You are on page 1of 8

ISSN 2807-1190

LITERASI DIGITAL

Penulis : Haickal Attallah Naufal

Institusi : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Email Korespondensi : hii.kall171@gmail.com

DOI : 10.53947/perspekt.v1i2.32

Abstrak

Literasi digital merupakan suatu bentuk kemampuan untuk mendapatkan,


memahami dan menggunakan informasi yang berasal dari berbagai sumber
dalam bentuk digital. Literasi ini sendiri dalam konteks pendidikan berperan
dalam mengembangkan pengetahuan seseorang pada materi pelajaran tertentu
serta mendorong rasa ingin tahu dan mengembangkan kreativitas yang dimiliki.
Hal inilah yang menuntut mahaiswa agar memiliki literasi atau kemampuan
untuk mengolah dan memahami informasi yang baik untuk dipelajari dan di
mengerti dengan begitu perkembangan teknologi yang sangat pesat,
memungkinkan mahasiswa untuk lebih muda dalam mengakses informasi.
Literasi digital juga sangat diperlukan untuk mengatasi masalah ledakan
informasi yang terus meningkat di dalam sumber digital. Masyarakat kini
dihadapi dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat masyarakat juga
dituntut untuk memilah dan memilih Informasi yang sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya. Paparan berbagai macam informasi dari media membuat
kebanyakan orang ragu akan informasi yang benar dan tidak benar adanya.
Maka dengan adanya fenomena tersebut, pengetahuan literasi media sangat
dibutuhkan sebagai kemampuan untuk mengolah informasi. Dalam hal ini
Penyalahgunaan teknologi digital dapat berdampak buruk bagi kehidupan
pribadi dan sosial. Oleh karena itu literasi digital perlu dikembangkan untuk
Kata Kunci: membangun karakter bangsa guna menciptakan generasi yang cerdas dan kaya
akan informasi serta kritis dalam memilih informasi yang baik dan benar.
Literasi digital Dimensi literasi digital meliputi alat dan sistem, informasi dan data, berbagi dan
Memahami literasi kreasi, konteks sejarah dan budaya. Melalui pemahaman terhadap dimensi
digital dimensi tersebut dapat dikembangkan menjadi materi yang dapat membantu
Tekhnologi digital seseorang untuk lebih kritis dalam memilih Informasi.
Abstract

Digital literacy is a form of ability to obtain, understand and use information


from various sources in digital form. This literacy itself in the context of
education plays a role in developing one's knowledge on the certain subject
matter and encouraging curiosity and developing one's creativity. This is what
requires students to have literacy or the ability to process and understand
information that is good to learn and understand, so the rapid development of
Keywords: technology allows students to access information more easily. Digital literacy is
also very much needed to overcome the problem of the ever-increasing
Digital literacy explosion of information in digital sources. Society is now faced with very rapid
Understanding technological developments; people are also required to sort and choose the
literacy digital

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 195


ISSN 2807-1190

Digital technology information that is under the actual situation. Exposure to various kinds of
information from the media makes most people doubt whether the information
is true or not. So, with this phenomenon, knowledge of media literacy is needed
as
the ability to process information. In this case, the misuse of digital technology
can harm personal and social life. Therefore, digital literacy needs to be
developed to build the nation's character to create a generation that is
intelligent and rich in information and critical in choosing good and correct
information. Dimensions of digital literacy include tools and systems,
information and data, sharing and creation, historical and cultural contexts.
Through an understanding of these dimensions, it can be developed into
material that can help someone to be more critical in choosing information.
1. PENDAHULUAN Ini memunculkan Perkembangan
teknologi informasi menjadi bagian dari
Di era revolusi keempat atau 4.0
mulai nya era revolusi digital di Indonesia.
yang dikenal dengan revolusi digital,
Perkembangannya yang sangat pesat
semua informasi dapat diperoleh dengan
mampu memberikan pengaruh besar dan
real-time dan cepat dimana saja dan kapan
mendominasi seluruh sektor kehidupan
saja. Adanya mesin pencari membantu
masyarakat, termasuk di dunia pendidikan.
seseorang mencari bahan rujukan yang
Tuntutan akademik pada tiap jenjang
diinginkannya secara cepat. Hal ini karena
pendidikan di Indonesia berbedabeda
informasi dan aktvitas interaksi media
(Akbar & Anggraeni, 2017). Digital-age
telah terdigitalisasi oleh kemajuan
dalam dunia pendidikan, khususnya pada
teknologi. Friedman dalam Afandi dkk.
pendidikan tinggi, memiliki konsekuensi
mengilustrasikan perubahan ini sebagai
berupa desain pembelajaran dengan
“the world is flat” – yang merujuk pada
memanfaatkan media digital sebagai
sebuah keadaan dimana dunia tidak
sarana untuk meningkatkan pengetahuan
terbatas pada batas-batas negara dan zona
mahasiswa. Media digital dapat
waktu karena perkembangan teknologi
menyajikan materi pembelajaran secara
(Afandi dkk., 2016; Friedman, 2007).
kontekstual, audio maupun visual secara
Perkembangan teknologi informasi telah
menarik dan interaktif (Umam, Kaiful;
menciptakan sebuah “ruang baru” yang
Zaini, 2013). Universitas sebagai bagian
bersifat artifisial dan maya, yang disebut
dari lembaga pendidikan tinggi sudah
cyberspace (Pilliang, 2012).
selayaknya menyesuaikan diri untuk
Perkembangan teknologi informasi
menyelenggarakan proses pembelajaran
direspon dengan adanya penetrasi dan
berbasis digital. Kemajuan teknologi
perilaku penggunaan internet Indonesia
informasi dan internet saat ini
yang mengalami pertumbuhan dari tahun
mengakibatkan sumber daya informasi
ke tahun. Hasil survey APJII (Asosisasi
digital sangat melimpah (Kurnianingsih
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia)
dkk., 2017). Di sisi lain, perkembangan
menyebutkan bahwa terdapat peningkatan
teknologi informasi diibaratkan seperti
pengguna internet di Indonesia sejak 2016.
dua sisi mata uang yang memberikan efek

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 196


ISSN 2807-1190

positif dan negatif kepada masyarakat. 2. PEMBAHASAN


Pembelajaran literasi digital tidak bisa
Literasi Digital
dielakkan lagi Menurut UNESCO, literasi
merupakan kemampuan dalam
Penguasaan literasi dalam segala aspek
mengidentifikasi, memahami,
kehidupan memang menjadi hal pokok dalam
menafsirkan, menciptakan,
kemajuan peradaban suatu bangsa. Penduduk
berkomunikasi, menghitung dan
Indonesia memiliki kuantitas yang besar
menggunakan bahan cetak serta tulisan
tetapi kualitas yang rendah padahal kuantitas
dalam kaitannya dengan berbagai
dan kualitas perlu untuk diimbangi. Hal ini
pencapaian tujuan dalam mengembangkan
menunjukkan bahwa kualitas sumber daya
pengetahuan serta potensi mereka, dan
manusia di Indonesia masih rendah bahkan
untuk berpartisipasi secara penuh dalam
mengalami penurunan dari tahun ke tahun.
komunitas mereka serta masyarakat
Salah satu faktor penurunan rendahnya
(A’yuni, 2015). Pendapat Gilster tersebut
kualitas sumber daya manusia ini adalah
seolah-olah menyederhanakan media
rendahnya pendidikan. Hal ini semakin
digital yang sebenarnya terdiri dari
diperburuk dengan masih dominanya budaya
berbagai bentuk informasi sekaligus
tutur (lisan) daripada budaya baca. Pada
seperti suara, tulisan dan gambar. Oleh
umumnya kemampuan penggunaan teknologi
karena itu Eshet menekankan bahwa
dan informasi dari perangkat digital
literasi digital seharusnya lebih dari
membantu setiap pekerjaan agar efektif dan
sekedar kemampuan menggunakan
efesien dalam berbagai konteks kehidupan,
berbagai sumber digital secara efektif.
seperti: akademik, karir, dan kehidupan
Literasi digital juga merupakan sebentuk
sehari-hari (Gilster, 1997). Konsep literasi
cara berpikir tertentu (Eshet, 2004).
yang banyak mengalami perkembangan dan
Bawden menawarkan pemahaman baru
digunakan dalam berbagai bentuk, di
mengenai literasi digital yang berakar pada
antaranya literasi digital yaitu kemampuan
literasi komputer dan literasi informasi
untuk memahami dan menggunakan
(Bawden, 2001). Literasi komputer
informasi dari berbagai sumber digital
berkembang pada dekade 1980-an ketika
(A’yuni, 2015).
komputer mikro semakin luas dipergunakan
Berdasarkan uraian yang telah tidak saja di lingkungan bisnis namun juga
dikemukakan, dipandang penting masyarakat. Sedangkan literasi informasi
menyampaikan pemikiran tentang tiga hal, menyebarluas pada dekade 1990an manakala
yaitu (a) apa yang dimanksud dengan informasi semakin mudah disusun, diakses,
literasi digital?, (b) mengapa literasi disebarluaskan melalui teknologi informasi
digital diperlukan dalam membangun berjejaring. Sedangkan Menurut Martin,
peradaban bangsa, dan (c) bagaimana literasi digital adalah gabungan dari beberapa
mengembangkan kemampuan literasi bentuk literasi seperti: informasi, komputer,
digital? visual dan komunikasi (Martin, 2008).

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 197


ISSN 2807-1190

Menurut Gilster yang dikutip oleh A’yuni, menggunakan alat digital secara tepat
literasi digital diharapkan dapat menjadi sehingga ia terfasilitasi untuk mengakses,
sebagai kemampuan dalam memahami serta mengelola, mengintegrasikan,
menggunakan informasi dari berbagai format mengevaluasi, menganalisi sumber daya
(A’yuni, 2015; Gilster, 1997). Gilster digital agar membangun pengetahuan
menjelaskan bahwa konsep literasi bukan baru, membuat media berekspresi,
hanya mengenai kemampuan untuk membaca berkomunikasi dengan orang lain dalam
saja melainkan membaca dengan makna dan situasi kehidupan tertentu untuk
mengerti. Literasi digital mencakup mewujudkan pembangunan sosial, dari
penguasaan ide-ide, bukan penekanan tombol. beberapa bentuk literasi yaitu: komputer,
Jadi Gilster lebih menekankan pada proses informasi teknologi, visual, media dan
berpikir kritis ketika berhadapan dengan komunikasi (Martin, 2008). Senanda
media digital daripada kompetensi teknis dengan pendapat Bawden mengartikan
sebagai keterampilan inti dalam literasi bahwa literasi digital adalah kemampuan
digital, serta menekankan evaluasi kritis dari dalam menggunakan informasi dari
apa yang ditemukan melalui media digital berbagai sumber digital yang disajikan
daripada keterampilan teknis yang diperlukan melalui komputer (Bawden, 2001).
untuk mengakses media digital tersebut. Literasi digital dapat diartikan sebagai
Gilster mendefenisikan bahwa selain seni kemampuan individu untuk menerapkan
berpikir kritis, kompetensi yang dibutuhkan keterampilan fungsional pada perangkat
yaitu kemampuan mempelajari bagaimana digital sehingga ia dapat menemukan dan
menyusun pengetahuan, serta membangun memilih informasi, berpikir kritis,
sekumpulan informasi yang dapat diandalkan berkreativitas, berkolaborasi bersama
dari beberapa sumber yang berbeda (Gilster, orang lain, berkomunikasi secara efektif,
1997). Seseorang yang berliterasi digital perlu dan tetap menghiraukan keamanan
mengembangkan kemampuan untuk mencari elektronik serta konteks sosial-budaya
serta membangun suatu strategi dalam yang berkembang (Hague & Payton,
menggunakan search engine guna mencari 2010). Dari pengertian di atas dapat
informasi yang ada serta bagaimana disimpulkan bahwa literasi digital bukan
menemukan informasi yang sesuai dengan sekedar menggunakan perangkat digital
kebutuhan informasinya. Selain itu saja tetapi literasi digital diharapkan
kemampuan penggunaan tekologi dan mampu untuk menemukan dan memilih
informasi dari perangkat digital membantu informasi, berpikir kritis, berkreativitas,
agar efektif dan efesien dalam berbagai berkolaborasi bersama orang lain,
konteks kehidupan, seperti : akademik, berkomunikasi secara efektif, dan tetap
karir, dan kehidupan sehari-hari. menghiraukan keamanan elektronik serta
konteks sosial-budaya yang berkembang.
Menurut Martin, literasi digital
merupakan kemampuan individu untuk

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 198


ISSN 2807-1190

Berbasis pada literasi komputer dan efektif, dan tetap menghiraukan keamanan
informasi, Bawden menyusun konsep literasi elektronik serta konteks sosial-budaya
digital. Lebih komprehensif dibandingkan yang berkembang (Hague & Payton,
Glitser, Bawden menyebutkan bahwa digital 2010).
literasi menyangkut beberapa aspek berikut
Dalam literasi digital kita harus
ini:
memahami faktor faktor penting agar

1) Perakitan pengetahuan yaitu penyaringan informasi berjalan dengan


kemampuan membangun informasi baik dan benar. Berikut beberapa faktor
dari berbagai sumber yang terpercaya. yang mempengaruhi literasi digital :
2) Kemampuan menyajikan informasi
termasuk di dalamnya berpikir kritis
dalam memahami informasi dengan • KETERAMPILAN FUNGSIONAL
kewaspadaan terhadap validitas dan (FUNCTIONAL SKILLS).
kelengkapan sumber dari internet. Keterampilan fungsional adalah
3) Kemampuan membaca dan memahami
kemampuan dan kompetensi teknis yang
materi informasi yang tidak berurutan
diperlukan untuk menjalankan berbagai
(non sequential) dan dinamis.
4) Kesadaran tentang arti penting media alat digital dengan mahir. Bagian penting
konvensional dan dari pengembangan keterampilan
menghubungkannya dengan media
fungsional adalah mampu mengadaptasi
berjaringan (internet).
5) Kedadaran terhadap akses jaringan keterampilan ini untuk mempelajari cara
orang yang dapat digunakan sebagai menggunakan teknologi baru. Fokusnya
sumber rujukan dan pertolongan. merupakan apa yang dapat dilakukan
6) Penggunaan saringan terhadap
dengan alat digital dan apa yang perlu
informasi yang datang.
dipahami untuk menggunakannya secara
7) Merasa nyaman dan memiliki akses
untuk mengkomunikasikan dan efektif.
mempublikasikan informasi.
Jika menilik pendapat Bawden di atas
maka digital literasi lebih banyak dikaitkan
• KOMUNIKASI DAN INTERAKSI
Komunikasi dan interaksi yang
dengan ketrampilan teknis mengakses,
melibatkan percakapan, diskusi, dan
merangkai, memahami dan menyebarluaskan
membangun ide satu sama lain untuk
informasi.
menciptakan pemahaman bersama.
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi
Kemampuan berkolaborasi merupakan
Literasi Digital
bekerja dengan baik bersama orang lain
Literasi digital dapat diartikan
untuk bersama-sama meciptakan makna
sebagai kemampuan individu untuk
dan pegetahuan. Mendukung literasi
menerapkan keterampilan fungsional pada
digital pada kaum muda melibatkan
perangkat digital sehingga ia dapat
pengembangan pemahaman mereka
menemukan dan memilih informasi,
tentang bagaimana menciptakan secara
berpikir kritis, berkreasi, berkolaborasi
kolaboratif dalam penggunaan teknologi
bersama orang lain, berkomunikasi secara

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 199


ISSN 2807-1190

digital serta bagaimana teknologi digital dapat meningkatkan kemampuan


dapat secara efektif mendukung proses seseorang berhadapan dengan media
kolaboratif di dalam kelas dan dunia yang digital baik mengakses, memahami
lebih luas. konten, menyebarluaskan, membuat
bahkan memperbarui media digital untuk
pengambilan keputusan dalam hidupnya.
• BERPIKIR KRITIS Jika seseorang memiliki ketrampilan ini
Perbedaan hakiki antara manusia
maka ia dapat memanfaatkan media
dengan mahluk lainnya terletak pada
digital untuk aktivitas produktif dan
kemampuannya berpikir. Manusia diberi akal.
pengembangan diri bukan untuk tindakan
Dengan akalnya manusia selalu berpikir
konsumtif bahkan destruktif.
untuk mengenali sesuatu, bertanya tentang
Kesadaran kritis, diskusi, pilihan
dirinya dan alam di sekitarnya (Suradika,
kritis, dan aksi sosial merupakan hal
2000). Dengan akalnya juga manusia dapat
terpenting dalam literasi digital. Namun
berpikir kritis. Pemikiran kritis melibatkan
kesadaran kritis yang paling utama
perubahan, analisis, atau pemrosesan
memberikan manfaat bagi khalayak untuk
informasi data atau gagasan yang diberikan
mendapat informasi secara benar terkait
untuk menafsirkan makna pada
coverage media dengan membandingkan
pengembangan wawasan. Seperti, asumsi
antara media yang satu dengan yang lain
mendasar yang mendukung proses pembuatan
secara kritis; lebih sadar akan pengaruh
informasi yang dapat diterima oleh akal.
media dalam kehidupan sehari-hari;
Kemudian sebagai komponen literasi digital
menginterpretasikan pesan media;
juga melibatkan kemampuan dalam
membangun sensitivitas terhadap
menggunakan keterampilan penalaran untuk
programprogram sebagai cara mempelajari
terlibat dengan media digital dan kontenya
kebudayaan; mengetahui pola hubungan
serta mempertanyakan, menganalisis dan
antara pemilik media dan pemerintah yang
mengevaluasi. Keterlibatan menuntut untuk
memengaruhi isi media; serta
berpikir kritis dengan alatalat digital.
mempertimbangkan media dalam
Pembelajaran Literasi Digital keputusankeputusan individu. Kesadaran
Di Indonesia, kegiatan literasi media kritis khalayak atas realitas media inilah
lebih didorong oleh kekhawatiran bahwa yang menjadi tujuan utama literasi media.
media dapat menimbulkan pengaruh negatif. Ini karena media bukanlah entitas yang
Oleh karena itu, banyak kalanngan seperti netral. Ia selalu membawa nilai, baik
orang tua, guru, LSM dan lainnya berusaha ekonomi, politik, maupun budaya.
keras menemukan solusi untuk mengurangi Keseluruhannya memberikan dampak bagi
dan mencegah dampak negatif dari media. individu
Penjelasan di atas mendudukan literasi bagaimana ia menjalani kehidupan
digital dengan jelas. Keterampilan ini seharihari. Literasi media hadir sebagai

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 200


ISSN 2807-1190

benteng bagi khalayak agar kritis terhadap 2) Pengembangan kemampuan literasi


digital dapat dilakukan dengan
isi media, sekaligus menentukan informasi
peningkatan bebrapa kemampuan,
yang dibutuhkan dari media. Literasi antara lain (a) keterampilan
media diperlukan di tengah kejenuhan fungsional, yaitu kemampuan dan
kompetensi teknis yang diperlukan
informasi, tingginya terpaan media, dan untuk menjalankan berbagai alat
berbagai permasalahan dalam informasi digital dengan mahir. Bagian penting
dari pengembangan keterampilan
tersebut yang mengepung kehidupan kita fungsional adalah mampu
sehari-hari. Untuk itu, khalayak harus bisa mengadaptasi keterampilan ini untuk
mempelajari cara menggunakan
mengontrol informasi atau pesan yang teknologi baru. Fokusnya merupakan
diterima. Literasi media memberikan apa yang dapat dilakukan dengan
alat digital dan apa yang perlu
panduan tentang
dipahami untuk menggunakannya
bagaimana mengambil kontrol atas informasi secara efektif, (b) Komunikasi dan
interaksi yang melibatkan
yang disediakan oleh media. Semakin media
percakapan, diskusi, dan
literate seseorang, maka semakin mampu membangun ide satu sama lain untuk
orang tersebut melihat batas antara dunia menciptakan pemahaman bersama,
(c) kemampuan berkolaborasi
nyata dengan dunia yang dikonstruksi oleh 19 merupakan bekerja dengan baik
media. Orang tersebut juga akan mempunyai bersama orang lain untuk bersama-
sama meciptakan makna dan
peta yang lebih jelas untuk membantu pegetahuan. dan (d) kekampuan
menentukan arah dalam dunia media secara berpikir kritis, yakni kemampuan
menggunakan keterampilan
lebih baik. Pendeknya, semakin media penalaran untuk terlibat dengan
literate seseorang, semakin mampu orang media digital dan kontennya serta
mempertanyakan, menganalisis dan
tersebut membangun hidup yang kita
mengevaluasi.
inginkan alih-alih membiarkan media
3) Dengan adanya kemampuan literasi
membangun hidup kita sebagaimana yang digital masyarakat dapat mengakses,
media inginkan. memilah dan memilih serta
memahami berbagai jenis informasi
yang dapat digunakan untuk
3. KESIMPULAN meningkatkan kualitas hidup,
Pendek kata, literasi digital membuat
Berdasarkan uraian di atas, dapat
seseorang dapat menyaring
disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: informasi di lingkungannya dengan
baik. Sehingga ia dapat
1) Literasi digital adalah suatu bentuk berpartisipasi dalam kehidupan
kemampuan untuk mendapatkan, sosial dengan lebih baik. Oleh
memahami dan menggunakan karenanya literasi digital perlu terus
informasi yang berasal dari berbagai dikembangkan agar masyarakat
sumber dalam bentuk digital. pengguna internet selalu
Literasi digital seharusnya lebih dari bertanggung jawab atas informasi
sekedar kemampuan menggunakan yang mereka peroleh, termasuk di
berbagai sumber digital secara dalamnya menjaga keamanan data
efektif, tetapi juga merupakan dan privasi mereka di internet.
sebentuk cara berpikir tertentu yang
berakar pada literasi komputer dan
literasi informasi.

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 201


ISSN 2807-1190

4. REFERENSI Futurelab (p. 58).


http://www2.futurelab.org.uk/resourc
A’yuni, Q. Q. (2015). Literasi Digital es/documents/handbooks/digital_liter
Remaja Di Kota Surabaya: Studi acy.pdf%5Cnwww.futurelab.org%5C
Deskriptif tentang Tingkat nwww.futurelab.org.uk/%5Cnproject
Kompetensi Literasi Digital pada s/digital-participation
Remaja SMP, SMA dan Kurnianingsih, I., Rosini, R., & Ismayati, N.
Mahasiswa di Kota Surabaya. Libri- (2017). Upaya Peningkatan
Net, 4(2), 1–15. Kemampuan Literasi Digital Bagi
https://repository.unair.ac.id/17685/ Tenaga Perpustakaan Sekolah dan
Afandi, Junanto, T., & Afriani, R. (2016). Guru di Wilayah Jakarta Pusat
Implementasi Digital-Age Literacy Melalui Pelatihan Literasi Informasi.
Dalam Pendidikan Abad 21 Di Jurnal Pengabdian Kepada
Indonesia. Prosiding Seminar Masyarakat (Indonesian Journal of
Nasional Pendidikan Sains, 3(0), Community Engagement), 3(1), 61.
2016–2113. https://doi.org/10.22146/jpkm.25370
https://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php
Martin, A. (2008). Digital Literacy and the
/snps/article/view/9820
“Digital Society.” In C. Lankshear
Akbar, M. F., & Anggraeni, F. D. (2017). & M. Knobel (Eds.), Digital
Teknologi Dalam Pendidikan : Literasi Literacies: Concepts, Policies &
Digital dan Self-Directed Learning Practices (pp.
pada Mahasiswa Skripsi. Indigenous: 151–176). Peter Lang.
Jurnal Ilmiah Psikologi, 2(1). https://pages.ucsd.edu/~bgoldfarb/
https://doi.org/10.23917/indigenous.v co mt109w10/reading/Lankshear-
1i1.4458 Knobel_et_al-DigitalLiteracies.pdf
Bawden, D. (2001). Information and digital Pilliang, Y. (2012). MASYARAKAT
literacies: A review of concepts. INFORMASI DAN DIGITAL:
Journal of Documentation, 57(2), Teknologi Informasi dan
218–259. Perubahan
https://doi.org/10.1108/EUM0000000
007083 Sosial. Jurnal Sosioteknologi, 11(27),
Eshet, Y. (2004). Digital Literacy: A 143–155.
Conceptual Framework for Survival Suradika, A. (2000). Metode Penelitian
Skills in the Digital era. Journal of Sosial. UMJ Press.
Educational Multimedia and
Hypermedia, 13(1), 93–106. Umam, Kaiful; Zaini, I. (2013). Penerapan
http://www.editlib.org/p/4793/%5Cnf Media Digital Dalam Pembelajaran
iles/364/Eshet and Eshet - 2004 - Apresiasi Batik Kelas X SMA Negeri
Digital Literacy A Conceptual 1 Blega. Jurnal Pendidikan Seni
Framework for Rupa, 1(1), 100–105.
Survi.pdf%5Cnfiles/459/4793.html https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/i
ndex.php/va/article/view/9788
Friedman, T. (2007). The world is flat : a brief
history of the twenty-first century. In
The World is Flat: a Brief History of
Twenty-First Century. Picador/Farrar
Straus and Giroux ;Distributed by
Holtzbrinck Publishers.
Gilster, P. (1997). Digital literacy. Wiley
Computer Pub.
Hague, A. C., & Payton, S. (2010). Digital
literacy across the curriculum. In

Jurnal Perspektif – Yayasan Jaringan Kerja Pendidikan Bali | 202

You might also like