You are on page 1of 3

Kajian Dakwah wali Songo

Pada dasarnya metode dakwah wali songo awalnya terdapat dua macam, yaitu :
mengislamisasikan adat dan murni menurut Islam. Dari kedua metode tersebut tidak
dipraktekkan sekaligus secara bersamaan. Karena, tidak semua daerah tempat para wali
songo berdakwah dapat dapat menerima metode tersebut. Ada yang hanya dapat
menerima salah-satunya saja.

Kebanyakan para sunan terlebih dahulu menggunakan metode yang pertama, yaitu
mengislamisasikan adat. Maksudnya, para sunan menggunakan adat dan kepercayaan
yang dianut maayarakat setempat sebagai alat dakwah mereka. Dengan demikian,
metode yang kedua dapat digunakan setelah metode yan pertama berhasil.

Dan telah dijelaskan bahwa pulau Jawa yang merupakan pusat mereka berdakwah,
masyarakatnya mayoritasberagama Hindu/Budha. Dengan demikian tidaklahefektif bila
langsung menggunakan metofe kedua, yaitu murni menurut Islam. Janganka diterima
dengan tangan terbuka, masyarakat bisa saja menolak mentah-mentah dengan
mengusir bahkan bisa saja membunuh sunan yang akan berdakwah di daerah tersebut.
Karena mereka merasa terganggu akan kehadiran sunan yang secara tiba-tiba
menyatakan bahwa agama yang mereka anut adalah sesat.

Melihat dari sejarahnya, metode yang digunakan dalam menyebarkan agama Islam oleh
wali songo disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah yang akan dijadikan tempat
mereka berdakwah. Dan seperti yang telah dijelaskan di atas, para wali tidak
menghilangkan adat mereka. Akan tetapi, mengubah adat mereka menjadi adat dengan
nuansa Islam

1. Sunan Gresik, nama aslinya Maulana Malik Ibrohim.Wafatpada tanggal 12 Rabiul


awal 822/8 April 1481. kajian dakwahnya denga berdagang.

2. Sunan Ampel, nama aslinya Raden Rahmat. Lahir di Campa, Aceh th 1401 dan wafat di
Ampe, Surabaya h 1481. kajian dakwahnya berawal dengan membangun pesantren.

3. Sunan Bonang, dikenal dengan nama Raden Maulana Makhdum Ibrahimm, atau
Raden Ibrahim (Makhdum adalah gelar yang bisa di berikan kepada seorang ulama besar
di India, dan berarti orang yang dihormati).
4. Sunan Giri, nama aslinya Raden Paku. Lahir di Blambangan pada pertengahan abad
ke-15 dan wafat di Giri th 1506. kajian dakwahnya bersisfat permainan yang berjiwa
agama.

5. Sunan Bonang, nama aslinya Raden Maulaa Makhdum Ibrahim. Lahir di Aampel
Denta, surabaya th 1464 dan wafat di Tuban pada th 1525. Kajian dakwahnya dengan
jalan seni.

6. Sunan Drajat, nama aslinya Masih Munat. Lahir di Ampel Denta, Surabaya sekitar
tahun 1470 dan wafat di Sedayu, Gresik pertengahan abad ke-16. kajian dakwahnya
bersifat sosial.

7. Sunan Gunung Jati, nama aslinaya Syarif Hidayatullah. Lahir di Mekkah pada th 1448
dan wafat di Gunng Jati, Cirebon, Jawa Barat th 1570. Kajian dan dakwahnya dengan
politi dan sosial.

8. Sunan Muria, nama aslinya Umar Said atau Raden Sahid. Lahir pada abad ke-15 dan
wafat pada abad ke-16. Kajian dakwahnya dengan mengadakan kursus-kursus bagi
kaum pedagang, para nelayan, dan rakyat biasa.

9. Sunan Kudus, nama aslinya Ja’far Sadiq. Lahir pada ke-15 dan wafat di Kudus th 1550.
kajian dakwahnya dengan pendekatan kultural, yaitu menciptakan berbagai cerita
keagamaan.

Sebagai seorang ulama yang giat berdakwah, Sunan Ampel mempunyai ajaran yang
terkenal dngan sebutan “molimo” . “Mo” berarti tidak mau, sedangkan limo adalah 5
perkara. Jadi, “molimo” adalah tidak mau melakukan 5 perkara yang terlarang. Kelima
ajaran Sunan Ampel itu adalah:

1. Emoh Main, artinya tidak mau main judi

2. Emoh Ngumbi, artinya tidak mau minum-minuman yang memabukka.

3. Emoh Madat, artinya tidak mau mengisap candu atau ganja.

4. Emoh Maling, artinya tidak mau mencuri atau Kolusi.

5. Emoh Madon, artinya tidak mau main perempuan yang bukan isterinya (zina).
Beberapa strategi dan pendekatan yang dipakai oleh Wali Sanga dalam menyebarkan
Islam di tanah Jawa. Dan apabila dikaji lebih mendalam, maka akan didapati beberapa
bentuk metode dakwah Wali Sanga, di antaranya:
1. Pertama, melalui perkawinan. Diceritakan dalam Babad Tanah Jawi di antaranya
bahwa Raden Rahmad (Sunan Ampel ) dalam rangka memperkuat dan
memperluas dakwahnya, salah satunya, dengan menjalin hubungan geneologis.
Beliau menekankan putrinya, Dewi Murthosiah dengan Raden Ainul Yakin dari
Giri. Dewi Murthosimah dengan Raden Patah. Alawiyah dengan Syarif
Hidayatullah. Dan putrinya yang lain, Siti Sarifah dengan Usman Haji dari
Ngudung.
2. Kedua, dengan mengembangkan pendidikan pesantren. Langkah persuasif dan
edukatif ini mula-mula dipraktekkan oleh Syeikh Maulana Malik Ibrahim di Gresik,
kemudian dikembangkan dan mencapai kemajuannya oleh Sunan Ampel di desa
Ampel Denta, Surabaya.
3. Ketiga, mengembangkan kebudayaan Jawa dengan memberi muatan nilai-nilai
keislaman, bukan saja pada pendidikan dan pengajaran tetapi juga meluas pada
bidang hiburan, tata sibuk, kesenian dan aspek-aspek lainnya. Seperti Wayang,
Sekatenan, Falasafah wluku lan pacul Sunan Kalijaga.
4. Keempat, metode dakwah melalui sarana prasarana yang berkaitan dengan
masalah perekonomian rakyat. Seperti tampilnya Sunan Majagung sebagai
nayaka (mentri) unison ini. Beliau memikirkan masalah halal-haram, masak-
memasak, makan-makanan dan lain-lain. Untuk efesiensi kerja, beliau berijtihad
dengan menyempurnakan alat-alat pertanian, perabot dapur, barang pecah-
belah. Begun juga Sunan Drajat tampil dengan menyempurnakan alat
transportasi dan bangun perumahan.
5. Kelima, dengan sarana politik. Dalam bidang politik kenegaraan Sunan Girl tampil
sebagai ahli negara Wali Sanga, yang menyusun peraturan-peraturan
ketataprajaan dan pedoman tata cara keraton. Begitu juga Sunan Kudus yang ahli
dalam perundang-undangan, pengadilan dan mahkamah. Sebagai penutup untuk
pembahasan tentang islamisasi Jawa oleh Wali Sanga, setidaknya ada dua faktor
elementer yang menopang keunggulan don keistimewaan dakwah para
Wali. Pertama, inklusivitas para Wali dalam melihat ajaran Islam. Kedua, potensi
dan keunggulan vang dimiliki oleh para Wali. -Mereka telah membuktikan diri
sebagai mujtahid yang memahami Islam tidak saja sebagai teori abstrak, tetapi
juga sebagai realitas historic kemanusiaan.

You might also like