sungai-sungai tersebut me- sung oleh kondisi topografi dan aktifitas
nyumbang sekitar 60% air Rawa Pening se- manusia. Oleh karena sedimentasi terjadi
dangkan Sungai Muncul mensuplai air secara terus-menerus, maka sejak tahun 1970
terbesar yaitu sekitar 20%. Luas daerah aliran pada saat musim penghujan danau ini sering
Sungai (DAS) di hulu Rawa Pening sekitar di landa banjir terutama di DAS Tuntang
25.079 ha meliputi 72 desa dengan Hilir, yaitu di Kabupaten Demak dan Grobo-
kemiringan antara 0º di sekitar waduk sam- gan (LIPI, 2014). Lebih jauh berdasarkan
pai dengan 45º di Gunung Telomoyo dan pengamatan lapangan bahwa Enceng
Gunung Merbabu (Pemkab Semarang, 2011). Gondok (eichhornia Erassipers (Mart.) Solms)
Kondisi hidrologi meliputi kondisi air merupakan jenis yang paling dominan. Lebih
permukaan dan air tanah. Kondisi ini sangat lanjut populasi enceng gondok diperkirakan
dipengaruhi oleh topografi, vegetasi dan menutupi sebagian permukaan Rawa Pening.
jumlah curah hujan. Berdasarkan topografi Bahkan enceng gondok yang kemudian mati
Danau Rawapening terletak di daerah yang ini membentuk endapan yang oleh beberapa
rendah dan merupakan lembah yang dikeli- peneliti di dalam dan luar negeri pada tahun
lingi oleh daerah yang tinggi (pegunungan 1970an diteliti dalam kajian floating island
dan perbukitan) serta terbendung di Kali (Polack, 1954; Hayashi et al, 1978).
Tuntang. Kondisi ini menyebabkan jumlah Berdasarkan laporan LIPI (2014), Ra-
air di danau mengalami penambahan terus- wa Pening memiliki beberapa Daerah Aliran
menerus, sementara air yang keluar hanya Sungai yang bermuara di pintu air Tuntang
sedikit. Namun penambahan air juga mem- yang mengalir ke Demak serta Grobogan
bawa material-material yang diendapkan di menuju Laut Jawa. Sungai-sungai yang men-
danau sehingga memberi sumbangan enda- galir ke Danau Rawapening terdiri dari: (1)
9
Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014
Sub-DAS Galeh, terdiri dari Sungai Galeh RAWA PENING MENURUT KAJIAN
dan Sungai Klegung. Sub DAS Galeh SOSIAL KEMASYARAKATAN
melewati daerah di Kecamatan Banyubiru,
Kabupaten Semarang. (2) Sub-DAS Torong, Lebih jauh dari analisis fisikal Rawa
yaitu Sungai Torong. Sub DAS Torong Pening, apa yang ada di sana juga melekat
melewati daerah di Kecamatan Ambarawa pada isu-isu sosial kemasyarakatan. Dalam
dan Bandungan (desa Ngampin, Panjang dan analisis Greenberg dan Park (1994: 4) dise-
Pojoksari). (3) Sub-DAS Panjang, terdiri dari butkan bahwa yang perlu dikaji dalam kai-
Sungai Panjang dan Sungai Kupang. Sub tannya dengan isu sosial kemasyarakat se-
DAS Panjang melewati daerah di Kecamatan buah ekosistem adalah sejarah ekosistem itu
Ambarawa dan Bandungan. (4) Sub-DAS sendiri, budaya yang melekat padanya, sis-
Legi, yaitu Sungai Legi. Sub DAS Legi tem ekonomi, geografi manusia (relasi manu-
melewati daerah di Kecamatan Banyubiru, sia dengan alam) dan juga pembangunan.
Kabupaten Semarang. (5) Sub-DAS Parat, Artinya pembahasan antara lingkungan
yaitu Sungai Parat. Sub DAS Parat melewati dengan pendekatan kontemporer tidak bias
daerah di Kecamatan Banyubiru. (6) Sub- dilepaskan pada relasi antara lingkungan
DAS Sraten, yaitu Kali Sraten. Sub DAS dengan masyarakat itu sendiri. Baik
Sraten hanya melewati daerah di Kecamatan masyarakat lokal maupun penduduk yang
Getasan, Kbupaten Semarang. (7) Sub-DAS tidak bermukim di wilayah tersebut.
Rengas, terdiri dari Sungai Rengas dan Penduduk di sekitar Rawa Pening
Sungai Tukmodin. Sub DAS Rengas hanya ditinjau dari etnis, masyarakat yang tinggal di
melewati daerah di Kecamatan Ambarawa sekitar Danau Rawa Pening cenderung ho-
dan Bandungan. (8) Sub-DAS Kedung mogen yaitu hampir semuanya merupakan
Ringin, yaitu Sungai Kedung Ringin. Sub suku Jawa, sehingga budaya kehidupan
DAS Kedungringin melewati daerah Keca- sehari-hari adalah budaya Jawa. Latar
matan Tuntang (Desa Kesongo, Lopait dan belakang keagamaan, sebagian besar me-
Desa Tuntang), Kabupaten Semarang. (9) meluk agama Islam sekitar 90%, diikuti
Sub-DAS Ringis, yaitu Sungai Ringis. Sub Katolik, Kristen Protestan, Hindu, dan
DAS Ringis melewati beberapa kecamatan di Budha. Dengan demikian dapat dikatakan,
Kabupaten Semarang dan Kota Salatiga. meskipun Islam sebagai agama yang domi-
Aliran air yang keluar dari Da- nan di wilayah tersebut, budaya masih dapat
nau Rawapening bermuara pada satu pintu, dilihat dalam beberapa tradisi kemasyara-
yakni Sungai Tuntang yang terletak dibagian katan yang ada.
timur laut Danau Rawapening. Hal ini ter- Berkenaan dengan ini, maka ada be-
jadi karena bagian timur laut letaknya lebih berapa hal yang menarik untuk diamati. Ke-
rendah dan air mengalir terus ke Kabupaten hidupan sosial masyarakat di sekitar Rawa
Demak dan Kabupaten Grobogan hingga Pening tergolong cukup aktif dan baik, ke-
laut Jawa (LIPI, 2014). Dengan kata lain, hidupan pedesaan yang mendominasi
ketika terdapat permasalah perairan di wila- masyarakat sehingga masih terlihat adanya
yah Rawa Pening, maka bukan tidak mung- kegiatan kelompok, kerja bakti, gotong-
kin hal tersebut akan menjadikan masalah royong, dan paguyuban. Organisasi dan ke-
yang sama di wilayah-wilayah yang dilalui lompok-kelompok di masyarakat juga sudah
aliran DAS dan sub-DAS tersebut, maupun cukup beragam, dari mulai kelompok tani,
aliran air yang menuju Laut Jawa. Terlebih kelompok nelayan, ibu-ibu PKK, karang ta-
wilayah Demak dan Grobogan merupakan runa, dan juga kelompok koperasi Desa.
dua wilayah yang rentan mengalami Kebudayaan akan mitos-mitos nenek
kekeringan sebagaimana beberapa wilayah moyang dan juga sesaji masih selalu dil-
Jawa lainnya (Adi, 2011; D’Arrigo et al., akukan masyarakat setiap bulan dan tahun
2006; Setiapermas et al., 2005). tertentu. Ritual tersebut seperti larung saji
pada bulan Syura. Ritual tersebut dipercaya
masyarakat sebagai sesaji untuk penjaga Ra-
wa. Kebudayaan masyarakat Jawa yang
masih mempercayai legenda dan cerita-cerita
10
Rawa Pening dalam Perspektif… — Cahyo Seftyono
11
Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014
udang rawa, water hijau, keong dan belut. Sub-kawasan Bukit Cinta
Hasilnya dipasarkan ke Salatiga, Ambarawa,
Ungaran, Magelang dan Semarang oleh para Sub-kawasan Bukit Cinta terletak di
pengepul. Selain menjual hasil tangkapan ke bagian tenggara kawasan wisata Rawa Pen-
pengepul, masyarakat sekitar Rawapening ing dan dapat dicapai dari jalur Semarang-
juga mengupayakan proses produksi ikan Surakarta melalui jalur Asinan-Banyubiru-
melalui home industri sehingga memperoleh Bukit Cinta atau melalui jalur Lopait-Salatiga
nilai ekonomi yang lebih tinggi. -Bukit Cinta. Dari jalur ini dapat dilihat ka-
Karena banyak enceng gondok di ramba-karamba ikan serta nelayan dengan
Rawa Pening, maka masyarakat juga me- perahu-perahu dengan latar belakang Per-
manfaatkannya dengan mengambil enceng bukitan Asinan dan Sub-kawasan Tlogo.
gondok untuk dijadikan tempat jamur, Dengan demikian, dalam posisi ini, Rawa
pupuk, dan kerajinan. Pola masyarakat ada- Pening mengalami pergeseran nilai ekologis
lah setelah bahan diambil, disetorkan ke menjadi ekonomi dari aspek perikanan air
pengepul dan oleh pengepul dikeringkan dan tawar.
setelah kering dibuat tali. Pekerjaan ke-
rajinan ini umumnya dilakukan oleh ibu-ibu
dan setelah terkumpul banyak dipasarkan ke Sub-kawasan Muncul
Yogyakarta, Pekalongan, Bali dll.
Pemerintah telah melakukan berbagai upaya Sub-kawasan ini terletak mengelilingi
dalam rangka meningkatkan ketrampilan telaga di bagian selatan dan memiliki topo-
pengrajin melalui berbagai bimbingan dan grafi yang relatif datar. Berdekatan dengan
penyuluhan serta pelatihan. Namun sejauh lokasi kawasan ini adalah sumber air alam
ini belum menampakan hasil yang positif yang melimpah yang diolah oleh pihak
bagi pengrajin, karena pengrajin masih terpo- swasta menjadi air dalam kemasan. Saat ini,
la hanya mencari dan mengambil enceng Sub-Kawasan Muncul telah dimanfaatkan
gondok untuk disetorkan ke pengepul, se- sebagai obyek wisata dengan beberapa lokasi
hingga masyarakat belum menerima tamba- yang menyediakan atraksi-atraksi salah
han nilai ekonomis. satunya yaitu obyek wisata yang menyajikan
Aktivitas ekonomi yang lebih profes- atraksi kolam renang. Hal ini serupa dengan
sional, misalnya berbentuk kawasan- kawasan Lopait yang menjadikan Rawa Pen-
kawasan pariwisata, sebagaimana yang saat ing sebagai aset ekonomi berbasis eko-
ini sudah berjalan di sekeliling Rawa Pening. pariwisata.
Kawasan-kawasan wisata tersebut terbagi
menjadi beberapa wilayah: Sub-kawasan
Lopait, Sub-kawasan Bukit Cinta, dan Sub- RAWA PENING DALAM SUDUT PAN-
kawasan Muncul. DANG POLITIK LINGKUNGAN
12
Rawa Pening dalam Perspektif… — Cahyo Seftyono
13
Indonesian Journal of Conservation Vol. 3 No. 1 - Juni 2014
14
Rawa Pening dalam Perspektif… — Cahyo Seftyono
15